Anda di halaman 1dari 78

ANALISA KECELAKAAN LALU LINTAS PADA AREA BLACK SPOT DI

RUAS JALAN ARJASA HINGGA PERBATASAN KABUPATEN


BONDOWOSO

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Program S1

Oleh ;

NUR PUJIANTO
12.311461136

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MOCH. SROEDJI JEMBER
2019
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Artikel dengan judul :

“ANALISA KECELAKAAN LALU LINTAS PADA AREA BLACK SPOT DI


RUAS JALAN ARJASA HINGGA PERBATASAN KABUPATEN
BONDOWOSO”

Disusun oleh :

Nama : Nur Pujianto

Nim : 12.31146.1136

Berdasarkan skripsi yang akan dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian


skripsi Jurusan Teknik sipil Fakultas Teknik pada tanggal ___ Januari 2019

Jember, ___ Januari 2019

Dosen Pembimbing

Deni Wijananto, ST.MT


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.

Jember, 25 januari 2019

Nur Pujianto
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MOC. SROEDJI JEMBER

LEMBAR PENGESAHAN
NAMA MAHASISWA NOMOR INDUK MHS

NUR PUJIANTO 12.31146.1136

Tugas Akhir ini Telah Dinyatakan Selesai


dan Dapat Dipertanggungjawabkan Kebenarannya.

Jember, 25 Januari 2019

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Deni Wijananto, ST., MT.

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan


Teknik Sipil
Universitas Moch Sroedji Jember Fakultas Teknik

Ir. Sutoyo Soepiadhy, MM., MT. Katminto, ST., MT


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas


segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Analisa Kecelakaan Lalu Lintas Pada Area Black Spot Di
Ruas Jalan Arjasa Hingga Perbatasan Kabupaten Bondowoso”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Rektor Universitas Moch Sroedji Jember atas kesempatan yang diberikan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studinya.

2. Dekan Fakultas Teknik atas izin yang diberikan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Teknik Sipil atas kemudahan administrasi dalam


menyelesaikan skripsi ini.

4. Ir. Sutoyo Soepiadhy, MM., MT. selaku dosen penguji satu yang telah
memberikan saran dan masukan yang sangat berguna untuk
penyempurnaan skripsi ini.

5. Katminto, ST., MT. selaku dosen penguji dua yang telah memberikan
saran dan masukan yang sangat berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Deni Wijananto, ST.,MT. selaku dosen pembimbing yang telah


memberikan pengarahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran.

7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang tak ternilai
harganya selama belajar di FT Universitas Moch Sroedji Jember.

8. Seluruh staf administrasi di Universitas Moch Sroedji jember yang telah


membantu dan memperlancar penyusunan skripsi ini.

9. AKP Edwin Nathanael, S.I.K, selaku Kasat Lantas Polrestabes Jember


telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
10. Ibu Nisfu selaku Staff Lantas Samsat Jember yang telah memberikan
pengarahan dan membimbing.
11. Segenap staf dan tata usaha Samsat Lantas Jember.

12. Kedua orang tua ku, Ibu Sofiyah al dan Bapak Asmunier, Seluruh
keluarga, Wirawan Tirtoadjie , Enny Saraswati, dan Hendrik Kurniawan
selaku Kakakku yang telah memberi bantuan dan dukungan serta
semangat dalam penyusunan skripsi.

13. Teman-teman seperjuangkanku di Fakultas Teknik , yang telah


memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi
ini.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan pengorbanan yang


telah diberikan kepada penulis menjadi amal baik dan mendapat imbalan dari
Allah SWT. Akhirnya besar harapan penulis, mudah-mudahan skripsi ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Jember, 24 Januari 2019
Penulis

Nur Pujianto
12.31146.1136
ANALISA KECELAKAAN LALU LINTAS PADA AREA BLACK SPOT DI
RUAS JALAN SULTAN AGUNG ARJASA HINGGA PERBATASAN
DENGAN KABUPATEN BONDOWOSO
Nur Pujianto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Moch Sroedji Jember
Jl. Sriwijaya No.32, Kali Oktak, Karangrejo, Sumbersari, Kabupaten Jember,
Jawa Timur 68124

ABSTRAK
Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah yang membutuhkan penanganan serius
mengingat besarnya kerugian yang diakibatkannya. Untuk itu kajian yang perlu
dilakukan adalah melakukan analisa terhadap data kecelakaaan lalu lintas yang
ada. Tugas akhir ini mengambil lokasi Ruas Jalan Raya Sultan Agung Arjasa-
Perbatasan Kabupaten Bondowoso . Ruas jalan tersebut merupakan jalan arteri
yang padat lalu lintasnya. Hal ini disebabkan ruas jalan tersebut menghubungkan
Kota Jember dengan Kota Bondowoso. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi lokasi & penyebab kecelakaan jalan agar dapat memberikan
saran upaya untuk mengurangi kecelakaan yang akan terjadi. Untuk penentuan
lokasi rawan kecelakaan (blackspot), menggunakan Angka Pendekatan
Kecelakaan. Menurut data yang di dapatkan dari Satlantas Jember mempunyai
tingkat kerawanan kecelakaan yang tinggi. Berdasarkan data kecelakaan tahun
2016 sampai tahun 2018, diperoleh jumlah kecelakaan terjadi sebanyak 128
kecelakaan atau rata-rata 42 kecelakaan/tahun, dengan tingkat fatalitas korban
meninggal dunia sebanyak 19 orang, luka berat sebanyak 26 orang dan luka
ringan sebanyak 176 orang
kata kunci : blackspot, kecelakaan, jalan

ABSTRAK

Traffic accident is the problem that need serious attention because the risk that
can be caused. Therefore it need study to do analysis for the traffic accident
data.This final project take place in Sultan Agung, Arjasa, Jember city with
Bondowoso city. That road are artery road with very crowded traffic.That road
are connecting Jember city with Bondowoso city.The purpose of this study are to
identify location and the cause of traffic accident in order to give the solution to
reduce the accident that will happen. for determination of location of accident
gristle (blackspot), have make acciden rate per kilometer. According to the data
obtained from the Satlantas Jember office, there was a high level of accident risk.
Based on traffic accident data in 2016 until 2018, there were 128 accidents or an
average of 42 accidents per year, with the fatality rate of 19 of killed, 26 people
were seriousy injured, and minnor injuries of 176 people.

Keyword : Black spot, accident, road


DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................... ........ 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................. ........ 3
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. ........ 4
1.4. Batasan Masalah ................................................................... ........ 4
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................ ........ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum ..................................................................................... ........ 6
2.2. Pengelompokkan Jalan ........................................................... ........ 6
2.2.1. Sistem Jaringan Jalan .................................................. ........ 6
2.2.2. Fungsi Jalan ................................................................ ........ 7
2.2.3. Status Jalan ................................................................. ........ 7
2.2.4. Kelas Jalan .................................................................. ........ 8
2.3. Kecelakaan Lalu lintas............................................................ ........ 9
2.3.1. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan ........................... ........ 9
2.3.2. Klasifikasi Kecelakaan Lalu lintas ............................. ........ 10
2.4. Tingkat Fatalitas Kecelakaan.................................................. ........ 11
2.5. Penanganan Kecelakaan Lalu lintas ....................................... ........ 12
2.6. Penentuan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu lintas .................. ........ 12
2.7. Daerah Rawan Kecelakaan ..................................................... ........ 16
2.8. Angka Kecelakaan .................................................................. ........ 17
2.9. Kecepatan (Speed) .................................................................. ........ 18
2.10. Penelitian Terdahulu ............................................................. ........ 20
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Penelitian .......................................................... ........ 21
3.2. Lokasi dan Jadwal Penelitian ................................................. ........ 22
3.3. Metode Pengumpulan Data .................................................... ........ 23
3.3.1. Data Primer ................................................................. ........ 23
3.3.2. Data Sekunder............................................................. ........ 24
3.4. Analisis Data........................................................................... ........ 24
3.4.1. Analisa Deskriptif ....................................................... ........ 25
3.4.2. Analisa Penetapan Blackspot...................................... ........ 25
3.4.3. Analisa Penanganan Blackspot ................................... ........ 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum ................................................................... ........ 27
4.2. Analisa Deskriptif ................................................................... ........ 27
4.2.1. Jumlah kecelakaan dan kerugian material ................... ........ 28
4.2.1.1. Pie chart jumlah kecelakaan .................................... ........ 28
4.2.1.2. Pie chart kerugian material ...................................... ........ 29
4.2.2. Jumlah kecelakaan berdasarkan sta ............................ ........ 29
4.2.2.1. Data kecelakaan 2016 .............................................. ........ 31
4.2.2.2. Data kecelakaan 2017 .............................................. ........ 31
4.2.2.3. Data kecelakaan 2018 .............................................. ........ 31
4.2.2.1. Pie chart Data kecelakaan 2016 ............................... ........ 31
4.2.2.2. Pie chart Data kecelakaan 2017 ............................... ........ 31
4.2.2.3. Pie chart Data kecelakaan 2018 ............................... ........ 32
4.2.3. Waktu kecelakaan ........................................................ ........ 32
4.2.3.1 Pie chart waktu kecelakaan........................................ ........ 33
4.2.4. Moda transportasi yang terlibat ................................... ........ 34
4.2.4.1 Pie chart Moda transportasi yang terlibat .................. ........ 34
4.2.5. Jenis tabrakan .............................................................. ........ 35
4.2.5.1 Pie chart Jenis tabrakan ............................................. ........ 35
4.2.6. Tingkat Fatalitas korban .............................................. ........ 36
4.2.6.1 Pie chart Tingkat fatalitas korban .............................. ........ 36
4.2.7. Karakteristik pelaku..................................................... ........ 37
4.2.7.1 pie chart karakteristik pelaku ..................................... ........ 37
4.3. Analisa Deskriptif ................................................................... ........ 38
4.3.1. Data Geomterik ........................................................... ........ 38
4.3.2. Data lingkungan jalan ............. ................................... .........38
4.3.3. Data kondisi jalan ............. ......................................... .........39
4.4. Analisa penetapan blackspot ................................................... ........ 40
4.4.1. Mengelompokkan data per km ................................... ........ 40
4.4.2. Menentukan titik blackspot ........................................ ........ 40
4.5. Analisa penangaan blackspot ................................................... ........ 42
4.5.1. audit keselamatan jalan km 14+250-14+750 .............. ........ 43
4.5.2. Daftar periksa audit .................................................... ........ 46
4.5.3. audit keselamatan jalan km 12+250-12+750 .............. ........ 50
4.5.4. Daftar periksa audit .................................................... ........ 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .................................................................... ........ 58
5.2. Saran ............................................................................... ........ 59
DAFTAR PUSTAKA
FORM SURVEI AUDIT
LEMBAR ASISTENSI
LAMPIRAN FOTO
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.2. Lokasi Penelitian .............................................................. ........ 22


Gambar 4.1. Foto Lokasi Penelitian ..................................................... ........ 27
Gambar 4.2 Pie chart Jumlah Kecelakaan............................................ ........ 28
Gambar 4.3. Pie chart Kerugian Material ............................................. ........ 29
Gambar 4.4 Pie chart Data Kecelakaan 2016....................................... ........ 31
Gambar 4.5 Pie chart Data Kecelakaan 2017....................................... ........ 31
Gambar 4.6 Pie chart Data Kecelakaan 2018....................................... ........ 32
Gambar 4.7 Pie chart Waktu Kejadian ................................................. ........ 33
Gambar 4.8 Pie chart Moda Trasnposrtasi Terlibat ............................. ........ 34
Gambar 4.9 Pie chart Jenis Tabrakan ................................................... ........ 35
Gambar 4.10 Pie chart Tingkat fatalitas Korban .................................... ........ 36
Gambar 4.11 Pie chart Karaketristik Pelaku .......................................... ........ 37
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kecelakaan 2016 ........................................................ ........ 2


Tabel 1.2 Data Kecelakaan 2017 ........................................................ ........ 2
Tabel 1.3 Data Kecelakaan 2018 ........................................................ ........ 3
Tabel 2.1 Kecepatan Rencana Menurut Klasifikasi Jalan ................... ........ 19
Tabel 3.1 Jadwal Peneiltian................................................................. ........ 23
Tabel 4.1 Jumlah Kecelakaan,Korban dan Kerugian Material ........... ........ 28
Tabel 4.2 Waktu Kejadian................................................................... ........ 33
Tabel 4.3 Moda Transportasi yang Terlibat ........................................ ........ 34
Tabel 4.4 Jenis Tabrakan..................................................................... ........ 35
Tabel 4.5 Tingkat Fatalitas.................................................................. ........ 36
Tabel 4.6 Karakteristik Pelaku ............................................................ ........ 37
Tabel 4.7 Data Kecelakaan Tahun 2016 ,2017, 2018 ......................... ........ 40
Tabel 4.8 Penentuan Blackspot ........................................................... ........ 42
Tabel 4.9 Audit Keselamatan Jalan Km 14+250 sampai 14+750 ....... ........ 43
Tabel 4.10 Audit Keselamatan Jalan Km 12+250 sampai 12+750 ...... ........ 50
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pertumbuhan jumlah penduduk mengalami peningkatan yang pesat.
Seiring dengan pertumbuhan tersebut, jumlah kendaraan bermotor juga semakin
meningkat. Di negara berkembang seperti Indonesia, kepemilikan kendaraan
bermotor tidak dibatasi terutama kendaraan roda dua, dikarenakan mobilitas
(pergerakan) penduduk yang semakin luas. Peningkatan tersebut membutuhkan
pelayanan transportasi yang memadai, akan tetapi pada kenyataannya tingginya
mobilitas (pergerakan) penduduk berbanding terbalik dengan perkembangan
pelayanan transportasi salah satunya kapasitas jalan raya yang tidak seimbang
dengan pertumbuhan jumlah kendaraan yang semakin pesat yang berdampak pada
kepadatan arus lalu lintas di beberapa kota besar dan jalan yang menghubungkan
antar kotaterutama pada jam-jam sibuk seperti pagi hari dan sore hari dimana
para pelajar dan pekerja memulai dan mengakhiri kegiatan mereka, dimana sering
kali banyak pengendara yang tidak berhati-hati dan tidak menaati rambu lalu
lintas yang mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan lalu
lintas.
Jalan Arjasa hingga perbatasan Bondowoso merupakan prasarana
transportasi darat yang menghubungkan kota Jember dan kota Bondowoso
merupakan jalan provinsi yang mempunyai peranan penting dalam pengembangan
ekonomi regional maupun nasional. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka
perkembangan arus lalu lintas pada daerah tersebut harus diikuti dengan tingkat
pelayanan prasarana jalan darat yang sesuai agar tidak mengganggu kenyamanan
dan keselamatan para pengguna jalan. Menurut data yang di dapatkan dari
Satlantas Jember mempunyai tingkat kerawanan kecelakaan yang tinggi.
Berdasarkan data kecelakaan tahun 2016 sampai tahun 2018, diperoleh jumlah
kecelakaan terjadi sebanyak 128 kecelakaan atau rata-rata 42 kecelakaan/tahun,
dengan tingkat fatalitas korban meninggal dunia sebanyak 19 orang, luka berat
sebanyak 26 orang dan luka ringan sebanyak 176 orang. Secara rinci data
kecelakaan dimaksud, dapat dilihat pada tabel 1, tabel 2 dan tabel 3.

Tabel 1.1 Data Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Arjasa hingga perbatasan
Kabupaten Bondowoso
Januari s/d Desember Tahun 2016

NO BULAN JUMLAH KORBAN


LAKA MD LB LR
1 JANUARI 3 - 1 4
2 FEBRUARI 3 1 - 3
3 MARET 3 - 1 5
4 APRIL 4 - 1 5
5 MEI 5 2 - 4
6 JUNI 4 - 1 5
7 JULI 3 - 1 4
8 AGUSTUS 4 - - 6
9 SEPTEMBER 4 1 1 2
10 OKTOBER 2 - 1 3
11 NOVEMBER 4 1 - 9
12 DESEMBER 6 1 2 4
JUMLAH 45 6 9 54
Gambar tabel 1.1 Sumber: Satlantas Jember,2016

Tabel 1.2 Data Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Arjasa hingga perbatasan
Kabupaten Bondowoso
Januari s/d Desember Tahun 2017

NO BULAN JUMLAH KORBAN


LAKA MD LB LR
1 JANUARI 3 - - 8
2 FEBRUARI 2 - 1 5
3 MARET 3 - 2 5
4 APRIL 4 2 1 5
5 MEI 4 - - 12
6 JUNI 3 - 1 5
7 JULI 3 - 1 5
8 AGUSTUS 3 - - 6
9 SEPTEMBER 3 1 1 2
10 OKTOBER 2 1 1
11 NOVEMBER 5 - - 10
12 DESEMBER 4 1 - 4
JUMLAH 39 4 8 68
Gambar tabel 1.2 Sumber: Satlantas Jember,2017
Tabel 1.3 Data Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Arjasa hingga perbatasan
Kabupaten Bondowoso
Januari s/d Desember Tahun 2018

NO BULAN JUMLAH KORBAN


LAKA MD LB LR
1 JANUARI 2 1 - 2
2 FEBRUARI 3 1 1 2
3 MARET 4 2 - 4
4 APRIL 3 - 1 1
5 MEI 4 1 - 3
6 JUNI 6 3 1 8
7 JULI 3 - - 5
8 AGUSTUS 3 - - 4
9 SEPTEMBER 5 1 2 8
10 OKTOBER 4 - 1 5
11 NOVEMBER 4 - 2 7
12 DESEMBER 3 - - 6
JUMLAH 44 9 8 55
Gambar tabel 1.3 Sumber: Satlantas Jember,2018

Keterangan :
MD = Meninggal Dunia
LB = Luka Berat
LR = Luka Ringan

Berdasarkan kondisi diatas, maka perlu untuk dikaji terkait penyebab


dominan terjadi kecelakaan area blackspot pada ruas Jalan Arjasa hingga
perbatasan kabupaten Bondowoso dan penanganannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan identifikasi kasus diatas, maka dapat disampaikan rumusan
masalah sbb:
1. Apa saja karakteristik terjadinya kecelakaan pada ruas Jalan Arjasa hingga
perbatasan dengan kabupaten Bondowoso ?
2. Dimanakah titik rawan kecelakaan (Black Spot) pada ruas Jalan Arjasa hingga
perbatasan dengan kabupaten Bondowoso ?
3. Perbaikan apa saja yang harus dilakukan untuk penyelesaian titik rawan
kecelakaan (Black Spot)?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Guna menjawab rumusan masalah dimaksud, maka dapat disampaikan
tujuan penelitian adalah sbb :
1. Mengetahui karakteristik terjadinya kecelakaan di ruas Jalan Arjasa hingga
perbatasan dengan kabupaten Bondowoso
2. Mengetahui lokasi rawan kecelakaan (Black Spot) diantara ruas Jalan Arjasa
hingga perbatasan dengan kabupaten Bondowoso
3. Mengetahui perbaikan yang harus dilakukan dalam menyelesaikan titik rawan
kecelakaan di ruas Jalan Arjasa hingga perbatasan dengan kabupaten
Bondowoso

1.4 BATASAN MASALAH


Agar penulisan tugas akhir ini lebih terfokus dan jelas, maka batasan
masalah dilakukan pada ;
1. Lokasi penelitian pada ruas Jalan Arjasa hingga perbatasan dengan kabupaten
Bondowoso, yang merupakan ruas jalan kolektor primer ( Km 8 – Km 18 )
2. Data tingkat kecelakaan yang akan dipakai bersumber dari Satlantas Jember
tahun 2016, tahun 2017, dan tahun 2018
3. Analisa penentuan titik Black spot menggunakan Angka Pendekatan
Kecelakaan per Km ( Acccident rate per kilometer)
4. Data kecelakaan dari Rumah Sakit tidak digunakan dengan alasan karena
ketersediaan data kecelakaan di Rumah Sakit tidak semua tersedia, disebabkan
tersebar di puskesmas baik di kecamatan Arjasa, Jelbuk , maupun di Maesan.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi states holder, Membantu memberikan masukan kepada instansi


pemerintah terkait tentang perbaikan daerah Black Spot di ruas Jalan Arjasa
hingga perbatasan kabupaten Bondowoso
2. Bagi peneliti lainnya atau akademisi, Sebagai bahan untuk penelitian lanjutan
terkait keselamatan lalu lintas Jalan Arjasa hingga perbatasaan kabupaten
Bondowoso
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UMUM
Menurut Miro (2002), Transportasi dapat diartikan sebagai usaha
memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari
satu tempat ketempat lain, dimana di tempat lain ini objek tersebut lebih
bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan – tujuan tertentu. Alat pendukung
yang dipakai untuk melakukan proses pindah, gerak, angkut dan alih ini
bervariasi, tergantung pada bentuk objek yang akan di pindahkan, jarak antara
satu tempat ke tempat lain, dan maksud objek yang akan di pindahkan tersebut.
Dengan kata lain sarana dan prasarana transportasi menyesuaikan
kebutuhan objek pengguna transportasi, sehingga perjalanan yang akan di lakukan
menjadi aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis. Salah satu prasarana
transportasi darat adalah Jalan raya yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu-lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali kereta api, jalan
lori, dan jalan kabel( Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012 ).

2.2 Pengelompokan Jalan

Menurut Undang-Undang Republik IndonesiaI Nomor 38 tentang Jalan


(2004), jalan umum dikelompokkan ke dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan,
status jalan dan kelas jalan.

2.2.1 Sistem jaringan jalan


Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder. Definisi kedua sistem jaringan jalan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.
2. Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.

2.2.2 Fungsi jalan


Jalan umum menurut fungsinya terbagi atas Jalan Arteri, Jalan Kolektor,
Jalan Lokal dan Jalan Lingkungan sebagai berikut :
1. Jalan Arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan cirri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan Kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-
rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
4. Jalan Lingkungan adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

2.2.3 Status jalan


Jalan umum menurut statusnya terbagi atas jalan nasional, jalan provinsi,
jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa sebagai berikut :
1. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis
nasional, serta jalan tol.
2. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibu kota kabupaten/kota, atau
antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
(diluar jalan nasional dan jalan provinsi), yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan
umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan
jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan
antar pusat permukiman yang berada di dalam kota.
5. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

2.2.4 Kelas jalan


Pengelompokan menurut Kelas Jalan dimaksudkan untuk standardisasi
penyediaan prasarana jalan. Pembagian kelas jalan diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.
Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan
dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan
kecil. Pembagian kelas jalan menurut PP Nomor 22 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Pasal 19 (2009) adalah sebagai berikut :
1. Jalan Kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan
muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton.
2. Jalan Kelas II adalah jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu
lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan
muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
3. Jalan Kelas III adalah jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu
seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter dan
muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
4. Jalan Kelas Khusus adalah jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran
panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi
4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan muatan sumbu terberat lebih dari
10 (sepuluh) ton

2.3 Kecelakaan Lalu Lintas


Dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan no. 22 Tahun
2009 mendefinisikan kecelakan lalu lintas sebagai suatu peristiwa di jalan yang
tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaran dengan atau tanpa penguna
jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan kerugian harta benda.

2.3.1 Faktor – faktor penyebab kecelakaan


Menurut Wells (1993), kecelakaan di sebabkan oleh banyak factor, bukan
hanya sekedar oleh pengemudi yang buruk, atau pejalan yang tidak berhati – hati
akan tetapi kecelakaan juga dapat terjadi karena kerusakan kendaraan, rancangan
kendaraan, cacat pengemudi, keadaan permukaan jalan dan perancangan jalan.
Ada juga pendapat menurut Oglesby dan Hicks (1993), ada beberapa factor yang
menyebabkan kecelakaan lalu-lintas terjadi antara lain sebagai berikut:
1.Pengemudi ( manusia )
Pengemudi merupakan penyebab kecelakaan lalu lintas yang terbesar,
dapat dilihat dari kelalaian pengemudi saat mengendarai kendaraan bermotor
seperti tidak mengikuti peraturan dan rambu – rambu lalu lintas atau mengendarai
kendaraannya dengan kecepatan yang tidak dianjurkan saat melewati titik – titik
jalan tertentu, ada juga yang mengendarai kendaraan dengan keadaan mengantuk.
2. Kondisi fisik jalan
Faktor permukaan jalan juga cukup besar pengaruhnya terhadap
kecelakaan lalu lintas, dimana terdapat beberapa kondisi jalan yang kurang bagus
dan kurang rata, pengaruh geometrik jalan, tidak lengkapnya bagian jalan dan
kelengkapan fasilitas pelengkap jalan.
3.Lalu lintas
Lalu lintas gerak atau pindah kendaraan manusia dan hewan di jalan dari
suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat berat.
4.Kendaraan
Kekurangan dalam disain kendaraan dan ban , dimana pada saat melaju
dengan kecepatan tinggi tiba – tiba ban kendaraan sobek, rem kendaraan yang
digunakan blong, atau kondisi ban yang sudah botak atau halus.
5. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan baik itu yang bersifat alam maupun buatan manusia
sangat berpengaruh bagi keselamatan lalu lintas. Hujan dan tanah longsor yang
menghalangi pandangan, tikungan tajam maupun tanjakan atau turunan terjal
merupakam faktor alam yang patut mendapat perhatian dalam pengelolaan lali
lintas

2.3.2 Klafisikasi kecelakaan lalu lintas


Di dalam Undang – undang no 22 tahun 2009, pasal 229 kecelakaan lalu
lintas dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Kecelakaan lalu lintas ringan, merupakan kecelakaan tanpa korban yang
mengakibatkan kerusakan kendaraan ringan.
2. Kecelakaan lalu lintas sedang, merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka
ringan dan kerusakan kendaraan atau barang.
3. Kecelakaan lalu lintas berat, merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
korban luka berat sampai meningal dunia.
Ada beberapa jenis kecelakaan lalu lintas menurut Dephub RI (2006) ,
dapat dilihat sebagai berikut:
1. Angle (Ra), tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang berbeda,
namun bukan dari arah berlawanan.
2. Rear-End (Re), kendaran menabrak dari belakang kendaraan lain yang
bergerak searah.
3. Sideswape (Ss), kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan lain dari
samping ketika berjalan pada arah yang sama, atau pada arah yang berlawanan.
4. Head-On (Ho), tabrakan antara yang berjalanan pada arah yang berlawanan
(tidak sideswape).
5. Backing, tabrakan secara mundur.

2.4 Tingkat Fatalitas Kecelakaan


Kecelakaan Berdasarkan Korban KecelakaanMenurut pasal 93 dari
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasana dan Lalu Lintas
Jalan, sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang – Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, mengklasifikasikan korban kecelakaan sebagai berikut;
a) Kecelakaan Luka Fatal/Meninggal Korban meninggal atau korban mati adalah
korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam waktu
paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.
b) Kecelakanaan Luka Berat Korban luka berat adalah korban yang karena luka-
lukanya menderita cacat tetap atau haarus dirawat dalam jangka waktu lebih
dari 30 hari sejak terjadinya kecelakaan. Yang dimaksud cacat tetap adalah
apabila sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat digunakan samasekali
dan tidak dapat sembuh/pulih untuk selama-lamanya.
c) Kecelakaan Luka Ringan Korban luka ringan adalah keadaan korban
mengalami luka-luka yang tidak membahayakan jiwa dan/atau tidak
memerlukan pertolongan/perawatan lebih lanjut di Rumah Sakit.
2.5 Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas
Menurut Wells (1993), kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan –
kesalahan pengemudi dapat dikurangi dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Pembatasan usia dalam pemberian SIM ( surat ijin mengemudi )
2. Undang – undang yang melindungi para pengemudi dengan menentukan jarak
minimal satu kendaraan ke kendaraan yang lain, untuk mengurangu kecelakaan
karena factor kelelahan.
3. Ujian pengemudi.
4. Peraturan pengamanan, seperti memakai sabuk pengaman pada saat berkendara
dan melarang seseorang berkendara dalam keadaan dibawah pengaruh alcohol
maupun obat – obatan.
5. Publikasi atau propaganda, tentang pentingnya mematuhi rambu lalu lintas dan
peraturan –peraturan yang sudah di tetapkan.

2.6 Penentuan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas


Suatu tempat dikatakan “daerah” atau “lokasi” apabila diketahui letak dan
batas-batasnya. Terdapat perbedaan penyebutan tempat yang tergolong rawan
kecelakaan lalu lintas, antara Direktorat Keselamatan Transportasi Darat dengan
Departemen Permukiman dan Prasana Wilayah. Direktorat Keselamatan
Transportasi Darat menyebutnya dengan “daerah rawan kecelakaan”, sedangkan
Departemen Permukiman dan Prasana Wilayah menyebutnya dengan “lokasi
rawan kecelakaan”. Daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko
kecelakaan tinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan dapat
disebut daerah rawan kecelakaan (Dewanti dalam Sulistyono, 1998:3).
Penggolongan ruas jalan tertentu dikatakan masuk dalam kategori daerah rawan
kecelakaan lalu lintas, memiliki beberapa istilah yang digunakan sebagai kriteria.
Direktorat Keselamatan Transportasi Darat (2007:18) menjelaskan beberapa
kriteria untuk menentukan lokasi daerah rawan kecelakaan lalu lintas adalah
sebagai berikut.
a. Blackspot, adalah lokasi pada jaringan jalan yang frekuensi kecelakaan atau
jumlah kecelakaan lalu lintas dengan korban mati, atau kriteria kecelakaan
lainnya, per tahun lebih besar daripada jumlah minimal yang ditentukan.
b. Blacklink, adalah panjang jalan yang mengalami tingkat kecelakaan, atau
kematian, atau kecelakaan dengan kriteria lain per Kilometer per tahun, atau
per kilometer kendaraan yang lebih besar daripada jumlah minimal yang telah
ditentukan
c. Blackarea, adalah wilayah jaringan jalan yang mengalami frekuensi
kecelakaan, atau kematian, atau kriteria kecelakaan lain, per tahun lebih besar
dari jumlah minimal yang ditentukan.
d. Mass Treatment (blackitem), adalah bentuk individual jalan atau tepi jalan,
yang terdapat dalam jumlah signifikan pada jumlah total jaringan jalan dan
yang secara kumulatif terlibat dalam banyak kecelakaan, atau kematian, atau
kriteria kecelakaan lain, per tahun daripada jumlah minimal yang ditentukan.
Direktorat Keselamatan Transportasi Darat (2007:18) juga menjelaskan
penggunaan definisi di atas secara praktis, untuk menentukan kriteria tertentu.
Seperti definisi blackspot membutuhkan spesifikasi panjang jalan sehingga
blackspot berbeda dari blacklink. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Blackspot memiliki ciri antara lain: sebuah persimpangan, atau bentuk yang
spesifik seperti jembatan atau panjang jalan yang pendek, biasanya tidak lebih
dari 0,3 km.
b. Blacklink memiliki ciri antara lain: panjang jalan, lebih dari 0,3 km, tapi
biasanya terbatas dalam satu bagian rute dengan karakteristik serupa yang
panjangnya tidak lebih dari 20 km;
c. Blackarea memiliki ciri antara lain: wilayah yang meliputi beberapa jalan raya
atau jalan biasa, dengan penggunaan tanah yang seragam dan yang digunakan
untuk strategi manajemen lalulintas berjangkauan luas. Di daerah perkotaan
wilayah seluas 5 kilometer per segi sampai 10 kilometer per segi cukup sesuai.
Daerah rawan kecelakaan ini dapat diidentifikasi pada lokasi jalan tertentu
(black-spot) maupun pada ruas jalan tertentu (black-site). Kriteria umum yang
dapat digunakan untuk menentukan black-spot dan black-site (Dewanti dalam
Sulistyono, 1998:3) :
a. Blackspot, adalah jumlah kecelakaan selama periode tertentu melebihi suatu
nilai tertentu, tingkat kecelakaan atau accident rate (per-kendaraan) untuk
suatu periode tertentu melebihi suatu nilai tertentu, jumlah kecelakaan dan
tingkat kecelakaan, keduanya melebihi nilai tertentu, dan tingkat kecelakaan
melebihi nilai kritis
b. Blacksite, adalah jumlah kecelakaan melebihi suatu nilai tertentu, jumlah
kecelakaan per-km melebihi suatu nilai tertentu, dan tingkat kecelakaan atau
jumlah kecelakaan per-kendaraan melebihi nilai tertentu. Geurts dan Wets
(2003:18) menjelaskan istilah yang berbeda untuk lokasi atau daerah rawan
kecelakaan lalu lintas, yaitu blackspot dan blackzone.
Blackspot adalah persimpangan dan bagian jalan (road sections) dengan jumlah
kejadian kecelakaan yang tidak lumrah atau tidak biasa (unusual). Sedangkan
Flahault et al dalam Geurts dan Wets (2003:18) menjelaskan blackzone
didefinisikan sebagai sebuah kesatuan unit spasial yang berkelanjutan atau
berhubungan (contigous) yang diambil bersama-sama dan dicirikan dengan
jumlah kecelakaan yang tinggi. Yu (1982:195) menjelaskan enam kriteria berbeda
untuk menentukan sebuah lokasi rawan kecelakaan, antara lain:
a. Angka kecelakaan (accident number), data kecelakaan dirangkum untuk
menjelaskan angka kecelakaan pada sebuah lokasi atau angka kecelakaan tiap
unit panjang bagian jalan tertentu. Lokasi dan bagian jalan yang memiliki nilai
lebih dari nilai antisipasi atau nilai awal (predetermined) kecelakaan,
diklasifikasikan sebagai lokasi rawan kecelakaan.
b. Kekerasan kecelakaan (accident severity), korban luka dan meninggal dunia
diberi bobot lebih daripada kecelakaan yang menimbulkan kerusakan saja.
Nilai bobot disebut nilai EPDO (Equivalent Property-Damage-Only).
c. Tingkat kecelakaan (accident rate), jumlah kecelakaan dibagi dengan
pembeberan kendaraan untuk menetapkan tingkat, seperti: kecelakaan per juta
masukan kendaraan untuk lokasi titik tertentu (spot), dan kecelakaan per juta
kendaraan-mil untuk ruas jalan. Lokasi yang lebih tinggi dari tingkat antisipasi
/ tingkat awal diklasifikasikan sebagai lokasi rawan kecelakaan.
d. Angka tingkat (number rate), merupakan kombinasi dari ukuran angka
(number) dan tingkat (rate). Lokasi dengan nilai lebih dari angka kecelakaan
minimum yang ditetapkan dan lebih tinggi dari tingkat kecelakaan minimum
yang ditetapkan diklasifikasikan sebagai lokasi rawan kecelakaan
e. Kontrol Kualitas Angka (number quality control), sama dengan nilai angka
kecelakaan kecuali bila lokasi tersebut tidak dipastikan. Angka kecelakaannya
lebih besar secara signifikan daripada angka kecelakaan rata-rata adalah lokasi
rawan kecelakaan.
f. Kontrol Kualitas Tingkat (rate quality control), sama dengan nilai tingkat
kecelakaan kecuali lokasi tersebut tidak dipastikan. Tingkat kecelakaannya
lebih besar dari tingkat kecelakaan rata-rata adalah lokasi rawan kecelakaan.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2004:3) menjelaskan
suatu lokasi dinyatakan sebagai lokasi rawan kecelakaan lalu lintas apabila:
a. Memiliki angka kecelakaan yang tinggi
b. Lokasi kejadian kecelakaan relatif menumpuk
c. Lokasi kecelakaan berupa persimpangan atau segmen ruas jalan sepanjang
100–300 m untuk jalan perkotaan, ruas jalan sepanjang 1 km untuk jalan
antarkota
d. Kecelakaan terjadi dalam ruang dan rentang waktu yang relatif sama
e. Memiliki penyebab kecelakaan dengan faktor yang spesifik.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2004:18) menjelaskan
perbedaan penanganan lokasi kecelakaan lalu lintas, antara lokasi tunggal dan ruas
atau route. Lokasi tunggal merupakan persimpangan atau segmen ruas jalan
tertentu. Kriteria lokasi tunggal, antara lain:
a. Lokasi penanganan merupakan titik (persimpangan) atau segmen ruas jalan
sepanjang 200 m sampai dengan 300 m.
b. Lokasi kecelakaan relatif mengelompok (clustered).
c. Memiliki faktor penyebab yang relatif sama yang terjadi secara berulang dalam
suatu ruang dan rentang waktu yang relatif sama;
d. Identifikasi lokasi kecelakaan didasarkan atas tingkat kecelakaan dan tingkat
fatalitas kecelakaan tertinggi yang dilakukan dengan teknik analisis statistik
tertentu serta berdasarkan peringkat kecelakaan;
e. Rata-rata tingkat pengurangan kecelakaan dengan pendekatan ini umumnya
mencapai 33% dari total kecelakaan.
Ruas atau route jalan merupakan ruas-ruas jalan dengan kelas atau fungsi
tertentu dan tingkat kecelakaannya di atas rata-rata. Kriteria ruas atau route yaitu:
a. Lokasi penanganan merupakan ruas atau segmen ruas jalan (minimum 1 km).
b. Memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi dibandingkan segmen ruas jalan lain.
c. Identifikasi lokasi kecelakaan didasarkan atas tingkat kecelakaan atau tingkat
fatalitas kecelakaan tertinggi per km ruas jalan.
d. Rata-rata pengurangan tingkat kecelakaan dengan pendekatan ini mencapai
15% dari total kecelakaan

2.7 Daerah Rawan Kecelakaan


Menurut Dewanti , (1996) menyampaikan bahwa pada daerah perkotaan,
baik lokasi rawan kecelakaan yang di anggap sebagai Black spot adalah ruas
sepanjang 500 meter. Sesuai dengan konsep penelitian ini, daerah rawan
kecelakaan merupakan daerah yang angka kecelakaannya tinggi, dan akibat yang
ditimbulkan terhadap pelaku kecelakaan cukup parah. Kriteria umum yang dapat
digunakan untuk menentukan black spot adalah sebagai berikut :
1. Jumlah kecelakaan selama periode tertentu melebihi suatu nilai tingkat
kecelakaan rata – rata.
2. Tingkat kecelakaan atau accident rate ( perkendaraan ) untuk suatu perioda.
3. Jumlah kecelakaan dan tingkat kecelakaan, keduanya melebihi nilai tingkat
kecelakaan rata – rata.
4. Tingkat kecelakaan melebihi nilai kritis yang diturunkan dari analisis statik
yang tersedia.
Penentuan lokasi black spot dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat
kecelakaan yang memperhitungkan panjang ruas jalan yang ditinjau.
Perhitungan tingkat kecelakaan dapat dicari dengan menggunakan persamaan
berikut :
𝐽𝐾
TK=. . . . . .( 𝑇 𝑥 𝐿) . . . . . . .(2.1)

Keterangan :
TK = Tingkat kecelakaan ( kecelakaan per Km panjang jalan )
JK = Jumlah kecelakaan selama T tahun
T = Rentang waktu pengamatan ( tahun )
L = Panjang ruas jalan yang di tinjau (Km)

2.8 Angka Kecelakaan


Ada tiga tipe angka kecelakaan lalu lintas menurut Fachrurozy (1996),
yang sangat spesifik untuk menghitung secara kejadian berdasarkan tahunan :
1. Angka kecelakaan secara umum yang menggambarkan kecelakaan lalu lintas
total yang terjadi.
2. Angka kematian yang menggambarkan kecelakaan pada tingkat yang parah.
Metode Angka Ekivalen Kecelakaan menggunakan metode ini untuk
menganalisis titik kecelakaan tertinggi ( blackspot ) yang terjadi di daerah yang
akan ditinjau. Angka Ekivalen Kecelakaan adalah angka untuk pembobotan kelas
kecelakaan. Perhitungan AEK terikat dengan tingkat fatalitas kecelakaan lalu
lintas dan jumlah kejadian kecelakaan yang menyebabkan kerugian material.
Badan penelitian dan Pengembangan Deparemen Kimpraswil ( 2004 ), telah
membuat formula matematik untuk menilai AEK ( Angka Ekivalen Kecelakaan )
dengan rumus sebagai berikut ;

AEK = 12MD + 3(LB+LR) + K .........( 2.2 )

Dengan :
MD = Meninggal dunia ( jiwa )
LB = Luka berat ( orang )
LR = Luka ringan ( orang )
K = Jumlah kejadian kecelakaan kecelakaan lalu lintas dengan kerugian material
3. Angka keterlibatan yang menggambarkan tipe kendaraan dan pengemudi yang
terlibat kecelakaan.
Keterlibatan kecelakaan diapresiasikan sebagai jumlah pengemudi
kendaraan dengan karakteristik yang pasti terlibat dalam kecelakaan per 100 juta
vehicle-mile perjalanannya. Rumus yang digunakan;
R = N x 1EB / V ...... (2.3)
Dengan :
R : Keterlibatan kecelakaan per 100 juta vehicle-miles
N : Total jumlah pengemudi kendaraan yang terlibat kecelakaan selama
penelitian.
V : Vehicle- miles dari perjalanan di bagian jalan selama periode penelitian.

Angka kecelakaan per Km (accident rate per kilometer), digunakan untuk


membandingkan suatu angka kecelakaan pada ruas jalan yang memiliki jenis lalu
lintas yang seragam.
Angka kecelakaan tersebut dihitung menggunakan persamaan berikut :
𝐴𝐶
RL=. . . . . . . 𝐿 . . . . . . . (2.4)

Keterangan :
RL = total kecelakaan rerata per Km untuk satu tahun
AC = total jumlah kecelakaan selama satu tahun
L = Panjang jalan dalam Km

2.9 Kecepatan (speed)


Menurut Sukirman (1994), kecepatan adalah besaran yang menunjukkan
jarak yang ditempuh oleh kendaraan di bagi waktu tempuh. Biasanya dinyatakan
dalam Km/jam. Kecepatan ini menunjukkan sebuah nilai gerak dari suatu
kendaraan. Menurut Oglesby (1988), Pada dasarnya kecepatan yang terlalu besar
untuk suatu kondisi merupakan salah satu factor penyebab kecelakaan yang fatal.
Kendaraan yang melaju dengan kecepatan rata – rata akan memiliki keterlibatan
kecelakaan lalu lintas yang terkecil, tetapi bila ada kendaraan lain yang melaju
dengan kecepatan yang lebih tinggi atau lebih rendah diluar kecepatan rata – rata
tersebut maka kemungkinan terjadinya kecelakaan akan meningkat.
𝑗𝑎𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛𝑎𝑛
Kecepatan perjalanan = . ..........(2.5)
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 (2006).


kecepatan rencana dibedakan berdasarkan klasifikasi jalan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kecepatan Rencana Menurut Klasifikasi Jalan

Jenis jalan Konektivitas kecepatan Lebar


badan
jalan

Arteri lalu lintas 60 km/jam 11 m


primer jarak jauh

Arteri lalu lintas 30 km/jam 11 m


sekunder jarak jauh

Kolektor lalu lintas 40 km/jam 9m


primer jarak jauh

Kolektor lalu lintas 20 km/jam 9m


sekunder jarak jauh

Local Jarak 20 km/jam 7,5 m


primer Sedang

Local Jarak 10 km/jam 7,5 m


sekunder Sedang

Lingkungan Jarak 15 km/jam 6.5 m


primer Pendek

Lingkungan Jarak pendek 10 km/jam 6.5 m


sekunder

Sumber : PP Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan


2.10 Penelitian Terdahulu
➢ Abdul Kudus Zaini (2014), melakukan penelitian dengan judul “Analisa
Blakspot dan Blacksite ruas jalan lintas Pekanbaru-Duri (Km 96-Km 112)
Riau” menghasilkan hasil senagai berikut:
“Jalan lintas Pekanbaru- Duri meruapakan jalur yang tingkat kecelakaannya
tinggi. Mengalami peningkatan kasus kecelakaan lalu lintas. Diperlukan
penelitian untuk menghitung dan mengetahui tingkat kecelakaan, titik
blackspot kemudian blacksite dan karakteristik yang terjadi pada ruas jalan
tersebut. Dari penelitian ini didapatkan hasil yang dapat memberikan masukan
agar kejadian kecelakaan per Km, matode perhitungan kinerja perjalanan,
perhitungan kinerja perjalanan, perhitungan angka kecelakaan untuk
Blackspot.”

➢ Rita Indah Lestari (2012), melakukan penelitian dengan judul “Analisis


Kecelakaan lalu lintas area Blackspot di ruas jalan Yogya – Magelang”
menghasilkan hasil sebagai berikut:
“Jalan Yogya-Magelang merupakan sarana dan prasarana transportasi darat
yang menghubungkan kota Yogyakarta dan kota Magelang merupakan jalan
provinsi yang mempunyai peranan penting dalam pengembangan ekonomi
regional maupun nasional. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka
perkembangan arus diikuti dengan tingkat pelayanan prasarana jalan darat yang
sesuai agar tidak dapat menganggu kenyamanan dan keselamatan para
pengguna jalan. Menurut data yang didaptkan dari Polres Sleman bahwa jalan
Yogya-Magelang ini merupakan salah satu daerah rawan kecelakaan”
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Pengumpulan Data

Data sekunder Data primer


Data dari Satlantas Jember ✓ Data geometrik jalan
berupa sta lokasi kejadian, ✓ Data lingkungan
waktu, moda transportasi jalan
yang terlibat dan karakter ✓ Data kondisi jalan.
pelaku/korban.

Analisa deskriptif
karakteristik kecelakaan

Analisa penetapan blackspot

Analisa penanganan blackspot

Kesimpulan dan
saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian


Penelitian ini di mulai dengan proses identifikasi masalah yang kemudian
di rumuskan permasalahan yang ada dan selanjutnya dijadikan acuan dalam
penentuan tujuan penelitian, tahapan selanjutnya adalah tahap pengambilan data
primer yang terdiri atas :Runtutan kejadian, kendaraan yang terlibat, waktu, tipe
tabrakan, karakterisitik pelaku, lokasi kejadian dan cuaca. Selanjutnya adalah
tahap pengambilan data sekunder yang terdiri atas : data geometrik jalan, data
ligkungan jalan dan data kondisi jalan.
Tahap selanjutnya adalah tahap analisa dekriptif penyebab kecelakaan
mencari penyebab kecelakaan, analisa penetapan blackspot dimana analisa ini
menetapkan lokasi yang sering terjadi kecelakaan, dan analisa penanganan .

3.2 Lokasi dan Jadwal Penelitian


3.2.1 Pemilihan lokasi studi penelitian ini dilakukan di ruas Jalan Sultan agung
Arjasa hingga perbatasan kabupaten Bondowoso pada Km 8 – Km 18.

3.2 Gambar lokasi penelitian


• Garis biru : lokasi penelitian.
3.2.2 Jadwal Penelitian
Penelitian ini di rencanakan selama 3 Bulan yang terdiri sebagai berikut :
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III

Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu


3 4 1 2 3 4 1 2
Indentifikasi
Rumusan
Masalah
Pengambilan
Data
Sidang
Proposal
Analisa Data
Evaluasi
Kinerja
Rekomendasi
Sidang
Skripsi

Sumber: Hasil analisa


3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Data Primer
1) Data Primer merupakan data utama yang didapat dari observasi atau
pengamatan di lapangan untuk kemudian dipergunakan sebagai faktor pokok
dalam memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan dalam
peneltian.
2) Data yang diambil dalam penelitian ini antara lain :
➢ Data geometrik jalan meliputi lebar jalan, lebar bahu jalan, jumlah lajur
dan tikungan
➢ Data lingkungan jalan meliputi keberadaan pohon, lampu penerangan,
tiang listrik dan bangunan
➢ Data kondisi jalan meliputi kondisi perkerasan aspal
3) Metode pengambilan data yaitu dengan melakukan pengamatan ke lokasi
penelitian .
4) Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :
➢ Alat-alat tulis berupa buku, pena dan penggaris untuk mencatat data.
➢ Alat ukur berupa meteran berfungsi untuk mengukur di lokasi penelitian.
➢ Kamera sebagai alat dokumentasi di lokasi peneltian.

3.2.2 Data Sekunder


1) Data sekunder merupakan data pendukung yang digunakan untuk mendukung
pembuktian permasalahan secara ilmiah.
2) Data yang diambil berupa data kecelakaan tahun 2016 hingga tahun 2018 yang
didalamnya terdapat informasi tentang :
➢ Nama lokasi terjadinya kecelakaan
➢ Stasioning (STA) lokasi kejadian
➢ Moda transportasi yang terlibat
➢ Waktu kejadian
➢ Karakteristik pelaku/korban
3) Metode pengambilan data dengan merekap dan mencatat data kecelakaan (
Jalan Sultan agung Arjasa kabupaten Bondowoso pada Km 8- Km 18 ) di
kantor Satlantas Jember

3.4 Analisa Data


3.4.1 Analisa Deskriptif
Analisa deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik kondisi jalan,
lingkungan sekitar lokasi kecelakaan dan karakteristik kecelakaan selama tiga (3)
tahun terakhir ini guna memberikan informasi terkait kondisi jalan, karakteristik
pelaku/korban, waktu terjadinya kecelakaan karakteristik kendaraan, Jenis
tabrakan di lokasi penelitian tersebut.
3.4.2 Analisa penetapan Blackspot
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui titik rawan kecelakaan pada
ruas Jalan Sultan agung Arjasa hingga perbatasan kabupaten Bondowoso.
Langkah-langkah penetapan Blackspot antara lain :
a. Membuat kelompok data per kilometer (Km)
Yaitu hasil data kecelakaan dalam tiga (3) tahun terakhir yaitu tahun 2016
hingga tahun 2018 yang diperoleh dari Satlantas ini dikelompokkan per
kilometer jumlah kecelakaan dilokasi peneltian di ruas Jalan Sultan agung
Arjasa hingga perbatasan kabupaten Bondowoso.
b. Menyusun histogram kelompok data
Yaitu data yang terkumpul ini ditampilkan dalam bentuk dalam bentuk
histogram berdasarkan tahun dan jumlah kecelakaan per kilometer.
c. Menghitung / menetapkan nilai batas angka kecelakaan
Yaitu dengan menggunakan metode angka kecelakaan per kilometer (
accident rate per kilometer) yaitu dengan menggunakan rumus :

𝐴𝐶
RL=. . . . . . . 𝐿 . . . . . . . (3.1)

Keterangan :
RL = total kecelakaan rerata per Km untuk satu tahun
AC = total jumlah kecelakaan selama satu tahun
L = Panjang jalan dalam Km
d. Menetapkan blackspot dengan jumlah kecelakaan per Km lebih tinggi dari Angka
Kecelakaan (AK) yang telah ditetapkan.
Yaitu Dari hasil data dalam tiga (3) tahun terakhir yang sudah di kelompokkan
dan dihitung menggunakan metode Angka Kecelakaan per kilometer ( accident
rate per kilometer) akan diketahui titik mana yang paling sering terjadi
kecelakaan lalu-lintas.
3.4.3 Analisa penanganan Blackspot
Setelah hasil penentuan titik blackspot diketahui akan dilakukan survei
penelitian di lokasi tersebut. Jadi 250 meter sebelum dan 250 meter sesudah titik
blackspot akan dilihat dan diamati keadaan geometrik jalan, kondisi jalan dan
lokasi disekitarnya yang harus diperbaiki serta ditangani sesuai standart
keselamatan agar dapat mengurangi tingginya angka kecelakaan di lokasi tersebut
.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum


Penelitian ini dilakukan di Jalan Arjasa, kabupaten Jember hingga perbatasan
dengan kabupaten Bondowoso. Data kecelakaan dan data lokasi yang paling
rawan kecelakaan selama tiga tahun terakhir didapat dari Kantor Satlantas Jember.

Gambar 4.1 Foto lokasi penelitian


Untuk meneliti kondisi geometri jalan, kondisi jalan dan lingkungan jalan akan
dilakukan di lokasi penelitian titik blackspot . Untuk mengetahui kondisi
operasional Jalan Arjasa hingga perbatasan dengan kabupaten Bondowoso akan
dilakukan survei dalam bentuk pengisian cekhlist audit keselamatan jalan yang
kemudian datanya akan dibandingkan dengan Standar Teknis Geometri Jalan
Tahun 2004, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 dan PERMEN No.
19/2011

4.2 Analisa Deskriptif


4.2.1 Analisis Karakteristik Kecelakaan
Dalam analisis karakteristik kecelakaan meliputi jumlah kecelakaan, kerugian
material, jumlah kecelakaan berdasarkan stasioning, waktu kecelakaan, moda
transportasi yang terlibat, jenis tabrakan, tingkat fatalitas korban, dan karakteristik
pelaku/korban. Berikut ialah rekapan tabel dan grafik histogram kecelakaan lalu-
lintas di jalan Arjasa hingga perbatasan dengan kabupaten Bondowoso :

Tabel 4.1 Jumlah Kecelakaan, Korban Kecelakaan dan Kerugian Material di Ruas
Jalan Arjasa hingga perbatasan Kabupaten Bondowoso

No Tahun Jumlah peristiwa Kerugian Material


1 2016 45 57.675.000
2 2017 39 44.330.000
3 2018 44 59.850.000

Sumber Data Satlantas Jember

Jumlah Kecelakaan

44 45
2016
2017
2018

39

Gambar 4.2 Pie chart Jumlah Kecelakaan


Berdasarkan gambar pie chart diatas jumlah kecelakaan terendah terjadi pada
tahun 2017 sebanyak 39 kecelakaan lalu-lintas dan tertinggi terjadi pada tahun
2016 sebanyak 45 kecelakaan lalu-lintas.
Kerugian Material

59.850.000 57.675.000 2016


2017
2018

44.330.000

Gambar 4.3 pie chart Kerugian material kecelakaan


Berdasarkan pie chart diatas terlihat bahwa jumlah kecelakaan tertinggi di ruas
jalan Arjasa hingga perbatasan kabupaten Bondowoso terjadi pada tahun 2016
yaitu sebesar 45 kecelakaa. Kerugian material terbanyak terjadi pada tahun 2018
sebesar Rp. 59.380.000 .

4.2.2 Jumlah kecelakaan berdasarkan Sta (lokasi kejadian) tiap panjang 1000 m
atau 1 kilometer
Berdasarkan data kecelakaan lalu lintas pada tahun 2016 yaitu ;
• Km 8-9 sebanyak 3 kejadian
• Km 9-10 sebanyak 4 kejadian
• Km 10-11 sebanyak 4 kejadian
• Km 11-12 sebanyak 5 kejadian
• Km 12-13 sebanyak 6 kejadian
• Km 13-14 sebanyak 5 kejadian
• Km 14-15 sebanyak 7 kejadian
• Km 15-16 sebanyak 4 kejadian
• Km 16-17 sebanyak 4 kejadian
• Km 17-18 sebanyak 3 kejadian
Jadi pada tahun 2016 terdapat total 45 kecelakaan lalu-lintas
Berdasarkan data kecelakaan lalu lintas pada tahun 2017 yaitu ;
• Km 8-9 sebanyak 2 kejadian
• Km 9-10 sebanyak 3 kejadian
• Km 10-11 sebanyak 4 kejadian
• Km 11-12 sebanyak 4 kejadian
• Km 12-13 sebanyak 5 kejadian
• Km 13-14 sebanyak 4 kejadian
• Km 14-15 sebanyak 10 kejadian
• Km 15-16 sebanyak 4 kejadian
• Km 16-17 sebanyak 2 kejadian
• Km 17-18 sebanyak 2 kejadian
Jadi pada tahun 2017 terdapat total 39 kecelakaan lalu-lintas
Berdasarkan data kecelakaan lalu lintas pada tahun 2018 yaitu ;
• Km 8-9 sebanyak 3 kejadian
• Km 9-10 sebanyak 4 kejadian
• Km 10-11 sebanyak 4 kejadian
• Km 11-12 sebanyak 3 kejadian
• Km 12-13 sebanyak 7 kejadian
• Km 13-14 sebanyak 4 kejadian
• Km 14-15 sebanyak 8 kejadian
• Km 15-16 sebanyak 4 kejadian
• Km 16-17 sebanyak 2 kejadian
• Km 17-18 sebanyak 5 kejadian
Jadi pada tahun 2018 terdapat total 44 kecelakaan lalu-lintas
Data Kecelakaan 2016
Km 8-9
3 3
4 4 Km 9-10
Km 10-11
4 4
km 11-12
Km 12-13
5
7 km 13-14

6 Km 14-15
5
Km 15-16

Gambar 4.4
Pie chart data jumlah kecelakaan per kilometer pada tahun 2016

Dilihat dari grafik pie chart pada tahun 2016 titik kecelakaan tertinggi terletak
pada Km 14-15 dengan total 7 kejadian kecelakaan lalu –lintas.

Data kecelakaan 2017


Km 8-9
2 2
2 3 Km 9-10
4
4 Km 10-11
Km 11-12
4 Km 12-13
10 Km 13-14
5 Km 14-15
4
Km 15-16

Gambar
4.5 Pie Chart data jumlah kecelakaan per kilometer pada tahun 2017

Dilihat dari tabel grafik pie chart pada tahun 2017 titik kecelakaan tertinggi
terletak pada Km 14-15 dengan total 10 kejadian kecelakaan lalu –lintas.

4.2.2.3 Pie chart kecelakaan lalu lintas tahun 2018 berdasarkan jumlah
kecelakaan per kilometer
Data kecelakaan 2018
Km 8-9
5 3 Km 9-10
4 Km 10-11
2
Km 11-12
4 4
Km 12-13
Km 13-14
3
km 14-15
8
Km 15-16
7
4 km 16-17
Km 17-18

Gambar 4.6 Pie chart data jumlah kecelakaan per kilometer pada tahun 2018

Dilihat dari tabel grafik pie chart pada tahun 2018 titik kecelakaan tertinggi
terletak pada Km 14-15 dengan total 8 kejadian kecelakaan lalu –lintas.

4.2.3 Waktu Kecelakaan


Berdasarkan waktu kejadian kecelakaan dibuat menjadi empat (4) waktu yaitu
pagi hari (04.00-10.00), siang hari (10.00-14.00), sore hari (14.00-18.30) dan
malam hari (18.30-04.00). Berikut data waktu kejadian kecelakaan selama 3 (tiga)
tahun terakhir

Tabel 4.2 Waktu Kejadian Kecelakaan Lalu-lintas


No Waktu/Jam Tahun Jumlah
kejadian 2016 2017 2018
1 Pagi hari 13 9 10 32
(04.00-10.00)
2 Siang hari 11 8 11 30
(10.00-14.00)
3 Sore hari 8 10 11 29
(14.00-18.30)
4 Malam hari 13 12 12 37
(18.30-04.00)
Total 45 39 44 128
Sumber data Satlantas Jember

Waktu Kejadian

37 32
Pagi hari
Siang hari
Sore hari
Malam hari
30
29

Gambar 4.7 Pie chart waktu kejadian


Berdasarkan grafik pie chart diatas waktu kejadian kecelakaan tertinggi terjadi
pada sore hari sebanyak 29 kejadian dan waktu kejadian tertinggi terjadi pada
malam hari sebanyak 37 kejadian .

4.2.4 Moda Transportasi yang terlibat


Berdasarkan moda transportasi yang terlibat kecelakaan terdiri dari kendaraan
bermotor dan tidak bermotor yaitu sepeda motor, mobil/minibus, truk, Sepeda
dan pejalan kaki. Berikut data moda transportasi yang terlibat kecelakaan selama
3 (tiga) tahun terakhir :

Tabel 4.3 Moda Transportasi yang terlibat


No Moda Tahun Jumlah
Transportasi 2016 2017 2018
1 Sepeda motor 62 54 60 176
2 Mobil/Minibus 7 6 8 21
3 Truk 2 3 3 8
4 Sepeda 11 8 9 28
5 Pejalan kaki 7 8 6 21
Total 89 79 86 254
Sumber data Satlantas Jember

Moda Transportasi terlibat

21
28 Sepeda motor
8 Mobil/minibus
Truk
21
Sepeda
176
Pejalan kaki

Gambar 4.8 Pie chart moda transportasi yang terlibat


Berdasarkan pie chart diatas didapat moda transportasi yang paling sering terlibat
kecelakaan yaitu sepeda motor sebanyak 176 kecelakaan dan terendah yaitu truk
sebanyak 8 kecelakaan.
4.2.5 Jenis Tabrakan
Berdasarkan jenis tabrakan terdiri atas empat (3) jenis tabrakan yaitu tabrak
depan, tabrak samping dan tabrak belakang. Berikut data jenis tabrakan selama 3
(tiga) tahun terakhir :

Tabel 4.4 Jenis Tabrakan


No Jenis Tabrakan Tahun Tahun
2016 2017 2018
1 Tabrak depan 15 14 14 43
2 Tabrak samping 19 16 15 50
3 Tabrak belakang 8 7 10 25
Total 42 37 39 118
Sumber data Satlantas Jember

4.2.5.2 Pie chart jenis tabrakan

Jenis Tabrakan

25
43
Tabrak depan
Tabrak samping
Tabrak belakang

50

Gambar 4.9 Pie chart jenis tabrakan


Berdasarkan grafik pie chart diatas didapat jenis tabrak samping yang paling
sering terjadi dengan jumlah 50 kejadian dan tabrak belakang terendah dengan 25
kejadian.

4.2.6 Tingkat Fatalitas Korban


Kecelakaan berdasarkan korban kecelakaan menurut pasal 93 dari Peraturan
Pemerintah 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu - lintas Jalan, sebagai
peraturan pelaksanaan dari Undang - undang Lalu – lintas dan Angkutan jalan,
mengklasifikasikan korban kecelakaan terdiri dari 3 (tiga) yaitu korban meninggal
dunia, korban luka berat dan korban luka ringan . berikut data tingkat fatalitas
korban selama 3 (tiga) tahun terakhir :

Tabel 4.5 Tingkat Fatalitas Korban


No Fatalitas Korban Tahun Jumlah
2016 2017 2018
1 Meninggal dunia 6 4 9 19
2 Luka berat 9 8 8 25
3 Luka ringan 54 68 55 177
Total 69 80 72 221
Sumber data Satlantas Jember

Tingkat Fatalitas

19
25 Meninggal dunia
Luka berat

177 Luka ringan

Gambar 4.10 Pie chart Tingkat Fatalitas Korban


Berdasarkan pie chart diatas tingkat fatalitas korban selama 3 (tiga) terakhir yaitu
korban meninggal dunia sebanyak 19 orang, korban luka berat sebanyak 25 orang
dan korban luka ringan sebanyak 177 orang.

4.2.7 Karakteristik Pelaku/Korban


Berdasaran data kecelakaan Satlantas jember karakteristik pelaku/korban terdiri
dari beberapa profesi yang terlibat dalam kecelakaan . Berikut data karakteristik
pelaku/korban selama 3 (tiga) tahun terakhir :

Tabel 4.6 Karakteristik Pelaku/Korban


No Profesi Tahun Jumlah
2016 2017 2018
1 Swasta 42 52 44 138
2 Sopir 15 13 9 37
3 Pns 6 4 7 17
4 Tani 11 15 13 39
5 Pelajar/Mahasiswa 19 14 17 50
Total 93 98 90 281
Sumber data Satlantas Jember

Karakteristik Pelaku

50 Swasta
Sopir
138
39 Pns
Tani
17 37 Pelajar/Mahasiswa

Gambar 4.11 Pie chart Karakteristik Pelaku/Korban


Berdasarkan pie chart diatas karaketeristik pelaku/korban berdasarkan profesi
yang terdata selama 3 (tiga ) tahun terakhir yaitu yang paling sering terlibat
kecelakaan pekerja swasta sebanyak 138 orang, pelajar/mahasiswa sebanyak 50
orang, profesi tani sebanyak 39 orang , sopir sebanyak 37 orang dan pegawai
negri sipil (Pns) sebanyak 17 orang
4.3 Analisa Data di Lokasi Penelitian
4.3.1 Data Geometrik Jalan
a. Jalan raya Arjasa hingga perbatasan dengan kabupaten Bondowoso
termasuk jalan provinsi.
b. Kelas Jalan raya Arjasa hingga perbatasan dengan kabupaten Bondowoso
termasuk dalam kelas IIIA dengan kecepatan rencana untuk 60 km/jam,
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 43Tahun 1993 tentang Prasarana
dan Lalu-lintas Jalan.
c. Tipe jalan adalah 2 lajur dengan lebar jalan 7 meter dan tidak memiliki
median jalan.
d. Memiliki bahu jalan 1,5 meter sampai 2.5 meter yang sebagian digunakan
untuk parkir kendaraan sementara, warung/penjual bensin serta tanaman
rerumputan yang berada di areal hutan jati.
e. Terdapat tikungan di lokasi peneltian
f. Kondisi Tata Guna Lahan di sekitar lokasi penelitian yaitu pemukiman
penduduk, area hutan jati, sebagian kecil area perkebunan dan usaha
dagang ( warung/kios) di pinggir jalan .

4.3.2 Data Lingkungan jalan


a. Saluran Tepi Jalan
Dari hasil temuan yang didapat dilokasi penelitian STA 14.+250 sampai 14.+750
terdapat saluran tepi jalan dengan lebar 1.20 meter dengan sebagian ditumbuhi
semak-semak namun saluran air terbilang berfungsi cukup baik hanya perlu
sedikit pembersihan.

b. Lampu penerangan jalan


Di lokasi penelitian secara umum untuk kondisi sudah mencukupi dan berfungsi
dengan baik
c. Keberadaan Tanaman / pohon
Di lokasi penelitian terdapat tanaman semak-semak dan beberapa pohon besar di
tepi jalan dengan jarak 2.30 meter dan jarak antar pohon 20 meter
4.3.3 Data Kondisi Jalan
a. Kondisi perkerasan aspal
Dari hasil pengamatan di lokasi penelitian kondisi perkerasan aspal terbilang
cukup baik dan mulus.
b. Keberadaan lubang
Dari hasil pengamatan di lokasi penelitian tidak ditemukan lubang di badan jalan.

4.4 Analisa Penetapan Blackspot


4.4.1 Mengelompokkan data per kilometer
Dikelompokkan data kecelakaan di ruas jalan Arjasa hingga perbatasan dengan
kabupaten Bondowoso berdasarkan tiap Stasioning selama 3 (tiga) tahun yaitu
tahun 2016, tahun 2017 dan tahun 2018 .

Tabel 4.7 Data Kecelakaan


No Stasioning Tahun Jumlah
2016 2017 2018
1 Km 8-9 4 2 3 9
2 Km 9-10 4 3 4 11
3 Km 10-11 4 4 4 12
4 Km 11-12 5 4 3 12
5 Km 12-13 6 5 7 18
6 Km 13-14 5 3 4 12
7 Km 14-15 7 10 9 26
8 Km 15-16 3 4 4 11
9 Km 16-17 4 2 2 10
10 Km 17-18 3 2 5 10
Jumlah 45 39 44 128
Sumber data Satlantas Jember

4.4.2 Menentukan Titik Blackspot


Untuk menentukan titik blackspot menggunakan metode Angka Kecelakaan Per
Kilometer ( acident rate per kilometer) yaitu dengan menggunakan rumus :

𝐴𝐶
RL=. . . . . . . 𝐿 . . . . . . .(4.1)

Keterangan :
RL = total kecelakaan rerata per Km untuk satu tahun
AC = total jumlah kecelakaan selama satu tahun
L = Panjang jalan dalam Km

Diketahui :
RL = ..?
AC = 128/3 thn = 42.7 kecelakaan/thn
L = 10 km

Jadi
42.7
RL=. . . . . . . 10 . . . . .

RL = 4.27
Jadi total kecelakaan rata2 per km untuk setahun yaitu 4.27 .

4.4.3 Tabel penentuan Blackspot


No Stasioning Jumlah Dibagi 3 Hasil Nilai Penentuan
kecelakaan (selama RL Blackspot
(3 thn) 3 th)
1 Km 8-9 9 3 3 4.27 Bukan
Blackspot
2 Km 9-10 11 3 3.66 4.27 Bukan
Blackspot
3 Km 10-11 12 3 4 4.27 Bukan
Blackspot
4 Km 11-12 12 3 4 4.27 Bukan
Blackspot
5 Km 12-13 18 3 6 4.27 Blackspot
6 Km 13-14 12 3 4 4.27 Bukan
Blackspot
7 Km 14-15 26 3 8.66 4.27 Blackspot
8 Km 15-16 11 3 3.66 4.27 Bukan
Blackspot
9 Km 16-17 10 3 3.33 4.27 Bukan
Blackspot
10 Km 17-18 10 3 3.33 4.27 Bukan
Blackspot

Dengan menggunakan metode Angka Pendekatan Per Kilometer ( aacident rate


per kilometer) diketahui dilihat dari tabel diatas bahwa titik rawan kecelakaan
tertinggi (Blackspot) yaitu di Km 14-15 dan Km 12-13

4.5 Analisa Penangan Blackspot


4.5.1 Penanganan Audit keselamatan jalan Km 14.+250 sampai 14.+750
Dari hasil penentuan Blackspot diketahui bahwa Km 14-15 termasuk daerah
rawan kecelakaan tertinggi (Blackspot) di ruas jalan Arjasa hingga perbatasan
dengan kabupaten Bondowoso maka dari itu perlu penanganan guna mengurangi
tingginya rawan kecelakaan di lokasi tersebut yaitu dengan penelitian langsung di
Km 14.+250 sampai 14.+750 mengguanakan Audit Keselamatan Jalan dan
disesuaikan dengan standart sesuai PERMEN No 19/2011.

Tabel 4.8 Audit Keselamatan Jalan


No Item Standart Lapangan Deviasi Keterangan
1 Lebar badan 9.00 m 7.00 m -2.00 m Lebar badan
jalan ( 2 Arah ) jalan di lokasi
penelitian yaitu 7
meter kurang
dari PERMEN
PU 19/2011
yaitu standart 9
m untuk jalan
kolektor
2 Lebar jalur 2x4.5 m 2x3.5 m Tidak Di lokasi
lalu-lintas Sesuai penelitian
terdapat jalur 2
arah dengan
lebar 2x3.5 m
3 Median (Lebar) Tidak ada Tidak ada - Tidak tersedia
lokasi penelitian
4 Tikungan R = 110 meter Nilai 39 Di lokasi
Utk kecepatan kemiringan meter Terdapat
60 km/jam r = 71 m tikungan dengan
nilai kemiringan
r 71 m
5 Bahu jalan 2.00 m 2.50 m +2.50 Tersedia bahu
(lebar) m jalan 2.50 m
Lanjutan tabel hal 43
6 Kemiringan 4-6 % 0% -4-6% Diperbaiki agar
bahu jalan sesuai PERMEN
PU 19/2011
7 Saluran tepi 1.00 m 1.20 -1.20 m Di lokasi
(lebar) penelitian
tersedia saluran
tepi dengan lebar
1.20 meter
8 Fungsi saluran Lancar dan Cukup Aman Dibersihkan
tepi tidak lancar dan
tersumbat tidak
tersumbat
9 Lebar ambang Tidak ada Tidak ada - Dilokasi
pengaman penelitian tidak
tersedia lebar
ambang
pengaman
10 Ruang milik Lebar 25 m 15 m -10 m Perlu penangan
jalan (Rumija)
11 Ruang Lebar 15 m 5m -10nm dilokasi
pengawasan penelitian
jalan (Ruwasja) terdapat
permukiman,
ditumbuhi
semak-semak
dan pohon
12 Jarak antar 500 m 600 m Sesuai Sesuai
jalan masuk
paling dekat
Lanjutan tabel hal 44
13 Kecepatan 60 km/jam 63 km/jam Tidak Melebihi dari
rencana Aman aturan kecepatan
rencana utk jalan
kolektor yaitu 60
km/jam
14 Jarak pohon - 2.30 m Aman Aman
dengan tepi
jalan
15 Jarak antar 20 m 20 m Aman Dilokasi jarak
pohon antar pohon 20 m
16 Jarak tiang 3.50 m 3.50 m Sesuai Sesuai
listrik dengan
tepi jalan
17 Lampu 0.6 2.00 m +1.40 Lampu
penerangan m penerangan
dalam kondisi
baik dan
berfungsi namun
di tikungan jarak
lampu terlalu
jauh .
18 Satndart Marka Harus jelas Jelas dan Sesuai Marka jelas dan
jalan terang terang
19 Kedalaman Max 50 mm Tidak Sesuai Terawat dan baik
lubang berlubang
20 Zebra cross Tidak ada Tidak ada - Tidak tersedia
21 Patok pengarah Harus ada Ada Sesuai tertupi ranting
22 Patok Tidak ada Tidak ada - Tidak tersedia
pengaman
Lanjutan tabel hal 45
23 Patok kilometer Haruss ada Ada Sesuai Tersedia dan
terlihat jelas di
tepi jalan
23 Pagar jalan Tidak ada Tidak ada - Tidak ada karna
Bukan jalan
perbukitan

24 Pemberhentian Panjang Tidak ada - Tidak harus


angkot/bus pemberhentian dikarenakan
angkot/bus sebagian
min 53 m besarjala arae
hutan jati
25 Trotoar 1.00 m Tidak ada - Tidak tersedia
trotoar di lokasi
penelitian
26 Tempat parkir Tidak 3.00 m Di lokasi
diperkenankan penelitian
di bagian jalan sebagian tersedia
tempat parkir
warung/kios
pinggir jalan

4.5.3. Daftar periksa Audit Keselamatan Jalan


Dari hasil survei pengisian cheklist audit keselamatan jalan dapat di diterangkan
keadaan jalan dari item-item pemeriksaan seperti :
a. Kelas Jalan, Lajur dan Bahu Jalan
Jalan Arjasa hingga perbatasan dengan kabupaten Bondowoso memiliki 2 lajur
2x3.5 m dengan lebar badan jalan 7 meter. Berdasarkan pedoman Peraturan
mentri no 19/2011, jalan tersebut termasuk jalan kolektor, dengan persyaratan
minimal lebar lajur 9 meter. Jalan Arjasa hingga Kabupaten bondowoso kurang
memenuhi standar lebar badan jalan tetapi untuk bahu jalan ada sebagian jalan
yang lebarnya kurang dari 2,5 meter.
Rekomendasi : Perlu pelebaran jalan sehingga sesuai dengan PERMEN no.
19/2011 yaitu 9 meter dan untuk bahu jalan perlu pelebaran di beberapa tempat
agar memenuhi standart yaitu 2.5 m.
b. Median
Berdasakan Peraturan mentri no 19/2011, jalan yang memiliki 4 lajur 2 arah
harus dilengkapi dengan median. Dengan demikian Jalan Arjasa hingga
perbatasan dengan kabupaten Bondowoso masih memenuhi persyaratan karena
kondisi yang ada di jalan tersebut memiliki 2 lajur 2 arah
Rekomendasi: Sesuai tidak perlu adanya median jalan
c. Tikungan
Dari hasil pengamatan terdapat tikungan pada km 14.+300 sampai 14.+450
dengan jari-jari kemiringan 71 meter sedangkan standar keselamatan untuk
kecepatan 60 Km/jam adalah 110 meter
Rekomendasi : menurunkan kecepatan kendaraan dari 63 km/jam menjadi 40
Km/jam pada jarak minimal 20 meter sebelum memasuki tikungan dengan
memberikan rambu peringatan pada jarak 50 meter plus 20 meter sesaat sebelum
memasuki tikungan.
d. Saluran Tepi Jalan
Dari hasil pengamatan terdapat saluran tepi jalan dengan kondisi cukup baik
hanya saja sebagian tertutupi tumbuhan semak-semak , namun saluran air
berfungsi dengan baik, tidak menganggu aliran air
Rekomendasi : Perlu dibersihkan
e. Ruang Milik Jalan ( Rumija)
Dari hasil pengamatan di lokasi masih terdapat ruang milik jalan yang digunakan
untuk kios/warung sehingga kurang memenuhi standar lebar Rumija yaitu 25 m.
Jadi perlu penanganan/perbaikan apabila akan dilakukan pelebaran badan jalan
Rekomendasi : Perlu penanganan, karena sewaktu-waktu terjadi pelebaran jalan
f. Ruang Pengawasan Jalan ( Ruswaja )
Dari hasil pengamatan di lokasi sebagian terdapat semak-semak ,pohon dan
pemukiman sehingga standar lebar yaitu 15 m kurang memenuhi karena
dilapangan hanya sekitar 5 m.
Rekomendasi : Perlu penangannya agar sesuai standar PERMEN no 19/2011 yaitu
15 m
g. Jalan Antar Jalan Masuk Paling Dekat
Dari hasil pengamatan di lokasi antar jalan masuk paling dekat sekitar 400 m jadi
memenuhi standart Peraturan mentri No 19/2011 yaitu 500 m
Rekomendasi : Perlu penanganan karena jalan antar jalan masuk berjarak 400 m
kurang dari standart minimal yaitu 500 m
h. Kecepatan Rencana
Dari survei yang dilakukan di ruas Jalan Kalimantan didapat Kecepatan
operasional sebesar 63 km/jam. Jalan Arjasa hingga perbatasan Bondowoso
termasuk dalam kelas jalan kolektor sehingga menurut Peraturan Mentri No
19/2011 sebesar 60 km/jam
Rekomendasi : Pengendara agar mengurangi kecepatannya sebelum memasuki
jalan tikungan
i. Jarak Pohon Dengan Tepi Jalan
Dari hasil pengamatan di lokasi jarak antara pohon dengan tepi jalan yaitu 2.30
m masih tergolong batas aman.
Rekomendasi : Pengendara lebih berhati-hati karena di tikungan jarak beberapa
pohon lebih dekat dengan tepi jalan.
j. Jarak Antar Pohon
Dari hasil pengamatan di lokasi jarak antar pohon sepanjang 20 m.
Rekomendasi : Sudah sesuai
k. Jarak Tiang Listrik dan Tiang Telpon Dengan Tepi Jalan
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi jarak tiang listrik dengan tepi jalan
sepanjang 3.50 m sesuai dengan standar peraturan .
Rekomendasi : perlu penanganan

l. Lampu Penerangan
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi sudah tersedia lampu penerangan jalan
dengan jarak sekitar 2.00 m dari tepi jalan jadi memenuhi standart peraturan
Peraturan Mentri No 19/2011 yaitu minimal 0.6 m
Rekomendasi : Jarak lampu penerangan di tikungan terlalu jauh sehingga pada
malam hari kurangx sumber penerangan jalan
m. Standar Marka
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi standar marka berpa garis tengan dan
garis tepi jalan terlihat jelas dan terang
Rekomendasi : Pengendara lebih memperhatikan marka jalan
n. Kedalaman Lubang
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi keadaan aspal sangat baik sehingga
tidak ditemukan lubang di badan jalan.
Rekomendasi : Sudah baik tidak berlubang
o. Zebra Cross
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi tidak tersedia zebra cross dikarenakan
merupakan jalan yang tidak terdapat fasilitas umum seperti sekolah, pasar dan
tempat keramaian lain.
Rekomendasi : Tidak perlu adanya zebra cross
p. Patok Pengarah, Patok Pengaman dan Patok Kilometer
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi terdapat patok pengarah namun
sebagian tertutupi ranting pohon sehingga kurang terlihat jelas para pengendara.
Patok pengaman tidak ada dikarenakan bukan jalan di areal perbukitan. Dan patok
kilometer terdapat dan terlihat dengan jelas.
Rekomendasi : Patok kilometer sudah jelas dan terlihat namun patok pengarah
tertutupi batang pohon
q. Pagar Jalan
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi tidak ada pagar jalan di karenakan
bukan termasuk jalan areal perbukitan/pegunungan jadi tidak harus menggunakan
pagar jalan di lokasi jalan ini.
Rekomendasi : Tidak perlu pagar jalan karna bukan termasuk jalan perbukitan
r. Pemberhentian angkot/bus
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi tidak tersedia tempat pemberhentian
angkot/bus dikarenakan jalan sebagian besar areal hutan jati.
Rekomendasi : Tidak perlu ada pemberhentian angkot di lokasi ini .
s. Trotoar
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi tidak ada trotoar karna sebagian jalan
areal hutan jati jadi tidak perlu dibutuhkan trotoar.
Rekomendasi : Tidak harus diperlukan adanya trotoar
t. Tempat Parkir
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi hanya sebagian kecil terdapat parkir
untuk kios/warung di bahu jalan tepatnya pada km 14.+600 sampai km 14.750.
Rekomendasi : Perlu penanganan dan penataan agar tidak parkir di bahu jalan

4.5.4 Penanganan Audit keselamatan jalan Km 12.+250 sampai 12.+750


Dari hasil penentuan Blackspot diketahui bahwa Km 12-13 termasuk daerah
rawan kecelakaan tertinggi (Blackspot) di ruas jalan Arjasa hingga perbatasan
dengan kabupaten Bondowoso maka dari itu perlu penanganan guna mengurangi
tingginya rawan kecelakaan di lokasi tersebut yaitu dengan penelitian langsung di
Km 12.+250 sampai 12.+750 mengguanakan Audit Keselamatan Jalan dan
disesuaikan dengan standart sesuai PERMEN No 19/2011.

Tabel 4.9 Audit Keselamatan Jalan


No Item Standart Lapangan Deviasi Keterangan
1 Lebar badan 9.00 m 7.00 m -2.00 m Lebar badan jalan
jalan ( 2 Arah ) di lokasi penelitian
yaitu 7 meter
kurang dari
PERMEN PU
19/2011 yaitu
standart 9 m untuk
jalan kolektor
Lanjutan tabel hal 50
2 Lebar jalur 2x3.5 m 2x4.5 m Sesuai Di lokasi
lalu-lintas penelitian terdapat
jalur 2 arah
dengan lebar 2x3.5
m
3 Median (Lebar) Tidak ada Tidak ada - Tidak tersedia
lokasi penelitian
4 Tikungan Tidak ada Tidak ada - Di lokasi
penelitian tidak
terdapat tikungan
5 Bahu jalan 2.00 m 2.50 m +2.50 Tersedia bahu
(lebar) m jalan 2.50 m
6 Kemiringan 4-6 % 0% -4-6% Diperbaiki agar
bahu jalan sesuai PERMEN
PU 19/2011
7 Saluran tepi 1.00 m 1.20 -1.20 m Di lokasi
(lebar) penelitian tersedia
saluran tepi
dengan lebar 1.20
meter
8 Fungsi saluran Lancar dan Cukup - Dibersihkan
tepi tidak lancar
tersumbat dan tidak
tersumbat
9 Lebar ambang Tidak ada Tidak ada - Dilokasi penelitian
pengaman tidak tersedia lebar
ambang pengaman
10 Ruang milik Lebar 25 m 10 m -15 m Perlu penangan
jalan (Rumija)
Lanjutan tabel hal 51
11 Ruang Lebar 15 m 5m -10 m Ditambah, dilokasi
pengawasan penelitian terdapat
jalan (Ruwasja) permukiman,
ditumbuhi semak-
semak dan pohon
12 Jarak antar 500 m Tidk ada - Tidak ada jalan
jalan masuk antar masuk di
paling dekat lokasi
13 Kecepatan 60 km/jam 67 Aman Melebihi dari
rencana km/jam aturan kecepatan
rencana utk jalan
kolektor yaitu 60
km/jam
14 Jarak pohon - 2.30 m Aman Aman
dengan tepi
jalan
15 Jarak antar - 20 m Aman Dilokasi jarak
pohon antar pohon 20 m
16 Jarak tiang 3.50 m 3.50 m Sesuai Sesuai dengan
listrik dengan standart
tepi jalan
17 Lampu 0.6 2.00 m +1.40 Lampu
penerangan m penerangan dalam
kondisi baik dan
berfungsi
18 Satndart Marka Harus jelas Jelas dan Sesuai Marka jelas dan
jalan terang terang
19 Kedalaman Max 50 mm Tidak Sesuai Terawat dan baik
lubang berlubang
Lanjutan tabel hal 52
20 Zebra cross Tidak ada Tidak ada - Tidak tersedia
21 Patok pengarah Harus ada Ada Sesuai Sebagian tertupi
ranting
22 Patok Tidak ada Tidak ada - Tidak tersedia
pengaman
23 Patok kilometer Haruss ada Ada Sesuai Tersedia dan
terlihat jelas di
tepi jalan
23 Pagar jalan Tidak ada Tidak ada - Tidak tersedia
karna bukan
termasuk jalan
perbukitan/areal
pegunungan
24 Pemberhentian Panjang Tidak ada - Tidak harus
angkot/bus pemberhentian dikarenakan
angkot/bus sebagian besarjala
min 53 m arae hutan jati
25 Trotoar 1.00 m Tidak ada - Tidak tersedia
trotoar di lokasi
penelitian
26 Tempat parkir Tidak 2.00 m Di lokasi
diperkenankan penelitian
di bagian jalan sebagian tersedia
tempat parkir
warung/kios
pinggir jalan

4.5.6. Daftar periksa Audit Keselamatan Jalan


Dari hasil survei pengisian cheklist audit keselamatan jalan dapat di diterangkan
keadaan jalan dari item-item pemeriksaan seperti :

a. Kelas Jalan, Lajur dan Bahu Jalan


Jalan Arjasa hingga perbatasan dengan kabupaten Bondowoso memiliki 2 lajur
2x3.5 m dengan lebar badan jalan 7 meter. Berdasarkan pedoman PERMEN no
19/2011, jalan tersebut termasuk jalan kolektor, dengan persyaratan minimal lebar
lajur 9 meter. Jalan Arjasa hingga Kabupaten bondowoso kurang memenuhi
standar lebar badan jalan tetapi untuk bahu jalan ada sebagian jalan yang lebarnya
kurang dari 2,5 meter.
Rekomendasi : Perlu pelebaran jalan sehingga sesuai dengan PERMEN no.
19/2011 yaitu 9 meter dan untuk bahu jalan perlu pelebaran di beberapa tempat
agar memenuhi standart yaitu 2.5 m.
b. Median
Berdasakan PERMEN no 19/2011, jalan yang memiliki 4 lajur 2 arah harus
dilengkapi dengan median. Dengan demikian Jalan Arjasa hingga perbatasan
dengan kabupaten Bondowoso masih memenuhi persyaratan karena kondisi yang
ada di jalan tersebut memiliki 2 lajur 2 arah
Rekomendasi: Sesuai tidak perlu adanya median jalan
c. Tikungan
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi tidak ada tikungan
d. Saluran Tepi Jalan
Dari hasil pengamatan terdapat saluran tepi jalan dengan kondisi kurang baik
karena di beberapa tempat tertutupi sampah dan tertutupi tumbuhan semak-semak
, sehingga menghambat saluran air.
Rekomendasi : Perlu dibersihkan
e. Ruang Milik Jalan ( Rumija)
Dari hasil pengamatan di lokasi masih terdapat ruang milik jalan yang digunakan
untuk kios/warung sehingga kurang memenuhi standar lebar Rumija yaitu 25 m.
Rekomendasi : Perlu penanganan, karena sewaktu-waktu terjadi pelebaran jalan

f. Ruang Pengawasan Jalan ( Ruswaja )


Dari hasil pengamatan di lokasi sebagian terdapat semak-semak ,pohon dan
pemukiman sehingga standar lebar yaitu 15 m kurang memenuhi karena
dilapangan hanya sekitar 5 m.
Rekomendasi : Perlu penangannya agar sesuai standar PERMEN no 19/2011 yaitu
15 m
g. Jalan Antar Jalan Masuk Paling Dekat
Dari hasil pengamatan di lokasi tidak terdapat antar jalan masuk paling dekat
Rekomendasi : Tidak ada
h. Kecepatan Rencana
Dari survei yang dilakukan di ruas Jalan Kalimantan didapat kecepatan
operasional sebesar 63 km/jam. Jalan Kalimantan termasuk dalam kelas jalan
kolektor sehingga menurut Peraturan Mentri No 19/2011 sebesar 60 km/jam, bila
dibandingkan dengan kecepatan operasional maka kecepatan kendaraan masih
normal.
Rekomendasi : Pengendara agar mengurangi kecepatan kendaraannya
i. Jarak Pohon Dengan Tepi Jalan
Dari hasil pengamatan di lokasi jarak antara pohon dengan tepi jalan yaitu 2.70
m
Rekomendasi : Sudah termasuk aman dan tidak menganggu kendaraan
j. Jarak Antar Pohon
Dari hasil pengamatan di lokasi jarak antar pohon sepanjang 20 m.
Rekomendasi : Sudah batas aman
k. Jarak Tiang Listrik dan Tiang Telpon Dengan Tepi Jalan
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi jarak tiang listrik dengan tepi jalan
sepanjang 3.50 m sesuai dengan standar peraturan .
Rekomendasi : Perlu penanganan dan kewaspadaan para pengendara karena
ada tiang telpon yang sedikit miring ke arah badan jalan.

l. Lampu Penerangan
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi sudah tersedia lampu penerangan jalan
dengan jarak sekitar 2.00 m dari tepi jalan jadi memenuhi standart peraturan
Peraturan Mentri No 19/2011 yaitu minimal 0.6 m.
Rekomendasi : Perlu sedikit perbaikan ada beberapa lampu yang cahaya agak
redup
m. Standar Marka
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi standar marka berpa garis tengan dan
garis tepi jalan terlihat jelas dan terang
Rekomendasi : Pengendari lebih memerhatikan marka garis marka .
n. Kedalaman Lubang
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi keadaan aspal sangat baik sehingga
tidak ditemukan lubang di badan jalan.
Rekomendasi : sesuai standart
o. Zebra Cross
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi tidak tersedia zebra cross dikarenakan
merupakan jalan yang tidak terdapat fasilitas umum seperti sekolah, pasar dan
tempat keramaian lain.
Rekomendasi : Perlu dibuat zebra cross terutama di depan Masjid Al- Baroqah
p. Patok Pengarah, Patok Pengaman dan Patok Kilometer
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi terdapat patok pengarah namun
sebagian tertutupi ranting pohon sehingga kurang terlihat jelas para pengendara.
Patok pengaman tidak ada dikarenakan bukan jalan di areal perbukitan. Dan patok
kilometer terdapat dan terlihat dengan jelas
Rekomendasi: Perlu diperbaiki karna patok pengarah jatuh
q. Pagar Jalan
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi tidak ada pagar jalan di karenakan
bukan termasuk jalan areal perbukitan/pegunungan jadi tidak harus menggunakan
pagar jalan di lokasi jalan ini.
Rekomendasi : Tidak perlu dikarenakan jalan datar dan bukan area jalan
perbukitan
r. Pemberhentian angkot/bus
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi tidak tersedia tempat pemberhentian
angkot/bus .
Rekomendasi : Perlu adanya tempat pemberhentian angkot/bus semisal halte
agar memudahkan warga setempat menggunakan transportasi umum dan tidak
asal berhenti sehingga menganggu pengendara lain.
s. Trotoar
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi tidak ada trotoar.
t. Tempat Parkir
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi hanya sebagian kecil terdapat parkir
untuk kios/warung dan masjid di bahu jalan.
Rekomendasi : Perlu penangan terutama di lokasi warung pinggir jalan yang
menggunakan bahu jalan sebagai lahan parkir
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan kemudian
dianalisis sesuai dengan metode yang telah ditentukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kecelakaan lalu lintas pada ruas Jalan Arjasa hingga perbatasan dengan
kabupaten Bondowoso terbilang tinggi. Pada tahun 2016, tahun 2017 dan tahun
2018 telah terjadi kecelakaan sebanyak 128 kecelakaan pada ruas jalan
tersebut, dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 19 orang, korban
luka berat sebanyak 26 orang, dan korban luka ringan sebanyak 176 orang
.dengan pelaku/korban pekerja swasta terbanyak yaitu 138 orang, pengendara
sepeda motor terbanyak terlibat kecelakaan dengan 176 kejadian dengan jenis
tabrak samping terbanyak yaitu 50 kali dan rantan waktu kejadian tersering
terjadi pada malam hari (18.00-04.00) sebanyak 37 kali.
2. Dari hasil perhitungan berdasarkan Accident Rate untuk menentukan titik Black
Spot tertinggi adalah pada ruas Km 14 sampai Km 15 dengan 26 kejadian dan
Km 12 sampai Km 13 dengan 18 kejadian kecelakaan selama 3 tahun terakhir.
3. Dari hasil penelitian bahwa jalan arjasa hingga perbatasan bondowoso sebagian
besar kurang memenuhi standart lebar jalan menurut PERMEN No 19/2011
yaitu 9 meter,serta kurangnya lampu penerangan di beberapa lokasi di ruas
tersebut dan pengendara yang kurang berhati-hati di tikungan yang merupakan
titik kecelakaan tertinggi .

8. SARAN
Berdasarkan dari analisa dan kesimpulan, maka dapat disarankan beberapa
hal sebagai berikut :
1. perlu dilakukan komparasi data kecelakaan lalu lintas yang berasal dari
satlantas polres Jember dengan data kecelakaan lalu lintas yang berasal
dari rumah sakit. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka verifikasi terhadap
keandalan data kecelakaan yang ada.
2. Perlu dilakukan perbandingan penetapan blackspot dengan menggunakan
metode perhitungan rata-rata dan metode penetapan angka kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim (1990), Pedoman Penyusunan Lokasi Rawan Lalu lintas

Fachrurozhy. (1996).”Tipe Angka Kecelakaan Lalu lintas”

Putri,Cahaya E. (2014).” Analisis Karakteristik Kecelakaan dan Faktor Penyebab


Kecelakaan pada Lokasi Blackspot di Kota Kayu Agung”. Jurnal Teknik
Sipil dan Lingkungan. Vol. 2, No 1, hal 154-161.

Rita, Indah L. (2012).” Analisis Kecelakaan Lalu lintas area Blackspot di ruas
jalan Yogya, Magelang”. Jurnal Spektran. Vol 2 Hal 15-27. Yogya .
Program pasca Sarjana Universitas Negri Yogyakarta.

______(1993) , Prasarana Lalu lintas Jalan sebagai Peraturan Pelaksanaan dari


Undang-undang Lalu lintas, Peraturan Pemerintah Nomor : 43 Tahun 1993.
pasal 93 Tentang Prasarana dan Lalu lintas Angkutan Jalan, Jakarta
PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK FORMULIR SURVEI AUDIT
UNIVERSITAS MOCH SROEDJI JEMBER KESELAMATAN JALAN
Hari/Tanggal : Cuaca : Cerah/Mendung
Nama Ruas Jalan :
STA : Surveyor :
j Fungsi Jalan :
NO ITEM STANDART LAPANGAN DEVIASI KETERANGAN
1 Lebar badan jalan ( 2 9.00 m
Arah )
2 Lebar jalur lalu-lintas 2 x 3.50 m
3 Median (Lebar) Tidak ada
4 Pemisah jalur (Lebar) Tidak ada
5 Bahu jalan (Lebar) 2.00 m
6 Kemiringan bahu jalan 4-6 %
7 Saluran tepi (Lebar) 1.00 m
8 Fungsi saluran tepi Lancar, tidak
tersumbat
9 Lebar ambang 1.00 m
pengaman
10 Ruang milik jalan Lebar 25 m
(Rumija)
11 Ruang pengawasan Lebar 15 m -
jalan (Ruwasja)
11 Jarak antar jalan masuk 0.5 km/500
paling dekat m
12 Kecepatan rencana 60 km/jam
13 Jarak pohon dengan -
tepi jalan
14 Jarak antar pohon -
15 Jarak tiang listrik, tiang 3.50 m
telpon dengan tepi jalan
16 Lampu Penerangan 0.6 m diluar
Jalan perkerasan
17 Standart Marka Marka harus
jelas
18 Kedalaman lubang Max 50 mm
19 Zebra cross Tidak ada
20 Patok pengarah Harus ada
21 Patok Pengaman Tidak ada
22 Patok Kilometer Harus ada
23 Pagar Jalan Tidak ada
24 Pemberhentian Panjang
angkot/bus pemberhentia
n angkot/bus
min 53 m
25 Trotoar (Lebar) 1.00
26 Parkir Tidak
diperkenanka
n bahu jalan
PETA LOKASI PENELITIAN
DOKUMENTASI DI LOKASI PENELITIAN BLACKSPOT

Patok Km 14 +000

Tikungan di Km 14 +300

Patok Pengarah
DOKUMENTASI DI LOKASI PENELITIAN BLACKSPOT

Patok Km 15

Saluran tepi jalan

Bahu Jalan Km 15 + 500

Anda mungkin juga menyukai