Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dasar dalam mempelajari suatu ilmu teknik adalah ilmu fisika. Hal ini
terbukti pada Perguruan Tinggi Teknik, mata kuliah Mekanika Teknik, Mekanika
Fisika, Kinematika, Dinamika dan sebagainya merupakan mata kuliah dasar
umum yang harus dipelajari. Semuanya itu diperoleh dari mata kuliah Fisika yang
merupakan bekal dalam menyelesaikan studi.
Ilmu pengetahuan teknik dan fisika khususnya, merupakan ilmu-ilmu yang
berkembang, bukan berdasarkan teori saja tetapi berdasarkan atas pengamatan dan
pengukuran gejala fisis.Berdasarkan analisa data-data dari suatu percobaan dan
menentukan benar tidaknya suatu ilmu pengetahuan.Bahkan kemungkinan
terjadinya penemuan-penemuan baru dengan diterapkannya teori analisa
percobaan.
Memahami petunjuk-petunjuk praktikum merupakan suatu keharusan
sehingga teori dari suatu ilmu pengetahuan dikuasai dengan baik dan dalam
percobaan didapatkan hasil dan data-data yang tepat.

1.2 Tujuan
Praktikum Fisika Dasar ini diadakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat:
1. Memiliki dasar-dasar carakerja penelitian atau eksperimen ilmiah.
2. Mengamati secara langsung mengenai gejala-gejala fisis dari suatu alat.
3. Memiliki ketrampilan dalam menggunakan alat-alat di laboratorium.
4. Membiasakan selalu bekerja dengan teliti dan tanggung jawab.
5. Melatih untuk selalu membuat catatan baru suatu pengamatan percobaan
baik itu meringkas, menafsirkan dan menganalisa.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 1


1.3 Teori Kesalahan
Dalam melakukan percobaan selalu dimungkinkan terjadi kesalahan.Oleh
sebab itu kita harus menyertakan angka-angka kesalahan agar kita dapat memberi
penilaian yang wajar dari hasil percobaan.
Jadi hasil percobaan tidak selalu tepat namun terdapat suatu jangkauan harga:
𝑥xx𝑥x
dengan x merupakan nilai terbaik sebagai pengganti nilai yang benar,
xmerupakan kesalahan pada pengukuran yang disebabkan keterbatasan alat,
ketidakcermatan, perbedaan waktu pengukuran dan lain sebagainya. Dengan
menyertakan kesalahan atau batas toleransi terhadap suatu nilai yang kita anggap
benar, kita dapat mempertanggung jawabkan hasil percobaan yang dilakukan.

1.4 Sumber - Sumber Kesalahan


Setiap hasil pengukuran tidak terlepas dari suatu kesalahan, hal ini
disebabkan oleh adanya tiga sumber kesalahan yaitu:
a. Kesalahan bersistem, seperti kesalahan kalibrasi, zero error, paralaks,
keadaan fisis yang berbeda.
b. Kesalahan acak, disebabkan misalnya oleh gerak Brown, fluktuasi
tegangan listrik, noise, back ground dan sebagainya
c. Kesalahan karena tingkat ketelitian alat ukur modern, seperti kalau kita
membandingkan beberapa alat sejenis osiloskop, spektrometer,
digitalcounter dsb.

1.5 Penulisan Kesalahan Pada Hasil Pengukuran


Penyimpangan yang terjadi karena pengamatan, kondisi alat maupun
kondisi obyek atau situasi tempat (suhu, tekanan dan kelembaban) dapat
diperhitungkan secara analisa data statistik.Misal nilai pengukuran data hasil :
X1; X2; X3 ....... Xn

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 2


Maka dapat dianalisa sebagai berikut:
No Xi ̅
X ̅|
|Xi − X ̅)2
(Xi − X
𝑛

𝑋1 ∑ X𝑖
1 ̅|
|X1 − X
𝑖=1 X)2
(X1 − ̅
n
𝑛
𝑛
∑ X𝑖
2. X2 ∑ ̅)2
(X2 − X
𝑖=1 X𝑖 |X1 − ̅
X|
X2 𝑖=1
n ̅|
2 |X2 − X
: :. n: : X|2
|X2 −: ̅
.
: :. : : :
. 𝑛
𝑛
.
3 ∑
∑ X𝑖 X𝑖
Dst : ̅|
|Xn − X ..........
n Xn 𝑖=1
𝑖=1 |Xn − ̅
X| (X2 − ̅ X)2
n
. 𝑛
𝑛 𝑛
. Xi ∑ X𝑖 ∑ ǀXi − ̅
Xǀ ∑(Xi − ̅
X)2
𝑖=1
. 𝑖=1 𝑖=1
n
.

Dari data .di atas dapat diketahui :

𝑛

1. Harga N ̅ = 𝑖=1
rata − rata ∶ X
𝑛

2. Penyimpangan (deviasi) ∆X = |X𝑖 − ̅


X| (harga mutlak)

3. Rata – rata penyimpangan


∑𝑛𝑖=1 |X𝑖 − ̅
X|
̅=
∆X
𝑛
4. Kesalahan relatip tiap percobaan.
ǀXi − ̅

K ri = × 100%
̅
X

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 3


5. Kesalahan relatip rata-rata.
∑𝑛𝑖=1 Kri
̅K ri =
𝑛

6. Kesalahan mutlak pengukuran :


∆X̅
Km = × 100%
̅
X
7. Penyimpangan standart (deviasi standart)

̅) 2
(Xi − X
SD = √
𝑛−1
SD
8. Kesalahan yang diperbolehkan : Kd = ̅
× 100%
X

9. Hasil pengukuran dapat dituliskan sebagai berikut: X = ̅


X ± SD

Caramemperkirakandanmenyatakankesalahanini,bergantungpadajenispeng
ukuranyang dilakukan yaitu pengukuran berulangatau tunggal.
Hasilpengukurantunggaldapatdinyatakandengan:
X = x ±Δx
dengan x adalah hasil pengukuran tunggal dan Δx merupakan 1⁄2 kali skala
pengukuran terkecil (s.p.t) dari alat ukur. Contoh t = (2,10 ± 0,05) detik.
Penulisan hendaknya menggunakan angka signifikan yang benar, angka di
belakang koma dari kesalahan tidak boleh lebih dari angka di belakang koma dari
hasil rata-rata, apabila dijumpai bilangan yang sangat bear atau sangat kecil
hendaknya digunakan bentuk eksponen dan satuan harus dituliskan.

PenulisanyangSalah PenulisanyangBenar
k = (200,1 ± 0,215)oK/dt k = (200,1 ± 0,2)oK/dt

d = (0,000002 ± 0,00000035)mm d = (20 ± 4) x 10-7mm

π = 22/7 π = 3,1415
F = (2700000 ± 30000)N F = (270 ± 3) x 104 N

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 4


1.6 Pembuatan Grafik dan Metode Kuadrat Terkecil
Selain disajikan dalam bentuk angka-angka, hasil percobaan juga dapat
disajikan dalam bentuk grafik atau kurva dari variabel yang dikehendaki.
Pembuatan grafik mempunyai tujuan untuk melihat hubungan antar variabel,
menghitung konstanta dari rumus dan membuktikan rumus.
Untuk keperluan menghitung konstanta maupun membuktikan rumus,
kurva diusahakan berbentuk linear y = a + bx. Misalkan sekumpulan data x1, x2,
x3, …, xn yang berhubungan secara linear dengan y1, y2, y3, …, yn; maka
konstanta a dan koefisien a dan koefesien b dapat ditentukan sebagai berikut :

𝑛(∑ 𝑥𝑦)−(∑ 𝑥)(∑ 𝑦)


b= dan a = 𝑦̅-b𝑥̅
𝑛(∑ 𝑥)− (∑ 𝑥)

Kekuatan hubungan antara x dan y dapat dinyatakan dengan koefisien


korelasi dengan rumus sebagai berikut :
𝑛(∑ 𝑥𝑦)−(∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
r(x,y) =
√[𝑛(∑ 𝑥 )−(∑ 𝑥) ]− [𝑛(∑ 𝑦 )− (∑ 𝑦)]

Untuk memudahkan menemukan antara harga a dan b sebaiknya dibuat


table sebagai berikut :
No X Y x2 y2 Xy
1
2
3
.
.
.
.
n

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 5


BAB II
PENYELESAIAN PERCOBAAN

2.1 PERCOBAAN MODULUS PUNTIR LOGAM


2.1.1 Tujuan Percobaan
1. Menentukan harga modulus puntir logam.
2. Memahami sifat elastis bahan dibawah pengaruh puntiran.
3. Membandingkan nilai modulus puntir berbagai logam.

2.1.2 Teori Dasar


Jika sebatang logam mengalami puntiran, maka sudut puntiran tergantung
dari gaya puntiran dan lengan gayanya.

Gambar 2.1 Tipe-tipe tegangan: (a) Merenggang , (b) Menekan , (c) Memuntir

Untuk tegangan memuntir kita dapat tulis persamaan berikut:

Dimana ΔL adalah pertambahan panjang, Lo adalah panjang mula-mula dan


A adalah luas permukaan dimana gaya F itu bekerja. Dalam regangan geser dan
memuntir, gaya F bekerja sejajar dengan permukaan A, sedangkan ΔL, tegak
lurus terhadap Lo. Tetapan G adalah modulus puntir (share modulus)
Modulus puntir logam dalam hal ini adalah merupakan kekakuan puntiran
bahan logam terhadap nilai gaya, bahan, penampang logam. Jika suatu batang

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 6


logam mengalami suatu puntiran maka batang tersebut disamping mengalami
gaya puntir juga mengalami gaya tarik.

Tiap batang mengalami tegangan sebagai gaya persatuan luas terlihat batang
mengalami perpindahan x (cm) sebagai akibat adanya gaya F, yang besarnya
berbanding lurus dengan penampang horizontal. Pada percobaan modulus puntir
terlihat akibat adanya gaya mengalami pergeseran pada batang, dimana batang
dianggap homogen. Akibat geseran puntiran pada piringan (gambar percobaan
yang dipuntir melalui piringan terhadap sumbunya, akan mengalami pergeseran
sudut puntir.
Maka besarnya modulus puntir adalah:
2𝐿𝐹𝑅
𝐺=
π𝑟4 θ
Dimana:
G = Modulus Puntir (share modulus)
L = Panjang lengan puntir
F = Gaya puntir
r = Jari-jari batang
θ = Sudut puntir.

Gambar 2.2 Percobaan Modulus Puntir

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 7


2.1.3 Alat Percobaan
1. Set percobaan modulus puntir
2. Batang logam percobaan
3. Neraca lengan
4. Beban dan Kantrol
5. Jangka sorong dan Mikrometer

2.1.4 Prosedur Percobaan


1. Ukur jari-jari batang logam (r)
2. Ukur panjang batang logam (L)
3. Susun alat seperti gambar di atas dan timbang massa beban (m)
4. Tarik piringan/lengan dengan gaya beban F = m.g, dengan lengan beban
berbeda (R)
5. Ulangi untuk bahan logam yang lainnya (besi, kuningan dan tembaga),
datakan.

2.1.5 Data Percobaan


2.1.5.1 Batang Aluminium
(r = 0,14 cm; L = 47,5 cm) , g = 1000 cm/det2
Tabel 2.1 Hasil percobaan batang aluminium.
Sudut Puntir
No m (gr) R(cm) F = m.g
θ (Derajat) θ (Radian)
1 20 36 20.000 30 0,523
2 40 32 40.000 44 0,767
3 60 28 60.000 58 1,011
4 80 25 80.000 70 1,221
5 100 24 100.000 75 1,308

(Sumber :Hasil Analisa 2018)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 8


2.1.5.2 Batang Kuningan
(r = 0,14 cm; L = 47,5 cm) , g = 1000 cm/det2
Tabel 2.2 Hasil percobaan batang kuningan.
Sudut Puntir
No m (gr) R(cm) F = m.g
θ (Derajat) θ (Radian)
1 20 34,5 20.000 33 0,575
2 40 28,5 40.000 54 0,942
3 60 25,5 60.000 66 1,151
4 80 24 80.000 74 1,290
5 100 23 100.000 78 1,360
(Sumber :Hasil Analisa 2018)

2.1.5.3 Batang Tembaga


(r = 0,14; L = 47,5 cm) , g = 1000 cm/det2
Tabel 2.3 Hasil percobaan batang tembaga.
Sudut Puntir
No m (gr) R(cm) F = m.g
θ (Derajat) θ (Radian)
1 20 36 20.000 28 0,488
2 40 31 40.000 45 0,785
3 60 27 60.000 60 1,046
4 80 25 80.000 69 1,203
5 100 24 100.000 74 1,290
(Sumber :Hasil Analisa 2018)

2.1.6 Penyelesaian Tugas Akhir


1. Harga modulus puntiran logam percobaan diatas adalah:
𝟐𝑳𝑭𝑹
𝑮=
𝛑𝒓𝟒 𝛉
a. Batang Alumunium
2×47,5×20000×36
𝐺1 = = 1,890,136,010 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×30
2×47,5×40000×32
𝐺2 = 3,14×0,144 ×44
= 2.291,073,952 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 9


2×47,5×60000×28
𝐺3 = = 2.281.198.633 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×58
2×47,5×80000×25
𝐺4 = = 2.250.161.917 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×70
2×47,5×100000×24
𝐺5 = = 2.520.181.347 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×75
1.890.136.010 + 2.291.073.952 + 2.281.198.633 + 2.250.161.917 + 2.520.181.347
𝐺̅ =
5
̅ = 𝟐. 𝟐𝟒𝟔. 𝟓𝟓𝟎. 𝟑𝟕𝟐 dyne/𝒄𝒎𝟐 𝒓𝒂𝒅
𝑮

b. Batang Kuningan
2×47.5×20000×34,5
𝐺1 = = 1.646.709.403 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×33
2×47.5×40000×28,5
𝐺2 = = 1.662.619.639 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×54
2×47.5×60000×25,5
𝐺3 = = 1.889.789.740 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×66
2×47.5×80000×24
𝐺4 = = 2.043.390.281 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×74
2×47.5×100000×23
𝐺5 = = 2.322.282.491 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×78
1.646.709.403 + 1.662.619.639 + 1.889.789.740 + 2.043.390.281 + 2.322.282.491
𝐺̅ =
5
̅ = 𝟏. 𝟗𝟏𝟐. 𝟗𝟓𝟖. 𝟑𝟏𝟏dyne/𝒄𝒎𝟐 𝒓𝒂𝒅
𝑮

c. Batang Tembaga
2×47,5×20000×36
𝐺1 = = 2.025.145.725 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×28
2×47,5×40000×31
𝐺2 = = 2.170.156.160 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×45
2×47,5×60000×27
𝐺3 = = 2.126.403.011 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×60
2×47,5×80000×25
𝐺4 = = 2.282.772.959 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×69
2×47,5×100000×24
𝐺5 = = 2.554.237.852 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
3,14×0,144 ×74
2.025.145.725 + 2.170.156.160 + 2.126.403.011 + 2.282.772.959 + 2.554.237.852
𝐺̅ =
5
̅ = 𝟐. 𝟐𝟑𝟏. 𝟕𝟒𝟑. 𝟏𝟒𝟏dyne/𝒄𝒎𝟐 𝒓𝒂𝒅
𝑮

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 10


2. Grafik hubungan antara modulus puntir (N) terhadap gaya beban (F) tiap
batang.
a. Batang Aluminium

Hubungan Modulus Puntir dengan Gaya Beban


120000

100000
Gaya Beban (F)

80000

60000

40000

20000

0
1890136010 2291073952 2281198633 2250161917 2520181347
Modulus Puntir (G)

Grafik 2.1 Grafik modulus puntir batang aluminium

b. Batang Kuningan

Hubungan Modulus Puntir dengan Gaya Beban


120000

100000
Gaya Beban (F)

80000

60000

40000

20000

0
1646709403 1662619639 1889789740 2043390281 2362670013
Modulus Puntir (G)

Grafik 2.2 Grafik modulus puntir batang kuningan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 11


c. Batang Tembaga

Hubungan Modulus Puntir dengan Gaya Beban


120000

100000
Gaya Beban (F)

80000

60000

40000

20000

0
2025145725 2170156160 2126403011 2282772959 2554237852
Modulus Puntir (G)

Grafik 2.3. Grafik modulus puntir batang tembaga

Dari ketiga grafik diatas, disimpulkan bahwa semakin besar nilai gaya beban (F)
maka akan semakin besar pula modulus sudut puntirnya(N).

3. Kesalahan relative tiap percobaan (Kr) dan rata-ratanya.


Kesalahan relatif.
̅|
|𝑮𝒊 − 𝑮
Kr = ̅
x 100%
𝑮
a. Batang Aluminium
|𝟏𝟖𝟗𝟎𝟏𝟑𝟔𝟎𝟏𝟎 − 𝟐𝟐𝟒𝟔𝟓𝟓𝟎𝟑𝟕𝟐|
𝑲𝒓𝟏 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏, 𝟓𝟖𝟔%
𝟐𝟐𝟒𝟔𝟓𝟓𝟎𝟑𝟕𝟐
|𝟐𝟐𝟗𝟏𝟎𝟕𝟑𝟗𝟓𝟐 − 𝟐𝟐𝟒𝟔𝟓𝟓𝟎𝟑𝟕𝟐|
𝑲𝒓𝟐 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟗, 𝟖𝟏%
𝟐𝟐𝟒𝟔𝟓𝟓𝟎𝟑𝟕𝟐
|𝟐𝟐𝟖𝟏𝟏𝟗𝟖𝟔𝟑𝟑 − 𝟐𝟐𝟒𝟔𝟓𝟓𝟎𝟑𝟕𝟐|
𝑲𝒓𝟑 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟓, 𝟒𝟐%
𝟐𝟐𝟒𝟔𝟓𝟓𝟎𝟑𝟕𝟐
|𝟐𝟐𝟓𝟎𝟏𝟔𝟏𝟗𝟏𝟕 − 𝟐𝟐𝟒𝟔𝟓𝟓𝟎𝟑𝟕𝟐|
𝑲𝒓𝟒 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏, 𝟔𝟎𝟕%
𝟐𝟐𝟒𝟔𝟓𝟓𝟎𝟑𝟕𝟐
|𝟐𝟓𝟐𝟎𝟏𝟖𝟏𝟑𝟑𝟒𝟕 − 𝟐𝟐𝟒𝟔𝟓𝟓𝟎𝟑𝟕𝟐|
𝑲𝒓𝟓 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟏, 𝟐𝟏𝟖%
𝟐𝟐𝟒𝟔𝟓𝟓𝟎𝟑𝟕𝟐

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 12


𝟏, 𝟓𝟖𝟔 + 𝟏𝟗, 𝟖𝟏 + 𝟏𝟓, 𝟒𝟐 + 𝟏, 𝟔𝟎𝟕 + 𝟏𝟏, 𝟐𝟏𝟖
̅=
𝑲 = 𝟕, 𝟗𝟐𝟖%
𝟓

b. Batang Kuningan
|𝟏𝟔𝟒𝟔𝟕𝟎𝟗𝟒𝟎𝟑 − 𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏|
𝑲𝒓𝟏 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏, 𝟑𝟗𝟏%
𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏
|𝟏𝟔𝟔𝟐𝟔𝟏𝟗𝟔𝟑𝟗 − 𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏|
𝑲𝒓𝟐 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏, 𝟑𝟎𝟖%
𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏
|𝟏𝟖𝟖𝟗𝟕𝟖𝟗𝟕𝟒𝟎 − 𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏|
𝑲𝒓𝟑 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏, 𝟐𝟏𝟏%
𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏
|𝟐𝟎𝟒𝟑𝟑𝟗𝟎𝟐𝟖𝟏 − 𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏|
𝑲𝒓𝟒 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟔, 𝟖𝟏𝟖%
𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏
|𝟐𝟑𝟐𝟐𝟐𝟖𝟐𝟒𝟗𝟏 − 𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏|
𝑲𝒓𝟓 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐, 𝟏𝟑𝟗%
𝟏𝟗𝟏𝟐𝟗𝟓𝟖𝟑𝟏𝟏
𝟏, 𝟑𝟗𝟏 + 𝟏, 𝟑𝟎𝟖 + 𝟏, 𝟐𝟏𝟏 + 𝟔, 𝟖𝟏𝟖 + 𝟐, 𝟏𝟑𝟗
̅=
𝑲 = 𝟐, 𝟓𝟕𝟑%
𝟓

c. Batang Tembaga

|𝟐𝟎𝟐𝟓𝟏𝟒𝟓𝟕𝟐𝟓 − 𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏 |
𝑲𝒓𝟏 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟗, 𝟓𝟐𝟕%
𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏
|𝟐𝟏𝟕𝟎𝟏𝟓𝟔𝟏𝟔𝟎 − 𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏|
𝑲𝒓𝟐 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐, 𝟕𝟓𝟗%
𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏
|𝟐𝟏𝟐𝟔𝟒𝟎𝟑𝟎𝟏𝟏 − 𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏|
𝑲𝒓𝟑 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒, 𝟕𝟐𝟎%
𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏
|𝟐𝟐𝟖𝟐𝟕𝟕𝟐𝟗𝟓𝟗 − 𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏 |
𝑲𝒓𝟒 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐, 𝟐𝟖𝟔%
𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏
|𝟐𝟓𝟓𝟒𝟐𝟑𝟕𝟖𝟓𝟐 − 𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏|
𝑲𝒓𝟓 = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏, 𝟒𝟒𝟓%
𝟐𝟐𝟑𝟏𝟕𝟒𝟑𝟏𝟒𝟏
𝟗, 𝟓𝟐𝟕 + 𝟐, 𝟕𝟓𝟗 + 𝟒, 𝟕𝟐𝟎 + 𝟐, 𝟐𝟖𝟔 + 𝟏, 𝟒𝟒𝟓
̅=
𝑲 = 𝟒, 𝟎𝟗𝟑%
𝟓

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 13


4. Standar Deviasi (SD)
a. Batang Aluminium

Tabel 2.4 Perhitungan standar deviasi batang aluminium


No Gi 𝐺̅ |𝐺𝑖 − 𝐺̅ | (Gi - 𝐺̅ )2

1 1,890,136,010 2,246,550,372 356,414,362 1.27E+17


2 2,291,073,952 2,246,550,372 44,523,580 1.98E+15

3 2,281,198,633 2,246,550,372 3,464,821 1.20E+15


4 2,250,161,917 2,246,550,372 3,611,545 1.30E+13
5 2,520,181,347 2,246,550,372 273,630,975 7,48E+16

JUMLAH 2.04E+17

(Sumber :Hasil Analisa 2018)

∑𝑛𝑖=1|𝐺𝑖 − 𝐺̅ |2 𝟐.𝟎𝟒𝐄+𝟏𝟕
SD = √ = √ 𝟓−𝟏 = 225,636,567.1 dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
𝑛 −1

b. Batang Kuningan

Tabel 2.5 Perhitungan standar deviasi batang kuningan

No Gi 𝐺̅ |𝐺𝑖 − 𝐺̅ | (Gi - 𝐺̅ )2

1 1,646,709,403 1,912,958,311 266,248,908 7.08E+16


2 1,662,619,639 1,912,958,311 250,338,672 6.26E+16
3 1,889,789,740 1,912,958,311 23,168,571 5.36E+14
4 2,043,390,281 1,912,958,311 130,431,970 1.70E+16
5 2,322,282,491 1,912,958,311 409,324,180 1.67E+17

JUMLAH 3.17E+17

(Sumber :Hasil Analisa 2018)

∑𝑛𝑖=1|𝐺𝑖 − 𝐺̅ |2 3.17E+17
SD = √ = √ 𝟓−𝟏 =8,902,246,907dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
𝑛 −1

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 14


c. Batang Tembaga

Tabel 2.6 Perhitungan standar deviasi batang kuningan

No Gi 𝐺̅ |𝐺𝑖 − 𝐺̅ | (Gi - 𝐺̅ )2

1 2,025,145,721 2,231,743,141 206,597,416 4.26E+16


2 2,170,156,160 2,231,743,141 61,586,981 3.79E+15

3 2,126,403,011 2,231,743,141 105,340,130 1.11E+16


4 2,282,772,959 2,231,743,141 51,029,818 2.60E+15
5 2,554,237,852 2,231,743,141 322,494,711 1.04E+17

JUMLAH 1.6409E+17

(Sumber :Hasil Analisa 2018)

∑𝑛𝑖=1|𝐺𝑖 − 𝐺̅ |2 1.6409E+17
SD = √ = √ 𝟓−𝟏 =202.540.119dyne/𝑐𝑚2 𝑟𝑎𝑑
𝑛 −1

2.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan pada sub penyelesaian, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Logam aluminium, logam kuningan dan logam tembaga, mempunyai nilai
puntir yang berbeda-beda, yakni :
̅ = 𝟐𝟐𝟓, 𝟔𝟑𝟔, 𝟓𝟔𝟕. 𝟏 dyne/𝒄𝒎𝟐 𝒓𝒂𝒅
- Logam aluminium : 𝑮
̅ = 𝟖, 𝟗𝟎𝟐, 𝟐𝟒𝟔, 𝟗𝟎𝟕 dyne/𝒄𝒎𝟐 𝒓𝒂𝒅
- Logam kuningan :𝑮
- Logam tembaga ̅ = 𝟐𝟎𝟐. 𝟓𝟒𝟎. 𝟏𝟏𝟗dyne/𝒄𝒎𝟐 𝒓𝒂𝒅
:𝑮
b. Dari point A dapat disimpulkan bahwa Galuminium < Gtembaga < Gkuningan
c. Logam aluminium, logam kuningan dan logam tembaga, memiliki sudut puntir
yang berbeda pula walaupun massanya sama. Contohnya batang aluminium
yang bermassa 80 gr memiliki sudut puntir 76°, sedangkan batang kuningan
yang bermassa sama memiliki sudut puntir 79°, demikian juga dengan batang
tembaga memilikisudut puntir 76°.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 15


2.2 PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH LENSA POSITIF
2.2.1 Tujuan Percobaan
1. Menentukan letak bayangan benda
2. Menentukan fokus dari lensa positif
3. Memahami jalannya sinar pada lensapositif dan pembentukannya.

2.2.2 Teori Dasar


Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang bias dengan
minimal satu permukaan tersebut merupakan bidang lengkung.
Suatu benda yang diletakkan relatif agak jauh dari atau di depan sebuah
lensa positif, maka bayangan benda yang dibentuk oleh lensa dapat diamati atau
ditangkap pada layar yang diletakkan di belakang lensa. Beberapa bentuk standar
dari lensa ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 2.3 Bentuk standar lensa: (a) lensa positif dan (b) lensa negatif.
Dalam pembahasan tentang lensa, dikenal apa yang dinamakan titik fokus
pertama (F1) dan titik fokus kedua (F2). Titik fokus pertama merupakan titik
benda pada sumbu utama yang bayangannya berada di tempat yang sangat jauh
(tak hingga), sedangkan titik focus kedua adalah titik bayangan pada sumbu utama
dari benda yang letaknya sangat jauh (tak hingga) seperti diilustrasikan pada
Gambar 2.

Gambar 2.4Definisi titik fokus pertama, F1 , dan titik focus kedua, F2.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 16


Untuk lensa tipis, titik fokus dapat dihitung dari jarak benda, S, dan jarak
bayangan yang dibentuk, S’, dengan persamaan :
1 1 1
= +
𝑓 𝑆 𝑆′
Dimana :
f = jarak fokus lensa
S = jarak benda dengan lensa
S’ = jarak bayangan dengan lensa.

2.2.3 Alat-Alat Percobaan


1. Lensa positif.

2. Bangku optik.

3. Layar.

4. Benda.

5. Sumber cahaya.

2.2.4 Prosedur Percobaan


1. Susun set percobaan seperti gambar di bawah ini :
Lampu-benda-lensa-layar

Gambar 2.5 Susunan alat percobaan lensa positif

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 17


2. Letakkan benda sejauh mungkin dari layar
3. Geser‐geserkan lensa sampai diperoleh bayangan yang jelas pada layar. Ukur
jarak benda (dari lensa) dan catat sebagai S dan jarak bayangan ke lensa catat
sebagai S’
4. Ubah kedudukan benda terhadap layar dan tentukan jarak banyangan benda
sebanyak 4 kali lagi.
5. Datakan hasil percobaan di lembar data.

2.2.5 Data Percobaan


Tabel 2.7 Data Percobaan Lensa Positif
No S (cm) S‘ (cm) SS‘ S+ S‘ f (cm)
1 65 13 845 78 10,833
2 55,7 12,3 685,11 68 10,075
3 45 13 585 58 10,085
4 34,1 13,9 647,99 48 13,499
5 25,1 12,9 323,79 38 8,520

2.2.6 Penyelesaian Tugas Akhir

1. Tentukan jarak fokus lensa positif.


1 1 1 𝑆 ′ .𝑆
= + atau 𝑓 = 𝑆′ +𝑆
𝑓 𝑆 𝑆′

13𝑥65 845
𝑓1 = = = 110,833 𝑐𝑚
13 + 65 78

55,7x12,3 685,11
𝑓2 = = = 10,075 𝑐𝑚
55,7 + 12,3 64

45x13 585
𝑓3 = = = 10,086 𝑐𝑚
45 + 13 58

34,1x13,9 473,99
𝑓4 = = = 9,874 𝑐𝑚
34,1 + 13,9 48

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 18


25,1x12,9 323,79
𝑓5 = = = 8,520𝑐𝑚
25,1 + 12,9 38

110,883 + 10,075 + 10,086 + 9,874 + 8,520


𝑓𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
5
149,388
= = 29,8776 𝑐𝑚
5

2. Buatlah grafik antara ss‘ dan s+s‘ , tentukan fokus lensa dari grafik, serta
jelaskan gambar grafik yang terbentuk.

Hubungan antara SS' dengan S+S'


800
685.11 663.16
700 647.99
585
600
500
SS'

400 323.79
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100
S+S'

Grafik 2.4 Grafik hubungan antara SS’ dengan S+S’

845
𝑓1 = = 110,833 𝑐𝑚
78

685,11
𝑓2 = = 10,075 𝑐𝑚
68

585
𝑓3 = = 10,086 𝑐𝑚
58

473,99
𝑓4 = = 9,874 𝑐𝑚
48

323,79
𝑓5 = = 8,520 𝑐𝑚
38

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 19


110,833 + 10,075 + 10,086 + 9,874 + 8,520
𝑓𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
5
149,388
= = 29,8776 𝑐𝑚
5

Dari grafik diatas dapat kita simpulkan bahwa semakin besar nilai ss’ maka
semakin besar pula nila s+s’nya, jadi keduanya berbanding lurus.
3. Hitung kesalahan relatif tiap percobaan (Kr) dan rata-ratanya.

𝑓 − 𝑓𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑘𝑟 = | | 𝑥100%
𝑓𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

110,833 − 29,8776
𝑘𝑟1 = | | 𝑥100% = 109,833%
29,8776

10,075 − 29,8776
𝑘𝑟2 = | | 𝑥100% = 9,075%
29,8776

10,086 − 29,8776
𝑘𝑟3 = | | 𝑥100% = 9,086%
29,8776

9,874 − 29,8776
𝑘𝑟4 = | | 𝑥100% = 8,874%
29,8776

8,520 − 29,8776
𝑘𝑟5 = | | 𝑥100% = 7,52%
29,8776

109,833 + 9,075 + 9,086 + 8,874 + 7,52 144,388


𝐾𝑟𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = =
5 5
= 28,8776 %

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 20


4. Hitung standart deviasinya (SD).

Tabel 2.8 Tabel Standart Deviasi Lensa Positif


No F f rata-rata |𝑓 − 𝑓𝑟𝑎𝑡𝑎 |𝑓
− 𝑟𝑎𝑡𝑎| − 𝑓𝑟|2

1 110,833 29,8776 80,9554 6553,776

2 10,075 29,8776 19,8026 392,142

3 10,86 29,8776 19,0176 361,669

4 9,874 29,8776 20,0036 400,144

5 8,520 29,8776 21,3576 456,147

∑|𝑓 − 𝑓𝑟|2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1

√6553,776 + 392,142 + 361,669 + 400,144 + 456,147


=
4

8163,878
=√ = 2040,9695 𝑐𝑚
4

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 21


2.2.7 Kesimpulan
Jika bayangan benda berada di ruangan I
sifat bayangan benda :
- Maya
- Diperbesar
- Tegak
Jika bayangan benda berada di ruangan II
sifat bayangan benda :
- Nyata
- Diperbesar
- Terbalik
Jika bayangan benda berada di ruangan III
sifat bayangan benda :
- Nyata.
- Diperkecil
- Terbalik

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 22


2.3 PERCOBAAN VISCOSITAS ZAT CAIR
2.3.1 Tujuan Percobaan
1. Memahami hokum stokes tentang zat cair.
2. bahwa gaya gesekan yang di alami benda yang bergerak dalam fluida (gas &
zat cair) berkaitan dengan kekentalan fluida.

2.3.2 Teori Dasar


Jika sebuah bola logam pada fluida (zat cair) yang diam maka akan bakerja
gaya gesek fluida untuk melawan berat benda yang besarnya selalu
konstan.Dimana besarnya gaya gesek fluida terhadap bola logam diberikan oleh
stokes yang besarnya :

Fs = 6.π.η.r.V

Secara garis besar hubungan bola jatuh dalam fluida dengan nilai viscositas
(kekentalan) zat cair sebagai berikut :

W = FA + FS ………(1)
Dimana :
W = Gaya berat bola (N)
FA = Gaya pengapung fluida (N)
FS = Gaya gesek fluida (N)

Gambar 2.6 Hubungan bola jatuh dalam fluida dengan nilai viscositas

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 23


Dari hubungan tiga faktor didapat bahwa besarnya harga viskositas zat cair adalah
:
2r 2 g(ρ − ρ0 )
η=
9V

Dimana : v = S (1+0,24 r/R)/t

2.r 2 .g.t (ρ  ρ 0 )
Maka :η =
9.s.(1  0,24r/R)

Dengan :

η = viscositas zat cair R= jari-jari tabung


t = waktu jatuh bola g = percepatan grafitasi
s = jarak jatuh bola ρ = massa jenis bola
r = jari-jari bola ρ0= massa jenis fluida

III. Alat Percobaan


1. Tabung fluida
2. Jangka sorong
3. Neraca lengan
4. Mikrometer
5. Bola besi
6. Aerometer dan tabung gelas.
7. Stop wacth.

IV. Prosedur Percobaan


1. Tentukan massa jenis bola dengan menimbang massanya kemudian mengukur
volumenya.
2. Tentukan massa jenis fluida pada Aerometer.
3. Tentukan jarak S, kemudian jatuhnya bola besi dan ukur waktu jatuhnya (t).
4. Ulangi untuk jarak S yang berbeda 4 kali lagi.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 24


5. Lakukan pada tabung yang lainnya, lakukan pengukuran lagi seprti langkah
yang di atas, datakan.

V. Data Pengamatan
a. OLIE I (SAE 10)
Massa jenis bola besi: 13,31 gr/cc Massa bola : 1,73 gr
Massa jenis fluida (olie) :0,920 gr/cc Jari-jari bola : 0,315 cm
Jari-jari tabung gelas R :1,68 cm Volume bola : 0,13 cm3
No S (cm) t (detik) v = S (1+0,24 r/R)/t (cm/det)
1 30 0,38 82,5
2 40 0,68 61,470
3 50 0,91 57,417
4 60 1,22 51,393
5 70 1,47 49,761
Tabel 2.9 Data Pengamatan Olie SAE 10

b. OLIE II (SAE 20)


Massa jenis bola besi :13,31 gr/cc Massa bola : 1,73 gr
Massa jenis fluida (olie) :0,915 gr/cc Jari-jari bola : 0,315 cm
Jari-jari tabung gelas R:1,68 cm Volume bola : 0,13 cm3
No S (cm) t (detik) v = S (1+0,24 r/R)/t (cm/det)
1 20 0,78 40,192
2 30 1,19 35,126
3 40 1,53 34,150
4 50 1,87 33,529
5 60 2,22 32,950
Tabel 2.10. Data Pengamatan Olie SAE 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 25


VI. Penyelesaian Tugas Akhir
1. Harga Viscositas.
2.r𝟐 .g.t (𝝆 − 𝝆𝟎 )
𝜼=
9V.
a. SAE 10
𝟐
2 x 0,315 x 1000 x 0,38(1,73 - 0,920)
𝜼𝟏 = = 𝟑, 𝟖𝟏𝟑 Poise
9 x 0,13
𝟐
2 x 0,315 x 1000 x 0,68 x (1,73 - 0,920)
𝜼𝟐 = = 𝟔𝟓, 𝟏𝟓𝟗 Poise
9 x 0,13
𝟐
2 x 0,315 x 1000 x 0,91 x (1,73 - 0,920)
𝜼𝟑 = = 211,289 Poise
9 x 0,13
2 x 0,315𝟐 x 1000 x 1,22 x (1,73 - 0,920)
𝜼𝟒 = = 𝟒𝟏𝟕, 𝟓𝟏𝟗 Poise
9 x 0,13
2 x 0,315𝟐 x 1000 x ,1,47 x (1,73 - 0,920)
𝜼𝟓 = = 𝟓𝟎𝟒, 𝟔𝟔𝟒 Poise
9 x 0,13
(𝟑, 𝟖𝟏𝟑 + 𝟔𝟓, 𝟏𝟓𝟗 + 𝟐𝟏𝟏, 𝟐𝟖𝟗 + 𝟒𝟏𝟕, 𝟓𝟏𝟗 + 𝟓𝟎𝟒, 𝟔𝟔𝟒)
𝜼 =
𝟓
= 868,3 Poise

b. SAE 20
2 x 0,315𝟐 x 1000 x ,0,78 x (1,73 - 0,915)
𝜼𝟏 = = 𝟐𝟔𝟕, 𝟕𝟕𝟓 Poise
9 x 0,13
2 x 0,315𝟐 x 1000 x 1,19 x (1,73 - 0,915)
𝜼𝟐 = = 𝟒𝟎𝟕, 𝟐𝟐𝟕 Poise
9 x 0,13
2 x 0,315𝟐 x 1000 x 1,53 x (1,73 - 0,915)
𝜼𝟑 = = 𝟑𝟒𝟏, 𝟗𝟗𝟔 Poise
9 x 0,13
2 x 0,315𝟐 x 1000 x1,87 x (1,73 - 0,915)
𝜼𝟒 = = 𝟔𝟒𝟎, 𝟔𝟖𝟑 Poise
9 x 0,13
2 x 0,315𝟐 x 1000 x 2,22 x (1,73 - 0,915)
𝜼𝟓 = = 𝟕𝟔𝟐, 𝟏𝟓𝟑 Poise
9 x 0,13
(𝟐𝟔𝟕, 𝟕𝟕𝟓 + 𝟒𝟎𝟕, 𝟐𝟐𝟕 + 𝟑𝟒𝟏, 𝟗𝟗𝟔 + 𝟔𝟒𝟎, 𝟔𝟖𝟑 + 𝟕𝟔𝟐, 𝟏𝟓𝟑)
η =
𝟓
= 𝟕𝟔𝟑, 𝟖𝟏 𝐏𝐨𝐢𝐬𝐞

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 26


2. Perbandingan hargaviskositas dari literature dengan hasil eksperimen

No Olie SAE 10 Olie SAE 10


(literature) (eksperimen)

1 0,885 2,737
2 0,885 3,116
3 0,885 4,054
4 0,885 5,279
5 0,885 7,754
∑ 4,425 22,94
η 0,885 4,588
Tabel 2.11 Perbandingan harga viskositas Olie SAE 10

No Olie SAE 20 Olie SAE 20


(literature) (eksperimen)

1 0,865 3,797
2 0,865 7,767
3 0,865 12,729
4 0,865 17,433
5 0,865 17,918
∑ 4,325 59.645
η 0,865 11,929
Tabel 2.12Perbandingan harga viskositas Olie SAE 20

Keterangan :
Dari percobaan yang kami amati didapatkan bahwa perbandingan rata-rata
harga viskositas dari hasil eksperimen dengan literature yang kami dapat
adalah lebih besar baik untuk SAE 10 maupun untuk SAE 20.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 27


3. Hubungan nilai Viskositas terhadap waktu.
a. SAE 10

Hubungan Harga Viskositas Olie SAE 10 dengan Waktu

62
60.58
Harga Viskositas

60
59.38
58
57
56 55.98

54

52
50.8
50
0 0.5 1 1.5 2
Waktu

Grafik 2.5 Grafik hubungan antara nilai viscositas SAE 10 terhadap waktu
b. SAE 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 28


hubungan harga viskositas SAE 10 dengan
waktu
600

500

400
viskositas

300

200

100

0
0.38 0.68 0.91 1.22 1.47
waktu

Grafik 2.6 Grafik hubungan antara nilai viscositas SAE 20 terhadap waktu

4. Kesalahan Relatif tiap percobaan


|𝜼 − 𝜼|
kr = x 100%
𝜼
a. SAE 10

|3,813−868,3|
kr1= x 100% = 96,186 %
868,3
|65,159−868,3|
kr2 = x 100% = 34,841 %
868,3
|211,289−868,3|
kr3 = x 100% = 111,2 %
868,3
|417,519−868,3|
kr4 = x 100% = 416,5 %
868,3
|504,664−868,3|
kr5 = x 100 % =404,6 %
868,3
(96,186%+34,841%+111,2%+416,5%+404,6%)
kr = = 763,81 %
5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 29


b. SAE 20

|267,775−763,81|
Kr1 = x 100% = 167,7 %
763,81
|407,227−763,81|
Kr2= x 100% = 307,2 %
763,81
|341,996−763,81|
Kr3 = x 100% = 241,9 %
763,81
|640,683−763,81|
kr4 = x 100% = 540,6 %
763,81
|5762,153−763,81|
kr5 = x 100% = 662,1 %
763,81
(167,7%+307,2%+241,9%+540,6%+662,1%
kr =
5
= 1,389 %

5. Standar Deviasi
a. SAE 10
Tabel 2.13 Perhitungan standar deviasi olie SAE 10
No 𝛈  || ()𝟐
1 3,813 868,3 864,4 747,337
2 65,159 868,3 803,1 645,035
3 211,289 868,3 657,0 431.66
4 417,519 868,3 450,7 203,203
5 504,664 868,3 363,6 363,636
∑ 1202,444 4341,5 3138.8 2390,871

𝒏 𝟐
∑ ()
SD=√ 𝒊=𝟏
n-1

2390,871

𝟓−𝟏
=

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 30


=√𝟐𝟒, 𝟒𝟒𝟖
= 4,944 poise

b. SAE 20

Tabel 2.14 Perhitungan standar deviasi olie SAE 20


No 𝛈  || ()𝟐
1 267,775 763,81 496,035 246,050
2 407,227 763,81 356,583 127,151
3 341,996 763,81 921,814 177,927
4 640,683 763,81 123,127 15,160
5 762,153 763,81 1,657 2,745
∑ 2419,834 3819,05 2839,275 569,033

𝒏 𝟐
∑ ()
SD=√ 𝒊=𝟏
n-1

𝟓𝟔𝟗,𝟎𝟑𝟑

𝟓−𝟏
=

=√𝟏𝟏, 𝟗𝟐𝟕
= 3,454poise

2.3.3 Kesimpulan
Dari perhitungan data yang didapatkan pada penyelesaian tugas akhir diatas,
didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Bertambahnya nilai SAE maka semakin besar pula nilai viscositasnya.
b. Sesuai percobaan besar kecilnya viscositas zat dapat dilihat dari gerak bola
yang jatuh kedalam zat tersebut. Semakin cepat gerak bola, semakin kecil
viskositasnya. Semakin lambat gerak jatuh bola, maka nilai viscositas zat
semakin besar.
c. Viskositas rata-rata untuk Olie SAE 10 adalah sebesar 4,944 Poise,sedangkan
untuk Olie SAE 20 adalah sebesar 3,454 Poise.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 31


d. Harga Viskositas rata-rata Olie SAE 10 hasil eksperimen lebih besar dari harga
viskositas Olie SAE 10 literatur (4,944 Poise>0,885 Poise).Harga Viskositas
rata-rata Olie SAE 20 hasil eksperimen lebih besar dari harga viskositas Olie
SAE 20 literatur (3,454 Poise >0,865 Poise).
e. Kesalahan relatif pada percobaan Olie SAE 10 adalah sebesar 33,627%,
sedangkan pada percobaan Olie SAE 20 adalah sebesar 41,222%.
f. Standar deviasi pada percobaan Olie SAE 10 adalah sebesar 2,024 Poise,
sedangkan pada percobaan Olie SAE 20 adalah sebesar 6,129 Poise.

2.4 PERCOBAAN DIFRAKSI CAHAYA


2.4.1 Tujuan Percobaan
1. Menentukan panjang gelombang cahaya laser
2. Memahami proses difraksi cahaya oleh celah sempit dan menentukan lebar
celah dan jarak antar celah dengan menggunakan laser He-Ne

2.4.2 Teori Dasar


Salah satu alat untuk menghasilkan garis spektrum adalah kisi atau celah
sempit yang merupakan sebaris celah yang sangat berdekatan.
Jika seberkas cahaya dilewatkan sebuah kisi maka penjalaran gelombang
cahaya terganggu oleh bagian yang tak tembus cahaya. Sebagian muka gelombang
cahaya terganggu oleh cahaya yang diteruskan.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 32


P

Q
Y1
R Y2
Y3

Gambar 2.7 Cahaya dilewatkan pada sebuah kisi

Pada gambar terlihat bahwa P,Q,R merupakan celah sempit dimana


gelombang datang (dari laser) setelah lewat kisi di difraksikan membentuk muka
gelombang baru dengan sudut α1,α2 dan seterusnya.muka gelombang baru tersebut
sebenarnya merupakan dareah terang dan yang tak terlihat merupakan daerah
gelap.
Untuk daerah terang pertama ke gelap pertama dikatakan mempunyai ordo
(n=1)dan seterusnya daerah gelap atau terang kedua mempunyai ordo kedua
(n=2)dst.
Maka panjang gelombang cahaya laser dapat di tentukan dengan persamaan
sebagai berikut :
dsin α
λ
n
dimana : λ = panjang gelombang
d = panjang kisi / celah
α = sudut difraksi
catatan : untuk menentukan nilai sudut difraksi
Y
sinα 
Y2  A2

2.4.3 Alat Percobaan


1. Sumbar cahaya laser
2. Kisi difraksi
3. Layar dan rool meter

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 33


4. Bangku optic
5. Sumber tegangan 220 V

2.4.4 Prosedur Percobaan

1. Susunlah alat seperti gambar dibawah ini. Laser dihubungkan ke sumber


tegangan dulu

Gambar 2.8 Percobaan difraksi cahaya

2. Ukur jarak kisi/celah ke layar, sebagai jarak A (cm)


3. Hubungkan laser dengan sumber tegangan,maka akan terlihat pola difraksi,
tentukan dulu orde n=0 (titik tengah),kemudian ukur jarak Y(cm)yang
merupakan jarak titik terang nol ketitik terang pertama (n=1).
4. Ulangi kegiatan diatas 4kali lagi untuk jarak A yang berbeda dan ukur pusat
titik terang ke titik terang berikutnya.
5. Konsultasikan data pengamatan pada pembimbing, datakan

2.4.5 Data Pengamatan


d = 1,11 cm/grs
Tabel 2.15Data Pengamatan difraksi cahaya
No n A(cm) Y(cm) λ (cm) Sin α
B= Y 2  A 2 (cm)
1. 1 440 29,8 441,007 0.0749 0.0675

2. 1 450 30,5 451,032 0.0750 0,0676

3. 1 460 31,3 461,063 0.0752 0,0668

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 34


4. 1 470 32 471,088 0.0753 0,0679

5. 1 480 32,7 481,112 0.0753 0,0679

2.4.6 Penyelesaian Tugas Akhir


1. Perhitungan panjang gelombang :
d.sin α
λ (cm)
n
1,11 x 0,0675
λ1 = =0,0749 cm
1
1,11 x 0,0676
λ2 = = 0,0750 cm
1
1,11 x 0,0678
λ3 = = 0,0752 cm
1
1,11 x 0,0679
λ4 = = 0,0753 cm
1
1,11 x 0,0679
λ5 = = 0,0753 cm
1
0,0749 + 0,0750 +0,0752 + 0,0753 + 0,0735
λ= = 0,0749 cm
5

2. Kesalahan relatif tiap percobaan


|𝝀𝒊− 𝝀|
kr = x 100%
𝝀
|𝟎,𝟎𝟕𝟒𝟗−𝟎,𝟎𝟕𝟒𝟗|
kr1 = x 100% = 0,000%
𝟎,𝟎𝟕𝟒𝟗
|0,0750−0,0749|
kr2 = x 100% = 1,335%
0,0749
|0,0752−0,0749|
kr3 = x 100% = 4,005%
0,0749
|0,0753−0,0749|
kr4 = x 100% = 5,340%
0,0749
|0,0753−0,0749|
kr5 = x 100% = 5,340%
0,0749
0,000% +1,335% +4,005% +5,340% +5,340% 0,1602%
kr = = = 0,03204%
5 5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 35


3. Standart deviasi (SD) dan kesalahan mutlak
Tabel 2.16 Perhitungan standar deviasi difraksi cahaya

No. λi 𝜆 |λi - 𝜆| (λi - 𝜆)2


1 0,0749 0,0749 0 x 10-4 0 x 10-8
2 0,0750 0,0749 1 x 10-4 1 x 10-8
3 0,0752 0,0749 3 x 10 -4 9 x 10-8
4 0,0753 0,0749 4 x 10-4 1,6x 10-7
5 0,0753 0,0749 4 x 10-4 1,6 x 10-7
∑ 4,2 x 10-7
 Standard deviasi :

∑𝐧𝐢−𝐥(𝛌𝐢− 𝛌)𝟐 𝟒,𝟐 𝐱 𝟏𝟎−𝟕


SD = √ =√ = 1,05 x 10-7 cm
𝐧−𝟏 𝟒

 Kesalahan mutlak :
|∑(𝛌𝐢− 𝛌)| 𝟒,𝟐 𝐱 𝟏𝟎−𝟕
∆𝝀 = = = 8,4 x 10-8 cm
𝐧 𝟓

∆𝛌 𝟖,𝟒 𝐱 𝟏𝟎−𝟖
Km = x 100% = x 100% = 1,121495327 x 10-6%
𝛌 𝟎,𝟎𝟕𝟒𝟗

Pt 2  λ  SD  0,0749  8,4  10 8  0,074 cm

2.4.7 Kesimpulan
a. Difraksi cahaya yaitu, dimana sinar laser dilewatkan pada sebuah kisi atau
celah sempit maka sebagian diteruskan dan lainnya didifraksikan meembentuk
muka gelombang baru.
b. Proses difraksi cahaya adalah pembiasan suatu sinar dari sumber sinar yang
ditembakkan ke kisi/celah sehingga bayangan pada layar dimana bayangan tadi
membentuk beberapa orde 1, 2, 3, dan seterusnya.
c. Dari percobaan diatas telah kita dapatkan hasil sebagai berikut :
 Panjang gelombang

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 36


λ1= 0,0749cm ; λ2=0,0750cm ; λ3=0,0752cm ; λ4=0,0753cm ;
λ5=0,0753cm
dengan λ adalah 0,0743 cm
 Kesalahan realtif tiap percobaan
kr1=0,000% ; kr2=1,335% ; kr3=4,005% ; kr4=5,340% ; kr5=5,340%
dengan kr adalah 0,3204%
 Standard deviasi 1,05 x 10-7 cm
 Kesalahan mutlak 1,121495327%

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 37


2.5 PERCOBAAN KONSTANTA PEGAS
2.5.1 Tujuan Percobaan
1. Menentukan harga konstanta pegas dengan metode pembebanan.
2. Menentukan harga konstanta pegas dengan metode getaran selaras.
3. Menentukan hubungan kosntanta pegas dengan periode getar.

2.5.2 Teori Dasar


Hukum Hooke
Sebuah pegas ketika diberi gaya tarik F akan bertambah panjang sejauh x,
dan dalam kasus ini berlaku hukum hooke:
F = - kx
Dimana : F = Gaya tarik (N)
k= Konstanata pegas (N/m)
x= Pertambahan panjang akibat gaya (m)
Jika gaya F di timbulkan oleh massa benda maka F = gaya berat = m.g
Maka konstanta pegas :
mg
k=
x
Jika pegas digantung vertical kebawah, kemudian pegas diberi beban dan
digetarkan,maka pegas mengalami getaran selaras(berosilasi), yang dapat
ditentukan periode getarannya (T).
Secara umum, frekuensi dari sebuah getaran harmonis memenuhi
persamaan:
n
f=
t
Dengan : f= frekuensi (Hz)
n= jumlah getaran
t= waktu (s)
Selang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu getaran adalah periode.
Dengan demikian, secara matematis hubungan antara periode dan frekuensi
adalah sebagai berikut :

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 38


1 t
T= maka T =
f n
Dari persamaan gerak harmonik sederhana dengan menerapkan hukum II Newton
pada benda yang mengalami gerak harmonic sederhana maka kita peroleh :
F = m.a
2
-kx = m d x2
dt
Maka besarnya konstanta pegas dapat ditentukan dengan persamaan :
2
K = 4.π 2.m
T
Dimana : k = konstanta pegas ( dyne/cm)
m = massa beban (gr)
T = Periode (s)
Energi Potensial Pegas (EP) & Usaha (W) utk meregangkan pegas
Energi potensial adalah energy yang dimilikii benda karena kedudukannya
terhadap suatu acuan. Energi potensial pegas dihitung berdasarkan acuan titik
setimbangnyya, sehingga saat pegas menyimpang sejauh x akan memiliki energy
potensial yang besarnya:
1
Ep = kx 2
2
Usaha yang diperlukan untuk meregangkan pegas akan setara dengan perubahan
energy potensial pada pegas akibat usikan peregangan tersebut, sehingga:
1
W= kx 2
2
2.5.3 Alat Percobaan
1. Statip tegak
2. Pegas/pir
3. Stopwatch
4. Rool meter
5. Neraca lengan
6. Beban / massa

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 39


2.5.4 Prosedur Percobaan
a. Sistem Pembebanan
1. Gantungkan pegas dan ukur panjang mula-mula (lo)
2. Timbang massa beban (m) dan gantungkan pada pegas.
3. Ukur panjang pegas setelah diberi beban (l)
4. Ulangi untuk massa beban yang berbeda 4 kali lagi, datakan.
b. Sistem Getaran
1. Ambil massa beban (m) gantungkan pada pegas, tarik beban sedikit
2. kebawah kemudian lepaskan, maka akan terjadi getaran selaras. Catat waktu
yang diperlukan untuk 40 getaran.
3. Ulangi butir 1-2 dengan massa beban yang berbeda (4 kali lagi),datakan.

Gambar 2.9 (a) Sistem pembebanan. (b) Sistem getaran


2.5.5 Data Pengamatan
Tabel2.17 Data Pengamatan Sistem Pembebanan
No m (gr) Io (cm) I (cm) x (cm) k (dyne/cm) F (dyne)
1 40 23 26,4 3,4 11764,70 40000
2 60 23 28 5 12000,00 60000
3 80 23 29,7 6,7 11940,29 80000
4 100 23 31,2 8,2 12195,12 100000
5 120 23 33 10 12000,00 120000

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 40


Tabel 2.18 Data Pengamatan Sistem Getaran
No m (gr) n (kali) t (detik) T(detik) Frekuensi
(Hz)
1 40 40 17,50 0,4375 2,285
2 60 40 20,28 0,507 1,972
3 80 40 22,69 0,5672 1,762
4 100 40 24,38 0,6095 1,640
5 120 40 27,19 0,6797 1,471

2.5.6 PenyelesaianTugas Akhir


1. Harga Konstanta pegas
a. Sistem pembebanan
mg
k= x
40.1000
k1 = = 11764,7058 dyne/cm
3,4
60.1000
k2 = = 12000,0000 dyne/cm
5
80.1000
k3 = = 11940,2985 dyne/cm
6,7
100.1000
k4 = = 12195,12195 dyne/cm
8,2
120.1000
k5 = = 12000,0000 dyne/cm
10
11764,7058 +12000,0000+11940,2985+12195,12195+12000,0000 59900,12634
𝑘̅= =
5 5
= 11980,02527 dyne/cm
b. Sistem getaran
4. 2 .m
2
k= T
4(3,14)2 .40 1577,536
k1 = = = 8242,089864 dyne/cm
0,43752 0,1914

4(3,14)2 .60 2366,304


k2 = = = 9207,4085 dyne/cm
0,5072 0,2570

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 41


4(3,14)2 .80 3155,072
k3 = = = 9807,4976 dyne/cm
0,56722 0,3217

4(3,14)2 .100 3943,84


k4 = = = 10618,8476 dyne/cm
0,60952 0,3714
4(3,14)2 .120 4732,608
k5 = = = 10243,7402 dyne/cm
0,67972 0,4620
8242,0898+9207,4085+9807,4976+10618,8476+10243,7402 48119,5839
𝑘̅= =
5 5
= 9623,9167 dyne/cm

2. Hubungan antara F dan x pada system pembebanan.

Hubungan F dan x
10 7, 9

8 6, 7
F (puluhan ribu)

6 ∆𝐹
5, 5
4 ∆𝑥
2

0
0 2 4 6 8
x (cm)

Grafik 2.7 Grafik hubungan antara F dan x pada sistem pembebanan


a. Konstanta Pegas
Berdasarkan grafik diatas didapatkan konstanta pegas :
F
F = kx  k=
x
40000
K1 = = 11764,7058 dyne/cm
3,4
60000
K2 = = 12000,0000 dyne/cm
5
80000
K3 = = 11940,2985 dyne/cm
6,7
100000
K4 = = 12195,1219 dyne/cm
8,2

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 42


120000
K5 = = 12000,0000 dyne/cm
10

40000+60000+80000+100000+120000
̅̅̅
𝐹𝑟=
5
400000
=
5
= 80000 dyne
3,4+5+6,7+8,2+10 33,3
̅̅̅ =
𝑥𝑟 = = 6,66 cm
5 5

F
F = kx  k=
x
80000
𝑘̅ = = 12012,0120 dyne/cm
6,66

b. Usaha untuk meregangkan sejauh 5 cm (x=5)


1
W= kx 2
2

Dengan menggunakan𝑘̅Usaha yang dihasilkan untuk meregangkan pegas


adalah :
1
W = .11980,02527. 52
2

= 149750,3159 dyne cm
3. Massa beban sangat berpengaruh terhadap frekuensi getaran pegas. Hal ini
𝟏 𝒌
dapat diamati pada percobaan sistem getaran.𝒇 = √ massa beban
𝟐𝝅 𝒎

berbanding terbalik dengan frekuensi. Semakin besar massa beban, semakin


kecil frekuensi yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena pertambahan massa
beban mengakibatkan waktu yang diperlukan benda untuk bergetar sebanyak
40 kali semakin besar.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 43


4. Kesalahan Relatif
̅|
|𝑘𝑖 −𝑘
kr = ̅
x100%
𝑘
a. Sistem Pembebanan
| 11764,70588−11980,02527|
kr1= x 100% = 1,797%
11980,02527
|12000,0000−11980,02527|
kr2 = x 100% = 1,667%
11980,02527
|11940,29851−11980,02527|
kr3 = x 100% = 3,316%
11980,02527
|12195,12195−11980,02527|
kr4 = x 100% = 1,79%
11980,02527
|12000,0000−11980,02527|
kr5 = x 100% = 1,667%
11980,02527

b. Sistem Getaran
|8242,08986−9623,91679|
kr1 = x 100% = 1,435%
9623,91679
|9207,4040856−9623,91679|
kr2 = x 100% = 4,372%
9623,91679
|9807,49766−9623,91679|
kr3 = x 100% = 1,907%
9623,91679
|10618,8476−9623,91679|
kr4 = x 100% = 1,033%
9623,91679
|10267,986−9623,91679|
kr5 = x 100% = 6,440%
9623,91679

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 44


5. Menghitung standart deviasinya
a. Sistem Pembebanan
Tabel 2.19 Perhitungan standar deviasi sistem pembebanan
2
No 𝑘𝑙 𝑘̅ |𝑘 − 𝑘̅| (𝑘 − 𝑘̅)

1 11764,7058 11980,0252 -215,3193 46362,4397


2 12000,0000 11980,0252 -19,9747 398,9898
3 11940,2985 11980,0252 -39,7267 1578,2154
4 12195,1219 11980,0252 215,0966 46266,5617
5 12000,0000 11980,0252 19,9747 398,9898

Σ 95005,2166

𝟐
∑𝒏 ̅
𝒊=𝟏(𝒌−𝒌)
SD = √
𝟗𝟓𝟎𝟎𝟓,𝟐𝟏𝟔𝟔
==√ =√𝟐𝟑𝟕𝟓𝟏, 𝟑𝟎𝟒𝟏 = 154,1145 dyne/cm
𝒏−𝟏 𝟒

b. Sistem Getaran
Tabel 2.20 Perhitungan standar deviasi sistem getaran
2
No 𝑘𝑙 𝑘̅ |𝑘 − 𝑘̅| (𝑘 − 𝑘̅)
1 8242,0898 9623,9167 -1381,8271 190446,272
2 9207,4085 9623,9167 -416,5082 173479,1057
3 9807,4976 9623,9167 183,5808 33701,9358
4 10618,8476 9623,9167 994,9308 989887,3167
5 10243,7402 9623,9167 619,8234 384181,0596

Σ 3490695,69

𝟐
∑𝒏 ̅
𝒊=𝟏(𝒌−𝒌)
SD = √
𝟑𝟒𝟗𝟎𝟔𝟗𝟓,𝟔𝟗
=√ =√872673,9255 = 934,1701 dyne/cm
𝒏−𝟏 𝟒

2.5.7 Kesimpulan
a. Penggunaan metode yang paling tepat untuk menentukan harga konstanta
pegas adalah dengan sistem pembebanan.
b. Nilai regangan dan tegangan pegas mempengaruhi harga konstanta pegas.
c. Pada system pembebanan harga k ditentukan oleh massa, gravitasi dan
pertambahan panjang.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 45


d. Sedangkan pada system getaran, harga ditentukan oleh banyaknya getaran,
massa dan periode.
e. Semakin besar bebanbenda dalam sistem getaran, waktu yang diperlukan
semakin banyak sehingga periode semakin besar namun frekuensi semakin
kecil.
f. Makin besar massa yang digunakan maka pertambahan panjang pada sistem
pembebanan akan semakin besar.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah membahas percobaan – percobaaan yang telah dilakukan dalam
kegiatan praktikum yang tertulis dalam laporan di atas, maka penulis dapat
menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
a. Kegiatan praktikum fisika dasar merupakan ajang pembuktian hukum –hukum
yang ada dalam ilmu fisika.
b. Diperlukan ketelitian dan koreksi yang baik dalam melakukan percobaan pada
saat praktikum di setiap judul percobaan untuk mendapatkan data pengamatan
yang baik.
c. Hasil – hasil data percobaan, tidak mungkin tidak adanya suatu kesalahan,
maka dari itu di perlukan perhitungan Kr yaitu kesalahan relatif.
d. Secara garis besar kesalahan-kesalahan yang ada pada data praktikum
e. dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu diantaranya sebagai berikut :
 Ketelitian pengamatan praktikum
 Ketelitian alat yang dipakai
 Keadaan dan situasi praktikum

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 46


3.2 Saran
Praktikum fisika dasar mempunyai manfaat yang besar bagi mahasiswa,
karena dengan kegiatan tersebut mahasiswa dapat melihat dan membuktikan
sendiri secara langsung tentang ilmu fisika yang diterima didalam perkuliahan,
yang berakibat pada pemahaman mahasiswa yang lebih dalam mata kuliah
khususnya fisika. Maka pelaksanaan praktikum fisika perlu di lakukan dengan
konsentrasi dan ketelitian tinggi, agar dapat diperoleh hasil yang akurat serta
dapat menambah wawasan.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 47


DAFTAR PUSTAKA

Halliday, D., Resnick, Fundamental of Physics, Jhon Wiley & Son, 1997
Giancoli, C. Douglas, Physics, Prentice Hall
Muhammad Hikam dkk. 2000. Buku Pedoman Praktikum Fisika Dasar.Edisi
2000. Laboratorium Fisika Dasar Unit Pelaksana Pendidikan
IlmuPengetahuan Dasar Universitas Indonesia. Jakarta.
Paul A. Tippler. 2001. Fisika Untuk Sain dan Teknik Jilid 2(Terjemahan). Edisi
ketiga. Penerbit: Erlangga. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Page 48

Anda mungkin juga menyukai