Anda di halaman 1dari 3

Bidang Diskontinu Pada Batuan (Bidang Lemah)

POSTED BY AZHARY RAHIM ON 08:15

Secara umum, bidang diskontinu merupakan bidang yang memisahkan massa batuan menjadi bagian
yang terpisah. Menurut Priest (1993) dalam Sitohang (2008), pengertian bidang diskontinu adalah setiap
bidang lemah yang terjadi pada bagian yang memiliki kuat tarik paling lemah dalam batuan. Menurut
Gabrielsen (1990) dalam Sitohang (2008), keterjadian bidang diskontinu tidak terlepas dan masalah
perubahaan stress (tegangan), temperatur, strain (regangan), mineralisasi dan rekristalisasi yang
terjadi pada massa batuan dalam waktu yang panjang.

Menurut Hencher (1987) struktur geologi dan diskontinuitas pada batuan merupakan bidang-bidang
lemah dan jalur perembesan airtanah. Keberadaan struktur geologi dan diskontinuitas akan mengurangi
tingkat kekuatan geser batuan dan implikasi utamanya adalah meningkatkan peluang terjadinya
longsor. Dengan munculnya bidang lemah tersebut, maka batuan yang tadinya utuh akan berubah
menjadi massa batuan dengan kekuatan yang jauh lebih kecil dari sebelumnya. Seiain itu, beban yang
diterima oleh massa batuan juga akan diteruskan secara anisotrop ke sekitarnya, sehingga dengan
demikian tingkat kestabilan lereng juga akan menurun. Menurut Hencher (1987), struktur geologi dan
diskontinuitas pada batuan yang berhubungan dengan geoteknik pada kestabilan lereng adalah: kekar,
sesar, batas litologi dan bidang perlapisan, serpihan dan orientasi mineral pada batuan metamorf.

Beberapa jenis bidang diskontinu yang digolongkan berdasarkan ukuran dan komposisinya adalah
sebagai berikut:

1. Fault (patahan) adalah bidang diskontinu yang secara jelas memperlihatkan tanda-tanda bidang
tersebut mengalami pergerakan. Tanda-tanda tersebut diantaranya adalah adanya zona hancuran
maupun slicken sided atau jejak yang terdapat di sepanjang bidang fault. Fault dikenal sebagai
weakness zone karena akan memberikan pengaruh pada kestabilan massa batuan dalam wilayah
yang luas.
2. Joint (kekar). Bidang diskontinu yang telah pecah namun tidak mengalami pergerakan atau
walaupun bergerak, pergerakan tersebut sangat sedikit sehingga bisa diabaikan. Joint merupakan
jenis bidang diskontinu yang paling sering hadir dalam batuan.
3. Bedding (bidang pelapisan). Bedding terdapat pada permukaan batuan yang mengalami
perubahan ukuran dan orientasi butir dari batuan tersebut serta perubahan mineralogi yang terjadi
selama proses pembentukan batuan sedimen.
4. Fracture dan crack. Fracture diartikan sebagai bidang diskontinu yang pecah tidak paralel
dengan struktur lain yang tampak pada batuan. Beberapa rock mechanic engineer menggunakan
istilah fracture dan crack untuk menjelaskan pecahan atau crack yang terjadi pada saat pengujian
batuan, peledakan dan untuk menjelaskan mekanisme pecahnya batuan brittle.
5. Fissure. Ada banyak ahli yang menjelaskan pengertian fissure, salah satunya adalah menurut
Fookes dan Denness (1969) dalam Sitohang (2008) yang mendefinisikan fissure sebagai bidang
diskontinu yang membagi suatu material utuh tanpa inemisahkannya menjadi bagian terpisah.

Adanya bidang diskontinu pada batuan akan mempengaruhi banyak hal yang berhubungan dengan
aktifitas penambangan. Diantaranya adalah pengaruh terhadap kekuatan dari batuan. Seniakin banyak
bidang diskontinu yang memotong massa batuan, semakin kecil pula kekuatan dan batuan tersebut.
Bidang-bidang diskontinu yang ada pada massa batuan inilah yang memiliki potensi untuk menyebabkan
terjadinya failure pada batuan yang diekskavasi. Selain itu adanya bidang diskontinu juga akan
memberikan pengaruh lain dalam sebuah kegiatan pertambangan. Hal ini berkaitan dengan ukuran
fragmentasi material yang ditambang.

Dari semua jenis bidang diskontinu yang ada, joint adalah yang paling sering menjadi pertimbangan.
Hal ini disebabkan joint merupakan bidang diskontinu yang telah pecah dan terbuka, sehingga bidang
joint merupakan bidang yang lemah. Selain itu joint sering bahkan hampir selalu ada pada suatu massa
batuan. Oleh sebab itu, dalam pertimbangan geoteknik, seringkali joint lebih menjadi perhatian
dibandingkan jenis bidang diskontinu lainnya.

Dalam analisis bidang diskontinu terdapat beberapa istilah yang biasa dipakai secara umum. Berikut ini
akan dibahas beberapa poin yang berkaitan dengan bidang diskontinu.

1. Joint Set adalah sejumlah joint yang memiiiki orientasi yang relatif sama, atau sekelompok joint
yang paralel.

2. Spasi Bidang Diskontinu (Joint Spacing). Menurut Priest (1993) ada tiga macam spasi bidang
diskontinu. Ketiga macam joint spacing tersebut adalah spasi total (total spacing), spasi set (set/joint
set spacing) dan spasi set normal (normal set spacing).
Total spacing, Adalah jarak antar bidang diskontinu dalam suatu lubang bor atau sampling line
pada pengamatan di permukaan.
Joint set spacing, Adalah jarak antara bidang diskontinu dalam satu joint set. Jarak diukur di
sepanjang lubang bor atau sampling line pada pengamatan di permukaan.
Normal set spacing, Hampir sama dengan set spacing, bedanya pada normal set spacing, jarak
yang diukur adalah jarak tegak lurus antara satu bidang diskontinu dengan bidang diskontinu
lainnya yang ada dalam satu joint set.
3. Orientasi Bidang Diskontinu (Joint Orientation). Orientasi bidang diskontinu yaitu kedudukan dari
bidang diskontinu yang meliputi arah dan kemiringan bidang. Arab, dan kemiringan dan bidang
diskontinu biasanya dinyatakan dalam (Strike/Dip) atau (Dip Direction/Dip).

Strike (jurus), Merupakan arah dari garis horizontal yang terletak pada bidang diskontinu yang
miring, Arah ini diukur dari utara searah jarum jam ke arah garis horizontal tersebut.
Dip (kemiringan bidang) , Dip adalah sudut yang diukur dan bidang horizontal ke arah
kemiringan bidang diskontinu.
Dip Direction, Dip direction merupakan arah penunjaman dari bidang diskontinu. Dip &
Direction (DDR) diukur dari North searah jarum jam ke arah penunjaman tersebut atau sama
dengan 90 derajat dari strike searah jarum jam ke arah penunjaman. Dip & Direction (DDR) - Strike
+ 90

Anda mungkin juga menyukai