Anda di halaman 1dari 7

JURNAL AGROTEKNOS Juli 2014

Vol. 4 No. 2. Hal 88-94


ISSN: 2087-7706

KARAKTERISASI MORFOLOGIS Trichoderma spp. INDIGENUS


SULAWESI TENGGARA

Morphological Characterization Trichoderma spp . Indigenous


Southeast of Sulawesi
GUSNAWATY HS*) , MUHAMMAD TAUFIK, LENI TRIANA, DAN ASNIAH
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari

ABSTRACT
This study aimed to determine differences in the morphological characteristics of
isolates of Trichoderma spp indigenous of Southeast Sulawesi. The experiment was
conducted at the Laboratory of Agro Technology, Unit of Plant Pest and Disease, Faculty of
Agriculture, University of Halu Oleo, Kendari. This study used 11 isolates of trichoderm
indegenous of Southeast Sulawesi. Observation variables were macroscopic characteristics,
including: colony color and form, and microscopic characteristics, including: form of
conidiophores, fialid and and conidia. The research results showed that the 11 isolates of
Trichoderma spp indigenous of Southeast Sulawesi had different morphological
characteristics. Types of Trichoderma spp obtained out of the 11 isolates were T. hamantum,
T. koningii, T. harzianum, T. polysporum and T. aureoviride.
Keyw or ds : char acter ization, indigenous Southeast of Sulaw esi, Trichoderma spp.

1PENDAHULUAN dar i cendaw an lain. Kemampuan dari


Trichoderma sp. ini yaitu mampu memar asit
Cendawan Trichoderma sp. mer upakan cendaw an patogen tanaman dan ber sifat
mikroor ganisme tanah ber sifat sapr ofit yang antagonis, kar ena memiliki kemampuan untuk
secar a alami menyerang cendaw an patogen mematikan atau menghambat per tumbuhan
dan ber sifat menguntungkan bagi tanaman. cendaw an lain.
Cendaw an Trichoderma sp. mer upakan salah Mekanisme yang dilakukan oleh agens
satu jenis cendaw an yang banyak dijumpai antagonis Trichoderma sp. ter hadap patogen
hampir pada semua jenis tanah dan pada adalah mikopar asit dan antibiosis selain itu
ber bagai habitat yang mer upakan salah satu cendaw an Trichoderma sp. juga memiliki
jenis cendaw an yang dapat dimanfaatkan beber apa kelebihan seper ti mudah diisolasi,
sebagai agens hayati pengendali patogen daya adaptasi luas, dapat tumbuh dengan
tanah. Cendaw an ini dapat ber kembang biak cepat pada ber bagai substr at, cendaw an ini
dengan cepat pada daer ah perakar an juga memiliki kisar an mikr opar asitisme yang
tanaman. luas dan tidak ber sifat patogen pada tanaman
Spesies Trichoderma sp. disamping sebagai (Ar w iyanto, 2003). Selain itu, mekanisme yang
or ganisme pengurai, dapat pula ber fungsi ter jadi di dalam tanah oleh aktivitas
sebagai agens hayati. Trichoderma sp. dalam Trichoderma sp. yaitu kompetitor baik r uang
per anannya sebagai agens hayati beker ja maupun nutr isi, dan sebagai mikopar asit
ber dasar kan mekanisme antagonis yang sehingga mampu menekan aktivitas patogen
dimilikinya (Wahyuno et al., 2009). tular tanah (Sudantha et al., 2011).
Pur w antisar i (2009), mengatakan bahwa Kemampuan masing-masing spesies
Trichoderma sp. merupakan cendaw an par asit Trichoderma sp. dalam mengendalikan
yang dapat menyer ang dan mengambil nutr isi cendaw an patogen berbeda-beda, hal ini
dikar enakan mor fologi dan fisiologinya
ber beda-beda (Widyastuti, 2006). Beberapa
*) Alamat korespondensi:
Email : gusna_hs@yahoo.co.id spesies Trichoderma sp. telah dilapor kan
Vol. 4 No.2, 2014 Karakterisasi Morfologis Trichoderma Spp. Indigenus 89

sebagai agens hayati adalah T. harzianum, T. Faulika (2013) dan Herman (2013) telah
viridae, dan T. koningii yang ter sebar luas pada mendapatkan 11 isolat Trichoderma spp. dari
ber bagai tanaman budidaya (Yuniati, 2005). hasil eksplor asi dan menguji kemampuannya
Beber apa hasil penelitian dilapor kan bahw a sebagai agens hayati secar a in vitr o, namun
Trichoderma sp. dapat mengendalikan patogen spesies dari setiap isolat ter sebut belum
pada tanaman diantar anya Rhizoctonia oryzae diketahui. Oleh kar ena itu, perlu dilakukan
yang menyebabkan r ebah kecambah pada penelitian tentang kar akter isasi morfologis
tanaman padi (Semangun, 2000), Phytopthora Trichoderma sp. indigenos Sulawesi Tenggar a
capsici penyebab busuk pangkal batang pada untuk mengetahui spesies dar i isolat ter sebut.
tanaman lada (Nisa, 2010), dan dapat
menekan kehilangan hasil pada tanaman METODE PENELITIAN
tomat akibat Fusarium oxysporum (Taufik,
Peremajaan isolat Trichoderma spp.
2008).
indigenos Sulawesi Tenggara. Sebelas isolat
Penggunaan agens hayati dalam
Trichoderma spp. yang sudah diper oleh dari
pengendalian penyakit tumbuhan bersifat
hasil penelitian Faulika (2013) dan Herman
spesifik. Er w anti (2003) menyatakan bahwa,
(2013) ditumbuhkan kembali pada media PDA
pengendalian hayati ber sifat spesifik lokal
dan diinkubasi selama 7 hari. Isolat mur ni
yaitu mikroor ganisme antagonis yang
yang ber umur 7 HSI selanjutnya dilakukan
ter dapat di suatu daer ah hanya akan
pengencer an 10 -5 lalu disebar pada media PDA
member ikan hasil yang baik di daerah asalnya.
bar u dengan tujuan untuk mendapatkan
Telah dilapor kan bahw a isolat Trichoderma
koloni tunggal Trichoderma sp., kemudian
sp. yang ber asal dar i Kalimantan Selatan
diper banyak dengan cara mengambil 1 corp
memiliki kemampuan yang lebih baik untuk
borrer setiap isolat dibiakan pada media PDA
mengendalikan penyakit haw ar pelepah daun
dan diinkubasi selama 7 har i, setiap isolat
padi dibandingkan dengan isolat Trichoderma
diulang sebanyak 3 kali dan setiap ulangan
sp. asal Yogyakar ta di lahan pasang surut
ada 3 unit sehingga keselur uhan menjadi 99
daer ah Kalimantan Selatan (Pr ayudi et al.,
unit penelitian.
2000). Hal tersebut membuktikan bahwa
Ber ikut ke-11 isolat Trichoderma indigenos
isolat lokal (Indigenos) memiliki kemampuan
Sulawesi Tenggar a yang akan dikar akter istik
adaptasi yang tinggi dan ber potensi yang lebih
ber dasar kan mor fologinya dapat dilihat pada
baik dalam menekan patogen yang ter dapat di
Tabel 1
daer ah asalnya dibanding menggunakan isolat
.
yang ber asal dari daer ah lain.
Tabel 1. Sumber Isolat Trichoderma spp indigenos Sulaw esi Tenggar a (Faulika, 2013 dan Her man, 2013)

No. Kode Isolat Lokasi (Desa/ Kec/ Kab) Vegetasi


1. ASL Asunde/ Besulutu/ Konawe Lada
2. DKP Dur iasi/ Konawe Kacang Panjang
3. DPA Dur iasi/ Konawe Par ia
4. DKT Dur iasi/ Konawe Ketimun
5. APS Amer oro/ Konaw e Padi Sawah
6. LPS Loea/ Tir awuta/ Kolaka Padi saw ah
7. LKO Lapai/ Ngapa/ Kolut Kakao
8. BPS Bar uga/ Watubangga/ Konaw e Padi saw ah
9. LKP Loea/ Tir awuta/ Kolaka Kacang Panjang
10. LTB Lamooso/ Konsel Tebu
11. LKA Leleuta/ Ngapa/ kolut Kakao

Identifikasi isolat cendawan Trichoderma kar akter isasi (identifikasi) mor fologi
spp.. Pengamatan mor fologi isolat yang cendaw an dilakukan atas dasar kar akteristik
diper oleh dilakukan secar a makr oskopis dan pemur nian melalui kultur koloni tunggal.
mikroskopis. Menur ut Kar tika (2012), bahw a Pembuatan kultur spora tunggal menur ut
90 GUSNAWATY ET AL. J. AGROTEKNOS

Tamin et al., (2012), ber tujuan untuk kelembaban yang optimum bagi per tumbuhan
mendapatkan spor a yang ber asal dar i satu jamur . Pada bagian atas tissue tersebut
jenis yang sama. Karakter isasi mor fologi diletakkan dua buah pipet, selanjutnya di atas
cendaw an Trichoderma sp. mengacu pada pipet tersebut diletakkan sebuah kaca objek
buku identifikasi Watanabe (2002) dan yang diber i 1 tetes jus jer uk dan ditumbuhkan
Domsch et al., (1980). Secar a makr oskopis spor a cendaw an Trichoderma spp. kemudian
meliputi bentuk, w ar na koloni dan diameter ditutup dengan kaca penutup. Mikr okultur
per tumbuhan cendawan Trichoderma sp.. ter sebut diinkubasi dalam suhu ruangan
Pengamatan dilakukan setiap har i selama 7 selama 3 hari, dilakukan pengamatan
har i pada biakan cendaw an Trichoderma sp., menggunakan mikr oskop dan selama
sedangkan secar a mikr oskopis yang diamati pengamatan selalu dijaga kelembapannya
meliputi bentuk konidiofor , fialid dan konidia dengan menambahkan aquades steril apabila
dengan metode mikr okultur ( slide culture). tissue mulai menger ing.
Adapun pr osedur dalam pembuatan
mikrokultur ( slide culture) untuk identifikasi HASIL DAN PEMBAHASAN
cendaw an secara mikrokopis, yaitu: caw an
Kar akterisasi Trichoderma spp. secara
Petr i disiapkan dengan bagian dalamnya
makr oskopis meliputi w ar na koloni dan
diber i tissue ber bentuk bundar (Φ 9 cm).
bentuk koloni yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Aquades steril diteteskan pada bagian tissue
dalam cawan petr i untuk memberikan
Tabel 2. Per kembangan w ar na koloni selama 7 har i dan bentuk koloni setiap isolat
Waktu Pengamatan Ke- HIS
Bentuk
Isolat Koloni
1 2 3 4 5 6 7
Putih
Putih Hijau Hijau
Kuning Hijau
ASL Putih Putih kuning agak muda agak muda agak Bulat
agak kekuningan
kehijauan kekuningan kekuningan
kehijauan
Putih agak Putih Hijau Hijau
DKP Putih Hijau Hijau tua Bulat
kehijauan kehijauan muda Muda

Putih agak Putih Hijau Hijau


DPA Putih Hijau Hijau tua Bulat
kehijauan kehijauan muda Muda

Putih agak Hijau Hijau


DKT Putih Putih Hijau Hijau tua Bulat
kehijauan muda Muda

Putih agak Hijau Hijau


APS Putih Putih Hijau Hijau tua Bulat
kehijauan muda Muda

Putih agak Putih Hijau


LPS Putih Hijau Hijau Hijau tua Bulat
kehijauan kehijauan muda

Putih Hijau
LKO Putih Putih Hijau Hijau Hijau tua Bulat
kehijauan muda

Putih agak Putih Hijau


BPS Putih Hijau Hijau Hijau tua Bulat
kehijauan kehijauan muda
Putih hijau
Putih agak Putih hijau Putih hijau
LKP Putih agak Hijau Hijau tua Bulat
kehijauan kekuningan kekuningan
kekuningan
Putih agak Hijau
LTB Putih Putih Hijau Hijau Hijau tua Bulat
kehijauan muda
Putih agak Putih agak Hijau
LKA Putih Hijau Hijau Hijau tua Bulat
kehijauan kehijauan muda

Tabel 2 menunjukkan bahw a dar i 11 mor fologinya ter jadi per kembangan w ar na
isolat Trichoderma spp. indigenos Sulawesi koloni yang ber beda dar i hari ke-1 sampai
Tenggar a yang dikar akter isasi ber dasar kan har i ke-7. Per kembangan w ar na koloni diaw ali
Vol. 4 No.2, 2014 Karakterisasi Morfologis Trichoderma Spp. Indigenus 91

dengan w ar na putih, putih agak kehijauan, sampai har i ke-5. Koloni yang ter bentuk dar i
hijau muda, hijau dan hijau tua setelah umur 7 semua isolat adalah bulat.
har i, namun pada isolat ASL w ar na koloni Kar akterisasi secar a mikr oskopis yakni
yang ter lihat dari har i ke-3 hingga ke-7 bentuk konidiofor , fialid dan konidia (Tabel. 3)
ter dapat war na kekuningan, sedangkan pada menggunakan buku identifikasi Watanabe
isolat LKP w ar na kekuningan hanya ter lihat (2002) dan Domsch et al., (1980)

Tabel 3. Spesies Trichoderma sp. dar i 11 isolat ber dasar kan bentuk konidiofor , fialid dan konidia

Mikroskopis
No. Spesies Isolat
Konidiofor Fialid Konidia
Tegak,
1. T. hamantum ASL Pendek, tebal Oval
ber cabang
Tegak,
2. T. koningii DKP, DPA, DKT, APS Kecil, lancip Oval
ber cabang
Tegak, Pendek, lebih
3. T. harzianum LPS, LKO, BPS Oval
ber cabang tebal
Panjang,
4. T. polysporum LKP Ber cabang Oval
luas
Pendek, tebal,
5. T. aureoviride LTB, LKA Ber cabang Oval
ver tikal

Tabel 4 menunjukkan bahw a dar i 11 isolat ber beda yaitu T. hamantum T. koningii T.
Tr ichoderma spp. diperoleh lima spesies yang har zianum T. polysporum T. aur eoviride
.

a b c d
Gambar 1. Trichoderma hamantum; (a) koloni pada media PDA, (b) konidiofor , (c) fialid, dan (d) konidia
(Sumber : Data pr imer )
Gambar 1 menunjukkan bahw a isolat aw alnya, kemudian hijau kekuningan dan
ter sebut memiliki bentuk konidiofor yang ber bentuk bulat. Koloni pada media PDA
dikembangkan pada str uktur bantal mencapai diameter lebih dar i 7 cm dalam
ber bentuk tegak, bercabang yang ter susun w aktu lima har i. Isolat ter sebut sesuai dengan
ver tikal. Fialid pendek dan tebal, konidia hijau kar akter istik Trichoderma hamantum
muda, ber dinding halus dan ber bentuk oval. (Watanabe, 2002; Domsch et al.,1980).
Koloni pada media PDA ber w ar na putih
92 GUSNAWATY ET AL. J. AGROTEKNOS

a b c d

Gambar 2. Trichoderma koningii (a) koloni pada media PDA, (b) konidiofor , (c) fialid, dan (d) konidia
(Sumber : Data pr imer )

Gambar 2 menunjukkan bahw a isolat dalam waktu 5 har i dan koloninya ber w ar na
ter sebut memiliki bentuk konidiofor tegak, hijau ser ta ber bentuk bulat. Kar akter tersebut
ber cabang tersusun ver tikal. Fialid lancip ke sesuai dengan karakter istik Trichoderma
ar ah puncak dan konidia ber dinding halus dan koningii (Watanabe, 2002; Domsch et al.,
kasar ber war na hijau ber bentuk oval. Koloni 1980).
pada media PDA mencapai lebih dari 5 cm

a b c d
Gambar 3. Trichoderma harzianum; (a) koloni pada media PDA, (b) konidiofor , (c) fiali d, dan (d) konidia
(Sumber : Data pr imer )

Gambar 3 menunjukkan bahw a isolat tua dan ber bentuk bulat. Diameter koloni
ter sebut memiliki bentuk konidiofor tegak, mencapai lebih dari 9 cm dalam w aktu 5 har i.
ber cabang yang tersusun ver tikal. Fialid Kar akter dar i isolat tersebut menunjukkan
pendek dan tebal. Konidia hijau dan ber bentuk kar akter istik Trichoderma harzianum
oval. Koloni pada media PDA ber w ar na hijau (Watanabe, 2002; Domsch et al.,1980).

a b c d

Gambar 4. Trichoderma polysporum: (a) koloni pada media PDA, (b) konidiofor , (c) fialid, dan (d) konidia
(Sumber : Data pr imer )
Vol. 4 No.2, 2014 Karakterisasi Morfologis Trichoderma Spp. Indigenus 93

b c d
a
Gambar 5. Trichoderma aureoviride; (a) koloni pada media PDA, (b) konidiofor , (c) fialid, dan (d)
konidia (Sumber : Data pr imer ).
Gambar 4 menunjukkan bahw a isolat tua ter utama pada bagian yang menunjukkan
ter sebut memiliki bentuk konidiofor banyak ter dapat konidia.
ber cabang dan ber akhir ster il. Fialid r elatif Ber dasar kan buku identifikasi Watanabe
luas, konidia pendek ber dinding halus (2002) dan Domsch et al., (1980), diketahui
ber w ar na hijau dan berbentuk oval. Koloni bahw a dar i 11 isolat trichoderma indegenus
pada media PDA ber war na hijau tua dan Sulawesi tenggar a ter dir i atas lima spesies
tumbuh r elatif lebih lambat, ukur annya yaitu T. hamantum, T. koningii, T. harzianum,
mencapai 7 cm dalam w aktu 10 hari. Isolat T. polysporum dan T. aureoviride. Secara
ter sebut sesuai dengan kar akter istik makr oskopis w ar na koloni dari semua spesies
Trichoderma polysporum (Domsch et al.,1980). ter sebut diaw ali dengan w ar na putih,
Gambar 5 menunjukkan bahw a isolat kemudian ber kembang menjadi putih agak
ter sebut memiliki bentuk konidiofor kehijauan, hijau muda, hijau dan hijau tua,
ber cabang. Massa spor a (konidium) ber ada namun pada T. hamantum ter dapat w ar na
pada setiap fialid. Fialidnya ver tikal, pendek kekuningan hingga ke-7 HSI, tetapi w ar na
dan tebal. Konidia hijau dan ber bentuk oval. kekuningan pada T. polysporum hanya ter jadi
Koloni pada media PDA ber w ar na hijau tua, hingga hari ke-5, sedangkan untuk T. koningii,
per mukaannya lembut dan ber bentuk bulat. T. harzianum dan T. aureoviride
Isolat tersebut sesuai dengan kar akter istik per kembangan w ar na koloni yang ter jadi
Trichoderma aureoviride (Watanabe, 2002). hamper sama. Semua spesies tersebut
Ber dasar kan hasil pengamatan memiliki bentuk koloni yang sama yaitu bulat.
kar akter isasi mor fologis dar i 11 isolat Hal ini didukung oleh pernyataan Rifai (1996)
Trichoderma spp. indigenos Sulaw esi bahw a sebagian besar anggota dar i genus
Tenggar a menunjukkan bahw a ter dapat lima Tr ichoderma membentuk koloni yang
spesies Trichoder ma dengan kar akter yang mempunyai w ar na yang ber beda dan
ber beda baik secar a makr oskopis maupun membentuk koloni dengan zona lingkar an
secar a mikr oskopis. Hal ini dijelaskan yang ter lihat dalam cahaya.
ber dasar kan buku identifikasi dar i Watanabe Kar akteristik morfologis secar a
(2002) dan Domsch et al., (1980) yang mikroskopis lima spesies Tr ichoderma yang
menyatakan bahw a Trichoderma sp. diper oleh dapat dibedakan ber dasar kan
mempunyai konidiofor ber cabang menyerupai bentuk konidiofor , fialid dan konidia. Bentuk
pir amida yaitu pada bagian baw ah cabang konidiofor yang sama yaitu tegak dan
later al yang ber ulang-ulang, sedangkan ber cabang ter susun secar a ver tikal ter dapat
semakin ke ujung per cabangan menjadi pada T. hamantum, T. koningii dan T.
ber tambah pendek. Fialid tampak langsing harzianum. tetapi pada T. hamantum memiliki
dan panjang ter utama pada aspek dari cabang, fialid pendek dan tebal ser ta konidia
konidia ber bentuk semi bulat hingga oval. ber dinding halus dan ber bentuk oval,
Konidia yang berdinding halus, koloni mula- sedangkan pada T. koningii fialid yang
mula ber w ar na putih lalu menjadi kehijauan ter bentuk lancip ke ar ah puncak dan dinding
dan selanjutnya setelah dew asa miselium konidia ada yang kasar , ber beda dengan T.
memiliki w ar na hijau kekuningan atau hijau harzianum yang memiliki fialid pendek dan
94 GUSNAWATY ET AL. J. AGROTEKNOS

lebih tebal ser ta konidia ber w ar na hijau da Nisa NK. 2010. Isolasi Trichoderma spp. Asal tanah
ber bentuk oval, sedangkan pada T. Polysporum dan aktivitas penghambatannya ter hadap
memiliki bentuk konidiofor bercabang dan per tumbuhan Phytopthora capsici penyebab
ber akhir ster il ser ta fialidnya relatif luas, penyakit busuk pangkal batang lada. Institut
Per tanian Bogor , Bogor .
ber beda dengan T. aureoviride memiliki
Pr ayudi B, Budiman A, Rystham MA dan Rina Y.
bentuk konidiofor bercang pada setiap fialid 2000. Trichoderma harzianum isolat
ter dapat konidium, dan fialidnya ber bentuk Kalimantan Selatan agensia pengendali haw ar
ver tikal, pendek dan tebal. pelepah daun padi dan layu semai kedelai di
lahan pasang sur ut. Pr osiding Simposium
SIMPULAN Penelitian Tanaman Pangan IV. Banjar Bar u.
Pur w antisar i S. 2009. Isolasi dan identifikasi
Ber dasar kan hasil penelitian ini dapat cendaw an indigenous r hizosfer tanaman
disimpulkan bahw a semua isolat Trichoderma kentang dar i lahan per tanian kentang or ganik
spp. indigenos dar i beberapa daer ah Sulaw esi di Desa Pakis. Magelang. Jur nal BIOMA. ISSN: 11
Tenggar a memiliki perbedaan kar akteristik (2): 45.
mor fologis sehingga jenisnya ber beda. Rifai M, Mujim S dan Aeny TN. 1996. Pengar uh
Ter dapat lebih dar i satu spesies yang lama investasi Trichoderma viride ter hadap
diper oleh dar i 11 isolat Trichoderma spp. intensitas ser angan Phytium sp. pada Kedelai.
indigenos sulawesi Tenggar a. Spesies yang Jur nal Penelitian Per tama VII (8): 20-25.
Semangun H. 2000. Ilmu penyakit tumbuhan.
diper oleh yaitu T. hamantum, T. koningii, T.
Gadjah Mada Univer sity Pr ess, Yogyakar ta.
harzianum, T. polysporum dan T. aureoviride.
Sudantha IM, Kesr atar ta I, Sudana. 2011. Uji
antagonisme beber apa jenis jamur sapr ofit
DAFTAR PUSTAKA ter hadap Fusarium oxysporum f. sp. cubense
Ar w iyanto T. 2003. Pengendalian hayati penyakit penyebab penyakit layu pada tanaman pisang
layu bakter i tembakau. Jur nal Per lindungan ser ta potensinya sebagai agens pengur ai
Tanaman Indonesia 3(1): 54-60. ser asah. UNRAM, NTB. Jur nal Agr oteksos 21
Domsch KH, Gams W and Ander son TH. 1980. (2): 2-3.
Compendium of Soil Fungi. Volume 1. Academic Taufik M. 2008. Efektivitas agens antagonis
Pr ess, London. Trichoderma sp. pada ber bagai media tumbuh
Er w anti, Mar dius Y, Habazar T dan Bachtiar A. ter hadap penyakit layu tanaman tomat.
2003. Studi kemampuan isolat-isolat jamur Pr osiding Seminar Ilmiah dan Per temuan
Trichoderma spp. yang ber edar di Sumatr a Tahunan PEI PFI XIX Komisar iat Sulaw esi
Bar at untuk mengendalikan jamur patogen Selatan. Makassar .
Sclerotium roflsii pada bibit cabai. Pr osiding Wahyuno D, Manohar a D, dan Mulya K. 2009.
Kongr es Nasional XVI dan Seminar Ilmiah PFI, Per anan bahan or ganik pada per tumbuhan dan
22-24 Agustus 2003. Bogor . daya antagonisme Trichoderma harzianum dan
Faulika. 2013. Uji potensi tr ichoder ma indigenos pengar uhnya ter hadap P. capsici. pada tanaman
Sulaw esi Tenggar a sebagai biofungisida lada. Jur nal Fitopatologi Indonesia 7: 76−82.
ter hadap Phytophthora capsici dan Fusarium Watanabe T. 2002. Pictor ial atlas of soil and seed
oxysporum secar a in-vitro [Skr ipsi] . Fakultas fungi mor phologies of cultur ed fungi and key to
Per tanian, Univer sitas Halu Oleo, Kendar i species. CRC Pr ess LLC. U.S.A.
Her man. 2013. Uji potensi Tr ichoder ma indigenos Widyastuti SM, Sumar di, Ir fa dan Har jono, 2006.
Sulaw esi Tenggar a sebagai biofungisida Aktivitas penghambatan Trichoderma spp.
ter hadap Colletotrichum sp . dan Sclerotium ter for mulasi ter hadap jamur patogen tular
rofslii secar a in-vitro [ Skr ipsi]. Fakultas tanah secar a in-vitr o. Jur nal Per lindungan
Per tanian. Univer sitas Halu Oleo. Kendar i Tanaman Indonesia 8: 27-39.
Kar tika E, Lizaw ati dan Hamzah. 2012. Isolasi, Yuniati. 2005. Pengar uh pember ian beber apa
Iidentifikasi dan pemur nian Cendaw an spesies Trichoderma sp . dan pupuk kandang
Mikor iza Ar buskular (CMA) dar i tanah bekas kambing ter hadap penyakit layu Fusarium
tambang batu bar a. Pr ogr am Studi oxysporum f. sp Lycopersici pada tanaman tomat
Agr oekoteknologi. Fakultas Per tanian, ( Lycopersicum esculentum Mill) [Skr ipsi]
Univer sitas Jambi, ISSN: 2302-6472. Vol. 1:4. Jur usan Budidaya Per tanian, Fakultas
Per tanian, Univer sitas Muhammadiyah. Malang.

Anda mungkin juga menyukai