Disusun Oleh :
NIM. 1821062
2023
EVALUASI PEMBERLAKUAN SISTEM SATU ARAH DI JL. AHMAD
YANI TERHADAP KINERJA SIMPANG DI RUAS JL. IMAM BONJOL
DAN JL. VETERAN KABUPATEN NGANJUK
Disusun Oleh:
GENNIO JOAN MICHAEL ALLESIO
NIM 1821062
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Nusa Sebayang, MT. Ir. Eding Iskak Imananto, MT.
NIP. P. 196702181993031002 NIP. P. 196605061993031004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Sipil S-1
ii
EVALUASI PEMBERLAKUAN SISTEM SATU ARAH DI JL. AHMAD
YANI TERHADAP KINERJA SIMPANG DI RUAS JL. IMAM BONJOL
DAN JL. VETERAN KABUPATEN NGANJUK
Proposal ini telah dipertahankan di depan Dosen Pembahas Proposal Tugas Akhir
Jenjang S-1 dan diterima untuk memenuhi salah satu syarat untuk menulis Tugas
Akhir.
Disusun Oleh:
GENNIO JOAN MICHAEL ALLESIO
NIM 1821062
Malang, Tanggal, Bulan, Tahun
Dosen Pembahas,
Dosen Pembahas I Dosen Pembahas II
Disahkan Oleh:
Ketua Program Studi Sekretaris Program Studi
Teknik Sipil S-1 Teknik Sipil S-1
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah
melimpahkan segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “EVALUASI PEMBERLAKUAN
SISTEM SATU ARAH DI JL. AHMAD YANI TERHADAP KINERJA
SIMPANG DI RUAS JL. IMAM BONJOL DAN JL. VETERAN
KABUPATEN NGANJUK” baik dan benar .
1. Dr. Ir. Hery Setyobudiarso, Msc selaku Dekan FTSP Institut Teknologi
Nasional Malang.
2. Dr. Yosimpson. P. Manaha, ST., MT selaku Ketua Prodi Teknik Sipil
S1 Institut Teknologi Nasional Malang.
3. Dr. Ir. Nusa Sebayang, MT selaku Dosen Pembimbing 1 Tugas Akhir
4. Ir. Eding Iskak Imananto, MT. selaku Dosen Pembimbing 2 Tugas
Akhir
5. Orang tua serta keluarga dan sahabat-sahabat saya yang selalu memberi
dukungan dan doa
Harapan penulis semoga proposal tugas akhir ini bisa dilanjutkan untuk
penulisan Tugas Akhir dan berguna bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
2.15. Derajat Kejenuhan .................................................................................. 22
2.16. Tundaan................................................................................................... 22
2.17. Peluang Antrian ...................................................................................... 24
2.18. Penilaian Kinerja ..................................................................................... 24
BAB III METODOLOGI STUDI ...................................................................... 25
3.1. Lokasi Studi ............................................................................................ 25
3.2. Pengumpulan Data Primer ...................................................................... 26
3.3. Pengumpulan Data Sekunder .................................................................. 26
3.4. Langkah Pengambilan Data .................................................................... 26
3.5. Titik Penempatan Surveyor..................................................................... 27
3.6. Jenis Survey ............................................................................................ 29
3.7. Form Survei Pengambilan Data .............................................................. 31
3.8. Metode Analisi Data ............................................................................... 33
3.9. Bagan Alir ............................................................................................... 34
3.10. Alternatif Penyelesaian Masalah............................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Sistem Jaringan Jalan Setelah Pemberlakuan Sistem Satu Arah ...... 3
Gambar 3.1 Lokasi Studi Simpang Jl. Imam Bonjol dan Jl. Dermojoyo ........... 25
Gambar 3.2 Lokasi Studi Simpang Jl. Veteran dan Jl. Megantoro .................... 25
Gambar 3.3 Lokasi Studi Simpang Jl. Veteran dan Jl. Merdeka ........................ 26
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Studi terdahulu .................................................................................... 6
Tabel 2.6 Klasifikasi Ukuran Kota dan Faktor Koreksi Ukuran Kota ................ 19
Tabel 2.7 FHS Sebagai Fungsi Dari Tipe Lingkungan Jalan, HS, dan RKTB ......... 20
Tabel 2.8 Faktor Koreksi Rasio Arus Jalan Minor Dalam Bentuk Persamaan .... 22
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu kabupaten di provinsi
Jawa Timur yang memiliki perkembangan pesat dalam kegiatan ekonomi,
social, budaya, dan kegiatan lainnya. Hal ini ditandai dengan adanya
pengembangan Kawasan Ekonomi Nganjuk di Jalan Ahmad Yani dimana
lokasi tersebut berada di pusat kota. Pengembangan Kawasan Ekonomi
Nganjuk ini diharapkan dapat menunjang ekonomi masyarakat kabupaten
Nganjuk serta meningkatkan pariwisata kota Nganjuk.
Konsekuensi dari pengembangan tersebut yaitu meningkatnya
kebutuhan sarana dan prasarana jalan raya untuk menunjang kebutuhan
masyarakat sehari-hari. Dengan adanya peningkatan kebutuhan sarana dan
prasarana jalan raya untuk menunjang kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo)
menerapkan sistem satu arah pada ruas jalan Jl. Ahmad Yani mulai tanggal
17 Maret 2022.
Dampak dari diberlakukannya sistem satu arah akan
mengakibatkan perubahan arus lalu lintas. Dimana pengendara yang
dulunya jika dari arah utara hendak ke selatan bisa langsung ke Jl. Ahmad
Yani, namun sekarang harus memutar dulu jika ke barat melewati Jl. KH.
Ahmad Dahlan lalu menuju Jl. Panjaitan. Jika kearah timur harus melewati
Jl. Merdeka atau Jl. Megantoro lalu menuju Jl. Veteran dan Jl. Imam Bonjol.
Adanya perubahan manajemen lalu lintas di atas mempengaruhi kinerja
simpang serta level of service (LOS) simpang jalan di Jl. Imam Bonjol dan
Jl. Veteran. Pemberlakuan sistem baru ini menyebabkan waktu tempuh
lebih cepat, dan kecepatan lalu lintas naik pada ruas jalan tersebut.
Meskipun demikian, ruas jalan sekitarnya akan ada peningkatan volume lalu
lintas. Jl. Imam Bonjol dan Jl. Veteran sendiri merupakan jalan Kabupaten
yang menghubungkan antara Kabupaten Nganjuk dengan Kota Kediri, dan
juga merupakan jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan lokal.
Maka akan ada perubahan kinerja simpang jalan di jam-jam tertentu seperti
1
kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan, antrean, dan Level Of Service (LOS).
Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian ini dengan
judul “EVALUASI PEMBERLAKUAN SISTEM SATU ARAH DI JL.
AHMAD YANI TERHADAP KINERJA SIMPANG DI RUAS JL.
IMAM BONJOL DAN JL. VETERAN KABUPATEN NGANJUK”.
2
Alun – alun Nganjuk
Jl. Veteran
Gambar 1.1 Sistem Jaringan Jalan Setelah Pemberlakuan Sistem Satu Arah di Jl.
Ahmad Yani Kabupaten Nganjuk
3
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasikan masalah yang terjadi yaitu :
1. Adanya perubahan manajemen lalu lintas yang mempengaruhi kinerja
simpang serta level of service (LOS) di ruas Jl. Imam Bonjol dan Jl.
Veteran.
2. Akan ada peningkatan kinerja simpang di ruas Jl. Imam Bonjol dan Jl.
Veteran akibat pemberlakuan sistem satu arah di Jl. Ahmad Yani
Kabupaten Nganjuk.
3. Diperlukan solusi terbaik untuk mengatasi pengaruh atau permasalahan
yang terjadi di Jl. Imam Bonjol dan Jl. Veteran akibat pemberlakuan
sistem satu arah di Jl. Ahmad Yani Kabupaten Nganjuk.
1. Untuk menganalisis kinerja simpang di ruas Jl. Imam Bonjol dan Jl.
Veteran akibat pemberlakuan sistem satu arah di jalan Jl. Ahmad Yani
Kabupaten Nganjuk.
2. Memberikan solusi dalam penanganan atau mengoptimalkan kinerja
simpang pada ruas Jl. Imam Bonjol dan Jl. Veteran akibat
pemberlakuan sistem satu arah di Jl. Ahmad yani Kabupaten Nganjuk.
4
1.5 Batasan masalah
Untuk membatasi ruang lingkup studi, penyusun menentukan batasan-
batasan masalah diantaranya :
1. Studi hanya dilakukan di Jl. Ahmad Yani, Jl. Imam Bonjol, dan Jl.
Veteran Kabupaten Nganjuk.
2. Studi ini dilakukan untuk tinjauan analisa dampak pemberlakuan sistem
satu arah di Jl. Ahmad Yani terhadap kinerja simpang di ruas Jl. Imam
Bonjol dan Jl. Veteran Kabupaten Nganjuk.
3. Studi dilakukan pada kendaraan berat, kendaraan ringan, sepeda motor,
dan kendaraan tak bermotor.
4. Pengambilan data hanya diambil di Jl. Imam Bonjol dan Jl. Veteran
Kabupaten Nganjuk.
5. Analisis dan perhitungan menggunakan Pedoman Kapasitas Jalan
Indonesia (PKJI 2014).
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Studi Terdahulu
Sebelum melakukan studi ini penulis mengacu dari beberapa studi terdahulu
yang relevan sebagai pedoman dengan permasalahan yang akan diteliti :
Tabel 2.1 Studi Terdahulu
Nama Judul Persamaan Perbedaan
Ariq Muhammad Kinerja Ruas Area 1) Mengetahui 1) Lokasi studi
Zulfikar, Miftahul Pasar Kembang kinerja ruas kasus yang
Fauziah (2022) Setelah Sistem Satu jalan di lokasi diambil.
Universitas Islam Arah di Kawasan studi kasus 2) Kelas jalan studi
Indonesia Malioboro akibat sistem kasus.
satu arah 3) Metode yang
digunakan PKJI
2014.
6
pemberlakuan
sistem satu
arah.
4) Metode yang
digunakan PKJI
2014.
7
adanya perubahan kriteria desain karena sesuai dengan syarat tingkt
pelayanan di PKJI 2014.
3. Intan Melenia Leimana, Syafira Wahyuriati (2021) dengan judul “Analisis
Kinerja Simpang Tak Bersinyal (Studi Kasus : Simpang Tlajung
Gunung Putri Kabupaten Bogor” didapatkan hasil sebagai berikut :
kondisi eksisting simpang Tlajung Gunung Putri setelah dianalisis
menunjukan hasil buruk dengan kapasitas sebesar 3676,509 smp/jam
volume kendaraan sebesar 5622,27 smp/jam derajat kejenuhan sebesar 1,53
tundaan simpang sebesar -22,532 det/smp peluang antrean sebesar 218%
(batas atas) dan 100% (batas bawah) dan memiliki tingkat pelayanan
simpangyang sangat buruk. Dalam mengatasi permasalahan tersebut
dilakukan 9 alternatif solusi. Pemecahan masalah yang digunakan adalah
alternative terakhir yaitu gabungan antara pemasangan rambu dilarang
berhenti , pembatasan jam operasional kendaraan berat, pelarangan belok
kanan dari pendekat selatan (Jalan Raya Narogong Arah Cileungsi),
pendekat timur (Jalan Raya Wanaherang) dibuat satu arah menuju jalan
alternative Cibubur, dan pendekat selatan dibuat satu arah menuju kea rah
Gunung Putri yang menunjukan hasil kapasitas 5695,091 smp/jam derajat
kejenuhan 0,75 tundaan simpang 12,297 det/smp peluang antrean 23% -
46% dan memiliki tingkat pelayanan dalam kategori B yang berarti kinerja
simpang dalam keadaan baik.
4. Johan Oberlyn Simanjutak, Nurvita I. Simanjutak, Oikosmeno Ifola Harefa
(2022) dengan judul “Evaluasi Kinerja Simpang Tiga Tak Bersinyal
(Studi Kasus : Simpang Jl. Deli Tua Pamah – Jl. Besar Deli Tua
Sumatera Utara)” didapatkan hasil studisebagai berikut : pada penelitian
ini menghasilkan kesimpulan bahwa simpang Jl. Besar Deli Tua – Jl. Deli
Tua Pamah mengalami puncak arus lalu lintas pada hari kamis pukul 07.00-
08.00 WIB dengan volume lalu lintas sebesar3238,2 smp/jam. Kapasitas
sesungguhnya sebesar 2881,483 smp/jam. Derajat kejenuhan sebesar
1,1238. Berdasarkan nilai derajat kejenuhan tersebut tingkat pelayanan
simpang masuk ke dalam kategori F dengan kondisi arus terhambat dan
sering terjadi kemacetan pada waktu yang cukup lama. Alternative solusi
8
yang dapat diberikan untuk kendala yang ditemukan adalah peerlu adanya
pemasangan alat pemberi isyarat (traffic light).
5. Reynaldi Supratman, Obed O.N Nenobais, Anastasia H.Muda (2022)
dengan judul “Analisis Kinerja Simpang Empat Bersinyal Pada
Simpang Polda Kota Kupang” didapat hasil studi sebagai berikut : hasil
analisa pada penelitian ini menunjukan derajat kejenuhan simpang polda
Kota Kupang cukuptinggi mencapai 0,82 sedangkan untuk tingkat
pelayanan masuk dalam kategori E dengan tundaan rata-rata mencapai 50,7
det/smp. Usulan yang ditawarkan yaitu penerapan Sistem Satu Arah pada
Jl. Herewila dan pengaturan simpang dengan 3fase. Usulan penerapan
sistem satu arah menghasilkan derajat kejenuhan 0,77 dan tingkat pelayanan
D dan tundaan rata-rata mencapai 43 det/smp sedangkan usulan pengaturan
simpang dengan 3 fase menghasilkan derajat kejenuhan sebesar 0,68 dan
tingkat pelayanan masuk kategori D dengan tundaan rata-rata mencapai 29
detik/smp.
Berdasarkan studi terdahulu sebelumnya, dari analisis yang menimbulkan
permasalahan menurunnya tingkat pelayanan simpang yakni derajat
kejenuhan, tundaan, panjang antrean. Melihat masalah-masalah yang
terjadai di simpang jalan maka studi ini akan membahas bagaimana cara
mengoptimalkan kinerja simpang jalan dan tingkat pelayanan simpang di
ruas Jl. Imam Bonjol dan Jl. Veteran Kabupaten Nganjuk. Dengan harapan
dapat meminimalisir dan mengatasi pengaruh pemberlakuan sistem satu
arah di Jl. Ahmad Yani terhadap kinerja simpang di ruas Jl. Imam Bonjol
dan Jl. Veteran Kabupaten Nganjuk. Intan Melenia Leimana, Syafira
Wahyurianti (2021) dengan judul “Analisis Kinerja Simpang Tak
Bersinyal (Studi Kasus : Simpang Tlajung Gunung Putri Kabupaten
Bogor) peneliti terdahlu tidak menganalisis akibat dari pemberlakuan
sistem satu arah pada lokasi studi, peneliti sebelumnya juga masih
menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI). Jadi
penelitian ini akan mencoba berfokus pada simpang jalan yang terdampak
akibat pemberlauan sistem satu arah dan menggunakan Pedoman Kapasitas
Jalan Indonesia 2014 (PKJI) sebagai metode analisis data.
9
2.2. Pengertian Umum
Pengertian jalan menurut Undang – undang no 38 tahun 2004
tentang jalan, dijelaskan bahwa Jalan adalah prasarana transportasi darat
yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan dan atau
air, serta di atas air, kecuali untuk kereta api, truk, dan kabel.
Gambar 2.1 Bagian-bagian Jalan Menurut UU RI No. 38 Tahun 2004 (Pasal 11 hal. 9)
Sumber : Kementrian Umum Direktorat Jendral Bina Marga (Penilikan Jalan Hal. 2014)
10
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak
dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
2) Jalan menurut statusnya
a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor
dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol.
b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi
dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota
kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten.
d. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jarinan jalan
sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam
kota, menghubungkan pusat pelayanan kota dengan persil,
menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar
pusat permukiman yang berada di dalam kota.
11
e. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan
kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa, serta
jalan lingkungan.
3) Klasifikasi jalan menurut kelasnya
Berdasarkan UU No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan, klasifikasi jalan menurut kelasnya dibedakan
menjadi 4 kelas, yaitu :
a. Kelas I
Jalan kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 (dua ribu lima ratus) millimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 (delapan belas ribu) millimeter, dan muatan
sumbu terberat 10 (sepuluh ton).
b. Kelas II
Jalan kelas II adalah jalan arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan yang dapat dilalui kendaaan bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
millimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas
ribu) millimeter, ukuran paling tinggi 42.000 (empat ribu dua
ratus) millimeter, dan muatan sumbu terberat (delapan) ton.
c. Kelas III
Jalan kelas III adalah jalan arteri, kolektor, lokal dan
lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu serratus)
millimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (Sembilan
ribu) millimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima
ratus) millimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
d. Kelas Khusus
Jalan kelas khusus adalah jalan arteri yang dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua
ribu lima ratus) millimeter, ukuran panjang melebihi 18.000
(delapan belas ribu) millimeter, ukuran paling tinggi 4.200
12
(empat ribu dua ratus) millimeter, dan muatan sumbu terberat
lebih dari 10 (sepuluh) ton.
13
hambatan samping yang disebabkan kejadian di sisi jalan seperti
kendaraan angkutan umum berhenti, pejalan kaki dan sebagainya.
c. Median
Median adalah daerah yang memisahkan arah arus lalu lintas pada
segmen jalan. Median yang direncanakan dengan baik
meningkatkan kapasitas. Fungsi dari median jalan adalah sebagai
berikut :
1. Menyediakan daerah netral yang cukup lebar bagi
pengemudi dalam mengontrol kendaraan pada saat
darurat.
2. Menyediakan jarak yang cukup untuk mengurangi
kesilauan terhadap lampu besar dari kendaraan yang
berlawan arah.
3. Menambah rasa kelegaan, kenyamanan, dan keindahan
bagi pengemudi.
4. Mengamankan kebebasan samping tiap arah lalu lintas.
d. Alinyemen jalan
Lengkung horizontal adalah bagian jalan yang menikung dengan
radius yang terbatas. Lengkung horizontal dengan jari-jari kecil
mengurangi kecepatan arus bebas. Tanjakan yang curam juga
mengurangi kecepatan bebas.karena secara umum kecepatan arus
bebas di daerah perkotaan adalah rendah maka pengaruh ini
diabaikan.
14
Dalam kota sistem jaringan primer berhubungan dengan fungsi-
fungsi kota-kota regional seperti kawasan industry, perdagangan grosir, dan
pelabuhan. Fitur lain adalah bahwa lalu lintas utama adalah persimpangan
jalan truk. Sistem jaringan sekunder yaitu jaringan jalan yang berhubungan
dengan pergerakan lalu lintas bersifat dalam kota saja.
arus lalu lintas jam desain (𝑞𝑗𝑑 ) yang ditetapkan dari LHRT menggunakan
faktor K (PKJI 2014).
𝐾 = Faktor K
15
KB Truk dengan jumlah sumbu sama dengan atau Truk tronton, dan truk
lebih dari 3 dengan panjang lebih dari 12m kombinasi (truk gandengan
dan truk tempelan
KTB Kendaraan tak bermotor Sepeda, Becak, Dokar,
Keretek, Andong
Sumber : PKJI 2014
dasar (𝐶𝑜 ) yaitu kapasitas pada kondisi ideal, dengan faktor-faktor koreksi
yang memperhitungkan perbedaan kondisi lingkungan terhadap kondisi
idealnya. Persamaan (2.2) adalah persamaan untuk menghitung kapasitas
simpang.
C = Kapasitas simpang skr/jam
𝐶𝑜 = Kapasitas dasar simpang skr/jam
𝐹𝐿𝑃 = Faktor koreksi lebar rata-rata pendekat
𝐹𝑀 = Faktor koreksi tipe median
𝐹𝑈𝐾 = Faktor koreksi ukuran kota
𝐹𝐻𝑆 = Faktor koreksi hambatan samping
𝐹𝐵𝐾𝐼 = Faktor koreksi rasio arus belok kiri
𝐹𝐵𝐾𝐴 = Faktor koreksi rasio arus belok kanan
𝐹𝑅𝑀𝐼 = Faktor rasio arus dari jalan minor
16
Tabel 2.3 Kapasitas Dasar Simpang 3 dan Simpang 4
Tipe Simpang 𝑪𝒐 skr/jam
322 2700
422 2900
17
Gambar 2.2 Penentuan Jumlah Lajur
Sumber : PKJI 2014
Untuk tipe simpang 424 atau 444 : 𝐹𝐿𝑃 = 0,62 + 0,0740 𝐿𝑅𝑃 …….(2.4)
Untuk tipe simpang 324 atau 344 : 𝐹𝐿𝑃 = 0,62 + 0,0646 𝐿𝑅𝑃 …….(2.6)
18
2.9. Faktor Koreksi Median Pada Jalan Mayor
Median disebut lebar jika kendaraan ringan dapat berlindung dalam
daerah median tanpa mengganggu arus lalu lintas. Sehingga lebar median
≥3m. Klasifikasi median berikut faktor koreksi median pada jalan mayor
diperoleh dalam (tabel 2.4).
Tabel 2.6 Klasifikasi Ukuran Kota dan Faktor Koreksi Ukuran Kota
Ukuran Kota Populasi Penduduk 𝑭𝑼𝑲
(juta jiwa
Sangat kecil <0,1 0,82
Kecil 0,1 – 0,5 0,88
Sedang 0,5 – 1,0 0,94
Besar 1,0 – 3,0 1,00
Sangat besar >3,0 1,05
Sumber : PKJI 2014
19
2.11. Faktor Koreksi Lingkungan Jalan, Hambatan Samping, dan
Kendaraan Tak Bermotor
Pengaruuh kondisi lingkungan jalan, hambatan samping, dan
besarnya arus kendaraan fisik, KTB, akibat kegiatan disekitar simpang
terhadap kapasitas dasar digabungkan menjadi satu nilai faktor koreksi
hambatan samping 𝐹𝐻𝑆 .
Tabel 2.7 𝐹𝐻𝑆 Sebagai Fungsi Dari Tipe Lingkungan Jalan, HS, dan 𝑅𝐾𝑇𝐵
Tipe HS 𝑭𝑯𝑺
Lingkungan 𝑅𝐾𝑇𝐵 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 ≥0,25
Jalan
Komersial Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
Sedang 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75 0,70
Rendah 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,71
Permukiman Tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72
Sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73
Rendah 0,98 0,93 0,88 0,83 0,78 0,74
Akses Tinggi/sedang/rendah 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75
terbatas
Sumber : PKJI 2014
20
Gambar 2.4 Faktor Koreksi Rasio Arus Belok Kiri
Sumber : PKJI 2014
21
2.14. Faktor Koreksi Rasio Arus Dari Jalan Minor
Faktor koreksi rasio arus dari jalan minor dapat ditentukan
menggunakan persamaan yang ditabelkan dalam (tabel 2.7) atau diperoleh
secara grafis menggunakan diagram dalam gambar 2.5.
Tabel 2.8 Faktor Koreksi Rasio Arus Jalan Minor Dalam Bentuk Persamaan
𝑄
DJ =𝐶 ……………………………..(2.10)
DJ = Derajat kejenuhan
2.16. Tundaan
Tundaan terjadi karena dua hal, yaitu tundaan lalu lintas (𝑇𝐿𝐿 ) dan
tundaan geometric (𝑇𝐺 ). 𝑇𝐿𝐿 adalah tundaan yang disebabkan oleh interaksi
antara kendaraan dalam arus lalu lintas. Dibedakan 𝑇𝐿𝐿 dari seluruh
simpang, dari jalan motor saja, atau jalan minor saja. 𝑇𝐺 adalah tundaan
yang disebabkan oleh perlambatan dan percepatan yang terganggu saat
kendaraan-kendaraan membelok pada suatu simpang dana tau terhenti. T
dihitung menggunakan persamaan 2.11.
T = 𝑇𝐿𝐿 + 𝑇𝐺 ……………………(2.11)
22
𝑇𝐿𝐿 adalah tundaan lalu lintas rata-rata untuk semua kendaraan bermotor
yang masuk simpang dari semua arah. Dapat dihitung menggunakan
persamaan 2.12 dan 2.13.
1,0504
Untuk 𝐷𝐽 ≥0,60 : 𝑇𝐿𝐿 = (0,2742−0,2042𝐷 - (1 − 𝐷𝐽 ) 2 …….(2.13)
𝐽)
Tundaan lalu lintas untuk jalan mayor adalah tundaan lalu lintas rata-rata
untuk semua kendaraan bermotor yang masuk simpang dari jalan mayor.
Dapat dihitung menggunakan persamaan 2.14 dan 2.15.
1,0503
Untuk 𝐷𝐽 ≥0,60: 𝑇𝐿𝐿𝑚𝑎 = (0,3460−0,24602𝐷 - (1 − 𝐷𝐽 ) 1,8………….(2.15)
𝐽)
Tundaan lalu lintas untuk jalan minor adalah tundaan lalu lintas rata-rata
untuk semua kendaraan bermotor yang masuk simpang dari jalan minor.
Dapat ditentukan dari 𝑇𝐿𝐿 dan 𝑇𝐿𝐿𝑚𝑎 dihitung menggunakan persamaan
2.16.
Untuk 𝐷𝐽 ≥1 : 𝑇𝐺 = 4 det/skr
𝐷𝐽 = derajat kejenuhan
23
2.17. Peluang Antrian
Peluang antrian dinyatakan dalam rentang kemungkinan (%) dan
dapat ditentukan menggunakan persamaan 2.18 dan 2.19.
Tabel 2.9 Hubungan Tingkat Pelayanan Simpang Jalan Dengan Derajat Kejenuhan
24
BAB III
METODOLOGI STUDI
3.1. Lokasi Studi
Studi ini dilaksanakan di ruas Jl. Imam Bonjol dan Jl. Veteran yang
berlokasi di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Gambar 3.1 Lokasi studi simpang Jl. Imam Bonjol dan Jl Dermojoyo
Sumber : Google Earth
25
Gambar 3.3 Lokasi studi simpang Jl. Veteran dan Jl Merdeka
Sumber : Google Earth
26
kebutuhan survei, dan jumlah tenaga survei. Berikut ini merupakan rincian
dari langkah untuk pengambilan data :
1. Menentukan waktu survei, survey dilakukan pada hari kerja dan
pada hari libur. Dengan pertimbangan bahwa hari senin dimulainya
kegiatan setelah hari libur dan hari libur sendiri merupakan dimana
masyarakat mempunyai waktu luang untuk melepaskan waktu luang
di luar aktifitas seperti biasanya.
2. Metode survei, survei dilakukan dalam tiga shift yaitu pada pagi,
siang, dan sore. Pada pagi hari dilakukan pukul 06.00 – 09.00 WIB.
Pada siang hari dilakukan pukul 11.00 – 14.00 WIB. Dan terakhir
dilanjutkan pada sore hari pada pukul 16.00 – 19.00 WIB.
3. Persiapan kebutuhan survei :
a. Meteran rol
b. Alat tulis
c. Papan dada
d. Formulir data lalu lintas
e. Stopwatch
f. Counter
27
Titik pengamat 1 di Jl.
Dermojoyo
28
3.6. Jenis Survey
Dalam pengumpulan data primer perlu dilakukan survey untuk
menganalisis kondisi jalan atau simpang yang ditinjau, meliputi jenis survey
yang dilakukan sebagai berikut :
1. . Survey Geometrik Jalan
a. Pengumpulan data untuk survey geometric jalan dilakukan
dengan cara mengukur langsung di lapangan, seperti :
berapa lebar pendekat
jumlah lajur
lebar bahu jalan dari ruas jalan yang ditinjau
2. Survey Volume Lalu Lintas
a. Survey volume lalu lintas dilakukan untuk mendapatkan data
volume lalulintas jam puncak. Pengumpulan data dilakukan
dengan menempatkan surveyor pada suatu titik yang tepat di
suatu tepi jalan yang ada pada simpang, hal ini dimaksudkan
agar pandangan surveyor tidak terhalang saat mencatan setiap
kendaraan yang melintasi titik yang telah ditentukan pada
formulir yang sudah disiapkan, kemudian menjumlahkan dan
di konversikan kedalam satuan mobil penumpang (skr)
b. Surveyor ditempatkan pada tiap kaki persimpangan, tiap kaki
untuk tiap arah lalulintas dan tiap jenis kendaraan. Data yang
diamati yaitu jumlah dan jenis kendaraan, hasil pengamatan
dicatat dalam formulir yang telah disiapkan.
c. Cara mengambil data untuk survey volume lalulintas yaitu
dengan cara menggunakan alat ukur pencacah dimana alat ini
berfungsi untuk menghitung jumlah kendaraan yang lewat,
dimana dalam perhitungan untuk data volume yaitu setiap 15
menit, dimana surveyor mrnghitung volume lalulintas dengan
cara mencatat kendaraan ringan, kendaraan berat, sepeda motor
dan kendaraan tak bermotor selama 15 menit, pengamatan
diulangi untuk tiap tiap kejadian selama 15 menit.
29
Untuk pendataan lalu lintas diperlukan dua belas surveyor dengan
rincian:
1. Survei volume, antrian, tundaan, dan hambatan samping dibutuhkan
masing-masing 4 surveyor.
2. Survei geometric jalan dibutuhkan 3-4 orang yang dapat dilakukan sehari
sebelum dilakukan survei lalu lintas.
30
3.7. Form Survei Pengambilan Data
Tabel 3.1 Formulir Survey data Volume Arus Kendaraan
JENIS KENDARAAN
PERIODE
Tak Bermotor Sepeda Motor Kendaraan Ringan Kendaraan Berat
06.00 - 06.15
06.15 - 06.30
06.30 - 06.45
06.45 - 07.00
07.00 - 07.15
07.15 - 07.30
07.30 - 07.45
07.45 - 08.00
08.00 - 08.15
08.15 - 08.30
08.30 - 08.45
08.45 - 09.00
09.00 - 09.15
09.15 - 09.30
09.30 - 09.45
09.45 - 10.00
10.00 - 10.15
10.15 - 10.30
10.30 - 10.45
10.45 - 11.00
11.00 - 11.15
11.15 - 11.30
11.30 - 11.45
11.45 - 12.00
12.00 - 12.15
12.15 - 12.30
12.30 - 12.45
12.45 - 13.00
13.00 - 13.15
13.15 - 13.30
13.30 - 13.45
13.45 - 14.00
14.00 - 14.15
14.15 - 14.30
14.30 - 14.45
14.45 - 15.00
15.00 - 15.15
15.15 - 15.30
15.30 - 15.45
15.45 - 16.00
16.00 - 16.15
16.15 - 16.30
16.30 - 16.45
16.45 - 17.00
17.00 - 17.15
17.15 - 17.30
17.30 - 17.45
17.45 - 18.00
18.00 - 18.15
18.15 - 18.30
18.30 - 18.45
18.45 - 19.00
31
Tabel 3.2 Formulir Survey Perhitungan Tundaan Lalu Lintas
Nb : Mengetahui,
Dosen Pembimbing
____________________
32
3.8. Metode Analisi Data
Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan akan dianalisis lebih
lanjut oleh menggunakan bantuan software Microsoft Ecxel. Adapun data
yang dimaksud adalah volume lalu lintas yang telah didapatkan.
Metode analisis yang akan digunakan sebagai panduan untuk
pengumpulan data perhitungan dan penyelesaian adalah Pedoman
Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) 2014 yang diterbitkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga. PKJI adalah sebuah
metode atau panduan yang digunakan untuk menghitung kapasitas dan
perilaku lalu lintas disegmen-segmen jalan di Indonesia.
33
3.9. Bagan Alir
Metode survey lapangan dan simulasi pemodelan lalu lintas. Bagan
alir yang menggambarkan metodologi tersebut dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Mulai
Studi Literatur :
Mengumpulkan data dari buku referensi dan teori dasar
34
A
Derajat Kejenuhan
Kapasitas, Tundaan, TIDAK
Peluang antrian
Penilaian Kinerja
Simpang - Alternatif I
- Alternatif II
- Alternatif III
Proyeksi Pertumbuhan
Kendaraan
Selesai
35
3.10. Alternatif Penyelesaian Masalah
Hasil Penelitian ditinjau dari strategi Kelembagaan yang dilakukan
organisasi atau Dinas Perhubungan sudah baik melalui bentuk-bentuk
controlling. Setiap kegiatan kemacetan selalu di Kontrol atau di awasi
melalui sidak di lapangan. Strategi alternatif dalam memecahkan kepadatan
ruas jalan yaitu :
a. Peningkatan Kapasitas simpang, dengan meningkatnya jumlah kendaraan di
Kabupaten Nganjuk maka perlu adanya peningkatan kapasitas jalan melalui
perluasan dan penambahan jalan yang ada di Kabupaten Nganjuk.
b. Pembuatan jalur alternatif untuk menghindari meningkatnya kendaraan
terutama pusat-pusat kegiatan sosial dan ekonomi maka perlu dilakukan
pembangunan jalan-jalan baru sebagai alternatif di Kabupaten Nganjuk.
c. Peningkatan kualitas simpang, kualitas jalan menjadi sebab timbul
kemacetan.
d. Menerapkan manajemen lalu lintas tertentu, misalnya pelarangan jenis
kendaraan tertentu.
36
DAFTAR PUSTAKA
Alik Ansyori Alamsyah, (2008). Rekayasa Lalu Lintas Edisi Revisi. Malang: UPT
Universitas Muhammadiyah Malang
Kasus, S., Jenderal Sudirman, J., Kota Bekasi, K., Pangestu, A., & Indra Tjahjani,
A. (n.d.). EVALUASI KINERJA RUAS JALAN KOTA BEKASI
TERHADAP PENGARUH HAMBATAN SAMPING. In Jurnal Artesis
(Vol. 2, Issue 1).
Mamu, I., Kadir, Y., & Patuti, I. M. (2021). Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal
Jalan J. a. Katili-Jalan Tondano-Jalan Madura Dengan Metode Pkji.
Composite Journal, 1(1), 9–16. https://doi.org/10.37905/cj.v1i1.5
PM_96_Tahun_2015.pdf. (n.d.).
Supratman, R., Nenobais, O. O. N., Muda, A. H., Sipil, J. T., Kupang, P. N.,
Penfui, K., Adi, J., Penfui, S., & Kupang, K. (2022). PADA SIMPANG
POLDA KOTA KUPANG. VII(I), 43–49.
Zulfikar, A. M., & Fauziah, M. (2022). Kinerja Ruas Area Pasar Kembang
37
Setelah Sistem Satu Arah di Kawasan Malioboro. Semesta Teknika, 25(2),
118–132. https://doi.org/10.18196/st.v25i2.14862
38