ASFIRA ANUGRAH
1815140007
GEOGRAFI SAINS
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2020
Teori apungan benua pada dasarnya adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa benua-
benua yang ada di bumi ini tidak bersifat statis, tetapi selalu bergerak seiring dengan waktu. Pada
zaman dahulu kala, semua benua di bumi tergabung kedalam satu super-benua yaitu Pangaea.
Seiring dengan berjalannya waktu, super-benua ini pecah menjadi Gondwana dan Laurasia.
Kedua benua ini juga kelak akan berubah menjadi benua-benua yang sekarang kita kenal.
Teori apungan benua menjelaskan bahwa seiring dengan berjalannya waktu, benua-benua
yang ada di dunia akan terus bergerak. Mereka akan senantiasa menyatu dan terpecah lagi,
menciptakan benua dan super-benua baru. Namun, pada masa awal ini, belum diketahui alasan
apa yang menyebabkan benua-benua tersebut dapat bergerak. Pergerakan yang ternyata
disebabkan oleh arus konveksi di mantel bumi ini baru ditemukan dan dijelaskan lebih lanjut
pada teori tektonik lempeng modern.
Pandangan ini dilanjutkan oleh Alfred Russel Wallace yang pada tahun 1889 menyatakan
bahwa permukaan bumi memang sangat dinamis dan selalu berubah seiring dengan berjalannya
waktu. Wallace mengutip Charles Lyell yang pernah mengatakan bahwa meskipun benua-benua
terlihat statis, pada zaman geologi yang panjang, mereka dapat berubah seiring dengan waktu.
Namun, pandangan ini ditentang oleh James Dwight Dana yang pada tahun 1849
menyatakan bahwa benua-benua yang ada di dunia ini sudah ditetapkan dari awal. Tidak ada
perubahan-perubahan besar di dunia, hanya perubahan kecil seperti sedimentasi dan erosi, tidak
ada pergeseran benua. Teori ini dikenal sebagai Permanence Theory. Dana yang merupakan figur
besar di dunia geologi dan mineralogi Amerika Serikat tentu saja berhasil membuat orang-orang
meragukan pandangan-pandangan bahwa benua bisa bergerak.
Continental Drift Theory
Teori ini dipopulerkan oleh Alfred Lothar Wegener yang disebut juga sebagai Teori
Apungan Benua. Wegener menjelaskan teori ini pada tahun 1912 di Frankfurt Jerman dalam
buku Die Enstehung der Kontinente und Ozeane. Buku ini menyebabkan kontroversi di kalangan
geolog pada masa tersebut. Bukti teori ini baru ditemukan pada 1960 lewat serangkaian
penelitian. Asumsi dasar Wegener tentang teori apungan benua adalah:
a. Adanya kesamaan morfologi garis pantai timur benua Amerika utara dan Selatan dengan
garis pantai barat Eropa dan Afrika bagian barat. Kedua garis ini diprediksi dulunya
merupakan satu daratan yang sama jika ditarik kembali. Pernyataan tersebut telah
dibuktikan kebenarannya saat ini. Formasi geologi di sepanjang pantai Afrika Barat sama
dengan formasi geologi di pantai timur Amerika selatan.
b. Pulau Greenland bergerak menjauhi daratan Eropa dengan kecepatan 36 m per tahun
sementara Madagaskar menjauhi Afrika Selatan dengan kecepatan 9 m per tahun.
Menurut Wegener, benua yang ada saat ini dulunya adalah sebuah superbenua yang
dinamakan Pangaea. Benua ini kemudian pecah karena gerakan lempeng tektonik ke
segala arah. Akibat pecahnya Pangaea maka yang terjadi adalah:
Samudera Atlantik semakin meluas karena benua Amerika terus bergerak ke barat yang
menyebabkan terbentuknya Mid Ocean Ridge dari utara hingga selatan.
Adanya kegiatan seismik luar biasa di sepanjang Patahan San Andreas California.
Batas Samudera Hindia main mendesak ke utara. Indian semakin bertabrakan dengan
Eurasia menghasilkan Pegunungan Himalaya.
Penjelasan ilmiah mengenai teori Wegener diabaikan beberapa waktu karena tidak adanya
data yang sesuai dengan teori tersebut. Maka teori lama tetap dipertahankan yaitu:
Akhirnya pada tahun 1950an bukti dari magnetisme di dasar laut menunjukkan bahwa
dasar laut menyebar beberapa sentimeter tiap tahunnya. Ini menunjukkan adanya pergerakan
kerak bumi yang selanjutnya disebut lempeng tektonik.
Kesamaan fossil hewan dan tumbuhan di pesisir benua-benua yang berbeda. Contohnya
adalah mesosaurus yang ditemukan di Brazil dan Afrika
Kesamaan bentuk pesisir pantai Amerika Selatan dan Afrika. Hal ini mendorong dugaan
bahwa dahulu kedua benua ini tergabung dan mengalami pemisahan seiring dengan
berjalannya waktu
Tersebarnya sedimen gletser permo-carboniferous di Amerika Selatan, Afrika,
Madagascar, Jazirah Arab, India, Antarktika, dan Australia. Hal ini menunjukkan bahwa
pada zaman dahulu, daerah-daerah tersebut menyatu.
Adanya deposit batu bara di daerah lintang tinggi dan kutub, padahal daerah ini tidak
memungkinkan adanya hutan lebat. Artinya, mereka dulu tidak berada pada lokasi
tersebut, melainkan di daerah tropis.