PENDAHULUAN
Emas merupakan logam transisi ( trivalen dan univalen ) yang bersifat lunak dan
mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 3 ( skala Mohs ). Emas dapat
dibentuk jadi lembaran sedemikian tipis hingga tembus pandang. Sebanyak
120.000 lembar emas dapat ditempa menjadi satu lapisan yang sedemikian
tipisnya sehingga tebalnya tidak lebihdari 1 cm. Dari 1 gram emas dapat diulur
menjadi kawat sepanjang 2,5 km.Emas mempunyai karakteristik sectile ( lunak,
elastis, mudah dibentuk ), memilikiwarna yang menarik ( kuning, mengkilap,
tidak mudah memudar ), berat, tahan lama, tahan pada panas tinggi dan daya
konduksi listrik juga sebagai perlawanan terhadap oksidasi ( tahan korosi )
sehingga emas memiliki banyak kegunaan. Namun karena emas sebagai salah satu
logam coinage yang keberadaannya di alam sangat langka, menjadikannya
sebagailogam yang sangat berharga.
PT Aneka Tambang Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor (PT Antam
Tbk. UBPE Pongkor) merupakan perusahaan pertambangan yang memiliki
beberapa unit bisnis dan anakperusahaan yang terintegrasi secara vertikal dan
berorientasi ekspor. Produk utama dari PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor
berupa dore bullion. Dore bullion adalah campuran emas dan perak dengan kadar
emas (Au) 7% hingga 15% dan perak (Ag) 80% hingga 90%, serta sisanya yang
kurang dari 2% adalah pengotor (impurities). Proses pengambilan Au dan Ag dari
bijihnya dimulai dari crushing, milling and classification. Unit proses
crushing,milling and classificationpada umumnya merupakan proses memperkecil
ukuran bijih sampai didapat derajat liberasi (kebebasan mineral/unsur dalam bijih)
yang diinginkan sehingga dapat memisahkan mineral berharga dari pengotornya.
Setelah proses penggerusan dan klasifikasi, dilakukan proses pelindian oleh
larutan Natrium Sianida yang akan membentuk senyawa kompleks NaAu (CN)2
1
2
dan NaAg (CN)2. Senyawa kompleks tersebut kemudian diadsorpsi oleh karbon
aktif pada proses Carbon In Leach. Au dan Ag yang telah teradsorp akan
dilepaskan kembali melalui proses elution. Setelah itu dilakukan proses
electrowinningterhadap larutan kaya hasil dari proses elution.
2. Eksplorasi Emas
Eksplorasi emas adalah keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak
mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineral emas
yang ada. Tahapan Eksplorasi meliputi : Prospeksi, eksplorasi awal,
eksplorasi detail.
8. Manfaat Emas
Dalam kehidupan seharhari emas dapat dimanfaatkan sebagai perhiasan,
kesehatan pada gigi, masker emas untuk kecantikan wajah, lulur emas untuk
perawatan kulit tubuh, sebagai mendali emas, dan dapat digunakan sebagai
nvestas berupa emas batangan.
9. Persebaran Emas Di Indonesia
Persebaran emas seperti yang kita ketahu yang palng terkenal yaitu di papua,
namun masih banyak lagi keterdapan emas di Indonesia sepeerti di Jawa
Barat, Banyuwangi, Lampung dan lain sebagainya.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum emas termasuk dalam golongan mineral logam mulia dan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Adapun emas mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
Kadar emas dinyatakan dalam karat.Istilah karat berasal dari bahasa Yunani
keration, suatu buah yang bernama Carob.Benih Carob ini digunakan untuk
ketepatan penimbangan batu permata, dengan anggapan bahwa biji Carob
7
8
memiliki berat yang seragam. Sistem karat modern untuk kemurnian emas, emas
murni adalah 24 karat atau 24k, 18k adalah 75% murni dan 12k Emas adalah 50%
murni. Sistem ini secara bertahap memberi jalan ke sistem kemurnian seperseribu
(millesimal), yaitu kemurnian emas dalam seribu bagian paduan (alloy). Jadi
dengan sistem ini emas 22k ditandai sebagai 91,6% emas, atau 916 bagian emas
per seribu paduan (alloy).
1. Hipothermal
Hypothermal merupakan endapan hydrothermal dengan tekanan dan temperature
pembekuan yang relative tinggi, tipe endapannya berupa urat-urat dan korok yang
berasosiasi dengan intrusi pada kedalaman yang tinggi. Untuk tipe hydrothermal
ini,asosiasi mineralnya berupa sulfides misalnya pirit, galena, kalkopirit,dan
oksida besi.
2. Mesothermal
Mesothermal merupakan endapan hidrotermal dengan tekanan dan temperature
yang lebih rendah dibandingkan dengan tipe endapan hipotermal. Untuk tipe ini,
endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan
permukaan bumi, adanya tekstur akibat cavity filling.
3. Epithermal
Epithermal merupakan tipe endapan hidrothermal yang terbentuk pada temperatur
rendah yaitu pada suhu 500 C sampai 3000 C dan pada kedalaman antara 0-1000m
(Hedenquist, 1985).
Mineralisasi adalah suatu proses pengendapan mineral bijih (metal) dari media
yang membawanya akibat perubahan lingkungan kimia dan fisik sekitarnya.
Mineralisasi = Ore Deposit
Tipe-tipe urat kuarsa pada endapan porfiri menurut Gustafson dan Hunt adalah
sebagai berikut:
1. A Vein (urat A)
Vein terbentuk di awal-awal, biasasnya vein ini bersegmen dan orientasi tidak
jelas, mengandung 90-95 % kuarsa. Vein ini terbentuk pada suhu yang tinggi.
2. B vein (urat B)
Vein ini tersusun oleh mineral kuarsa dengan ukuran kristal kasar (>1mm) dan
salinitas tinggi, sebagian memiliki struktur cockscomb. Pada umumnya urat ini
berlaminasi, dan terdapat penjajaran mineral lain (ex. sulfida chalcopyrite) pada
bagian tengah vein. Overprinting dan stockwork sangat intensif. Mineral sulfida
seperti pyrite, chalcopyrite, dan bornite pada umumnya hadir pada vein ini.
3. D vein (urat D)
Vein terdiri dari kuarsa dengan bentuk kristal, dan memiliki salinitas yang rendah.
Kuarsa berasosiasi dengan serisit, terbentuk belakangan. Lebar vein bisa mencapai
1 meter, bahkan lebih dari 1 meter. Asosiasi kuarsa dengan chalcopyrite,
tennanite, enargite, bornite, sphalerite, galena, dll.
13
Ada juga yang mengelompokkan urat kuarsa pada endapan porfiri menjadi 5 jenis.
Pembagian ini terkait juga dengan waktu pembentukan dan suhu pada saat vein
terbentuk. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. A vein (urat A)
Ptymatic dismembered ( Gustafson dan Hunt)
2. M vein (urat M)
Pada vein tipe M ini mineral yang berasosiasi adalah; magnetite +/- kuarsa +
actinolite + anhydrite + biotite (initial alteration)
3. A vein (urat A)
Pada vein tipe A, mineral-mineral yang berasosiasi adalah kuarsa dengan kilap
kaca + magnetite
4. B vein (urat B)
Vein ini berbentuk stockwork, dan berlapis-lapis, pada bagian tengah berstruktur
comb, berlaminasi, dan mengalami reaktivasi.
5. D vein (urat D)
Alterasi serisit dan mengandung mineral-mineral sulfida.
14
Skarn Deposit
1. Terbentuk akibat interaksi fluida magmatic bertemperatur tinggi dengan batuan
samping limestone yang diikuti oleh proses metasomatism dan pengendapan bijih
2. Berkembang baik pada batas tubuh intrusi berukuran kecil hingga sedang
dengan komposisi intermediate seperti monzonit dan granodiorit.
Alterasi adalah Setiap perubahan dalam mineralogi suatu batuan yang terjadi
karena proses-proses fisika dan kimia, khususnya oleh aktivitas fluida
hydrothermal. Alterasi dicirikan oleh pembentukan mineral-mineral sekunder
yang mengandung hidroksil (biotit, serisit, khlorit, mineral lempung) disamping
kuarsa dan juga karbonat. Fenomena Alterasi dapat disebabkan oleh:
2. Zona argilik
Dicirikan oleh kehadiran mineral lempung (kaolinit), pirit (FeS2), kalkopirit,
kuarsa selalu hadir dan biasanya terbentuk di dekat vein. Warnanya putih- kuning
muda kecoklatan, permeabilitas cukup besar, jika dipegang agak lunak.
3. Zona potasik
Terbentuk karena adanya penambahan unsur Fe dan Mg yang diikuti oleh adanya
sulfida dengan kadar rendah.
4. Zona propilit
Zona terluar dari sistem hidrothermal, warnanya hijau dan cukup keras, dengan
mineral pengikutnya klorit, epidot, kalsit, pirit, sedangkan mineral bijih yang
sering terkandung adalah galena, sphalerit sinabar.
Survei tinjau, yaitu kegiatan explorasi awal terdiri dari pemetaan geologi regional,
pemotretan udara,citra satelit dan metode survey tidak langsung lainnya untuk
mengedintifikasi daerah-derah anomial atau meneraliasasi yang proespektif untuk
diselifdiki lebih lanjut.
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap Survei Tinjau. Cakupan derah yang
diselidikii lebih keci dengan skala peta antara 1 : 50.000 sampai dengan 1 :
25.000. Data yang didapat meliputi morfologi (topografi) dan kondisi geologi
(jenis batuan/startigrafi dan struktur geologi yang berkembang). Pengambila
18
19
contoh pada daerah prospek secara alterasi dan mineralisasi dilakukan secara
sistematis dan terperinci untuk analisa laboratorium, sehinga dapat diketahui
kadar/kualitas cebakan mineral suatu daerah yang akan dieksplorasi.
Stratigrafi Regional
Dalam draft geologi proyek Tambang Emas Pongkor, PT. Antam (Persero) Tbk
(2001), stratigrafi regional daerah Pongkor dan sekitarnya (Gambar 2.2) adalah
sebagai berikut.
20
21
22
Satuan batuan tertua tersingkap di daerah ini adalah Formasi Cimapag yang
berumur Miosen, yang merupakan batuan sedimen gunung api (vulkanik klastik)
yang terdiri dari tufa breksi dan breksi andesit. Formasi Cimapag setempat
tertindih tidak selaras oleh Formasi Genteng atau satuan batuan yang lebih muda
lainnya.Formasi Genteng berumur Pliosen awal bercirikan sedimen epiklastik
tufaan dan tertindih oleh batuan gunung api, tuf, lava dan endapan termuda
endapan sungai.
Jalur batuan sedimen sebelah utara disusun oleh batuan sedimen yang berumur
Miosen Tengah sampai Miosen Atas, yang termasuk dalam Formasi
Bojongmanik, Formasi Klapanunggal, Formasi Jatiluhur, dan Formasi Genteng.
Lebih ke utara lagi adalah daerah cekungan minyak Jawa bagian utara. Sedangkan
jalur batuan sedimen sebelah selatan disusun oleh batuan sedimen yang berumur
Eosen sampai Miosen Atas yang menyebar di daerah Bayah-Pelabuhan Ratu-
Cimandiri sampai ke selatan lagi ditemukan penyebaran batuan gunungapi-
sedimen yang termasuk ke dalam Formasi Jampang. Di sebelah tenggara Formasi
Jampang ditemukan penyebaran batuan Pra-Tersier sampai Eosen (Komplek
Ciletuh).
Dasit
Berumur antara Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen Akhir bagian Bawah,
bersusunan dasit, liparit dan bostonit (Effendi dkk, 1998).
Diorit Kuarsa
Berumur antara Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen Akhir bagian Bawah
bersusunan diorit kuarsa, monzoit kuarsa, diorite kuarsa, mikrodorit dan gabro
(Effendi dkk, 1998).
23
Andesit
Berumur Miosen Akhir, bersusunan andesit,andesit horblenda, andesit hipersten,
basal, diabas dan andesit terpropilitisasikan (Effendi dkk, 1998).
Formasi Genteng
Formasi yang berumur Pliosen Awal ini terdiri oleh tuf batuapungan, batupasir
tufan, breksi, konglomerat, napal dan kayu terkersikan.Tidak mengandung fosil,
ketebalan mencapai 730 meter, secara tidak selaras menindih Formasi
Bojongmanik.
Tuf Batuapung
Berumur Pleistosen, berupa tuf batuapung, yang setempat dinamakan tras (Effendi
dkk, 1998).
Berumur Pleistosen yang tersusun atas lahar, breksi tufaan dan lapili bersusuan
andesit basalt, umumnya lapuk sekali (Effendi dkk, 1998).
Geologi Regional
Berdasarkan Milesi, et al., 1999, vein Pongkor berbentuk subvertikal, dengan arah
N 150o E, dan berbentuk sistem anastomostik. Kemiringan yang berlawanan
(Pasir Jawa dan Ciguha ke arah timurlaut, serta Kubang Cicau dan Ciurug ke arah
baratdaya) secara dihedral, menimbulkan struktur yang sama terlihat di kaldera.
Tahap 1: Bukaan vein kuarsa disebabkan adanya struktur sesar strike slip sinistral
N 150o 180o E, melewati sesar normal sinistral, sebagai hasil dari tekanan yang
lebih awal. Tekanan dinamis ini berarah konsisten N-S hingga NE-SW dengan
suatu rejim benturan plat di bawah Pulau Jawa.
Tahap 3: Pada tahap ke tiga tekanan NW-SE ditandai dengan sesar normal
sinistral N-S dan sesar dekstral NW-SE, setelah itu baru terjadi mineralisasi.
Sebagai bukti ditemukan suatu bukaan yang sangat kecil ( 1cm) pada dinding
vein.Dan juga terjadi suatu pembalikan struktur yang jarang ditemui dengan arah
NE-SW, dan ditempat yang memiliki arah dip sedikit ke arah tenggara yang
menunjukkan bahwa tekanan terjadi dibawah tekanan lithostatik yang
lemah.Struktur tektonik ini, hadir pada area di sebelah utara tambang, yang juga
mempengaruhi andesit muda pada unit atasnya.
Tahap 4: Pada tahap akhir penyusunan kembali, tektonik ini ditandai dengan
kehadiran sesar normal dengan arah yang bervariasi, menunjukkan hampir seluruh
ekstensi isotropik ke arah selatan.
Akuifer ini terdiri dari beberapa akuifer endapan vulkanik muda berupa batupasir
dan breksi setempat pada batuan tersier. Rata-rata ketebalan akuifer yaitu 1-10
meter, trasmissivitas berkisar antara 0,8-94 m2/hari, nilai permeabilitas 0,8 - 36,4
m/hari. Muka air tanah statis daerah ini bervariasi antara 28m dibawah permukaan
tanah hingga 0.9 meter diatas permukaan tanah (mengalir sendiri).
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahapan survai tinjau. Cakupan daerah yang
diselidiki sudah lebih kecil dengan skala peta antara 1:50.000 sampai dengan
1:25.000. Data yang didapat meliputi morfologi (topografi) dan kondisi geologi
(jenis batuan/stratigrafi, hubungan stratigrafi, dan struktur geologi yang
berkembang). Pengambilan conto pada daerah prospek secara alterasi dan
mineralisasi dilakukan secara sistematis dan terperinci untuk analisa laboratorium,
sehingga dapat diketahui kadar/kualitas cebakan mineral suatu daerah yang akan
dieksplorasi.
kedudukan itu diukur dan dipetakan. Juga diambil contoh batuannya (rock
samples) secara sistematis untuk diselidiki di laboratorium agar dapat diketahui
data apa yang tersimpan di dalam contoh batuan itu.
Pada kelokan sungai sebelah dalam diambil beberapa genggam endapan pasir lalu
dicuci dengan dulang atau lenggang Bila dari dalam dulang itu ditemukan
serpihan mineral berharga, maka pendulangan di kelokan sungai diteruskan ke
hulu sungai. Sampai serpihan mineral berharga itu tak ditemukan lagi.
suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu,
maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.
Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona
sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat
dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada
daerah dimana float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan
menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test pitting).
3. Sumur uji,.
Untuk memperoleh bukti mengenai keberadaan suatu endapan bahan galian di
bawah tanah dan mengambil contoh batuan (rock samples)-nya biasanya digali
sumur uji (test pit) dengan mempergunakan peralatan sederhana seperti cangkul,
linggis, sekop, pengki, dsb. Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi
panjang, bujur sangkar, bulat atau bulat telur (ellip) yang kurang sempurna. Tetapi
bentuk penampang yang paling sering dibuat adalah empat persegi panjang;
ukurannya berkisar antara 75 x 100 m sampai 150 x 200 m. Sedangkan
kedalamannya tergantung dari kedalaman endapan bahan galiannya atau batuan
dasar (bedrock)nya dan kemantapan (kestabilan) dinding sumur uji. Bila tanpa
penyangga kedalaman sumur uji itu berkisar antara 4 - 5 m. Agar dapat diperoleh
29
gambaran yang representatif mengenai bentuk dan letak endapan bahan secara
garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan pola yang teratur seperti
empat persegi panjang atau bujur sangkar (pada sudut-sudut pola tersebut digali
sumur uji) dengan jarak-jarak yang teratur pula (100 - 500 m), kecuali bila
keadaan lapangan atau topografinya tidak memungkinkan.
Dengan ukuran, kedalaman dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut, maka
volume tanah yang digali juga terbatas dan luas wilayah yang rusak juga sempit.
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini
dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu
deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat
dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Sumur uji ini umum dilakukan
pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan
endapan-endapan berlapis.
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 35 m dengan
kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan
lateritik atau residual, kedalaman sumur ujidapat mencapai 30 m atau sampai
menembus batuan dasar.
Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. ketebalan horizon B (zona laterit/residual),
30
4. Paritan (Trenching)
Pada dasarnya maksud dan tujuannya sama dengan penyelidikan yang
mempergunakan sumur uji. Demikian pula cara penggaliannya. Yang berbeda
adalah bentuknya ; parit uji digali memanjang di permukaan bumi dengan bentuk
penampang trapesium dan kedalamannya 2-3 m, sedang panjangnya tergantung
dari lebar atau tebal singkapan endapan bahan galian yang sedang dicari dan
jumlah (volume) contoh batuan (samples) yang ingin diperoleh. Berbeda dengan
sumur uji, bila jumlah parit uji yang dibuat banyak dan daerahnya mudah
dijangkau oleh peralatan mekanis, maka penggalian parit uji dapat dilakukan
dengandragline atau hydraulic excavator (back hoe).
31
Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series
dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga
batas zona bijih tersebut dapat diketahui (lihat Gambar 6.4). Informasi yang dapat
32
diperoleh antara lain ; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum)
jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan
mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona
bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.
Metode geomagnetik adalah salah satu metode dalam geofisika yang digunakan
untuk mengetahui keadaan bawah permukaan dengan memanfaatkan sifat-sifat
kemagnetan. Jadi sifat-sifat kemagnetan inilah yang kita gunakan untuk
mengetahui keadaan bawah permukaannya. Sifat kemagnetan batuan ada lima,
yaitu: Diamagnetik, paramagnetik, ferromagnetik, ferrimagnetik, dan
antiferromagnetik. Metode ini sering digunakan untu survei pendahuluan minyak
bumi, geothermal, mineral, monitoring gunungapi, arkeologi dan lain-lain.
Konsentrasi unsur dinyatakan dalam satuan ppm, kecuali untuk unsur Au dalam
Ppb. Pembagian kelas interval dilakukan dengan metoda inverse distance
weighting dari data asli yang sebelumnya dibagi dalam 16 rumpang hal ini
dilakukan karena penyelidikan ini masih bersifat regional, sehingga sekecil
apapun perbedaan data hasil analisis kimia akan terreka oleh masing-masing
rumpang tadi,dan akan menghasilkan interpretasi berbeda satu sama lainnya.
Selain dengan cara pendekatan statistik satu variabel, penafsiran data dilakukan
pula dengan statistik secara kelompok unsur
(multivariabel). Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antar
unsur, sehingga dapat membantu dan memudahkan penafsiran sebaran unsur-
unsur tersebut dan memperkirakan jenis pemineralan di daerah yang diselidiki.
35
Seperti halnya dalam analisis satu variabel, analisis multivariabel ini dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Tabel ii.2
Hasil Geokimia Analisa
Perkembangan dari bor tumbuk atau percussiun drilling adalah pemasangan apa
yang disebut drive sampler sebagai pengganti matabor. Alat bor ini hanya cocok
dipergunakan untuk lapisan tanah atau sedimen lepas. Alat ini berupa sepotong
pipa dengan ujungnya terbuka dan tajam. Tabung baja ini mempunyai bentuk
dengan panjang yang berlainan, kurang lebih 91,44 cm dan diameternya (bagian
36
luar) 7,62 cm. Alat ini dilengkapi dengan cincin (ring) yang gunanya untuk
penyesuaian bila diameternya akan mencapai 12,7 cm. Sedangkan pada sampler
bagian atas terdapat lubang untuk lewat air/lumpur pemboran, yang dilengkapi
dengan katub pengatur, katub ini gunanya untuk :
Katup bola pengatur tidak selalu effektif penuh, karena kadang-kadang hal itu
akan menyumbat katub dan menahan untuk tetap terbuka. Drive sampler ini yang
bertindak sebagai alat bor, mempunyai dinding dengan ketebalan 5 inci, alat ini
diselubungi dengan pipa pelindung (casing). Ada beberapa macam peralatan drive
sampler, alat ini telah dikembangkan untuk berbagai macam soil, yaitu dengan
menggunakan dinding sampler yang tipis. Membuat dinding yang setipis mungkin
ini dimaksudkan untuk pengendalian sisipan conto batuan. Banyak juga drive
sampler telah dikembangkan untuk berbagai mekanisme guna mendapatkan conto
batuan sebaik mungkin.
Walaupun bor tumbuk ini biasanya dipasang pada suatu truk atau traktor, namun
ada kalanya mesin langsung dipasang diatas tanah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan selama pekerjaan pemboran yaitu landasan mesin bor, landasan ini
harus dipersiapkan dengan letak yang betul. Landasan ini perlu stabil mesinnya
bisa selalu dalam keadaan mantap dan dapat menahan mesin bor serta
peralatannya. Juga memudahkan operator bekerja dengan leluasa. Ukuran
landasanya itu minimum 3,5 X 3,5 meter. Demikian pula pada pemboran dasar
sungai, untuk memudahkan dan keamanan, maka sesuai jaminan perlu dibuat
andang-andang (scaffolding), dalam suatu rencana pekerjaan pemboran dasar
sungai dan ini berarti penambahan biaya maupun waktu
37
a. Dapat mengukur Bulk Density dari tanah, lempung (clay), pasir (sand),
kerikil (gravel) dan lain-lain, dalam keadaan asli di lapangan.
b. Dapat mengukur koefisien perbandingan antara tanah terpadat dengan yang
tak terpadat langsung di lapangan.
38
a. Mengenai berbagai jenis batuan yang mudah pecah dan yang mudah
menyambung kembali. Litologi (warna, tekstur dsb), sifat kelunakan,
kepadatan dan perlapisan.
b. Mengenai berbagai jenis batuan yang keras sampai agak keras dalam suatu
lapisan batuan.
a) Litologi (warna, tekstur dsb), dari fragmen batuan dan semen batuan.
Keterangan mengenai zat-zat kecil yang terkandung dalam batuan seperti
susunan mineralogi, bentuk dan ukuran maupun letaknya, perubahan-
perubahan yang mungkin ada.
b) Tingkat kekerasan batuan dan prosentase pengambilan dari lubang bor.
Tingkat kerusakan dan lain-lain.
c) Perekaman/Catatan Data Pemboran
Tabel ii.3
(a)
(b)
40
(c)
(d)
Sumber : Pustaka Unpad
41
Pada proses pengeboran peranan lumpur bor (drilling mud) sangat penting, karena
lumpur pengeboran ini memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1) Mengangkat serbuk bor ke permukaan, hal ini sangat penting sebab juka
serbuk pengeboran tidak terangkat ke permukaan maka dapat menyebabkan
buntunya saluran pengeboran dan akhirnya dapat menyebabkan terjepitnya
pipa bor.
2) Mendinginkan dan melumasi pahat/biit dan rangkaian pipa bor; proses
pendinginan dan pelumasan pada sebuah kegiatan pengeboran tidak boleh
diabaikan sebab jika proses ini diabaikan dapat mengakibatkan lelehnya biit
atau rangkaian pipa akibat gesekan dengan bidang bor, terlebih lagi jika kita
menggunakan kecepatan rotasi tinggi dan dibarengi dengan pelumasan yang
tidak baik maka hal ini akan lebih mempercepat lelehan bit.
3) Mengontrol tekanan formasi; dengan lumpur bor yang baik maka tekanan
formasi dapat terkontrol dengan baik, oleh karena itu perbandingan antara
43
lumpur dengan air harus seimbang, lumpur tidak boleh terlalu kental atau
terlalu encer.
4) Mencegah runtuhnya dinding lubang bor; dengan adanya lumpur bor yang
baik dapat membantu penyanggan dinding sehingga keruntuhan dinding dapat
kita hindari.
5) Melapisi dinding lubang bor dengan kerak lumpur; dengan teknologi yang
ada kita dapat membuat lumpur bor yang dapat mengering pada dinding
lubang bor sehingga dapat mengurangi longsor pada dinding bor.
6) Menahan serbuk bor dan material-material pemberat dalam bentuk suspensi
bila sirkulasi atau pemboran dihentikan sementara; pada proses pengeboran
jika terjadi sesuatu hal yang mengakibatkan sirkulasi lumpur terpaksa harus
dihentikan. Kita tidak perlu khawatir terhadap serbuk bor yang mengendap
sebab lumpur yang baik akan dapat menahan serbuk pengeboran dalam
bentuk suspensi, tetapi jika lumpur bor yang kita gunakan kurang baik
kemungkinan material pemberat dan serbuk bor mengendap cukup besar dan
kemungkinan terjepitnya rangkaianpun menjadi besar pula.
7) Mengurangi beban rangkaian pipa bor dan selubung yang ditanggung oleh
menara/rig; pengeboran yang dilakukan tanpa lumpur. Bor yang baik,
misalnya lumpur bor yang digunakan terlalu encer hal ini akan menyebabkan
proses pelumasan kurang berjalan baik adan juga fungsi lumpur bor sebagai
pembantu penyanggaan beban yang ditanggung oleh rig juga akan berkurang,
oleh karena itu pemilihan lumpur bor harus benar-benar diperhatikan.
8) Untuk media loging; maksudnya adalah penyampelan dengan bentuk sampel
seperti log (silinder).
Lumpur dasar air tawar (fresh water base mud). Lumpur dasar air asin (salt
water base mud). Lumpur dasar air minyak (oil water base mud)
a) Semburan liar, semburan liar biasanya terjadi pada pengeboran minyak bumi.
Hal ini terjadi saat bor kita menembus batauan pengurung gas sehingga gas
menekan lumpur bor ke atas dan gas akhirnya keluar permukaan. Jika pada
saat pengeboran terjadi sembur liar sebaiknya kita segera meninggalkan
lokasi pengeboran untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
b) Runtuh dinding, runtuhnya dinding dapat disebabkan oleh kondisi batuan
yang kurang stabil atau dapat pula disebabkan oleh penggunaan lumpur yang
kurang tepat.
c) Hilang lumpur (mud loss) :Lumpur di dalam lubang sumur hilang atau masuk
ke dalam lapisan sebagian atau seluruhnya. Dapat terjadi karena berat jenis
lumpur bor terlalu besar, sehingga tekanan lumpur lebih besar dari tekanan
lapisan. Hilangnya lumpur dapat diikuti oleh blow out.
d) Sloughing shale, dinding sumur disekitar lapisan shale (serpih) mengembang
sehingga menyempitkan atau menyumbat lubang bor, pengembangan lapisan
shale terjadi karena shale bereaksi dengan air yang berasal dari lumpur
pengeboran, kejadian ini dapat mengakibatkan terjepitnya rangkaian pipa bor.
e) Bit leleh, lelehnya bit atau mata bor yang dapat terjadi akibat kurang
lancarnya proses pelumasan atau putarannya terlalu tinggi.
f) Rod putus, putusnya rod dapat diakibatkan dari sloughing shale yang
mengakibatkan rod terjepit sedangkan putaran tidak dihentikan.
g) Rangkaian pipa yang terjepit, hal ini dapat terjadi jika viskositas diperbesar,
tekanan fluida besar atau dapat pula disebabkan oleh sloughing shale
45
Tabel ii.4
Beberapa permasalahan dalam pemboran dan perkiraan solusinya
(dimodifikasidari Australian Drilling Industry, 1996)
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air tanpa henti dari atmosfer ke bumi dan
kembali lagi ke atmosfer melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan
transpirasi. Siklus hidrologi dapat juga berarti lebih sederhana yaitu peredaran air
dari laut ke atmosfer melalui penguapan, kemudian akan jatuh pada permukaan
bumi dalam bentuk hujan, yang mengalir didalam tanah dan diatas permukaan
tanah sebagai sungai yang menuju ke laut. Panasnya air laut didukung oleh sinar
matahari karna matahari merupakan kunci sukses dari siklus hidrologi sehingga
mampu berjalan secara terus menerus kemudian dalam terjadinya air
berevoporasi, lalu akan jatuh ke bumi sebagai prespitasi dengan bentuk salju,
gerimis atau atau kabut, hujan, hujan es dan salju, dan hujan batu.
a. Evaporasi
Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di permukaan
bumi. Air-air yang tertampung di badan air seperti danau, sungai, laut, sawah,
bendungan atau waduk berubah menjadi uap air karena adanya panas matahari.
Penguapan serupa juga terjadi pada air yang terdapat di permukaan tanah.
Penguapan semacam ini disebut dengan istilah evaporasi. Evaporasi mengubah
air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas sehingga memungkinkan ia
untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari (misalnya saat
musim kemarau), jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi juga
akan semakin besar.
2. Transpirasi
Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan tanah.
Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti hewan
dan tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi.
Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam
jaringan mahluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju
atmosfer. Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi
umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan
melalui proses evaporasi.
3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh
permukaan bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada
jaringan mahluk hidup. Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi
dan transpirasi. Dalam siklus hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat
mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut ke atas permukaan atmosfer.
4. Run Off
Setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi, proses run
off pun terjadi. Run off atau limpasan adalah suatu proses pergerakan air dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah di permukaan bumi. Pergerakan air
48
5. Infiltrasi
Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan mengalir di
permukaan bumi melalui proses run off. Sebagian kecil di antaranya akan
bergerak ke dalam pori-pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah.
Proses pergerakan air ke dalam pori tanah ini disebut proses infiltrasi. Proses
infiltrasi akan secara lambat membawa air tanah kembali ke laut.
Nah, setelah melalui proses run off dan infiltrasi, air yang telah mengalami siklus
hidrologi tersebut akan kembali berkumpul di lautan. Air tersebut secara
berangsur-angsur akan kembali mengalami siklus hidrologi selanjutnya dengan di
awali oleh proses evaporasi.
Siklus hidrologi pendek adalah siklus hidrologi yang tidak melalui proses adveksi.
Uap air yang terbentuk melalui siklus ini akan diturunkan melalui hujan di daerah
sekitar laut. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi pendek ini:
Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat
adanya panas matahari.
Uap air akan mengalami kondensasi dan membentuk awan.
Awan yang terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut.
Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat
adanya panas matahari.
Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan.
Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan.
Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan
kembali ke laut
50
Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat
adanya panas matahari.
Uap air yang terbentuk kemudian mengalami sublimasi
Awan yang mengandung kristal es kemudian terbentuk.
Awan mengalami proses adveksi dan bergerak ke daratan
Awan mengalami presipitasi dan turun sebagai salju.
Salju terakumulasi menjadi gletser.
Gletser mencair karena pengaruh suhu udara dan membentuk aliran sungai.
Air yang berasal dari gletser mengalir di sungai untuk menuju laut kembali.
Tabel ii.5
Data Curah Hujan Di Daerah Pongkor Pada Tahun 2015
Dari data tabel di atas dapat di rubah ke dalam bentuk grafik agak memudahkan
pembaca untuk mengetahuin puncak curah hujan atau curah hujannya yang
rendah.
600
Axis Title
400
0
Dese
Nove
Agust
Septe
Okto
Febru
Juli
Mei
Maret
Januari
April
Juni
Gambar ii.22 Grafik Curah Hujan Di Daerah Gunung Pongkor Tahun 2015
Sumberl : Jurnal Ilmiah MTG 2015
52
Berdasarkan grafik curah hujan yang ada di daerah Gunung Pongkor pada tahun
2015 di atas dapat di ketahui bahwa curah hujan paling tinggi berada d bulan
Februari sedangkan paling rendah ada di bulan Agustus.
Tabel ii.6
Data Di Daerah Pongkor Pada Tahun 2015
Muka air tanah di area telitian yang mengikuti pola umum aliran air tanah yang
umumnya mengikuti morfologi sekitar. Kedudukan air tanah dari permukaan pada
daerah tinggian cenderung lebih dalam dari pada kedudukan air tanah pada daerah
dataran dimana muka air tanah cenderung dangkal. Perlu dihindari pembuatan
konstruksi yang bersifat impermeable di area mata air/luahan air yang dapat
menahan laju alira air tanah sehingga meningkatkan tekanan air tanah yang dapat
mempengaruhi kestabilan tanah di area tersebut.
53
Kebersihan di sekitar area mata air perlu ditingkatkan untuk menjaga kualitas air
yang berperan sebagai sumber air utama untuk keperluan harian masyarakat
sekitar.
2.3.2 Geoteknik
yang di sarankan oleh SMR. Metode yang digunakan adalah metode klasifikasi
massa batuan berdasarkan RMR dengan 5 parameter yaitu kuat tekan uniaxial,
RQD, jarak spasi bidang kekar, kondisi kekar dan kondisi umum airtanah dan
metode numeris. Pengujian sifat fisik dan mekanis batuan berupa uji sifat fisik
untuk mendapatkan parameter index properties dan uji sifat mekanis berupa uji
kuat tekan uniaxial untuk mendapatkan parameter kuat tekan batuan, uji geser
langsung untuk mendapatkan parameter kohesi, sudut geser dalam baik puncak
maupun residu sebagai data masukan dalam melakukan analisis stabilitas lereng
secara numeris dengan mengunakan metode kesetimbangan batas yang dapat
menampilkan besarnya nilai sudut kemiringan lereng, tinggi lereng, lebar bench
dan besarnya nilai faktor keamanan dari lereng tersebut. Batuan andesit dan basal
merupakan batuan beku luar yang terjadi akibat pembekuan magma intermiadite
sampai basa dipermukaan atau dekat permukaan bumi. Sifat fisik batuan ini,
seperti berat jenis : 2,3- 2,7, kuat tekan : 600 - 2000 kg/cm2 dan tahan terhadap
proses pembudaran.
tabel ii.7
Klasifikasi massa batuan Geomekanik
Tambang bawah tanah di Pongkor ini jenis cut and fill. Metode ini menggunakan
sistem penyangga dengan material pengisi dan juga penyanggaan secara
sistematis dengan salahsatu material penyangga buatan.
Penghitungan sumber daya batubara menurut USGS dapat dihitung dengan rumus
Tonnase batubara = A x B x C, dimana:
A = bobot ketebalan rata-rata batubara dalam inci, feet, cm atau meter
B = berat batubara per stuan volume yang sesuai atau metric ton.
C = area batubara dalam acre atau hektar
Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam perhitungan
sumber daya batubara. Bila lapisan batubara memiliki kemiringan yang berbeda-
beda, maka perhitungan dilakukan secara terpisah.
1. Kemiringan 00 100
Perhitungan Tonase dilakukan langsung dengan menggunakan rumus
Tonnase = ketebalan batubara x berat jenis batubara x area batubara.
2. Kemiringan 100 300
Untuk kemiringan 100 300, tonase batubara harus dibagi dengan nilai
cosinus kemiringan lapisan batubara.
3. Kemiringan > 300
Untuk kemiringan > 300, tonase batubara dikali dengan nilai cosinus
kemiringan lapisan batubara.
peta kualitas batubara (kalori, sulfur dan ash), perhitungan cadangan yang
meliputi : pembuatan sayatan, pembuatan penampang, perhitungan tonase serta
striping ratio. Pembuatan garis sayatan dan penampang sayatan menggunakan
bantuan software autocad land development dimana jarak tiap penampang 20 m.
Perhitungan volume batubara dan overburden menggunakan metode mean area,
yaitu dengan mencari volume dari batubara, yang diperoleh dari rata-rata (mean)
luas area dikalikan dengan jarak penampang, selanjutnya didapatkan tonase dari
batubara dengan mengkalikan volume dengan berat jenis batubara, faktor geologi,
mining recovery, dan processeding recovery. Sehingga diperoleh nilai dari
Striping ratio yaitu perbandingan antara volume overburden dengan cadangan
batubara.
Volume dapat dihitung dengan cara menghitung luas daerah yang terdapat di
dalam batas kontur, kemudian mempergunakan prosedur-prosedur yang umum
dikenal.
Kadar rata-rata dapat dihitung dengan cara membuat peta kontur, kemudian
mengadakan weighting dari masing-masing luas daerah dengan contour grade.
go = kadar minimum dari batubara
g = interval kadar yang konstan antara dua kontur
Ao = luas endapan dengan kadar go dan lebih tinggi
A1 = luas endapan batubara dengan kadar go + g dan lebih tinggi
A2 = luas endapan batubara dengan kadar go + 2g dan lebih tinggi
Bila kondisi mineralisasi tidak teratur maka akan muncul masalah. Hal ini dapat
dijelaskan melalui contoh berikut ini (Seimahura, 1998).
Metode Krigging
Kriging yaitu suatu teknik perhitungan untuk estimasi atau simulasi dari suatu
variabel terregional (regionalized variable) yang memakai pendekatan bahwa data
yang dianalisis dianggap sebagai suatu realisasi dari suatu variabel acak (random
variable), dan keseluruhan variable acak dalam daerah yang dianalisis tersebut
akan membentuk suatu fungsi acak dengan menggunakan model struktural
variogram atau kovariogram (Dr. Ir. Rukmana Nugraha Adhi, 1998).
Kriging adalah penaksiran geostatistik linier tak bias yang paling bagus untuk
mengestimasi kadar blok karena menghasilkan varians estimasi minimum BLUE
(Best Linier Unbiased Estimator). (Dr. Ir. Totok Darijanto, 2003). Kriging diambil
63
dari nama seorang pakar geostatistik dari Afrika Selatan yaitu D.G Krige yang
telah banyak memikirkan hal tersebut sejak tahun 50an.
Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan sifat
mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari
persamaan kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan kadar conto
yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi
conto di sekitar blok serta model variogramnya.
Metode Penampang
Metoda ini digunakan dengan cara sebagai berikut :
1) Membuat irisan-irisan penampang melintang yang memotong endapan yang
akan dihitung.
2) Dari masing-masing penampang dihitung terlebih dahulu luasan endapan
pada masing- masingendapan.
3) Setelah luasan dihitung, maka digunakan rumusan perhitungan cadangan
emas pada metoda penampang.
Beberapa rumusan dalam metoda penampang dapat diuraikan sebagai berikut :
1 + 2
V=+
1! 2
64
dimana ;
S1 & S2 = luas penampang
L = jarak antar penampang
V = volume
Cadangan dan sumber daya emas ANTAM per 31 Desember 2012 berjumlah 9
juta dmt dengan kandungan logam emas 1,6 juta ounces emas, sementara PT Nusa
Halmahera Minerals memiliki cadangan dan sumber daya emas sebesar 9,3 juta
dmt dengan kandungan logam emas 3,6 juta ounces.
65
Tambahan
Tambang Ditempat (Insitu Mining or Novel Mining).
Pemilihan metode penambangan dilakukan berdasarkan pada keuntungan terbesar
yang akan diperoleh, bukan berdasarkan letak dangkal atau dalamnya suatu
endapan, serta mempunyai perolehan tambang (mining recovery) yang paling
baik.
Alasan :
Dimensi atau ukuran endapan dijadikan faktor yang harus diperhatikan dalam
pemilihan metode penambangan bawah tanah, karena dengan mengetahui ukuran
endapan maka perancangan suatu tambang bisa dilakukan misalnya metode yang
digunakan untuk endapan dengan ukuran kecil akan berbeda dengan endapan
66
ukuran besar, karena bila dilihat dari segi ekonomis, maka endapan dengan
ukuran kecil kemungkinan tidak akan menggunakan penyangga sedangkan
endapan ukuran besar kemungkinan akan menggunakan penyangga.
Alasan:
Arah dan Kemiringan dijadikan faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan
metode penambangan bawah tanah, karena kemiringan akan sangat berpengaru
terhadap cara penambangan dan pembuatan lubang bukaan serta pengangkutan
yakni apakah nantinya horizontal, vertikan atau miring.
Alasan:
Kedalaman sangat penting karena akan digunakan sebagai data pertimbangan
dalam menentukan sistem penambangan maupun metode penambangan yang
cocok digunakan. Hal ini berkaitan dengan perhitungan striping ratio yaitu berapa
over burden yang dikupas untuk mendapatkan satu ton endapan bijih. Dari
striping ratio ini dapat ditentukan sistem penambangan yang digunakan.
Sedangkan hubungannya dengan metode tambang tanah adalah berhubungan
dengan penggunaan penyangga, yakni untuk endapan yang tidak terlalu dalam,
beban dari atas kemungkinan tidak besar sehingga dalam kegiatan
penambangannya juga tidak terlalu membutuhkan penyangga, namun di samping
67
itu juga perlu memperhatikan kekuatan dan kekerasan batuan samping serta berat
jenis dari batuan di atasnya.
4. Umur tambang
Pengertian:
Umur tambang adalah lamanya operasi penambangan atau waktu yang dibutuhkan
untuk menambang suatu endapan bahan galian dari suatu kegiatan penambangan,
yang didapat dari pembagian jumlah cadangan endapan bahan galian yang ada
dengan target produksi perusahaan tambang tersebut.
Alasan:
Berpengaruh terhadap biaya yang akan digunakan, yakni semakin lama umur
tambang maka biaya penambangan juga akan semakin besar. Selain itu juga akan
berpengaruh terhadap penggunaan penyangga, misalnya untuk umur tambang
yang lama kemungkinan akan menggunakan penyangga dan untuk umur tambang
yang singkat jika melihat segi ekonomis, lebih baik tidak menggunakan
penyangga (namun perlu memperhatikan geometri dan karakteristik endapan
maupun batuan samping).
5. Nilai endapan
Pengertian:
Nilai Endapan adalah harga suatu endapan bijih di pasaran berdasarkan
permintaan pasar. Dalam hal ini berhubungan dengan keuntungan yang akan
diperoleh dari hasil penjualan suatu endapan setelah dikurangi dengan biaya
penambangan, pengolahan sampai penjualan.
Alasan:
Nilai endapan akan berpengaruh terhadap layak tidaknya suatu endapan untuk
ditambang serta akan berpengaruh terhadap metode penambangan yang akan
diterapkan dengan memperhitungkan biaya pembuatan penyangga jika harus
menggunakan penyangga.
Alasan:
Modal yang tersedia sangat berpengaruh dalam pemilihan metode penambangan
bawah tanah karena, biaya untuk membuat suatu metode penambangan harus di
sesuaikan dengan biaya yang tersedia atau yang di miliki perusahaan.
Alasan:
Letak atau posisi dari suatu badan bijih akan mennjadi dasar dalam pembukaan
tambang. Karena dengan mengetahui letak/posisi akan mempermudah dalam
menentukan metode penambangan yang tepat.
Alasan:
Sifat kimia dan sifat batuan samping sangat berpengaruh dalam menentukan
metode penambangan bawah tanah karena sifat kimia dan sifat fisik akan
berhubungan dengan kestabilan dari badan bijih maupun batuan samping jika
dilakukan penggalian/penambangan sehingga dijadikan sebagai pertimbangan
dalam menentukan metode penambangan apakah perlu menggunakan penyangga
atau tidak menggunakan penyangga.
9. Sweel faktor
Pengertian:
Swell Faktor adalah factor pengembangan yakni perbandingan antara volume
insitu dengan volume loose dikali 100%.
69
Alasan:
Material yang terdapat di alam dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan
baik, hanya sedikit ruangruang yang terisi udara di antara butirbutirnya, akan
tetapi jika material tersebut digali dari tempat aslinya maka akan terjadi pemuaian
volume yang besarnya dinyatakan dengan swell faktor (SF). Oleh karena itu akan
berpengaruh terhadap perhitungan jumlah produksi dan nantinya akan berkaitan
dengan pemilihan metode penambangan.
Alasan:
Besarnya biaya yang akan digunakan pada penambangan akan berpengaruh
terhadap pemilihan metode yang akan diterapkan atau metode penambangan yang
akan digunakan akan sangat tergantung pada biaya yang tersedia. Misalnya
metode penambangan yang menggunakan penyangga akan membutuhkan biaya
yang lebih besar jika dibandingkan dengan metode yang tidak menggunakan
penyangga.
Alasan:
Untuk mencapai target produksi serta menjaga agar proses penambangan dapat
berjalan sesuai dengan rencana, dengan biaya penambangan yang minimum dalam
suatu kegiatan penambangan, maka dalam memilih metode penambangan bawah
tanah harus disesuaikan dengan fasilitasfasilitas yang tersedia.
70
Karakteristik endapan
Mineralisasi emas diendapkan bersamaan dengan vein kuarsa dan kuarsa-
karbonat, membentuk pola parallel dengan arah dominan NW-SE dan N-S,
panjang vein antara 200m hingga 2.500m dan ketebalan 1m hingga 24m. Sistem
vein ini mengisi rekahan struktur sesar berarah barat laut tenggara hingga utara
selatan sebagai perangkap mineralisasi dengan host rock Formasi Cimapag.
Tipe endapan emas Pongkor termasuk dalam tipe Epithermal Low Sulfidation
Vein System.
Komplek Vein Ciguha Timur merupakan komplek vein yang baru ditemukan,
terdiri dari tuga ore shoot dengan panjang antara 150m hingga 2.500m dan
ketebalan 2m hingga 25m, terdapat mulai dari elevasi 900mdpl sampai dengan
elevasi 300mdpl . Secara umum komplek vein ini memiliki arah mineralisasi
N330oE hingga N350oE dengan kemiringan mineralisasi 55o 70o ke arah barat.
Kondisi geologi
Deposit emas-perak Pongkor terletak di sisi timur laut dari Kubah Bayah, 110 km
sebelah barat daya dari Jakarta. Daerah Pongkor merupakan bagian dari Busur
Benua Neogen Sunda Banda yang berkembang di sepanjang sisi Selatan Lempeng
Eurasia sebagai akibat dari subduksi Lempeng India-Australia. Unit geologi
berada di lahan seluas sekitar 40 hingga 80 km dan terdiri dari serpih dan
batupasir basement yang dilapisi oleh pusat sabuk vulkanik dari Oligosen sampai
Miosen Awal, terdiri dari sebagian besar batuan gunung api kasar, dengan
diselingi batugamping dan batupasir. Batuan terobosan intermediet yang masuk ke
dalam formasi Paleogen dan Miosen Awal (Basuki. 1994 dalam Warmada. 2003).
71
Satuan batuan tertua tersingkap di daerah ini adalah Formasi Cimapag yang
berumur Miosen, yang merupakan batuan sedimen gunung api (vulkanik klastik)
yang terdiri dari tufa breksi dan breksi andesit. Formasi Cimapag setempat
tertindih tidak selaras oleh Formasi Genteng atau satuan batuan yang lebih muda
lainnya.Formasi Genteng berumur Pliosen awal bercirikan sedimen epiklastik
tufaan dan tertindih oleh batuan gunung api, tuf, lava dan endapan termuda
endapan sungai.
Jalur batuan sedimen sebelah utara disusun oleh batuan sedimen yang berumur
Miosen Tengah sampai Miosen Atas, yang termasuk dalam Formasi
Bojongmanik, Formasi Klapanunggal, Formasi Jatiluhur, dan Formasi Genteng.
Lebih ke utara lagi adalah daerah cekungan minyak Jawa bagian utara. Sedangkan
jalur batuan sedimen sebelah selatan disusun oleh batuan sedimen yang berumur
Eosen sampai Miosen Atas yang menyebar di daerah Bayah-Pelabuhan Ratu-
Cimandiri sampai ke selatan lagi ditemukan penyebaran batuan gunungapi-
sedimen yang termasuk ke dalam Formasi Jampang. Di sebelah tenggara Formasi
Jampang ditemukan penyebaran batuan Pra-Tersier sampai Eosen (Komplek
Ciletuh).
Dasit
Berumur antara Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen Akhir bagian Bawah,
bersusunan dasit, liparit dan bostonit (Effendi dkk, 1998).
Diorit Kuarsa
Berumur antara Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen Akhir bagian Bawah
bersusunan diorit kuarsa, monzoit kuarsa, diorite kuarsa, mikrodorit dan gabro
(Effendi dkk, 1998).
72
Andesit
Berumur Miosen Akhir, bersusunan andesit,andesit horblenda, andesit hipersten,
basal, diabas dan andesit terpropilitisasikan (Effendi dkk, 1998).
Formasi Genteng
Formasi yang berumur Pliosen Awal ini terdiri oleh tuf batuapungan, batupasir
tufan, breksi, konglomerat, napal dan kayu terkersikan.Tidak mengandung fosil,
ketebalan mencapai 730 meter, secara tidak selaras menindih Formasi
Bojongmanik.
Geomorfologi
Daerah Pongkor pada umumnya berupa perbukitan-perbukitan tinggi yang
memiliki tinggi rata-rata 300 m sampai 900m diatas permukaan laut.Memiliki
relief rata-rata dari landai sampai agak-curam.Hal ini bisa dilihat dari kerapatan
kontur di daerah tersebut
Kondsi endapan
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian menghasilkan endapan letakan
(placer). Endapan emas dikategorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan
endapan placer.Salah satu proses pengendapan emas yaitu dengan bantuan larutan
hydrothermal. Larutan hidrotermal merupakan larutan sisa magma yang mudah
bergerak yang nantinya akan membentuk endapan logam atau mineral epigenetik
(Suganda).
1. Hipothermal
Hypothermal merupakan endapan hydrothermal dengan tekanan dan temperature
pembekuan yang relative tinggi, tipe endapannya berupa urat-urat dan korok yang
berasosiasi dengan intrusi pada kedalaman yang tinggi. Untuk tipe hydrothermal
ini,asosiasi mineralnya berupa sulfides misalnya pirit, galena, kalkopirit,dan
oksida besi.
74
2. Mesothermal
Mesothermal merupakan endapan hidrotermal dengan tekanan dan temperature
yang lebih rendah dibandingkan dengan tipe endapan hipotermal. Untuk tipe ini,
endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan
permukaan bumi, adanya tekstur akibat cavity filling.
3. Epithermal
Epithermal merupakan tipe endapan hidrothermal yang terbentuk pada temperatur
rendah yaitu pada suhu 500 C sampai 3000 C dan pada kedalaman antara 0-1000m
(Hedenquist, 1985).
Tipe-tipe urat kuarsa pada endapan porfiri menurut Gustafson dan Hunt adalah
sebagai berikut:
A Vein (urat A)
Vein terbentuk di awal-awal, biasasnya vein ini bersegmen dan orientasi tidak
jelas, mengandung 90-95 % kuarsa. Vein ini terbentuk pada suhu yang tinggi.
76
B vein (urat B)
Vein ini tersusun oleh mineral kuarsa dengan ukuran kristal kasar (>1mm) dan
salinitas tinggi, sebagian memiliki struktur cockscomb. Pada umumnya urat ini
berlaminasi, dan terdapat penjajaran mineral lain (ex. sulfida chalcopyrite) pada
bagian tengah vein. Overprinting dan stockwork sangat intensif. Mineral sulfida
seperti pyrite, chalcopyrite, dan bornite pada umumnya hadir pada vein ini.
D vein (urat D)
Vein terdiri dari kuarsa dengan bentuk kristal, dan memiliki salinitas yang rendah.
Kuarsa berasosiasi dengan serisit, terbentuk belakangan. Lebar vein bisa mencapai
1 meter, bahkan lebih dari 1 meter. Asosiasi kuarsa dengan chalcopyrite,
tennanite, enargite, bornite, sphalerite, galena, dll.
Ada juga yang mengelompokkan urat kuarsa pada endapan porfiri menjadi 5 jenis.
Pembagian ini terkait juga dengan waktu pembentukan dan suhu pada saat vein
terbentuk. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
A vein (urat A)
Ptymatic dismembered ( Gustafson dan Hunt)
M vein (urat M)
Pada vein tipe M ini mineral yang berasosiasi adalah; magnetite +/- kuarsa +
actinolite + anhydrite + biotite (initial alteration)
A vein (urat A)
Pada vein tipe A, mineral-mineral yang berasosiasi adalah kuarsa dengan kilap
kaca + magnetite
B vein (urat B)
Vein ini berbentuk stockwork, dan berlapis-lapis, pada bagian tengah berstruktur
comb, berlaminasi, dan mengalami reaktivasi.
D vein (urat D)
Alterasi serisit dan mengandung mineral-mineral sulfida.
77
1. Faktor Volume
Volume factor merupakan tahap awal dalam penentuan stripping ratio.
Penampang litologi pemboran menunjukkan formasi litologi yang ditembus dan
ketebalan masing-masing formasi litologi. Dari informasi tersebut, dilakukan
identifikasi ketebalan tanah penutup dan batubara.
dan batas bawah keduanya. Dalam kasus ini batasan antara batubara dan batubara
diasumsikan jelas.
2. Faktor Tonase
Pada industri pertambangan, penjualan bahan galian dan kapasitas produksi
dilakukan atas dasar berat dari bahan galian tersebut. Hal ini berlawanan dengan
industri perancangan sipil dimana pembayaran dilakukan atas dasar volume
material yang dipindahkan. Konversi dari volume ke berat harus dilakukan dalam
kaitannya dengan kegiatan pemuatan, pengangkutan maupun untuk kegiatan
pengolahan.
Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara
yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan
volume ke satuan berat dilakukan dengan bantuan suatu faktor tonase. Faktor
tonase yang dimaksud adalah density. Besar nilai density untuk setiap material
berbeda-beda. Umumnya satuan yang digunakan untuk density antara lain
gram/cm3, pound/feet3 dan ton/meter3.
Nilai density untuk tanah penutup (humus dan lempung) sebesar 2300 lb/yd3 atau
setara dengan 1,365 ton/m^3 dan density batubara sebesar 1,3 ton/m3.
Berat/tonase tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan
ditambang diperoleh dengan mengalikan volume keduanya dengan density
masing-masing. Perhitungan tonase dinyatakan pada persamaan berikut :
79
3. Nisbah Pengupasan
Salah satu cara menguraikan effisiensi geometri dari operasi penambangan
berdasarkan nisbah pengupasan. Nisbah pengupasan (stripping ratio)
menunjukkan perbandingan antara volume/tonase tanah penutup dengan
volume/tonase batubara pada areal yang akan ditambang. Rumusan umum yang
sering digunakan untuk menyatakan perbandingan ini dapat dilihat pada
persamaan berikut :
BESR1 = A B/C
Dimana :
A = Biaya penambangan bawah tanah per ton batubara
B = Biaya penambangan terbuka per ton batubara
C = Biaya pengupasan tanah penutup per ton
Setelah ditentukan bahwa akan digunakan metoda tambang terbuka, maka dalam
rangka pengembangan rencana penambangan digunakan BESR2 dengan rumusan
sebagai berikut :
BESR 2= D-E/C
Dimana :
D = Nilai recovery per ton batubara
E = Biaya produksi per ton batubara
C = Biaya pengupasan tanah penutup per ton
BESR2 ini disebut sebagai economic stripping ratio yang artinya berapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan batubara tersebut ditambang secara
tambang terbuka. Pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga batubara di pasaran,
maka akan dapat mengakibatkan perluasan tambang sehingga cadangan akan
bertambah, sebaliknya jika harga batubara turun, maka jumlah cadangan akan
berkurang. Untuk kajian ekonomis dari bahan galian emas yang ada di Daerah
pongkor berdasarak ob dan orenya maka akan di dapat Stripping Ratio sebagai
berikut.
()
SR =
1! ()
126.474.894 ton
SR =
6.022.614 ton
SR = 21 : 1
81
Secara umum target berarti melakukan sesuatu melalui tangan orang lain untuk
mencapai suatu tujuan tertentu dari organisasi tersebut. Dalam arti lain, target
yang pelakunya disebut dengan manajer menyuruh orang lain untuk melakukan
85
1. Perencanaan produksi
Pada tahap awal inilah seluruh rencana produksi mulai dari kualitas produk,
kuantitas produk yang dihasilkan, bahan yang akan digunakan, target
konsumen di mana produk akan dipasarkan, jumlah tenaga kerja yang
dipakai, atau departemen lain yang berkaitan akan dibahas. Dalam tahap ini
bahkan anggota tim bisa mengajukan ide produk baru melalui proses yang
disebut dengan brainstorming di mana si pencetus ide harus meyakinkan
seluruh timnya bahwa ide-nya relevan dan efektif untuk mewujudkan tujuan
organisasi.
2. Pengendalian produksi
Agar proses produksi dilakukan sesuai jadwal dan semua yang telah
direncanakan dalam proses perencanaan berlajan dengan lancar maka tahap
ini harus dilakukan. Dalam pengendalian produksi, jadwal kerja diatur, detail
rencana sistem kerja juga diatur, dan lain sebagainya. Tujuan dari tahap
pengendalian produksi adalah agar hasil produksi bisa berjalan efektif dan
efisien.
3. Pengawasan produksi
Setelah jadwal kerja dan rincian teknis telah disiapkan, saatnya untuk
melakukan proses produksi. Bersamaan saat melakukan proses produksi
adalah pengawasan yang dilakukan bertujuan agar hasil produksi yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan, selesai tepat waktu, tidak
overbudget atau bahkan kekurangan budget, kualitasnya sesuai dengan
standard, dan lain sebagainya hingga siap untuk dilemparkan ke pasar.
Target Produksi
Faktor utama agar target produksi bisa berjalan dengan baik adalah adanya
pembagian kerja atau division of labour. Artinya, seorang manajer produksi harus
bisa membagi tugas kepada anggota timnya untuk yang sesuai dengan keahlian
dan kelebihan masing-masing agar proses produksi bisa berjalan dengan efektif
dan efisien. Memberikan tugas atau pekerjaan kepada orang yang tidak memiliki
87
kemampuan untuk itu akan menghambat proses target produksi dan berujung pada
bertambahnya biaya produksi.
Faktor kedua yang bisa membuat target produksi berkembang dengan pesat adalah
revolusi industri. Maksud dari revolusi industri dalam hal ini bukanlah pergantian
mata pencaharian utama sebagai petani diganti dengan bekerja di pabrik. Namun
makna dalam konteks target produksi adalah proses mengganti tenaga manusia
dengan tenaga mesin yang kini sudah banyak dipakai di pabrik-pabrik modern.
Dalam produksi yang menggunakan bantuan mesin ini, target produksi bisa lebih
mudah tercapai dan bisa meningkatkan kualitas SDM di mana pekerja akan
terpacu untuk meningkatkan kualitas keahliannya bukan hanya sekedar buruh.
Dampak buruk dari revolusi industri ini adalah perusahaan atau organisasi kecil
yang masih menggunakan metode kuno dan menggunakan tenaga kerja manusia
untuk sebagian besar proses produksi sehingga tidak mampu mengimbangi jumlah
atau kuantitas barang yang diproduksi dibandingkan organisasi yang
menggunakan mesin. Revolusi industri indikasinya bisa dilihat dari hal berikut:
Tahun ke-1
Target produksi emas direncanakan 602.261,4ton/tahun
Lokasi penambangan adalah Gunung Pongkor
Bahan galian logam emas yang akan ditambang adalah berupa vein
Pola penambangan menggunakan peralatan yang bekerja pada bawah tanah
Target tahun ke satu akan berlangsung dan sama halnya untuk tahun kedua dan
berikutnya hingga masa tambang habis sesuai dengan Izin Usaha Pertambangan
Tabel ii.8
Target Produksi Emas Selama 10 Tahun
OB Ore
No Tahun OB Ore
Muat Angkut Muat Angkut
1 Ke 1 709,6 BCM 31.17BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
2 Ke 2 601,4 BCM 21,5 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
3 Ke 3 557,9 BCM 11,9 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
4 Ke 4 548,2 BCM 20,9 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
5 Ke 5 586,1 BCM 28,7 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
6 Ke 6 436,5 BCM 33,1 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
7 Ke 7 511,2 BCM 34,9 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
8 Ke 8 421,2 BCM 25,7 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
9 Ke 9 381,8 BCM 19,2 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
10 Ke 10 391,4 BCM 31,4 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
Sumber : Hasil Perhitungan 2016
2.5.2. UmurTambang
besaran atau kuantitas dan kualitasnya dengan kelas (kategori) tertentu yang
berdasarkan eksplorasi mempunyai tingkat keyakinan yang tinggi, atau
mempunyai kesalahan yang rendah bila ditambang.
Pemilihan cara estimasi yang tepat guna dan berhasil guna harus dilakukan oleh
seorang penyelidik mineral agar hasilnya mempunyai tingkat kepercayaan yang
tinggi sehingga kelayakan ekonominya dapat diperhitungkan dengan lebih tepat.
Perhitungan cadangan ini merupakan hal yang paling vital dalam kegiatan
eksplorasi. Perhitungan yang dimaksud di sini dimulai dari sumberdaya sampai
pada cadangan yang dapat di tambang yang merupakan tahapan akhir dari proses
eksplorasi. Hasil perhitungan cadangan tertambang kemudian akan digunakan
untuk mengevaluasi apakah sebuah kegiatan penambangan yang direncanakan
layak untuk di tambang atau tidak.
Biasanya digunakan untuk membuat lubang tembak dan juga pembersihan batu
gantung sisa peledakan di dalam tambang bawah tanah. Selain kedua fungsi diatas
alat ini juga dapat digunakan untuk memasang sistim penyanggaan awal dalam
tambang bawah tanah. Pada beberapa type jumbo drill juga dilengkapi dengan
lengan khusus guna pengisian bahan peledak yang biasanya berupa ANFO
(Amonium Nitrat Fuel Oil)
Tabel ii.10
Cyle Time Scooptram R 1600 G CAT
Kapasitas 2 lengan drill 1 menit 12 ton/menit
1 siklus blasting 144 menit 1 jam 72 ton/jam
1 siklus 179 ton/144 mnt 1 hari 1.296 ton/hari
1 tahun 311.040ton/thn
Jadi banyak unit yang di butuhkan 2 unit
Sumber : Hasil Perhitungan 2016
Scooptram atau yang sering di sebut dengan underground loader adalah peralatan
yang dirancang untuk pengoprasan pembersihan landasan tambang bawah tanah
dan mengeruk material. Bentuknya yang d design pendek memang di perlukan
agar mudah bermanufer di bawah tanah.
Tabel ii.11
Cyle Time Scooptram R 1600 G CAT
Kapasitas 5,5 ton 1 menit (5,5 / 8,4) 0,65ton/menit
1 siklus 11 menit 1 jam 39 ton/jam
4 menit Pergi (ada isi) 1 hari 702ton/hari
1,6 second Dumping 1 tahun 168.480
ton/tahun
2 second Float down Jadi, banyak unit yang di pelukan
7,6 second Raise sebanyak 4 scooptram.
2,8 menit Pulang (kosong)
Jarak tempat galian ke ore transfer 20 meeter
satu siklus menghasilkan 5,5 ton / 8,4 mnit
Sumber : Hasil Perhitungan 2016
Untuk spesifikasi dari alat scooptram R 1600G cat dapat dilihat pada lampiran
halaman
93
3. Lori
Lori adalah kereta yang bertugas untuk mengangkut ore atau batuan yang terdapat
di permukaan ataupun di bawah tanah menuju tempat produksi atau crushng plant.
Tabel ii.12
Cyle Time Lori Lokomotf Diesel
Kapasitas 40 ton/gerbong
Waktu untuk pengisian 60 mnit (1 jam) / gerbong
1 lori 8 gerbong
1 lori 480 ment (8 jam)/lori
1 Lori 320 ton / 8 jam
1 hari 4 kali bolak-balik
1 hari 320 x 4 = 1280 ton/hari
1 tahun 1280 X 240 = 307.200 ton / tahun / hari
Jad lori yang di butuhkan adalah 2 lori dengan 8 gerbong/lori
Sumber : Hasil Perhitungan 2016
98
Cut and fill adalah salah satu metoda penambangan, dalam metoda penambangan
ini, dengan cara menggali atau membuat bukaan-bukaan dan kemudian mengisi
kembali dengan material lain bekas bukaan tersebut. Cut and fill merupakan
metode penambangan dengan cara memotong batuan untuk membuat stope dalam
level. Setelah selesai menambang dalam satu stope, maka stope tersebut diisi
kembali tanpa menunggu selesai dalam satu level. Biasanya metode ini digunakan
untuk mengambil bahan galian jenis bijih. Peralatan yang biasa digunakan untuk
metode cut and fill ini adalah excavator, front shovel, dariagline, dan shell.
Prinsip kerja dari metode ini adalah bijih diambil dalam potongan yang sejajar dan
setiap potongan yang telah diambil dilakukan pengisian dengan waste fill dalam
stope sehingga menyisakan ketinggian ruang yang mencukupi untuk melakukan
pemboran bijih selanjutnya. Material Filling digunakan sebagai tempat berpijak
untuk melakukan pemboran bijih selanjutnya. Material filling sering berupa waste
rock dari kegiatan development dan eksplorasi sekitar tambang yang kemudian
ditumpahkan melalui rise mengarah ke stope yang akan diisi dan untuk
meningkatkan kekuatan material pengisi maka ditambahkan semen.
Ada beberapa syarat untuk metode cut and fill stoping, antara lain :
a. Endapan bijih tebalnya antara 1 6 m.
b. Arah endapan relatif mendatar tapi cukup tebal.
c. Sebaiknya untuk endapan vein, kemiringannya harus lebih dari 45o. Dan
untuk endapan yang bukan vein kurang dari 45o.
d. Endapan bijih keras, tapi batuan induknya boleh tidak kompeten mengingat
hampir secara langsung disangga dengan material filling.
e. Endapan bijih bernilai tinggi baik kadar maupun harganya.
c. Dinding antara 2 stope yang berdekatan bisa lebih tipis dibanding metode
stoping yang lain
d. Stope fleksibel mengikuti cebakan sempit kadar tinggi
e. Stope stabil karena dengan yang lemah disangga dengan waste filling
Cara Penambangan
Pada kebanyakan cut and fill stopping, kemajuan penambangan dilakukan naik
sepanjang badan bijih miring. Kemajuan penambangan dilakukan didalam suatu
siklus yang meliputi tahapan aktivitas sebagai berikut :
Karena spesifikasi yang cukup unik ini maka kami coba jelaskan tentang Kriteria
Bangunan pada konstruksi tambang sebagai berikut :
2.7 Pengolahan
2.7.1 Kominusi
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga yang
mengandung emas dengan tujuan untuk membebaskan ( meliberasi ) mineral emas
dari mineral-mineral lain yang terkandung dalam batuan induk.
Proses kominusi ini terutama diperlukan pada pengolahan bijih emas primer,
sedangkan pada bijih emas sekunder bijih emas merupakan emas yang
terbebaskan dari batuan induk yang kemudian terendapkan. Derajat liberasi yang
diperlukan dari masing-masing bijih untuk mendapatkan perolehan emas yang
tinggi pada proses ekstraksinya berbeda-beda bergantung pada ukuran mineral
emas dan kondisi keterikatannya pada batuan induk.
Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih yang akan
diolah, dengan menggunakan :
Refractory ore processing, bijih dipanaskan pada suhu 100 110 0C, biasanya
sekitar 10 jam sesuai dengan moisture. Proses ini sekaligus mereduksi sulfur pada
batuan oksidis.
Crushing merupakan suatu proses peremukan ore ( bijih ) dari hasil penambangan
melalui perlakuan mekanis, dari ukuran batuan tambang <40 cm menjadi 1%)
Proses pertama :
Smelting Furnace, konsetrat yang dihasilkan di freeport akan dilebur, disini sudah
ditambahkan flux SiO2 dan dihembus udara (biasanya udara bebas dengan
kompresor diatur oksigennya 60%). Tujuannya untuk mengoksidasi unsur
pengotor utama berupa Fe (oksidasi jadi FeO, Fe3O4) dan mulai kurangi sulfur
dalam konsentrat (jadi SO2), lalu masuk furnace no (2)
Slag Cleaning, sesuai namanya disini leburan Cu (masih dibilang Matte) kerena
Sulfur masih banyak akan dipisahkan dengan terak/slag yang terbentuk dari
proses (1). disini pakai Electric arc furnace, jadi matte yang lebih berat akan
dibawah lalu terak/slag akan mengapung diatas sambil terus dipanaskan, disini
metal/slag sudah terpisah. Lanjut ke proses (3) untuk menghilangkan Sulfur.
Converting Furnace, proses ini matte diblowing udara + pakai flux batukapur
(CaCO3), tujuan utamanya untuk mengoksidasi Sulfur, memakai kapur untuk
menjaga komposisi slag (biar tidak kental, Fe3O4 solid tidak bisa diblowing).
100
Setelah converting Furnace, Sulfur sudah low (0.8%) disebut gold blister (bukan
lagi matte). lalu dilanjut ke Furnace untuk cetak anoda Cu blister (sebab perlu
elektrowining untuk tahap selanjutnya), dibeberapa proses ada tambahan proses
pemurnian untuk dioksidasikan S sampai light. Setelah dicetak jadi anoda, Cu
anoda akan benar-benar dimurnikan (pengotor S, Au, Ag, Pt, Co, Ni) masih ada
dan harus dielektrowining. Katodanya biasanya steel. Pakai larutan CuSulfat +
Asam Sulfat + air, jangan lupa arus harus searah, disini metal akan dipisahkan
dengan perbedaan sifat kemurniannya (berdasarkan nilai E nol-nya) makanya
perlu memakai voltase DC yang tepat, biasanya Cu di (+)0.34V.
Nah disini Cu di anode akan larut dilarutan lalu akan menempel di katoda
(puritynya bisa mencapai 99%); nah disini baru dibagi antara Cu dan logam yang
lebih mulia (Platina, Au, Ag). karena lebih mulia mereka tidak ikut larut, tetapi
biasanya membentuk endapan (disebut slime), slime biasanya tidak ikut
menempel di katoda (karena tidak larut). Selanjutnya slime ini yang harus diolah
lagi. Slime harus dilebur lagi, lalu ++ flux lagi, borax biasanya untuk ikat
pengotor. Setelah cair digunakan metode Klorifikasi, dimana akan dipisahkan
antara pengotor dengan logam mulia AgCl, AuCl, dll.
sampai Au 99.99 %.
Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau proses MacArthur-
Forrest) adalah teknik metalurgi untuk mengekstraksi emas dari bijih kadar rendah
dengan mengubah emas ke kompleks koordinasi yang larut dalam air. Ini adalah
proses yang paling umum digunakan untuk ekstraksi emas. Produksi reagen untuk
pengolahan mineral untuk memulihkan emas, tembaga, seng dan perak mewakili
sekitar 13% dari konsumsi sianida secara global, dengan 87% sisa sianida yang
digunakan dalam proses industri lainnya seperti plastik, perekat, dan pestisida.
Karena sifat yang sangat beracun dari sianida, proses ini kontroversial dan
penggunaannya dilarang di sejumlah negara dan wilayah.
101
Pada tahun 1783 Carl Wilhelm Scheele menemukan bahwa emas dilarutkan dalam
larutan mengandung air dari sianida. Ia sebelumnya menemukan garam sianida.
Melalui karya Bagration (1844), Elsner (1846), dan Faraday (1847), dipastikan
bahwa setiap atom emas membutuhkan dua sianida, yaitu stoikiometri senyawa
larut. Sianida tidak diterapkan untuk ekstraksi bijih emas sampai 1887, ketika
Proses MacArthur-Forrest dikembangkan di Glasgow, Skotlandia oleh John
Stewart MacArthur, didanai oleh saudara Dr Robert dan Dr William Forrest. Pada
tahun 1896 Bodlnder dikonfirmasi oksigen yang diperlukan, sesuatu yang
diragukan oleh MacArthur, dan menemukan bahwa hidrogen peroksida dibentuk
sebagai perantara.
1. Metode Cepat
Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO3 kemudian
tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak
larut dalam larutan HNO3 selanjutnya saring aja dan dibakar.
2. Metode Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan menggunakan
larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan
Bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana
Perak akan larut dan menempel pada plat Tembaga (menempel tidak begitu
keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu
tinggal bakar aja masing masing, jadi deh logam murni.
Mekanisme Amalgamasi
Air aksa atau merkuri (Hg), pad temperature (suhu) kamar, adalah zat cair. Bila
terjadi kontak antara merkuri (zat cair) deengan logam (zat padat), maka ai raks
membasahi dan menenbus logam untuk membentuk larutan padat merkuri-logam
yang disebut amalgam. Proses yang terjadi disebut amalgamasi. Logam-logam
103
yang dapat membentuk amalgam adalah emas, perak, tembaga, timah, cadmium,
seng, alkali dan alkali tanah. Paduan merkuri emas disebut amalgam emas, yang
mempunyai rumus kimia dari kombinasi 2 atau bahkan 3 dari 4 rumus kimia
berikut ini yaitu AuHg2, Au2Hg, Au3Hg atau AuHg. Kelarutan emas dalam air
raksa bertambah dengan naiknya temperature. Paad temperature kamar kandungan
emas dalam amlgam kira-kira 0,14% Au, sedangkan pada temperatu 1000C
sebesar 0,65% Au. Produk amalgasi bijih emas selanjutnya disebut amalgam,
karena tidak hanya mengandung emas melainkan juga logam lain terutama perak
dan tembaga.
Ukuran Butiran
Butiran emas yang bebas, tidak terselubung mineral induk, menjadi pasyarat
dalam amalgasi, sehingga pembasahan emas dalam bijih emas bervariasi dari
yang kasa (bijih emas yang kaya) sampai yang halus (bijih emas yang miskn).
Dengan demikian batuan atau bijih perlu dipecah atau digerus sampai diperoleh
butiran emas yang bebas (tidak terselubung oleh mineral induk). Namun,
kenyataan menunjukkan bahwa butiran emas yang berukuran lebih besar dari
0,074 mmyang dapat diolah dengan teknik amalgamasi.
Gangguan Amalgamasi
Keberhasilan amalgamasi ditentukan oleh dua kondisi, yaitu (1) kondisi
mineralogy dari bijih yang diolah dan (2) kondisi pulp (campuran material padat
yang halus dan air). Kondisis yang buruk menyebabkan butiran emas tidak dapat
dibasahi oleh merkuri dam merkuri terpecah menjadi partikel-partikel halus,
sehingga amlgamasi tidak dapat berlangsung secar baik.
Butiran emas yang berasal dari bijih emas primer yang tidak teroksidasi biasanya
bersih dan mengkilap. Kondisi ini baik untuk amlgamsi. Namun, butiran emas
yang berasal dari bijih yang teroksidasi biasanya kusam dan sering dilapisi oleh
oksida besi. Emas kusam mengurangi kemampuan beramalgamasi dan emas yang
dilapisi oksida besi cendrung tidak bias beramalgamasi. Untuk menghindari
terdapatnya emas kusam dan emas yang dilapisi oksida besi dapat dicegah secar
mekanik (sambil menggerus).
104
Mineral sulfide terutama sulfide arsen, antimony, bismuth dan besi berpeluang
untuk menghasilkan in sulfide (sulfide telarut) di dalam pulp. Ion sulfide dapat
menghambat amalgamasi. Penambahan bahan kimia yang dapat memberikan ion-
ion timbaldan tembaga dapat menolong untuk mengurangi gangguan ini.
Penambahan bahan alkali yang kuat dapat mengurangi gangguan ini.
Apabila minyak pelumas masuk ke gelundung saat menggerus atau pada saat
amalgamasi. Minyak dapat berperan mengurangikemampuan amalgamasi.
Keberadaannya dalam pulp harus duhindari dengan penambahan kapur yang
sedikit.
2.7.4 Penggerusan
Saat penggerusan, kondisi yang perlu diperhatikan adalah jumlah (volume) media
penggerus, kecepatan putar barel (gelundung), persentase padatan dalam pulp, dan
lamanya penggerusan. Volume media penggerus dapat diatur sehingga media
penggers mengisi barel/gelundung sedikit diats setengah isi barel/gelundung.
Keceptan putar yang sedemikian rupa menyebabkan media penggerus tidak
bergerak di bagian bawah gelundung saja tetappi juga pada suatu posisi sewaktu
berputar media penggerus diberikan kesempatan untuk jatuh.
Alat untuk penggerusn dikenal dengan nama ball mill dan rod mill. Alat ini
seharusnya memakailiner, pelapisan barel di bagaian dalam yang bergelombang.
Permukaan bergelombang ydimaksudkan untuk membantu mengangkat media
penggerus sewaktu barel berputar dan untuk mencegah selip diantara media
penggerus. Lineer biasanya terbuat dari paduan baj, dan sewaktu- waktu dapat
dilepas untuk diganti apabila telah aus. Media penggerus bias berbentuk bola atu
batangan. Diameter bola atu batnag penggerus berkisar antara 1-6 inci.
Bergantung pada ukuran barel atau gelundung, yang bervariasi antara 18 inci x 24
inci sampai sebesar 4 kakix 6 kaki (dikaitkan dengan ukuran gelundung yang
biasa digunakan dalam tahap amalgasi).
pencampuran. Dari keemapt cara atau alat iniyang akan dibahas adalah hanya
amalagasi dengan tekananan dan penggerusan. Alasannya, selain telah dikenal
masyarakat, cara ini berfaedah untuk emas yang berkrat dan sulit dmalgamasi,
atau amat halus, atau tidak terikat dengan mineral lain, atau dalam bijih uyang
menyebabkan merkuri tidak bekerja baik.
Perolehan Emas
Perolehan emas denag teknologi amlgamasi relative rendah (artinya apabila
dibandingkan dengan teknologi sianida). Untuk memperbaiki teknologi
amalgamasi (perolehan emas dan kehilangan merkuri) dari tambang rakyat dapat
dilakukan dengan penambahan baha kimia dan pengaturan teknik (berat umpan,
persentase padatan, waktu giling, dan waktu amalgamasi) perolehan emas dapat
mencapai 55%. Air raksa yang hilang sangat kecil (> 1%)
106
Proses pengolahan bijih ems Gn. Pongkor dilakikan dengan proses sianidasi
(carbon in leach) (CIL) dengan urutan proses berupa batuan hasil penambangan
digerus oleh unit crushing/screening setelah itu baru di milling oleh ball mil terus
dilakukan proses sianidasi untuk pemisahan konsentrat emas dan tailing. Hasil
konsentrat emas diolah dengan proses elution (AARL) yang diikuti oleh proses
electrowining dan smelting sehingga akan menghasilkan dore emas, kemudian
dore tersebut di lebur di unit peleburan logam mulia jakarta. Sedangkan tailing
107
2.8 Pemanfaatan
Emas adalah logam yang paling sering dibentuk menjadi perhiasan. Sifak emas
dan perak yang lunak dan mudah dibentuk, membuat logam ini bisa dibentuk
menjadi berbagai jenis aksesoris untuk wanita. Tapi, apakah emas dan perak juga
bisa memberikan manfaat lain?
1. Perrhiasan
Emas dapat dibentuk menjadi berbagai perhiasan untuk wanita. Wanita
memerlukan perhiasan untuk beberapa hal seperti menjadi aksesoris untuk
penampilan dan meningkatkan rasa percaya diri. Perhiasan dari emas bisa
dibentuk menjadi beberapa benda seperti cincin, kalung, gelang, anting, jam
tangan, bros dan berbagai aksesoris lain. Emas juga menjadi salah satu jenis
perhiasan yang memiliki harga mahal.
2. Kesehatan Gigi
Gigi yang berlubang mungkin akan membuat pemiliknya merasa tidak nyaman.
Pada jaman dahulu pemakaian emas sudah banyak digunakan untuk menambal
gigi yang berlubang. Bahkan ada jenis gigi palsu yang dilapisi dengan emas. Emas
tidak bisa memberikan reaksi dengan jenis logam dan senyawa lain sehingga emas
sangat awet. Jadi emas juga penting untuk mendukung kesehatan gigi.
109
ekonomi dunia, maka sekarang emas menjadi alat investasi yang sangat menarik.
Jenis emas yang dibentuk dalam logam mulia menjadi alat investasi yang paling
banyak disukai. Emas dalam bentuk perhiasan kurang diminati sebagai sumber
investasi karena nilai atau harganya sering terkena potongan.
1) Menghilangkan semua jenis efek penuaan dini seperti kerutan, garis lekuk
pada mata dan bibir, serta bintik hitam.Emas juga memiliki sifat untuk
meningkatkan elastisitas kulit dan membuat kulit menjadi lebih lembut.
2) Emas menjadi salah satu bahan antioksidan yang sangat kuat sehingga
mencegah masalah peradangan pada kulit.
3) Emas membuang racun dari kulit dan meningkatkan sirkulasi peredaran
darah.
4) Emas bisa menjadi bahan yang aktif untuk mencegah pengurangan kolagen
alami pada kulit.
5) Emas mampu membuat kulit wajah menjadi lebih bersinar cantik.
112
2.9 Persebaran
Emas adalah logam mulia yang bernilai tinggi yang harganya terus menerus naik
dari waktu ke waktu akibat nilai-nilaian dari uang kertas dan logam yang terjun
bebas terhadap emas. Emas banyak diburu oleh masyarakat, baik dalam bentuk
mentah dari alam langsung maupun dalam bentuk jadi seperti batangan, perhiasan,
koin dinar dan lain sebagainya.
Saat ini tambang emas banyak dikuasai oleh perusahan asing, badan usaha milik
negara, penambang liar, dan lain-lain. Walaupun indonesia menghasilkan emas
yang jumlahnya cukup besar, namun pemerintah gagal mensejahterakan rakyat
secara merata. Apabila tambang-tambang emas di negara republik indonesia
dikelola secara profesional oleh anak bangsa yang beriman dan berilmu, maka
tidak menutup kemungkinan seluruh rakyat dunia bisa sejahtera.
Di bawah ini adalah daftar nama-nama lokasi wilayah tempat penghasil emas
(tambang emas) di indonesia :
1. Mimika (Papua)
2. Cikotok (Jawa Barat)
3. Bengkalis (Riau)
4. Tanggamus (Lampung)
5. Bombana (Sulawesi Tenggara)
6. Rejang Lebong (Bengkulu)
7. Bolaang Mangondow (Sulawesi Utara)
8. Logas (Riau)
9. Sarolangun (Jambi)
10. Merangin (Jambi)
11. Meuleboh (Nanggroe Aceh Darussalam)
12. Monterado (Kalimantan Barat)
13. Malinau (Kalimantan Timur)
14. Kotabaru (Kalimantan Selatan)
15. Kapuas (Kalimantan Tengah)
16. Banyuwangi (Jawa Timur)
114
3.1 Kesimpulan
1. Genesa emas atau dapat di sebut juga proses pembentukan endapan yang ada
pada daerah pegunungan Pongkor Jawa Barat merupakan endapan yang
terbentuk secara primer. Endapan primer merupakan endapan yang terbentuk
dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa
endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan aktifitas
hidrotermal, yang membentuk tubuh bijih dengan kandungan utama silika.
Cebakan emas primer mempunyai bentuk sebaran berupa urat/vein dalam
batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa.
2. Eksplorasi emas adalah keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak
mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineral emas
yang ada. Tahapan Eksplorasi meliputi : Prospeksi, eksplorasi awal,
eksplorasi detail. Eksplorasi emas dapat di bedakan menjadi dua, yaitu
eksplorasi secara langsung dan eksplorasi secara tidak langsung. Secara
langsung meliputi penyelidkan singkapa, sumur uji dan lain sebagainya.
Sedangkan secara tidak lansung yaitu melalu eksplorasi geokimia
dangeofisika.
3. Kajian teknis kelayakan berdasarkan beberapa data untuk mengetahui
keadaan hidrologi maupun hidrogeologi di daerah gunung Pongkor. Data
yang di perlukan antara lain seperti data curah hujan, grafik curah hujan pada
daerah tersebut agar dapat di ketahui sebit aliran airnya.
4. Karakteristik endapan mineralisasi emas diendapkan bersamaan dengan vein
kuarsa dan kuarsa-karbonat, membentuk pola parallel dengan arah dominan
NW-SE dan N-S, panjang vein antara 200m hingga 2.500m dan ketebalan 1m
115
116
hingga 24m. Sistem vein ini mengisi rekahan struktur sesar berarah barat laut
tenggara hingga utara selatan sebagai perangkap mineralisasi dengan host
rock Formasi Cimapag. Tipe endapan emas Pongkor termasuk dalam tipe
Epithermal Low Sulfidation Vein System.
5. Kajian penjadwalan produksi pada endapan emas di daerah Gunung Pongkor
ini di jadwalkan akan di tambang selama sepuluh tahun dengan pembagian
area penambangan menjadi lima blok penambangan. Masing-masing blok
memiliki luas yang berbeda dengan volume OB maupun Ore yang berbeda
juga. Produksi tersebut akan di dukung oleh alat yang akan di gunakan
selama proses penambangan seperti alat jumbo drill, scooptram dan lori
6. Teknik penambangan yang dipilih dan sesuai dengan keadaan endapan di
daerah Gunung Pongkor adalah cut and fill. Cut and fill adalah salah satu
metoda penambangan, dalam metoda penambangan ini, dengan cara menggali
atau membuat bukaan-bukaan dan kemudian mengisi kembali dengan
material lain bekas bukaan tersebut. Cut and fill merupakan metode
penambangan dengan cara memotong batuan untuk membuat stope dalam
level. Setelah selesai menambang dalam satu stope, maka stope tersebut diisi
kembali tanpa menunggu selesai dalam satu level.
7. Pengolaha Emas
Pengolahan emas yang digunakan yaitu metode tong dengan tahapan antara
lain seperti Kominus, pemisahan emas dari pengotor, pemurnian emas,
peningkatan hingga proses refining.
8. Manfaat Emas
Dalam kehidupan seharhari emas dapat dimanfaatkan sebagai perhiasan,
kesehatan pada gigi, masker emas untuk kecantikan wajah, lulur emas untuk
perawatan kulit tubuh, sebagai mendali emas, dan dapat digunakan sebagai
nvestas berupa emas batangan.
9. Persebaran Emas Di Indonesia
Persebaran emas seperti yang kita ketahu yang palng terkenal yaitu di papua,
namun masih banyak lagi keterdapan emas di Indonesia sepeerti di Jawa
Barat, Banyuwangi, Lampung dan lain sebagainya.
117
3.2 Saran
Untuk meningkatkan proses pembelajaran agar lebih baik untuk kedepannya maka
penulis memberikan beberapa saran, yaitu :
1. Proses pembelajaran harus lebih efektif, misal dengan masuk dan keluar
kelas tepat pada waktunya.
2. Slalu memperhatikan ketika dosen memberikan arahan untuk materi
maupun penulisan suatu karya tulis.
3. Mencatat apa yang perlu di perbaiki dalam penyusunan suatu karya tulis.