Anda di halaman 1dari 32

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

TUGAS MINERAL INDUSTRI

“MINERAL INDUSTRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN BATUAN SEDIMEN DAN


BATUAN GUNUNG API/VULKANIK”

OLEH

ADRIAN MARATI

R1C1 17 001

KENDARI

2020
Bahan galian industri merupakan semua mineral dan batuan kecuali mineral logam dan energi,
yang digali dan diproses untuk penggunaan akhir industri dan konstruksi termasuk juga mineral logam
yang bukan untuk dilebur seperti bauksit, kromit, ilmenit, bijih, mangan, zircon dan lainnya.

1. Karakteristik Bahan Galian Industri


Karakteristik bahan galian industri diantaranya:

1. Multiguna jika dibandingkan dengan bahan galian lain, bahan galian industri ini memiliki banyak
kegunaan, misalnya batu gamping, yang merupakan salah satu contoh bahan galian industri. Batu
gamping memiliki banyak kegunaan diantaranya untuk industri semen. Selain itu ternyata batu
gamping ini juga memiliki kegunaan sebagai pemutih kertas. Disini terlihat jelas, bahwa bahan
galian industri ini memiliki banyak kegunaan.
2. Digunakan langsung Karakteristik BGI yang nyata yaitu dapat digunakan langsung, khususnya
untuk keperluan industri. Contohnya batu pasir yang tanpa melalui proses pengolahan lebih
lanjut, dapat langsung digunakan untuk keperluan bahan bangunan dan lainnya.
3. Tidak melalui pemasaran internasional. Tidak seperti bahan galian lainnya, pemasaran bahan
galian industri tidak memerlukan pemasaran internasional.

2. Penggolongan Bahan Galian Industri


Penggolongan bahan galian industri berdasarkan atas asosiasi dengan batuan tempat terdapatnya, dengan
mengacu pada Tushadi dkk [1990, dalam Sukandarumidi, 1999] adalah sebagai berikut :

a.Kelompok I :BGI yang berkaitan dengan Batuan Sedimen

Kelompok ini dapat dibagi menjadi :

1. Sub Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batu gamping : Batu gamping, dolomit, kalsit,
marmer, oniks, Posfat, rijang, dan gipsum.
2. Sub Kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya : bentonit, ballclay dan
bondclay, fireclay, zeolit, diatomea, yodium, mangan, felspar.
b. Kelompok II, BGI yang berkaitan dengan batuan gunung api : obsidian, perlit, pumice, tras, belerang,
trakhit, kayu terkersikkan, opal, kalsedon, andesit dan basalt, paris gunung api, dan breksi pumice.

c. Kelompok III, BGI yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan asam & ultra basa : granit dan
granodiorit, gabro dan peridotit, alkali felspar, bauksit, mika, dan asbes.

d. Kelompok IV, BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu & endapan letakan : lempung, pasir
kuarsa, intan, kaolin, zirkon, korundum, kelompok kalsedon, kuarsa kristal, dan sirtu.

e. Kelompok V, BGI yang berkaitan dengan proses perubahan hidrotermal : barit, gipsum, kaolin, talk,
magnesit, pirofilit, toseki, oker, dan tawas.

f. Kelompok VI, BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf : kalsit, marmer, batusabak, kuarsit, grafit,
mika dan wolastonit.
BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN BATUAN SEDIMEN

Mengacu pada Tushadi dkk. 1990 kelompok bahan galian ini dibagi menjadi Subkelompok A:
Bahan galian industri yang berkaitan dengan batu gamping dan Subkelompok B: Bahan galian industri
yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya.
A. SUBKELOMPOK A
1) . Batugamping
Dikenal batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain dari
Coelenterata, Moluska dan Protozoa, Foraminifera dan sebagainya, jenis batu gamping ini sering disebut
sebagai batu gamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral yang merupakan anggota dari
Coelenterata. Batu gamping ini merupakan pertumbuhan/perkembangan koloni Koral, oleh sebab itu
dilapangan tidak menunjukkan perlapisan yang baik dan belum banyak mengalami pengotoran mineral
lain. Batu gamping klastik, merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non klastik melalui proses
erosi oleh air, transportasi, sortasi, sedimentasi. Oleh karenanya selama proses tersebut terikut jenis
mineral lain yang merupakan pengotor dan memberi warna pada batu gamping yang bersangkutan.
Akibat adanya proses sortasi maka secara alamiah akan terbentuk pengelompokan ukuran butir. Dikenal
39 jenis kalsirudit apabila batu gamping tersebut fragmental, kalkarenit apabila batu gamping tersebut
berukuran pasir, dan kalsilutit apabila batu gamping tersebut berukuran lempung. Tingkat
pengotoran/kontaminasi oleh mineral asing berkaitan erat dengan ukuran butirnya. Pada umumnya jenis
batu gamping ini dilapangan menunjukkan berlapis. Adanya perlapisan dan struktur sedimen yang lain
serta adanya kontaminasi mineral tefientu yang akan memberi warna dalam beberapa hal memberikan
nilai tambah setelah batu gamping tersebut terkena sentuhan teknologi. Selain itu mataair mineral dapat
pula mengendapkan batu gamping yang disebut sebagai endapan sinter kapur. Batu gamping jenis ini
terjadi karena proses kimia di alam, peredaran air panas alam maka melarutlah batu gamping di bawah
permukaan yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan bumi. Secara kimia batu gamping terdiri
dari atas kalsium karbonat (CaCOr). Di alam tidak jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar
magnesium yang tinggi mengubah batu gamping menjadi batu gamping dolomitan dengan komposisi
kimia CaCOrMgCOr. Hasil penyelidikan hingga kini menyebutkan bahwa kadar Calsium Oksida batu
gamping di Jawa umumnya tinggi (CaO > 50Vo). Selain magnesium batu gamping kerapkali tercampur
dengan lempung, pasir, bahkan jenis mineral lain. Pada umumnya batu gamping yang padat dan keras
mempunyai berat jenis 2. Selain yang pejal (masif) dijumpai pula batu gamping yang sarang (porus).
Mengenai warna dapat dikatakan bervariasi dari putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah,
bahkan hitam. Semuanya disebabkan karena jumlah dan jenis pengotor yang ada. Warna kemerahan
disebabkan oleh mangaan, oksida besi sedang kehitaman karena zat organik. Batu gamping yang
mengalami metamorfose berubah meniadi marmer. Di beberapa daerah berbatu gamping yang tebal
lapisannya didapatkan gua atau sungai bawah tanah yang terjadinya berkaitan erat dengan kerjanya
airtanah. Air hujan yang mengandung COz dari udara dan COz hasil pembusukan zat organik
dipermukaan setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batu gamping yang dilaluinya sepanjang
rekahan. Reaksi kimia yang berlangsung adalah:

CaCO: +2CO2+ H2O Ca(HCO3)2 + CO2

Ca(HCO:)z larut dalam air sehingga lambat laun terjadilah rongga dalam bentuk gua atau sungai
bawah tanah. Seperti dijelaskan dimuka, secara geologi batu gamping mungkin berubah menjadi
dolomitan (MgO 2,2% - lO,9%) ata:u dolomit (MgO > l9,9%) karena pengaruh pelindian (leaching) atau
peresapan unsur magnesium dari laut kedalam batu gamping tersebut. Disamping itu dolomit juga
diendapkan secara tersendiri atau bersamaan dengan batu gamping. Ada hubungan yang erat antara batu
gamping dan dolomit seperti yang dikemukakan oleh Pettijohn

Tabel.Tatanama batu gamping sesuai dengan kadar magnesium (pettijohn, 1949)

Gambar .contoh batugamping

Teknik Penambangan Pada umumnya deposit batu gamping clitemukan dalam bentuk bukit.
Oleh sebab itu teknik penambangan dilakukan dengan tambang terbuka dalam bentuk kuari tipe sisi bukit
(side hill type). untuk penambangan skala besar pembongkaran dibantu dengan sistem peledakan
beruntun dibantu peralatan berat antara lain escavator dan ripper (penggaru), sedang untuk penambangan
skala kecil dilakukan dengan alat sederhana antara lain cangkul, ganco dan sekop. Apabila batu
gampingnya tidak keras, pemberaian dibantu dengan membuat sederetan "lubang" tembak yang diisi
dengan lempung. Sesudah lempung diisikan pada masing-masing lubang lalu dituangkan padanya air.
Akibatnya lempung mengembang yang akhirnya dengan bantuan "linggis" batu gamping mudah
dibongkar. Apabila skala penambangannya kecil, sistem yang diterapkan dalam kegiatan penambangan
adalah sistem gophering, mengikuti bagian/jalur batu gamping yang relatif mudah dibongkar. Disamping
hal tersebut teknik penambangan juga mempertimbangkan ukuran/ bentuk pembongkaran yang
diinginkan. Mempertimbangkan keselamatan kerja sistem gophering tidak dianjurkan.

2) Dolomit
Kebanyakan dolomit didapatkan bersama-sama dengan batu gamping. Dolomit umumnya terjadi
karena proses pelindihan (leaching) atau peresapan unsur magnesium dari air laut kedaram batugamping.
Proses ini disebut dengan proses dolomitisasi yaitu proses penggantian Ca oleh unsur Mg. Berdasarkan
atas jumlah mineral unsur dolomit (Mg CO3) maka dibedakan
CaCO: = l00% dikenal sebagai batu gamping
CaCO,+>10% Mg CO3 dikenal sebagai batu gamping dolomitan
CaCO.+> 45% MgCOr dikenal sebagai dolomit
Berkaitan dengan hal tersebut di atas karena surnber rrragnesium berasal dari air laut sedang bahr
gamping menjadi dolomit karena proses pelindihan maka kcbanyakan secara stnrr.iqr',rl-is dolomit
didapatkan dibagian bawah dari satu ciri batu gampirrg. Di samping itu dolomit dapat diendapkan
tersendiri sebagai evaporir. Dolonrir sendiri masif, butiran halus hingga kastrr. hqru,arna lbn-ahu putih,
kebiruan, kunin. :lenrarr iristal berbentuk hexagonal. dolornrt ticlak larut dalam HCl, kadang dijurrrpai
bersama hadir dalam gypsum.
Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batugamping dan
magnesit.Akan tetapi, biasanya dolomit lebih disukai karena banyak terdapat di alam.Madiapoera, T
(1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang cukup besar terdapat di Propinsi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura dan Papua.Di beberapa daerah sebenarnya
terdapat juga potensi dolomit, namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa
pada endapan batugamping.

Penambangan dolomit dilakukan sama dengan penambangan batu gamping.

Gambar .Batudolomit

3) Kalsit
Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur kimia pembentuknya
terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal Heksagonal dan belahan
rhombohedral, tidak berwarna dan transparan. Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3
(skala Mohs); bentuk prismatik; tabular; pejal; berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk sebagai
stalaktit, modul tubleros, koraloidal, oolitik atau pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah kuning,
coklat, pink, biru, lavender, hijau pucat, abu-abu, dan hitam.

Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan
kimianya.Penggunaan tersebut, meliputi sektor pertanian, industri kimia, makanan, logam dan lainnya.

Kalsit terdapat di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa bagian selatan dan utara (sebagian
kecil).Bentuk endapan dapat datar, bukit atau berupa lensa. Cadangan yang diketahui merupakan
klasifikasi cadangan tereka di daerah Indarung (10,1 juta ton), Sumatera Barat (10 juta ton) dan Begelan
di Kabupaten Purwokerto (0,1 Juta ton).

Proses penambangan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan secara sederhana antara lain
gancu dan linggis.

Gambar .Kalsit

4) Marmer
Disebut pula sebagai marble, batu pualam, hasil proses metamorfose kontak atau regional dari
jenis batu gamping. Oleh sebab itu jenis dari marmer sangat tergantung dari jenis batuan asal. Warna asli
marmer adalah putih, tetapi terdapat warna pengotor yang justru membuat marmer menjadi menarik.
Mineral pengotor antara lain grafit memberi warna hitam-coklat, pyrit, ilmenit memberi warna coklat-
kemerahan. Kadang-kadang didapatkan juga dalam jurnlah sedikit mineral lain yaitu dolomit, kuarsa,
mika, khlorit, plagioklas, epidote, diopsid, piroksen, tremolit, wolastonite, visuvianite, forsterite, olivin,
talk, brucit, serpentin dan periklas. Disamping itu tingkat metamorfose dari tingkat rendah hingga tinggi
berawal dari zeolite facies hingga granulite facies dan ini tampak pada sayatan petrografi.Berdasarkan
atas kegunaannya marmer dibagi menjadi 2 jenis yaitu marmer ordinario untuk bangunan dan marmer
statuario untuk seni pahat. Marmer apabila digergaji dan dipoles menunjukkan gambaran yang bervariasi
dan dikenal dengan istilah tekstur Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa
atau malihan dari batu gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen
menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.
Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir.Marmer Indonesia
diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier.
Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua penampilan yaitu
tipe ordinario dan tipe staturio.Tipe ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-
meja, dinding dan sebagainya, sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung.

Proses penambangan marmer dilakukan secara sederhana dengan peralatan sederhana seperti
gergaji.

Gambar. Marmer

5) Oniks
Endapan oniks mempunyai komposisi kimia CaCO3 terdiri dari mineral kalsit yang berlapis
dengan ketebalan dan pola yang bervariasi.Umumnya berwarna putih kekuningan dan agak bening
sehingga tembus pandang.Oniks terjadi pada rongga atau tekanan batu gamping yang berasal dari larutan
kalsium karbonat baik yang terjadi pada temperatur panas atau dingin. Bila oniks ini terkena proses
metamorfose maka akan terbentuk oniks marmer. Seperti marmer, oniks tidak tahan terhadap larutan
asam oleh sebab itu disarankan jangan sampai terkena air hujan.

Oniks biasanya dimanfaatkan sebagai hiasan seperti asbak, vas, lampu duduk/ gantung atau bentuk
dekorasi lainnya.

Endapan oniks yang sudah diketahui keberadaannya yaitu didaerah jawa barat (Ciniru, kabupaten
kuningan), Jawa tengah (Daerah wirosari), dan beberapa daerah jawa timur.

Proses penambangan yang dilakukan sama seperti penambangan marmer.

Gambar.oniks
6) Fosfat
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor
ekonomis.Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime (BPL) atau
triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandungan     P2O5.

          Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit
(Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma. Kadang kadang, endapan fosfat
berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit. Sifat fisik yang
dimiliki adalah warna putih atau putih kehijauan, hijau, berat jenis 2,81-3,23, dan kekerasan 5 H. Fosfat
adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air, tetapi dapat diolah untuk
memperoleh produk fosfat dengan menambahkan asam.

Fosfat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5, antara 4-42 %.Sementara itu, tingkat uji pupuk
fosfat ditentukan oleh jumlah kandungan N (nitrogen), P (fosfat atau P2O5), dan K (potas cair atau
K2O).Fosfat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak larut dalam air
sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan.Fosfat untuk pupuk tanaman pangan perlu diolah
menjadi pupuk buatan. Di Indonesia, jumlah cadangan yang telah diselidiki adalah 2,5 juta ton endapan
guano (kadar P2O5= 0,17-43 %).

Keterdapatannya di Propinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah dan NTT, sedangkan tempat lainnya adalah Sumatera Utara, Kalimantan, dan Irian Jaya.

Proses penambangan dilakukan dengan cara sederhana dengan peralatan sederhana.

Fosfat

7) Rijang
Rijang (SiO2) Terbentuk dari proses replacement terhadap batu gamping oleh silika organik atau
anorganik. Rijang berbutir sangat halus umumnya berwarna kehijauan atau kehitaman, nilai kekerasannya
7. Rijang banyak tersebar diwilayah indonesia diantaranya daerah Istimewa aceh, Jawa barat, Jawa
tengah, Jawa timur, Kalimantan barat, Kalimantan selatan, Sulawesi selatan, Nusa tenggara timur.

Rijang termasuk sebagai bahan batu setengah permata.Oleh sebab itu kebanyakan dibentuk
sebagai hiasan (ornament).Proses penambangan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan
sederhana seperti linggis.
Gambar. Rijang

8) Gipsum
Gipsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit alabaster,
satin spar, dan selenit.Gipsum umumnya berwarna putih, namun terdapat variasi warna lain, seperti warna
kuning, abu-abu, merah jingga, dan hitam, hal ini tergantung mineral pengotor yang berasosiasi dengan
gypsum. Gipsum umumnya mempunyai sifat lunak, pejal, kekerasan 1,5 – 2 (skala mohs), berat jenis 2,31
– 2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/l pada 00C yang meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400C, tapi menurun
lagi ketika suhu semakin tinggi.

Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum
merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan
halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gypsum berbentuk lapisan di
antara batuan-batuan sedimen batugamping, serpih merah, batupasir, lempung, dan garam batu, serta
sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen.

Gypsum banyak digunakan sebagai bahan tambahan semen portland, serta alat kesehatan dan
kimia.Sistem penambangan yang dilakukan dengan menggunakan sistem quarry.

Gipsum
B. Sub Kelompok B

1. Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia perdagangan
dan termasuk kelompok dioktohedral.

          Endapan bentonit Indonesia tersebar di P. Jawa, P. Sumatera, sebagian P. Kalimantan dan P.
Sulawesi, dengan cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton, serta pada umumnya terdiri dari jenis
kalsium (Ca-bentonit) . Beberapa lokasi yang sudah dan sedang dieksploitasi, yaitu di Tasikmalaya,
Leuwiliang, Nanggulan, dan lain-lain.Indikasi endapan Na-bentonit terdapat di Pangkalan Brandan;
Sorolangun-Bangko; Boyolali.

          Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi (filler), lumpur bor, sesuai sifatnya
mampu membentuk suspensi kental setelah bercampur dengan air.Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai
sebagai bahan penyerap.

Untuk lumpur pemboran, bentonit bersaing dengan jenis lempung lain, yaitu atapulgit, sepiolit dan
lempung lain yang telah diaktifkan.

          Dengan penambahan zat kimia pada kondisi tertentu, Ca-bentonit dapat dimanfaatkan sebagai
bahan lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga terjadi perubahan menjadi Na-bentonit dan
diharapkan terjadi peningkatan sifat reologi dari suspensi mineral tersebut Agar mencapai persyaratan
sebagai bahan lumpur sesuai dengan spesifikasi standar, perlu ada penambahan polimer. Hal itu dapat
dilakukan melalui aktivasi bentonit untuk bahan lumpur bor.

Dikarenakan bentonit bersifat lunak, oleh karena itu penambangannya bisa dilakukan dengan sistem
quarry atau dengan peralatan sederhana.

Gambar. Bentonit

2. Ball Clay dan Bond Clay


Ball clay adalah jenis lempung yang tersusun dari mineral kaolinit yang bentuk kristalnya tidak
sempurna, ilit, kuarsa dan mineral lain yang mengandung karbon.Apabila sifat-sifat fisik ball clay
tersebut lebih rendah dari standart maka lempung tersebut disebut bond clay.

Ball clay dan Bond clay hampir tersebar merata diseluruh indonesia. Sistem penambangnnya
dengan system quarry mining.
Ball clay dan Bond clay banyak digunakan untuk bahan industri keramik dan bata tahan
api, Campuran makanan ternak, Sebagai bahan vulkanisir dalam industri karet.

Gambar. Ball Clay dan Bond Clay

3. Fire Clay
Fire clay adalah mineral yang terdiri dari mineral kaolinit yang bentuk kristalnya tidak sempurna,
dengan mengandung sedikit mika atau ilit, kuarsa, dan mineral lempung yang bersifat lunak dan tidak
mempunyai perlapisan.Lempung tersebut mempunyai nilai PCE >19, sehingga tahan terhadap suhu tinggi
(>15000 C) tanpa adanya pembentukan masa gelas. Fireclay terbentuk karena soil yang tertimbun oleh
sedimen lain di daratan atau cekungan lakustrin ataupun delta yang umumnya mengandung batubara.
Penggunaan fire clay terutama untuk refraktori, isolator, dll.

Potensi fireclay terdapat di Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, dan Sulawesi Selatan.

Teknik penambangan yang digunakan dengan sistem quarry dan penambangan sederhana, dengan
peralatan sederhana seperti linggis.

Gambar.Fire Clay

4. Zeolit
Zeolit alam merupakan senyawa alumino silikat terhidrasi, dengan unsur utama yang terdiri dari
kation alkali dan alkali tanah. Senyawa ini berstruktur tiga dimensi dan mempunyai pori yang dapat diisi
oleh molekul air.Zeolit alam terbentuk dari reaksi antara batuan tufa asam berbutir halus dan bersifat
riolitik dengan air pori atau air meteoric. Penggunaan zeolit adalah untuk bahan baku water treatment,
pembersih limbah cair dan rumah tangga, untuk industri pertanian, peternakan, perikanan, industri
kosmetik, industri farmasi, dan lain-lain.

Zeolit terdapat di beberapa daerah di Indonesia yang diperkirakan mempunyai cadangan zeolit
sangat besar dan berpotensi untuk dikembangkan, yaitu Jawa Barat dan Lampung. Sistem penambangan
yang digunakan dengan menggunakan sistem quarry.

Pembentukan zeolit secara alamiah sangat menarik sehingga memunculkan pemikiran tentang
pembuatan zeolit dengan proses yang sama. Pada kenyataannya sedimentasi zeolit berlangsung secara
berkesinambungan terutama yang terbentuk pada dasar lautan. Dari penelitian oceanografi diketahui
bahwa zeolit spesies phillipsit merupakan mineral yang paling banyak didapatkan dialam. Perihal zeolit
buatan, peneliti mencoba meniru proses hydrothermal pada mineral zeolit yang terjadi dialam. Zeolit
buatan direkayasa dari gel alumino silikat jenis gel tersebut dibuat dari larutan-rarutan natrium aluminat,
natrium silikat dan natrium hidroksida. Struktur gel terbentuk karena polimerisasi anion-anion aluminat
dan silikat. Kelihatannya komposisi dan struktur gel hidrat ini ditentukan oleh ukuran dan struktur dari
hasil proses polimerisasi. Perbedaan dan komposisi kimia dan distribusi berat morekul dari larutan silikat
asal akan menyebabkan perbedaan struktur zeorit yang terjadi. Selama kristalisasi gel ion natrium,
senyawa aluminat dan silikat mengalami penyusunan ulang sehingga terjadi struktur kristal. Sampai saat
ini kurang lebih 30 macam zeolit telah berhasil dibuat dalam keadaan murni, dengan mengubah variabel
seperti temperature kristalisasi dan komposisi awal dari gel. Gel yang bersifat seperti zeolit dapat
diperoleh pula apabila abu tangkai padi ..merang,' direndam dalam air.

Gambar .Zeolit

5. Diatomit
Diatomit atau tanah diatomea adalah suatu batuan sedimen silika, yang secara geologi terbentuk
dari akumulasi dan pengendapan kulit atau kerangka diatomea (fosil tumbuhan air atau binatang kersik
atau ganggang bersel tunggal) dan terendapkan di danau atau non marin.

Diatomit mempunyai sifat porous, permeabel, ringan, mudah pecah, dan abrasif, densitas ruah 0,5
– 1 ton/m3, berat jenis, 2 – 2,3, porositas < 90%, dan kandungan cangbangl 1,7 – 30 juta/cm3, dengan
ukuran 0,001 – 0,4 mm. Sebagian diatomit berwarna putih atau abu-abu, akan tetapi ada juga yang
berwarna kuning, coklat, merah muda, hitam, dan hijau, yang tergantung dari unsur pengotornya. Secara
kimia, komposisi utama diatomit adalah silika, tetapi ada unsure lainnya seperti alumina, besi oksida,
magnesium, sodium, potassium oksida, titanium oksida, fosfat, dan kalsium oksida.

Potensi endapan diatomea di Indonesia tersebar di berbagai tempat, antara lain di Sumatera Utara,
Pulau Jawa, dan Maluku Utara.

Sistem penambangan yang digunakan dengan sistem Quarry mining.

Gambar. Diatomit

6. Yodium
Yodium biasanya terjadi di alam hanya sebagai yodat dan yodida atau kombinasi keduanya.Unsur
yodium dalam kerak bumi, diantaranya adalah lautarit (IO3)2 atau kalsium yodat, dan dietzet (Ca (IO3)2
(CrO4) atau kalsium yodat kromat.

        Keberadaan yodium di Indonesia tidak jauh berbeda kondisi kegeologiannya dengan keberadaan air
dan minyak bumi, yaitu merupakan air konat atau air purba yang mengan-dung yodium dengan berbagai
variasi dalam suatu endapan permeabel yang terjebak bagian atas dan bawahnya oleh lapisan
impermeabel..

        Dalam industri farmasi yodium dimanfaatkan sebagai bahan baku utama untuk tingtur (larutan obat
dalam alkohol), kesehatan (sanitary), industri desinfektan, dan herbisida. Yodium digunakan dalam garam
rakyat untuk meningkatkan kualitas garam tersebut agar layak dan sehat untuk dikonsumsi.

Potensi yodium di Indonesia berdasarkan Tushadi Madiadipoera (1990) tersebar di beberapa lokasi
dengan cadangan yang umumnya masih sumberdaya. Kandungannya berkisar dari yang terkecil hingga
mencapai 182 mg/lt. Di beberapa tempat, muncul sebagai air lolosan (seepage) dengan debit 0,5 – 170
m3/hari. Lokasi cadangan yodium yang sudah dieksploitasi adalah di Watokadon Mojokerto, Jawa Timur
dengan kapasitas 400 - 600 kl/air asin/hari dan mutu sekitar 112 - 182 mg/lt. Yodium di daerah ini
terdapat dalam Formasi Kalibeng umur Miosen.

Sistem penambangan dilakukan dengan pengeboran hingga diperoleh yodium.


Gambar. Yodium

7. Mangan
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi.Bijih mangan utama adalah
pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter
dan residu. Mangan mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai submetalik, kekerasan 2
– 6, berat jenis 4,8, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous dan
radial. Mangan berkomposisi oksida lainnya namun berperan bukan sebagai mineral utama dalam
cebakan bijih adalah bauxit, manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat
adalah rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.

Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan hidrotermal, cebakan
sedimenter, cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut, cebakan metamorfosa, cebakan
laterit dan akumulasi residu. Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk
proses produksi besi-baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara lain untuk
produksi baterai kering, keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain.

Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia cukup besar, namun terdapat di berbagai lokasi yang
tersebar di seluruh Indonesia. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Jawa,
Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Sistem penambangan yang digunakan dengan tambang terbuka secara gophering.

Mangan

8. Feldspar
Sebagai mineral silikat pembentuk batuan, felspar mempunyai kerangka struktur tektosilikat yang
menunjukkan 4 (empat) atom oksigen dalam struktur tetraheral SiO2 yang dipakai juga oleh struktur
tetraheral lainnya. Kondisi ini menghasilkan kisi-kisi kristal seimbang terutama bila ada kation lain yang
masuk ke dalam struktur tersebut seperti penggantian silikon oleh aluminium.

Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau monoklin, felspar secara kimiawi dibagi
menjadi empat kelompok mineral yaitu kalium felspar (KAlSi3O8), natrium felspar (NaAlSi3O8),
kalsium felspar (CaAl2Si2O8) dan barium felspar (Ba Al2Si2O8) sedangkan secara mineralogi felspar
dikelompokkan menjadi plagioklas dan K-felspar.

Plagioklas felspar hampir selalu memperlihatkan kenampakan melidah yang kembar (lamellar
twinning) bila sayatan tipis mineral tersebut dilihat secara mikroskopis.Sifat optis yang progresif sejalan
dengan berubahnya komposisi mineralogi memudahkan dalam identifikasi mineral-mineral felspar yang
termasuk ke dalam kelompok plagioklas tersebut. Na-plagioklas banyak ditemukan dalam batuan kaya
unsur alkali (granit, sienit). Andesin dan oligoklas terdapat pada batuan intermediate seperti diorit
sedangkan labradorit, bitownit dan anortit biasanya sebagai komponen batuan basa (gabro) dan anortosit.

Felspar dari alam setelah diolah dapat dimanfaatkan untuk batu gurinda dan felspar olahan untuk
keperluan industri tertentu. Mineral ikutannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri lain sesuai
spesifikasi yang ditentukan. Industri keramik halus dan kaca/gelas merupakan dua industri yang paling
banyak mengkonsumsi felspar olahan, terutama yang memiliki kandungan K2O tinggi dan CaO rendah.

Berbicara mengenai potensi endapan felspar di Indonesia, sebaran material ini terdapat hampir di
seluruh negeri dengan bentuk endapan berbeda dari satu daerah dengan daerah yang lain tergantung jenis
endapan, primer atau sekunder.

Data dari Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral menunjukkan cadangan terukur (proved), tereka
(probable) dan terindikasi (possible) masing-masing sebesar 271.693, 11.728 dan 56.561 ribu ton.

Sistem penambangan dilakukan dengan Quarry mining dan benching system.

Feldspar
“MINERAL INDUSTRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN BATUAN GUNUNG
API/VULKANIK”

1. Obsidian

Merupakan jenis batuan beku luar, hasil pembekuan magma yang kaya silica. Pembekuan terjadi
demikian cepat sehingga mineral pembentuknya tidak sempat mengkristal dengan baik dan kedudukan
kristalnya tidak beraturan. Obsidian kebanyakan berwarna putih keabu-abuan hingga hitam, kadang-
kadang ada garis merah kecoklatan dan hitam. Dijumpai pula obsidian yang berwarna kehijauan, ungu
ataupun warna perak. Jenis ini dikenal dengan obsidian pelangi. Obsidian dengan silika sebagai
komposisi utama mempunyai kekerasan lebih dari 6 menurut Mohs, berat jenis 3-3,5, mempunyai
sifatpecahan konkodial. Menurut reaksi Bowen, mineral silika akan melebur pada temperature 700 0 –
8000 C.

Tempat Diketemukan

Kebanyakan obsidian didapatkan sebagai batuan beku luar pada gunung api Indonesia yang berumur
relative muda (Pleistosen Kuarter). Tempat diketemukannya obsidian antara lain :

 Jambi : G. Gantung, S Purgut dan S Penuh (pada batuan lava andesit)


 Jawa barat : Nagreg Kab. Bandung (berupa sisipan dan bongkah pada batuan tras); G. ciamis Kab.
Garut (terdapat selang-seling dengan perlit diatas andesit); Ciasmara Kab. Bogor: Leuwiliang, G.
Kiaraberes, kurang lebih 6 km sebelah barat G. Salak (merupakan lava dan kurang lebih panjang 2
km dan aliran lava yang merupakan susunan balok berwarna abu-abu dengansteroida); Terogog,
Priangan (singkapan 100 – 150 panjang, tebal 1 – 5 m); Anyer, G. Barengkong sebelah selatan/barat
Barengkok, Banten.
 Lampung: Pulau Krakatau, Pulau Panjang, Wai Seputih (merupakan singkapan bulat sepanjang 1
km).
 Kalimantan: dekat Sampit
 Sulawesi Utara: Tataaran, Tomohon Kab. Minahasa
 Irian Barat: P. Namotote

Teknik Penambangan

Dilakukan dengan sistem kuari dengan peralatan sederhana. Karena obsidian merupakan tubuh batuan
yang keras, pada tahap awal penambangan untuk memperoleh blok-blok yang cukup besar dimulai
proses peledakan.

Pengolahan dan Pemanfaatan

 Obsidian mempunya warna indah dank eras, disamping itu mudah dibentuk. Pada jaman prasejarah,
manusia purba memanfaatkan obsidian untuk senjata/kapak atau”titikan” penimbul api.
 Bangunan Karena sifatnya yang keras dan sangat resisten, obsidian dapat dimanfaatkan sebagai
fondasi bangunan. Obsidian tidak porous, hal ini mengakibatkan daya rekat semen menjadi
berkurang. Obsidian bila dipecah mempunyai sifat konkodial dengan pinggiran yang tajam. Oleh
karenanya dalam pengerjaan harus hati-hati.
 Bahan batu mulia Karena sifatnya yang kompak, beberapa jenis berwarna terang dan transparan
obsidian dapat dibentuk menjadi batu mulia. Menurut klasifikasi Kinge, obsidian termasuk batu mulia
tanggung (Halfedestenen) batu kelas IV.
 Bahan perlit rekayasa/artificial ferlit Perlit artificial dapat direkayasa dengan bahan baku dari
obsidian (Sukandarrumidi, 1983). Dari penelitian dengan bahan baku obsidian dari nagrek sesudah
dipanakan dengann oven selama 90 menit pada temperature 1000 0 – 11000 C trjadi perubahan sebagai
berikut
 Semula warna hitam berubah menjadi putih keabuan
 Volume berkembang menjadi 5 kali lipat
 Berat jenis yang semula 3,35 berubah menjadi 0,6
  Selama perubahan warna, keluar air dari massa batuan, dan batuan menjadi
berpori dan lengket antara fregmen yang satu dengan yang lain

Dengan demikian maka artificial perlit beratnya menjadi sangat kurang dengan kekuatan yang
tinggi. Oleh sebab itu perlit rekayasa dari obsidian, dapat digunakan untuk bahan beton ringan
ataupun dinding perendam dan isolasi panas.

2. Perlit

Perlit terbentuk karena pembekuan magma asam yang tibi-tiba dengan tekana yang tinggi dengan
suasana basah. Komposisi utama adalah mineral silikat berbutir sangat halus, terbangun oleh steroida-
steroida kecil, ringan. Warnanya abu-abu muda hingga abu-abu kehitaman. Perlitini bila dipanaskan
bertahap hingga mencapai suhu antara 950 0 – 10500 C, akan mencapai perkembangan isi yang tetapdan
maksimum. Sifat perkembangan ini sangat penting untuk penggunaannya sebagai bahan baku pembuatan
bahan bangunan ringan. Menurut hasil penelitian perlit yang baik mengandung SiO 2 70%, air 2-5%, Na
dan K sebanyak 5-8% berat. Dengan susunan ini perlit akan mempunyai suhu kelembaban/pencairan
rendah, demikian pula suhu pemuaiannya tidak jauh berbeda. Banyaknya air yang dikandungnya akan
berpengaruh terhadap pemuaian. Air yang terlalu banyak akan mengakibatkan desintegrasi. Beratjenis
perlit sebelum diolah/dipanaskan antara 1,10-2,50, setelah dipanaskan menjadi 0,11-0,15.

Tempat Diketemukan

Seperti halnya obsidian, perlit didapatkan disekitar gunung api yang relatif muda. Tempat
diketemukan antara lain:

 Sumatera Utara: Pansur Nipitu Kec. Silindung Kab. Tapanuli utara (prosentase nilai ekspansi 158,3%
terdapat sebagai bongkah-bongkah dalam tufa dan berasosiasi dengan obsidian)
 Sumatra Barat: Bukit Rasam Kec. Lubuk Sikaping Kab. Pasaman (prosentase nilai ekspansi
maksimum 51,51% H2O 0,03%, minimum 50,,00% H2O 2,83% terdapat sebagai bongkah dalam
tufa); Bukit Sipinang Kec. Sepuluh Koto, Singkarak Kab. Solok (prosentase nilai ekspansi 945
terdapat sebagai bongkah dalam tufa dan berasosiasi dengan obsidian); Bukit Batu Kambing Kab.
Solok (nilai ekspansi maksimum 63,15% H 2O 0,05%, minimum 8,50% H2O 1,12% terdapat dalam
Formasi Andesit)
 Jambi: S. Tutung Kec. Air Hanga, Kab. Kerinci; G. Gantung S. Purgut dan S. Penuh (nilai ekspansi
100% terdapat dalam satuan batuan lava andesit)
 Bengkulu: bukit Naning, Kotadonok, Bengkulu (terdapat dalam bentuk bongkah dialiran sungai
terdiri breksi vulkanik)
 Sumatra Selatan: Gunung Batu dan Ula Danau, Kec. Pulau beringin, Kab. Ogan Komering Ulu (nilai
ekspansi maksimum 75% sebagai fragmen dalam breksi tufa)
 Lampung: Mutar Alam Kec. Sumberjaya Kab. Lampung Utara (nilai ekspansi 16,21- 269%
berasosiasi dengan tufa riolit dan dasit dalam graben Gedongsurian); Gedong Surian, Kec. Sumber
Jaya Kab. Lampung Utara (berasosiasi dengan tufa riolit dan dasit dalam graben Gedongsurian);
Suwoh, Kec. Belalau, Kab. Lampung Utara (nilai ekspansi maksimum 68,75%, berasosiasi dengan
dasit, tufa breksi, sebagai hasil erupsi Pilo-Pleistosen pada sesar Semangko/Graben Suwoh); G.
Asahan, desa Purnawiwitan, Kec. Sumber Jaya, Kab. Lampung Utara (nilai ekspansi 100-200%);
Antanai (berwarna hitam perlitik kompak) Penaga/tepi pantai (berwarna hitam keabuan perlitik
kompak); G. Muhul Kec. Belalau, Kab. Lampung Utara (nilai ekspansi maksimum329%, berasosiasi
dengan tufa breksi, lava riolit dan dasit sebagai erupsi celah pada Pilo-Plistosen)
 Jawa Barat: Ciasmara, Kab. Bogor (nilai ekspansi 127% terdapat sebagai fragmen dalam breksi lahar
dan aliran lava gelas volkanik); G. Kiamis, Kec. Semarang, Kab. Garut (nilai ekspansi 119% terdapat
berselang-seling dengan obsidian diatas breksi); Sentrijaya Kec. Karangnunggal, Kab. Tasikmalaya
(terdapat sebagai aliran gelas volkanik dalam tufa dasit-andesit dan sebagai fragmen dalam breksi.
 Nusa Tenggara Barat: Dorodonggamasa, Kec. Sape Kab. Bima (nilai ekspansi 300% sebagai gang
dalam andesit)
 sulawesiUtara: Tataran Kec. Tomohon kab. Minahasa (nilai ekspansi 176% terdapat sebagai sisipan
dalam aliran lava gelas volkanik riolitik)

Teknik Penambangan

Dilakukan dengan sistem tambang terbuka. Karna perlit merupakan bahan galian lunak, penambangan
dilakukan dengan alat sederhana.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Perlit disamping didapatkan dialam, dapat pula dibuat/direkayasa dari obsidian dengan pemanasan
 Bahan Bangunan Perlit dimanfaatkan sebagai “very light aggregateI” untuk beton atau bata cetak
yang sangat ringan. Disamping itu perlit dapat pula meninggikan daya isolasi terhadap panas dan
suara/peredam, tetapi mempunyai daya tekan rendah.
 Dalam bentuk ukuran pasir dipergunakan untuk penyaring air.

3. Pumice/Batu apung

Pumice terjadi bila magma asam muncul kepermukaan dan bersentuhan dengan udara luar secara
tiba-tiba buih gelas alam dengan gas yang terkandung didalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar
dan magmamembeku dengan tiba-tiba. Pumice umumnya terdapat sebagai lelehan atau aliran permukaan,
bahan lepas atau fragmen dalam breksi gunung api. Batu apung dapat pula dibuat dengan cara
memanaskan obsidian, sehingga gasnya keluar. Pemanasan yang dilakukan obsidian dari Krakatau, suhu
yang diperlukan untuk mengubah obsidian menjadi batu apung rata-rata 880 0C. berat jenis obsidian yang
semula 2,36 turun menjadi 0,416 sesudah perlakuan tersebut, oleh sebab itu mengapung didalam air. Batu
apung ini mempunyai sifat hydraulic. Pumice berwarna putih abu-abu kekuningan sampai merah, tekstur
vesikuler dengan ukuran lubang, yang bervariasi ukurannya baik berhubungan satu sama lain atau tidak
struktur skorious dengan lubang yang terorientasi. Kadang kadang lubang tersebut terisi oleh zeolit/
kalsit. Batuan ni tahan terhadap pembekuan embun (frost), tidak begitu higrokopis (mengisap air).
Mempunyai sifat pengantar panas yang rendah. Kekuatan tekanan antara 30-20 kg/cm 2. Komposisi utama
mineral silikatamorf.

Tempat Diketemukan

 Keterdapatan batu apung di Indonesia selalu berkaitan dengan rangkaian gunung api Kuarter sampai
tersier muda. Tempat dimana batu apung didapatkan antara lain :
 Jambi: Salambuku, Lubukgaung kec. Bangko Kab. Sarko (merupakan piroklastik halus yang berasal
dari satuan batuan gunung api atau tufa dengan komponen batu apung diameter 0,5-15 cm terdapat
dalam Formasi Kasai)
 Lampung: sekitar kepulauan Krakatau terutama di P. Panjang (sebagai hasil letusan gunung Krakatau
yang memuntahkan batu apung)
 Jawa Barat: Kawah Danu, Banten, sepanjang pantai laut sebelah barat (diduga hasil kegiatan G.
Krakatau); Nagreg Kab. Bandung (berupa fragmen dalam batuan tufa); Mancak, Pabuaran, Kab.
Serang (mutu baik untuk agregat beton,berupa fragmen pada batuan tufa dan aliran permukaan)
Cicurug Kab. Sukabumi (kandungan SiO2=63,20%, Al2O3=12,5% berupa fragmen pada batuan tufa);
Cikatomas, Cicurug, G. Kiaraberes,Bogor.
 Daerah Istimewa Yogyakarta: Kulon proggo pada Formasi Andesit Tua
 Nusa Tenggara Barat: Lendangnangka, Jurit, Rempung, Pringgesela (tebal singkapan 2-5 m sebaran
1000 Ha); Masbagik Kab. Lombok Timur (tebal singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha); Kopang,
Mangtang Kec. Batu Kilang Kab. Lombok barat (telah dimanfaatkan untuk batako sebaran 300Ha);
Narimaga Kec. Rambiga Kab. Lombok Barat (tebal singkapan 2-4 m, telah diusahakan rakyat)
 Maluku: Rum, Gato, Tidore (kandungan SiO2=35,92-67,89%;Al2O3=6,4-16,98%)
 Nusa Tenggara Timur: Tanah Beak, Kec. Baturliang kab. Lombok Tengah (dimanfaatkan sebagai
campuran beton ringan dan filter)

Teknik Penambangan

Batu apung sebagai bahan galian tersingkap dekat permukaan, dan relative tidak keras. Oleh sebab itu
penambangan dilakukan dengan tambang terbuka/tambang prmukaan dengan peralatan sederhana.
Pemisahan terhadap pengotor dilakukan dengan cara manual. Apabila dekehendaki ukuran butir tertentu
proses pemecahan (grinding) dan pengayakan dapat dilakukan.

Pengolahan dan Pemanfaatan

 Sebagai bahan bangunan


 Sebagai bahan tahan api, dinding penyekat ruangan dalam bentuk lembaran sifatnya yang hidraulis
baik untuk teknik bangunan basah. Disamping itu berfungsi pula sebagai bahan isolasi panas dan
suara untuk isolasikamar/peredam atau lemari es
 Industri Sebagai bahan penyaring setelah diproses dengan ukuran butir tertentu disamping untuk
abrasive khususnya bahan poles atau logam

4. Tras

Tras disebut pula sebagai pozolan, merupakan bahan galian yang cukup banyak mengandung
banyak silica amorf yang dapat larut didalam air atau dalam larutan asam. Nama pozolan diambil dari
nama desa Puzzouli de Napel, Italia dimana bahan tersebut ditemukan. Tras ( alam) pada umumnya
terbentuk dari batuan vulkanik yang banyak mengandung feldspar dan silica, antara lain breksi andesit,
granit, rhyolit, yang telah mengalami pelapukan lanjut. Akibat proses pelapukan feldspar akan berubah
menjadi mineral lempung/ kaolin dan senyawa silika amorf. Makin lanjut tingkat kelapukannya makin
bagus kualitas tras tersebut.

Standar unsur kimia tras yang diusahakan adalah sebagai berikut:

Unsur Kisaran % berat


SiO2 40,76 - 56,20
Al2O3 17,35 - 27,95
Fe2O3 7,35 – 13,15
H2O 3,35 – 10,70
CaO 0,82 – 10,27
MgO 1.95 – 8,05
Sebagai bahan banguna Tras mempunyai sifat – sifat yang khas, sifat tras yang terpenting adalah
apabila di campur dengan kapur padam ( kapur tohor ) dan air akan mempunyai sifat seperti semen.
Sifat ini disebabkan oleh Oksida silica ( SiO 2 ) yang amorf dan oksida alumunia ( Al 2O3 ) di dalam tras
yang menjadikannya bersifat asam.

Tempat Penyebaran

Penyebaran tras di Indonesia mengikuti jalur rangkaian gunung api Tersier dan Kuarter antara
lain :

 Nanggroe Aceh Darussalam : Ujung Batu dan Krueng Raya, Kab. Aceh besar ( pelapukan tufa breksi
dengan komponen dasit dan andesit ), Gronggong Kab. Aceh Pidie ( beupa tufa pasiran berbutir kasar
– kasar halus telah mengalami pelapukan ), Takengon Kec. Takengon Kab, Aceh Tengah ( berupa
tufa pasir bebutir kasar mengandung komponen batu apung yang telah lapuk )
 Sumatera Utara : Sarula Kab. Tapanuli Utara ( berasal dari pelapukan tufa riolit berbatu apung )
 Sumatera Barat : Muaro Labuah Kab. Solok Selatan, Kota Padang Panjang, Matur dan Gadut Kab.
Agam( dapat dipergunakan sebagai bata cetak atau tanah mantap dengan penstabil kapur atau semen,
kuat tekan = 4,6 – 19; kuat lentur = 1,9-9,3 ), Bonjol Kab. Pasaman ( telah digunakan sebagai bahan
baku bata cetak dan bahan bangunan )
 Jambi : P. Pandan dan Batuputih Kec. Danau Kerinci Kab, Kerinci (terdapat sebagai hasil pelapukan
batuan gunung api yang mengandungdung fragmen batu apung ), Kampai Bukit Limon, Selai Pulau
Tengah dan Batu Putih ( merupakan hasil pelapukan batuan gunung api yang mengandung fragmen
batu apung )
 Bali : Bajar males dan Batujulung Kec. Kuta Kab.Badung, Marga Kab.Tabanan, Bringkit Kab.
Badung, Samplangan, Gua Gajah, Bunitan Kab.Gianyar, Bukitjambul Kab.Klungkung, Banjar Wanyu
Kec. Marga, Tabanan
 NTB : Tanah beak Kab. Lombok Barat ( dapat dimanfaatkan sebagai batako, kuat tarik =2,9-7,7
kg/cm2 kuat tekan = 20,7-35,0 kg/cm2 )
 NTT : Waipors Kec.Bola Kab. Sikka ( merupakan hasil pelapukan batuan tufa, baik untuk batako ),
Maumere Kab. Sikka (pelapukan batuan tufa), Waulupang Kab. Flores Timur (pelapukan batuan
tufa), Lawoleba, P.Lembata ( pelapukan batuan tufa, sudah dimanfaatkan ), Rainimi dan Atambua
Kab. Kupang.
 Sulawesi Utara : Pineleng Kec. Pineleng Kab. Tondano ( pelapukan batuan tufa kaca ), Matani, Kec.
Tomohon ( dapat digunakan sebagai batako )
 Sulawesi Selatan : Bukit Lakapala Kec. MAlusetasi Kab. Barru Malino Kec. Tinggimoncong, Kab.
Gowa

Teknik Penambangan

Bahan galian tras relative lunak dan dekat permukaan. Oleh sebab itu penambangan terbuka dapat
dilakukan denga peralatan sederhana.

Pengolahan dan Pemanfaatan


Pozolan sendiri tidak mempunyai sifat mengikat dan mengeras tetapi apabila dalam keadaan butir
halus dan kemudian dicampur drngan kapur padam dan air secukupnya maka akan mempunyai sifat
hidraulis didalam beberapa waktu. Oleh sebab itu pengolahan bahan galian tras.

Penggunaan tras antara lain :

 Untuk luluh, plesteran, lantai. Untuk keperluan itu campuran tras : kapur padam = 5: 1, dan air
secukupnya. Ditambah dengan semen Portland akan memberikan hasil yang baik.
 Batako
 Semen Rakyat

5. Belerang

Belerang atau Sulfur ditemukan dalam dua bentuk yaitu sebagai senyawa sulfide dan sebagai
belerang alam. Sebagai senyawa sulfide didapatkan dalam bentuk Gelena-PbS, Kalkopirit-CuFeS 2dan
Pirit FeS. Kesemuanya terbentuk akibat proses hidrotermal, kecuali yang tersebut terakhir dapat pula
akibat proses sedimentasi dalam kondisi tertentu. Sedang belerang alam dapat berbentuk Kristal
bercampur lumpur atau merupakan hasil sublimasi. Endapan belerang ini terbentuk akibat kegiatan
sulfatara, fumarola atau sebagai akibat dari larutan yang mengandung belerang keluar dari perut bumi
melalui rekahan-rekahan, serat selalu berkaitan dengan rangaian gunung api aktif.

Balerang berwarna kuning, kekerasan 1,5-2,5, berat jenis 2,05 , bila dibakar berwarna biru, menghasilkan
gas SO2 yang berbau tidak enak

Tempat Ditemukan

Balerang biasanya ditemukan pada rangkaian gunung api aktif antara lain :

 NAD : G. Lamo Mete, P. We, Kab. Aceh Besar ( merupakan endapan fumarola ), Meluak Gayolestan
Kec. Blangkejeraen Kab. Aceh Tenggara ( endapan sulfatara ), G. Seoulawah Kab. Aceh Barat,
Burniteulong, Kab. Aceh Tengah
 SuMut : G. Sorik Merapi, Kab. TapUt ( Jenis Danau Kawah )
 SumBar : Lembang Jaya, Kab. Solok
 Jawa Barat : G. Papandayan ( Tipe sublimasi ), G. Kraha ( tipe sublimasi ), G. Galunggung ( tipe
sublimasi ) , G.Putri (tipe endapan lumpur, telah disunakan untuk industry kimia dan pupuk), G.
Ciremai, G. Tangkuban Perahu, G. Wayang, G. Matang, Kaah saat, Kawah Mas.
 Jawa Tengah : G. Dieng ( tipe danau kawah dan endapan lumpur ), g. telag gerus
 Sulawesi Utara:G. Soputan kawah Masem (tipe sublimasi, kadar S = 70%); G. Ambang (tipe
sublimasi kadar S = 83-99 % ); G. Mahawu (tipe danau kawah dan endapan lumpur, kadar S = 70%)
 Maluku: Wuslah, P.Damar (tipe sublimasi dan endapan lumpur kadar S = 55-79%)

Teknik Penambangan
Pengendapan endapan belerang dapat dikerjakan dengan tambang terbuka. Penggalian belerangnya dapat
dilakukan dengan alat-alat sederhana dan sengan penambangan teknik penyemprotan. Apabila cadangan
belerangnya sedikit maka penambangan dilakukan dengan cara manual yang dilakukan dengan alat-alat
sederhana dan dengan tenaga manusia.

Untuk endapan belerang yang ditutupi lapisan penutup yang cukup tebal, cara penambangannya dapat
dilakukan dengan cara Frasch Process, yaitu dengan pemboran kemudian dimasukan air panas ( suhu
335° F ) kedalam endapan belerang. Melalui pipa-pipa kondensasi dipompakan keluar dan ditampung dan
diendapkan. Tahap berikutnya disublimasi untuk mendapatkan belerang yang bersih.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Cara pengolahann belerang tergantung dari jenis endapannya dan hasil yang diinginkan. Untuk belerang
yang berbentuk Kristal langsung dapat dimasukkan ke dalam autoklaf. Dalam autoklaf dimasukkan/
ditambahkan soalr, air, dan NaOH, kemudian dipanaskan dengan memasukkan uap air panas dengan
tekanan 3 ATM selama 30-60 menit. Pemisahan akan terjadi karena belerang mempunyai titik didih yang
rendah di banding pengotor lainnya. Hasilnya berupa belerang cair dialirkan melalui filter kemudian
dicetak.

Untuk belerang jenis lumpur, pengolahannya perlu dilakukan secar floatasi terlebih dahulu sebelum
dimasukkan ke dalam autoklaf. Tujuan dari floatasi adalah untuk meningkatkan kadar belerang dan
memisahkan senyawa- senyawa besi sulfat dan silikat dari larutan. Cara pengolahan lain untuk belerang
jenis ini dengan cara pelarutan dan penghabluran dengan menggunakan pelarut karbon disulfide, dimethyl
disulfit atau larutan hidrokarbon berat lainnya.

Untuk pengolahan belerang secara sederhana dapat dilakukan dengan jalan memanaskan bongkah-
bongkah belerang di salam wajan besi atau alumunium yang berdiameter 80- 100 cm di atas tungku
sederhana yang terbuat dari tanah liat/ andesit. Pemanasan dilakukan dengan kayu atau kompor minyak
tanah sambil diaduk- aduk, sesudah belerang mencair kemudian disaring dengan kantong- kantong yang
terbuat dari kain. Selanjutnya ditampung dalam tabung-tabung banbu sebagai alat cetakannya.

Pemanfaatan

Balerang banyak digunakan dalam industry kimia yaitu untuk pembuatan asam sulfat ( H 2SO4 ) yang
diperlukan untuk pembuatan pupuk, penghalusan minyak bahan-bahan kimia berat dan keperluan lain
untuk metalurgi.

Disamping belerang dimanfaatkan dalam industry cat, industry karet, industry tekstil, industry korek api,
bahan peledak, industry kertas, pabrik gula, industry ban,dll.

Mata air panas yang sering muncul di sekitar gunung api, juga mengandung belerang, dimanfaatkan untuk
penyembuhan penyakit kulit ( sebagai disinfektan )
6. Trakhit

Merupakan batuan beku luar, kristalnya relative kecil mempunyai mineral seperti granit tapi tidak
mengandung kuarsa, utamanya adalah mineral feldspar jenis ortoklas. Warnanya tidak seterang granit
yaitu berwarna kuning muda hingg abu-abu, berat jenis 2,1 – 2,3 kekuatan tekan 500- 900 kg/cm 2.
Mineral feldsparnya sangat dominan sehingga apabila mengalami pelapukan feldspar tersebuta akan
berubah menjadi kaolin. Batuan ini terdapat sebagai retas, aliran permukaan bongkah, debu ataupun
breksi gunung api.

Tempat Ditemukan

 Bengkulu : Rejang Lebong ( dalam batuan andesit )


 Sumatera Selatan : Gunung Batu sebelah timur Palembang ( dalam batuan ortoklas porfir)
 Lampung : G. Siamang dan G. Galih Wijaya
 Jawa Tengah : G. Muria dan Karang Kobar
 Jawa Timur : G. Ringgit
 Sulawesi Selatan : Balloci Kab. Pangkep, S. Gentungan 15 km selatan ujung pandang, pangkajene

Teknik Penambangan

Untuk batuan yang masih keras, cara penambangannya sama dengan cara penambangan obsidian. Untuk
batuan yang telah mengalami pelapukan penambangan dilakukan dengan alat sederhana.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Untuk keperluan ornamen, pengolahan dilakukan dengan cara digergaji atau dibentuk dan dipoles sesuai
dengan ukuran. Kandungan ortoklas yang dominan menyebabkan batuan ini tidak tahan abrasi.
Kandungan K2O yang cukup tinggi, trkhit yang dibuat dalam bentuk serbuk dapat digunakan sebagai
pupuk. Kandungan mineral ortoklas yang cukup tinggi dapat dipergunakan sebagai bahan keramik.

7. Opal

Opal dengan rumus kimia SiO2 n H2O terbentuk sebagai pengerasan dari agar-agar silica ( silica
gel ) yang bearsal dari batuan piroklasik. Larutan silica tersebut, karena pengaruh air tanah selanjutnya
dilarutkan dalam pori-pori, rongga atau rekahan batuan yang bersifat kedap air. Opal yang mempunyai
rumus kimia SiO2 n H2O dimana harga n berkisar antara 1 sampai 26, termasuk batu mulia tanggung
( Halfedelstenen ) kelas IV dengan nilai kekerasan 4 s/d 7. Opal jenis batu mulia ini mengandung air
Kristal sejumlah 6 sampai 10%, mempunyai struktur amorf indeks bias tunggal 1,44- 1,46 , berat jenis
1,98-2,20. Berat jenis ini bergantung pada jenis opal yang bersangkutan, mungkin ada hubungannya
dengan jumlah air Kristal di dalamnya. Missal opa hitam dan opal susu mempunyai berat jenis 2,10
sedangkan opal api berat jenisnya 2,00. Opal mempunyai warna bervariasi olehkarenanya dalam dunia
perdagangan disebut batu akik Kalimaya, Biduri Sisik, Biduri Ratna Kecana, Biduri Dahana Sutra, Akik
Raja,dan Akik Widorari.

Permainan warna pada oal disebabkan oleh lapisan-lapisan tipis ( film ) yang berbeda indeks
biasnya. Film-film ini diduga merupakan pengisian ( sekunder ) didalam retakan-retakan yang terjadi
karena tarikan agar-agar silica selama pengendapan dan pengeringan. Anggapan lain adanya Kristal-
kristal kalsit yang kecil dan udara yang mengisi Kristal atau retakan-retakan tersebut. Pendapat terakhir
mengatakan bahwa air Kristal dan molekul SiO 2 tersusun seperti ayakan yang terbentuk karena proses
polimerisasi di dalam agar-agar silica tersebut dan ini telah dibuktikan dengan kenampakan pada scanning
Electron microscop dengan perbesaran 50.000 kali. Opal dibagi menjadi 3 kelompok utama yaitu opal
biasa termasuk kalsedon, opal mulia dan opal matrik.

 Opal biasa ialah silica amorf yang sarang hingga dapat melekat di lidah missal fosil kayu yang
terkersikkan dimana struktur serat-seratnya masih terlihat jelah.
 Opal mulia, bervariasi dan terbagi 4 kelas berdasarkan atas warnanya, yaitu :
 Opal Hitam, merupakan warna dasar gelap yaitu biru, hijau, merah, abu-abu, dan
hitam. Opal hitam yang warna dasarnya betul-betul hitam sangat jarang ditemukan
dan harganya sangat mahal. Satu-satunya penghasil opal hitam terbesar adalah
Australia, daerah Banten sering di dapatkan jenis opal, yang terbanyak jenis opal
mawar ( Rose Opal )
 Opal susu atau Opal putih yaitu opal yang mempunyai warna dasar putih seperti susu
atau putih keabu-abuan.
 Opal api yang mempunyai warna dasar tembus cahaya ( bening ) atau mengkilap
dengan warna oranye atau kemerah-merahan. Opal jenis ini jarang atau sama sekali
tidak memperlihatkan permainan warna.
 Opal air mempunyai warna dasar bening dan tembus cahaya, memperlihatkan
permainan warna pelangi. Opal jenis ini mudah menjadi suram atau pucat karena
terlalu sarang.
 Opal matrik terdiri dari limonit pejal berwarna coklat yang mengandung urat-urat kecil atau bintik-
bintik opal mulia. Opal mula didalam masa dasar limonit ini tidak mungkin untuk diasah secara
terpisah karena terlalu kecil, sehingga dibentuk dan diasah berikut matriknya. Opal matrik kurang
berharga biasnya hanya untuk koleksi.

Tempat Ditemukan

- Jawa Barat : Mekarsari Kec. Sajira Kab. Lebak, candi, cokel, cilayang Kec.Maja Kab.Lebak, Mede pandak
Kab.Lebak

- DIY : Desa Sawangan Kec. Panggang Gn.Kidul

- Irian Jaya : Teluk Cilinta P.Misool Kab.Sorong

Teknik Penambangan
Penambangan bahan galian opal kebanyakan dilaksanakan oleh rakyat dengan metode dan peralatan yang
sederhana

Pengolahan dan Pemanfaatan

Opal yang berasal dari penambangan digergaji dan digerenda sesuai bentuk dan ukuran yang di inginkan
untuk dimanfaatkan sebagai ornament atau hiasan antara lain mata cincin, Kristal lampu gantung.

8. Kalsedon

Kaldeson merupakan salah satu variasi mineral silica yang terbentuk oleh pengendapan bertahap
sehingga memberikan kenampakan berlapis dari larutan silica koloid tidak jenuh di dalam rongga atau
celah-celah batuan perangkap. Silica koloid ( agar-agar silica ) tersebut berasal dari mineral lempung atau
batuan piroklastik yang mengalami proses diagenese khususnya karena pengaruh air tanah. Berbeda
dengan opal kalsedon berlubang-lubang lembut sehingga memungkinkan diberi bermacam-macam warna
di dalamnya. Warna utama dari kalsedon adalah Hijau ( dikenal sebagai krisopras ) tetapi ada juga yang
berwarna merah ( karnelian ), coklat (sordion), menunjukan perlapisan yang konsentris (agat), perlapisan
sejajar (Oniks), oniks merah (sardonic)

Tempat Ditemukan

Kalsedon ditemukan di Indonesia mengikuti jalur gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, NTB,
NTT, hingga Sulawesi. Tempat- tempat tersebut yang sudah diusahakan oleh rakyat adalah:

 Jawa Barat : Jampang Tengah simasari Kab.Sukabumi, Jampang tengah Cikanyere Kab. Sukabumi,
Jampang tengah ciseuruh Kab. Sukabumi, Jampang tengah Malingping Kab.Sukabumi, Jampang
tengah Puncak Manggu, Jampang tengah Cipetai, Waluran Kab. Sukabumi Cijambe Kab. Sukabumi
(bongkahan pada endapan alluvial aliran S.Cikarang warna putih kelabu ukuran 5-30 cm telah
diusahakan); Cigelang Kab. Sukabumi (bongkahan pada aliran S. Cipanarikan warna putih, coklat
sampai merah daging, telah diusahakan); Pasir Sandi Kec. Sandira Kab. Lebak (berupa
bongkah/pengisirongga-rongga dalam batuan tuf putih, bening tebal 1-2 cm, telah diusahakan);
Cijambi Kab. Sukabumi (sebagai jasper berbentuk bongkah-bongkah pada aliran S. Cikarang warna
merah, telah diusahakan); Jampang tengah, Cipetai, Kab. Sukabumi (berupa bongkah pada aliran S.
Cipetai warna merah diameter 1-3 cm, telah diusahakan); Bungbulang Kab. Garut (merupakan
kisopras mengisi urat dalam batuan vulkanik,telah digali penduduk)
 Jawa Tengah: Daerah Rah Tau Kec. Batuwarno Kab. Wonogiri (sebagai pengisian pada batuan dasit
dengan struktur gigi, system Kristal hexagonal tak sempurna); Daerah sekitar K. Tirtomoyo Kab.
Wonogiri (sebagai pengisian rongga-rongga dalam lava basalt dengan ukuran 1-20 cm, warna kelabu
putih kecoklatan, mikrokristalin dan transclusent.
 Jawa Timur: Kec.badegan Kec. Cepoko, Kec. Mrayan dan Kec. Kalikedung semar, Desa Panegan
Kab. Ponorogo(terdapat sebagai kalsedon, krisorpas dan agat Formasi Andesit Tua, pada batuan
basalt, dasit dan breksi sebagai pengisi rongga dan rekahan) Kec. Tulakan, Kec. Bandar, desa jati sari
dan Jajar, Kalingagik, K. Klandang, G. Gunggeng, K. WatuPatok, K.Kopo, Desa Bandar, Kab.
Pacitan (terdapat pada Formasi andesit Tua, pada lava basalt sebagai pengisi rekahan/rongga); Kab.
Ponorogo Kec. Ngrayan, Badegan, Cepoko dan Mrayan (dicepoko jasper sebagai endapan alluvial
ukuran 5-25 cm, coklat merah hati,di Badegan jasper sebagai endapan alluvial membulat ukuran 3-15
cm warna coklat kemerahan); Kec. Ulakan dan Arjosari Kab. Pacitan (terdapat sebagai bongkah
ukuran 20-50 cm warna merah-merah hati)
 Nusa Tenggara Barat: Kab. Lobok Tengah, Kec. Pamunjak dan lereng timur gunung Mereje Dan
daerah Awang (terdapat sebagai Agat, dan kalsedon warna putih, kuning, kemerahan)
 Maluku: Daerah Kasikuta, di hulu S. Kasikutan (terdapat padaaFormasi Bacaan, merupakan urat-urat
pada batuan andesit yang berumur tersier bawah)

Teknik Penambangan

Dilakukan dengan system penambangan rakyat, dengan peralatan sederhana. Pada umumnya
dilakukan sebagai pekerjaan sambilan.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Kalsedon yang berasa dari penambangan, dipotong dengan gergaji batu, sesuai dengan ukuran
dan bentuk yang diinginkan. Tahap berikutnya, dipoles. Kalsedon dimanfaatkan sebagai batu mulia atau
pun untuk hiasan/ornament.

9. Andesit dan Basalt

Merupakan jenis batuan bekuluar, meruakan hasil pembekuan magma yang bersifat intermedier
sampai basa dipermukaan bumi. Jeni batuan ini bertekstur porforitik afanitik, komosisi minerak utama
jenis plagioklas, mineral mesik adalah prioksen dan amfibol sedang ineral tambahan adalah apatit dan
zircon. Jenis batuan ini berwarna gelap umumya abu-abu sampai hitam, tahan terhada air hujan, berat
jenis2,3-3,7 kuat tekan 600-2400 kg/cm2. Dijumpai sebagai retas, sill, lakolit aliran permukaan atau
sebagai fragmen dan lahar G. api atau pun fragmen breksi

Tempat diketemukan

Terdapat disepanjang jalur gunung api, baik yang masih aktif atau pun yang sudah mati. Penyebatannya
terdapat di:
 Daerah Istimewa Aceh: Daerah Rikit Gaib, Kab. Aceh Tenggara; krueng Raya kab. Aceh bessar;
Pantai Calang Kab. Aceh Barat; Lhokruet, kab. Aceh selatan; Pantai Lamno kab. Aceh Barat.
 Sumateta Utara: Daerah Aik Puli Kab.tapanuli Utara
 Sumatera Barat: Kota baru dan S. Sirah Painan Kab pesisir selatan
 Jambi: S. Tutung Kec. Air Hangat Kab. KerinciRantau Keloyang Kab. Muaro Bungo; Bukit Baru,
kec Pelapat Kab Bungalebo Tebo
 Bengkulu: G. Kandis dan G. beringin Kab. Bengkulu Utara
 Lampung: Langkapura Tanjung karang; kedatuan Bandar ampung,G. Merbabu
 Jawa Barat: ujung berung Kab. Bandung Lagadar Kab. Bandung;G. Bojong cililin Kab. Bandung; G.
Koromong, Kab Bandung
 Jawa tengah; Selogiri Bendo krep kab. Wonogiri
 Sulawesi Selatan: bilibii Kec Boto nompo Kab. Gowa, Lena Kec.Parangloe
 Maluku: G. mede Kab, Halmahera Utara; Takome, Tugato, ternate
 Irian Jaya:Rumba,Bukit,Cendrawasih KAB. Sorong

Teknik Penambangan

Batuan andesit dan basalt merupakan batuan yang cukup kerasdan massif. Apabila penambangan
dilakukan oleh rakyat, karena keterbatasan modal dilakukan dengan peralatan sederhana denganproduksi
yang sangat terbatas. Apabila diinginkan produksi bongkah yang cukup banyak dalam waktu yang
relative singkat,penambangangan dilakukan dengan peledakan, diawali dengan pembuatan lubang tembak
yang sangat dianjurkan.Walaupun demikian persyaratan keamanan harus tetap diperhatikan. Penggunaan
backhoe, showel, buldoser atau sraper pada pelaksanaan penambangan dianjurkan sedang pengangkutan
bongkah dari tempat penambangan ketempat pengumpulan dipergunakan dengan truck ungkit. Apabila
dikehendaki bentuk dan ukuran tertentu, penambangan awal yang menghasilkan bentukan balok dapat
dilakukan.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Bentuk bongkah dengan ukuran yang masih dapat diangkat oleh manusia, andesit dan basalt
dimanfaatkan untuk fondasi rumah. Apabila akan dibentuk menjadi batu candi (bentuan empat persegi
panjang/kubus dengan ukuran tertentu) atau dibentuk menjadi batu temple dengan ukuran tertentu,
penggergajian system basah pada balok hasil penambangan dapat dilakukan. Andesit dan basalt apabila
dimanfaatkan sebagai batu temple/hiasan pada tembok luar/pengganti tegel, dan ditempatkan diluar (yang
tidak terlindungi dari hujan dan panas matahari) tidak ada masalah karena kedua jenis batuan tersebut
cukup resisten.

Bentukan balok andesit dan basalt apabila telah disentuh oleh seniman patung dengan rekayasa
seni dapat dibentuk menjadi patung/relief yang tentu saja akan meningkatkan nilai jual.

Untuk keperluan lainnya bongkah hasil peledakan yang ukurannya tidak sesuai dengan ukuran
konsumen dapat dipecah lagi dengan palu atau alat mekanis (breaker/crusher) untuk disesuaikan
ukurannya. Batu yang sudah sesuai ukurannya dimuat dengan alat muat (wheel loader) dan diangkut
dengan truk ungkit kekonsumen. Secara umum, kegiatan peremukan terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu
peremukan, pengayakan dan pengangkatan. Bagan alir proses peremukan seperti berikut (gambar di
bawah).

Hasil dari pengolahan ini berupa batu pecah yang terdiri dari berbagai ukuran, missal  < 10
mm, > 10 - < 20 mm, > 20 - < 30 mm, >30 – 50< mm dan sebagainya.

Sebagianbatu pecah tersebut dipergunakan untuk pembangunan rumah (concrete beton) atau pun untuk
alas jalan.

Untuk batu pecah kebanyakan dipergunakan spesifikasi ukuran butir sebagai berikut: untuk batu pecah
berdasarkan ukuran yang dihasilkan terdiri dari

 Abu dengan ukuran < 10 mm


 Split dengan ukuran (1 x 1 cm, 1 x 2 cm, 2 x 3 cm, 3 x 5 cm)
 Screening dengan ukuran 2 x 10 cm

Abu yang dihasilkan tidak tercampur bahan organik. Seperti halnya pasir andesit/pasir basalt yang
bersih (tidak tercampur bahan organik) baik digunakan untuk bahan adukan beton. Ukuran split umumnya
digunakan untuk campuran beton dan aspal. Sedangkan ukuran yang lebih besar digunakan sebagai
pelapis jalan dan pondasi.

10. Pasir Gunung Api

Pasir gunung api merupakan bahan lepas berukuran pasir yang dihasilkan pada saat gunung api
meletus. Komposisi mineralogi pasir gunung api tidak jauh berbeda dengan komposisi batuan/magma
asal. Pada saat gunung api meletus material yang dilontarkan ukurannya sangat bervariasi mulai dari
bongkah sampai pasir. Pada umumnya suatu letusan yang mendadak sangat kuat akan membentuk suatu
kaldera yang sangat luas, misalnya G. Bromo di Jawa Timur. Dengan demikian pasir yang dimuntahkan
mempunyai penyebaran yang sangat luas. Apabila letusannya tidak kuat sehingga tidak mampu
menghamburkan material yang terbawa dari dalam perut bumi, maka pembentukan kepundan akan terjadi
dan penumpukan pasir akan terjadi disekitar kepundan. Pasir tersebut bersifat relative masih lepas, dan
pada saat turun hujan di puncak, tumpukan pasir akan longsor dan bersama dengan air hujan akan
mengalir melalui sungai yang berhulu disekitar puncak gunung api. Aliran ini mempunya kekentalan
yang tinggi sehingga mampu mengapungkan dan menghamyutkan benda/material yang dilalui oleh air
sungai bahkan mampu meluap sampai dilembah sungai. Aliran demikian dikenal sebagai aliran lahar
dingin. Untuk menghindarkan kerusakan lebih lanjut dibagian hiker sungai akibat luapan “banjir pasir”
maka dibuat checkdam. Checkdam ini dibangungun secara berurutan, sehingga pada satu sungai sangat
dimungkinkan dibangun beberapa buah checkdam. Sebagai contoh untuk mengendalikan sungai Boyong
yang berhulu dilereng puncak G. Merapi, Jawa tengah yag mengalir melalui daeerah antara Turgo dan
Kaliurang, kearah selatan (Daerah Istimewa Yogyakarta) paling sedikit telah dibaangun 5 buah checkdam
dengan nama BOD 1 – BOD 5, fungsi lain dari bangunan ini :

 Menghambat dan menampung aliran pasir


 Menyediakan tempat sedimen pasir sehingga erosi vertical tebing sungai dapat dicegah, pendalaman
sungai dapat dihindarkan
 Mencegah terjadinya banjir lahar dingin
 Menyediakan tempat meresapnya air sungai/air hujan, sehingga ikut berperan dalam melakukan
konservasi air tanah

Tempat Diketemukan

Pasir gunung api merupakan produk vulkanisme,dengan demikian pasir gunung apididapatkan disekitar
gunung api baik yang aktifitasnya terjadi pada jaman tersier maupun kuarter.

 Jawa Barat: S. Cikurung, G, Galunggung, Kab Tasik Malaya, Cicurug Leles Kab. Tasik Malaya
 Jawa Tengah: G. Merapi, G. Muria, Kudus
 Jawa timur: G. Bromo

Disamping itu terdapat pula endapan pasir pantai didaerah riau.

Teknik Penambangan

Teknik penambangan pasir gunung api disesuaikan dengan jenis endapan, produksi yang diinginkan dan
rencana pemanfaatannya , yaitu:

 Endapan G. Api Kuarter/Resen Pada endapan ini tanah penutup belum terbentuk.didapatkan


sepanjang alur sungai.taknik penambangan dengan alat sederhana antara lain dengan sekop dengan
pemilihan endapan secara selektif dengan cara ini jumlah produksisangat terbatas
 Endapan pasir gunung api yang telah membentuk formasi endapan seperti ini telah tertutup oleh tanah
penutup/soil. Pekerjaan awal dilakukan dengan cara land clearing/ pembersihantanah penutup.
Endapan pasir jenis ini pada umumnya sudah agak keras tercampur dengan lempung.
 Endapan pasir pantai Endapan ini merupakan endapan lanjutan dari pasir yang ada di sekitar muara
sungai/lepas pantai. Untuk menambang dipergunakan pompa hisap berkekuatan tinggi dan hasil
pemompaan akan ditampung ditongkang dan siap diangkut dan dipasarkan.

Pemanfaatan

Pemanfaatan utama pasir gunung apiuntuk bahan konstruksi bangunan,persyaratan utama jika
dimanfaatkan pasir harus bersih bebas dari lemung dan zat organik.
11. Breksi pumice

Breksi pumice merupakan batuan piroklastik berbutir kasar fragmen breksinya merupkan pumice
dengan bentuk dan ukuran sangat bervariasi, berwarna putih abu-abu, matrik terdiri batu lempung dngan
silika amorf

Tempat Diketemukan

Breksi pumice terjadi karena aktifitas vulkanisme merupakan batuan piroklastik. Dengan


demikian keberadaannya disepanjang jalur vulkanik di Indonesia. Rekayasa breksi pumice untuk bahan
bangunan bernilai ekonomi cukup tinggi baru saja dilaksanakan (pada tahun 1970-an) dengan demikian
belum dikenal masyarakat.Tempat yang sudah diketahui potensinya adalah pada Ormasi semilir yang
tersebar luas didaerah pegunungan selatan, Daerah istimewa Yogyakarta.

Teknik penambangan

Endapan breksi pumice tersingkap dipermukaan. Oleh sebab itu teknik pelaksanaan dilakukan
dengan tambang terbuka mempergunakan alat alat sederhana. Breksi pumice mudah lapuk menghasilkan
tanah warnanya gelap.pada saat ditambang tanah ini harus dikupas lebih dulu.
Daftar Pustaka

Bahar,diharlan.2015.Bahan Galian Industri Yang Berhubungan Dengan Batuan Sedimen.Institut


Teknologi Adhi Tama.Surabaya

Sukandar,Rumidi.2009. Bahan Galian Industry. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai