Anda di halaman 1dari 117

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Emas merupakan logam transisi ( trivalen dan univalen ) yang bersifat lunak dan
mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 3 ( skala Mohs ). Emas dapat
dibentuk jadi lembaran sedemikian tipis hingga tembus pandang. Sebanyak
120.000 lembar emas dapat ditempa menjadi satu lapisan yang sedemikian
tipisnya sehingga tebalnya tidak lebihdari 1 cm. Dari 1 gram emas dapat diulur
menjadi kawat sepanjang 2,5 km.Emas mempunyai karakteristik sectile ( lunak,
elastis, mudah dibentuk ), memilikiwarna yang menarik ( kuning, mengkilap,
tidak mudah memudar ), berat, tahan lama, tahan pada panas tinggi dan daya
konduksi listrik juga sebagai perlawanan terhadap oksidasi ( tahan korosi )
sehingga emas memiliki banyak kegunaan. Namun karena emas sebagai salah satu
logam coinage yang keberadaannya di alam sangat langka, menjadikannya
sebagailogam yang sangat berharga.

PT Aneka Tambang Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor (PT Antam
Tbk. UBPE Pongkor) merupakan perusahaan pertambangan yang memiliki
beberapa unit bisnis dan anakperusahaan yang terintegrasi secara vertikal dan
berorientasi ekspor. Produk utama dari PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor
berupa dore bullion. Dore bullion adalah campuran emas dan perak dengan kadar
emas (Au) 7% hingga 15% dan perak (Ag) 80% hingga 90%, serta sisanya yang
kurang dari 2% adalah pengotor (impurities). Proses pengambilan Au dan Ag dari
bijihnya dimulai dari crushing, milling and classification. Unit proses
crushing,milling and classificationpada umumnya merupakan proses memperkecil
ukuran bijih sampai didapat derajat liberasi (kebebasan mineral/unsur dalam bijih)
yang diinginkan sehingga dapat memisahkan mineral berharga dari pengotornya.
Setelah proses penggerusan dan klasifikasi, dilakukan proses pelindian oleh
larutan Natrium Sianida yang akan membentuk senyawa kompleks NaAu (CN)2

1
2

dan NaAg (CN)2. Senyawa kompleks tersebut kemudian diadsorpsi oleh karbon
aktif pada proses Carbon In Leach. Au dan Ag yang telah teradsorp akan
dilepaskan kembali melalui proses elution. Setelah itu dilakukan proses
electrowinningterhadap larutan kaya hasil dari proses elution.

Electrowinningmerupakan proses penangkapan logam Au dan Ag dengan prinsip


elektrolisa. Tahapan akhir dilakukan proses smeltinguntuk mendapatkan produk
dore bullion.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasakan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan di bahas
sebagai berikut :
1. Bagaimana genesa/keterdapatan emas di Gunung Pongkor?
2. Bagaimana teknik eksplorasi pada emas di daerah Gunung Pongkor ?
3. Bagaimana kajian teknis dari perencanaan tambang emas di daerah Gunung
pongkor ?
4. Bagaimana keadaan endapan emas di Gunung Pongkor ?
5. Bagaimana kajian dalam penjadwalan produksi penambangan yang akan
dilakukan di Gunung Pongkor ?
6. Bagaimana teknik penambangan emas pada daerah Gunung Pongkor ?
7. Bagaimana teknik pengolahan emas di daerah Gunung Pongkor ?
8. Bagaimana pemanfaatan pada emas hasil pengolahan ?
9. Dimana saja persebaran bahan galian logam emas di Indonesia ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan laporan berdasarkan dengan rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui genesa/cara emas di Gunung Pongkor.
2. Untuk mengetahui teknik eksplorasi pada emas di daerah Gunung Pongkor.
3. Untuk mengetahui kajian teknis kelayakan dari perencanaan tambang emas di
daerah Gunung pongkor ?
4. Untuk mengetahui keadaan endapan emas di Gunung Pongkor .
5. Untuk mengetahui kajian dalam penjadwalan produksi penambangan yang
akan dilakukan di Gunung Pongkor.
3

6. Untuk mengetahui teknik penambangan emas pada daerah Gunung Pongkor.


7. Untuk mengetahui teknik pengolahan emas di daerah Gunung Pongkor.
8. Untuk mengetahui manfaat pada pada emas hasil pengolahan.
9. Untuk mengetahui persebaran bahan galian emas di Indonesia.
1.4 Ruang Lingkup
1. Genesa Emas
Genesa emas dapat di bedakan menjadikan dua yaitu endapan primer dan
endapan sekunder:

Endapan primer / Cebakan Primer


Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat
di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang
terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan
aktifitas hidrotermal, yang membentuk tubuh bijih dengan kandungan utama
silika. Cebakan emas primer mempunyai bentuk sebaran berupa urat/vein
dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa.

Endapan plaser / Cebakan Sekunder


Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena
proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-
bearing rocks, Lucas, 1985). Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang
terjadi pada cebakan emas primer pada atau dekat permukaan menyebabkan
terurainya penyusun bijih emas primer. Proses tersebut menyebabkan juga
terlepas dan terdispersinya emas. Terlepas dan tersebarnya emas dari ikatan
bijih primer dapat terendapkan kembali pada rongga-rongga atau pori batuan,
rekahan pada tubuh bijih dan sekitarnya, membentuk kumpulan butiran emas
dengan tekstur permukaan kasar. Akibat proses tersebut, butiran-butiran emas
pada cebakan emas sekunder cenderung lebih besar dibandingkan dengan
butiran pada cebakan primernya (Boyle, 1979). Dimana pengkonsentrasian
secara mekanis melalui proses erosi, transportasi dan sedimentasi
(terendapkan karena berat jenis yang tinggi) yang terjadi terhadap hasil
4

disintegrasi cebakan emas pimer menghasilkan endapan emas letakan/aluvial


(placer deposit).

2. Eksplorasi Emas
Eksplorasi emas adalah keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak
mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineral emas
yang ada. Tahapan Eksplorasi meliputi : Prospeksi, eksplorasi awal,
eksplorasi detail.

Eksplorasi di bagi menjadi 2, yaitu:


A. Metoda langsung, terdiri dari :
a) Metoda langsung di permukaan
Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :
a. Penyelidikan singkapan (out crop)
b. Tracing Float (penjejakan) dibawah over burden.
c. Tracing dengan Panning (mendulang)
b) Metoda langsung di bawah permukaan.
Eksplorasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan membuat Tunel,
Shaft, Drift, Winse dan lain-lain.
B. Metoda tidak langsung
Metode tidak langsung terdiri dari dua, yaitu:
1. Metode geofisika.
2. Metode Geokimia
3. Kajian Teknis Kelayakan
Berisi tentang hidrologi, hidrogeologi, dan data geoteknik. Data ini yang akan
mengetahui tentang muka air tanah , cuaca daerah penelitian dan kekerasan
batuan samping yang bertujuan untuk desain pitnya nanti.
4. Keadaan Endapan Emas
Karakteristik endapan
Mineralisasi emas diendapkan bersamaan dengan vein kuarsa dan kuarsa-
karbonat, membentuk pola parallel dengan arah dominan NW-SE dan N-S,
panjang vein antara 200m hingga 2.500m dan ketebalan 1m hingga 24m.
Sistem vein ini mengisi rekahan struktur sesar berarah barat laut tenggara
5

hingga utara selatan sebagai perangkap mineralisasi dengan host rock


Formasi Cimapag. Tipe endapan emas Pongkor termasuk dalam tipe
Epithermal Low Sulfidation Vein System.

5. Kajian Penjadwalan Produksi


Penjadwalan adalah kegiatan pengalokasian sumber-sumber atau mesin-
mesin yang ada untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka waktu
tertentu. (Baker,1974). Penjadwalan produksi adalah suatu kegiatan
memasukkan sejumlah produk yang telah direncanakan ke dalam proses
pengerjaannya (John E Biegel,1992). Penjadwalan adalah proses pengurutan
pembuatan produk secara menyeluruh pada beberapa mesin
(Conway,et,al,1967). Penjadwalan juga didefinisikan sebagai rencana
pengaturan urutan kerja serta pengalokasian sumber, baik waktu maupun
fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan
6. Teknik Penambangan
Teknik penambangan yang dipilih dan sesuai dengan keadaan endapan di
daerah Gunung Pongkor adalah cut and fill. Cut and fill adalah salah satu
metoda penambangan, dalam metoda penambangan ini, dengan cara menggali
atau membuat bukaan-bukaan dan kemudian mengisi kembali dengan
material lain bekas bukaan tersebut. Cut and fill merupakan metode
penambangan dengan cara memotong batuan untuk membuat stope dalam
level. Setelah selesai menambang dalam satu stope, maka stope tersebut diisi
kembali tanpa menunggu selesai dalam satu level. Biasanya metode ini
digunakan untuk mengambil bahan galian jenis bijih. Peralatan yang biasa
digunakan untuk metode cut and fill ini adalah excavator, front shovel,
dariagline, dan shell.
7. Pengolaha Emas
Pengolahan emas yang digunakan yaitu metode tong dengan tahapan:
1. Kominusi
2. Proses pemisahan Emas dari konsentrat
3. Proses Pemurnian (Dari Bullion)
4. Peningkatan kadar emas
5. Refining
6

8. Manfaat Emas
Dalam kehidupan seharhari emas dapat dimanfaatkan sebagai perhiasan,
kesehatan pada gigi, masker emas untuk kecantikan wajah, lulur emas untuk
perawatan kulit tubuh, sebagai mendali emas, dan dapat digunakan sebagai
nvestas berupa emas batangan.
9. Persebaran Emas Di Indonesia
Persebaran emas seperti yang kita ketahu yang palng terkenal yaitu di papua,
namun masih banyak lagi keterdapan emas di Indonesia sepeerti di Jawa
Barat, Banyuwangi, Lampung dan lain sebagainya.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Genesa Emas

Secara umum emas termasuk dalam golongan mineral logam mulia dan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Adapun emas mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :

Sifat fisik emas


1. Logam mulia berwarna kuning
2. Logam yang bersifat lunak (dalam skala Mohs antara 2,5-3,0)
3. Mudah dibentuk dan dapat ditempa, artinya logam emas dapat dipukul
dengan palu sampai tipis tanpa mengalami hancur
4. Logam berat dengan kerapatan (density) 19,30 gr/cm3 dibandingkan dengan
batuan induk dengan densitasnya 2,0 3,0 gr/cm3.
5. Logam yang tahan terhadap korosi, reaksi kimia, kecuali dengan larutan aqua
regia emas dapat bereaksi.
6. Massa jenis: cair pada titik lebur 17.31 g/cm
7. Titik lebur : 1337.33 K (1064.18 C, 1947.52 F)
8. Titik didih : 3129 K (2856 C, 5173 F)
9. Kalor peleburan : 12.55 kJ/mol
10. Kalor penguapan : 324 kJ/mol

Sifat kimia emas


Emas murni sangat mudah larut dalam KCN, NaCN, dan Hg (air raksa). Emas
merupakan unsur siderophile (suka akan besi), dan sedikit chalcophile (suka akan
belerang). Karena sifatnya ini maka emas banyak berikatan dengan mineral-
mineral besi atau stabil pada penyangga besi (magnetit/hematit).

Kadar emas dinyatakan dalam karat.Istilah karat berasal dari bahasa Yunani
keration, suatu buah yang bernama Carob.Benih Carob ini digunakan untuk
ketepatan penimbangan batu permata, dengan anggapan bahwa biji Carob

7
8

memiliki berat yang seragam. Sistem karat modern untuk kemurnian emas, emas
murni adalah 24 karat atau 24k, 18k adalah 75% murni dan 12k Emas adalah 50%
murni. Sistem ini secara bertahap memberi jalan ke sistem kemurnian seperseribu
(millesimal), yaitu kemurnian emas dalam seribu bagian paduan (alloy). Jadi
dengan sistem ini emas 22k ditandai sebagai 91,6% emas, atau 916 bagian emas
per seribu paduan (alloy).

Gambar ii.1 Pembentukan Logam Emas

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.


Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian menghasilkan endapan letakan
(placer). Endapan emas dikategorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan
endapan placer.Salah satu proses pengendapan emas yaitu dengan bantuan larutan
hydrothermal. Larutan hidrotermal merupakan larutan sisa magma yang mudah
bergerak yang nantinya akan membentuk endapan logam atau mineral epigenetik
(Suganda).
9

Larutan hidrotermal naik kepermukaan melalui zona struktur seperti patahan,


rekahan, sesar, maupun kontak lihologi yang kemudian bercampur dengan air
meteorik sehingga mengalami proses pendinginan yang akan membentuk urat-urat
(vein) dengan bentuk vein tergantung pada rongga yang dihasilkan struktur.
Selama proses pengendapan berlangung, juga terjadi proses alterasi pada batuan
yang diterobos sehingga mengalami ubahan (alterasi) yang di ikuti dengan
perubahan sifat fisik maupun kimia batuan seperti perubahan warna, porositas dan
tekstur.

Sistem hidrothermal berdasarkan tingkat kedalaman, tekanan dan temperaturnya,


dikelompokkan menjadi 3 sistem :

1. Hipothermal
Hypothermal merupakan endapan hydrothermal dengan tekanan dan temperature
pembekuan yang relative tinggi, tipe endapannya berupa urat-urat dan korok yang
berasosiasi dengan intrusi pada kedalaman yang tinggi. Untuk tipe hydrothermal
ini,asosiasi mineralnya berupa sulfides misalnya pirit, galena, kalkopirit,dan
oksida besi.

2. Mesothermal
Mesothermal merupakan endapan hidrotermal dengan tekanan dan temperature
yang lebih rendah dibandingkan dengan tipe endapan hipotermal. Untuk tipe ini,
endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan
permukaan bumi, adanya tekstur akibat cavity filling.

3. Epithermal
Epithermal merupakan tipe endapan hidrothermal yang terbentuk pada temperatur
rendah yaitu pada suhu 500 C sampai 3000 C dan pada kedalaman antara 0-1000m
(Hedenquist, 1985).

Endapan primer / Cebakan Primer


Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di
dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk
dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan
10

terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan aktifitas hidrotermal, yang


membentuk tubuh bijih dengan kandungan utama silika. Cebakan emas primer
mempunyai bentuk sebaran berupa urat/vein dalam batuan beku, kaya besi dan
berasosiasi dengan urat kuarsa.

Endapan plaser / Cebakan Sekunder


Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena proses
pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-bearing rocks,
Lucas, 1985). Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada
cebakan emas primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya
penyusun bijih emas primer. Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan
terdispersinya emas. Terlepas dan tersebarnya emas dari ikatan bijih primer dapat
terendapkan kembali pada rongga-rongga atau pori batuan, rekahan pada tubuh
bijih dan sekitarnya, membentuk kumpulan butiran emas dengan tekstur
permukaan kasar. Akibat proses tersebut, butiran-butiran emas pada cebakan emas
sekunder cenderung lebih besar dibandingkan dengan butiran pada cebakan
primernya (Boyle, 1979). Dimana pengkonsentrasian secara mekanis melalui
proses erosi, transportasi dan sedimentasi (terendapkan karena berat jenis yang
tinggi) yang terjadi terhadap hasil disintegrasi cebakan emas pimer menghasilkan
endapan emas letakan/aluvial (placer deposit).

Mineralisasi adalah suatu proses pengendapan mineral bijih (metal) dari media
yang membawanya akibat perubahan lingkungan kimia dan fisik sekitarnya.
Mineralisasi = Ore Deposit

Klasifikasi Ore Deposit


1. Deposit yang berhubungan dengan Batuan Beku Mafik (Kimberlites,
Carbonatite dll.)
2. Deposit yang berhubungan dengan Oceanic Crust (Alpine Peridotite
Chromite dll.)
3. Deposit yang berhubungan dengan intrusi intermediate dan felsik (Porphyry
Base Metal Deposit, Skarn Deposit dll.)
4. Deposit yang berhubungan dengan Subaerial Volcanism (Epithermal Silver-
Gold Deposit, Carlin-Type Gold Deposit dll.)
11

5. Deposit yang berhubungan dengan Submarine Volcanism (VMS Deposit,


Banded Iron Formation dll.)

Porphyry Copper Deposit


1. Umumnya berupa epizonal atau hypabyssal dasit, latit, quartz latit, rhyolit,
quartz diorit, monzonit, quartz monzonit dan granit.

2. Porphyritic texture terjadi akibat proses-proses kimia, termal, barometric yang


berlangsung pada kondisi hypabyssal dengan tekanan 1-2kb, kedalaman 1.5-4km
dan temperatur 750-850 C. In Fact : Jantung porphyry copper deposit adalah
lingkungan epizonal. Tekanan 1-2kb. Temperatur 250-500 C dan jarang 600 atau
700 C.

Gambar ii.2 Alterasi Pada Porphyry Copper


12

Gambar ii.3 Porphyry Copper Deposit di Chuquicamata, Chili

Tipe-tipe urat kuarsa pada endapan porfiri menurut Gustafson dan Hunt adalah
sebagai berikut:

1. A Vein (urat A)
Vein terbentuk di awal-awal, biasasnya vein ini bersegmen dan orientasi tidak
jelas, mengandung 90-95 % kuarsa. Vein ini terbentuk pada suhu yang tinggi.

2. B vein (urat B)
Vein ini tersusun oleh mineral kuarsa dengan ukuran kristal kasar (>1mm) dan
salinitas tinggi, sebagian memiliki struktur cockscomb. Pada umumnya urat ini
berlaminasi, dan terdapat penjajaran mineral lain (ex. sulfida chalcopyrite) pada
bagian tengah vein. Overprinting dan stockwork sangat intensif. Mineral sulfida
seperti pyrite, chalcopyrite, dan bornite pada umumnya hadir pada vein ini.

3. D vein (urat D)
Vein terdiri dari kuarsa dengan bentuk kristal, dan memiliki salinitas yang rendah.
Kuarsa berasosiasi dengan serisit, terbentuk belakangan. Lebar vein bisa mencapai
1 meter, bahkan lebih dari 1 meter. Asosiasi kuarsa dengan chalcopyrite,
tennanite, enargite, bornite, sphalerite, galena, dll.
13

Ada juga yang mengelompokkan urat kuarsa pada endapan porfiri menjadi 5 jenis.
Pembagian ini terkait juga dengan waktu pembentukan dan suhu pada saat vein
terbentuk. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. A vein (urat A)
Ptymatic dismembered ( Gustafson dan Hunt)

2. M vein (urat M)
Pada vein tipe M ini mineral yang berasosiasi adalah; magnetite +/- kuarsa +
actinolite + anhydrite + biotite (initial alteration)

3. A vein (urat A)
Pada vein tipe A, mineral-mineral yang berasosiasi adalah kuarsa dengan kilap
kaca + magnetite

4. B vein (urat B)
Vein ini berbentuk stockwork, dan berlapis-lapis, pada bagian tengah berstruktur
comb, berlaminasi, dan mengalami reaktivasi.

5. D vein (urat D)
Alterasi serisit dan mengandung mineral-mineral sulfida.
14

Gambar ii.4 Jenis-Jenis urat kuarsa

Gambar ii.5 Aspek Fluida Hidrothermal


15

Skarn Deposit
1. Terbentuk akibat interaksi fluida magmatic bertemperatur tinggi dengan batuan
samping limestone yang diikuti oleh proses metasomatism dan pengendapan bijih

2. Berkembang baik pada batas tubuh intrusi berukuran kecil hingga sedang
dengan komposisi intermediate seperti monzonit dan granodiorit.

Alterasi adalah Setiap perubahan dalam mineralogi suatu batuan yang terjadi
karena proses-proses fisika dan kimia, khususnya oleh aktivitas fluida
hydrothermal. Alterasi dicirikan oleh pembentukan mineral-mineral sekunder
yang mengandung hidroksil (biotit, serisit, khlorit, mineral lempung) disamping
kuarsa dan juga karbonat. Fenomena Alterasi dapat disebabkan oleh:

1. Proses diagenesis pada sedimen


2. Metamorfosa
3. Proses cooling post magmatic/volkanik
4. Proses mineralisasi
5. Produk Alterasi tergantung pada :
1. Komposisi batuan samping (wall rock)
2. Temperatur dan tekanan
3. Alterasi terjadi akibat reaksi fluida dengan wall rocks

Reaksi dalam proses alterasi:


1. Hydrolisis (keterlibatan H+)
2. Hydration-dehydration (lepasnya molekul air dari fluid ke mineral dan
sebaliknya)
3. Alkali dan alkali tanah metasomatism (substitusi kation)
4. Decarbonation (pembebasan CO2)
5. Silicification (penambahan SiO2)
6. Silication (penggantian oleh silikiat)
7. Oksidasi dan reduksi
16

Zona altrasi sendiri ada 4yaitu :


1. Zona silisifikasi
Zona ini biasanya sangat keras, banyak mengandung kuarsa berukuran
kriptokristalin, berwarna putih agak bening, mineral pengikutnya saponit,
khlorit, anhidrit, gypsum dan andalusit.

2. Zona argilik
Dicirikan oleh kehadiran mineral lempung (kaolinit), pirit (FeS2), kalkopirit,
kuarsa selalu hadir dan biasanya terbentuk di dekat vein. Warnanya putih- kuning
muda kecoklatan, permeabilitas cukup besar, jika dipegang agak lunak.

3. Zona potasik
Terbentuk karena adanya penambahan unsur Fe dan Mg yang diikuti oleh adanya
sulfida dengan kadar rendah.

4. Zona propilit
Zona terluar dari sistem hidrothermal, warnanya hijau dan cukup keras, dengan
mineral pengikutnya klorit, epidot, kalsit, pirit, sedangkan mineral bijih yang
sering terkandung adalah galena, sphalerit sinabar.

Gambar ii.6 Zona Altrasi


17

2.2 Kegiatan Eksplorasi

2.2.1 Survei Tinjau

Survei tinjau, yaitu kegiatan explorasi awal terdiri dari pemetaan geologi regional,
pemotretan udara,citra satelit dan metode survey tidak langsung lainnya untuk
mengedintifikasi daerah-derah anomial atau meneraliasasi yang proespektif untuk
diselifdiki lebih lanjut.

Sasaran utama dari peninjauan ini adalah mengedintifikasi derah-daerah


mineralisasi/cebakan skala regional terutama hasil stud geologi regional dan
analisis pengindraan jarak jauh untuk dilakukannya pekerjaan pemboran.
Lebih jelasnya, pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini adalah :

1. Pemetaan Geologi dan Topografi


Pemetaan geologi dan topografi skala 1 : 25.000 samapai skala 1 : 10.000.
Penyelidikan geologi yang berkaitan dengan aspek-aspek geologi diantaranya :
pemetaan geologi,parit uji, sumur uji. Pada penyelidikan geologi dilakukan
pemetaan geologi yaitu dengan melakukan pengamatan dan pengambilan contoh
yang berkaitan dengan aspek geologi dilapangan. Adapun pengamatan yang
dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan struktur pada
singkapan, sedangkan pengambilan contoh berupa batuan terpilih.

cebakan mineral yang potensial. Kegiatan Penyelidikan dilakukan dengan cara


pemetaan geologi dan pengambilan contoh awal, misalnya paritan dan pemboran
yang terbatas, study geokimia dan geofisika, yang tujuanya adalah untuk
mengidentifikasi suatu Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral
Resources) yagn perkiraan dan kualitasnya dihitung berdasarkan hasil analisis
kegiatan diatas.

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap Survei Tinjau. Cakupan derah yang
diselidikii lebih keci dengan skala peta antara 1 : 50.000 sampai dengan 1 :
25.000. Data yang didapat meliputi morfologi (topografi) dan kondisi geologi
(jenis batuan/startigrafi dan struktur geologi yang berkembang). Pengambila
18
19

contoh pada daerah prospek secara alterasi dan mineralisasi dilakukan secara
sistematis dan terperinci untuk analisa laboratorium, sehinga dapat diketahui
kadar/kualitas cebakan mineral suatu daerah yang akan dieksplorasi.

Geologi Daerah Pongkor


Deposit emas-perak Pongkor terletak di sisi timur laut dari Kubah Bayah, 110 km
sebelah barat daya dari Jakarta. Daerah Pongkor merupakan bagian dari Busur
Benua Neogen Sunda Banda yang berkembang di sepanjang sisi Selatan Lempeng
Eurasia sebagai akibat dari subduksi Lempeng India-Australia. Unit geologi
berada di lahan seluas sekitar 40 hingga 80 km dan terdiri dari serpih dan
batupasir basement yang dilapisi oleh pusat sabuk vulkanik dari Oligosen sampai
Miosen Awal, terdiri dari sebagian besar batuan gunung api kasar, dengan
diselingi batugamping dan batupasir. Batuan terobosan intermediet yang masuk ke
dalam formasi Paleogen dan Miosen Awal (Basuki. 1994 dalam Warmada. 2003).

Geomorfologi Daerah Pongkor


Daerah Pongkor pada umumnya berupa perbukitan-perbukitan tinggi yang
memiliki tinggi rata-rata 300 m sampai 900m diatas permukaan laut.Memiliki
relief rata-rata dari landai sampai agak-curam.Hal ini bisa dilihat dari kerapatan
kontur di daerah tersebut

Daerah Pongkor memiliki pola aliran sungai berupa paralel.Pola pengaliran


paralel merupakan pola pengaliran dasar yang secara umum menunjukkan daerah
dengan lereng sedang sampai agak curam dan dapat ditemukan pula pada daerah
bentuk lahan perbukitan yang memanjang dengan aliran relatif sejajar. Pola
pengaliran ini mencerminkan daerah yang dikontrol perlipatan dan struktur.
Sungai yang memiliki pola pengaliran ini adalah Sungai Cikaniki.

Stratigrafi Regional
Dalam draft geologi proyek Tambang Emas Pongkor, PT. Antam (Persero) Tbk
(2001), stratigrafi regional daerah Pongkor dan sekitarnya (Gambar 2.2) adalah
sebagai berikut.
20
21
22

Satuan batuan tertua tersingkap di daerah ini adalah Formasi Cimapag yang
berumur Miosen, yang merupakan batuan sedimen gunung api (vulkanik klastik)
yang terdiri dari tufa breksi dan breksi andesit. Formasi Cimapag setempat
tertindih tidak selaras oleh Formasi Genteng atau satuan batuan yang lebih muda
lainnya.Formasi Genteng berumur Pliosen awal bercirikan sedimen epiklastik
tufaan dan tertindih oleh batuan gunung api, tuf, lava dan endapan termuda
endapan sungai.

Jalur batuan sedimen sebelah utara disusun oleh batuan sedimen yang berumur
Miosen Tengah sampai Miosen Atas, yang termasuk dalam Formasi
Bojongmanik, Formasi Klapanunggal, Formasi Jatiluhur, dan Formasi Genteng.
Lebih ke utara lagi adalah daerah cekungan minyak Jawa bagian utara. Sedangkan
jalur batuan sedimen sebelah selatan disusun oleh batuan sedimen yang berumur
Eosen sampai Miosen Atas yang menyebar di daerah Bayah-Pelabuhan Ratu-
Cimandiri sampai ke selatan lagi ditemukan penyebaran batuan gunungapi-
sedimen yang termasuk ke dalam Formasi Jampang. Di sebelah tenggara Formasi
Jampang ditemukan penyebaran batuan Pra-Tersier sampai Eosen (Komplek
Ciletuh).

Stratigrafi dari tua ke muda stratigrafi regional adalah :


Formasi Cimapag
Formasi ini disusun oleh breksi, konglomerat polimik, lava dan batuan terkersikan
memiliki satu anggota (Sudjatmiko dan Santosa, 1992) yang terdiri dari satuan
batupasir dan batu lempung.Umumnya diperkirakan Miosen Awal (Sudjatmiko
dan Santosa, 1992).

Dasit
Berumur antara Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen Akhir bagian Bawah,
bersusunan dasit, liparit dan bostonit (Effendi dkk, 1998).

Diorit Kuarsa
Berumur antara Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen Akhir bagian Bawah
bersusunan diorit kuarsa, monzoit kuarsa, diorite kuarsa, mikrodorit dan gabro
(Effendi dkk, 1998).
23

Andesit
Berumur Miosen Akhir, bersusunan andesit,andesit horblenda, andesit hipersten,
basal, diabas dan andesit terpropilitisasikan (Effendi dkk, 1998).

Formasi Genteng
Formasi yang berumur Pliosen Awal ini terdiri oleh tuf batuapungan, batupasir
tufan, breksi, konglomerat, napal dan kayu terkersikan.Tidak mengandung fosil,
ketebalan mencapai 730 meter, secara tidak selaras menindih Formasi
Bojongmanik.

Tuf Batuapung
Berumur Pleistosen, berupa tuf batuapung, yang setempat dinamakan tras (Effendi
dkk, 1998).

Breksi dan Lava


Berumur Pleistosen, endapan gunungapi bersusunan breaksi, aliran lava, andesit
dan tuf. Batuan ini mendidih secara tidak selaras batuan yang lebih tua yang
berada dibawahnya (Effendi dkk, 1998) dan (Sudjatmiko dan Santosa, 1992).
Lahar

Berumur Pleistosen yang tersusun atas lahar, breksi tufaan dan lapili bersusuan
andesit basalt, umumnya lapuk sekali (Effendi dkk, 1998).

Breksi dan Aglomerat


Berumur Holosen, bersusunan beksi gunungapi dan aglomerat yang bersusunan
andesit dana basalt (Sudjatmiko dan Santosa, 1992).
24

Gambar ii.10 Stratigraf Regional Pada Daerah Pongkor

Geologi Regional
Berdasarkan Milesi, et al., 1999, vein Pongkor berbentuk subvertikal, dengan arah
N 150o E, dan berbentuk sistem anastomostik. Kemiringan yang berlawanan
(Pasir Jawa dan Ciguha ke arah timurlaut, serta Kubang Cicau dan Ciurug ke arah
baratdaya) secara dihedral, menimbulkan struktur yang sama terlihat di kaldera.

Observasi lapangan dan pengukuran mengindikasikan bahwa subsekuen tektonik


vulkano aktif berhubungan dengan individualisasi kaldera.Empat tahapan
deformasi brittle yang terjadi, dapat menggambar satu rangkaian tektonik yang
mengikuti runtuhnya kaldera.

Tahap 1: Bukaan vein kuarsa disebabkan adanya struktur sesar strike slip sinistral
N 150o 180o E, melewati sesar normal sinistral, sebagai hasil dari tekanan yang
lebih awal. Tekanan dinamis ini berarah konsisten N-S hingga NE-SW dengan
suatu rejim benturan plat di bawah Pulau Jawa.

Tahap 2: Mineralisasi vein terbuka seperti regangan yang memanjang, mengikuti


tekanan. Bukaan ini membentuk seperti gelombang dan multifase.
25

Tahap 3: Pada tahap ke tiga tekanan NW-SE ditandai dengan sesar normal
sinistral N-S dan sesar dekstral NW-SE, setelah itu baru terjadi mineralisasi.
Sebagai bukti ditemukan suatu bukaan yang sangat kecil ( 1cm) pada dinding
vein.Dan juga terjadi suatu pembalikan struktur yang jarang ditemui dengan arah
NE-SW, dan ditempat yang memiliki arah dip sedikit ke arah tenggara yang
menunjukkan bahwa tekanan terjadi dibawah tekanan lithostatik yang
lemah.Struktur tektonik ini, hadir pada area di sebelah utara tambang, yang juga
mempengaruhi andesit muda pada unit atasnya.

Tahap 4: Pada tahap akhir penyusunan kembali, tektonik ini ditandai dengan
kehadiran sesar normal dengan arah yang bervariasi, menunjukkan hampir seluruh
ekstensi isotropik ke arah selatan.

Akuifer ini terdiri dari beberapa akuifer endapan vulkanik muda berupa batupasir
dan breksi setempat pada batuan tersier. Rata-rata ketebalan akuifer yaitu 1-10
meter, trasmissivitas berkisar antara 0,8-94 m2/hari, nilai permeabilitas 0,8 - 36,4
m/hari. Muka air tanah statis daerah ini bervariasi antara 28m dibawah permukaan
tanah hingga 0.9 meter diatas permukaan tanah (mengalir sendiri).

Tahapan prospeksi dilakukan untuk mempersempit daerah yg mengandung


cebakan mineral yang potensial. Kegiatan penyelidikan dilakukan dengan cara
pemetaan geologi dan pengambilan percontoh awal, misalnya paritan dan
pemboran yang terbatas, studi geokimia dan geofisika, yang tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi suatu Sumberdaya Mineral Tereka (Inferred Mineral
Resources) yang perkiraan kuantitas dan kualitasnya dihitung berdasarkan hasil
analisis kegiatan di atas
26

Gambar ii.11 Peta Geologi Rgional Daerah Jawa Barat

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahapan survai tinjau. Cakupan daerah yang
diselidiki sudah lebih kecil dengan skala peta antara 1:50.000 sampai dengan
1:25.000. Data yang didapat meliputi morfologi (topografi) dan kondisi geologi
(jenis batuan/stratigrafi, hubungan stratigrafi, dan struktur geologi yang
berkembang). Pengambilan conto pada daerah prospek secara alterasi dan
mineralisasi dilakukan secara sistematis dan terperinci untuk analisa laboratorium,
sehingga dapat diketahui kadar/kualitas cebakan mineral suatu daerah yang akan
dieksplorasi.

2.2.2 Exsplorasi Awal

1. Penelusuran Tebing-Tebing Di Tepi Sungai Dan Lereng-Lereng Bukit


Kegiatan ini berusaha untuk menemukan singkapan (outcrop) yang bisa memberi
petunjuk keberadaan suatu endapan bahan galian. Bila ditemukan singkapan yang
menarik dan menunjukkan tanda-tanda adanya mineralisasi, maka letak dan
27

kedudukan itu diukur dan dipetakan. Juga diambil contoh batuannya (rock
samples) secara sistematis untuk diselidiki di laboratorium agar dapat diketahui
data apa yang tersimpan di dalam contoh batuan itu.

2. Penelusuran Jejak Serpihan Mineral (Tracing Float)


Yaitu metode untuk menemukan letak sumber serpihan mineral (mineral cuts =
float) yang umumnya berupa urat bijih (vein) endapan primer di tempat-tempat
yang elevasinya tinggi. Caranya adalah dengan mencari serpihan atau potongan
mineral-mineral berharga (emas, intan, kasiterit, dll) yang keras, tidak mudah larut
dalam asam maupun basa lemah dan memiliki berat jenis yang tinggi dimulai dari
kelokan di hilir sungai.

Pada kelokan sungai sebelah dalam diambil beberapa genggam endapan pasir lalu
dicuci dengan dulang atau lenggang Bila dari dalam dulang itu ditemukan
serpihan mineral berharga, maka pendulangan di kelokan sungai diteruskan ke
hulu sungai. Sampai serpihan mineral berharga itu tak ditemukan lagi.

Selanjutnya pencarian serpihan itu dilakukan ke kiri-kanan tepian sungai dengan


cara mendulang tumpukan pasir yang ada di tepian sungai tersebut. Pekerjaan ini
diteruskan ke lereng-lereng bukit disertai dengan penggalian sumur uji dan parit
uji sampai serpihan itu menghilang dan sumber serpihan yang berupa endapan
primer itu ditemukan. Tetapi mungkin juga sumber serpihan mineral berharga itu
tidak ditemukan.

Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari


badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air,
maka float ini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada
umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai

Tracing (penjejakan perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan


pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal
s/d boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat
pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada
28

suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu,
maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.

Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung mineralisasi


(termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga
jarak floatterhadap sumbernya. Selain itu sifat dan karakteristik sungai seperti
kuat arus, banjir, atau limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung.
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan
(tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan
berukuran kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk
material-material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara
konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing float.

Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona
sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat
dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada
daerah dimana float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan
menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test pitting).

Setelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan


prospeksi, yang mempunyai prospek untuk dilakukan kegiatan selanjutnya, maka
dilakukanlah eksplorasi dengan metode atau cara antara lain sebagai berikut:

3. Sumur uji,.
Untuk memperoleh bukti mengenai keberadaan suatu endapan bahan galian di
bawah tanah dan mengambil contoh batuan (rock samples)-nya biasanya digali
sumur uji (test pit) dengan mempergunakan peralatan sederhana seperti cangkul,
linggis, sekop, pengki, dsb. Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi
panjang, bujur sangkar, bulat atau bulat telur (ellip) yang kurang sempurna. Tetapi
bentuk penampang yang paling sering dibuat adalah empat persegi panjang;
ukurannya berkisar antara 75 x 100 m sampai 150 x 200 m. Sedangkan
kedalamannya tergantung dari kedalaman endapan bahan galiannya atau batuan
dasar (bedrock)nya dan kemantapan (kestabilan) dinding sumur uji. Bila tanpa
penyangga kedalaman sumur uji itu berkisar antara 4 - 5 m. Agar dapat diperoleh
29

gambaran yang representatif mengenai bentuk dan letak endapan bahan secara
garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan pola yang teratur seperti
empat persegi panjang atau bujur sangkar (pada sudut-sudut pola tersebut digali
sumur uji) dengan jarak-jarak yang teratur pula (100 - 500 m), kecuali bila
keadaan lapangan atau topografinya tidak memungkinkan.

Dengan ukuran, kedalaman dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut, maka
volume tanah yang digali juga terbatas dan luas wilayah yang rusak juga sempit.
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini
dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu
deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat
dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Sumur uji ini umum dilakukan
pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan
endapan-endapan berlapis.

Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan


kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai,
ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat
digunakan sebagai lokasi sampling (lihat Gambar 6.5). Biasanya sumur uji dibuat
dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari,
misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein). Pada endapan yang
berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur uji
ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual,
zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing
zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.

Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 35 m dengan
kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan
lateritik atau residual, kedalaman sumur ujidapat mencapai 30 m atau sampai
menembus batuan dasar.

Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. ketebalan horizon B (zona laterit/residual),
30

2. ketinggian muka airtanah,


3. kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),
4. kekuatan dinding lubang, dan
5. kekerasan batuan dasar.
Tabel ii.1
Data Sumur Uji

Sumber : Pustaka Unpad 2009

4. Paritan (Trenching)
Pada dasarnya maksud dan tujuannya sama dengan penyelidikan yang
mempergunakan sumur uji. Demikian pula cara penggaliannya. Yang berbeda
adalah bentuknya ; parit uji digali memanjang di permukaan bumi dengan bentuk
penampang trapesium dan kedalamannya 2-3 m, sedang panjangnya tergantung
dari lebar atau tebal singkapan endapan bahan galian yang sedang dicari dan
jumlah (volume) contoh batuan (samples) yang ingin diperoleh. Berbeda dengan
sumur uji, bila jumlah parit uji yang dibuat banyak dan daerahnya mudah
dijangkau oleh peralatan mekanis, maka penggalian parit uji dapat dilakukan
dengandragline atau hydraulic excavator (back hoe).
31

Gambar ii.12 Paritan (Tranch)


Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup
sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar
kemungkinan untuk menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila kebetulan kedua
parit uji itu dapat menemukan singkapan urat bijihnya, maka jurusnya (strike)
dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan ukuran urat
bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus
terhadap jurus urat bijihnya.

Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi


singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan. Pada pengamatan
(observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup
dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan
berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan,
kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau
sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.

Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series
dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga
batas zona bijih tersebut dapat diketahui (lihat Gambar 6.4). Informasi yang dapat
32

diperoleh antara lain ; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum)
jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan
mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona
bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.

Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai


berikut :
1. Terbatas pada overburden yang tipis,
2. Kedalaman penggalian umumnya 22,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau
dengan menggunakan eksavator/back hoe),
3. Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah,
sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).
5. Metode Geomagnetik

Metode geomagnetik adalah salah satu metode dalam geofisika yang digunakan
untuk mengetahui keadaan bawah permukaan dengan memanfaatkan sifat-sifat
kemagnetan. Jadi sifat-sifat kemagnetan inilah yang kita gunakan untuk
mengetahui keadaan bawah permukaannya. Sifat kemagnetan batuan ada lima,
yaitu: Diamagnetik, paramagnetik, ferromagnetik, ferrimagnetik, dan
antiferromagnetik. Metode ini sering digunakan untu survei pendahuluan minyak
bumi, geothermal, mineral, monitoring gunungapi, arkeologi dan lain-lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut:
1.Struktur geologi bawah permukaan yaitu batuan tuff dengan nilai
suseptibilitas 1 x 10-5 dalam sistem emu, batuan andesit dengan nilai suseptibilitas
0,0135 dalam sistem emu, batuan porfiri dengan nilai suseptibilitas 0,010 dalam
sistem emu, batuan intrusi (beku) dengan nilai suseptibilitas 0,013 dalam sistem
emu, batuan sedimen dengan nilai suseptibilitas 7 x 10-5 dalam sistem emu, dan
batuan sedimen dengan nilai suseptibilitas 8 x 10-5 dalam sistem emu.
2.Batuan porfiri merupakan prospek emas yang diinterpretasikan sebagai
zona ubahan silisifikasi
33

Gambar ii.13 Sayatan Hasil Pemodelan Daerah Penelitian


6. Geokimia
Metode geokimia dipergunakan untuk merekam perubahan-perubahan komposisi
kimia yang sangat kecil, yaitu dalam ukuran part per million (ppm), pada contoh
air permukaan (air sungai), air tanah, lumpur yang mengendap di dasar sungai,
tanah dan bagian-bagian dari tanaman (pepohonan) seperti pucuk daun, kulit
pohon dan akar yang disebabkan karena di dekatnya ada endapan bahan galian
atau endapan bijih (ore body). Pada dasarnya semua endapan bahan galian pada
saat terbentuk akan merembeskan sebagian kecil unsur kimia atau logam yang
dikandungnya ke lapisan batuan di sekelilingnya. Rembesan unsur kimia atau
logam inilah yang ditelusuri dengan metode geokimia. Oleh sebab itu prospeksi
geokimia biasanya dilakukan di sepanjang aliran sungai dan daerah aliran sungai
(DAS) serta di daratan.

Prospeksi geokimia hanya mampu membantu melengkapi data dan informasi


untuk mengarahkan di daerah mana prospeksi geofisika harus dilakukan. Tetapi
34

prospeksi geokimia sangat bermanfaat untuk penyelidikan di daerah yang bila


diselidiki dengan geofisika tidak efektif, terutama untuk pengamatan awal di
daerah terpencil yang luas. Setiap contoh air, tanah dan komponen tumbuh-
tumbuhan yang diambil dengan teliti dan sistematis dari daerah yang sedang
diteliti, kemudian harus dianalisis secara kimiawi dengan reagen yang khas dan
hanya peka untuk unsur kimia atau logam tertentu (a.l. Cu, Pb, Zn, Ni dan Mo)
walaupun kadar unsur kimia atau logam itu sangat rendah. Hasil analisis kimia
khusus itu dipetakan untuk dipelajari adanya anomali geokimia yang antara lain
disebut halos.

Prospeksi geokimia biasanya berlangsung tidak terlalu lama (0,5-1,0 tahun),


sedangkan jumlah contoh (sample) yang diambil dari setiap tempat tak banyak (1-
2 kg).

Pemetaan geokimia unsur tunggal dimaksudkan untuk mengkaji karakteristik


distribusi statistik unsur-unsur yang ditentukan. Histogram dan kurva probabiliti
kumulatif nilai skwenes dan perbandingan harga median terhadap harga rata-rata
aritmetik dapat disimpulkan secara umum bahwa unsur-unsur runut yang
ditentukan berpopulasi tunggal dan berdistribusi log normal.

Konsentrasi unsur dinyatakan dalam satuan ppm, kecuali untuk unsur Au dalam
Ppb. Pembagian kelas interval dilakukan dengan metoda inverse distance
weighting dari data asli yang sebelumnya dibagi dalam 16 rumpang hal ini
dilakukan karena penyelidikan ini masih bersifat regional, sehingga sekecil
apapun perbedaan data hasil analisis kimia akan terreka oleh masing-masing
rumpang tadi,dan akan menghasilkan interpretasi berbeda satu sama lainnya.

Selain dengan cara pendekatan statistik satu variabel, penafsiran data dilakukan
pula dengan statistik secara kelompok unsur
(multivariabel). Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antar
unsur, sehingga dapat membantu dan memudahkan penafsiran sebaran unsur-
unsur tersebut dan memperkirakan jenis pemineralan di daerah yang diselidiki.
35

Seperti halnya dalam analisis satu variabel, analisis multivariabel ini dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.

Analisis multivariat yang dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Analisis Korelasi
2. Analisis Cluster
3. Analisis Faktor

Berdasarkan hasil analisis multivariat tersebut diatas disimpulkan bahwa di daerah


Pongkor teredapat empat kelompok ciri geokimia yaitu:
Pb Zn Co Mn Fe; yang mencerminkan hasil pelapukan gunungapi Kuarter
dan pengikatan oksida Fe dan Mn,
Co Fe Ni Cr; yang juga mencirikan batuan gunungapai berkomposisi
menengah hingga basaltis;
Li As Au dan tipe pemineralan epiotermal, dan
Cu Mo dari pemineralan Cu tipe porfiri.

Tabel ii.2
Hasil Geokimia Analisa

Sumber : Pustaka Unpad 2009

2.2.3. Exsplorasi Rinci

Perkembangan dari bor tumbuk atau percussiun drilling adalah pemasangan apa
yang disebut drive sampler sebagai pengganti matabor. Alat bor ini hanya cocok
dipergunakan untuk lapisan tanah atau sedimen lepas. Alat ini berupa sepotong
pipa dengan ujungnya terbuka dan tajam. Tabung baja ini mempunyai bentuk
dengan panjang yang berlainan, kurang lebih 91,44 cm dan diameternya (bagian
36

luar) 7,62 cm. Alat ini dilengkapi dengan cincin (ring) yang gunanya untuk
penyesuaian bila diameternya akan mencapai 12,7 cm. Sedangkan pada sampler
bagian atas terdapat lubang untuk lewat air/lumpur pemboran, yang dilengkapi
dengan katub pengatur, katub ini gunanya untuk :

a. Masuknya lumpur pemboran pada saat diangkat


b. Mencegah cebakan udara dan air dalam tabung yang akan menjadi
pengganggu naiknya conto atau rusaknya conto batuan.

Katup bola pengatur tidak selalu effektif penuh, karena kadang-kadang hal itu
akan menyumbat katub dan menahan untuk tetap terbuka. Drive sampler ini yang
bertindak sebagai alat bor, mempunyai dinding dengan ketebalan 5 inci, alat ini
diselubungi dengan pipa pelindung (casing). Ada beberapa macam peralatan drive
sampler, alat ini telah dikembangkan untuk berbagai macam soil, yaitu dengan
menggunakan dinding sampler yang tipis. Membuat dinding yang setipis mungkin
ini dimaksudkan untuk pengendalian sisipan conto batuan. Banyak juga drive
sampler telah dikembangkan untuk berbagai mekanisme guna mendapatkan conto
batuan sebaik mungkin.

Walaupun bor tumbuk ini biasanya dipasang pada suatu truk atau traktor, namun
ada kalanya mesin langsung dipasang diatas tanah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan selama pekerjaan pemboran yaitu landasan mesin bor, landasan ini
harus dipersiapkan dengan letak yang betul. Landasan ini perlu stabil mesinnya
bisa selalu dalam keadaan mantap dan dapat menahan mesin bor serta
peralatannya. Juga memudahkan operator bekerja dengan leluasa. Ukuran
landasanya itu minimum 3,5 X 3,5 meter. Demikian pula pada pemboran dasar
sungai, untuk memudahkan dan keamanan, maka sesuai jaminan perlu dibuat
andang-andang (scaffolding), dalam suatu rencana pekerjaan pemboran dasar
sungai dan ini berarti penambahan biaya maupun waktu
37

Gambar ii.14 Sebaran Titik Pemboran

Bor tumbuk mempunyai keunggulan karena dapat menembus bongkah dalan


cebakan pasir/kerikil dengan cepat dengan memecahkannya, conto yang
didapatkan dalam drive sampler atau bailer cukup akurat dan relatif murah dan
peralatannya cukup sederhana. Pekerjaan ikutan sehubngan dengan pemboran
tumbuk memberikan keunggulan sebagai berikut :

a. Dapat mengukur Bulk Density dari tanah, lempung (clay), pasir (sand),
kerikil (gravel) dan lain-lain, dalam keadaan asli di lapangan.
b. Dapat mengukur koefisien perbandingan antara tanah terpadat dengan yang
tak terpadat langsung di lapangan.
38

Gambar ii. 15 Koordinat Titk Pemboran

Diskripsi litologi hasil pemboran


Setiap conto yang diambil dari bailer harus langsung diamati seketika itu juga
mutlak dikerjakan oleh geologist di lapangan maupun kemudian diverifikasi di
laboratorium. Mengingat conto hasil pemboran tumbuk pengamatan khusus
meliputi :

a. Mengenai berbagai jenis batuan yang mudah pecah dan yang mudah
menyambung kembali. Litologi (warna, tekstur dsb), sifat kelunakan,
kepadatan dan perlapisan.

a) Banyaknya air yang terkandung dalam batuan tersebut.


b) Keterangan mengenai batuan dari seluruh yang pecah seperti, sifat
kebulatan, prosentase jenis batuan dari keseluruhan volume jenis batuan
itu, juga keterangan dari sudut petrografi.
c) Keterangan-keterangan mengenai keistimewaan setiap lapisan batuan
seperti kadar humus dalam suatu lapisan batuan, perubahan warnanya dan
lain-lain.
39

d) Pengambilan macam-macam batuan tersebut seperti tempat pengambilan


batuan, susunan struktur batuan yang rusak dan struktur batuan yang tidak
rusak.

b. Mengenai berbagai jenis batuan yang keras sampai agak keras dalam suatu
lapisan batuan.

a) Litologi (warna, tekstur dsb), dari fragmen batuan dan semen batuan.
Keterangan mengenai zat-zat kecil yang terkandung dalam batuan seperti
susunan mineralogi, bentuk dan ukuran maupun letaknya, perubahan-
perubahan yang mungkin ada.
b) Tingkat kekerasan batuan dan prosentase pengambilan dari lubang bor.
Tingkat kerusakan dan lain-lain.
c) Perekaman/Catatan Data Pemboran

Tabel ii.3

Beberapa Data Bor Untuk Daerah Penelitan

(a)

(b)
40

(c)

(d)
Sumber : Pustaka Unpad
41

Gambar ii. 16 Sayatan Pada Pemboran

Setelah diadakan pengamatan batuan seperti ini kemudian dilakukan pencatatan,


catatan ini harus akurat, nyata, jelas, sistematis dalam format yang telah
ditentukan serta bisa dijadikan dokumen yang dijamin kelamaannya. Pencatatan
dilakukan pada format yang sudah tersedia yang disebut log, yang dan pencatatan
dilakukan pada kolom-kolom dan kedalaman yang bersangkutan.
Pemerian batuan hasil pemboran ini akan menghasilkan catatan ringkas yang
sebagian akan dimasukkan dalam Boring record, kadangkala disebut Drilling
Record atau Drilling Log.
42

Gambar ii. 17 Peta Ubahan dan mineralisasi

Pada proses pengeboran peranan lumpur bor (drilling mud) sangat penting, karena
lumpur pengeboran ini memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1) Mengangkat serbuk bor ke permukaan, hal ini sangat penting sebab juka
serbuk pengeboran tidak terangkat ke permukaan maka dapat menyebabkan
buntunya saluran pengeboran dan akhirnya dapat menyebabkan terjepitnya
pipa bor.
2) Mendinginkan dan melumasi pahat/biit dan rangkaian pipa bor; proses
pendinginan dan pelumasan pada sebuah kegiatan pengeboran tidak boleh
diabaikan sebab jika proses ini diabaikan dapat mengakibatkan lelehnya biit
atau rangkaian pipa akibat gesekan dengan bidang bor, terlebih lagi jika kita
menggunakan kecepatan rotasi tinggi dan dibarengi dengan pelumasan yang
tidak baik maka hal ini akan lebih mempercepat lelehan bit.
3) Mengontrol tekanan formasi; dengan lumpur bor yang baik maka tekanan
formasi dapat terkontrol dengan baik, oleh karena itu perbandingan antara
43

lumpur dengan air harus seimbang, lumpur tidak boleh terlalu kental atau
terlalu encer.
4) Mencegah runtuhnya dinding lubang bor; dengan adanya lumpur bor yang
baik dapat membantu penyanggan dinding sehingga keruntuhan dinding dapat
kita hindari.
5) Melapisi dinding lubang bor dengan kerak lumpur; dengan teknologi yang
ada kita dapat membuat lumpur bor yang dapat mengering pada dinding
lubang bor sehingga dapat mengurangi longsor pada dinding bor.
6) Menahan serbuk bor dan material-material pemberat dalam bentuk suspensi
bila sirkulasi atau pemboran dihentikan sementara; pada proses pengeboran
jika terjadi sesuatu hal yang mengakibatkan sirkulasi lumpur terpaksa harus
dihentikan. Kita tidak perlu khawatir terhadap serbuk bor yang mengendap
sebab lumpur yang baik akan dapat menahan serbuk pengeboran dalam
bentuk suspensi, tetapi jika lumpur bor yang kita gunakan kurang baik
kemungkinan material pemberat dan serbuk bor mengendap cukup besar dan
kemungkinan terjepitnya rangkaianpun menjadi besar pula.
7) Mengurangi beban rangkaian pipa bor dan selubung yang ditanggung oleh
menara/rig; pengeboran yang dilakukan tanpa lumpur. Bor yang baik,
misalnya lumpur bor yang digunakan terlalu encer hal ini akan menyebabkan
proses pelumasan kurang berjalan baik adan juga fungsi lumpur bor sebagai
pembantu penyanggaan beban yang ditanggung oleh rig juga akan berkurang,
oleh karena itu pemilihan lumpur bor harus benar-benar diperhatikan.
8) Untuk media loging; maksudnya adalah penyampelan dengan bentuk sampel
seperti log (silinder).

Berdasarkan bahan dasarnya lumpur bor dapat dibedakan menjadi tida


macam, yaitu :

Lumpur dasar air tawar (fresh water base mud). Lumpur dasar air asin (salt
water base mud). Lumpur dasar air minyak (oil water base mud)

Selama proses pengeboran berlangsung tentunya tidak terlepas dari masalah,


masalah yang mungkin timbul selama pengeboran diantaranya :
44

a) Semburan liar, semburan liar biasanya terjadi pada pengeboran minyak bumi.
Hal ini terjadi saat bor kita menembus batauan pengurung gas sehingga gas
menekan lumpur bor ke atas dan gas akhirnya keluar permukaan. Jika pada
saat pengeboran terjadi sembur liar sebaiknya kita segera meninggalkan
lokasi pengeboran untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
b) Runtuh dinding, runtuhnya dinding dapat disebabkan oleh kondisi batuan
yang kurang stabil atau dapat pula disebabkan oleh penggunaan lumpur yang
kurang tepat.
c) Hilang lumpur (mud loss) :Lumpur di dalam lubang sumur hilang atau masuk
ke dalam lapisan sebagian atau seluruhnya. Dapat terjadi karena berat jenis
lumpur bor terlalu besar, sehingga tekanan lumpur lebih besar dari tekanan
lapisan. Hilangnya lumpur dapat diikuti oleh blow out.
d) Sloughing shale, dinding sumur disekitar lapisan shale (serpih) mengembang
sehingga menyempitkan atau menyumbat lubang bor, pengembangan lapisan
shale terjadi karena shale bereaksi dengan air yang berasal dari lumpur
pengeboran, kejadian ini dapat mengakibatkan terjepitnya rangkaian pipa bor.
e) Bit leleh, lelehnya bit atau mata bor yang dapat terjadi akibat kurang
lancarnya proses pelumasan atau putarannya terlalu tinggi.
f) Rod putus, putusnya rod dapat diakibatkan dari sloughing shale yang
mengakibatkan rod terjepit sedangkan putaran tidak dihentikan.
g) Rangkaian pipa yang terjepit, hal ini dapat terjadi jika viskositas diperbesar,
tekanan fluida besar atau dapat pula disebabkan oleh sloughing shale
45

Tabel ii.4
Beberapa permasalahan dalam pemboran dan perkiraan solusinya
(dimodifikasidari Australian Drilling Industry, 1996)

Sumber : Jurnal Ilmiah MTG 2015


46

2.3 Kajian Teknis Kelayakan

2.3.1 Hidrologi dan Hidrogeologi

hidrologi adalah Cabang ilmu geografi yang mempelajari seputar pergerakan,


distribusi, dan kualitas air yang ada dibumi. Ilmu hidrologi dikenal sejak zaman
1608 M. Hidrologi merupakan ilmu yang mengkaji kehadiran dan pergerakan air
dibumi. Dalam kajian hidrologi meliputih potamalog (aliran permukaan),
geohidroligi (air tanah), hidrometeorologi (air yang ada di udara dan berwujud
gas), limnologi (air permukaan yang relatif tenang seperti danau, dan waduk),
kriologi (air berwujud padat seperti es dan salju) hidrogeologi dapat diartikan
ilmu yang mempelajari mengenai air beserta proses, sifat fisik, dan
keterdapatannya di alam. Orang yang mempelajari hidrologi disebut dengan
hidrologist.

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air tanpa henti dari atmosfer ke bumi dan
kembali lagi ke atmosfer melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan
transpirasi. Siklus hidrologi dapat juga berarti lebih sederhana yaitu peredaran air
dari laut ke atmosfer melalui penguapan, kemudian akan jatuh pada permukaan
bumi dalam bentuk hujan, yang mengalir didalam tanah dan diatas permukaan
tanah sebagai sungai yang menuju ke laut. Panasnya air laut didukung oleh sinar
matahari karna matahari merupakan kunci sukses dari siklus hidrologi sehingga
mampu berjalan secara terus menerus kemudian dalam terjadinya air
berevoporasi, lalu akan jatuh ke bumi sebagai prespitasi dengan bentuk salju,
gerimis atau atau kabut, hujan, hujan es dan salju, dan hujan batu.

Setelah prespitasi, pada perjalanannya kebumi akan berevoporasi kembali keatas


atau langsung jatuh yang diinterepsi oleh tanaman disaat sebelum mencapai tanah.
Apabila telah mencapai tanah, siklus hidrologi akan terus bergerak secara terus
menerus dengan 3 cara yang berbeda yaitu :
47

a. Evaporasi
Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di permukaan
bumi. Air-air yang tertampung di badan air seperti danau, sungai, laut, sawah,
bendungan atau waduk berubah menjadi uap air karena adanya panas matahari.

Penguapan serupa juga terjadi pada air yang terdapat di permukaan tanah.
Penguapan semacam ini disebut dengan istilah evaporasi. Evaporasi mengubah
air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas sehingga memungkinkan ia
untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari (misalnya saat
musim kemarau), jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi juga
akan semakin besar.

2. Transpirasi
Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan tanah.
Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti hewan
dan tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi.

Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam
jaringan mahluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju
atmosfer. Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi
umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan
melalui proses evaporasi.

3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh
permukaan bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada
jaringan mahluk hidup. Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi
dan transpirasi. Dalam siklus hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat
mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut ke atas permukaan atmosfer.

4. Run Off
Setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi, proses run
off pun terjadi. Run off atau limpasan adalah suatu proses pergerakan air dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah di permukaan bumi. Pergerakan air
48

tersebut misalnya terjadi melalui saluran-saluran seperti saluran got, sungai,


danau, muara, laut, hingga samudra. Dalam proses ini, air yang telah melalui
siklus hidrologi akan kembali menuju lapisan hidrosfer.

5. Infiltrasi
Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan mengalir di
permukaan bumi melalui proses run off. Sebagian kecil di antaranya akan
bergerak ke dalam pori-pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah.
Proses pergerakan air ke dalam pori tanah ini disebut proses infiltrasi. Proses
infiltrasi akan secara lambat membawa air tanah kembali ke laut.

Nah, setelah melalui proses run off dan infiltrasi, air yang telah mengalami siklus
hidrologi tersebut akan kembali berkumpul di lautan. Air tersebut secara
berangsur-angsur akan kembali mengalami siklus hidrologi selanjutnya dengan di
awali oleh proses evaporasi.

Gambar ii.18 Siklus Hidrologi

Macam Macam Siklus Hidrologi


Berdasarkan panjang pendeknya proses yang di alaminya siklus hidrologi dapat
dibedakan menjadi 3 macam. Macam macam siklus hidrologi tersebut yaitu siklus
hidrologi pendek, siklus hidrologi sedang, dan siklus hidrologi panjang.
49

a. Siklus Hidrologi Pendek

Siklus hidrologi pendek adalah siklus hidrologi yang tidak melalui proses adveksi.
Uap air yang terbentuk melalui siklus ini akan diturunkan melalui hujan di daerah
sekitar laut. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi pendek ini:

Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat
adanya panas matahari.
Uap air akan mengalami kondensasi dan membentuk awan.
Awan yang terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut.

Gambar ii.19 Siklus hidrologi Pendek

b. Siklus Hidrologi Sedang


Siklus hidrologi sedang adalah siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia.
Siklus hidrologi ini menghasilkan hujan di daratan karena proses adveksi
membawa awan yang terbentuk ke atas daratan. Berikut penjelasan singkat dari
siklus hidrologi sedang ini:

Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat
adanya panas matahari.
Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan.
Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan.
Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan
kembali ke laut
50

Gambar ii.20 Siklus hidrologi Sedang

c. Siklus Hidrologi Panjang


Siklus hidrologi panjang adalah siklus hidrologi yang umumnya terjadi di daerah
beriklim subtropis atau daerah pegunungan. Dalam siklus hidrologi ini, awan
tidak langsung diubah menjadi air, melainkan terlebih dahulu turun sebagai salju
dan membentuk gletser. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi panjang
ini:

Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat
adanya panas matahari.
Uap air yang terbentuk kemudian mengalami sublimasi
Awan yang mengandung kristal es kemudian terbentuk.
Awan mengalami proses adveksi dan bergerak ke daratan
Awan mengalami presipitasi dan turun sebagai salju.
Salju terakumulasi menjadi gletser.
Gletser mencair karena pengaruh suhu udara dan membentuk aliran sungai.
Air yang berasal dari gletser mengalir di sungai untuk menuju laut kembali.

Gambar ii.21 Siklus hidrologi Panjang


Hidrogeologi adalah bagian dari hidrologi yang mempelajari penyebaran dan
pergerakan air tanah dalam tanah dan batuan di kerak Bumi (umumnya dalam
akuifer).
51

Tabel ii.5
Data Curah Hujan Di Daerah Pongkor Pada Tahun 2015

Bulan curah hujan (mm)


Januari 502
Februari 580
Maret 380
April 361
Mei 217
Juni 115
Juli 118
Agustus 54
September 103
Oktober 276
November 345
Desember 169
Sumber : Jurnal Ilmiah MTG 2015

Dari data tabel di atas dapat di rubah ke dalam bentuk grafik agak memudahkan
pembaca untuk mengetahuin puncak curah hujan atau curah hujannya yang
rendah.

Curah Hujan Tahun 2015


800

600
Axis Title

400

200 curah hujan (mm)

0
Dese
Nove
Agust
Septe
Okto
Febru

Juli
Mei
Maret
Januari

April

Juni

Gambar ii.22 Grafik Curah Hujan Di Daerah Gunung Pongkor Tahun 2015
Sumberl : Jurnal Ilmiah MTG 2015
52

Berdasarkan grafik curah hujan yang ada di daerah Gunung Pongkor pada tahun
2015 di atas dapat di ketahui bahwa curah hujan paling tinggi berada d bulan
Februari sedangkan paling rendah ada di bulan Agustus.

Tabel ii.6
Data Di Daerah Pongkor Pada Tahun 2015

suhu udara kelembaban


Bulan ETP (mm) kec. Angin
(oC) Udara
Januari 119 21 0,1 91
Februari 140 20 3 89
Maret 162 22 3 84
April 165 22 2 86
Mei 164 23 2 83
Juni 155 22 2 81
Juli 44 22 2 81
Agustus 152 21 2 78
September 141 22 2 80
Oktober 94 21 2 83
November 165 21 1 65
Desember 118 21 3 82

Sumber : Jural Ilmah MTG 2015

Muka air tanah di area telitian yang mengikuti pola umum aliran air tanah yang
umumnya mengikuti morfologi sekitar. Kedudukan air tanah dari permukaan pada
daerah tinggian cenderung lebih dalam dari pada kedudukan air tanah pada daerah
dataran dimana muka air tanah cenderung dangkal. Perlu dihindari pembuatan
konstruksi yang bersifat impermeable di area mata air/luahan air yang dapat
menahan laju alira air tanah sehingga meningkatkan tekanan air tanah yang dapat
mempengaruhi kestabilan tanah di area tersebut.
53

Kebersihan di sekitar area mata air perlu ditingkatkan untuk menjaga kualitas air
yang berperan sebagai sumber air utama untuk keperluan harian masyarakat
sekitar.

Gambar ii.23 Peta Aliran Air Tanah Di Daerah Gunung Pongkor


54

Gambar ii.24 Peta Hidrogeologi Daerah Regional Bogor

2.3.2 Geoteknik

Disamping faktor cadangan mineral, teknis penambangan, ekonomi, lingkungan


dan faktor keamanan yang di dalamnya termasuk faktor kestabilan lereng yang
juga menjadi menjadi faktor penting dalam operasi penambangan terbuka.
Kestabilan lereng penambangan ditentukan oleh kondisi geoteknik antara lain:
sifat fisik dan mekanik batuan, tinggi muka air tanah dan kondisi geologi berupa
morfologi, bidang bidang diskontinuitas, struktur massa batuan dan sebagainya.
Untuk desain geometri lereng penambangan terbuka tersebut harus mengetahui
dengan baik kondisi geoteknik dan geologi pada daerah penelitian sehingga dapat
diprediksi kemiringan lereng, tinggi lereng maupun lebar bench yang stabil untuk
kegiatan penambangan.

Kecelakaan yang di akibatkan oleh ketidakstabilan lereng penambangan terbuka


akan berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja (K3), peralatan,
perusahaan dan lingkungan yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan
dan menghambat proses produksi bahan galian. Penelitian ini bertujuan
menentukan profil lapisan tanah dan batuan, melakukan karakteristis dan
klasifikasi massa batuan penyusun lereng dan menilai kestabilan lereng tambang
terbuka yang optimum untuk proses penambangan. Untuk mengetahui sudut
kemiringan lereng maka digunakan hubunganan nilai RMR dengan sudut lereng
55

yang di sarankan oleh SMR. Metode yang digunakan adalah metode klasifikasi
massa batuan berdasarkan RMR dengan 5 parameter yaitu kuat tekan uniaxial,
RQD, jarak spasi bidang kekar, kondisi kekar dan kondisi umum airtanah dan
metode numeris. Pengujian sifat fisik dan mekanis batuan berupa uji sifat fisik
untuk mendapatkan parameter index properties dan uji sifat mekanis berupa uji
kuat tekan uniaxial untuk mendapatkan parameter kuat tekan batuan, uji geser
langsung untuk mendapatkan parameter kohesi, sudut geser dalam baik puncak
maupun residu sebagai data masukan dalam melakukan analisis stabilitas lereng
secara numeris dengan mengunakan metode kesetimbangan batas yang dapat
menampilkan besarnya nilai sudut kemiringan lereng, tinggi lereng, lebar bench
dan besarnya nilai faktor keamanan dari lereng tersebut. Batuan andesit dan basal
merupakan batuan beku luar yang terjadi akibat pembekuan magma intermiadite
sampai basa dipermukaan atau dekat permukaan bumi. Sifat fisik batuan ini,
seperti berat jenis : 2,3- 2,7, kuat tekan : 600 - 2000 kg/cm2 dan tahan terhadap
proses pembudaran.

tabel ii.7
Klasifikasi massa batuan Geomekanik

Sumber : Jurnal Of Geologi ITATS 2016


56

Setelah parameter-parameter klasifikasi dianalisa dan ditentukan pembobotannya,


maka dari harga pembobotan tersebut dapat diketahui kelas massa batuannya.
Kelas massa batuan dalam klasifikasi geomek, yaitu:

Batuan kelas I (Very good Rock)


Batuan mempunyai RMR berkisar antara 81-100 dan mempunyai stand-up time
20 tahun dengan span 15m. penyangga hanya dibutuhkan apabila ditemukan suatu
blok batuan yang diperkirakan akan runtuh atau lepas dari massa batuan utama.

Batuan kelas II (Good Rock)


Batuan mempunyai RMR antara 61-80 dengan stand up time 1 tahun untuk
lebar span 10m. berarti sebagian massa batuan ada yang perlu disangga dan
sebagian boleh dibiarkan terbuka tanpa disangga. Penyangga yang paling tepat
adalah cemented rockbot secara local dengan ram kawat (wire mesh) ataupun
shortcrete.

Batuan kelas III (Fair Rock)


Massa batuan mempunyai RMR antara 41-60 dengan stand-up time 1 minggu dan
lebar span 5m. berarti massa batuan hanya dapat menyangga dirinya sendiri 1
minggu setelah itu dapat runtuh jika tidak disangga. Massa batuan akan runtuh
tidak sebagian seperti kelas II. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penyangga yang
mampu menahan jatuhnya seluruh massa batuan dari atap terowongan. Penyangga
yang tepat adalah kombinasi cemented rockbolt secara sistematis dan shotcrete.

Batuan kelas IV (Poor Rock)


Massa batuan mempunyai RMR antara 21-40 dan stand-up time 10 jam untuk
lebar span 2,5m. massa batuan mampu menyangga dirinya sendiri tanpa
penyangga paling lambat 10 jam, setelah itu akan runtuh jika tidak dipasang
penyangga. Karena itu dibutuhkan pemasangan penyangga yang cepat. Penyangga
yang tepat adalah kombinasi penyangga cemented rockbolt secara sistematis dan
shotcrete.
57

Batuan Kelas V (very poor Rock)


Massa batuan mempunyai RMR <21 dan stand-up time 0 sampai 30 menit untuk
lebar span 1m, berarti massa batuan akan runtuh jika lebih dari 30 menit belum
segera dipasang penyangga. Penyangga harus dipasang secepat mungkin setelah
penggalian. Penggalian juga tidak diizinkan dengan waktu panjang sebab akan
mempermudah jatuhnya batuan. Penyangga dengan kombinasi cemented rockbolt
secara sistematis dengan wiremesh dan shotcrete tidak dapat digunakan dibatuan
kelas V sebab stand-up time terlalu singkat. Pemasangan rockbolt tidak efektif
karena massa batuan hancur (sangat jelak).

Tambang bawah tanah di Pongkor ini jenis cut and fill. Metode ini menggunakan
sistem penyangga dengan material pengisi dan juga penyanggaan secara
sistematis dengan salahsatu material penyangga buatan.

Gambar ii.25 Penyangga Buatan

2.3.3 Perhitungan Cadangan

Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang


Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan metoda penampang
ini adalah mengkuantifikasikan cadangan pada suatu areal dengan membuat
58

penampang-penampang yang representatif dan dapat mewakili model endapan


pada daerah tersebut. Pada masing-masing penampang akan diperoleh (diketahui)
luas batubara dan luas overburden. Volume batubara & overburden dapat
diketahui dengan mengalikan luas terhadap jarak pengaruh penampang tersebut.
Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 1 (satu)
penampang, atau 2 (dua) penampang, atau 3 (tiga) penampang, atau juga dengan
rangkaian banyak penampang:
a. Dengan menggunakan 1 (satu) penampang
Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa 1 penampang mempunyai daerah
pengaruh hanya terhadap penampang yang dihitung saja.

Volume = (A x d1) + (A x d2)


dimana : A = luas overburden
d1 = jarak pengaruh penampang ke arah 1
d2 = jarak pengaruh penampang ke arah 2
Volume yang dihitung merupakan volume pada areal pengaruh penampang
tersebut. Jika penampang tunggal tersebut merupakan penampang korelasi lubang
bor, maka akan merefleksikan suatu bentuk poligon dengan jarak pengaruh
penampang sesuai dengan daerah pengaruh titik bor (poligon) tersebut.
b. Dengan menggunakan 2 (dua) penampang
Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa volume dihitung pada areal di antara
2 penampang tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah variasi (perbedaan)
dimensi antara kedua penampang tersebut. Jika tidak terlalu berbeda maka dapat
digunakan rumus mean area & rumus kerucut terpancung, tetapi jika
perbedaannya terlalu besar maka digunakan rumus obelisk.
dimana A1 dan A2 adalah luasan penampang 1 & 2, dan d adalah jarak antar
penampang.

c. Dengan menggunakan 3 (tiga) penampang


Metoda 3 (tiga) penampang ini digunakan jika diketahui adanya variasi (kontras)
pada areal di antara 2 (dua) penampang, maka perlu ditambahkan penampang
antara untuk mereduksi kesalahan
Untuk menghitungnya digunakan rumus prismoida:
59

dimana A1 & A3 adalah luas penampang 1 & 3, A2 adalah luas penampang


antara.

Metode USGS 1984


Data yang digunakan dalam penghitungan hanya berupa data singkapan, maka
metode yang digunakan untuk penghitungan sumber daya daerah penelitian
adalah metode Circular (USGS)

Penghitungan sumber daya batubara menurut USGS dapat dihitung dengan rumus
Tonnase batubara = A x B x C, dimana:
A = bobot ketebalan rata-rata batubara dalam inci, feet, cm atau meter
B = berat batubara per stuan volume yang sesuai atau metric ton.
C = area batubara dalam acre atau hektar
Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam perhitungan
sumber daya batubara. Bila lapisan batubara memiliki kemiringan yang berbeda-
beda, maka perhitungan dilakukan secara terpisah.
1. Kemiringan 00 100
Perhitungan Tonase dilakukan langsung dengan menggunakan rumus
Tonnase = ketebalan batubara x berat jenis batubara x area batubara.
2. Kemiringan 100 300
Untuk kemiringan 100 300, tonase batubara harus dibagi dengan nilai
cosinus kemiringan lapisan batubara.
3. Kemiringan > 300
Untuk kemiringan > 300, tonase batubara dikali dengan nilai cosinus
kemiringan lapisan batubara.

Metode Mean Area


Metode ini memerlukan data primer berupa: data titik bor, data kualitas
batubara, overallslope, lebar mineflor, striping ratio, geogicall loose, mining
recovery, processing recovery. Sedangkan data sekunder berupa : peta topografi
skala 1 : 4000, peta geologi daerah penelitian skala 1 : 100000, geologi lokal.
Metode mean area ini terdiri dari beberapa langkah yang harus dilakukan,
meliputi: pembuatan penampang log bor, penentuan kedudukan batubara,
pembuatan iso struktur top dan bottom batubara, pembuatan cropline, pembuatan
60

peta kualitas batubara (kalori, sulfur dan ash), perhitungan cadangan yang
meliputi : pembuatan sayatan, pembuatan penampang, perhitungan tonase serta
striping ratio. Pembuatan garis sayatan dan penampang sayatan menggunakan
bantuan software autocad land development dimana jarak tiap penampang 20 m.
Perhitungan volume batubara dan overburden menggunakan metode mean area,
yaitu dengan mencari volume dari batubara, yang diperoleh dari rata-rata (mean)
luas area dikalikan dengan jarak penampang, selanjutnya didapatkan tonase dari
batubara dengan mengkalikan volume dengan berat jenis batubara, faktor geologi,
mining recovery, dan processeding recovery. Sehingga diperoleh nilai dari
Striping ratio yaitu perbandingan antara volume overburden dengan cadangan
batubara.

Gambar ii.26 Metode Mean Area


Metode Cross Section
Masih sering dilakukan pada tahap-tahap paling awal dari perhitungan. Hasil
perhitungan secara manual ini dapat dipakai sebagai alat pembanding untuk
mengecek hasil perhitungan yang lebih canggih dengan menggunakan komputer.
Rumus prismoida :
V = (S1 + 4M + S2) L ......................................... (2.1)
Keterangan :
S1,S2 = Luas penampang ujung
M = Luas penampang tengah
L = Jarak antara S1 dan S2
V = Volume
61

Gambar ii.27 Sketsa Perhitungan Volume Rumus Prismoida

Untuk menghitung luas penampang digunakan penggabungan metode simpson 1/3


dan simpson 3/8.
Lsimp1/3 = h/3 (f0+fn) + h/3 (4f1+4f3+4f5+...+4fn-1) + h/3 (2f2+2f4+2f6+...+2fn-2)
h/3 (f0+fn) + 4h/3 (f1+f3+f5+...+fn-1) + 2h/3 (f2+f4+f6+...+fn-2)
Lsimp1/3 = h/3 ( f0 + 4 f ganjil + 2 f genap + fn ) ............... (2.4)
Lsimp3/8 = h/8 (f0+fn) + h/8 (3f1+3f3+3f5+...+3fn-1) + h/8 (3f2+3f4+3f6+...+3fn-2)
h/8 (f0+fn) + 3h/8 (f1+f3+f5+...+fn-1) + 3h/8 (f2+f4+f6+...+fn-2)
Lsimp3/8 = h/8 ( f0 + 3 f ganjil + 3 f genap + fn ) ............... (2.5)
Sedangkan, untuk menghitung tonase digunakan rumus :
T = V x Bj ............................................................................ (2.6)
Keterangan :
T = Tonase (Ton)
V = Volume (m3 )
Bj = Berat Jenis (Ton/m3)

Metode Isoline (Metode Kontur)


Metoda ini dipakai untuk digunakan pada endapan batubara dimana ketebalan dan
kadar mengecil dari tengah ke tepi endapan.
62

Gambar ii.28 Sketsa topografi metode kontur

Volume dapat dihitung dengan cara menghitung luas daerah yang terdapat di
dalam batas kontur, kemudian mempergunakan prosedur-prosedur yang umum
dikenal.
Kadar rata-rata dapat dihitung dengan cara membuat peta kontur, kemudian
mengadakan weighting dari masing-masing luas daerah dengan contour grade.
go = kadar minimum dari batubara
g = interval kadar yang konstan antara dua kontur
Ao = luas endapan dengan kadar go dan lebih tinggi
A1 = luas endapan batubara dengan kadar go + g dan lebih tinggi
A2 = luas endapan batubara dengan kadar go + 2g dan lebih tinggi
Bila kondisi mineralisasi tidak teratur maka akan muncul masalah. Hal ini dapat
dijelaskan melalui contoh berikut ini (Seimahura, 1998).

Metode Krigging
Kriging yaitu suatu teknik perhitungan untuk estimasi atau simulasi dari suatu
variabel terregional (regionalized variable) yang memakai pendekatan bahwa data
yang dianalisis dianggap sebagai suatu realisasi dari suatu variabel acak (random
variable), dan keseluruhan variable acak dalam daerah yang dianalisis tersebut
akan membentuk suatu fungsi acak dengan menggunakan model struktural
variogram atau kovariogram (Dr. Ir. Rukmana Nugraha Adhi, 1998).
Kriging adalah penaksiran geostatistik linier tak bias yang paling bagus untuk
mengestimasi kadar blok karena menghasilkan varians estimasi minimum BLUE
(Best Linier Unbiased Estimator). (Dr. Ir. Totok Darijanto, 2003). Kriging diambil
63

dari nama seorang pakar geostatistik dari Afrika Selatan yaitu D.G Krige yang
telah banyak memikirkan hal tersebut sejak tahun 50an.
Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan sifat
mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari
persamaan kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan kadar conto
yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi
conto di sekitar blok serta model variogramnya.

Perhitungan dengan metoda kriging ini kadang-kadang terlalu kompleks untuk


suatu komoditi tertentu. Hal ini sangat bermanfaat jika dilakukan pada penentuan
cadangan-cadangan yang mineable dengan kadar-kadar di atas cut off grade.
Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan sifat
mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari
persamaan kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan kadar conto
yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi
conto di sekitar blok serta model variogramnya.

Metode Penampang
Metoda ini digunakan dengan cara sebagai berikut :
1) Membuat irisan-irisan penampang melintang yang memotong endapan yang
akan dihitung.
2) Dari masing-masing penampang dihitung terlebih dahulu luasan endapan
pada masing- masingendapan.
3) Setelah luasan dihitung, maka digunakan rumusan perhitungan cadangan
emas pada metoda penampang.
Beberapa rumusan dalam metoda penampang dapat diuraikan sebagai berikut :

Rumus mean area


Digunakan untuk endapan yang mempunyai geometri teratur (luasan masing
masing penampang tidak jauh berbeda
Rumus mean area :

1 + 2
V=+
1! 2
64

dimana ;
S1 & S2 = luas penampang
L = jarak antar penampang
V = volume

Cadangan dan sumber daya emas ANTAM per 31 Desember 2012 berjumlah 9
juta dmt dengan kandungan logam emas 1,6 juta ounces emas, sementara PT Nusa
Halmahera Minerals memiliki cadangan dan sumber daya emas sebesar 9,3 juta
dmt dengan kandungan logam emas 3,6 juta ounces.
65

2.4 Metode Penambangan

Secara garis besar metode penambangan dikelompokkan menjadi 3, yaitu :


1. Tambang terbuka (surface mining) : adalah metode penambangan yang segala
kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan di atas atau relatif dekat
dengan permukaan bumi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan
udara luar.
2. Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining) : adalah metode
penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan
di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan
dengan udara luar.
3. Tambang bawah air (underwater mining) : adalah metode penambangan yang
kegiatan penggaliannya dilakukan di bawah permukaan air atau endapan
mineral berharganya terletak dibawah permukaan air.

Tambahan
Tambang Ditempat (Insitu Mining or Novel Mining).
Pemilihan metode penambangan dilakukan berdasarkan pada keuntungan terbesar
yang akan diperoleh, bukan berdasarkan letak dangkal atau dalamnya suatu
endapan, serta mempunyai perolehan tambang (mining recovery) yang paling
baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penambangan adalah :


1. Ukuran endapan deposit
Pengertian :
Dimensi atau ukuran endapan adalah geometri dari endapan bahan galian, yang
meliputi volume endapan (tebal endapan x luas endapan) dan bentuk endapan
(urat bijih, lensa dan lodes serta placer).

Alasan :
Dimensi atau ukuran endapan dijadikan faktor yang harus diperhatikan dalam
pemilihan metode penambangan bawah tanah, karena dengan mengetahui ukuran
endapan maka perancangan suatu tambang bisa dilakukan misalnya metode yang
digunakan untuk endapan dengan ukuran kecil akan berbeda dengan endapan
66

ukuran besar, karena bila dilihat dari segi ekonomis, maka endapan dengan
ukuran kecil kemungkinan tidak akan menggunakan penyangga sedangkan
endapan ukuran besar kemungkinan akan menggunakan penyangga.

2. Arah dan kemiringan


Pengertian:
Arah penyebaran suatu endapan atau biasa disebut strike merupakan sudut
horizontal yang dibentuk oleh suatu endapan, yang umumnya diukur dari titik
arah utara ke arah timur. Sedangkan kemiringan biasa disebut dip yakni sudut
vertikal yang dibentuk oleh suatu endapan, yang diukur dari arah bidang
horizontal terhadap kemiringan suatu endapan. Arah dan kemiringan memiliki
satuan yang sama yaitu derajat (o) dan diukur menggunakan kompas geologi.

Alasan:
Arah dan Kemiringan dijadikan faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan
metode penambangan bawah tanah, karena kemiringan akan sangat berpengaru
terhadap cara penambangan dan pembuatan lubang bukaan serta pengangkutan
yakni apakah nantinya horizontal, vertikan atau miring.

3. Kedalam endapan dari permukaan


Pengertian:
Kedalaman endapan bijih dari permukaan adalah jarak letak endapan bijih yang
diukur dari permukaan ke dalam bumi.

Alasan:
Kedalaman sangat penting karena akan digunakan sebagai data pertimbangan
dalam menentukan sistem penambangan maupun metode penambangan yang
cocok digunakan. Hal ini berkaitan dengan perhitungan striping ratio yaitu berapa
over burden yang dikupas untuk mendapatkan satu ton endapan bijih. Dari
striping ratio ini dapat ditentukan sistem penambangan yang digunakan.
Sedangkan hubungannya dengan metode tambang tanah adalah berhubungan
dengan penggunaan penyangga, yakni untuk endapan yang tidak terlalu dalam,
beban dari atas kemungkinan tidak besar sehingga dalam kegiatan
penambangannya juga tidak terlalu membutuhkan penyangga, namun di samping
67

itu juga perlu memperhatikan kekuatan dan kekerasan batuan samping serta berat
jenis dari batuan di atasnya.

4. Umur tambang
Pengertian:
Umur tambang adalah lamanya operasi penambangan atau waktu yang dibutuhkan
untuk menambang suatu endapan bahan galian dari suatu kegiatan penambangan,
yang didapat dari pembagian jumlah cadangan endapan bahan galian yang ada
dengan target produksi perusahaan tambang tersebut.

Alasan:
Berpengaruh terhadap biaya yang akan digunakan, yakni semakin lama umur
tambang maka biaya penambangan juga akan semakin besar. Selain itu juga akan
berpengaruh terhadap penggunaan penyangga, misalnya untuk umur tambang
yang lama kemungkinan akan menggunakan penyangga dan untuk umur tambang
yang singkat jika melihat segi ekonomis, lebih baik tidak menggunakan
penyangga (namun perlu memperhatikan geometri dan karakteristik endapan
maupun batuan samping).

5. Nilai endapan
Pengertian:
Nilai Endapan adalah harga suatu endapan bijih di pasaran berdasarkan
permintaan pasar. Dalam hal ini berhubungan dengan keuntungan yang akan
diperoleh dari hasil penjualan suatu endapan setelah dikurangi dengan biaya
penambangan, pengolahan sampai penjualan.

Alasan:
Nilai endapan akan berpengaruh terhadap layak tidaknya suatu endapan untuk
ditambang serta akan berpengaruh terhadap metode penambangan yang akan
diterapkan dengan memperhitungkan biaya pembuatan penyangga jika harus
menggunakan penyangga.

6. Modal yang tersedia


Pengertian:
Modal yang tersedia adalah modal yang dimiliki oleh suatu perusahaan
68

pertambangan dalam membiayai semua kegiatan tambang, modal biasa berupa


saham, pinjaman dan obligasi.

Alasan:
Modal yang tersedia sangat berpengaruh dalam pemilihan metode penambangan
bawah tanah karena, biaya untuk membuat suatu metode penambangan harus di
sesuaikan dengan biaya yang tersedia atau yang di miliki perusahaan.

7. Posisi ore body


Pengertian:
Letak keberadaan suatu endapa bahan galian atau badan bujih di bawah
permukaan bumi.

Alasan:
Letak atau posisi dari suatu badan bijih akan mennjadi dasar dalam pembukaan
tambang. Karena dengan mengetahui letak/posisi akan mempermudah dalam
menentukan metode penambangan yang tepat.

8. Sifat fisik / kimia dari ore


Pengertian:
Sifat fisik yang dimaksud adalah terutama kekerasan dan kekuatan bijih,
sedangkan sifat kimia adalah keasaman dan kebasaan suatu badan bijih dan
country rock adalah batuan samping yang ada di sekitar endapan bijih.

Alasan:
Sifat kimia dan sifat batuan samping sangat berpengaruh dalam menentukan
metode penambangan bawah tanah karena sifat kimia dan sifat fisik akan
berhubungan dengan kestabilan dari badan bijih maupun batuan samping jika
dilakukan penggalian/penambangan sehingga dijadikan sebagai pertimbangan
dalam menentukan metode penambangan apakah perlu menggunakan penyangga
atau tidak menggunakan penyangga.

9. Sweel faktor
Pengertian:
Swell Faktor adalah factor pengembangan yakni perbandingan antara volume
insitu dengan volume loose dikali 100%.
69

Alasan:
Material yang terdapat di alam dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan
baik, hanya sedikit ruangruang yang terisi udara di antara butirbutirnya, akan
tetapi jika material tersebut digali dari tempat aslinya maka akan terjadi pemuaian
volume yang besarnya dinyatakan dengan swell faktor (SF). Oleh karena itu akan
berpengaruh terhadap perhitungan jumlah produksi dan nantinya akan berkaitan
dengan pemilihan metode penambangan.

10. Biaya penambangan


Pengertian:
Biaya penambangan adalah biaya yang dibutuhkan dalam menjalankan seluruh
kegiatan penambangan. Biaya penambangan dihitung dan diperkirakan dalam
perencanaan tambang sesuai dengan modal yang tersedia.

Alasan:
Besarnya biaya yang akan digunakan pada penambangan akan berpengaruh
terhadap pemilihan metode yang akan diterapkan atau metode penambangan yang
akan digunakan akan sangat tergantung pada biaya yang tersedia. Misalnya
metode penambangan yang menggunakan penyangga akan membutuhkan biaya
yang lebih besar jika dibandingkan dengan metode yang tidak menggunakan
penyangga.

11. Fasiltas yang tersedia


Pengertian:
Fasilitas yang tersedia adalah fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan
dalam melaksanakan dan menunjang kegiatankegiatan pertambangan serta
fasilitas untuk kesehatan dan keselamatan pekerja.

Alasan:
Untuk mencapai target produksi serta menjaga agar proses penambangan dapat
berjalan sesuai dengan rencana, dengan biaya penambangan yang minimum dalam
suatu kegiatan penambangan, maka dalam memilih metode penambangan bawah
tanah harus disesuaikan dengan fasilitasfasilitas yang tersedia.
70

2.4.1 Kondisi Keadaan Bahan Galian

Karakteristik endapan
Mineralisasi emas diendapkan bersamaan dengan vein kuarsa dan kuarsa-
karbonat, membentuk pola parallel dengan arah dominan NW-SE dan N-S,
panjang vein antara 200m hingga 2.500m dan ketebalan 1m hingga 24m. Sistem
vein ini mengisi rekahan struktur sesar berarah barat laut tenggara hingga utara
selatan sebagai perangkap mineralisasi dengan host rock Formasi Cimapag.
Tipe endapan emas Pongkor termasuk dalam tipe Epithermal Low Sulfidation
Vein System.

Komplek Vein Ciguha Timur merupakan komplek vein yang baru ditemukan,
terdiri dari tuga ore shoot dengan panjang antara 150m hingga 2.500m dan
ketebalan 2m hingga 25m, terdapat mulai dari elevasi 900mdpl sampai dengan
elevasi 300mdpl . Secara umum komplek vein ini memiliki arah mineralisasi
N330oE hingga N350oE dengan kemiringan mineralisasi 55o 70o ke arah barat.

Karakteristik vein berupa kuarsa dengan tekstur kalsedonik hingga kristalin.


Selain logam emas dan perak, juga hadir mineral pengikut yang terdiri dari
mangan oksida, sulfida pirit (dominan) dan kalkopirit (sangat jarang) dan
setempat terdapat besi oksida. Perubahan karakteristik vein dan kehadiran mineral
pengikut pengisi vein berhubungan dengan kadar emas dan perak yang
terkandung di dalam komplek Vein Ciguha Timur.

Kondisi geologi
Deposit emas-perak Pongkor terletak di sisi timur laut dari Kubah Bayah, 110 km
sebelah barat daya dari Jakarta. Daerah Pongkor merupakan bagian dari Busur
Benua Neogen Sunda Banda yang berkembang di sepanjang sisi Selatan Lempeng
Eurasia sebagai akibat dari subduksi Lempeng India-Australia. Unit geologi
berada di lahan seluas sekitar 40 hingga 80 km dan terdiri dari serpih dan
batupasir basement yang dilapisi oleh pusat sabuk vulkanik dari Oligosen sampai
Miosen Awal, terdiri dari sebagian besar batuan gunung api kasar, dengan
diselingi batugamping dan batupasir. Batuan terobosan intermediet yang masuk ke
dalam formasi Paleogen dan Miosen Awal (Basuki. 1994 dalam Warmada. 2003).
71

Satuan batuan tertua tersingkap di daerah ini adalah Formasi Cimapag yang
berumur Miosen, yang merupakan batuan sedimen gunung api (vulkanik klastik)
yang terdiri dari tufa breksi dan breksi andesit. Formasi Cimapag setempat
tertindih tidak selaras oleh Formasi Genteng atau satuan batuan yang lebih muda
lainnya.Formasi Genteng berumur Pliosen awal bercirikan sedimen epiklastik
tufaan dan tertindih oleh batuan gunung api, tuf, lava dan endapan termuda
endapan sungai.

Jalur batuan sedimen sebelah utara disusun oleh batuan sedimen yang berumur
Miosen Tengah sampai Miosen Atas, yang termasuk dalam Formasi
Bojongmanik, Formasi Klapanunggal, Formasi Jatiluhur, dan Formasi Genteng.
Lebih ke utara lagi adalah daerah cekungan minyak Jawa bagian utara. Sedangkan
jalur batuan sedimen sebelah selatan disusun oleh batuan sedimen yang berumur
Eosen sampai Miosen Atas yang menyebar di daerah Bayah-Pelabuhan Ratu-
Cimandiri sampai ke selatan lagi ditemukan penyebaran batuan gunungapi-
sedimen yang termasuk ke dalam Formasi Jampang. Di sebelah tenggara Formasi
Jampang ditemukan penyebaran batuan Pra-Tersier sampai Eosen (Komplek
Ciletuh).

Stratigrafi dari tua ke muda stratigrafi regional adalah :


Formasi Cimapag
Formasi ini disusun oleh breksi, konglomerat polimik, lava dan batuan terkersikan
memiliki satu anggota (Sudjatmiko dan Santosa, 1992) yang terdiri dari satuan
batupasir dan batu lempung.Umumnya diperkirakan Miosen Awal (Sudjatmiko
dan Santosa, 1992).

Dasit
Berumur antara Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen Akhir bagian Bawah,
bersusunan dasit, liparit dan bostonit (Effendi dkk, 1998).

Diorit Kuarsa
Berumur antara Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen Akhir bagian Bawah
bersusunan diorit kuarsa, monzoit kuarsa, diorite kuarsa, mikrodorit dan gabro
(Effendi dkk, 1998).
72

Andesit
Berumur Miosen Akhir, bersusunan andesit,andesit horblenda, andesit hipersten,
basal, diabas dan andesit terpropilitisasikan (Effendi dkk, 1998).

Formasi Genteng
Formasi yang berumur Pliosen Awal ini terdiri oleh tuf batuapungan, batupasir
tufan, breksi, konglomerat, napal dan kayu terkersikan.Tidak mengandung fosil,
ketebalan mencapai 730 meter, secara tidak selaras menindih Formasi
Bojongmanik.

Tufa Batu apung


Berumur Pleistosen, berupa tuf batuapung, yang setempat dinamakan tras (Effendi
dkk, 1998).
Breksi dan Lava
Berumur Pleistosen, endapan gunungapi bersusunan breaksi, aliran lava, andesit
dan tuf. Batuan ini mendidih secara tidak selaras batuan yang lebih tua yang
berada dibawahnya (Effendi dkk, 1998) dan (Sudjatmiko dan Santosa, 1992).
Lahar
Berumur Pleistosen yang tersusun atas lahar, breksi tufaan dan lapili bersusuan
andesit basalt, umumnya lapuk sekali (Effendi dkk, 1998).
Breksi dan Aglomerat
Berumur Holosen, bersusunan beksi gunungapi dan aglomerat yang bersusunan
andesit dana basalt (Sudjatmiko dan Santosa, 1992).

Geomorfologi
Daerah Pongkor pada umumnya berupa perbukitan-perbukitan tinggi yang
memiliki tinggi rata-rata 300 m sampai 900m diatas permukaan laut.Memiliki
relief rata-rata dari landai sampai agak-curam.Hal ini bisa dilihat dari kerapatan
kontur di daerah tersebut

Daerah Pongkor memiliki pola aliran sungai berupa paralel.Pola pengaliran


paralel merupakan pola pengaliran dasar yang secara umum menunjukkan daerah
dengan lereng sedang sampai agak curam dan dapat ditemukan pula pada daerah
bentuk lahan perbukitan yang memanjang dengan aliran relatif sejajar. Pola
73

pengaliran ini mencerminkan daerah yang dikontrol perlipatan dan struktur.


Sungai yang memiliki pola pengaliran ini adalah Sungai Cikaniki.

Kondsi endapan
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian menghasilkan endapan letakan
(placer). Endapan emas dikategorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan
endapan placer.Salah satu proses pengendapan emas yaitu dengan bantuan larutan
hydrothermal. Larutan hidrotermal merupakan larutan sisa magma yang mudah
bergerak yang nantinya akan membentuk endapan logam atau mineral epigenetik
(Suganda).

Larutan hidrotermal naik kepermukaan melalui zona struktur seperti patahan,


rekahan, sesar, maupun kontak lihologi yang kemudian bercampur dengan air
meteorik sehingga mengalami proses pendinginan yang akan membentuk urat-urat
(vein) dengan bentuk vein tergantung pada rongga yang dihasilkan struktur.
Selama proses pengendapan berlangung, juga terjadi proses alterasi pada batuan
yang diterobos sehingga mengalami ubahan (alterasi) yang di ikuti dengan
perubahan sifat fisik maupun kimia batuan seperti perubahan warna, porositas dan
tekstur.

Sistem hidrothermal berdasarkan tingkat kedalaman, tekanan dan temperaturnya,


dikelompokkan menjadi 3 sistem :

1. Hipothermal
Hypothermal merupakan endapan hydrothermal dengan tekanan dan temperature
pembekuan yang relative tinggi, tipe endapannya berupa urat-urat dan korok yang
berasosiasi dengan intrusi pada kedalaman yang tinggi. Untuk tipe hydrothermal
ini,asosiasi mineralnya berupa sulfides misalnya pirit, galena, kalkopirit,dan
oksida besi.
74

2. Mesothermal
Mesothermal merupakan endapan hidrotermal dengan tekanan dan temperature
yang lebih rendah dibandingkan dengan tipe endapan hipotermal. Untuk tipe ini,
endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan
permukaan bumi, adanya tekstur akibat cavity filling.

3. Epithermal
Epithermal merupakan tipe endapan hidrothermal yang terbentuk pada temperatur
rendah yaitu pada suhu 500 C sampai 3000 C dan pada kedalaman antara 0-1000m
(Hedenquist, 1985).

Endapan primer / Cebakan Primer


Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di
dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk
dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan
terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan aktifitas hidrotermal, yang
membentuk tubuh bijih dengan kandungan utama silika. Cebakan emas primer
mempunyai bentuk sebaran berupa urat/vein dalam batuan beku, kaya besi dan
berasosiasi dengan urat kuarsa.
75

Gambar ii.29 Peta Kondisi Endapan Emas Di Daerah Gunung Pongkor

Tipe-tipe urat kuarsa pada endapan porfiri menurut Gustafson dan Hunt adalah
sebagai berikut:

A Vein (urat A)
Vein terbentuk di awal-awal, biasasnya vein ini bersegmen dan orientasi tidak
jelas, mengandung 90-95 % kuarsa. Vein ini terbentuk pada suhu yang tinggi.
76

B vein (urat B)
Vein ini tersusun oleh mineral kuarsa dengan ukuran kristal kasar (>1mm) dan
salinitas tinggi, sebagian memiliki struktur cockscomb. Pada umumnya urat ini
berlaminasi, dan terdapat penjajaran mineral lain (ex. sulfida chalcopyrite) pada
bagian tengah vein. Overprinting dan stockwork sangat intensif. Mineral sulfida
seperti pyrite, chalcopyrite, dan bornite pada umumnya hadir pada vein ini.

D vein (urat D)
Vein terdiri dari kuarsa dengan bentuk kristal, dan memiliki salinitas yang rendah.
Kuarsa berasosiasi dengan serisit, terbentuk belakangan. Lebar vein bisa mencapai
1 meter, bahkan lebih dari 1 meter. Asosiasi kuarsa dengan chalcopyrite,
tennanite, enargite, bornite, sphalerite, galena, dll.

Ada juga yang mengelompokkan urat kuarsa pada endapan porfiri menjadi 5 jenis.
Pembagian ini terkait juga dengan waktu pembentukan dan suhu pada saat vein
terbentuk. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

A vein (urat A)
Ptymatic dismembered ( Gustafson dan Hunt)

M vein (urat M)
Pada vein tipe M ini mineral yang berasosiasi adalah; magnetite +/- kuarsa +
actinolite + anhydrite + biotite (initial alteration)

A vein (urat A)
Pada vein tipe A, mineral-mineral yang berasosiasi adalah kuarsa dengan kilap
kaca + magnetite

B vein (urat B)
Vein ini berbentuk stockwork, dan berlapis-lapis, pada bagian tengah berstruktur
comb, berlaminasi, dan mengalami reaktivasi.

D vein (urat D)
Alterasi serisit dan mengandung mineral-mineral sulfida.
77

Gambar ii.30 Jenis-Jenis urat kuarsa

2.4.2. Stripping Ratio

stripping ratio adalah perbandingan antara volume masa batuan yg dibongkar


(lapisan tanah penutup) dengan batubara yg di ambil. Misal: SR 3:1 adalah 3 ton
volume lapisan penutup yg di bongkar untuk mengambil 1 ton batubara.
dibandingkan juga dengan biaya untuk mengupas lapisan tanah dengan harga
batubara yg didapat tersebut.

1. Faktor Volume
Volume factor merupakan tahap awal dalam penentuan stripping ratio.
Penampang litologi pemboran menunjukkan formasi litologi yang ditembus dan
ketebalan masing-masing formasi litologi. Dari informasi tersebut, dilakukan
identifikasi ketebalan tanah penutup dan batubara.

Untuk batubara dengan sistem perlapisan multiseam, dilakukan penjumlahan total


ketebalan untuk seluruh seam. Prosedur ini berlaku untuk seluruh lubang bor.
Perbedaan
ketebalan dari tanah penutup dan batubara berpengaruh terhadap elevasi batas atas
78

dan batas bawah keduanya. Dalam kasus ini batasan antara batubara dan batubara
diasumsikan jelas.

Perhitungan luas daerah tergantung dari metode perhitungan cadangan yang


digunakan. Setelah luas daerah diketahui, lalu dilakukan kalkulasi antara
ketebalan rata-rata batubara maupun tanah penutup pada daerah tersebut dengan
luasan daerah, dan diperoleh volume tanah penutup dan batubara pada daerah
tersebut. Perhitungan volume dinyatakan dengan persamaan berikut :

Volume = Average Thickness * Areas

2. Faktor Tonase
Pada industri pertambangan, penjualan bahan galian dan kapasitas produksi
dilakukan atas dasar berat dari bahan galian tersebut. Hal ini berlawanan dengan
industri perancangan sipil dimana pembayaran dilakukan atas dasar volume
material yang dipindahkan. Konversi dari volume ke berat harus dilakukan dalam
kaitannya dengan kegiatan pemuatan, pengangkutan maupun untuk kegiatan
pengolahan.

Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara
yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan
volume ke satuan berat dilakukan dengan bantuan suatu faktor tonase. Faktor
tonase yang dimaksud adalah density. Besar nilai density untuk setiap material
berbeda-beda. Umumnya satuan yang digunakan untuk density antara lain
gram/cm3, pound/feet3 dan ton/meter3.

Nilai density untuk tanah penutup (humus dan lempung) sebesar 2300 lb/yd3 atau
setara dengan 1,365 ton/m^3 dan density batubara sebesar 1,3 ton/m3.
Berat/tonase tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan
ditambang diperoleh dengan mengalikan volume keduanya dengan density
masing-masing. Perhitungan tonase dinyatakan pada persamaan berikut :
79

Tonase = Volume * Density

3. Nisbah Pengupasan
Salah satu cara menguraikan effisiensi geometri dari operasi penambangan
berdasarkan nisbah pengupasan. Nisbah pengupasan (stripping ratio)
menunjukkan perbandingan antara volume/tonase tanah penutup dengan
volume/tonase batubara pada areal yang akan ditambang. Rumusan umum yang
sering digunakan untuk menyatakan perbandingan ini dapat dilihat pada
persamaan berikut :

Stripping Ratio = Tanah Penutup (ton)/Batubara (ton)

Perbandingan antara tanah penutup dengan batubara juga dapat dinyatakan


melalui perbandingan volume, akan tetapi perbandingan ini hanya bisa diterapkan
apabila density dari kedua material sama.

4. Break Even Stripping Ratio (BESR)


Break Even Stripping Ratio adalah perbandingan antara biaya penggalian batubara
dengan biaya pengupasan tanah penutup (overburden) atau merupakan
perbandingan biaya penambangan bawah tanah dengan penambangan terbuka.
Break Even Stripping Ratio ini disebut juga overall stripping ratio, yang dapat
dinyatakan sebagai berikut :

BESR1 = A B/C

Dimana :
A = Biaya penambangan bawah tanah per ton batubara
B = Biaya penambangan terbuka per ton batubara
C = Biaya pengupasan tanah penutup per ton

Untuk menganalisis kemungkinan metoda penambangan yang akan digunakan


baik tambang terbuka ataupun tambang bawah tanah, maka sangat penting
mengetahui nilai BESR1. Dari nilai BESR1 ini dapat diketahui berapa batasan
endapan batubara terendah yang dapat ditambang secara terbuka dan
menguntungkan.
80

Setelah ditentukan bahwa akan digunakan metoda tambang terbuka, maka dalam
rangka pengembangan rencana penambangan digunakan BESR2 dengan rumusan
sebagai berikut :

BESR 2= D-E/C

Dimana :
D = Nilai recovery per ton batubara
E = Biaya produksi per ton batubara
C = Biaya pengupasan tanah penutup per ton

BESR2 ini disebut sebagai economic stripping ratio yang artinya berapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan batubara tersebut ditambang secara
tambang terbuka. Pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga batubara di pasaran,
maka akan dapat mengakibatkan perluasan tambang sehingga cadangan akan
bertambah, sebaliknya jika harga batubara turun, maka jumlah cadangan akan
berkurang. Untuk kajian ekonomis dari bahan galian emas yang ada di Daerah
pongkor berdasarak ob dan orenya maka akan di dapat Stripping Ratio sebagai
berikut.

Tonage over burden = 126.474.894 ton

Tonage ore = 6.022.614 ton

()
SR =
1! ()

126.474.894 ton
SR =
6.022.614 ton

SR = 21 : 1
81

Gambar ii.31 3-Dimensi Vein Pada Daerah Pongkor


82

2.5 Penjadwalan Produksi

Penjadwalan adalah kegiatan pengalokasian sumber-sumber atau mesin-mesin


yang ada untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu.
(Baker,1974). Penjadwalan produksi adalah suatu kegiatan memasukkan sejumlah
produk yang telah direncanakan ke dalam proses pengerjaannya (John E
Biegel,1992). Penjadwalan adalah proses pengurutan pembuatan produk secara
menyeluruh pada beberapa mesin (Conway,et,al,1967). Penjadwalan juga
didefinisikan sebagai rencana pengaturan urutan kerja serta pengalokasian
sumber, baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan
(Vollman,1998). Dari beberapa definisi yang telah disebutkan maka dapat ditarik
satu definisi Penjadwalan adalah suatu kegiatan perancangan berupa
pengalokasian sumber daya baik mesin maupun tenaga kerja untuk menjalankan
sekumpulan tugas sesuai prosesnya dalam jangka waktu tertentu.

Unsur-unsur vital didalam model-model penjadwalan adalah sumber-sumber dan


tugas-tugas.Sumber-sumber biasanya dikenal dengan mesin-mesin sedangkan
tugas-tugas dikenal dengan job atau pekerjaan. Menurut L. Bethel dalam bukunya
Industrial Organization and Management memberikan definisi penjadwalan
atau scheduling sebagai berikut :

Penjadwalan produksi merupakan proses penentuan pekerjaan yang akan


dilakukan. Penjadwalan (scheduling) adalah suatu tahapan dari pengawasan
produksi yang menetapkan pekerjaan dalam urut-urutan yang sesuai dengan
prioritasnya dan kemudian dilengkapi pelaksanaan rencana tersebut pada waktu
yang tepat dengan urutan yang benar, sehingga berhubungan dengan kapan suatu
pekerjaan akan dilaksanakan pada suatu bagian produksi. Tujuan penjadwalan,
adalah sebagai berikut:

1. Menurut Baker (1974), tujuan penjadawalan umumnya adalah sebagai


berikut:
a. Meningkatkan produktifitas mesin, yaitu dengan mengurangi waktu mesin
menganggur.
83

b. Mengurangi persediaan barang setengah jadi dengan jalan mengurangi jumlah


rata-rata pekerjaan yang menunggu dalam antrian suatu mesin karena mesin
tersebut sibuk.
c. Mengurangi keterlambatan suatu pekerjaan. Setiap pekerjaan mempunyai
batas waktu (due date) penyelesaian, jika pekerjaan tersebut diselesaikan
melewati batas waktu yang ditentukan maka pekerjaan tersebut dinyatakan
terlambat. Dengan metoda penjadwalan maka keterlambatan ini dapat
dikurangi, baik waktu maupun frekuensi.
2. Menurut Narasimhan (1985), penjadwalan yang baik seharusnya simpel,
mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan oleh pihak manajemen dan oleh
siapapun yang menggunakannya. Aturan-aturan penjadwalan seharusnya
cukup kuat tetapi mempunyai tujuan yang realistis sehingga cukup flexible
untuk memecahkan masalah yang tidak terprediksi sebelumnya dan
membolehkan satu perencanaan ulang.
3. Bedworth (1987) mengidentifikasikan beberapa tujuan dari aktivitas
penjadwalan, adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya,
sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat
meningkat.
b. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah
pekerjaan menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih
mengerjakan tugas yang lain. Teori Baker mengatakan, jika aliran kerja suatu
jadwal konstan, maka antrian yang mengurangi rata-rata waktu alir akan
mengurangi rata-rata persediaan barang setengah jadi.
c. Mengurangi beberapa kelambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas
waktu penyelesaian sehingga akan meminimalisasi penalty cost (biaya
kelambatan).
d. Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik
dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal
dapat dihindarkan.

Produksi target selama 10 Tahun


84

Jumlah cadangan (6.022.614ton)= dengan kadar minum 4 gpt dan maksimum


13,29 gpt.

Gambar ii.32 Peta Blok Penambangan Pada IUP Pongkor

2.5.1. Target Produksi

Peralatan mekanis pada operasi penambangan merupakan salah satu sarana


produksi yang penting untuk pencapaian target produksi perusahaan tersebut.
Untuk itu, kajian teknis perlu dilakukan terhadap faktor manusia, faktor alat dan
faktor alam. Usaha pemecahan masalah ini dimaksudkan untuk meningkatkan
produksi alat muat dan alat angkut yang digunakan. Target produksi
penambangan batubara sangat berpengaruh ke dalam hasil dari produksi
perusahaan tersebut.

Secara umum target berarti melakukan sesuatu melalui tangan orang lain untuk
mencapai suatu tujuan tertentu dari organisasi tersebut. Dalam arti lain, target
yang pelakunya disebut dengan manajer menyuruh orang lain untuk melakukan
85

hal-hal yang menjadi tugasnya masing-masing demi tercapainya sebuah tujuan,


misalnya dalam bisnis tujuannya adalah memenuhi target penjualan produk.
Dalam sebuah organisasi, terdapat berbagai jenis target yang dikhususkan untuk
menyelesaikan tugasnya masing-masing. Kali ini akan dibahas mengenai salah
satu bidang target yaitu target produksi.

Pengertian target produksi


Sebelum memahami konsep pengertian target produksi, terlebih dahulu kita
pahami definisi dari produksi. Dalam kegiatan ekonomi terdapat 3 jenis aktivitas
utama penggerak roda ekonomi yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi. Produksi
merupakan aktivitas penggunaan sumber daya baik alam maupun manusia untuk
meningkatkan daya guna suatu barang atau jasa yang membutuhkan faktor-faktor
seperti tanah, modal, tenaga kerja, dan kemampuan. Secara sederhana produksi
merupakan pengadaan barang atau jasa yang dipengaruhi oleh ketersediaan
sumber daya dan jumlah permintaan dari konsumen. Barang atau jasa yang
dihasilkan oleh produsen kemudian didistribusikan kepada konsumen melalui
proses-proses tertentu tergantung dari jenis produksinya.

Dengan menggabungkan pengertian target dan produksi, maka dapat disimpulkan


bahwa target produksi memiliki definisi usaha untuk mengatur atau
mengkoordinasi suatu kegiatan produksi agar menghasilkan hasil produksi yang
berkualitas dan sesuai dengan standard organisasi dalam jangka waktu dan jumlah
tertentu. Dalam target produksi, konteks-nya adalah pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh tim target produksi dalam sebuah organisasi untuk menghasilkan
produk sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut.

Tahapan target produksi


Agar menghasilkan produksi yang sesuai target, tim target produksi harus
melewati beberapa tahapan mulai dari perencanaan hingga eksekusi. Masing-
masing tahapan sama pentingnya karena jika dilewati satu tahapan saja maka hasil
produksi tidak bisa maksimal dan akan berpengaruh terhadap kepuasan dan
kepercayaan konsumen terhadap produk. Berikut adalah tahapan target produksi:
86

1. Perencanaan produksi
Pada tahap awal inilah seluruh rencana produksi mulai dari kualitas produk,
kuantitas produk yang dihasilkan, bahan yang akan digunakan, target
konsumen di mana produk akan dipasarkan, jumlah tenaga kerja yang
dipakai, atau departemen lain yang berkaitan akan dibahas. Dalam tahap ini
bahkan anggota tim bisa mengajukan ide produk baru melalui proses yang
disebut dengan brainstorming di mana si pencetus ide harus meyakinkan
seluruh timnya bahwa ide-nya relevan dan efektif untuk mewujudkan tujuan
organisasi.

2. Pengendalian produksi
Agar proses produksi dilakukan sesuai jadwal dan semua yang telah
direncanakan dalam proses perencanaan berlajan dengan lancar maka tahap
ini harus dilakukan. Dalam pengendalian produksi, jadwal kerja diatur, detail
rencana sistem kerja juga diatur, dan lain sebagainya. Tujuan dari tahap
pengendalian produksi adalah agar hasil produksi bisa berjalan efektif dan
efisien.

3. Pengawasan produksi
Setelah jadwal kerja dan rincian teknis telah disiapkan, saatnya untuk
melakukan proses produksi. Bersamaan saat melakukan proses produksi
adalah pengawasan yang dilakukan bertujuan agar hasil produksi yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan, selesai tepat waktu, tidak
overbudget atau bahkan kekurangan budget, kualitasnya sesuai dengan
standard, dan lain sebagainya hingga siap untuk dilemparkan ke pasar.

Target Produksi

Faktor utama agar target produksi bisa berjalan dengan baik adalah adanya
pembagian kerja atau division of labour. Artinya, seorang manajer produksi harus
bisa membagi tugas kepada anggota timnya untuk yang sesuai dengan keahlian
dan kelebihan masing-masing agar proses produksi bisa berjalan dengan efektif
dan efisien. Memberikan tugas atau pekerjaan kepada orang yang tidak memiliki
87

kemampuan untuk itu akan menghambat proses target produksi dan berujung pada
bertambahnya biaya produksi.

Faktor kedua yang bisa membuat target produksi berkembang dengan pesat adalah
revolusi industri. Maksud dari revolusi industri dalam hal ini bukanlah pergantian
mata pencaharian utama sebagai petani diganti dengan bekerja di pabrik. Namun
makna dalam konteks target produksi adalah proses mengganti tenaga manusia
dengan tenaga mesin yang kini sudah banyak dipakai di pabrik-pabrik modern.
Dalam produksi yang menggunakan bantuan mesin ini, target produksi bisa lebih
mudah tercapai dan bisa meningkatkan kualitas SDM di mana pekerja akan
terpacu untuk meningkatkan kualitas keahliannya bukan hanya sekedar buruh.

Dampak buruk dari revolusi industri ini adalah perusahaan atau organisasi kecil
yang masih menggunakan metode kuno dan menggunakan tenaga kerja manusia
untuk sebagian besar proses produksi sehingga tidak mampu mengimbangi jumlah
atau kuantitas barang yang diproduksi dibandingkan organisasi yang
menggunakan mesin. Revolusi industri indikasinya bisa dilihat dari hal berikut:

1. Penggunaan mesin semakin banyak


2. Efisiensi produksi batu bara sebagai bahan bakar, dan besi serta baja sebagai
bahan utama
3. Pembangunan infrastruktur semakin berkembang seperti jalur kereta api, alat
transportasi, jaringan komunikasi, dan pasokan listrik yang memadai
4. Meluasnya sistem perbankan dan pengkreditan untuk menjangkau masyarakat
daerah yang membutuhkan modal untuk mengembangkan produksinya.

Itulah definisi dari target produksi hingga faktor-faktor yang mempengaruhi


perkembangannya. Semakin baik pengambilan-pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan produksi dikeluarkan, maka hasil produksi bisa sesuai dengan
target dan memenuhi tujuan dari sebuah organisasi. Faktor-faktor yang mesti
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan ada banyak seperti budget yang
diberikan, harapan terhadap kepuasan konsumen, mekanisme sistem produksi,
bahkan hingga image dari organisasi yang tercermin dalam hasil produk.
88

Tahun ke-1
Target produksi emas direncanakan 602.261,4ton/tahun
Lokasi penambangan adalah Gunung Pongkor
Bahan galian logam emas yang akan ditambang adalah berupa vein
Pola penambangan menggunakan peralatan yang bekerja pada bawah tanah
Target tahun ke satu akan berlangsung dan sama halnya untuk tahun kedua dan
berikutnya hingga masa tambang habis sesuai dengan Izin Usaha Pertambangan

Tabel ii.8
Target Produksi Emas Selama 10 Tahun
OB Ore
No Tahun OB Ore
Muat Angkut Muat Angkut
1 Ke 1 709,6 BCM 31.17BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
2 Ke 2 601,4 BCM 21,5 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
3 Ke 3 557,9 BCM 11,9 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
4 Ke 4 548,2 BCM 20,9 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
5 Ke 5 586,1 BCM 28,7 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
6 Ke 6 436,5 BCM 33,1 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
7 Ke 7 511,2 BCM 34,9 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
8 Ke 8 421,2 BCM 25,7 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
9 Ke 9 381,8 BCM 19,2 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
10 Ke 10 391,4 BCM 31,4 BCM 5 truk 8 scpt 2 lori 4 scooptram
Sumber : Hasil Perhitungan 2016

2.5.2. UmurTambang

Umur tambang di tentukan dengan seberapa banyak cadangan yang akan di


tambang. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila
sudah jelas diketahui berapa besar cadangan mineral (mineral reserves) yang
ditemukan. Cadangan mineral ini merupakan hasil kajian kelayakan dari sumber
daya mineral (mineral resources) yang didasarkan pada sejumlah faktor yaitu
ekonomi, teknologi, lingkungan, perundang-undangan, dsb. Kajian kelayakan
dapat mulai dilakukan terhadap sumber daya mineral yang sudah diketahui
89

besaran atau kuantitas dan kualitasnya dengan kelas (kategori) tertentu yang
berdasarkan eksplorasi mempunyai tingkat keyakinan yang tinggi, atau
mempunyai kesalahan yang rendah bila ditambang.

Besaran sumber daya mineral dapat diperoleh (diestimasi) dengan berbagai


macam cara atau metode. Jenis bahan galian (mineral), tipenya, dan desain
eksplorasinya merupakan faktor yang dijadikan pertimbangan dalam memilih
metode mana yang akan digunakan. Kelas sumber daya mineral yang biasanya
bertalian dengan tingkat kesalahan dapat diperoleh berdasarkan tahap eksplorasi.
Estimasi sumber daya mineral merupakan kegiatan akhir dalam eksplorasi mineral
yang keberhasilannya sangat tergantung pada kompetensi ahli yang
menanganinya. Berbagai macam cara estimasi sumber daya mineral dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan pola atau desain eksplorasinya.

Pemilihan cara estimasi yang tepat guna dan berhasil guna harus dilakukan oleh
seorang penyelidik mineral agar hasilnya mempunyai tingkat kepercayaan yang
tinggi sehingga kelayakan ekonominya dapat diperhitungkan dengan lebih tepat.
Perhitungan cadangan ini merupakan hal yang paling vital dalam kegiatan
eksplorasi. Perhitungan yang dimaksud di sini dimulai dari sumberdaya sampai
pada cadangan yang dapat di tambang yang merupakan tahapan akhir dari proses
eksplorasi. Hasil perhitungan cadangan tertambang kemudian akan digunakan
untuk mengevaluasi apakah sebuah kegiatan penambangan yang direncanakan
layak untuk di tambang atau tidak.

Perhitungan cadangan berperan penting dalam menentukan jumlah, kualitas dan


kemudahan dalam eksplorasi secara komersial dari suatu endapan. Sebab hasil
dari perhitungan cadangan yang baik dapat menentukan investasi yang akan
ditanam oleh investor, penentuan sasaran produksi, cara penambangan yang akan
dilakukan bahkan dalam memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan
dalam melaksanakan usaha penambangannya.

Dalam ilmu perhitungan cadangan terdapat berbagai metode yang dapat


dipergunakan untuk menentukan kadar hingga akhirnya besar cadangan suatu
endapan.
90

Perhitungan sumberdaya bermanfaat untuk hal-hal berikut ini :


Memberikan besaran kuantitas (tonase) dan kualitas terhadap suatu endapan bahan
galian. Memberikan perkiraan bentuk 3-dimensi dari endapan bahan galian serta
distribusi ruang (spatial) dari nilainya. Hal ini penting untuk menentukan
urutan/tahapan penambangan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
pemilihan peralatan dan NPV (net present value).

Jumlah sumberdaya menentukan umur tambang. Hal ini penting dalam


perancangan pabrik pengolahan dan kebutuhan infrastruktur lainnya.
Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat berdasarkan besaran
sumberdaya. Faktor ini harus diperhatikan dalam menentukan lokasi pembuangan
tanah penutup, pabrik pengolahan, bengkel, dan fasilitas lainnya.

Karena semua keputusan teknis di atas sangat tergantung pada besaran


sumberdaya, perhitungan sumberdaya merupakan salah satu tugas terpenting dan
berat tanggung jawabnya dalam mengevaluasi suatu kegiatan pertambangan. Perlu
diingat bahwa perhitungan sumberdaya menghasilkan suatu taksiran. Model
sumberdaya yang disusun adalah pendekatan dari realitas, berdasarkan
data/informasi yang dimiliki, dan masih mengandung ketidakpastian.
Volume BCM = Volume OB (ton) / density emas
Tabel ii.9
Umur Tambang Emas Di Daerah Pongkor
Blok Luas (m2) VOB (BCM) VORE (BCM) Umur tambang
Blok I 12.600 25.294.978,8 1.204.522,8 2 tahun
Blok II 10.440 18.978.765,3 10.885 1,5 tahun
Blok III 6.958 12.647.489,4 60.226,4 1 tahun
Blok IV 47.515 50.589.957,6 2.409.045,6 4 tahun
Blok V 18.786 31.745.921,7 14.563,88 2,5 tahun
Sumber : Hasil Perhitungan 2016
91

2.5.3. Penentuan Alat


1. Jumbo Drill Atlas Copco 202

Biasanya digunakan untuk membuat lubang tembak dan juga pembersihan batu
gantung sisa peledakan di dalam tambang bawah tanah. Selain kedua fungsi diatas
alat ini juga dapat digunakan untuk memasang sistim penyanggaan awal dalam
tambang bawah tanah. Pada beberapa type jumbo drill juga dilengkapi dengan
lengan khusus guna pengisian bahan peledak yang biasanya berupa ANFO
(Amonium Nitrat Fuel Oil)

Gambar ii.33 Jumbo drill

Tabel ii.10
Cyle Time Scooptram R 1600 G CAT
Kapasitas 2 lengan drill 1 menit 12 ton/menit
1 siklus blasting 144 menit 1 jam 72 ton/jam
1 siklus 179 ton/144 mnt 1 hari 1.296 ton/hari
1 tahun 311.040ton/thn
Jadi banyak unit yang di butuhkan 2 unit
Sumber : Hasil Perhitungan 2016

Untuk spesifikasi alat dapat dilihat pada lampiran halaman


92

2. Scooptram R 1600 G CAT

Scooptram atau yang sering di sebut dengan underground loader adalah peralatan
yang dirancang untuk pengoprasan pembersihan landasan tambang bawah tanah
dan mengeruk material. Bentuknya yang d design pendek memang di perlukan
agar mudah bermanufer di bawah tanah.

Gambar ii.34 Scooptram R 1600 G CAT

Tabel ii.11
Cyle Time Scooptram R 1600 G CAT
Kapasitas 5,5 ton 1 menit (5,5 / 8,4) 0,65ton/menit
1 siklus 11 menit 1 jam 39 ton/jam
4 menit Pergi (ada isi) 1 hari 702ton/hari
1,6 second Dumping 1 tahun 168.480
ton/tahun
2 second Float down Jadi, banyak unit yang di pelukan
7,6 second Raise sebanyak 4 scooptram.
2,8 menit Pulang (kosong)
Jarak tempat galian ke ore transfer 20 meeter
satu siklus menghasilkan 5,5 ton / 8,4 mnit
Sumber : Hasil Perhitungan 2016
Untuk spesifikasi dari alat scooptram R 1600G cat dapat dilihat pada lampiran
halaman
93

3. Lori

Lori adalah kereta yang bertugas untuk mengangkut ore atau batuan yang terdapat
di permukaan ataupun di bawah tanah menuju tempat produksi atau crushng plant.

Gambar ii.35 Lori Pada Underground

Tabel ii.12
Cyle Time Lori Lokomotf Diesel
Kapasitas 40 ton/gerbong
Waktu untuk pengisian 60 mnit (1 jam) / gerbong
1 lori 8 gerbong
1 lori 480 ment (8 jam)/lori
1 Lori 320 ton / 8 jam
1 hari 4 kali bolak-balik
1 hari 320 x 4 = 1280 ton/hari
1 tahun 1280 X 240 = 307.200 ton / tahun / hari
Jad lori yang di butuhkan adalah 2 lori dengan 8 gerbong/lori
Sumber : Hasil Perhitungan 2016
98

2.6 Teknik Penambangan Dan Sistem Penambangan

Cut and fill adalah salah satu metoda penambangan, dalam metoda penambangan
ini, dengan cara menggali atau membuat bukaan-bukaan dan kemudian mengisi
kembali dengan material lain bekas bukaan tersebut. Cut and fill merupakan
metode penambangan dengan cara memotong batuan untuk membuat stope dalam
level. Setelah selesai menambang dalam satu stope, maka stope tersebut diisi
kembali tanpa menunggu selesai dalam satu level. Biasanya metode ini digunakan
untuk mengambil bahan galian jenis bijih. Peralatan yang biasa digunakan untuk
metode cut and fill ini adalah excavator, front shovel, dariagline, dan shell.

Prinsip kerja dari metode ini adalah bijih diambil dalam potongan yang sejajar dan
setiap potongan yang telah diambil dilakukan pengisian dengan waste fill dalam
stope sehingga menyisakan ketinggian ruang yang mencukupi untuk melakukan
pemboran bijih selanjutnya. Material Filling digunakan sebagai tempat berpijak
untuk melakukan pemboran bijih selanjutnya. Material filling sering berupa waste
rock dari kegiatan development dan eksplorasi sekitar tambang yang kemudian
ditumpahkan melalui rise mengarah ke stope yang akan diisi dan untuk
meningkatkan kekuatan material pengisi maka ditambahkan semen.

Ada beberapa syarat untuk metode cut and fill stoping, antara lain :
a. Endapan bijih tebalnya antara 1 6 m.
b. Arah endapan relatif mendatar tapi cukup tebal.
c. Sebaiknya untuk endapan vein, kemiringannya harus lebih dari 45o. Dan
untuk endapan yang bukan vein kurang dari 45o.
d. Endapan bijih keras, tapi batuan induknya boleh tidak kompeten mengingat
hampir secara langsung disangga dengan material filling.
e. Endapan bijih bernilai tinggi baik kadar maupun harganya.

Keuntungan dari metode cut and fill, antara lain :


a. Ventilasi mudah diatur
b. Dilusi seminimum mungkin
95

c. Dinding antara 2 stope yang berdekatan bisa lebih tipis dibanding metode
stoping yang lain
d. Stope fleksibel mengikuti cebakan sempit kadar tinggi
e. Stope stabil karena dengan yang lemah disangga dengan waste filling

Kerugian dari metode cut and fill, antara lain :


a. Butuh material filling yang banyak
b. Butuh buruh banyak untuk menangani filling
c. Butuh banyak air untuk pulp
d. Semen dan pasir halus untuk filling bisa menyumbat pompa/pipa
e. Output dari stope terbatas karena adanya kegiatan filling

Cara Penambangan
Pada kebanyakan cut and fill stopping, kemajuan penambangan dilakukan naik
sepanjang badan bijih miring. Kemajuan penambangan dilakukan didalam suatu
siklus yang meliputi tahapan aktivitas sebagai berikut :

1. Pemboran dan peledakan untuk batuan berlapis dengan ketebalan 3 m


dilakukan pada atapstope.
2. Scalling dan penyanggaan meliputi pemindahan loose material dari atap dan
dinding stopeserta cara penempatan penyanggaan.
3. Pemuatan dan pengangkutan bijih, dimana bijih secara mekanis dipindahkan
dari dalam stope ke ore pass, kemudian jatuh ke jalan pengangkutan oleh
gravitasi.
4. Pengisian kembali (back filling) stope yang telah kosong diisi kembali
dengan material filling.

2.6.1. Konstruks Penambangan

Persiapan/konstruksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan


fasilitas penambangan sebelum operasi penambangan dilakukan. Pekerjaan
tersebut seperti pembuatan akses jalan tambang, pelabuhan, perkantoran, bengkel,
mes karyawan, fasilitas komunikasi dan pembangkit listrik untuk keperluan
kegiatan penambangan, serta fasilitas pengolahan bahan galian.
96

Pembangunan Infrastruktur untuk kebutuhan industri pertambangan merupakan


tantangan tersendiri bagi kegiatan konstruksi, terlebih lagi jika dilakukan di area
terpencil (remote area) tambang, bukan hanya memindahkan pekerjanya ke area
tersebut namun juga memindahkan alat berat yang akan digunakan untuk
pembangunan infrastructure tersebut, kemudian diperlukan lagi pemindahan
bahan untuk pembangunan secara bertahap dan berlanjut sampai infrastruktur
selesai dibangun.

Pada konstruksi Infrastruktur tambang, bangunan fasilitas tambang seperti Kantor,


mess, fasilitas pengolahan, Jetty dan lain-lain biasanya merupakan bangunan semi
permanen yang ketika selesai tambang maka bias dipindah atau digunakan lagi
ditempat lain.

Karena spesifikasi yang cukup unik ini maka kami coba jelaskan tentang Kriteria
Bangunan pada konstruksi tambang sebagai berikut :

1. Bangunan tahan terhadap cuaca, tidak seperti bangunan di perumahan


dikarenakan area tambang pada umumnya masih berada dalam hutan
sehingga perubahan cuaca dari panas terik dan hujan masih cukup ekstrem
(hujan cuaca menjadi sangat lembab, panas cuaca cukup kering karena
banyak area telah terbuka untuk pembangunan infrastruktur)
2. Bangunan mudah dipindahkan, pada saat pemindahan mobilisasi bahan untuk
konstruksi tambang biasanya bahan utama bangunan merupakan bahan
setengah jadi yang ketika sampai di lokasi tinggal menyusun dan membuat
kunci antar bangunan saja.
3. Bagunan mudah di ganti, biasanya akibat perbedaan kegiatan dan
intensitasnya beberapa bagian dari bangunan ada yang lebih cepat rusak,
maka jenis bangunannya merupakan bangunan yang mudah untuk diganti
bagiannya dan dikuncikan kembali dengan bangunan lainnya.
4. Bangunan mudah untuk disusun atau ditumpuk-tumpuk, seperti layaknya
LEGO bangunan pada konstruksi infrastruktur tambang merupakan bangunan
setengah jadi yang ketika sampai di lokasi dirangkai-rangkailayaknya seperti
LEGO
97

5. Cepat dalam proses pembangunannya, dikarenakan kebutuhan infrastruktur


tambang merupakan bagian pendukung dari keselurhan kegiatan
pertambangan maka kecepatan dalam kontruksi infrastruktur ini menjadi hal
yang sangat diperhitungkan, yang mana jika kegiatan kontruksinya beleum
selesai biasanya tambang belum dapat beroperasi terutama kontruksi
bangunan-bangunan dan infrastruktur utama.
6. Lebih banyak menggunakan material besi dan baja, dikarenakan ketahanan
dan kekuatan dari besi dan baja dan mudah dalam perakitannya maka material
ini mejadi penyusun utama bangunan pada kontruksi infrastruktur tambang,
dibandingkan dengan batu atau kayu seperti pada bangunan perumahan pada
umumnya
7. Bangunan biasanya ditempatkan di area datar, kecepatan dan ketahanan
bangunan menjadi hal yang sangat diperhitungkan maka penempatan
bangunan biasanya diarea datar bukan diarea tebing-tebing, terutama untuk
tambang yang ada aktivitas Blastingnya (peledakan) karena pasti akan
dipengaruhi oleh getaran tanah.
8. Berwarna cukup cerah, pada umumnya alat dan bangunan di lokasi tambang
berwarna cerah agar mudah dilihat dikarenakan aktifitas alat berat yang juga
ukurannya cukup besar sehingga warna-warna lebih cerah sangat dominan
diarea tambang (kecuali warna hijau)

Gambar ii.36 Konstruksi Fasilitas Pada Area Penambangan


98

2.7 Pengolahan

Pengolahan Bijih Emas Diawali Dengan Proses kominusi kemudian dilanjutkan


dengan proses yang di sebut Metalurgy.

2.7.1 Kominusi
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga yang
mengandung emas dengan tujuan untuk membebaskan ( meliberasi ) mineral emas
dari mineral-mineral lain yang terkandung dalam batuan induk.

Tujuan liberasi bijih ini antara lain agar :


1. Mengurangi kehilangan emas yang masih terperangkap dalam batuan induk
2. Kegiatan konsentrasi dilakukan tanpa kehilangan emas berlebihan
3. Meningkatkan kemampuan ekstraksi emas

Proses kominusi ini terutama diperlukan pada pengolahan bijih emas primer,
sedangkan pada bijih emas sekunder bijih emas merupakan emas yang
terbebaskan dari batuan induk yang kemudian terendapkan. Derajat liberasi yang
diperlukan dari masing-masing bijih untuk mendapatkan perolehan emas yang
tinggi pada proses ekstraksinya berbeda-beda bergantung pada ukuran mineral
emas dan kondisi keterikatannya pada batuan induk.

Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih yang akan
diolah, dengan menggunakan :

Refractory ore processing, bijih dipanaskan pada suhu 100 110 0C, biasanya
sekitar 10 jam sesuai dengan moisture. Proses ini sekaligus mereduksi sulfur pada
batuan oksidis.

Crushing merupakan suatu proses peremukan ore ( bijih ) dari hasil penambangan
melalui perlakuan mekanis, dari ukuran batuan tambang <40 cm menjadi 1%)

Milling merupakan proses penggerusan lanjutan dari crushing,hingga mencapai


ukuran slurry dari hasil milling yang diharapkan yaitu minimal 80% adalah -200#,
misalnya dengan menggunakan Hammer Mill, Ball Mill, Rod Mill, Disc Mill , dll.
99

Seteleah mengalami proses kominusi selanjutnya dihasilkan konsentrat yang


selanjutnya di olah di dalam proses yang di sebut Metalurgy, dalam proses
metallurgy ada banyak metode yang di gunakan namun dalam pengolahan emas
kali ini menitik beratkan pada metode Sianida dan amalgamasi

2.7.2 Proses pemisahan Emas dari konsentrat


Cara memisahkan konsentrat yang di dalamnya ada kandungan Emas, Konsentrat
ini wujudnya seperti pasir.

Proses ini memakai 3 jenis furnace.


Smelting Furnace
Slag cleaning Furnace
Converting Furnace

lalu masuk ke pembentuk anoda Cu (diesbut anoda furnace) lalu dicetak


bentuknya batangan anoda Cu.

Proses pertama :
Smelting Furnace, konsetrat yang dihasilkan di freeport akan dilebur, disini sudah
ditambahkan flux SiO2 dan dihembus udara (biasanya udara bebas dengan
kompresor diatur oksigennya 60%). Tujuannya untuk mengoksidasi unsur
pengotor utama berupa Fe (oksidasi jadi FeO, Fe3O4) dan mulai kurangi sulfur
dalam konsentrat (jadi SO2), lalu masuk furnace no (2)

Slag Cleaning, sesuai namanya disini leburan Cu (masih dibilang Matte) kerena
Sulfur masih banyak akan dipisahkan dengan terak/slag yang terbentuk dari
proses (1). disini pakai Electric arc furnace, jadi matte yang lebih berat akan
dibawah lalu terak/slag akan mengapung diatas sambil terus dipanaskan, disini
metal/slag sudah terpisah. Lanjut ke proses (3) untuk menghilangkan Sulfur.

Converting Furnace, proses ini matte diblowing udara + pakai flux batukapur
(CaCO3), tujuan utamanya untuk mengoksidasi Sulfur, memakai kapur untuk
menjaga komposisi slag (biar tidak kental, Fe3O4 solid tidak bisa diblowing).
100

Setelah converting Furnace, Sulfur sudah low (0.8%) disebut gold blister (bukan
lagi matte). lalu dilanjut ke Furnace untuk cetak anoda Cu blister (sebab perlu
elektrowining untuk tahap selanjutnya), dibeberapa proses ada tambahan proses
pemurnian untuk dioksidasikan S sampai light. Setelah dicetak jadi anoda, Cu
anoda akan benar-benar dimurnikan (pengotor S, Au, Ag, Pt, Co, Ni) masih ada
dan harus dielektrowining. Katodanya biasanya steel. Pakai larutan CuSulfat +
Asam Sulfat + air, jangan lupa arus harus searah, disini metal akan dipisahkan
dengan perbedaan sifat kemurniannya (berdasarkan nilai E nol-nya) makanya
perlu memakai voltase DC yang tepat, biasanya Cu di (+)0.34V.

Nah disini Cu di anode akan larut dilarutan lalu akan menempel di katoda
(puritynya bisa mencapai 99%); nah disini baru dibagi antara Cu dan logam yang
lebih mulia (Platina, Au, Ag). karena lebih mulia mereka tidak ikut larut, tetapi
biasanya membentuk endapan (disebut slime), slime biasanya tidak ikut
menempel di katoda (karena tidak larut). Selanjutnya slime ini yang harus diolah
lagi. Slime harus dilebur lagi, lalu ++ flux lagi, borax biasanya untuk ikat
pengotor. Setelah cair digunakan metode Klorifikasi, dimana akan dipisahkan
antara pengotor dengan logam mulia AgCl, AuCl, dll.

Bagaimana memisahkannya ?, masuk lagi ke elektrowining cell dimana


tegangannya diatur untuk memisahkan logam mulia didalamnya, lalu dilebur lagi
untuk mendapatkan purity

sampai Au 99.99 %.
Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau proses MacArthur-
Forrest) adalah teknik metalurgi untuk mengekstraksi emas dari bijih kadar rendah
dengan mengubah emas ke kompleks koordinasi yang larut dalam air. Ini adalah
proses yang paling umum digunakan untuk ekstraksi emas. Produksi reagen untuk
pengolahan mineral untuk memulihkan emas, tembaga, seng dan perak mewakili
sekitar 13% dari konsumsi sianida secara global, dengan 87% sisa sianida yang
digunakan dalam proses industri lainnya seperti plastik, perekat, dan pestisida.
Karena sifat yang sangat beracun dari sianida, proses ini kontroversial dan
penggunaannya dilarang di sejumlah negara dan wilayah.
101

Pada tahun 1783 Carl Wilhelm Scheele menemukan bahwa emas dilarutkan dalam
larutan mengandung air dari sianida. Ia sebelumnya menemukan garam sianida.
Melalui karya Bagration (1844), Elsner (1846), dan Faraday (1847), dipastikan
bahwa setiap atom emas membutuhkan dua sianida, yaitu stoikiometri senyawa
larut. Sianida tidak diterapkan untuk ekstraksi bijih emas sampai 1887, ketika
Proses MacArthur-Forrest dikembangkan di Glasgow, Skotlandia oleh John
Stewart MacArthur, didanai oleh saudara Dr Robert dan Dr William Forrest. Pada
tahun 1896 Bodlnder dikonfirmasi oksigen yang diperlukan, sesuatu yang
diragukan oleh MacArthur, dan menemukan bahwa hidrogen peroksida dibentuk
sebagai perantara.

Reaksi kimia untuk pelepasan emas, Persamaan Elsner, berikut:


4 Au + 8 NaCN + O2 + 2 H2O 4 Na [Au (CN) 2] + 4 NaOH

Dalam proses redoks, oksigen menghilangkan empat elektron dari emas


bersamaan dengan transfer proton (H +) dari air.

Berikut cara kerja pengolahan Emas dengan Sianida :


Cara Kerja
1. Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding
sehingga menjadi tepung (mesh + 200).
2. Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan H2O (2/3
dari bahan).
3. Tambahkan Tohor (Kapur) hingga pH mencapai 10,2 10,5 dan kemudian
tambahkan Nitrate (PbNO3) 0,05 %.
4. Tambahkan Sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga
pH larutan (10 11) dengan (T = 85C).
5. Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk
hingga (t= 48h), kemudian di saring.
6. Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan.
(metode 1)
7. Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass), saring
lalu dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2).
102

8. Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %), selama (t


=30/45m), kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j) pada (T = 80C
90C).
9. Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan
Soda (NaOH) 3 % selama (t =15 20m) pada (T = 90C 100C).
10. Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan Sianid 3 %
dan Soda 3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110C 120C).
11. Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O pada (T =
110C 120C) selama (t = 1.45j).
12. Lakukan proses Cooling.
13. Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan (A = 50)
selama (t = 3.5j). (metode 3)

2.7.3 Proses Pemurnian (Dari Bullion)


Dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:

1. Metode Cepat
Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO3 kemudian
tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak
larut dalam larutan HNO3 selanjutnya saring aja dan dibakar.
2. Metode Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan menggunakan
larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan
Bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana
Perak akan larut dan menempel pada plat Tembaga (menempel tidak begitu
keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu
tinggal bakar aja masing masing, jadi deh logam murni.

Mekanisme Amalgamasi
Air aksa atau merkuri (Hg), pad temperature (suhu) kamar, adalah zat cair. Bila
terjadi kontak antara merkuri (zat cair) deengan logam (zat padat), maka ai raks
membasahi dan menenbus logam untuk membentuk larutan padat merkuri-logam
yang disebut amalgam. Proses yang terjadi disebut amalgamasi. Logam-logam
103

yang dapat membentuk amalgam adalah emas, perak, tembaga, timah, cadmium,
seng, alkali dan alkali tanah. Paduan merkuri emas disebut amalgam emas, yang
mempunyai rumus kimia dari kombinasi 2 atau bahkan 3 dari 4 rumus kimia
berikut ini yaitu AuHg2, Au2Hg, Au3Hg atau AuHg. Kelarutan emas dalam air
raksa bertambah dengan naiknya temperature. Paad temperature kamar kandungan
emas dalam amlgam kira-kira 0,14% Au, sedangkan pada temperatu 1000C
sebesar 0,65% Au. Produk amalgasi bijih emas selanjutnya disebut amalgam,
karena tidak hanya mengandung emas melainkan juga logam lain terutama perak
dan tembaga.

Ukuran Butiran
Butiran emas yang bebas, tidak terselubung mineral induk, menjadi pasyarat
dalam amalgasi, sehingga pembasahan emas dalam bijih emas bervariasi dari
yang kasa (bijih emas yang kaya) sampai yang halus (bijih emas yang miskn).
Dengan demikian batuan atau bijih perlu dipecah atau digerus sampai diperoleh
butiran emas yang bebas (tidak terselubung oleh mineral induk). Namun,
kenyataan menunjukkan bahwa butiran emas yang berukuran lebih besar dari
0,074 mmyang dapat diolah dengan teknik amalgamasi.

Gangguan Amalgamasi
Keberhasilan amalgamasi ditentukan oleh dua kondisi, yaitu (1) kondisi
mineralogy dari bijih yang diolah dan (2) kondisi pulp (campuran material padat
yang halus dan air). Kondisis yang buruk menyebabkan butiran emas tidak dapat
dibasahi oleh merkuri dam merkuri terpecah menjadi partikel-partikel halus,
sehingga amlgamasi tidak dapat berlangsung secar baik.

Butiran emas yang berasal dari bijih emas primer yang tidak teroksidasi biasanya
bersih dan mengkilap. Kondisi ini baik untuk amlgamsi. Namun, butiran emas
yang berasal dari bijih yang teroksidasi biasanya kusam dan sering dilapisi oleh
oksida besi. Emas kusam mengurangi kemampuan beramalgamasi dan emas yang
dilapisi oksida besi cendrung tidak bias beramalgamasi. Untuk menghindari
terdapatnya emas kusam dan emas yang dilapisi oksida besi dapat dicegah secar
mekanik (sambil menggerus).
104

Mineral sulfide terutama sulfide arsen, antimony, bismuth dan besi berpeluang
untuk menghasilkan in sulfide (sulfide telarut) di dalam pulp. Ion sulfide dapat
menghambat amalgamasi. Penambahan bahan kimia yang dapat memberikan ion-
ion timbaldan tembaga dapat menolong untuk mengurangi gangguan ini.
Penambahan bahan alkali yang kuat dapat mengurangi gangguan ini.

Apabila minyak pelumas masuk ke gelundung saat menggerus atau pada saat
amalgamasi. Minyak dapat berperan mengurangikemampuan amalgamasi.
Keberadaannya dalam pulp harus duhindari dengan penambahan kapur yang
sedikit.

2.7.4 Penggerusan
Saat penggerusan, kondisi yang perlu diperhatikan adalah jumlah (volume) media
penggerus, kecepatan putar barel (gelundung), persentase padatan dalam pulp, dan
lamanya penggerusan. Volume media penggerus dapat diatur sehingga media
penggers mengisi barel/gelundung sedikit diats setengah isi barel/gelundung.
Keceptan putar yang sedemikian rupa menyebabkan media penggerus tidak
bergerak di bagian bawah gelundung saja tetappi juga pada suatu posisi sewaktu
berputar media penggerus diberikan kesempatan untuk jatuh.

Alat untuk penggerusn dikenal dengan nama ball mill dan rod mill. Alat ini
seharusnya memakailiner, pelapisan barel di bagaian dalam yang bergelombang.
Permukaan bergelombang ydimaksudkan untuk membantu mengangkat media
penggerus sewaktu barel berputar dan untuk mencegah selip diantara media
penggerus. Lineer biasanya terbuat dari paduan baj, dan sewaktu- waktu dapat
dilepas untuk diganti apabila telah aus. Media penggerus bias berbentuk bola atu
batangan. Diameter bola atu batnag penggerus berkisar antara 1-6 inci.
Bergantung pada ukuran barel atau gelundung, yang bervariasi antara 18 inci x 24
inci sampai sebesar 4 kakix 6 kaki (dikaitkan dengan ukuran gelundung yang
biasa digunakan dalam tahap amalgasi).

2.7.5 Pengikatan Emas oleh Merkuri


Pengikatan emas oleh merkuri atau amalgamasi dapat dilakukan dengan
menggunakan 4 jenis cara atau alat yaitu pelat, kantong, penggerusan dan
105

pencampuran. Dari keemapt cara atau alat iniyang akan dibahas adalah hanya
amalagasi dengan tekananan dan penggerusan. Alasannya, selain telah dikenal
masyarakat, cara ini berfaedah untuk emas yang berkrat dan sulit dmalgamasi,
atau amat halus, atau tidak terikat dengan mineral lain, atau dalam bijih uyang
menyebabkan merkuri tidak bekerja baik.

Ukuran yang telah disebutkan dalam pembahasan tentang penggerusan dan


perbedaannya adalah bahwa paad tahap amlgamasi (penambahan merkuri ke
dalam pulp) media penggerus berjumlah 1 atau 2 batang yang berdiameter 4 atau
5 inci, atau sengh lusin bola bediameter 4 atau 5 inci. Selanjutnya kecepatan
putarannya rendah dan lamanya amalgamasi berkisar antara 1 jam sampai
beberapa jam. Pulp dan media penggerus mengisi barel atu gelundung dengan
kisaran dari sepertiga sampai setengah volume barel. Jika operasi penggerusan
penting, operasi amlgamasi memakai 60-80% padatan. Jika amlgamasi saja,
operasi dengan 30-50% padatan. Jumlah merkuri yang ditambahkan bergantung
pada kadar emas dalam bijih dan jumlah merkuri ditambah apabila kadar emasnya
tinggi.

Perolehan Emas
Perolehan emas denag teknologi amlgamasi relative rendah (artinya apabila
dibandingkan dengan teknologi sianida). Untuk memperbaiki teknologi
amalgamasi (perolehan emas dan kehilangan merkuri) dari tambang rakyat dapat
dilakukan dengan penambahan baha kimia dan pengaturan teknik (berat umpan,
persentase padatan, waktu giling, dan waktu amalgamasi) perolehan emas dapat
mencapai 55%. Air raksa yang hilang sangat kecil (> 1%)
106

Gambar ii. 37 Diagaram Pengolahan Bijih Emas

Penambangan emas pongkor merupakan tambang emas bawah tanah


(underground mining) dengan metode cut and fill stoping yang penambangannya
didahului pembuatan lubang utama (main haulage level), yang pada saat ini telah
memotong dua buah vein utama yaitu ciguha utama dan kubang cicau. Dan
produksi bijih emas pongkor telah dimulai sejak mei 1994.

Proses pengolahan bijih ems Gn. Pongkor dilakikan dengan proses sianidasi
(carbon in leach) (CIL) dengan urutan proses berupa batuan hasil penambangan
digerus oleh unit crushing/screening setelah itu baru di milling oleh ball mil terus
dilakukan proses sianidasi untuk pemisahan konsentrat emas dan tailing. Hasil
konsentrat emas diolah dengan proses elution (AARL) yang diikuti oleh proses
electrowining dan smelting sehingga akan menghasilkan dore emas, kemudian
dore tersebut di lebur di unit peleburan logam mulia jakarta. Sedangkan tailing
107

sebagian disuplai ke tailing dam dan sebagian akan dikembalikan ke tambang


sebagai filling material untuk mengisi stope yang telah tertambang (kosong).

Untuk menghilangkan dampak lingkungan dari proses penambangan dan proses


pengolahan dengan sianidasi dilakukan pembuatan tailing dam yang berfungsi
sebagai sarana penurunan kadar sianid pada tailing secara alamiah dengan
penguapan dan proses waktu sedangkan untuk limbah sianid yang terdapat dalam
air baik pada settling pond penambangan hasil dari over flow tailing dan
dilakukan penghancuran menggunakan ferry sulfat (CuSO) dan hydrogen
peroksida (HO) sehingga air yang keluar ke sungai sudah dibawah ambang
batas yang telah diizinkan yaitu dibawah 0,5 ppm
108

2.8 Pemanfaatan

Emas adalah logam yang paling sering dibentuk menjadi perhiasan. Sifak emas
dan perak yang lunak dan mudah dibentuk, membuat logam ini bisa dibentuk
menjadi berbagai jenis aksesoris untuk wanita. Tapi, apakah emas dan perak juga
bisa memberikan manfaat lain?

Berikut ini adalah manfaat emas dalam kehidupan manusia:

1. Perrhiasan
Emas dapat dibentuk menjadi berbagai perhiasan untuk wanita. Wanita
memerlukan perhiasan untuk beberapa hal seperti menjadi aksesoris untuk
penampilan dan meningkatkan rasa percaya diri. Perhiasan dari emas bisa
dibentuk menjadi beberapa benda seperti cincin, kalung, gelang, anting, jam
tangan, bros dan berbagai aksesoris lain. Emas juga menjadi salah satu jenis
perhiasan yang memiliki harga mahal.

Gambar ii.38 Perhiasan

2. Kesehatan Gigi
Gigi yang berlubang mungkin akan membuat pemiliknya merasa tidak nyaman.
Pada jaman dahulu pemakaian emas sudah banyak digunakan untuk menambal
gigi yang berlubang. Bahkan ada jenis gigi palsu yang dilapisi dengan emas. Emas
tidak bisa memberikan reaksi dengan jenis logam dan senyawa lain sehingga emas
sangat awet. Jadi emas juga penting untuk mendukung kesehatan gigi.
109

Gambar ii.39 Emas Untuk Kesehatan Gigi

3. Perlengkapan Pesawat Ruang Angkasa


Pesawat ruang angkasa ternyata juga menggunakan bahan emas sebagai bahan
lapisan untuk kendaraan. Emas memiliki sifat yang sangat baik dan tahan terhadap
panas matahari. Bahkan sekarang emas juga dapat dipakai sebagai bahan lapisan
untuk pelindung kepala untuk astronot. Meskipun emas dipakai dalam kadar yang
kecil, tapi peran emas sangat besar untuk melindungi awak pesawat ruang angkasa
dari panas.

4. Produksi Perangkat Elektronik


Tahukah Anda bahwa ada beberapa bagian komponen elektronik yang
menggunakan emas? Emas dipakai sebagai lapisan untuk perangkat kecil sebagai
penghantar listrik pada beberapa alat elektronik seperti radio, televisi, komputer
dan perangkat lain. Emas memiliki sifat yang tahan terhadap korosi, penghantar
panas yang baik dan mendukung sistem pengiriman data komputer. Pemakaian
emas dalam perangkat ini memang sangat kecil.
110

Gambar ii.40 Emas Pada Elektronik

5. Bahan Membuat Penghargaan


Salah satu pengakuan dalam berbagai ajang kejuaraan adalah medali emas. Emas
digunakan untuk membuat medali baik berupa koin, piala atau medali murni.
Emas menunjukkan dedikasi dan derajat yang paling tinggi sehingga sangat sesuai
untuk posisi juara dalam berbagai ajang penghargaan.

Gambar ii.41 Mendali Emas

6. Emas untuk Investasi


Pada awalnya emas hanya diolah untuk perhiasan wanita yang bisa disimpan dan
dijual lagi. Namun karena harga emas yang terus bergerak karena kondisi
111

ekonomi dunia, maka sekarang emas menjadi alat investasi yang sangat menarik.
Jenis emas yang dibentuk dalam logam mulia menjadi alat investasi yang paling
banyak disukai. Emas dalam bentuk perhiasan kurang diminati sebagai sumber
investasi karena nilai atau harganya sering terkena potongan.

Gambar ii. 42 Emas Sebagai Investasi

7. Menjaga Kesehatan dan terpi kecantikan


Memakai emas juga bisa menjadi salah satu logam yang penting untuk kesehatan.
emas bisa membuat tubuh menjadi lebih sehat dengan cara meningkatkan sistem
peredaran darah. Selain itu emas juga bisa membuat tubuh menjadi sehat karena
mendukung proses sekresi atau pengeluaran racun dari dalam tubuh.

1) Menghilangkan semua jenis efek penuaan dini seperti kerutan, garis lekuk
pada mata dan bibir, serta bintik hitam.Emas juga memiliki sifat untuk
meningkatkan elastisitas kulit dan membuat kulit menjadi lebih lembut.
2) Emas menjadi salah satu bahan antioksidan yang sangat kuat sehingga
mencegah masalah peradangan pada kulit.
3) Emas membuang racun dari kulit dan meningkatkan sirkulasi peredaran
darah.
4) Emas bisa menjadi bahan yang aktif untuk mencegah pengurangan kolagen
alami pada kulit.
5) Emas mampu membuat kulit wajah menjadi lebih bersinar cantik.
112

Gambar ii. 43 Emas Sebagai Kecantikan


113

2.9 Persebaran

Emas adalah logam mulia yang bernilai tinggi yang harganya terus menerus naik
dari waktu ke waktu akibat nilai-nilaian dari uang kertas dan logam yang terjun
bebas terhadap emas. Emas banyak diburu oleh masyarakat, baik dalam bentuk
mentah dari alam langsung maupun dalam bentuk jadi seperti batangan, perhiasan,
koin dinar dan lain sebagainya.

Saat ini tambang emas banyak dikuasai oleh perusahan asing, badan usaha milik
negara, penambang liar, dan lain-lain. Walaupun indonesia menghasilkan emas
yang jumlahnya cukup besar, namun pemerintah gagal mensejahterakan rakyat
secara merata. Apabila tambang-tambang emas di negara republik indonesia
dikelola secara profesional oleh anak bangsa yang beriman dan berilmu, maka
tidak menutup kemungkinan seluruh rakyat dunia bisa sejahtera.
Di bawah ini adalah daftar nama-nama lokasi wilayah tempat penghasil emas
(tambang emas) di indonesia :

1. Mimika (Papua)
2. Cikotok (Jawa Barat)
3. Bengkalis (Riau)
4. Tanggamus (Lampung)
5. Bombana (Sulawesi Tenggara)
6. Rejang Lebong (Bengkulu)
7. Bolaang Mangondow (Sulawesi Utara)
8. Logas (Riau)
9. Sarolangun (Jambi)
10. Merangin (Jambi)
11. Meuleboh (Nanggroe Aceh Darussalam)
12. Monterado (Kalimantan Barat)
13. Malinau (Kalimantan Timur)
14. Kotabaru (Kalimantan Selatan)
15. Kapuas (Kalimantan Tengah)
16. Banyuwangi (Jawa Timur)
114

Gambar ii.44 Persebaran Emas Di Indonesia


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan tentang mineralisasi, karakteristik, model endapan, teknk


penambangan, dan pengolahan bahan galian logam emas study kasus pada
pegunungan Pongkor Jawa Barat maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Genesa emas atau dapat di sebut juga proses pembentukan endapan yang ada
pada daerah pegunungan Pongkor Jawa Barat merupakan endapan yang
terbentuk secara primer. Endapan primer merupakan endapan yang terbentuk
dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa
endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan aktifitas
hidrotermal, yang membentuk tubuh bijih dengan kandungan utama silika.
Cebakan emas primer mempunyai bentuk sebaran berupa urat/vein dalam
batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa.
2. Eksplorasi emas adalah keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak
mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineral emas
yang ada. Tahapan Eksplorasi meliputi : Prospeksi, eksplorasi awal,
eksplorasi detail. Eksplorasi emas dapat di bedakan menjadi dua, yaitu
eksplorasi secara langsung dan eksplorasi secara tidak langsung. Secara
langsung meliputi penyelidkan singkapa, sumur uji dan lain sebagainya.
Sedangkan secara tidak lansung yaitu melalu eksplorasi geokimia
dangeofisika.
3. Kajian teknis kelayakan berdasarkan beberapa data untuk mengetahui
keadaan hidrologi maupun hidrogeologi di daerah gunung Pongkor. Data
yang di perlukan antara lain seperti data curah hujan, grafik curah hujan pada
daerah tersebut agar dapat di ketahui sebit aliran airnya.
4. Karakteristik endapan mineralisasi emas diendapkan bersamaan dengan vein
kuarsa dan kuarsa-karbonat, membentuk pola parallel dengan arah dominan
NW-SE dan N-S, panjang vein antara 200m hingga 2.500m dan ketebalan 1m
115
116

hingga 24m. Sistem vein ini mengisi rekahan struktur sesar berarah barat laut
tenggara hingga utara selatan sebagai perangkap mineralisasi dengan host
rock Formasi Cimapag. Tipe endapan emas Pongkor termasuk dalam tipe
Epithermal Low Sulfidation Vein System.
5. Kajian penjadwalan produksi pada endapan emas di daerah Gunung Pongkor
ini di jadwalkan akan di tambang selama sepuluh tahun dengan pembagian
area penambangan menjadi lima blok penambangan. Masing-masing blok
memiliki luas yang berbeda dengan volume OB maupun Ore yang berbeda
juga. Produksi tersebut akan di dukung oleh alat yang akan di gunakan
selama proses penambangan seperti alat jumbo drill, scooptram dan lori
6. Teknik penambangan yang dipilih dan sesuai dengan keadaan endapan di
daerah Gunung Pongkor adalah cut and fill. Cut and fill adalah salah satu
metoda penambangan, dalam metoda penambangan ini, dengan cara menggali
atau membuat bukaan-bukaan dan kemudian mengisi kembali dengan
material lain bekas bukaan tersebut. Cut and fill merupakan metode
penambangan dengan cara memotong batuan untuk membuat stope dalam
level. Setelah selesai menambang dalam satu stope, maka stope tersebut diisi
kembali tanpa menunggu selesai dalam satu level.
7. Pengolaha Emas
Pengolahan emas yang digunakan yaitu metode tong dengan tahapan antara
lain seperti Kominus, pemisahan emas dari pengotor, pemurnian emas,
peningkatan hingga proses refining.
8. Manfaat Emas
Dalam kehidupan seharhari emas dapat dimanfaatkan sebagai perhiasan,
kesehatan pada gigi, masker emas untuk kecantikan wajah, lulur emas untuk
perawatan kulit tubuh, sebagai mendali emas, dan dapat digunakan sebagai
nvestas berupa emas batangan.
9. Persebaran Emas Di Indonesia
Persebaran emas seperti yang kita ketahu yang palng terkenal yaitu di papua,
namun masih banyak lagi keterdapan emas di Indonesia sepeerti di Jawa
Barat, Banyuwangi, Lampung dan lain sebagainya.
117

3.2 Saran

Untuk meningkatkan proses pembelajaran agar lebih baik untuk kedepannya maka
penulis memberikan beberapa saran, yaitu :

1. Proses pembelajaran harus lebih efektif, misal dengan masuk dan keluar
kelas tepat pada waktunya.
2. Slalu memperhatikan ketika dosen memberikan arahan untuk materi
maupun penulisan suatu karya tulis.
3. Mencatat apa yang perlu di perbaiki dalam penyusunan suatu karya tulis.

Anda mungkin juga menyukai