Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan makhluk hidup di bumi tidak lepas dengan perkembang-biakan
untuk melestarika keturunannya. Manusia, hewan maupun tumbuhan memiliki
kemampuan menurunkan sifat-sifat kepada keturunannya. Karena kemampuan
itulah manusia, hewan maupun tumbuhan memiliki sifat yang berbeda. Penurunan
sifat-sifat dikeanl dengan pewarisan sifat atau disebut juga dengan hereditas.
Pewarisan sifat atau hereditas merupakan penurunan sifat dari induk kepada
keturunannya, seperti warna kulit, tinggi badan pada manusia, biji kisut, biji bulat
pada tumbuhan, warna rambut, panjang leher pada hewan dan lain sebagainya.

Hukum Mendel, hukum yang mendasari tentang adanya perkawinan


silang. Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:

Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai


Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Hukum
pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme, yang
kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum asortasi bebas, yang telah di
jabarkan oleh  Gregor Johann Mendel . Mendel mengatakan bahwa pada
pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan
pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari
induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan bunyi hukum mendel II,
menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat,
maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan
sifat yang lain.
Hasil perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat beda
dinamakan hibrid. Berdasarkan banyak sifat beda yang terdapat pada suatu
individu, dapat dibedakan yaitu

a. Monohibrid, ialah suatu hibrid dengan satu sifat beda (Aa)

1
b. Dihibrid, ialah suatu hibrid dengan dua sifat beda (AaBb)
c. Trihibrid, ialah suatu hibrid dengan tiga sifat bed (AaBbCc), dst

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan perkawinan monohibrid?
2. Apa yang dimaksud dengan perkawinan dihibrid?
3. Apa yang dimaksud dengan perkawinan trihibrid?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan tentang perkawinan monohibrid
2. Untuk mengetahui penjelasan tentang perkawinan dihibrid
3. Untuk mengetahui penjelasan tentang perkawinan trihibrid

2
BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada BAB I, pembahasan


masalah akan menyajikan tentang (1) perkawinan monohibrid (2) perkawinan
dihibrid, dan (3) perkawinan trihibrid.

2.1 Perkawinan Monohibrid

Persilangan monohibrid adalah persilangan dengan satu sifat beda. Dalam


hal ini berlaku hukum Mendel I (hukum segregasi), yang menyebutkan bahwa
kedua gen alelik yang mengatur pemunculan suatu sifat akan dipisahkan
(disegregasi) satu sama lain dan dimasukkan ke dalam masing-masing gamet yang
terbentuk (Unsoed, 2002).

Perkawinan monohibrid dapat disebut dengan pewarisan gen tunggal yaitu


persilangan antar dua tetua dengan salah satu sifat yang dapat membedakan
keduanya. Diharapkan keturunan pertamanya (generasi F1) akan memiliki sifat
dengan salah satu tetua jika sifat tersebut dipengaruhi oleh alel dominan dan
resesif serta tidak ada tautan seperti yang ditemukan Mendel pada tanaman kapri
(Pisum sativum).

a. Persilangan Monohibrid Dominan Penuh

Persilangan dua individu dengan satu sifat beda menurunkan sifat dominan


apabila sifat keturunannya sama dengan salah satu sifat induknya.  Contohnya,
melakukan persilangan antara tanaman ercis berbatang tinggi dengan tanaman
ercis berbatang kerdill, maka semua tanaman keturunan pertama berbatang tinggi
semua. Suatu tanda bahwa sifat tinggi mengalahkan sifat kerdil, sifat inilah yang
disebut sifat dominan dan sifat yang dikalahkan disebut sifat resesif. Bila
keturunan pertama (F1) dibiarkan menyerbukan sendiri maka didapatkan
keturunan kedua yaitu,

3
P1 : ♀ tt × ♂ TT

(kerdil) (tinggi)

Gamet : t T

F1 : Tt

( tinggi)

F1 x F1 : ♀ Tt × ♂ Tt

(tinggi) ( tinggi)

Gamet : T T
t t

F2 :

T t
T TT Tt
Tinggi Tinggi
t Tt tt
Tinggi Kerdil

Keterangan:

P = induk/orang tua

F = keturunan, maka F1 = keturunan pertama, F2 = keturunan kedua

T = simbol untuk gen yang menentukan batang tinggi

t = simbol untuk gen yang menentukan batang kerdil

Perbandingan fenotip tinggi : kerdil = 3 : 1

Perbandingan Genotip TT : Tt : tt =1:2:1

Pada persilangan diatas, terlihat suatu tanda bahwa sifat tinggi


mengalahkan sifat kerdil. Sifat demikian disebut dominan, dan sifat yang
dikalahkan disebut resesif. Gen biasanya diberi simbol dengan huruf pertama dari
suatu sifat. Gen dominan dinyatakan dengan huruf besar, sedangkan gen resesif

4
dengan huruf kecil. Oleh karena tanaman itu merupakan individu yang diploid,
maka simbol gen tanaman ditulis dengan huruf dobel, (TT, tt).

Pada perkawinan diatas dapat terlihat bahwa ada pemisahan alel pada
waktu tanaman yang heterozigot (F1) membentuk gamet, sehingga gamet
memiliki salah satu alel. Jadi ada gamet dengan alel T dan ada gamet dengan alel
t. Prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum Mendel I yang terkenal dengan nama
Hukum Pemisahan gen yang sealel (The Law og Segregation of Allelic genes).
Berhubung dengan itu sifat batang kerdil yang dlam F1 tidak Nampak, dalam F2
akan nampak kembali.

Kesimpulan penting yang dapat diambil dari perkawinan dua individu


dengan satu sifat beda, yaitu:

1. Semua individu F1 adalah seragam


2. Jika dominansi nampak sepenuhnya, maka individu F1 memiliki fenotip
seperti induknya yang dominan
3. Pada waktu individu F1 yang heterozigotik itu membentuk gamet – gamet
terjadilah pemisahan alel, sehingga gamet hanya memiliki salah satu alel saja
4. Jika dominansi nampak sepenuhnya, maka perkawinan monohybrid (Tt x Tt)
menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan fenotip 3 : 1 (¾
tinggi : ¼ kerdil), tetapi memperlihatkan perbandingan genotip 1 : 2: 1 (¼
TT : 2/4 Tt : ¼ tt).

Dalam kenyataan prbandingan fenotip 3 : 1 itu tidak selalu tepat. Misalnya


saja pada percobaan Mendel, didapatkan keturunan F2 yang terdiri dari 787
tanaman berbatang tinggi dan 277 tanaman berbatang kerdil atau dalam
perbandingan 2,84 : 1. (Suryo, 2012)

b. Persilangan Monohibrid Intermediet

Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi
mempunyai fenotipe diantara kedua induknya. Karakteristik persilangan
intermediet :

1. Termasuk persilangan monohibrid, dikarenakan prosesnya


sama. Perbedaannya terletak pada hasil akhirnya. Pada

5
persilangan monohibrid dominan penuh, tidak ada fenotip yang
terlihat berbeda dengan induknya, sedangkan pada persilangan
monohibrid intermediet, terdapat fenotip yang terlihat berbeda
dengan induknya.
2. Bersifat intermediet (sifat yang sama kuat)
3. Tidak ada sifat dominan atau sifat resesif

Contoh :
Tanaman Bungan mawar galur murni merah (MM) disilangkan dengan galur
murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya
berbunga  merah muda. Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan dengan
sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda, dan
putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sebagai berikut
:

P1 Tanaman berbunga merah >< Tanaman berbunga putih


Genotipe MM >< mm
M m
Gamet
M m
F1 Mm
Merah muda
Mm >< Mm
P2
(merah muda) (merah muda)
M M
Gamet ><
m m

Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah : 

M m

6
MM Mm
M
(Merah) (Merah muda)
Mm mm
m
(Merah muda) (putih)

Perbandingan Fenotip Merah : Merah muda : Putih = 1 : 2 : 1

Perbandingan Genotip MM : Mm : mm =1:2:1

c. Perkawinan Monohibrid pada Hewan

Misalnya pada hewan marmot, rambut marmot ada yang hitam dan ada
yang putih (albino). Marmot yang normal adalah marmot yang memiliki warna
rambut hitam karena memiliki gen dominan A yang menunjukkan pembentukan
pigmen melanin. Alelnya a dalam keadaan homozigotik menyebabkan melani
tidak terbentuk, sehingga marmot berambut putih.

Perkawinan antara marmot jantan hitam dengan marmot betina albino


menghasilkan keturunan F1 yang semuanya hitam. Jika anak – anaknya ini kawin
sesamanya didapatkan keturunan F2 yang memperlihatkan perbandingan fenotip 3
hitam : 1 albino. Perbandingan genotipnya adalah 1 AA : 2 Aa : 1aa.

Diagram perkawinan antara marmot hitam dan albino:

P ♀ aa x ♂AA
(albino) (hitam)
F1 Aa
(hitam)
F1 x F1 ♀ Aa x ♂Aa
Gamet A A
a a
F2 :
A a
A AA Aa
Hitam Hitam
a Aa aa
Hitam albino 7
d. Perkawinan Monohibrid pada Manusia

Pada manusia telah diketahui cukup banyak sifat herediter (turun –


temurun), misalnya jari lebih (polidactily), kemampuan merasakan rasa pahit atau
tidak diwaktu tes PTC (phenyl thiocarbamida), mata biru, rambut ikal, celah
langit-langit dan celah bibir, ayan (epilepsi), kencing manis, dll.

Contoh :

Suatu bahan kimia sintetis Phenyl thiocarbamide (PTC) dapat digunakan untuk
menyelidiki apakah orang dapat merasakan rasa pahit ataukah tidak. Orang yang
dapat mengecap rasa pahit disebut penegcap “taster”, sedang yang tidak merasa
apa-apa disebut buta kecap “nontaster”. Kemampuan untuk merasakan rasa pahit
ditentukan oleh gen dominan T, sehingga seorang pengecap dapat mempunyai
genotip TT atau Tt. Alelnya resesif t menyebabkan orang tidak dapat merasakan
pahit dank arena itulah orang buta kecap memiliki genotip tt.

P ♂Tt X ♀ Tt
Pengecap Pengecap
Gamet ♂T ♀ T
t t
F1
T t
T TT Tt
Pengecap Pengecap
e. t Tt tt
Pengecap Buta kecap
Perkawinan respirok
Perkawinan resiprok (perkawinan kebalikan) ialah perkawinan yang
merupakan kebalikan dari perkawinan yang semula dilakukan.

Sebagai contoh dapat digunakan percobaan Mendel pada tanaman ercis.

8
H = gen untuk buah polong bewarna hijau

h = gen untuk buah polong bewarna kuning.

Mula – mula dikawinkan tanaman ercis berbuah polong hijau dengan yang
berbuah polong kuning. Semua tanaman F1 berbuah polong hijau. Keturunan F2
memisah dengan perbadingan fenotip 3 hijau : 1 kuning.

P ♀hh X ♂HH
(kuning) (hijau)
Gamet h H
F1 Hh
(hijau)
F1 x F1 ♀Hh X ♂Hh
Gamet H H
h h
F2 H h
H HH Hh
(hijau) (hijau)
h Hh hh
(hijau) (kuning)

Pada perkawinan resiproknya digunakan serbuk sari yang berasal dari


tanaman berbuah polong kuning dan diberikan kepada bunga dari tanaman
berbuah polong hijau.

P ♀HH X ♂hh
(Hijau) (Kuning)
Gamet H h

9
F1 Hh
(hijau)
F1 x F1 ♀Hh x ♀♂Hh
Gamet H H
h h
F2 H H
H HH Hh
(hijau) (hijau)
h Hh hh
(hijau) (kuning)

Dapat dilihat dari diagram perkawinan diatas bahwa perkawinan resiprok


menghasilkan keturunan yang sama baik F1 maupun F2.

f. Perkawinan Balik (Backcross)

Perkawinan antara individu F1 dengan induknya betima atau jantan.

Sebagai contoh marmot.

B = gen untuk warna hitam

b = gen untuk warna putiih

Jika marmot hitam homozigotik BB dikawinkan dengan marmot putih bb,


maka semua keturunan F1 seragam, yaitu Bb bewarna hitam. Jika dilakukan
perkawinan balik antara marmut F1 dengan induk jantan (hitam), maka semua
marmot F2 bewarna hitam, meskipun genotipnya berbeda.

P ♂BB X ♀bb

10
(Hitam) (putih)
Gamet B b
F1 Bb
(hitam)
“Backcross” ♂BB x ♀Bb
Gamet B B
b
F2 B
B BB
(hitam)
b Bb
(hitam)

Disini dapat dilihat bahwa dua individu dapat mempunyai fenotip sama
tetapi berlainan genotipnya.

g. Uji Silang (Testcross)

Perkawinan antara individu F1 (hibrid) dengan individu yang dobel resesif.


Perkawinan ini dilakukan bertujuan untuk menguji ketidak-murnian suatu
individu. Sepeti pada contoh misalnya, andaikan saya memiliki seekor marmut
hitam, tentunya saya tidak bisa mengtahui begitu saja apakah marmut saya
tersebut genotipnya homozigotik atau heterozigotik.

P ♂BB x ♀bb
(Hitam) (putih)
Gamet B b
F1 Bb
(hitam)
Uji Silang ♂Bb x ♀bb
Gamet B b

11
b
F2 B b
b Bb bb
(hitam) (putih)
50% 50%

Jika marmut hitam saya ini dikawinkan dengan marmut hitam pula, maka
semua keturunan akan hitam pula. Oleh karena itu dilakukan uji silang (yaitu
dengan menggunakan individu yang dobel resesif), keturunannya memisah
dengan perbandingan 1 : 1, maka dapat diambil kesimpulan bahwa marmut hitam
saya tersebut adalah heterozigotik. Namun bilamana uji silang tadi menghasilkan
keturunan hitam semua, berarti marmut tersebut adalah homozigotik.

2.2 Perkawinan Dihibrid


Selain persilangan monohibrid, Mendel juga melakukan
persilangan dihibrid, yaitu persilangan yang melibatkan pola perwarisan dua
macam sifat seketika. Persilangan dihibrid adalah hasil persilangan antara dua
individu yang mempunyai dua sifat beda, sehingga dihybrid yang dihasilkan
adalah heterozigot. Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih
menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe dan genotipe tertentu.
Salah satu di antaranya adalah persilangan galur murni kedelai berbiji kuning-
halus dengan galur murni berbiji hijau-keriput. Hasilnya berupa tanaman kedelai
generasi F1 yang semuanya berbiji kuning-halus. Ketika tanaman F1 ini dibiarkan
menyerbuk sendiri, maka diperoleh empat macam individu generasi F2, masing-
masing berbiji kuning-halus, kuning-keriput, hijau-halus, dan hijau-keriput
dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.

12
a. Semi dominansi

Peristiwa semi dominansi terjadi apabila suatu gen dominan tidak


menutupi pengaruh alel resesifnya dengan sempurna, sehingga pada individu
heterozigot akan muncul sifat antara (intermedier). Dengan demikian, individu
heterozigot akan memiliki fenotipe yang berbeda dengan fenotipe individu

13
homozigot dominan. Akibatnya, pada generasi F2 tidak didapatkan nisbah fenotipe
3 : 1, tetapi menjadi 1 : 2 : 1 seperti halnya nisbah genotipe. Contoh peristiwa
semi dominansi dapat dilihat pada pewarisan warna bunga pada tanaman bunga
pukul empat (Mirabilis jalapa). Gen yang mengatur warna bunga pada tanaman
ini adalah M, yang menyebabkan bunga berwarna merah, dan gen m, yang
menyebabkan bunga berwarna putih. Gen M tidak dominan sempurna terhadap
gen m, sehingga warna bunga pada individu Mm bukannya merah, melainkan
merah muda. Oleh karena itu, hasil persilangan sesama genotipe Mm akan
menghasilkan generasi F2 dengan nisbah fenotipe merah : merah muda : putih = 1 :
2 : 1. (Suryo,2012)

b. Persilangan dihibrid pada hewan

Contoh persilangan dihibrid pada hewan misalnya adalah persilangan antara


kucing buntut pendek warna putih dengan buntut panjang warna coklat, dimana
buntut pendek dominan terhadap buntut panjang serta warna coklat dominan
terhadap warna putih.

Hukum pemisahan disini dapat diterangkan dengan melihat genotip SsBb, yang
mana mempunyai 4 Gamet yaitu SB, Sb, sB dan sb. Sedangkan penggabungan

14
bebas dapat diterangkan melalui intersemating pada Individu-individu F1
sehingga didapat individu- individu pada F2. Tabel diatas menunjukkan bahwa
tiap gamet akan secara bebas saling bergabung untuk membentuk genotip baru. 
Jadi terlihat bahwa jumlah gamet = 4 dan jumlah macam genotip yang dihasilkan
pada saat rekombinasi adalah 16 buah.

c. Persilangan Dihibrid Pada Tumbuhan

Persilangan dihibrid pada tumbuhan contohnya pada tanaman kacang


ercis. Persilangan kacang ercis galur murni berbiji bulat dan berwarna kuning
dengan galur murni berbiji keriput dan berwarna hijau menghasilkan keturunan F1
semua berbiji bulat kuning. Selanjutnya F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan
sendiri dan dihasilkan F2 berbiji bulat kuning, bulat hijau, keriput kuning, dan
keriput hijau dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Seperti skema persilangan berikut
ini. (Suryo,2012)

15
Sehingga perbandingan genotipe F2

            = BBKK : BBKk : BkKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk

            =     1       :    2      :      2     :     4     :     1     :    2    :     1     :    2     :   1

Sedangkan perbandingan fenotipe F2

            = bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau

            =         9           :         3        :          3              :         1

d. Formulasi Matematika

Individu F1 pada suatu persilangan monohibrid, misalnya Aa, akan


menghasilkan dua macam gamet, yaitu A dan a. Gamet-gamet ini, baik dari
individu jantan maupun betina, akan bergabung menghasilkan empat individu
F2 yang dapat dikelompokkan menjadi dua macam fenotipe (A- dan aa) atau tiga
macam genotipe  (AA, Aa, dan aa).Sementara itu, individu F1 pada persilangan
dihibrid, misalnya AaBb, akan membentuk empat macam gamet, masing-masing

16
AB,Ab, aB, dan ab. Selanjutnya pada generasi F2 akan diperoleh 16 individu yang
terdiri atas empat macam fenotipe (A-B-, A-bb, aaB-, dan aabb) atau sembilan
macam genotipe (AABB, AABb, Aabb, AaBB, AaBb, Aabb, aaBB, aaBb, dan
aabb) (Syahmi, 2014).

Dari angka-angka tersebut akan terlihat adanya hubungan matematika


antara jenis persilangan (banyaknya pasangan gen), macam gamet F1, jumlah
individu F2, serta macam fenotipe dan genotipe F2. Hubungan matematika akan
diperoleh pula pada persilangan-persilangan yang melibatkan pasangan gen yang
lebih banyak (trihibrid, tetrahibrid, dan seterusnya), sehingga secara ringkas dapat
ditentukan formulasi matematika seperti pada tabel berikut ini (Syahmi, 2014) :

Persilangan Macam Jumlah Macam Macam Nisbah fenotipe F2


gamet individu fenotipe genotipe
F1 F2 F2 F2
monohibrid 2 4 2 3 3:1
dihibrid 4 16 4 9 9:3:3:1
trihibrid 8 64 8 27 27 : 9 : 9 : 9 : 3 :
3:3:1
n hibrid 2n 4n 2n 3n ( 3 : 1 )n

Pada kolom terakhir dapat dilihat adanya formulasi untuk nisbah fenotipe
F2. Kalau angka-angka pada nisbah 3 : 1 dijumlahkan lalu dikuadratkan, maka
didapatkan ( 3 + 1)2 =  32 + 2.3.1 + 12 = 9 + 3 + 3 + 1, yang tidak lain merupakan
angka-angka pada nisbah hasil persilangan dihibrid. Demikian pula jika dilakukan
pemangkattigaan, maka akan diperoleh ( 3 + 1 )3 =  33 + 3.32.11 + 3.31.12+ 13 =
27 + 9 + 9 + 9 + 3 + 3 + 3 + 1, yang merupakan angka-angka pada nisbah hasil
persilangan trihibrid. Dengan demikian Fenotipe F2 adalah mengikuti rumus (a +
b)n, dimana a = 3, b = 1 dan n= berapa pasang gen yang dipakai. Untuk
Monohybrid Ratio Fenotipe F2 = (3+1)1= 3 : 1. Untuk Dihybrid Ratio Fenotipe
F2   = (3+1)2 = (3)2 + 2(3)1(1) + (1)2 = 9:3:3:1. Untuk Trihybrid Ratio Fenotipe
F2  = (3+1)3 =  (3)3 + 3(3)2(1) + 3((3)1(1)+(1)3 = 27:9:9:9:3:3:3:1

17
            Beberapa rumus matematika sebagai berikut:

1. Meramal banyaknya macam gamet yang dapt dibentuk hibrid. Untuk


tujuan ini digunakan rumus 2n  angka 2 menunjukkan bahwa setiap pasang
alel akan terjadi 2 macam gamet, sedangkan n menunjukkan jumlah
pasangan alel atau banyaknya sifat beda. Jadi:

Dihibrid (AaBb) menghasilkan 2n = 22  = 4 macam gamet (AB, Ab, aB,
ab) beberapa macam gamet akan dibentuk oleh individu yang mempinyai
fenotif AaBBCcDdEEffGg jawabannya: 24 = 16 macam gamet.

2. Meramal banyaknya kombinasi dalam f2; Digunakan untuk (2n)2  jadi:

Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan (2n) 2 = (22)2 = 16


kombinasi.

3. Meramal banyaknya fenotif dalam f2. Digunakan rumus 2n.

Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 22  = 4 fenotif


yang dinyatakn oleh AB, Ab, aB, dan ab).

4. Meramal banyak individu yang genotif dan fenotifnya persis hibridnya.


Digunakan rumus 2n . jadi:

Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2 n = 22  = 4 individu


yang persis hibridnya.

5. Meramal banyaknya individu yang homozigotik. Digunakan 2n , jadi:


Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2 n = 22  = 4 individu
homozigot.

6. Meramal banyaknya kombinasi baru yang homozigotik. Digunakan rumus


2n – 2 jadi: Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2 n – 2 =
22  - 2 = 2 kombiansi baru yang homozigot yaitu AA, bb dan aa, BB.

7. Meramal banyaknya macam genotif dalam f2. Digunakan rumus 3n. Jadi:
Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 3n = 32 = 9 macam
genotif ialah AABB, AABb, AaBB, AaBb, AAbb, Aabb, aaBB, aaBb, dan
aabb.

18
2.3 Perkawinan Trihibrid

Persilangan Trihibrid adalah persilangan antara dua individu dengan tiga


(3) sifat beda (tiga pasang gen). Pada invidu trihybrid ini akan menghasilkan 8
macam gamet dan 64 buah kombinasi baru yang terjadi antara gamet-gamet
tersebut.

Keterangan :

 T-K-B-   : Batang Tinggi, Biji Bulat Warna Kuning           = 27

19
 T-K-bb   : Batang Tinggi, Biji Bulat Warna Hijau              =  9

 T-kkB-   : Batang Tinggi, Biji Keriput, Warna Kuning       =  9

 ttK-B-     : Batang pendek, Biji Bulat, Warna Kuning        =  9

 T-kkbb   : Batang Tinggi, Biji Keriput, Warna Hijau          =  3

 ttK-bb     : Batang Pendek, Biji Bulat, Warna Hijau           =  3

 ttkkB-     : Batang Pendek, Biji Keriput, Warna Kuning    =  3

 ttkkbb    : Batang pendek, biji keriput, warna hijau          =  1

Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2 
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Perbandingan Jumlah
Sifat Macam Macam Macam Fenotipe F2 Individu
Beda Gamet Genotipe Fenotipe F2
F2 F2
1
1 2  = 2 3 2 3:1 4
2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16
3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3:1 64
N 2n 3n 2n 4n

BAB III
KESIMPULAN

20
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Hasil perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat beda


dinamakan hibrid. Berdasarkan banyaknya sifat beda yang terdapat pada suatu
individu, dapat dibedakan:

1. Monohibrid, ialah suatu hibrid dengan satu sifat beda (Aa)


2. Dihibrid, ialah suatu hibrid dengan dua sifat beda (AaBb)
3. Trihibrid, ialah suatu hibrid dengan tiga sifat beda (AaBbCc)

DAFTAR PUSTAKA

Edy, Syahmi. 2014. Diktat Genetika. Medan: Universitas Negeri Medan Press

21
Suryo. 2012. Genetika untuk Strata 1. Yogyakarta: UGM Press
Unsoed. 2002. Perkawinan Monohibrid, (online),
(http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/PETUNJUK%20PRAKTIKUM
%20acara%202.pdf) diakses tanggal 25 February 2018

22

Anda mungkin juga menyukai