Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

DIHIBRID

Disusun oleh
Kelompok 10

Vivi Riyana

(4401414022)

Asrie Kumala Dewi

(4401414005)

Eri Kustiani

(4401414031)

Pendidikan Biologi Rombel 2

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN AJARAN 2016/2017


A. Judul
Simulasi Persilangan Dihibrida
B. Tujuan
1. Menunjukkan adanya prinsip berpasangan secara bebas
2. Membuktikan perbandingan fenotip F2 = 9 : 3 : 3 : 1
3. Dapat menggunakan uji Chi-Square (khi-kuadrat) dalam analisis
genetika Mendel
C. Landasan Teori
Penyebaran gen

dapat

terjadi

jika

ada persilangan

atau

perkawinan antar individu dalam suatu populasi. Berdasarkan jumlah


sifat yang
persilangan

disilangkan,
monohibrid

terdapat

dua

macam persilangan

dan persilangan

dihibrid.

yaitu

Persilangan

monohibrid merupakan persilangan dengan satu sifat beda sedangkan


persilangan

dihibrid

merupakan persilangan dengan dua sifat beda.

Persilangan dihibrid ini lebih rumit dibandingkan dengan persilangan


monohibrid karena pada persilangan dihibrid melibatkan dua lokus
(Wijayanto, dkk 2013). Menurut Okasha (2012) menyatakan bahwa
konsep penting dalam genetika populasi yang melibatkan dua lokus
adalah adanya keterkaitan antar keduanya.
Hukum mendel II disebut hukum pengelompokkan gen secara
bebas (dalam bahasa inggris: the law of independent Assortment of
ganes). Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen dari sepasang alel
memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan reduksi (meiosis)
pada waktu pembentukkan gamet. (Suryo:1990) sedangkan menurut
Campbell 2010, menyatakan bahwa selama pembentukan gamet gen-gen
selalel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain
yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid yaitu
persilangan dari dua individu yang memiliki satu atau lebih karakter yang
berbeda. Persilangan dihibrid akan menghasilkan keturunan F2 dengan
perbandingan fenotip 9:3:3:1. Mendel menyilangkan tanaman yang
mempunyai dua macam alel yang berbeda. Ia menyilangkan tanaman ercis
yang berwarna kuning dan berbiji bulat dengan tanaman tanaman yang

berwarna hijau dan berbiji keriput. F1penyilangan 2 parental homolog


adalah dihibrid (heterozigot) untuk dua gen yang terkait individu F1 ini
disebut individu dihibrid dan persilangannya disebut persilangan dihibrid
(Sisunandar, 2011). Kalau disilangkan kacang ercis kuning-bulat dengan
kacang ercis hijau-keriput ternyata F1 terdiri atas kacang ercis yang bijinya
kuning-bulat semua. Ini menunukkan karakter kuning dan bulat sama
dominan terhadap hijau dan keriput. Lalu kalau F1melakukan penyerbukan
sendiri, terdapat F2 yang bukan terdiri atas 2 kelas saja fenotipenya tapi ada
4 kelas. Keempat kelas fenotipe F2 yaitu: kuning-bulat, kuning-keriput,
hijau-bulat, hijau keriput (Yatim, 2003).
Ratio perbandingan F2 kalau dijumlahkan semua yang memiliki
karakter sama dari keempat macam itu, akan didapat : 9 kuning-bulat : 3
kuning-keriput : 3 hijau-bulat : 1 hijau-keriput. Bila disingkat : Ratio
Fenotipe dihibrid F2 : 9 : 3 : 3 : 1 (Yatim , 2003). Berlakunya hukum
mendel II yaitu ketika terjadinya meiosis pada gametogonium individu
yang memiliki genotipe double-heterozigot, triple-heterozigot, atau polihiterozigot, dan seterusnya sesuai dengan jenis hibridnya, apakah di, tri
atau poli-hibrid. Sesuai anafase I saat pemisaahan dan pengelompokkan
gen-gen secara bebas, ke kutub atas atau ke kutub bawah (Yatim, 2003).
Perbandingan fenotip yang ditemukan dalam persilangan dihibrid
tidak sepenuhnya merupakan perbandingan yang pasti (Suryo, 1990).
Penampilan suatu sifat atau fenotip pada suatu individu dipengaruhi oleh
factor genetik dan factor lingkungan (Pinilih dan Sartono, 2008).
Heritabilitas adalah perbandingan antara varian genetic terhadap varian
fenotipe. Kreteria

tingkat nilai duga heritabilitas (H) diklasifikasikan

sebagai berikut : tinggi 0,5 < H, sedang 0,2 < H < 0,5 dan rendah H < 0,2.
Dalam pemuliaan selain nilai heritabilitas juga perlu diketahui nilai
kemajuan genetik. Kemajuan genetik dinyatakan sebagai hasil kali antara
perubahan frekuensi gen dengan perubahan rerata genotipe untuk tiap
unit perubahan frekuensi gen. Kreteria nilai kemajuan genetik (KG)
dikatakan relative rendah jika 0 <KG< 0,033, agak rendah jika 0,033

KG< 0,066, cukup tinggi jika 0,066 KG < 0,1 dan tinggi jika 0,1 <
KG (Karmana et al., 1990).
Uji Chi-Square ()
Uji Chi Kuadrat adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara
frekuensi observasi yang benar-benar terjadi/aktual dengan frekuensi
harapan atau ekspektasi.
frekuensi observasi nilainya didapat dari hasil percobaan (o)
frekuensi harapan nilainya dapat dihitung secara teoritis (e)
Nilai adalah nilai kuadrat karena itu nilai selalu positif. Bentuk
distribusi tergantung dari derajat bebas (db) / degree of freedom. Uji
dapat digunakan untuk :
a. Uji Kecocokan = Uji kebaikan-suai = Goodness of fit test
b. Uji Kebebasan
c. Uji beberapa proporsi
Rumus

fo : frekuensi observasi untuk kategori ke-i i


fe : frekuensi ekspektasi untuk kategori ke-i i
Dalam genetika chi-square (chi-kuadrat) sering kali kita digunakan untuk
menguji apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai
dengan ratio yang kita harapkan atau tidak. Di dalam suatu percobaan
jarang sekali kkita memperoleh data yang sesuai dengan yang kita
harapkan

(secara

teoritis).

Hampir

selalu

terjadi

penyimpangan.

Penyimpangan yang kecil relatif lebih dapat diterima pada penyimpangan


yang besar. Selain itu apabila penyimpangan tersebut semakin sering
terjadinya dapat dikatakan semakin normal dan cendrung lebih dapat
diterima dari pada penyimpangan yang jarang terjadi. Sekarang yang
menjadi pertanyaan adalah seberapa besar penyimpangan itu dapat kita
terima dan seberapa sering terjadinya atau berapa besar peluang terjadinya,
jawabnya dapat dicari dengan uji chi square.
D. Bahan/Alat yang Digunakan
Kancing genetika 4 macam masing-masing 48 buah
E. Cara Kerja
1. Mengambil 4 macam warna kancing masing-masing 48 buah,
selanjutnya menentukan simbol gen dan sifat yang diwakili oleh setiap
2.

warna kancing.
Kancing merah : M (merah)
Kancing putih : m (putih)
Kancing Hijau : H (pendek)
Kancing kuning : h (tinggi)
Memisahkan tiap tiap warna menjadi dua bagian yang sama. Satu
bagian sebagai gamet jantan dan satu bagian yang lain sebagai gamet

betina
3. Menangkupkan dua kancing menjadi satu dengan kombinasi warna
yang berbeda beda sesuai macam gamet yang dihasilkan
- MH : Merah-Hijau
- Mh : Merah-Kuning
- mH : Putih-Hijau
- mh : Putih-Kuning
4. Menempatkan gamet jantan dan betina dalam kantung yang berbeda
kemudian mengambil satu persatu tangkupan kancing dari setiap
kantong. Mempertemukan dan mencatat dalam tabel.
F. Hasil dan Analisis
1.) Data Kelompok
Jambu biji berwarna merah, batang pendek (MMHH) disilangkan dengan
jambu biji berwarna putih, batang tinggi (mmhh), menghasilkan F1
jambu biji merah dengan batang pendek (MmHh). Kemudian F1
disilangkan dengan sesamanya. gen merah dan pendek lebih dominan
daripada putih-tinggi.

Persilangan
P1
Jambu Biji Merah- pendek
(MMHH)
MH
F1

Jambu Biji Putih-tinggi


(mmhh)
mh

MmHh
(Jambu Biji Merah)

P2

MmHh
MH
Mh
mH
mh

MmHh
MH
Mh
mH
mh

F2

MH
Mh
mH
Mh

no

MH
MMHH
Merah-pendek
6
MMHh
Merah-pendek
5
MmHH
Merah-pendek
9
MmHh
Merah-pendek
4

Kombinasi

Genoti

warna kancing

p
MMH

Mh
MMHh
Merah-pendek
4
MMhh
Merah-tinggi
7
MmHh
Merah-pendek
5
Mmhh
Merah-putih
7

mH
MmHH
Merah-pendek
10
MmHh
Merah-pendek
5
mmHH
Putih-pendek
5
mmHh
Putih-pendek
6

mh
MmHh
Merah-pendek
4
Mmhh
Merah-tinggi
8
mmHh
Putih-pendek
5
mmhh
Putih-tinggi
6

Fenotip

Tally
I

II

Frekuensi
I
II

Merah-pendek

IIIII

Merah-pendek
Merah-tinggi

III
IIII
IIIII

IIIII I
III
IIIII

3
4

6
3

II
IIIII

IIIII II
IIIII

12

IIII

IIII

MH-MH

2
3

MH-Mh
Mh-Mh

H
MMHh
MMhh

MH-mH

MmHH

Merah-pendek

MH-mh/Mh-mH

MmHh

Merah-pendek

Mh-mh

Mmhh

Merah-tinggi

7
8
9

mH-mH
mH-mh
mh-mh

mmHH
mmHh
Mmhh

Putih-pendek
Putih-pendek
Putih-tinggi

IIIII
III
III
IIIII
IIII

IIIII II

II
IIIII I
II

3
5
4

2
6
2

Perbandingan Genotip
MMHH : 6
MMHh : 9
MMhh : 7
MmHH : 19
MmHh : 18
Mmhh : 15
mmHH : 5
mmHh : 11
mmhh : 6
Perbandingan Fenotip
Merah-Pendek : Merah-Tinggi : Putih-Pendek : Putih-Tinggi
8,67
:
3,67 :
2,67
: 1

2.) Data Kelas


kel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

D-D
57
50
55
58
54
52
59
55
53
52
49
56
51

D-R
17
20
21
14
17
18
15
20
19
22
21
14
17

R-D
14
21
10
17
17
18
17
18
18
16
20
18
20

R-R
8
5
10
7
8
8
5
3
6
6
6
8
8

701

235

224

88

Perb. Fenotip
9,5:2,83:2,33:1,33
8,3: 3,3:3,5:0,8
9,16:3,5:1,67:1,67
8,28:2:2,4:1
9:2,83:2,83:1,33
8,6:3:3:1,33
9,8:2,5:2,8:0,83
9,17:3,33:3:0,75
8,83:3,16:3:1
8,67:3,67:2,67:1
8,1:3,3:3,3:1
9,3:2,3:3:1,3
8,5:2,8:3,3:1,3

Analisis Data
Analisa data kelompok
Tabel analisa fenotip

|fhfo|
Fenotip

Fh

Fo

fo-fh

|fhfo|

Fh
D-D
D-R
R-D
R-R

52
18
18
8

52
22
16
6

0
4
2
2

0
16
4
4

0
0,89
0.22
0,5
1,61

Db = n 1
=41
=3
Ketelitian: 95 %
X2 tabel = 7,82
H0 = Tidak ada perbedaan antara praktikum dan teori
Hi = Ada perbedaan
X2 hitung X2 tabel
1,61

7,82

H0 diterima,
Tidak ada perbedaan antara praktikum dan teori
Analisa data kelas

Tabel analisa fenotip

|fhfo|
Fenotip

Fh

D-D
D-R
R-D
R-R

Fo

702
234
234
78

fo-fh

701
235
224
88

1
1
10
10

|fhfo|
1
1
100
100

Fh
0,001
0,004
0.427
1,282
1,714

Db = n 1
=41
=3
Ketelitian: 95 %
X2 tabel = 7,82
H0 = Tidak ada perbedaan antara praktikum dan teori
Hi = Ada perbedaan
X2 hitung X2 tabel
1,714

7,82

H0 diterima,
Tidak ada perbedaan antara praktikum dan teori
G. Pembahasan
Praktikum Genetika mengenai Simulasi Persilangan Dihibrid bertujuan
untuk menunjukkan adanya prinsip berpasangan secara bebas, membuktikan
perbandingan fenotip F2 = 9 : 3 : 3 : 1 dan dapat menggunakan uji Chi Square
( Khi Kuadrat ) dalam analisis genetika mendel.
Persilangan dihibrid merupakan perkawinan dua individu dengan dua
sifat beda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran hokum mendel 2,
yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan
bersegregasi secara bebas dan dihasilkan 4 macam fenotip dengan
perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
Dalam simulasi persilangan dihibrid, Jambu biji berwarna merah,
batang pendek (MMHH) disilangkan dengan jambu biji berwarna putih,
batang tinggi (mmhh), menghasilkan F1 jambu biji merah dengan batang
pendek (MmHh). Kemudian F1 disilangkan dengan sesamanya. Gen merah
dan pendek lebih dominan daripada putih-tinggi.
Percobaan kali ini menggunakan 4 macam warna kancing masingmasing 48 buah yang berwarna merah, putih, hijau dan kuning sebagai model
gen, selanjutnya menentukan simbol gen dan sifat yang diwakili oleh setiap
-

warna kancing.
Kancing merah : M (merah)
Kancing putih : m (putih)
Kancing Hijau : H (pendek)
Kancing kuning : h (tinggi)
Kemudian memisahkan tiap tiap warna menjadi dua bagian yang
sama. Satu bagian sebagai gamet jantan dan satu bagian yang lain sebagai
gamet betina. Setelah itu menangkupkan dua kancing menjadi satu dengan
kombinasi warna yang berbeda beda sesuai macam gamet yang dihasilkan

MH : Merah-Hijau
Mh : Merah-Kuning
mH : Putih-Hijau
- mh : Putih-Kuning
Kemudian menempatkan gamet jantan dan betina dalam kantung yang
berbeda kemudian mengambil satu persatu tangkupan kancing dari setiap
kantong. Mempertemukan dan mencatat dalam tabel.
Pada saat pembentukan gamet dari jambu biji, setiap pasangan gen akan
memisah, selanjutnya gen atau alel yang telah memisah ini akan mengelompok
dengan gen atau alel yang lain secara bebas. Hal ini menunjukkan terjadinya
prinsip berpasangan secara bebas (independent assortmend).
Pada persilangan dihibrid didapatkan hasil persilangan

dengan

perbandingan fenotip seperti pada tabel diatas. Dalam percobaan ini didapatkan
ratio fenotip F2 yaitu 8,67: 3,67 : 2,67 : 1 yang mendekati ratio hukum
Mendel yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Hal ini dapat membuktikan bahwa perbandingan F2
pada persilangan dihibrid adalah 9 : 3 :3 :1. Kemudian data yang diperoleh
diuji menggunakan uji Chi Square ( Khi Kuadrat ) dalam analisis genetika
mendel. Uji Chi Square digunakan untuk membuktikan H0 = tidak ada
perbedaan antara teori dengan praktikum atau Hi = ada perbedaan antara teori
dengan praktikum. Hasil yang didapatkan nilai 2 hitung pada data kelompok
10 adalah sebesar 1,61 dan pada data kelas diperoleh 2 hitung sebesar 1,714
dengan 2 tabel 7,82 dengan ketelitian sebesar 95%, dan diperoleh 2 hitung
2 tabel. Sehingga H0 diterima, artinya tidak ada perbedaan antara teori dengan
praktikum.
Dari data yang didapat dan hasil perhitungan teoritis menggunakan uji chisquare terlihat bahwa apabila nilai yang didapat semakin mendekati nol (0)
expected value (e), maka semakin besar kemungkinan atau probabilitas
persilangan tersebut, dan pernyataan karakter fenotip yang diuji mendekati
sempurna. Semakin nilai 2 mendekati 100% berarti deviasi atau penyimpangan
yang terjadipun relative kecil (Suryo, 1990).

H. Kesimpulan
Kesimpulan dalam simulasi persilangan dihibrid adalah sebagai berikut:
1. Pada saat pembentukan gamet dari jambu biji, setiap pasangan gen akan
memisah, selanjutnya gen atau alel yang telah memisah ini akan
mengelompok dengan gen atau alel yang lain secara bebas. Hal ini
menunjukkan terjadinya prinsip berpasangan secara bebas (independent
assortmend).
2. Berdasarkan hasil dari uji Chi Square ( Khi Kuadrat ) dalam analisis
genetika mendel, diperoleh perbandingan Mendel pada F2 dalam
persilangan dihibrid didapatkan ratio fenotip F2 yaitu 8,67: 3,67 : 2,67 : 1
yang mendekati ratio hukum Mendel yaitu 9 : 3 : 3 : 1.
I. Daftar Pustaka
Campbell, Reece. 2010. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Karmana, M. H., A. Baihaki, G. Satari, T. Danakusuma dan A. H. Permadi.
1990. Variasi Genetik Sifat Sifat Tanaman Bawang Putih di Indonesia.
Zuriat 1:32-36.
Wijayanto, dkk. 2013. Penerapan Model Persamaan Diferensi dalam
Penentuan Probabilitas Genotip Keturunan dengan Dua Sifat Beda.
Jurnal Ilmu Dasar, Vol. 14 (2).Hlm:79-84.
Okasha, S. 2012. Population Genetics. http://plato. stanford.edu /entries/
populationgenetics/. [15 September 2016)
Pinilih dan Sartono. 2008. Pewarisan Sifat Panjang Polong Pada Persilangan
Buncis Tegak (Phaseolus Vulgaris L.) Kultivar Flo Dan Kultivar Rich
Green. Agrin Vol. 12(2). Hlm:212-218.
Sisunanadar, 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto : Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Suryo. 1990. Genetika Strata I. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Yatim wildan, 2003 . Genetika edisi ke 5. Bandung : Tarsito

J. Jawaban Pertanyaan
1. Isi Hukum Mendel II yaitu selama pembentukan gamet gen-gen sealel
akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang
bukan alelnya.
2. Tidak, karena pada monohybrid, yang disilangkan adalah 2 individu yang
masing-masing mempunyai satu sifat beda sedangkan pada hokum Mendel
II yang disilangkan adalah 2 individu yang masing-masing mempunyai
dua sifat beda.
3. Hasil ratio fenotip yang diperoleh yaitu 8,67:

3,67 : 2,67 : 1 yang

mendekati ratio hukum Mendel yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Karena pada persilangan


dihibrid, yang disilangkan adalah 2 individu yang masing-masing
mempunyai dua jenis sifat beda sehingga hasil ratio fenotipnya yaitu 9 : 3 :
3 : 1.
K. Dokumentasi

Gamet
jantan

Gamet
betina

Anda mungkin juga menyukai