Disusun Oleh:
Program Studi
AGROTEKNOLOGI
2021/2022
1
1. Hukum Mendel
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang
dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan
Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama
Mendel, dan
2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Kedua Mendel.
Dari hipotesis tersebut, Mendel membuat suatu kesimpulan yang disebut Hukum I
Mendel dan Hukum II Mendel. Kedua hukum Mendel tersebut merupakan prinsip dasar dari
genetika
Hukum I Mendel (Hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari suatu gen yang
berpasangan).Pada pembentukkan sel kelamin (gamet), pasangan-pasangan alel memisah
secara bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan dengan satu sifat beda (monohibrid). Secara
garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya.
Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar,
dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan
(nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam
gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah).
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2), alel
dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel
resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet
yang dibentuk pada turunannya.
Hukum II Mendel (Hukum pengelompokkan gen secara bebas atau asortasi), menyatakan
bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang
sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata
lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa
gen yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling
memengaruhi.
2
2.6 Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
Persilangan dua individu dengan satu sifat beda menurunkan sifat dominan apabila sifat
keturunannya sama dengan salah satu sifat induknya.
Perhatikan contoh persilangan berikut. Contoh: Tanaman kacang ercis berbatang tinggi
disilangkan dengan kacang ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang tinggi. Kemudian
F1 dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2 yang berbatang
tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1. Persilangan ini dapat dilihat dalam
bagan berikut :
Genotipe TT >< tt
Fenotipe : Batang
Filial (F1) Tt
Tinggi
Genotipe T t T t
Gamet T t
T TT (Tinggi) .1 Tt (Tinggi) .2
T Tt (Tinggi) .3 Tt (pendek) .4
3
Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen untuk faktor
pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki fenotipe tinggi.
Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohibrid dominan penuh adalah :
Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi mempunyai fenotipe diantara
kedua induknya.
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM) disilangkan dengan
galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya
berbunga merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan dengan sesamanya,
maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda, dan putih dengan
perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sebagai berikut :
Tanaman
Tanaman
P1 berbunga ><
berbunga putih
merah
Genotipe MM >< Mm
Mm (merah
P2 >< Mm (merah muda)
muda)
4
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah :
Gamet M M
MM Mm (merah
M
(Merah) 1 muda) 2
Mm (merah Mm
M
muda) 3 (putih) 4
DAFTAR PUSTAKA
5
Anonim. 2012. http://biologimediacentre.com/genetika-hukummendel/#sthash.
C7PN7wAX.dpuf. Diakses Tanggal 19 September 2014.