Anda di halaman 1dari 11

BAB V

PEWARISAN SIFAT

Pola-Pola Hereditas

Pada semua organisme yang berkembang biak secara seksual, sifat-


sifat induk diwariskan kepada keturunannya melalui sel gamet. W.S. Sitton
(1902), seorang ahli genetika Amerika, memberikan pemikiran tentang
pola-pola penurunan sifat sebagai berikut:
1. Jumlah kromosom sel sperma dan ovum adalah setengah dari jumlah
kromosom sel tubuh
2. Organism baru hasil fertilisasi ovum oleh sperma mengandung dua
perangkat kromosom (diploid:2n) pada setiap selnya
3. Dalam pembelahaan meiosis kedua perangkat kromosom memisah
secara bebas
4. Setelah melalui proses mitosis dan meiosis, bentuk dan identitas setiap
kromosom adalah tetap.
A. Pewarisan Sifat
Genetika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang
berhubungan dengan pemindahan informasi dari satu sel ke sel lain dan
pewarisan sifat (hereditas) dari induk ke keturunannya.
1. Istilah genetika
a. Parental (P), berarti induk atau orang tua, atau tetua.
b. Filial: keturunan (generasi) yang diperoleh sebagai hasil dari
perkawinan parental. Keturunan pertama disingkat, F1
keturunan kedua disingkat F2 keturunan ketiga disingkat F3 dan
seterusnya.
c. Dominan: sifat yang muncul pada keturunan, yang artinya dalam
suatu perkawinan sifat ini dapat mengalahkan sifat pasangannya.
Gen dominan adalah gen yang dapat mengalahkan atau menutupi
gen lain yang merupakan pasangan alelnya.
d. Resesif: sifat yang tidak muncul pada keturunan, yang artinya
dalam suatu perkawinan sifat ini dapat dikalahkan (ditutupi)
oleh sifat pasangannya.
Gen resesif adalah gen yang dikalahkan atau ditutupi oleh gen
lain yang merupakan pasangan alelnya.
e. Geneotif: susunan genetik suatu sifat yang dikandung suatu
individu yang menyebabkan munculnya sifat-sifat pada fenotipe.
Contoh: T adalah gen untuk tinggi, sedangkan t adalah gen untuk
pendek; tinggi dominan terhadap pendek.
Maka: TT atau Tt adalah genotipe dengan fenotipe tinggi; tt
adalah genotipe dengan fenotipe pendek
f. Fenotif: sifat lahiriah yang merupakan bentuk luar yang dapat
dilihat atau diamati.
Fenotipe merupakan interaksi antara genotype dan lingkungan,
maka dapat dituliskan:

F=G+L

F=fenotif
G=genotif
L=lingkungan
g. Alel: anggota pasangan gen yang mempunyai sifat alternatif
sesamanya. Gen-gen tersebut terletak pada lokus yang
bersesuaian dari suatu kromosom yang homolog.
Contoh: untuk pasangan gen Bb, B adalah alel dari b, dan b adalah
alel dari B.
h. Homozigot: pasangan alel dengan gen yang sama, keduanya gen
dominan atau resesif.
Contoh:
Homozigot dominan: BB, AA, TT, MM
Homozigot resesif: bb, aa, tt, mm.
i. Heterozigot: pasangan alel dengan gen yang tidak sama, yang
satu gen dominan dan yang lain gen resesif.
Contoh: Bb, Aa, Tt, Mm.
j. Pembastaran: perkawinan antara dua individu yang mempunyai
sifat beda. Hibrida adalah keturunan hasil penyerbukan silang
dengan sifat-sifat yang berbeda.
Monohibrida: hibrida yang memiliki satu sifat beda
Dihibrida: hibrida yang memiliki dua sifat beda
Trihibrida: hibrida yang memiliki tiga sifat beda
Polihibrida hibrida yang memiliki banyak sifat beda

B. Hukum Mendel
Orang yang pertama kali menemukan hukum tentang pewarisan sifat
adalah Gregor Johann Mendel.
1. Hukum Mendel I
Hukum mendel I (hukum segregasi) menyatakan bahwa pada
pembentukan sel gamet, dua gen yang berpasangan akan dipisahkan
ke dalam dua sel anak secara bebas.
a. Percobaan mendel
Mendel menyilangkan dua individu kacang kapri yang memiliki
satu sifat beda (monohibrida), yaitu antara kapri berbatang
tinggi dengan berbatang rendah. Sifat tinggi dominan terhadap
sifat rendah.
Komposisi gen
T: gen untuk sifat tinggi, dominan terhadap t
T: gen untuk sifat rendah
P: TT (tinggi) >< tt (rendah)
F1: Tt (tinggi)
F2: F1>< F1
Tt >< Tt
Gamet-gamet yang dibentuk: T dan t, T dan t.
Gamet T t
TT (tinggi) Tt (tinggi)
T
Tt 9tinggi) tt (rendah)
t

Rasio fenotipe = tinggi : rendah = 3:1


Rasio genotipe = TT : Tt : tt = 1:2:1
b. Backcross dan testcross
Backcross adalah menyilangkan atau mengawinkan individu
hasil hibrida (F1) dengan salah satu induknya. Tujuannya untuk
mengetahui gentipe induknya (parental).
Contoh: sifat tinggi batang pada kacang kapri
1. Backcross: Tt >< induk (?)
(tinggi) (rendah)

Gamet: T ?

t ?
Hasil : Tt tt
(50% tinggi) (50% rendah)

Karena hasilnya tinggi : rendah = 1:1, maka induknya


bergenotipe tt.
2. Backcross: Tt >< induk (?)
(tinggi) (rendah)

Gamet: T ?

t ?
Hasil : TT Tt = 100% tinggi
(tinggi) (tinggi)

Karena hasilnya semua tinggi, maka induknya bergenotipe TT.

Testcross adalah menyilangkan individu F1 dengan salah satu


induknya yang homozigot resesif. Tujuannya untuk mengetahui
apakah individu F1 itu homozigot (galur murni) atau heterozigot.

Contoh:
1. Testcross : F1(?) >< tt
Gamet : ? t
? t
Hasil : Tt tt
(50% tinggi) (50% rendah)
Karena hasilnya tinggi : rendah = 1:1, maka individu F1
tersebut bergenotipe heterozigot (Tt).
2. Testcross: F1(?) >< tt
(tinggi) (rendah)
Gamet : ? t
? t
Hasil : Tt
(100% tinggi)
Karena hasilnya semua tinggi maka individu F1 tersebut
bergenotipe heterozigot (TT).
c. Intermediet: penyilangan dengan satu sifat beda, namun sifat
dominan tidak mampu menutupi sifat resesif sehingga muncul
sifat diantara keduanya.
Contoh: Percobaan persilangan terhadap bunga Antherrhinum
majus
P: MM >< mm
(merah) (putih)
F1 : Mm
(merah muda)
Jika F1 mengadakan penyilangan sesamanya maka F2-nya adalah:
F2 : Mm >< Mm
(merah muda) (merah muda)

Gamet: M dan m, M dan m


Gamet M m
M MM (merah) Mm (merah muda)
m Mm (merah muda) mm (putih)
Rasio fenotipe = merah : merah muda : putih
= 1 : 2 : 1
Rasio genotipe = MM : Mm : mm
= 1 : 2 : 1
Warna merah muda disebabkan oleh sifat M yang tidak dominan
terhadap m, ataupun sifat m yang tidak resesif terhadap M. Sifat
demikian disebut intermediet.

2. Hukum Mendel II
Hukum medel II (Hukum pengelompokkan gen secara bebas)
menyatakan bahwa jika dua individu berbeda satu dengan yang lain
dalam dua macam sifat atau lebih, maka penurunan sifat yang satu
tidak tergantung pada sifat yang lain.
a. Percobaan mendel
Mendel melakukan percobaan penyilangan pada kacang kapri
dengan dua fait beda, yaitu warna dan bentuk biji.
B : bulat, dominan terhadap keriput
b : keriput
K : kuning, dominan terhadap hijau
k : hijau
Komposisi gen
P : BBKK >< bbkk
(buat kuning) (keriput hijau)
Gamet : BK ; bk
F1 : BbKk (bulat kuning)
Gamet : BK, Bk,bK,bk
F2 : BbKk >< BbKk
Gamet-gamet dari BbKk (BK, Bk, bK, bk) dapat berpasangan
secara bebas (Hukum mendel II) sehingga F2 dapat dianalisis
dengan system papan catur (Punnet square)

Gamet BK Bk bK bk
BK BBKK1 BBKk2 BbKK3 BbKk4
Bk BBKk5 BBkk6 BbKk7 Bbkk8
bK BbKK9 BbKk10 bbKK11 bbKk12
bk BbKk13 Bbkk14 bbKk15 bbkk16

Maka, kemungkinan kombinasi genotype dan fenotipe pada F2


adalah:
Nomor kotak Genotipe Fenotipe
1 BBKK Bulat kuning
2,5 BBKk Bulat kuning
3,9 BbKK Bulat kuning
4,7,10,13 BbKk Bulat kuning
6 BBkk Bulat hijau
8,14 Bbkk Bulat hijau
11 bbKK Keriput kuning
12,15 bbKk Keriput kuning
16 bbkk Keriput hijau

Rasio fenotipe F2 = bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning :


keriput hijau = 9:3:3:1
b. Persilangan dengan tiga sifat beda (trihibrida)
Contoh: penyilangan kapri dengan 3 sifat beda, yaitu tinggi
batang, warna kulit biji, dan bentuk biji.
T : gen untuk sifat tinggi batang, dominan terhadap rendah
t : gen untuk sifat rendah
K : gen untuk sifat warna kulit kuning, dominan terhadap hijau
k : gen untuk sifat warna hijau
B : gen untuk sifat bentuk biji bulat, dominan terhadap keriput
b : gen untuk sifat biji keriput.
Komposisi gen
P : TTKKBB (tinggi, kuning, bulat) x ttkkbb (rendah, hijau,
keriput)
Gamet : TKB; tkb
F1 : TtKkBb (tinggi, kuning, bulat)
Gamet : TKB, TKb, TkB, tKB, tKb, tkB, tkb
Dengan menggunakan system papan catur, maka F2:
Tinggi kuning bulat = 27
Tinggi kuning keriput = 9
Tinggi hijau bulat =9
Rendah kuning bulat = 9
Tinggi hijau keriput =3
Rendah kuning keriput = 3
Rendah hijau bulat =3
Rendah hijau keriput = 1
Rasio fenotipe F2 = 27:9:9:9:3:3:3:1

C. Penyimpangan Semu Hukum Mendel


Perbandingan rasio fenotipe F2 pada persilangan dihibrida menurut
Mendel adalah 9:3:3:1. Hal ini terjadi jika setiap gen mengendalikan sifat
sendiri-sendiri. Akan tetapi ada kalanya gen-gen saling berinteraksi atau
dipengaruhi oleh gen-gen lain. Dengan demikian maka perbandingan
fenotipe F2 dapat berubah-ubah walaupun sebenarnya masih mengikuti
Hukum Mendel.
1. Pembastaran
Contoh pembastaran terlihat pada bentuk pial (jejer) ayam. Ada 4
macam bentuk jengger pada ayam yang bersifat menurun, yaitu:
a. Pial ros (mawar atau gerigi)
b. Pial biji pea atau kacang)
c. Pial bilah (tunggal)
d. Pial walnut (sumpel)

Pial ros, pial biji, dan pial bilah merupakan galur murni. Sifat pial
bilah adalah resesif terhadap pial ros dan pial biji.

Contoh lainnya adalah pembastaran pada mencit.


a. Pembastaran Ayam Pial Ros dengan Pial Bilah
Keturunan F1 semuanya berpial ros. Keturunan F2 pial ros: pial
bilah = 3:1 (ini menunjukkan bahwa pial ros dominan terhadap
pial bilah).
b. Pembastaran Ayam Pial Biji dengan Pial Bilah
Keturunan F1 semuanya berpial biji. Keturunan F2 pial biji: pial
bilah=3:1 (ini menunjukkan bahwa pial biji dominan terhadap
pial bilah).
c. Pembastaran Ayam Pial Ros dengan Pial Biji
Keturunan F1 menghasilkan pial yang berbeda dari kedua
induknya, yaitu pial walnut (sumpel).
Jika F1 pial walnut disilangkan sesamanya maka diagram
persilangannya sebagai berikut:
Rasio fenotipe F2 = walnut:ros:biji:bilah = 9:3:3:1
Adanya pial walnut ini disebabkan karena adanya 2 gen yang
berinteraksi
d. Penyilangan mencit berbulu kuning dengan berbulu hitam
Ada 2 gen yang berinteraksi yang mengatur pertumbuhan warna
bulu pada mencit, yaitu:
A-a dan R-r
A : kuning
a : krem
R : hitam
r ; krem
P : AArr (kuning) >< aaRR (hitam)
Gamet : Ar aR
F1 : AaRr (kelabu)
Gamet : AR,Ar,aR,ar
F2 : F1 >< F1
Gamet AR Ar aR ar
AARR AARr AaRR AaRr
AR kelabu 1 kelabu 2 kelabu 3 kelabu 4
AARr AArr AaRr Aarr
Ar kelabu 5 kuning 6 kelabu 7 kuning 8
AaRR AaRr aaRR aaRr
aR kelabu 9 kelabu 10 hitam 11 hitam 12
AaRr Aarr aaRr aarr
ar kelabu 13 kuning 14 hitam 15 krem 16

Rasio fenotipe F2 = kelabu: kuning: hitam: krem = 9:3:3:1


2. Polimeri
Polimeri adalah pembastaran heterozigot dengan banyak sifat beda
yang berdiri sendiri tetapi mempengaruhi bagian yang sama dari
suatu organisme.
Contohnya adalah pembastaran 2 varietas gandum yang berbiji
merah dan berbiji putih.
Semua gandum yang mengandung faktor M berwarna merah.
Derajat kemerahan bervariasi tergantung dari banyaknya faktor M
yang dikandung. Gandum yang tidak mengandung faktor M
berwarna putih. Rasio fenotipe F2 = merah:putih = 15:1.
Peristiwa polimeri pada manusia dapat terjadi pada warna kulit.
3. Kriptomeri
Kriptomeri adalah peristiwa di mana suatu faktor dominan (gen
dominan) tersembunyi jika berada bersama-sama dengan faktor
dominan (gen dominan) lainnya, dan baru tampak jika tidak berada
bersama faktor penutup tersebut.
Contoh: pembastaran antara bunga Linaria maroccana merah
dengan yang berbunga putih. Warna bunga disebabkan oleh adanya
zat warna antosianin dalam air sel. Jika pH rendah (lingkungan
asam) bunga berwarna merah, dan jika pH tinggi (lingkungan basa)
bunga berwarna ungu. Jika tidak terdapat zat antosianin, walaupun
lingkungan asam atau basa, bunga akan berwarna putih.
A : mengandung zat warna antosianin
a : tidak mengandung zat warna antosianin
B : plasma sel bersifat basa
b : plasma sel bersifat asam

Rasio fenotipe F2 dalam kriptomeri = ungu: merah: putih = 9:3:4


4. Epistasis dan Hipostasis
Epistasis dan hipostasis adalah peristiwa di mana dua faktor yang
bukan pasangannya dapat mempengaruhi bagian yang sama dari
suatu organisme. Faktor pembawa sifat yang menutupi disebut
epistasis, sedangkan sifat yang ditutupi disebut hipostasis.
Contohnya adalah pembastaran gandum berkulit hitam dengan
gandum berkulit kuning.
a. Faktor H (hitam) dominan terhadap h (putih)
b. Faktor K (kuning) dominan terhadap k (putih)
c. Faktor H menutup faktor K sehingga faktor H disebut epistasis,
dan faktor K disebut hipostasis
d. Kombinasi yang mengandung faktor H berfenotipe hitam
e. Kombinasi faktor K tanpa faktor H berfentotipe kuning
f. Kombinasi tanpa faktor K dan H berfenotipe putih.

Rasio fenotipe F2 dalam epistasis-hipostasis = hitam: kuning: putih =


12:3:1
5. Gen Komplementer
Gen komplementer adalah gen-gen yang berinteraksi dan saling
melengkapi. Jika salah satu gen tak ada maka pemunculan suatu sifat
tidak sempurna atau tertutupi.
Contoh yang menunjukkan adanya 2 gen untuk sifat warna kulit
pada biji jagung, ialah pembastaran jagung berkulit biji berwarna
dengan berkulit biji tak berwarna (putih).
C : gen penumbuh pigmen
c : gen tak menumbuhkan pigmen
R : gen pemumbuh enzim pigmentasi kulit biji
r : gen tak menumbuhkan pigmentasi kulit biji

a. Kombinasi faktor C dan R menghasilkan kulit jagung berwarna


b. Kombinasi tanpa faktor C dan R dan hanya ada faktor C saja atau
faktor R saja menghasilkan kulit biji jagung tak berwarna/putih.
c. Rasio fenotipe F2=berwarna:tak berwarna/putih = 9:7
D. Pautan
Pautan (linkage) terjadi karena gen-gen yang terletak pada kromosom
yang sama tidak memisahkan diri pada saat pembelahan meiosis. Makin
panjang kromosom, makin banyak gen yang dikandungnya sehingga
makin besar pula kemungkinan terjadinya pautan. Adanya peristiwa
patuan merupakan salah satu sebab penyimpangan perbandingan pada
keturunan menurut mendel.

E. Pindah silang (Crossing over)


Pindah silang adalah peristiwa bertukarnya gen-gen suatu kromatid
dengan gen-gen kromatid homolognya. Pertukaran gen terjadi pada saat
meiosis I (pada akhir profase I atau permulaan metaphase I). pindah
silang menghasilkan kombinasi baru dari sifat tetuanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pindah silang adalah sebagai berikut:
1. Jarak antara gen-gen yang terangkai. Makin jauh jarak satu gen
dengan gen lainnya, makin besar kemungkinan terjadinya pindah
silang
2. Zat kimia tertentu dapat memperbesar kemungkinan terjadinya
pindah silang
3. Radiasi sinar X dapat memperbesar kemungkinan terjadinya pindah
silang.

F. Penentuan jenis kelamin


Pada umumnya, makhluk hidup mempunyai 2 macam kromosom, yaitu
kromosom tubuh (autosom) dan kromosom kelamin (kromosom seks).
Determinasi seks pada berbagai organisme tidak sama. Beberapa tipe
penentuan jenis kelamin yang dikenal adalah sebagai berikut:
1. Tipe XX-XY
a. Manusia
Sel tubuh manusia terdiri dari 23 pasang kromosom (46
kromosom), yaitu 22 pasang autosom (44 autosom) dan 1 pasang
kromosom seks (2 gonosom). Kromosom seks dibedakan atas
kromosom X dan kromosom Y.
Kariotipe dari setiap sel tubuh manusia normal adalah:
Wanita : 44 A + XX atau 22 AA + XX
Pria : 44 A + XY atau 22 AA + XY
Spermatozoa pada pria normal terdiri atas 2 macam, yaitu:
1) Spermatozoa yang terdiri atas: 22 autosom + X, disebut
ginospermium.
2) Spermatozoa yang terdiri atas: 22 autosom + Y, disebut
androspermium.

Sel telur (ovum) pada wanita normal hanya terdiri dari satu
macam, yaitu: 22 autosom + X.

Kemungkinan hasil fertilisasi (pembuahan):


1) 22 autosom + X (ginospermium) >< 22 atosom + X (ovum) 
44 autosom + XX menjadi wanita. Wanita normal mempunyai
susunan kromosom seks XX.
2) 22 autosom + Y (androspermium) >< 22 atosom + X (ovum)
 44 autosom + XY menjadi pria. Pria normal mempunyai
susunan kromosom seks XY.
b. Lalat buah (Drosophila melanogaster)
Sel tubuh lalat buah mempunyai 4 pasang kromosom (8
kromosom). Keempat pasang kromosom tersebut dibedakan
atas:
1) Kromosom tubuh (autosom) sebanyak 3 pasang, diberi
symbol huruf A.
2) Kromosom seks sebanyak 1 pasang, yang dibedakan atas
kromosom X dan kromosom Y.

Lalat betina memiliki 2 kromosom X, diberi symbol XX.

Lalat jantan memiliki 1 kromosom X dan 1 kromosom Y, diberi


symbol XY.

Kariotipe sel tubuh lalat buah adalah:

Lalat betina: 6 A + XX atau 3 AA + XX

Lalat jantan: 6 A + XY atau 3 AA + XY

Dalam keadaan normal sel telur (ovum) berkromosom 3A+X,s


edangkan sel spermatozoa berkromosom 3A+X atau 3A+Y.

Dalam pembuahan, jika sel telur dibuahi oleh spermatozoa


(3A+Y) maka dihasilkan lalat jantan (3AA+XY).
2. Tipe XX-XO
Beberapa serangga ordo orthoptera, seperti belalang, tidak
mempunyai kromosom Y. Belalang jantan hanya memiliki sebuah
kromosom X sehingga kromosom seksnya menjadi XO. Belalang
betina memiliki sepasang kromosom X sehingga kromosom seksnya
menjadi XX.
3. Tipe ZZ-ZW
Beberapa jenis kupu-kupu (Lepidoptera), ikan,d an burung
mempunyai kromosom seks yang berbeda. Hewan jantan adalah ZZ
dan hewan betina ZW. Jadi, spermatozoa mengandung kromosom
seks Z sedangkan ovum mengandung kromosom seks Z atau
kromosom seks W.
4. Tipe ZZ-ZO
Unggas betina memiliki sebuah kromosom seks (ZO). Sedangkan
unggas jantan memiliki sepasang kromosom seks yang bentuknya
sama (ZZ). Jadi spermatozoa unggas mengandung kromosom seks Z
sedangkan sel telurnya mengandung kromosom seks Z atau tidak
memiliki kromosom sama sekali.

G. Pautan Seks
Pautan seks adalah peristiwa tergabungnya beberapa sifat pada
kromosom seks. Pautan seks dapat terjadi pada kromosom X atau
kromosom Y.
Contoh:
Percobaan morgan yang mengawinkan lalat jantan bermata putih
dengan lalat betina bermata merah, sifat merah dominan terhadap
putih.
P: mata putih >< mata merah
F1 : mata merah
F2: 50% betina mata merah
25% jantan mata merah
25% jantan mata putih
Jadi:
1. Mata merah dominan terhadap mata putih
2. Gen resesif mata putih hanya terdapat pada jantan
3. Gen menentukan warna mata terpaut pada kromosom X.

&&&&&

Materi Biologi XII MIPA-SMA N 1 Pracimantoro-Istuti, S.Pd.

Anda mungkin juga menyukai