Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI RATIO FENOTIF HASIL PERSILANGAN DIHIBRID PADA JAGUNG

Nama : Abdul Malik

Nim : 1830207058

Kelas : Biologi 2

Dosen Pengampu :

Yustina Hapida, S. Pd.,M.Kes.

Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang

2020
A. Tujuan
Mengetahui apakah ratio fenotif hasil persilangan monohibrid dan dihibrid pada

jagung memenuhi ratio fenotif yang diharapkan

B. Alat dan Bahan

Alat

1. Buku tulis
2. Pena

Bahan

1. Kertas berwarna warni atau kancing genetika


C. Cara Kerja
1. Persilangan monohibrid
a. Siapkan 2 kancing genetika berbeda warna,masing-masing sebanyak 10 buah
b. Tentukan sifat warna dari kedua kancing
c. Tentukan sifat dominan dan resesifnya dari kedua kancing
d. Silangkan kedua warna kancing
e. Tentukan perbandingan fenotif dan genotif nya
2. Persilangan dihibrid
a. Siapkan 4 kancing genetika berbeda warna,masing-masing sebanyak 10 buah
b. Tentukan sifat dari keempat kancing
c. Tentukan sifat dominan dan resesifnya dari keempat kancing
d. Silangkan keempat warna kancing
e. Tentukan perbandingan fenotif dan genotifnya

D. Tinjauan Pustaka

Model Perbandingan Genetik Menurut Mendel Gen adalah bahan genetik yang terkait dengan sifat
tertentu. Sebagai bahangenetik tentu saja gen diwariskan dari satu individu ke individu lainnya. Gen
memiliki bentuk-bentuk alternatif yang dinamakan alel. Ekspresi dari alel dapat serupa, tetapi orang lebih
sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang secara fenotifik berbeda. Gregor Mendel telah
berspekulasi tentang adanya suatu bahan yang terkait dengan suatu sifat atau karakter di dalam tubuh
suatu individu yang dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ia menyebutnya ‘faktor’
Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet, kedua gen yang merupakan
pasangan alela itu akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari alelanya. Secara garis
besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter. Ini adalah konsep
mengenai alel.

2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantanan satu dari tetua betina.

3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan terekspresikan. Alel resesif
yang tidak terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk (Mega. 2008).

2.2 Persilangan Monohibrid

Monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan
monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi.
Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan
kedalam dua anakan. Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan percobaan
penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan
monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I. Sesungguhnya di masa hidup Mendelbelum diketahui sifat
keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang membina
bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya factor penentu (determinant) atau disingkat
dengan factor. Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot.
Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan
terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet (Yasin. 2005)

2.3 Persilangan Dihibrid

Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan dua sifat
beda, misalnya persilangan antara tanaman ercis berbiji bulat dan berwarna hijau dengan tanaman ercis
berbiji kisut dan berwarna cokelat; padi berumur pendek dan berbulir sedikit dengan padi berumur
panjang dan berbulir banyak.

2.4 Chi Square

Dalam genetika, chi-square (chi kuadrat) sering kali digunakan untuk menguji apakah data yang
diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan ratio yangkita harapkan atau tidak. Di dalam suatu
percobaan jarang sekali kita memperoleh data yang sesuai dengan yang kita harapkan (secara teoritis).
Hampir selalu menjadi penyimpangan. Penyimpangan yang kecil relatif lebih dapat diterima pada
penyimpangan yang besar. Selain itu, apabila penyimpangan tersebut semakin sering besar penyimpangan
itu dapat diterima dan seberapa sering terjadinya atau berapa besar peluang terjadinya, dan jawabannya
dapat dicari dengan uji X 2 . Rumus X 2 adalah :

O (Observed) adalah hasil pengamatan, sedangkan E (Expected) adalah data yang diharapkan secara
teoritis, dan ∑ jumlah dari nilai X 2 untuk setiap kategori. Semakin kecil nilai X 2 menunjukan bahwa
data yang diamati semakin tipis perbedaannya dengan yang diharapkan. Sebaliknya semakin besar X 2
menunjuka semakin besar pula penyimpangannya. Batas penyimpangan yang diterima atau besar peluang
terjadinya nilai penyimpangan yang dapat diterima hanya satu kali dalam 20 percobaan (peluang 1/20 =
0,05) maka pada P = 0,05 adalah atau ditolaknya data percobaan, selain itu data juga dapat dianalisis
melalui distribusi tipe kelahiran, rataan jumlah anak per kelahiran, bobot lahir, dan bobot sapih serta
melalui analisis statistic berupa rataan sifat, koefisien varians, analisis ragam dan keunggulan relatif
(Dedi.2006).

E. Hasil
Tabel 1. Warna dan Jumlah Kancing Persilangan Monohibrid
Warna Kancing Jumlah Ratio fenotif dan genotip yang
diharapkan
Hitam 10 Rasio Fenotip= Hitam: Putih
Putih 10
3 : 1
= ¾ Hitam: ¼ Putih
Presentase = ¾ x 100= 75%
(Hitam)
= ¼ x 100= 25%
(Putih)
Rasio Genotif= BB: Bb: bb
1 : 2: 1
Tabel 2. Warna dan Jumlah Kancing Persilangan Dihibrid
Warna Kancing Jumlah Ratio fenotif dan genotif yang
diharapkan
Hitam 10 Rasio Fenotip=
Putih 10 MMBB: MMbb: mmBB: mmbb
Coklat 10 9: 3: 3: 1
Cream 10 Rasio Genotip=
1:2:1 (MMBB: MMBb: MMbb)
2:4:2 (MmBB: MmBb: Mmbb)
1:2:1 (mmBB: mmBb: mmbb)
F. Pembahasan
Pada hasil yang percobaan pertama yaitu dilakukan dengan persilangan
monohibrid. Persilangan dengan menggunakan kancing baju, kancing baju yang
digunakan ialah kancing baju dengan warna hitam 10 buah, putih dengan 10 buah.
Persilangan monohibrid adalah perkawinan antara dua individu dari spesies yang sama
yang memiliki satu sifat berbeda.
Persilangan monohibrid: Pada persilangan ini berlaku hukum mendel I yang
menyatakan bahwa ketika berlangsung pembentukan gamet pada individu heterozigot
terjadi perpisahan alel secara bebas sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen
saja. Oleh karena itu, setiap gamet mengandung salah satu alel yang dikandung sel
induknya. Peristiwa ini kenal dengan persilangan monohibrid dengan hukum segregasi
(Dwidjoseputro, 2010)
Persilangan ini menggunakan satu sifat beda. Dengan menggunakan kancing
genetika warna Hitam dilambangkan dengan (B) dari warna putih dilambangkan dengan
(b), pada keturunan satu (F1) perkawinan dari keduanya merupakan gabungan dari kedua
gen (Bb) yang dalam fenotipnya bentuk tetap bulat (percampuran kancing Hitam dan
Putih). Sedangakan pada keturunan F2 mulai tampak berlakunya hukum segregasi yaitu
pemisahan secara bebas gen sealel. Pada percobaan ini, persilangan antara keturunan F1
didapatkan perbandingan genotifnya dari BB: Bb: bb adalah 1: 2 :1 sehingga
perbandingan fenotipnya adalah 3:1
Perbandingan ini sesuai dengan hukum Mendel 1 atau hukum segregasi dimana
pada persilangan antar keturunan F1 tampak bahwa perbandingan hasil perkawinan antar
faktor dominan dan resesif pada genotifnya adalah 1:2:1 dan perbandingan fenotipnya
adalah 3:1 (Hardjanto, 2013).
Pada hasil yang percobaan kedua yaitu dilakukan dengan persilangan dihibrid.
Persilangan dengan menggunakan kancing baju, kancing baju yang digunakan ialah
kancing baju dengan warna hitam, putih, colat, cream dengan masing-masing 40 buah.
Dihibrid merupakan persilangan antara individu untuk dua gen yang berbeda
Persilangan dihibrid: Hukum Mendel II dikenal pula dengan hukum asortasi atau
hukum berpasangan secara bebas. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan
secara bebas dengan gen atau sifat lain. Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak
berpengaruh pada gen untuk sifat lain yang bahkan termasuk alelnya. Hukum Mendel II
ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrid., yaitu persilangan dengan dua sifat
beda, dengan dua alel berbeda dan memiliki perbandingan 9:3:3:1(Akbar dkk., 2015).
Pada percobaan percobaan yang dilakukan dengan persilangan dihibrid dengan m
enggunakan 2 sifat beda yaitu kancing genetika warna Hitam dengan gamet (MM) bersifa
t dominan bulat terhadap kancing genetika warna Putih, dan yang bersifat resesif dengan
gamet (mm). Serta dengan kancing genetika warna Coklat dengan gamet (BB) yang bersi
fat dominan terhadap warna Cream resesif dengan gamet (bb). Pada parentalnya memiliki
sifat fenotip bentuk (MMBB) yang dominan terhadap parental lainnya yang memiliki fen
otip bentuk (mmbb).

Perbandingan ini sesuai dengan hukum Mendel 1I, Apabila domonansi nampak pe
nuh ,maka perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip 9:3:
3:1. Pada semi dominansi (artinya domonansi tidak tampak penuh, sehingga ada sifat inte
rmedier) maka hasil perkawinan monohibrid menghasikan keturunan dengan perbandinga
n1:2:1.Tentunya mudah di mengerti bahwa pada semidominansi,perkawinan dihibrid aka
n menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1:2:4:2:1:2:1 (Suryo, 2008).

G. Kesimpulan
Persilangan monohibrid adalah suatu persilangan antara dua individu yang
mempunyai satu sifat beda. Persilangan dihibrid adalah suatu persilangan (pembastaran)
dengan dua sifat beda. Hasil yang diperoleh dari persilangan monohibrid sesuai dengan
bunyi Hukum Mendel I. Hasil yang diperoleh dari persilangan dihibrid sesuai dengan
bunyi hukum Mendel II Namun, hasil persilangan tidaklah selalu sesuai dengan apa yang
ditetapkan oleh hukum Mendel.

Daftar Pustaka
  Akbar. R. T., S. Hardhienata & A. Maesya. 2015. Implementasi Sistem Hereditas Menggunakan Metode
Persilangan Hukum Mendel untuk Identifikasi Pewarisan Warna Kulit Manusia. Jurnal Online
Mahasiswa. 1(1): 1-13.

Dwidjoseputro. 2010. Pengantar Genetika. Bhratar Karya Aksara, Jakarta.

Hardjanto, T. 2013. Metode Bimbel Privat Kuasai Materi Biologi. Planet Ilmu, Yogyakarta.

Saraswati, Mega. 2008. Estimasi Korelasi Genetik Litter Size Bobot Lahir dan Bobot
sapih Kambing Hasil Persilangan (F1) Pejantan Boer Murni dengan Kambing Lokal. Skripsi.
Malang : Universitas Brawijaya

Suryo. 2008. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wijayanto, D. A., R. Hidayat & M. Hasan. 2013. Penerapan Model Persamaan Diferensi dalam Penentua
n Probabilitas Genotip Keturunan dengan Dua Sifat Beda. Jurnal Ilmu Dasar. 14(2): 79-84.

Yasin, Muhammad et al. 2005. Uji Kesesuaian Hukum Mendel Dalam Memilih
Benih Jagung Opaque. Jurnal Informatika Pertanian. Vol 14 No : 1.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai