PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dasar dalam mempelajari suatu ilmu teknik adalah ilmu fisika. Hal ini
terbukti pada Perguruan Tinggi Teknik, mata kuliah Mekanika Teknik, Mekanika
Fisika, Kinematika, Dinamika dan sebagainya merupakan mata kuliah dasar
umum yang harus dipelajari. Semuanya itu diperoleh dari mata kuliah Fisika yang
merupakan bekal dalam menyelesaikan studi.
Ilmu pengetahuan teknik dan fisika khususnya, merupakan ilmu-ilmu yang
berkembang, bukan berdasarkan teori saja tetapi berdasarkan atas pengamatan dan
pengukuran gejala fisis.Berdasarkan analisa data-data dari suatu percobaan dan
menentukan benar tidaknya suatu ilmu pengetahuan.Bahkan kemungkinan
terjadinya penemuan-penemuan baru dengan diterapkannya teori analisa
percobaan.
Memahami petunjuk-petunjuk praktikum merupakan suatu keharusan
sehingga teori dari suatu ilmu pengetahuan dikuasai dengan baik dan dalam
percobaan didapatkan hasil dan data-data yang tepat.
1.2 Tujuan
Praktikum Fisika Dasar ini diadakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat:
1. Memiliki dasar-dasar carakerja penelitian atau eksperimen ilmiah.
2. Mengamati secara langsung mengenai gejala-gejala fisis dari suatu alat.
3. Memiliki ketrampilan dalam menggunakan alat-alat di laboratorium.
4. Membiasakan selalu bekerja dengan teliti dan tanggung jawab.
5. Melatih untuk selalu membuat catatan baru suatu pengamatan percobaan
baik itu meringkas, menafsirkan dan menganalisa.
𝑋1 ∑ X𝑖
1 ̅|
|X1 − X
𝑖=1 X)2
(X1 − ̅
n
𝑛
𝑛
∑ X𝑖
2. X2 ∑ ̅)2
(X2 − X
𝑖=1 X𝑖 |X1 − ̅
X|
X2 𝑖=1
n ̅|
2 |X2 − X
: :. n: : X|2
|X2 −: ̅
.
: :. : : :
. 𝑛
𝑛
.
3 ∑
∑ X𝑖 X𝑖
Dst : ̅|
|Xn − X ..........
n Xn 𝑖=1
𝑖=1 |Xn − ̅
X| (X2 − ̅ X)2
n
. 𝑛
𝑛 𝑛
. Xi ∑ X𝑖 ∑ ǀXi − ̅
Xǀ ∑(Xi − ̅
X)2
𝑖=1
. 𝑖=1 𝑖=1
n
.
𝑛
∑
1. Harga N ̅ = 𝑖=1
rata − rata ∶ X
𝑛
̅) 2
(Xi − X
SD = √
𝑛−1
SD
8. Kesalahan yang diperbolehkan : Kd = ̅
× 100%
X
Caramemperkirakandanmenyatakankesalahanini,bergantungpadajenispeng
ukuranyang dilakukan yaitu pengukuran berulangatau tunggal.
Hasilpengukurantunggaldapatdinyatakandengan:
X = x ±Δx
dengan x adalah hasil pengukuran tunggal dan Δx merupakan 1⁄2 kali skala
pengukuran terkecil (s.p.t) dari alat ukur. Contoh t = (2,10 ± 0,05) detik.
Penulisan hendaknya menggunakan angka signifikan yang benar, angka di
belakang koma dari kesalahan tidak boleh lebih dari angka di belakang koma dari
hasil rata-rata, apabila dijumpai bilangan yang sangat bear atau sangat kecil
hendaknya digunakan bentuk eksponen dan satuan harus dituliskan.
PenulisanyangSalah PenulisanyangBenar
k = (200,1 ± 0,215)oK/dt k = (200,1 ± 0,2)oK/dt
π = 22/7 π = 3,1415
F = (2700000 ± 30000)N F = (270 ± 3) x 104 N
Gambar 2.1 Tipe-tipe tegangan: (a) Merenggang , (b) Menekan , (c) Memuntir
Tiap batang mengalami tegangan sebagai gaya persatuan luas terlihat batang
mengalami perpindahan x (cm) sebagai akibat adanya gaya F, yang besarnya
berbanding lurus dengan penampang horizontal. Pada percobaan modulus puntir
terlihat akibat adanya gaya mengalami pergeseran pada batang, dimana batang
dianggap homogen. Akibat geseran puntiran pada piringan (gambar percobaan
yang dipuntir melalui piringan terhadap sumbunya, akan mengalami pergeseran
sudut puntir.
Maka besarnya modulus puntir adalah:
2𝐿𝐹𝑅
𝐺=
π𝑟4 θ
Dimana:
G = Modulus Puntir (share modulus)
L = Panjang lengan puntir
F = Gaya puntir
r = Jari-jari batang
θ = Sudut puntir.
b. Batang Kuningan
2×47.5×20000×34,5
𝐺1 = = 1.646.709.403 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×33
2×47.5×40000×28,5
𝐺2 = = 1.662.619.639 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×54
2×47.5×60000×25,5
𝐺3 = = 1.889.789.740 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×66
2×47.5×80000×24
𝐺4 = = 2.043.390.281 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×74
2×47.5×100000×23
𝐺5 = = 2.322.282.491 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×78
1.646.709.403 + 1.662.619.639 + 1.889.789.740 + 2.043.390.281 + 2.322.282.491
𝐺̅ =
5
̅ = 𝟏. 𝟗𝟏𝟐. 𝟗𝟓𝟖. 𝟑𝟏𝟏dyne/𝒄𝒎𝟐 𝒓𝒂𝒅
𝑮
c. Batang Tembaga
2×47,5×20000×36
𝐺1 = = 2.025.145.725 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×28
2×47,5×40000×31
𝐺2 = = 2.170.156.160 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×45
2×47,5×60000×27
𝐺3 = = 2.126.403.011 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×60
2×47,5×80000×25
𝐺4 = = 2.282.772.959 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×69
2×47,5×100000×24
𝐺5 = = 2.554.237.852 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×74
2.025.145.725 + 2.170.156.160 + 2.126.403.011 + 2.282.772.959 + 2.554.237.852
𝐺̅ =
5
̅ = 𝟐. 𝟐𝟑𝟏. 𝟕𝟒𝟑. 𝟏𝟒𝟏dyne/𝒄𝒎𝟐 𝒓𝒂𝒅
𝑮
100000
Gaya Beban (F)
80000
60000
40000
20000
0
1890136010 2291073952 2281198633 2250161917 2520181347
Modulus Puntir (G)
b. Batang Kuningan
100000
Gaya Beban (F)
80000
60000
40000
20000
0
1646709403 1662619639 1889789740 2043390281 2362670013
Modulus Puntir (G)
100000
Gaya Beban (F)
80000
60000
40000
20000
0
2025145725 2170156160 2126403011 2282772959 2554237852
Modulus Puntir (G)
Dari ketiga grafik diatas, disimpulkan bahwa semakin besar nilai gaya beban (F)
maka akan semakin besar pula modulus sudut puntirnya(N).
b. Batang Kuningan
|𝟏𝟔𝟒𝟔𝟕𝟎𝟗𝟒𝟎𝟑 − 𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏|
𝑲𝒓𝟏 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏, 𝟑𝟗𝟏%
𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏
|𝟏𝟔𝟔𝟐𝟔𝟏𝟗𝟔𝟑𝟗 − 𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏|
𝑲𝒓𝟐 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏, 𝟑𝟎𝟖%
𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏
|𝟏𝟖𝟖𝟗𝟕𝟖𝟗𝟕𝟒𝟎 − 𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏|
𝑲𝒓𝟑 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏, 𝟐𝟏𝟏%
𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏
|𝟐𝟎𝟒𝟑𝟑𝟗𝟎𝟐𝟖𝟏 − 𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏|
𝑲𝒓𝟒 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟔, 𝟖𝟏𝟖%
𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏
|𝟐𝟑𝟐𝟐𝟐𝟖𝟐𝟒𝟗𝟏 − 𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏|
𝑲𝒓𝟓 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐, 𝟏𝟑𝟗%
𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏
𝟏, 𝟑𝟗𝟏 + 𝟏, 𝟑𝟎𝟖 + 𝟏, 𝟐𝟏𝟏 + 𝟔, 𝟖𝟏𝟖 + 𝟐, 𝟏𝟑𝟗
̅=
𝑲 = 𝟐, 𝟓𝟕𝟑%
𝟓
c. Batang Tembaga
|𝟐𝟎𝟐𝟓𝟏𝟒𝟓𝟕𝟐𝟓 − 𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏 |
𝑲𝒓𝟏 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟗, 𝟓𝟐𝟕%
𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏
|𝟐𝟏𝟕𝟎𝟏𝟓𝟔𝟏𝟔𝟎 − 𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏|
𝑲𝒓𝟐 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐, 𝟕𝟓𝟗%
𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏
|𝟐𝟏𝟐𝟔𝟒𝟎𝟑𝟎𝟏𝟏 − 𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏|
𝑲𝒓𝟑 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒, 𝟕𝟐𝟎%
𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏
|𝟐𝟐𝟖𝟐𝟕𝟕𝟐𝟗𝟓𝟗 − 𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏 |
𝑲𝒓𝟒 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐, 𝟐𝟖𝟔%
𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏
|𝟐𝟓𝟓𝟒𝟐𝟑𝟕𝟖𝟓𝟐 − 𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏|
𝑲𝒓𝟓 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏, 𝟒𝟒𝟓%
𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏
𝟗, 𝟓𝟐𝟕 + 𝟐, 𝟕𝟓𝟗 + 𝟒, 𝟕𝟐𝟎 + 𝟐, 𝟐𝟖𝟔 + 𝟏, 𝟒𝟒𝟓
̅=
𝑲 = 𝟒, 𝟎𝟗𝟑%
𝟓
JUMLAH 2.04E+17
∑𝑛𝑖=1|𝐺𝑖 − 𝐺̅ |2 𝟐.𝟎𝟒𝐄+𝟏𝟕
SD = √ = √ 𝟓−𝟏 = 225,636,567.1 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
𝑛 −1
b. Batang Kuningan
No Gi 𝐺̅ |𝐺𝑖 − 𝐺̅ | (Gi - 𝐺̅ )2
JUMLAH 3.17E+17
∑𝑛𝑖=1|𝐺𝑖 − 𝐺̅ |2 3.17E+17
SD = √ = √ 𝟓−𝟏 =8,902,246,907dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
𝑛 −1
No Gi 𝐺̅ |𝐺𝑖 − 𝐺̅ | (Gi - 𝐺̅ )2
JUMLAH 1.6409E+17
∑𝑛𝑖=1|𝐺𝑖 − 𝐺̅ |2 1.6409E+17
SD = √ = √ 𝟓−𝟏 =202.540.119dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
𝑛 −1
2.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan pada sub penyelesaian, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Logam aluminium, logam kuningan dan logam tembaga, mempunyai nilai
puntir yang berbeda-beda, yakni :
̅ = 𝟐𝟐𝟓, 𝟔𝟑𝟔, 𝟓𝟔𝟕. 𝟏 dyne/𝒄𝒎𝟐 𝒓𝒂𝒅
- Logam aluminium : 𝑮
̅ = 𝟖, 𝟗𝟎𝟐, 𝟐𝟒𝟔, 𝟗𝟎𝟕 dyne/𝒄𝒎𝟐 𝒓𝒂𝒅
- Logam kuningan :𝑮
- Logam tembaga ̅ = 𝟐𝟎𝟐. 𝟓𝟒𝟎. 𝟏𝟏𝟗dyne/𝒄𝒎𝟐 𝒓𝒂𝒅
:𝑮
b. Dari point A dapat disimpulkan bahwa Galuminium < Gtembaga < Gkuningan
c. Logam aluminium, logam kuningan dan logam tembaga, memiliki sudut puntir
yang berbeda pula walaupun massanya sama. Contohnya batang aluminium
yang bermassa 80 gr memiliki sudut puntir 76°, sedangkan batang kuningan
yang bermassa sama memiliki sudut puntir 79°, demikian juga dengan batang
tembaga memilikisudut puntir 76°.
Gambar 2.3 Bentuk standar lensa: (a) lensa positif dan (b) lensa negatif.
Dalam pembahasan tentang lensa, dikenal apa yang dinamakan titik fokus
pertama (F1) dan titik fokus kedua (F2). Titik fokus pertama merupakan titik
benda pada sumbu utama yang bayangannya berada di tempat yang sangat jauh
(tak hingga), sedangkan titik focus kedua adalah titik bayangan pada sumbu utama
dari benda yang letaknya sangat jauh (tak hingga) seperti diilustrasikan pada
Gambar 2.
Gambar 2.4Definisi titik fokus pertama, F1 , dan titik focus kedua, F2.
2. Bangku optik.
3. Layar.
4. Benda.
5. Sumber cahaya.
13𝑥65 845
𝑓1 = = = 110,833 𝑐𝑚
13 + 65 78
55,7x12,3 685,11
𝑓2 = = = 10,075 𝑐𝑚
55,7 + 12,3 64
45x13 585
𝑓3 = = = 10,086 𝑐𝑚
45 + 13 58
34,1x13,9 473,99
𝑓4 = = = 9,874 𝑐𝑚
34,1 + 13,9 48
2. Buatlah grafik antara ss‘ dan s+s‘ , tentukan fokus lensa dari grafik, serta
jelaskan gambar grafik yang terbentuk.
400 323.79
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100
S+S'
845
𝑓1 = = 110,833 𝑐𝑚
78
685,11
𝑓2 = = 10,075 𝑐𝑚
68
585
𝑓3 = = 10,086 𝑐𝑚
58
473,99
𝑓4 = = 9,874 𝑐𝑚
48
323,79
𝑓5 = = 8,520 𝑐𝑚
38
Dari grafik diatas dapat kita simpulkan bahwa semakin besar nilai ss’ maka
semakin besar pula nila s+s’nya, jadi keduanya berbanding lurus.
3. Hitung kesalahan relatif tiap percobaan (Kr) dan rata-ratanya.
𝑓 − 𝑓𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑘𝑟 = | | 𝑥100%
𝑓𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
110,833 − 29,8776
𝑘𝑟1 = | | 𝑥100% = 109,833%
29,8776
10,075 − 29,8776
𝑘𝑟2 = | | 𝑥100% = 9,075%
29,8776
10,086 − 29,8776
𝑘𝑟3 = | | 𝑥100% = 9,086%
29,8776
9,874 − 29,8776
𝑘𝑟4 = | | 𝑥100% = 8,874%
29,8776
8,520 − 29,8776
𝑘𝑟5 = | | 𝑥100% = 7,52%
29,8776
∑|𝑓 − 𝑓𝑟|2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1
8163,878
=√ = 2040,9695 𝑐𝑚
4
Fs = 6.π.η.r.V
Secara garis besar hubungan bola jatuh dalam fluida dengan nilai viscositas
(kekentalan) zat cair sebagai berikut :
W = FA + FS ………(1)
Dimana :
W = Gaya berat bola (N)
FA = Gaya pengapung fluida (N)
FS = Gaya gesek fluida (N)
Gambar 2.6 Hubungan bola jatuh dalam fluida dengan nilai viscositas
2.r 2 .g.t (ρ ρ 0 )
Maka :η =
9.s.(1 0,24r/R)
Dengan :
V. Data Pengamatan
a. OLIE I (SAE 10)
Massa jenis bola besi: 13,31 gr/cc Massa bola : 1,73 gr
Massa jenis fluida (olie) :0,920 gr/cc Jari-jari bola : 0,315 cm
Jari-jari tabung gelas R :1,68 cm Volume bola : 0,13 cm3
No S (cm) t (detik) v = S (1+0,24 r/R)/t (cm/det)
1 30 0,38 82,5
2 40 0,68 61,470
3 50 0,91 57,417
4 60 1,22 51,393
5 70 1,47 49,761
Tabel 2.9 Data Pengamatan Olie SAE 10
b. SAE 20
2 x 0,315𝟐 x 1000 x ,0,78 x (1,73 - 0,915)
𝜼𝟏 = = 𝟐𝟔𝟕, 𝟕𝟕𝟓 Poise
9 x 0,13
2 x 0,315𝟐 x 1000 x 1,19 x (1,73 - 0,915)
𝜼𝟐 = = 𝟒𝟎𝟕, 𝟐𝟐𝟕 Poise
9 x 0,13
2 x 0,315𝟐 x 1000 x 1,53 x (1,73 - 0,915)
𝜼𝟑 = = 𝟑𝟒𝟏, 𝟗𝟗𝟔 Poise
9 x 0,13
2 x 0,315𝟐 x 1000 x1,87 x (1,73 - 0,915)
𝜼𝟒 = = 𝟔𝟒𝟎, 𝟔𝟖𝟑 Poise
9 x 0,13
2 x 0,315𝟐 x 1000 x 2,22 x (1,73 - 0,915)
𝜼𝟓 = = 𝟕𝟔𝟐, 𝟏𝟓𝟑 Poise
9 x 0,13
(𝟐𝟔𝟕, 𝟕𝟕𝟓 + 𝟒𝟎𝟕, 𝟐𝟐𝟕 + 𝟑𝟒𝟏, 𝟗𝟗𝟔 + 𝟔𝟒𝟎, 𝟔𝟖𝟑 + 𝟕𝟔𝟐, 𝟏𝟓𝟑)
η =
𝟓
= 𝟕𝟔𝟑, 𝟖𝟏 𝐏𝐨𝐢𝐬𝐞
1 0,885 2,737
2 0,885 3,116
3 0,885 4,054
4 0,885 5,279
5 0,885 7,754
∑ 4,425 22,94
η 0,885 4,588
Tabel 2.11 Perbandingan harga viskositas Olie SAE 10
1 0,865 3,797
2 0,865 7,767
3 0,865 12,729
4 0,865 17,433
5 0,865 17,918
∑ 4,325 59.645
η 0,865 11,929
Tabel 2.12Perbandingan harga viskositas Olie SAE 20
Keterangan :
Dari percobaan yang kami amati didapatkan bahwa perbandingan rata-rata
harga viskositas dari hasil eksperimen dengan literature yang kami dapat
adalah lebih besar baik untuk SAE 10 maupun untuk SAE 20.
62
60.58
Harga Viskositas
60
59.38
58
57
56 55.98
54
52
50.8
50
0 0.5 1 1.5 2
Waktu
Grafik 2.5 Grafik hubungan antara nilai viscositas SAE 10 terhadap waktu
b. SAE 20
500
400
viskositas
300
200
100
0
0.38 0.68 0.91 1.22 1.47
waktu
Grafik 2.6 Grafik hubungan antara nilai viscositas SAE 20 terhadap waktu
|3,813−868,3|
kr1= x 100% = 96,186 %
868,3
|65,159−868,3|
kr2 = x 100% = 34,841 %
868,3
|211,289−868,3|
kr3 = x 100% = 111,2 %
868,3
|417,519−868,3|
kr4 = x 100% = 416,5 %
868,3
|504,664−868,3|
kr5 = x 100 % =404,6 %
868,3
(96,186%+34,841%+111,2%+416,5%+404,6%)
kr = = 763,81 %
5
|267,775−763,81|
Kr1 = x 100% = 167,7 %
763,81
|407,227−763,81|
Kr2= x 100% = 307,2 %
763,81
|341,996−763,81|
Kr3 = x 100% = 241,9 %
763,81
|640,683−763,81|
kr4 = x 100% = 540,6 %
763,81
|5762,153−763,81|
kr5 = x 100% = 662,1 %
763,81
(167,7%+307,2%+241,9%+540,6%+662,1%
kr =
5
= 1,389 %
5. Standar Deviasi
a. SAE 10
Tabel 2.13 Perhitungan standar deviasi olie SAE 10
No 𝛈 || ()𝟐
1 3,813 868,3 864,4 747,337
2 65,159 868,3 803,1 645,035
3 211,289 868,3 657,0 431.66
4 417,519 868,3 450,7 203,203
5 504,664 868,3 363,6 363,636
∑ 1202,444 4341,5 3138.8 2390,871
𝒏 𝟐
∑ ()
SD=√ 𝒊=𝟏
n-1
2390,871
√
𝟓−𝟏
=
b. SAE 20
𝒏 𝟐
∑ ()
SD=√ 𝒊=𝟏
n-1
𝟓𝟔𝟗,𝟎𝟑𝟑
√
𝟓−𝟏
=
=√𝟏𝟏, 𝟗𝟐𝟕
= 3,454poise
2.3.3 Kesimpulan
Dari perhitungan data yang didapatkan pada penyelesaian tugas akhir diatas,
didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Bertambahnya nilai SAE maka semakin besar pula nilai viscositasnya.
b. Sesuai percobaan besar kecilnya viscositas zat dapat dilihat dari gerak bola
yang jatuh kedalam zat tersebut. Semakin cepat gerak bola, semakin kecil
viskositasnya. Semakin lambat gerak jatuh bola, maka nilai viscositas zat
semakin besar.
c. Viskositas rata-rata untuk Olie SAE 10 adalah sebesar 4,944 Poise,sedangkan
untuk Olie SAE 20 adalah sebesar 3,454 Poise.
Q
Y1
R Y2
Y3
Kesalahan mutlak :
|∑(𝛌𝐢− 𝛌)| 𝟒,𝟐 𝐱 𝟏𝟎−𝟕
∆𝝀 = = = 8,4 x 10-8 cm
𝐧 𝟓
∆𝛌 𝟖,𝟒 𝐱 𝟏𝟎−𝟖
Km = x 100% = x 100% = 1,121495327 x 10-6%
𝛌 𝟎,𝟎𝟕𝟒𝟗
2.4.7 Kesimpulan
a. Difraksi cahaya yaitu, dimana sinar laser dilewatkan pada sebuah kisi atau
celah sempit maka sebagian diteruskan dan lainnya didifraksikan meembentuk
muka gelombang baru.
b. Proses difraksi cahaya adalah pembiasan suatu sinar dari sumber sinar yang
ditembakkan ke kisi/celah sehingga bayangan pada layar dimana bayangan tadi
membentuk beberapa orde 1, 2, 3, dan seterusnya.
c. Dari percobaan diatas telah kita dapatkan hasil sebagai berikut :
Panjang gelombang
Hubungan F dan x
10 7, 9
8 6, 7
F (puluhan ribu)
6 ∆𝐹
5, 5
4 ∆𝑥
2
0
0 2 4 6 8
x (cm)
40000+60000+80000+100000+120000
̅̅̅
𝐹𝑟=
5
400000
=
5
= 80000 dyne
3,4+5+6,7+8,2+10 33,3
̅̅̅ =
𝑥𝑟 = = 6,66 cm
5 5
F
F = kx k=
x
80000
𝑘̅ = = 12012,0120 dyne/cm
6,66
= 149750,3159 dyne cm
3. Massa beban sangat berpengaruh terhadap frekuensi getaran pegas. Hal ini
𝟏 𝒌
dapat diamati pada percobaan sistem getaran.𝒇 = √ massa beban
𝟐𝝅 𝒎
b. Sistem Getaran
|8242,08986−9623,91679|
kr1 = x 100% = 1,435%
9623,91679
|9207,4040856−9623,91679|
kr2 = x 100% = 4,372%
9623,91679
|9807,49766−9623,91679|
kr3 = x 100% = 1,907%
9623,91679
|10618,8476−9623,91679|
kr4 = x 100% = 1,033%
9623,91679
|10267,986−9623,91679|
kr5 = x 100% = 6,440%
9623,91679
Σ 95005,2166
𝟐
∑𝒏 ̅
𝒊=𝟏(𝒌−𝒌)
SD = √
𝟗𝟓𝟎𝟎𝟓,𝟐𝟏𝟔𝟔
==√ =√𝟐𝟑𝟕𝟓𝟏, 𝟑𝟎𝟒𝟏 = 154,1145 dyne/cm
𝒏−𝟏 𝟒
b. Sistem Getaran
Tabel 2.20 Perhitungan standar deviasi sistem getaran
2
No 𝑘𝑙 𝑘̅ |𝑘 − 𝑘̅| (𝑘 − 𝑘̅)
1 8242,0898 9623,9167 -1381,8271 190446,272
2 9207,4085 9623,9167 -416,5082 173479,1057
3 9807,4976 9623,9167 183,5808 33701,9358
4 10618,8476 9623,9167 994,9308 989887,3167
5 10243,7402 9623,9167 619,8234 384181,0596
Σ 3490695,69
𝟐
∑𝒏 ̅
𝒊=𝟏(𝒌−𝒌)
SD = √
𝟑𝟒𝟗𝟎𝟔𝟗𝟓,𝟔𝟗
=√ =√872673,9255 = 934,1701 dyne/cm
𝒏−𝟏 𝟒
2.5.7 Kesimpulan
a. Penggunaan metode yang paling tepat untuk menentukan harga konstanta
pegas adalah dengan sistem pembebanan.
b. Nilai regangan dan tegangan pegas mempengaruhi harga konstanta pegas.
c. Pada system pembebanan harga k ditentukan oleh massa, gravitasi dan
pertambahan panjang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah membahas percobaan – percobaaan yang telah dilakukan dalam
kegiatan praktikum yang tertulis dalam laporan di atas, maka penulis dapat
menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
a. Kegiatan praktikum fisika dasar merupakan ajang pembuktian hukum –hukum
yang ada dalam ilmu fisika.
b. Diperlukan ketelitian dan koreksi yang baik dalam melakukan percobaan pada
saat praktikum di setiap judul percobaan untuk mendapatkan data pengamatan
yang baik.
c. Hasil – hasil data percobaan, tidak mungkin tidak adanya suatu kesalahan,
maka dari itu di perlukan perhitungan Kr yaitu kesalahan relatif.
d. Secara garis besar kesalahan-kesalahan yang ada pada data praktikum
e. dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu diantaranya sebagai berikut :
Ketelitian pengamatan praktikum
Ketelitian alat yang dipakai
Keadaan dan situasi praktikum
Halliday, D., Resnick, Fundamental of Physics, Jhon Wiley & Son, 1997
Giancoli, C. Douglas, Physics, Prentice Hall
Muhammad Hikam dkk. 2000. Buku Pedoman Praktikum Fisika Dasar.Edisi
2000. Laboratorium Fisika Dasar Unit Pelaksana Pendidikan
IlmuPengetahuan Dasar Universitas Indonesia. Jakarta.
Paul A. Tippler. 2001. Fisika Untuk Sain dan Teknik Jilid 2(Terjemahan). Edisi
ketiga. Penerbit: Erlangga. Jakarta.