Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

PERCOBAAN I IMITASI PERBANDINGAN GENETIS

NAMA NIM

: SADHLY SASTRAWAN : H41112903

HARI/TANGGAL : KAMIS / 7 MARET 2013 KELOMPOK ASISTEN : III (TIGA) : JULIAR NUR

LABORATORIUM GENETIKA JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Faktor keturunan pada setiap individu terdapat secara berpasangan dalam bentuk unit. Mendel berpendapat bahwa pasangan tersebut berpisah secara seimbang dalam bentuk komponen reproduksi jantan dan betina (gamet). Dengan demikian masing-masing karakter ini akan diwariskan pada generasi berikutnya. Dari hasil eksperimennya pada kacang ercis, mendel menarik kesimpulan bahwa dua alternartif yang berlawanan untuk sifat tertentu seperti tinggi dan pendek. Konsep ini dikenal dengan dominan dan resesif.Mengenai tinggi tanaman pada ercis, tinggi adalah dominan terhadap pendek sedangkan mengenai warna polong, hijau dominan terhadap kuning.Mendel melihat adanya konsistensi dalam jumlah tipe parental F2. Nampaknya selalu ada rasio pada perbandingan 3 : 1. Sumbangan pikiran Mendel tidak berhenti pada pengenalan rasio saja.Mendel mengadakan hipotesis bahwa sifat-sifat tersebut ditentukan oleh sepadang unit, dan hanya sebuah unit diteruskan kepada keturunannya oleh setiap induk. Hal ini dikenal dengan hokum mendel I (segregasi bebas) (Penuntun Praktikum Genetika Dasar, 2013). Pada percobaan kali selain menerapkan konsep Mendel I diterapkan pula konsep Mendel II, dimana bunyi Hukum Mendel II yaitu terjadi pengelompokan alel secara bebas yang juga dikenal dengan hukum asortasi bebas atau pengelompokan bebas, namun pada percobaan kali ini diterapkan cara teori dominansi penuh, artinya alel yang dominan akan secara utuh menutupi pengaruh

dari alel yang resesi, sehingga fenotip dari anaknya akan ditentukan 100% dari alel yang resesif(Sastrawan, 2013).

I.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu dan akan bertemu secara acak atau random.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 7 maret pukul 14.30 - 17.30 WITA bertempat di Laboratorium Biologi Dasar lantai 1, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gregor

Johann

Mendel (lahir

di Hynice (Heinzendorf

bei

Odrau), Kekaisaran

Austria, 20

Juli 1822 meninggal

di Brno, Kekaisaran

Austria-Hungaria , 6 Januari 1884 pada umur 61 tahun) disepakati sebagai Bapak Pendiri Genetika. Tinggal di Brno (Jerman: Brunn), Austria, ia adalah seorang rahib Katolik yang juga mengajar di sekolah. Rasa ingin tahunya yang tinggi menuntun dia melakukan pekerjaan persilangan dan pemurnian tanaman ercis. Melalui percobaannya ini ia menyimpulkan sejumlah aturan ('hukum') mengenai pewarisan sifat yang dikenal dengan nama Hukum Pewarisan Mendel. Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organismeyang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian :(Wati, 2013). Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal

sebagaiHukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Menurut Wiwit di blognya yang diakses pada tanggal 07 Maret 2012 pukul 22.00 WITA yang berjudul Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II, pada contoh persilangan berikut Contoh: Tanaman kacang ercis berbatang tinggi disilangkan dengan kacang ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang tinggi. Kemudian F1 melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2 yang

berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1. Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut :(Wati, 2013). P : Tinggi DD Gamet : D x dd Pendek d

F1:Tinggi Dd Menyerbuk sendiri (Dd x Dd) F2 : D D D DD (tinggi) Dd (tinggi) D Dd (tinggi) Dd (pendek)

Tinggi (D-) : pendek (dd) = 3 : 1 DD : Dd : dd = 1 : 2 : 1 Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen untuk faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki fenotipe tinggi.Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohibrid dominan penuh adalah : Tinggi : Pendek = 3 : 1, Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1(Wati, 2012). Sesuai dengan isi file dalam bentuk pdf yang didownload pada tanggal 8 Maret 2013 pukul 11.00 WITA dan berjudul Genetika dan Hukum Mendel, Hukum Mendel II juga sebagai Hukum Asortasi atau Hukum Berpasangan Secara Bebas. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain. Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan termasuk alelnya.Hukum Memdel 2 ini hanya berlaku untuk gen yang letaknya berjauhan. Hukum Mendel 2 ini juga tidak

berlaku untuk persilangan monohibrid.perhatikan analisis papan catur di bawah ini tentang persilangan buncis dengan dua sifat beda (dihibrida). Buncis biji bulat warna kuning disilangkan dengan biji keriput warna hijau.Keturunan pertama semuanya berbiji bulat warna kuning.Artinya, sifat bulat dominan terhadap sifat keriput dan kuning dominan terhadap warna hijau. Persilangan antar F1 mengasilkan keturunan kedua (F2) sebagai berikut: 315 tanaman bulat kuning, 101 tanaman keriput kuning, 108 tanaman bulat hijau dan 32 keriput hijau. Jika diperhatikan, perbandingan antara tanaman bulat kuning : keriput kuning : bulat hijau : keriput hijau adalah mendekati 9:3:3:1(Anonim, 2012). P F1 F1XF1 Gamet : BBKK (bulat, kuning) X bbkk (keriput, hijau) : BbKk (bulat, kuning) : BbKk (bulat, kuning) X BbKk (bulat, kuning) : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK, bk Gamet-gamet ini dapat berpasangan secara bebas (Hukum Mendel 2) sehingga F2 dapat digambarkan sebagai berikut :

Gamet BK BK Bk bK bk

Bk

bK

Bk

BBKK BBKk BbKK BbKk 1 2 3 4 BBKk BBkk BbKk Bbkk 5 6 7 8 BbKK BbKk bbKK bbKk 9 10 11 12 BbKk 13 Bbkk 14 bbKk 15 bbkk 16

Keterangan: bulat kuning 1,2,3,4,5,7,9,10,13 keriput kuning 11,12,15 bulat hijau 6,8,14 keriput hijau 16

Tanaman bulat kuning jumlah 9. Tanaman bulat hijau jumlah 3. Tanaman keriput kuning jumlah 3. Tanaman keriput hijau pada jumlah 1. Jadi, perbandingan homozigot terdapat pada kotak nomor 1,6,11 dan 16 sedangkan lainnya heterozigot (anonim, 2012). Seringkali kita ragu-ragu apakah data hasil percobaan yang kita lakukan dapat dipercaya akan kebenarannya. Lebih-lebih jika diingat bahwa pada percobaan biologis itu tidak mungkin didapatkan data yang segera dapat dipertanggungjawabkan seperti halnya dengan matematika.Berhubung dengan itu adanya penyimpangan (deviasi) antara hasil yang didapat dengan hasil yang didapat dengan hasil yang diharapkan secara teoritis harus dievaluasi. Suatu cara untuk mengadakan evaluasi itu ialah melakukan tes X2(bahasa inggrisnya: chisquare test)(Suryo, 1984) Rumus yang digunakan ialah :

d = deviasi/penyimpangan, ialah selisih antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diramal e = hasil yang diramal/diharapkan jadio e. = sigma (jumlah). Dalam perhitungan nanti harus diperhatikan pula besarnya derajat kebebasan, yang nilainya sama dengan jumlah kelas fenotip dikurangi dengan satu. Jadi andaikan perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip 3:1 (ada dominansi penuh), berarti ada dua kelas fenotip, sehingga derajat kebebasannya = 2-1 = 1(Suryo, 1984)

Contoh suatu tanaman berbatang tinggi

heterozigotik (Tt) menyerbuk

sendiri dan menghasilkan keturunan yang misalnya terdiri dari 40 tanaman berbatang pendek. Apakah hasil tersebut dapat dipercaya akan kebenarannya, artinya apakah sesuai dengan hukum Mendel?Jawabnya: Menurut Mendel, suatu, monohibrid (Tt) yang meneyerbuk sendiri seharusnya menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip 3 tinggi : 1 pendek. Jadi secara teoritis seharusnya didapatkan 45 tanaman berbatang tinngi dan 15 tanaman berbatang pendek (Suryo, 2013). Tinggi 40 45 -5
0,555

Diperoleh (o) Diramal Deviasi (e) (d)

Pendek 20 15 +5 1,666

Jumlah 60 60

= 0,555 + 1,666 = 2,221


Selanjutnya kita menggunakan tabel (Tabel.1).dalam tabel itu deretan

angka paling atas mendatar merupakan nilai kemungkinan. Kolom sebelah kiri tegak lurus memuat angka-angka yang menunjukkan besarnya derajat kebebasan (dk).Angka-angka lainnya adalah nilai nilai . Menurut para ahli statistik, apabila

yang didapat dibawah kolom nilai kemungkinan 0,05, itu berarti bahwa

data yang diperoleh dari percobaan itu buruk. Ini disebabkan karena penyimpangan sangat berarti danada faktor lain diluar faktor kemungkinan berperan disitu (Suryo, 2013).

Menurut Suryo di bukunya yang berjudul Genetika Manusia yang diterbitkan pada tahun 1984, Kalau nilai yang didapat berada didalam kolom

nilai kemungkinan 0,01 berarti data yang diperoleh dari percobaan buruk sekali. Nilai itu disebut sangat berarti, ini disebabkan karena penympangan sangat

berarti dan faktor diluar faktor kemungkinan besar peranannya. Jadi data hasil percobaan dapat dianggap baik apabila nilai yang didapat berada didalam

kolom nilai kemungkinan 0,05 atau di dalam kolom sebelah kirinya (Suryo, 1984).

BAB III

METODE PERCOBAAN III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat Alat- alat yang digunakan pada percobaan imitasi perbandingan genetis yaitu alat tulis berupa pulpen, mistar, dan kertas.

III.1.2 bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Kancing genetik berbagai warna. Yaitu berwarna Kuning hijau, kuning hitam, merah hijau, merah hitam, masing-masing sebanyak 5 buah.

III.2 Cara kerja Cara kerja dalam percobaan imitasi perbandingan genetis adalah sebagai berikut: 1. Setiap kelompok menerima 20 biji genetik dan dimasukkan pada dua kantong,masing-masing kantong berisi 10 biji genetik. 2. Diambil satu biji genetik dari kantong kanan digunakan tangan kanan dan satu biji genetik dari kantong kiri digunakan tangan kiri secara bersamaan berdasarkan dipilih acak dan akan dihasilkan sebuah kombinasi baru. Catat hasil yang diperoleh. 3. Setelah dicatat hasilnya, dikembalikan kombinasi biji genetik itu ke kantong asalnya, dan dikocok hingga biji genetik tercampur dengan biji genetik lainnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.I.I Tabel Data Kelompok Genotip/Fenotip No K_B_ Kuning -Bernas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 K_bb Kuning- Kisut kkB_ Putih-Bernas kkbb Putih-Kisut

16 jml

8 3 4 1

Hasil Rasio fenotip yang dihasilkan 8:3:4:1

VI.1.2 Tabel Data Semua Kelompok Genotip/Fenotip KLP K_B_ Kuning -Bernas I II III IV V VI VII JML Total 9 8 8 9 11 8 11 64 K_bb Kuning- Kisut 0 3 5 0 3 2 5 15 112 kkB_ Putih-Bernas 5 4 2 5 1 3 2 22 Kkbb Putih-Kisut 2 1 1 2 1 3 1 11

Hasil Rasio Fenotip yang dihasilkan 64 : 15 : 22 : 11

VI.I.3 Tabel Chi Square (X2) Genotip/Fenotip KLP K_B_ Kuning -Bernas O E D X2 DK[3] 64-63 = 1 64 15-21 = -6 4,061 0,90 0,99 K_bb Kuning- Kisut 15 22-21 = -1 kkB_ Putih-Bernas 22 11-7 = 4 Kkbb Putih-Kisut 11

Dengan demikian X2data yang didapat yaitu 4,061 yang mendekati derajat kebebasan deret 4 yaitu 0,25. (berdasarkan deret chi square diatas)

IV.2 Pembahasan Pada tabel data kelompok III menunjukkan pengambilan biji genetik yang dilakukan oleh kelompok sebanyak 16 kali. Didapatkan hasil 5 kuning-bernas, 6 kuning kisut, 5 putih bernas, dan 0 putih kisut, sehingga rasio fenotipnya adalah 5:6:5:0. Hal ini membuktikan kemungkinan terdapat sedikit penyimpangan pada pengambilan biji genetik tersebut. Pada tabel data semua kelompok di ketahui bahwa setiap kelompok memiliki data yang bervariasi, selain itu hasil pengambilan biji genetik antara kelompok I dan IV sama. selanjutnya setiap data dijumlah sesuai genotipnya. Dan

didapatkan hasil berupa 64 kuning bernas, 15 kuning kisut, 22 putih bernas, dan 11 putih kisut. Hasil yang didapatkan itu dimasukkan kedalam kolom frekuensi observasi (O).kemudian hasil dari tiap-tiap genotip dijumlah menghasilkan 112, kemudian dimasukkan kedalam kolom frekuensi harapan (e) sebagai faktor pengali. Didalam kolom e diambil rasio fenotip hukum mendel II dibagi dengan jumlah seluruh fenotip kemudian dikali dengan 112. Maka didapat nilai e dari masing-masing dari genotip.kemudian untuk membuktikan percobaan yang kita lakukan sudah tepat sesuai teori atau tidak, maka dilakukan Chi square test. Chi square adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara frekuensi observasi digunakan agar nantinya percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori yang ada. Adapun yang dimaksud dengan frekuensi harapan adalah frekuensi yang nilainya dapat di hitung secara teoritis (e). sedangkan dengan frekuensi observasi adalah frekuensi yang nilainya di dapat dari hasil percobaan (o). Oleh karena itu selanjutnyta kita perlu mengetahui lebih mendalam tentang chi square terlebih tentang karakteristiknya. Adapun karakteristiknya antara lain : Terdapat beberapa keluarga distribusi ChiSquare, yaitu distribusi ChiSquare dengan DK=1, 2, 3, dst. Bentuk Distribusi ChiSquare adalah menjulur positif. Nilai ChiSquare selalu positif.

Setelah itu kita harus mengetahui rumusn chi square Rumus Chi square :

Keterangan : d = deviasi/penyimpangan, ialah selisih antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diramalkan. e = hasil yang diramal/diharapkan jadi o e. = sigma (jumlah). Dengan menggunakan rumus Chi square kita mendapatkan hasil

untuk kuning bernas,

untuk kuning kisut,

untuk putih bernas, dan

untuk putih kisut.

Kemudian hasil dari semua genotip dijumlah menghasilkan 4,061. Berdasarkan tabel Chi square yang ada sebelumnya, masing-masing genotip memiliki kemungkinan nilai X2 antara 0,90 0,99 dan nilai X2 dari jumlah yang didapat adalah 0.25 ( yaitu angka 4,11 dari nilai kemungkinan 0,25 nilai X2yang paling mendekati ). Dari nilai X2 yang didapatkan dapat diketahui bahwa percobaan yang dilakukan telah memenuhi teori yang ada sehingga tidak menyimpang dari teori yang tadinya diperkirakan terdapat penyimpangan.

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan imitasi perbandingan genetis dapat ditarik kesimpulan bahwa : Percobaan ini sesuai dengan teori yang ada sekaligus membuktikan tentang hukum mendel I dan Hukum mendel II. Setelah diuji dengan metode chist quare ternyata hasil diperoleh tepat dan sesuai teori yang ada teori

V.2 Saran Sebaiknya pada saat menjelaskan asisten menggunakan alat bantu yang baik dan dapat di mengerti oleh semua praktikan selain itu menjelaskan lebih baik alur cara
kerja percobaan imitasi perbandingan sehingga waktu percobaan tidak terlalu lama.

DAFTAR PUSTAKA

Wiwit, Wati, 2011. Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II http://wiwitwati.blogspot.com/2011/10/hukum-mendel-I-danhukum-mendel-II.html, diakses pada tanggal 07 Maret 2013 pukul 22.00 WITA Suryo. 1984. Genetika Manusia. Jakarta: Universitas Gajahmada. Anonim, 2012.Genetika dan Hukum Mendel. http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2012/09/Genetika-dan-HukumMendel.pdf, diakses pada tanggal 8 Maret 2013 pukul 11.00 WITA.

Anda mungkin juga menyukai