Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

PERSILANGAN MONOHIBRIDA

Disusun oleh:
Nanda Desima Silalahi
ACD 115 073

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2017
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Orang yang pertama kali mempelajari sifat-menurun yang diwariskan dari sel sperma adalah
Haeckel 1868, akan tetapi yang dinobatkan sebagai Bapak Genetika adalah Johan
Gregor Mendel, Beliau meraih gelar ilmuwan genetika untuk studi tentang pewarisan sifat-
sifat tertentu pada tanaman kacang, karena kesungguhanya dalam melakukan eksperimen
tentang hereditas tumbuhan. Melalui penelitianya Mendel menyimpulkan sebagaimana penulis
kutip dari Wikipedia bahwa pada semua organisme hidup terdapat "unit dasar" yang kini
disebut gene yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya.
Secara Etimologi kata genetika berasal dari bahasa Latin yaitu “Genos” yang berarti asal-usul.
Beberapa ahli mengemukakan genetika sebagai berikut:
1. Genetika merupakan ilmu yang cabang ilmu biologi yang berkaitan dengan pewarisan sifat
(hereditas) dan variasi (Stansfield, 1983).
2. Menurut Brown 1989, Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mengacu kepada studi
tentang gen.
3. Gardner, dkk 1991, Genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat dan variasi.
4. Russel 1992, mengemukakan Genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat yang
mencakup struktur dan fungsi gen, serta cara pewarisan gen-gen dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
5. Klug & Cummings 2000, mengemukakan Genetika adalah cabang ilmu biologi yang
berhubungan dengan pewarisan sifat dan ekspresi sifat-sifat menurun.
Jadi Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mengkaji materi genetik mencakup struktur,
reproduksi, kerja (ekspresi), perubahan dan rekombinasi keberadaan dalam populasi dan
perekayasaan materi genetik. Genetika sangat bermanfaat bagi kehidupan antara lain :
1. Sebagai ilmu pengetahuan dasar genetika dengan konsep-konsep didalamnya dapat
berinteraksi dengan berbagai bidang lain untuk memberikan kontribusi terapannya.
2. Pertanian sebagai seleksi bibit unggul (tanaman, ternak), teknik-teknik khusus pemuliaan
seperti kultur jaringan, beberapa produk pertanian (pangan) berasal dari organisme hasil
rekayasa genetika telah dipasarkan cukup luas.
3. Kesehatan sebagai pendiaknosa penyakit/kelainan pranatal contohnya penyakit
fenilketonuria.
4. Industri farmasi yaitu produksi biomolekul penting seperti insulin, interferon, dan
beberapa hormon pertumbuhan melalui teknik rekayasa genetik.
5. Hukum sebagai penguji golongan darah dan penguji DNA dengan membandingkan pola
restriksi molekul DNA.
6. Kemasyarakatan dan kemanusiaan yaitu dengan gerakan yang berupaya untuk
memperbaiki kualitas genetik manusia.
LANDASAN TEORI

Orang yang pertama kali melakukan persilangan dengan dengan menggunakan tumbuhan
sebagai bahan adalah seorang alim ulama berkebangsan Australia bernama GEOGOR MENDEL
(1822-1884) pada tahun 1866. Mendel diakui sebagai bapak genetika.

Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman F1 hanya ciri
(sifat) dari alah satu tetua yang muncul. Pada generasi F2, semua ciri yang dipunyai oleh tetua (P)
yang disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup,
kemudian disebut ciri resesif, dan yang menutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaab
monohibrid untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan yang mendekati 3:1 antara
jumlah individu dengan ciri dominan : resesif.
Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya, Mendel menyatakan bahwa
setiap sifat organisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen. Faktor tersebut
kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat
dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel;
satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan
tersebut setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat pembentukkan
gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara bebas. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai
Hukum Mendel I, yaitu hukum segregasi.
Perbandingan pada F2 untuk ciri dominan : resesif = 3 : 1, terjadi karena adanya proses
penggabungan secara acak gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman F1.
Bukti-bukti Mendel untuk menjelaskan teori partikulat mengenai pewarisan:
(a) Persilangan tanaman tinggi dan pendek;
Pada generasi F1 semua keturunan (zuriat) berbatang tinggi;
Pada generasi F2 26% berbatang pendek dan 74% berbatang tinggi.
Hukum segregasi Mendel mengikuti proses miosis.
(b) Individu heterozigot untuk alel tinggi (T) dan alel pendek (t).
Setelah kromosom mengganda, melalui meosis I dan II menghasilkan sel-sel haploid. Tiap-tiap sel
memiliki alel tunggal untuk gen tinggi tanaman , baik T atau t, maka alel T dan t bersegregai bebas
satu sama lain.
(c) Selama fertilisasi alel bergabung secara acak.
Keturunan memiliki rasio genotipe: 1 TT : 2 Tt : 1 tt dan rasio fenotipe 3 tinggi : 1
pendek. Secara skema, percobaan Mendel dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut.
P: ♀ Tinggi x Pendek ♂
TT tt
Gamet T t

F1 : Tinggi
Tt

Menyerbuk sendiri (Tt x Tt)



F2 :

T T

Gamet ♂
Gamet ♀
T TT Tt
(tinggi) (tinggi)
T Tt Tt
(tinggi) (pendek)
Tinggi (T-) : pendek (tt) = 3 : 1
TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1
Gambar 2.1 Diagram persilangan monohibrid untuk sifat tinggi tanaman
Individu tinggi dan pendek yang digunakan pada awal persilangan dikatakan sebagai
tetua (parental), disingkat P. Hasil persilangannya merupakan keturunan (filial) generasi pertama,
disingkat F1. Persilangan sesama individu F1 menghasilkan keturunan generasi ke dua, disingkat
F2.
Tanaman tinggi pada generasi P dilambangkan dengan TT, sedang tanaman pendek
tt. Sementara itu, tanaman tinggi yang diperoleh pada generasi F1 dilambangkan dengan Tt.
Pada diagram persilangan monohibrid tersebut di atas, nampak bahwa untuk menghasilkan
individu Tt pada F1, maka baik TT maupun tt pada generasi P membentuk gamet (sel kelamin).
Individu TT membentuk gamet T, sedang individu tt membentuk gamet t. Dengan demikian,
individu Tt pada F1 merupakan hasil penggabungan kedua gamet tersebut. Begitu pula halnya,
ketika sesama individu Tt ini melakukan penyerbukan sendiri untuk menghasilkan F2, maka
masing-masing akan membentuk gamet terlebih dahulu. Gamet yang dihasilkan oleh individu Tt
ada dua macam, yaitu T dan t. Selanjutnya, dari kombinasi gamet-gamet tersebut diperoleh
individu-individu generasi F2 dengan nisbah TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1. Jika TT dan tt dikelompokkan
menjadi satu (karena sama-sama melambangkan individu tinggi), maka nisbah tersebut menjadi
T- : tt = 3 : 1.

Uji Chi-Square (χ²)


Uji Chi Kuadrat adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara frekuensi
observasi yang benar-benar terjadi/aktual dengan frekuensi harapan atau ekspektasi.
frekuensi observasi → nilainya didapat dari hasil percobaan (o)
frekuensi harapan → nilainya dapat dihitung secara teoritis (e)
Dalam genetika chi-square (chi-kuadrat) sering kali kita digunakan untuk menguji apakah
data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan ratio yang kita harapkan atau tidak. Di
dalam suatu percobaan jarang sekali kkita memperoleh data yang sesuai dengan yang kita harapkan
(secara teoritis). Hampir selalu terjadi penyimpangan. Penyimpangan yang kecil relatif lebih dapat
diterima pada penyimpangan yang besar. Selain itu apabila penyimpangan tersebut semakin sering
terjadinya dapat dikatakan semakin normal dan cendrung lebih dapat diterima dari pada
penyimpangan yang jarang terjadi. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar
penyimpangan itu dapat kita terima dan seberapa sering terjadinya atau berapa besar peluang
terjadinya, jawabnya dapat dicari dengan uji chi square.
Tujuan : Untuk membuktikan hukum Mendel I

Alat dan Bahan

NAMA ALAT WARNA JUMLAH

Kancing genetika Merah 100


Putih 100
Kantong Plastik Hitam 2

Cara Kerja

1. Mengambil kancing – kancing genetika yang berwarna putih dan merah, masing-masing
100 biji
2. Membagi kancig-kancing tersebut menjadi dua bagian yang sama banyak. Yang putih
dibagi menjadi dua yang merah dibagi menjadi dua (50:50)
3. Mencampur 50 biji kancing yang berwarna putih dengan 50 biji kancing yang berwarna
merah. Begitu juga dengan sisa kancing yang lainnya.
4. Memasukkan kancing-kancing yang sudah tercampur tersebut kekantong plastik berwarna
hitam agar tidak terlihat oleh mata sehingga pengambilan data bersifat obyektif
5. Mengambil kancing-kancing yang sudah dicampur tersebut satu demi satu dan menentukan
genotipe dan fenotipe tiap tiap individu yang sudah disepakati bersama, dimana merah
adalah dominan terhadap yang putih
6. Menabulasi data yang sudah diperoleh
7. Menguji dengan Chi-square nisbah yang diperolah
8. Mengambil kesimpulan
Data Percobaan

Dari percobaan yang dilaksanakan dapat diperoleh data sebagai berikut :

Genotip Jumlah Fenotip Jumlah

TT IIIII IIIII IIIII IIII Tinggi (Merah) 19

Tt IIIIIIIIII IIIIIIIIII Tinggi (Merah) 62


IIIIIIIIII IIIIIIIIII
IIIIIIIIII IIIIIIIIII
II
Tt IIIII IIIII IIIII IIII Rendah (Putih) 19

Total 100

Analisis Data
Tinggi Rendah Jumlah
O 81 19 100
E 75 25
D 6 -6
D-1/2 5,5 -5,5
X= Σ (𝑑 2 : E) 0,40 1,21
0,40 + 1,21= 1,61

db=df
= fenotipe – 1
=2–1
=1
Sehingga nilai kemungkian yang didapat dengan menggunakan table 𝑋 2 adalah 0,30
PEMBAHASAN

Pada praktikum genetika kali ini yaitu Simulasi Persilangan Monohibrid dengan tujuan untuk
membuktikan Hukum Mendel 1 tentang persilangan monohybrid. Percobaan persilangan
monohibrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan satu karakter dengan dua sifat beda.
Pada percobaan ini menggunakan kancing yang berwarna merah dan putih yang dimasukkan ke
dalam kantong plastik yang berbeda yang kemudian mengambil masing masing 100X dari masing-
masing kantong plastik.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan menggunakan kancing genetik untuk mengetahui
perbandingan genotip diperoleh 1 : 2 : 1 (TT : Tt : tt) dan perbandingan fenotip yang diperoleh
adalah 3:1 dengan rasio fenotipenya adalah:

TT : Tinggi (Merah) = 19

Tt : Tinggi (Merah) = 62

Tt : Rendah (Putih) = 19

Berdasarkan percobaan yang dilakukan mengenai hukum Mendel I atau persilangan monohibrid
yang diambil secara acak berdasarkan data di atas sesuai dengan hukum Mendel I. Genotif (TT)
ini merupakan hasil interaksi dari dua faktor dominan yang berdiri sendiri-sendiri, sedangkan
genotif (tt) merupakan hasil dari interaksi dua faktor resesif. Dan (T) digunakan untuk menandakan
warna merah dan (t) untuk menandakan warna putih.
Hukum segregasi Mendel mengikuti proses miosis. Individu heterozigot untuk alel Merah(T) dan
alel putih (t).Setelah kromosom mengganda, melalui miosis I dan II menghasilkan sel-sel haploid.
Tiap-tiap sel memiliki alel tunggal untuk gen warna merah, baik T atau t, maka alel T dan t
bersegregai bebas satu sama lain. Selama fertilisasi alel bergabung secara acak. F1 seluruhya 100%
Tinggi(Merah), kemudian menghasilkan keturunan kedua atau F2 dengan perbandingan 1:2:1
yaitu 3 Tinggi(Merah) dan 1 Rendah(Putih). Persilangan monohibrid menghasilkan 4 kombinasi
keturunan dengan rasio fenotip 3:1. Jadi setiap individu dapat berfenotip sama misalnya sama-
sama tinggi, tetapi bergenotip tak sama seprti TT dan Tt
Persilangan monohibrid memiliki ciri-ciri antara lain adalah semua individu F1 seragam atau sama,
lalu pada waktu individu F1 yang heterozigot membentuk gamet, terjadi pemisahan alel sehingga
gamet memiliki salah satu alel saja, kemudian jika dominasi tampak sepenuhnya, maka individu
F1 memiliki fenotif seperti induk yang dominan. Selain itu dalam perumpamaan, ketika dominasi
nampak sepenuhnya maka perkawinan monohibrid (Tt >< Tt) menghasilkan keturunan yang
menghasilkan perbandingan fenotif 3 : 1 (¾ Merah : ¼ Putih), dan menghasilkan perbandingan
genotif 1 : 2 : 1 (¼ MM : 2/4 Mm : ¼ mm).
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Hukum Mendel I (hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari satu gen yang
berpasangan) dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet), pasangan-pasangan alel
memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan dengan satu sifat beda
(monohibrid).
2. Perbandingan Mendel pada F2 persilangan monohibrida yaitu perbandingan genotip 1:2:1 dan
perbandingan fenotip 3:1
3. Metode Chi-Square adalah cara yang dapat dipakai untuk membandingkan data percobaan yang
diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis
secara teoritis.
4. Setelah melakukan metode chi-square dengan menggunakan rumus 𝑋 2 =Σ (𝑑 2 : E) saya
mendapatkan nilai 𝑋 2 =1,61 dan nilai db=1
5. Dengan menggunakan table 𝑋 2 saya melihat nilai 𝑋 2 = 1,61 terletak dibawah nilai kemungkinan
0,30 yang berarti bahwa data percobaan yang diperoleh adalah baik atau dapat disimpulkan
bahwa persilangan sesuai dengan hukum Mendel I
DAFTAR PUSTAKA

crowder, L.V., 1999. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan oleh L. Kusdiarti.

Gadjah Mada Uiversity Press, Yogyakarta.

Campbell, Neil A. 2002. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga


Elrod, S. dan William Stansfield. 2010. Genetika Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Sofro, A.S.M. 1994. Keanekaragaman Genetik. Yogyakarta: Andi Offset.
Suryo. 2008.Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres.
Yatim, Wildan.2003.Genetika.Bandung.Tarsito

Anda mungkin juga menyukai