Anda di halaman 1dari 21

HUKUM

MENDEL

Oleh :
Bayu Kurniawan, dr.
Topik Pembelajaran

Prinsip Hukum Mendel


Hukum Mendel I dan II
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu
memahami dan
menjelaskan :
 Prinsip Hukum Mendel
 Hukum Mendel I dan II
Latar Belakang (1)
 Bila makhluk hidup berkembang secara
aseksual  keturunannya : salinan
tepat induknya (dibesarkan dalam
keadaan sama)
 Bila makhluk hidup berkembang secara
seksual  keturunannya :
mengembangkan ciri-ciri yang tidak
tepat sama dengan salah satu induknya
Latar Belakang (2)
 Anjing Collie KAWIN Anjing German
Shepherd  keturunannya spesies
anjing (BUKAN Anjing Collie / German
Shepherd)
 Teori Pewarisan Sifat Perolehan
Sifat-sifat yang diperoleh induk selama
masa hidupnya dapat diturunkan
kepada keturunannya ~ Lamarck
Pre Dan Post Mendel (1)
• Banyak dilakukan pengamatan genetis
terhadap berbagai tanaman  varietas buah
& sayur lebih bermutu & menghasilkan
banyak
• Rumusan yang khusus untuk suatu macam
karakter (-)
• Mampu menyebutkan bahwa suatu karakter
bersifat hereditas atau hanya bersifat
pengaruh lingkungan (modifikasi) atau suatu
karakter yang hereditas itu lebih kuat dari
yang lain
• TA. Knight (1799) & J. Goss (1824)
Pre Dan Post Mendel (2)
• TA. Knight (1799)
 Menyilang 2 varietas yang berbeda
warna pada batang, bunga & biji
 Jika yang putih diserbuki yang berwana
(cross polination), semua anak mereka
berwarna
 Ketika anak-anak yang berwarna ini
dibiarkan menyerbuki sendiri (self-
polination), ada sebagian anak yang
berwarna & sebagian putih
 Tak dapat membuat perbandingan
antara yang berwarna dan putih
Pre Dan Post Mendel
(3)
 J. Goss (1824)
 Lebih maju dari Knight
 Percobaan terhadap buncis
 Membuang benang sari bunga buncis berbiji hijau, lalu menyerbuki
bakal putiknya dengan benang sari buncis berbiji kuning
 Biji yang didapat dari penyerbukan silang ditanam, semua anak
berbiji kuning
 Kemudian biji tanaman anak ini ditanam lagi dan dibiarkan
menyerbuki sendiri, didapat polong-polong: berbiji hijau semua,
berbiji kuning semua, terdapat biji kuning dan hijau
 Biji keturunan kedua ini ditanam lagi; biji hijau  memiliki polong
berbiji hijau semua, biji kuning  ditanam ada 2 macam: sebagian
kuning - sebagian hijau & semua kuning
 Dari percobaan 3 generasi ini Goss tak dapat membuat rumusan
karakter warna
Gregor Mendel
 Pendeta Austria (Brunn)
 1858 – 1866
- Percobaan dengan Kacang Ercis
(Experiments in Plant Hybridation)
- Hukum Mendel I dan II
 1900-an dikaji ulang : Hugo de Vries, C.
Correns, E. Von. Tschermak Seyseneg, W.
Bateson & ER. Saunders,
 Bapak Genetika Modern
Teori mengenai sifat turun temurun
Hipotesis Mendel
• Pada setiap organisme ada sepasang faktor yang
mengendalikan munculnya sifat tertentu (kini faktor ini
dinamai gen)
• Organisme tersebut mendaptkan faktor-faktor dari
induknya
• Setiap faktor diteruskan sebagai unit tersendiri (biji
keriput pada F2 tidak kurang keriputnya daripada yang
dihasilkan P, kendatipun faktor-faktor yang mengendalikan
sifat ini telah dilakukan pada F1)
• Bila sel-sel reproduktif (sperma atau telur) dipersiapkan,
maka faktor-faktor itu berpisah & disebarkan sebagai unit-
unit pada setiap gamet (Hukum Mendel I / Hukum
Segregasi)
• Jika suatu organisme mempunyai 2 faktor berbeda untuk
ciri tertentu, satu mungkin dinyatakan untuk peniadaan
sama sekali yang lainnya (istilah yang dipakai ialah alel)
Hukum Mendel I
 Pemisahan gen se-alel atau Segregation
of allelic genes”
 Peristiwa pemisahan alel terlihat ketika
pembentukan gamet inidividu (genotipe
heterozigot), tiap gamet mengandung
salah satu alel itu
 Hukum Segregasi, berdasarkan
percobaan menyilang 2 individu yang
memilki satu karakter berbeda atau
Monohibrid
Monohibrid Kacang Ercis Oleh Mendel

P (Induk) : TT (tinggi) x tt (rendah)


 F1 (Keturunan 1) : Tt (tinggi)
 F2 (Keturunan 2) : F1 x F1
T t
T TT Tt
t Tt tt

 Rasio Genotipe = 1 TT : 2 Tt : 1 tt
 Rasio Fenotipe = 3 Tinggi : 1 Rendah
Mendapatkan Generasi Ketiga
a. TT (Tinggi) x TT (Tinggi)
F3 = TT (Tinggi) >>> 100 % Tinggi
b. Tt (Tinggi) x Tt (Tinggi)
F3 = T t
T TT Tt
t Tt tt
Rasio Genotipe : 1 TT : 2 Tt : 1 tt
Rasio Fenotipe : 3 Tinggi (75 %) : 1 Rendah (25 %)
c. tt (Rendah) x tt (Rendah)
F3 = tt (Rendah) >>> 100 % Rendah
Backcross
 Menyilang atau mengawinkan individu hasil hibrid
(F1) dengan salah satu P (Parent)
P : TT (tinggi) x tt (rendah)
F1 : Tt (tinggi)
Backcross
a. Tt (Tinggi) x TT (Tinggi)
Hasil Backcross : 100 % Tinggi
b. Tt (Tinggi) x tt (Rendah)
Hasil Backcross :
- Rasio Genotipe = 1 Tt : 1 tt
- Rasio Fenotipe = 50% Tinggi : 50% Rendah
Testcross
 Menyilang atau mengawinkan suatu individu
yang tak diketahui genotipenya dengan individu
yang diketahui genotipenya homozigot resesif 
mengetest sifat genetik suatu karakter 
heterozigot / homozigot
 Misal kita memiliki kacang ercis tinggi, ingin tahu
apakah genotipenya TT / Tt (Testcross)
 100 % tinggi : genotipe TT
 Rasio Fenotipe
50 % tinggi : 50 %rendah (genotipe Tt)
Pemanfaatan Hukum Mendel I
 Tumbuhan
(Aster, Chrysanthemum, Coreopsis, Datura, Viola, Leunca,
Jagung)
 Hewan
o Pigmentasi pada kelinci, tikus, tupai, babi, dan gajah
o Jawer pada ayam
o Obesitas pada mencit
o Sapi potong
 Manusia
o Buta kecap PTC (Phenylthiocarbamida)
o Polydactyly
o Gangguan metabolisme Phenylalanine (Phenylketonuria)
o Galaktosemia
o Gigi coklat
o Huntingtin’s chorea
Dominan Penuh Dan Tak Penuh
 Ada karakter yang tak dominan penuh
(semi dominan, kodominan), alelnya tidak
bersifat resesif penuh
 Pada genotipe heterozigot, alel dominan
tidak mampu menutupi karakter alel
resesif (heterozigot memiliki karakter
perantaraan antara yang homozigot
dominan dengan homozigot resesif)
 Pada homozigot dominan, fenotipe beda
dengan heterozigot
Hukum Mendel II

 Pengelompokan gen secara bebas atau


”Independent Assortment of Genes”
 Berlaku ketika pembentukan gamet, dimana
gen se-alel secara bebas pergi ke masing-
masing kutub ketika meiosis
 Pembuktian hukum ini dipakai pada Dihibrid
atau Polihibrid (persilangan dari individu yang
memiliki dua atau lebih karakter berbeda)
Polihibrid Kacang Ercis Oleh
Mendel
P : YYRR (Kuning - Bulat) x yyrr (Hijau - Keriput)
F1 : YyRr (Kuning - Bulat)
F2 : F1 x F1

YR Yr yR yr
YR YYRR YYRr YyRR YyRr
Yr YYRr YYrr YyRr Yyrr
yR YyRR YyRr yyRR yyRr
yr YyRr Yyrr yyRr yyrr

• Rasio Fenotipe
Kuning - Bulat (9) : Kuning - Keriput (3) : Hijau - Bulat (3) : Hijau - Keriput (1)
• Fenotipe Kuning – Bulat & Hijau – Keriput  kombinasi asli (kombinasi
parental), sedangkan Fenotipe Kuning – Keriput & Hijau - Bulat  kombinasi
baru (rekombinan)

Anda mungkin juga menyukai