OLEH
MOH. RULIANSYAH. L
R1C1 17 060
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Mineral Industri dengan judul “Bahan Galian Industry
Yang Berhubungan Dengan Batuan Metamorf”
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Mineral
Industri yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Moh. Ruliansyah. L
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4
C. Tujuan ...........................................................................................................5
A. Kesimpulan ................................................................................................19
B. Saran ..........................................................................................................19
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Oleh karena itu saya membahas ini dalam makalah saya, yang dimna setiap mineral
tersebut memiliki deskripsi umum sampai penggunaannya.
B. Rumusan masalah
1. Pembahasan kalsit
2. Pembahasan marmer
3. Pembahasan Batusabak/slate
4. Pembahasan kuarsit
5. Pembahasan grafit
6. Pembahasan wolastonit
C. Tujuan
1. Deskripsi, pengertian, keterdapatan, dan manfaat kalsit
2. Deskripsi, pengertian, keterdapatan, dan manfaat marmer
3. Deskripsi, pengertian, keterdapatan, dan manfaat Batusabak/slate
4. Deskripsi, pengertian, keterdapatan, dan manfaat kuarsit
5. Deskripsi, pengertian, keterdapatan, dan manfaat grafit
6. Deskripsi, pengertian, keterdapatan, dan manfaat wolastonit
BAB II
PEMBAHSAN
A. Kalsit
Secara umum, proses terbentuknya mineral kalsit (genesa) ataupun keterdapatan kalsit berkaitan erat
dengan pembentukan batu kapur dan batu marmer. Mungkin itulah yang membuat banyak orang awam
menyebut mineral kalsit sebagai batu kalsit. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa kalsit bukan batuan,
tetapi merupakan mineral utama penyusun batu gamping maupun batu marmer.
Batu kapur (batugamping) adalah batuan sedimen yang dominan tersusun atas mineral kalsit. Batuan
tersebut terbentuk baik dari presipitasi kimia kalsium karbonat maupun transformasi dari serpih, koral,
alga yang mengalami diagenesis. Batu kapur juga dapat terbentuk sebagai deposit di gua-gua akibat
pengendapan kalsium karbonat.
Sektor konstruksi adalah konsumen utama dari kalsit dalam bentuk batu kapur dan
marmer. Batuan ini telah banyak digunakan selama ribuan tahun. Blok batu kapur sebagai bahan
konstruksi utama digunakan di banyak piramida di Mesir dan Amerika Latin. Saat ini, batu kapur
(batugamping) dan marmer digunakan sebagai batuan ornamen konstruksi seperti lantai/ubin dan
pagar, ini sudah tentu setelah melewati tahapan pemolesan sehingga menghasilkan corak yang
lebih indah.
Konstruksi modern menggunakan kalsit dalam bentuk batu kapur dan marmer untuk
menghasilkan semen dan beton. Bahan-bahan ini mudah dicampur, diangkut dan ditempatkan
dalam bentuk bubur yang akan mengeras menjadi bahan konstruksi tahan lama. Beton digunakan
untuk membuat bangunan, jalan raya, jembatan, dinding dan banyak struktur lainnya.
Di industri kimia, kalsit dipakai untuk memproduksi kaustik soda dan alkali lainnya dengan
menggunakan solvay process. Kalsit jenis ringan berfungsi sebagai filler, extender coating pada
industri cat, karet, farmasi, dan plastik. Produk lain yang banyak dihasilkan dari mineral ini
adalah kalsium hipklorit, asam sitrit, propilin oksida, gliserin, dan fosfat
B. Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batu
gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi
rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi
struktur asal batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir.Marmer Indonesia diperkirakan
berumur sekitar 30–60 juta tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier.
Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua penampilan yaitu tipe
ordinario dan tipe staturio.Tipe ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja,
dinding dan sebagainya, sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung. Proses
penambangan marmer dilakukan secara sederhana dengan peralatan sederhana seperti gergaji.
C. Batusabak / slate
Batu slate atau sabak dapat berwujud hingga menyerupai batu setelah mengalami proses
yang terbilang panjang. Terlebih lagi batu slate ini masuk ke dalam golongan batuan metamorf.
Batu metamorf sendiri merupakan transformasi dari batuan lainnya yang telah mengalami
perubahan wujud. Proses pembentukan batu slate atau sabak ini berasal dari metamorfosis Shale
dan batu lempung atau Mudstone.
Ciri- ciri yang pertama yang dimiliki oleh batu slate atau sabak memiliki beberapa warna
yaitu abu- abu, hitam, hijau dan juga merah. Warna- warna dari batu slate ini merupakan warna
yang khas. Warna- warna ini bisa berbeda- beda karena kandungan zat yang dimiliki oleh batu
tersebut, yakni tergantung pada kandungan mineralnya. Dengan warna- warna yang berbeda
maka batu ini akan tampak indah jika dijajarkan dan akan terlihat berwarna- warni. Warna-
warna dari bebatuan ini akan tampak seperti batu- batuan yang berada di akuarium. Manfaat dari
batu sabak yaitu, sebagai bahan bangunan, hiasan, dan batu asahan.
D. Kuarsit
Tidak seperti feldspar yang mudah lapuk menjadi lempung (tanah), kuarsit sangat jarang
membentuk tanah. Apabila batuan ini pecah, kuarsit masih akan tetap konsisten berbentuk
kuarsa. Inilah yang membuat kuarsit tidak dapat berkontribusi dalam hal pembentukan tanah
(soil). Kuarsit sering ditemukan sebagai batuan dasar yang terbuka dengan sedikit ataupun tanpa
lapisan penutup tanah.
Ciri-ciri dan Sifat Fisik Batu Kuarsit
Kuarsit pada umumnya berwarna putih abu-abu. Akan tetapi beberapa diantaranya dapat
berwarna merah muda, merah, ataupun ungu karena adanya element pengotor berupa oksida
besi. Elemen pengotor lainnya juga dapat menyebabkan batu kuarsit menjadi berwarna kuning,
orange, coklat, hijau ataupun biru.
Kuarsit yang dominan tersusun atas mineral kuarsa membuat batuan tersebut mempunyai tingkat
kekerasan sekitar 7 pada skala mohs. Kekuatan yang ekstrim membuat batuan tersebut pada
masa lampau banyak digunakan sebagai alat penumbuk. Pecahannya yang konkoidal
memungkinkan kuarsit bisa dibentuk menjadi alat pemotong seperti kapak dan mata tombak.
Kuarsit memiliki keragaman kegunaan baik itu dalam bidang konstruksi, manufaktur,
arsitektur, dan seni dekoratif. Meskipun sifat-sifatnya lebih unggul dari batuan lainnya,
penggunaan kuarsit selalu dibatasi karena berbagai alasan.
Contohnya dalam bidang konstruksi, sebagai batu pecah seharusnya kuarsit menjadi batuan yang
lebih unggul karena tingkat kekerasannya jauh lebih besar dibandingkan jenis batu pecah yang
lain (basalt, andesit, gamping, dsb). Akan tetapi karena sifatnya yang terlalu keras membuat
penggunaannya justru dibatasi karena alasan dapat menyebabkan keausan berat pada alat
pemecah batu (crusher).
E. Grafit
Grafit merupakan mineral native element dengan komposisi C (karbon). Sistem kristal
dari grafit adalah heksagonal, merupakan massa berfoliasi atau lembaran-lembaran tipis yang
terlepas, struktur opak pada umumnya berwarna hitam. Grafit merupakan dimorphisme dari
intan, tetapi mempunyai tingkat kekerasan rendah (1-2), berat jenis 2,23, belahan baik/jelas
apabila diraba terasa berminyak. Grafit tidak terbakar dan tidak mudah larut dalam air. Grafit
terbentuk pada pada tingkat tinggi dari batuan yang mengandung zat organik, dan juga terdapat
pada hidrotermal vein. Grafit sangat umum didapatkan dalam granit, sekis, genis, mika sekis
ataupun batugamping kristalin (Sukandarrumidi. 1999).
Mineral grafit pada umumnya diketahui memiliki tiga jenis yaitu: 1) mikrokristalin (amorphous);
2) urat (crystalline lump); dan 3) flake. Penggunaan paling banyak mineral ini pada dunia
industri ialah mengenai industri material tahan panas. Kegunaan grafit terutama untuk baterai
kering, bahan pencampur pelumas, cat, bahan pembuatan crucibles (tungku pencair logam), sikat
dinamo, elektroda untuk proses galvanisasi, bahan pembuatan sepatu rem kendaraan, dipakai
dalam industri peleburan baja (foundry) dan pembuatan pinsil.
Sejauh ini, berdasarkan data izin usaha pertambangan (IUP) milik Direktorat Jenderal Mineral
dan Batubara (Ditjen Minerba) dari tahun 2014 hingga 2016, hanya terdapat satu konsesi
pertambangan mineral grafit. Konsesi tersebut berada di desa Balai Sebut, Kabupaten Sanggau,
Provinsi Kalimantan Barat. Selain itu, publikasi umum dalam bentuk jurnal maupun karya tulis
mengenai grafit di Indonesia juga masih terbilang jarang. Melihat hal tersebut dapat dikatakan
bahwa Indonesia masih belum mengeksploitasi keberadaan mineral grafit di Indonesia.
Seperti yang diketahui, mineral grafit umumnya terbentuk sebagai hasil dari tahapan
metamorfisme (regional maupun kontak) dari sedimen yang kaya akan material organik. Sebagai
salan satu contoh grafit jenis flake, diduga terbentuk dari batuan sedimen halus yang kaya akan
material organik. Seiring dengan meningkatnya derajat metomorfisme, material karbon tersebut
akan terubah menjadi grafit amorphous (C.J. Mitchell.1993).
Dalam mencari keterdapatan mineral Grafit , formasi geologi batuan malihan dapat dijadikan
panduan dalam memilah dan menentukan formasi pembawa mineral grafit.
Indonesia mempunyai beberapa jalur batuan metamorf terutama terdapat di pulau Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi. Dengan melihat pada keterdapatannya beberapa jalur batuan
metamorfik di Indonesia maka keberadaan mineral garfit menjadi sangat memungkinkan,
sehingga kegiatan eksplorasi mineral grafit di Indonesia sangat diperlukan.
Keprospekan mineral grafit di pulau kalimantan dan pulau sulawesi tahun 2017
Berdasarkan kegiatan uji petik keprospekan mineral grafit di Pulau Kalimantan dan Pulau
Sulawesi, ditemukan formasi batuan pembawa mineral grafit. Litologi yang diduga mengandung
mineral grafit tersebut ialah batusabak (Sulawesi) dan batulumpur sabakan (Kalimantan).
Batusabak yang ditemukan di Kabupaten Kolaka,Provinsi Sulawesi Tenggara, memiliki warna
lapuk abu, warna segar abu kehitaman, berlembar, mikaan, mudah
F. Wolastonit
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
B. Saran
Karena makalah ini di buat pada saat pendemi Covid-19, jadi saya harap pembaca
ataupun teman-teman tetap jaga kesehatan, dan pola hidup sehat tetap dirumah, gunakan
masker dan rajin mencuci tangan, terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiyanto, H. B. (2013). Sintesis Dan Karakterisasi Hidroksiapatit Dari Kalsit Puger Kabupaten Jember
Sebagai Material Bone Graft.
Setiawan, N. I., Husein, S., Nukman, M., & Novian, M. (2019, September). Identifikasi Singkapan Batuan
Metamorf Segar di Lereng Utara Gunung Konang, Sebagai Analog Jenis dan Tipe Batuan Metamorf di
Bayat, Klaten, Jawa Tengah. In Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-12 Teknik Geologi, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada. Departemen Teknik Geologi.
Subiantoro, L., Soetopo, B., & Haryanto, D. (2011). Kajian Awal Prospek Bahan Galian Monasit
Mengandung U dan Elemen Asosiasinya di Semelangan Ketapang, Kalimantan
Barat. EKSPLORIUM, 32(155), 1-16.
Widhiyatna, D., Pohan, M. P., & Ahdiyat, A. (2006). Inventarisasi potensi bahan galian pada wilayah PETI
daerah Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Proceeding Pemaparan Hasil-Hasil Kegiatan Lapangan dan
Non Lapangan Tahun.
William Alexander Deer; Robert Andrew Howie; J. Zussman (1992). An introduction to the rock-forming
minerals. Longman Scientific & Technical. ISBN 978-0-470-21809-9.