Disusun Oleh :
1. Arif Adriyanto
2. Hanifa Agusti
3. Rifa Fatrunnada
Kelas : 1A
Perkembangan ilmu genetika tidak terlepas dari percobaan yang dilakukan oleh biarawan
dari kota Brun, Austria, yaitu Gregor Mendel (1882-1884). Mendel menyilangkan tanaman ercis
(pisum sativum) yang ada dikebun biara. Mendel mengamati bahwa ada sifat yang diturunkan
dari generasi ke generasi. Oleh karena rasa ingin tahunya, Mendel kemudian menyilangkan
berbagai tanaman ercis yang memiliki sifat atau karakter berbeda. Dari hasil pengamatnnya,
Mendel menemukan perhitungan matematis akan sifat-sifat genetis atau karakter yang
ditampilkan. Faktor genetis ini kemudian disebut determinan atau faktor., yang kemudian disebut
sebagai gen.
Pilihan Mendel untuk mengamati persilangan tanaman ercis sungguh merupakan kemujuran.
Tanaman ini sangat cocok untuk riset genetika karena memiliki sejumlah varietas yang stabil.
Selain karakter tinggi tanaman, ercis juga memiliki karakter, antara lain warna biji hijau dan
kuning, selaput biji abu-abu dan putih, bunga warna putih dan ungu, serta perbedaan warna pada
polong yang belum tua dan posisi bunga.
2. Kacang ercis memiliki bunga sempurna,artinya pada bunga terdapat benang sari dan
putik,sehingga biasanya terjadi penyerbukan sendiri.perkawinan silang dapat
berlangsung dengan pertolongan orang penyerbukan sendiri akan menghasilkan galur
murni,yatitu keturunan yang memiliki sifat keturunan yang sama dengan induknya
3. Tanaman ini mempunyai tujuh sifat dengan perbedaan yang mencolok seperti
batangnya tinggi lawannya kerdil,buah polong berwarna hijau lawannya
kuning,bunga berwarna ungu lawan putih,bunganya terletak aksial (sepanjang
batang) lawan terminal (diujung batang),biji yang masak berwarna hijau lawan
kuning,permukaan biji licin lawan berkerut,dan kulit biji abu-abu lawan putih.
Melalui cara ini Mendel dapat mengawasi asal usul setiap generasi. Temuan penting yang
pertama adalah hasil persilangan antara tanaman ercis berbatang tinggi dengan yang berbatang
pendek, yaitu tanaman ercis berbatang tinggi. Berdasarkan hasil ini mendel menyatakan bahwa
karakter tinggi pada ercis merupakan sifat yang lebih dominan dibanding karakter pendek.
Karakter pendek pada tanaman ercis lalu disebut memiliki sifat resesif. Dominan dan resesif ini
selalu ada dalam pembuahan. Setelah melanjutkan pembuahan sendiri, Mendel menemukan
bahwa tanaman ercis yang berbatang tinggi selalu tiga kali lebih banyak dibandingkan tanaman
ercis yang berbatang pendek. Hasil pengamatan ini lalu menjadi suatu resiko yang hasilnya sama
jika percobaannya diulangi, yaitu 3 : 1 (3 untuk karakter dominan, dan 1 untuk karakter resesif).
Rasio-rasio sifat yang diturunkan hasil percobaan Mendel ini lalu dikenal sebagai Hukum
Mendel.
Setelah mendapat rasio 3 : 1, Mendel mengemukakan bahwa gen dapat dipasangkan dalam 3
cara yang berbeda. Contohnya, pada gen tinggi, maka variasi pasangan yang mungkin terbentuk
adalah TT, Tt, dan tt. T menunjukkan sifat yang dominan dan t menunjukan sifat resesif. Mendel
berpendapat bahwa dalam setiap individu ada dua faktor yang menentukan sifat. Kedua faktor ini
diperoleh dari orang tua, yaitu satu dari induk jantan dan satu lagi dari induk betina. Bentuk
alternatif dari faktor ini disebut dengan alel. Apabila kedua faktor sama (contohnya TT dan
tt)maka disebut homozigot. Namun jika kedua faktor tidak sama (contohnya Tt) maka disebut
heterozigot. Penemuan Mendel menghasilkan dua hukum pewarisan sifat, yaitu Hukum Mendel I
(Hukum Segregasi) dan Hukum Mendel II (Hukum Penggabungan Bebas).
P: Genotip: BB X bb
Fenotip: Bulat Keriput
(homozigot) (homozigot)
Gamet: B b
F1 Genotip Bb
Semua bulat
(heterozigot)
F1 x F1 Genotip: Bb X Bb
Fenotip Bulat Bulat
(heterozigot) (heterozigot)
Gamet B B
b b
B B
BB Bb
B
(Bulat) (Bulat)
Bb Bb
B
(Bulat) (Keriput)
Genotip 1BB:2Bb:1bb
1:2:1
3:1
seorang pria berambut keriting dominan menikah dengan seorang wanita berambut lurus resesif.
Kedua sifat ini adalah homozigot. Bagan persilangannya adalah sebagai berikut:
P: Genotip: KK X kk
Fenotip: Keriting Lurus
(homozigot) (homozigot)
Gamet: K k
F1 Genotip Kk
Semua keriting
(heterozigot)
F1 x F1 Genotip: Kk X Kk
Fenotip Keriting Keriting
(heterozigot) (heterozigot)
Gamet K K
k k
F2:
K K
KK Kk
K
(Keriting) (Keriting)
Kk Kk
K
(keriting) (lurus)
Genotip 1KK:2Kk:1kk
1:2:1
Fenotip 3 Keriting : 1 Lurus
3:1
Intermediet adalah sifat antara yang dimiliki oleh kedua induknya. Alel yang satu tidak
dipengaruhi oleh alel yang lainnya, berarti alelnya tidak bersifat penuh. Dalam keadaan
heterozigot, alel dominan tidak mampu menutupi pernyataan karakter alel resesif, sehingga
memperlihatkan karakter antara homozigot dominan dengan homozigot resesif. Pada pewarisan
intermediet, ketiga genotip, yaitu homozigot dominan, heterozigot, dan homozigot resesif dapat
dibedakan satu sama lain.
P: Genotip: MM X mm
Fenotip: Merah Putih
(homozigot) (homozigot)
Gamet: M m
F1 Genotip Mm
Semua merah muda
(heterozigot)
F1 x F1 Genotip: Mm X Mm
Fenotip Merah muda Merah muda
(heterozigot) (heterozigot)
Gamet M M
m m
M M
MM Mm
M
(Merah) (Merah muda)
Mm Mm
m
(Merah muda) (Putih)
Genotip: 1MM:2Mm:1mm
1:2:1
P: Genotip: HH X hh
Fenotip: Hitam Putih
(homozigot) (homozigot)
Gamet: H h
F1 Genotip Hh
Semua biru
(heterozigot)
F1 x F1 Genotip: Hh X Hh
Fenotip Biru Biru
(heterozigot) (heterozigot)
Gamet H H
h h
H H
HH Hh
H
(Hitam) (Biru)
Hh Hh
H
(Biru) (putih)
Genotip 1HH:2Hh:1hh
1:2:1
Fenotip 1 Hitam:2Biru:1Putih
1:2:1
c. Intermediet pada manusia
Sifat intermediet pada manusia antara lain:
1. Thalassemia, yaitu penyakit anemeia karena usia eritrosit yang dihancurkan kurang
dari 120 hari. Jenis thalassemia yaitu sebagai berikut:
Genotip ThTh, fenotipnya Thalassemia mayor (sangat parah dan
dapatmenyebabkan kematian pada waktu bayi).
Genotip Thth, fenotipnya Thalassemia minor (tidak terlalu parah).
Genotipnya thth, fenotipnya normal.
2. Cystinuria adalah penyakit dengan gejala dalam urine banyak mengandung asam
amino sistein sehingga akan membentuk batu ginjal.
Genotipe CC, fenotipnya normal.
Genotipe Cc, fenotipnya Cystinuria ringan.
Genotipe cc, fenotipnya Cystinuria parah dan ada batu ginjal.
Hukum Mendel II merupakan hukum pengelompokan gen secara bebas atau disebut juga
“Independent Assortment of Genes” atau hukum asortasi. Dasar dari hukum ini adalah
persilangan individu-individu yang memiliki dua atau lebih karakter berbeda. Hukum ini berlaku
ketika pembentukan gamet, dimana gen di kromosom yang berbeda dapat secara bebas pergi ke
masing-masing kutub ketika berlangsungnya mieosis.
Rasio fenotip persilangan dihibrida ini merupakan rasio teoritis, dalam praktiknya, tidak
persis demikian, akan tetapi hasilnya mendekati 9 : 3 : 3 : 1.
Dalam percobaan-percobaan genetika setelah mendel, para ilmuwan dan peneliti sering
mendapatkan rasio fenotip yang tidak sesuai dengan Hukum Mendel. Pada persilangan dihibrida,
dominasi penuh rasio fenotip pada f2 adalah 9 : 3 : 3 : 1. Namun kenyataannya sering ditemukan
angka-angka perbandingan yang tidak sesuai dengan rasio f2 tersebut, misalnya:
Peristiwa diatas dikatakan sebagai penyimpangan semu, sebab masih mengikuti hukum Mendel.
Penyimpangan tersebut terjadi karena adanya dua pasang gen atau lebih yang saling
mempengaruhi atau berinteraksi sehingga menyebabkan perubahan perbandingan fenotip.
a. Polimeri
Polimeri adalah interaksi antara dua gen atau lebih sehingga menimbulkan sifat dari
individu yang tergantung dari bnyaknya gen pada sifat tersebut (gen ganda).
Contohnya,pada warna kulit manusia dipengaruhi oleh beberapa gen yang
mendukungnya.
Gambar 2 Persilangan Polimeri
Jika genotip memiliki P,maka warna kulit akan menjadi hitam.akan tetapi,tingkat
kehitamannya ini akan berbeda sesuai dengan jumlah P-nya.Semakin banyak P,maka
warna kulit akan semakin gelap dengan degredasi sebagai berikut : hitam
arang,hitam,cokelat,sawo matang,kuning langsat,dan akhirnya putih.Sehingga
Fenotipnya menjadi 15:1
b. Kriptometri
Kriptometri adalah sifat gen dominan yang tersembunyi jika gen tersebut berdiri
sendiri,tetapii jika bertemu dengan gen dominan lainnya maka akan menghasilkan
sifat gen dominan yang sebelumnya tersembunyi.Contohnya,pada persilangan bunga
Linaria maroccana berwarna merah dengan yang berwarna putih akan menghasilkan
F1 yang berwarna ungu dan pada F2 –nya akan menghasilkan 9 ungu : 3 merah :
putih. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Warna merah muncul karena ada zat antosianin yang jika bersama basa akan
menghasilkan warna ungu, sehingga genotipnya adalah A_B_ (ungu), A_bb (merah),
dan aa_ _(putih).
c. Epistasis-Hipostasis
Epistasis adalah gen yang sifatnya menghalangi atau menutup gen lainnya, sedangkan
hipostasis adalah gen yang dihalangi atau ditutupi. Contohnya pada persilangan
tanaman yang berbuah putihdengan yang berbuah hijau. Generasi F1 –nya
menghasilkan buah putih. Ketika sesama F1 disilangkan, dihasilkan tanaman berbuah
putih, kuning, dan hijau.
Rasio fenotip pada F2 adalah 12 putih : 3 kuning : 1 hijau. Rinciannya adalah sebagai
berikut:
P_K_ putih
P_kk putih
ppK_ kuning
ppkk putih
Persilangan non-Mendel adalah persilangan yang tidak sesuai dengan hukum genetika
mendel.Mendel memformulasikan hukumnya karena kebetulan dia memilih sifat
yang tidak terpaut seks,sehingga sederhana untuk diteliti.Namun,tidak semua sifat
dapat dianalisis secara mendel.Apalagi sekarang ilmu genetika sudah beralih dari
pemindahan warisan ke aspek molekuler untuk struktur dan fungsi gen,yang
merupakan pendorong bagi riset genetika modern.
P MM x pp
M M x p p
F1 Mp pink
F2 Mp x Mp
MM Mp Mp pp
M—Merah
pp--- putih
Contoh sifat semidominan pada manusia adalah bahwa rambut keriting adalah
semidominan terhadap rambut lurus.
2. Ko – domonasi
3. Pewarisan poligen
4. Epitasis
Hasjim,Hasnar.2013.Biologi Medik.Jakarta.EGC