Oleh :
Nama : Nanda Desima Silalahi
NIM : ACD 115 073
Kelas :B
Praktikum Ke : II
Kelompok : Kelompok 3
Asisten Praktikum : Masitah
Secara ilmiah, enzim merupakan suatu molekul yang mana terbuat dari ikatan ikatan
protein kompleks. Keberadaanya di produksi oleh sel tubuh sendiri. Secara umum memang di
sebut sebagai zat katalisator atau membantu proses reaksi kimia yang ada di dalam tubuh.
Meskipun bekerjanya membantu reaksi atau sebagai katalisator, baik ketika enzim ini
melakukan kerjanya, bentuk dan struktur enzim tetap sama, tidak berubah. Jadi sebelum
bereaksi, bentuk enzim seperti balok-balok yang tidak utuh. Namun setelah bereaksi, bentuk
enzim tetap seperti balok tidak utuh tadi. Mengapa hal ini terjadi? Tujuannya adalah agar
keberadaan enzim tidak mengganggu proses kesetimbangan kimia.
Awalnya enzim di sintesis atau di buat dalam wujud zimogen atau enzim yang tidak aktif.
Kemudian ia bergerak di lingkungan yang sesuai dengan kadar ph atau derajat keasaman.
Jika tempatnya sudah sesuai dengan kualitas yang ada di dalam enzim, maka lingkungan
(tempat) tersebutlah yang akan mengaktifkan enzim. Secara struktur, bagian enzim di bagi
menjadi 2 bagian yang berpasang pasangan. Bagian pertama adalah apoenzim, yang ke dua
adalah gugus prostetik.
Cara kerja enzim dalam suatu reaksi metabolisme di dalam tubuh ialah dengan
menurunkan energi aktivasi yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi.
Dengan meminimalkan “cost” maka proses yang berlangsung akan lebih cepat. Energi
aktivasi dalam suatu reaksi kimia dapat diperumpakan sebagai “biaya jalan” pada proses
produksi. Semakin rendah “biaya jalannya”, maka makin cepat prosesnya.
Selain itu, keuntungan menggunakan enzim ialah selain lebih “murah” juga proses reaksi
tetap berlangsung seperti seharusnya, karena enzim yang membantu proses metabolisme
tidak ikut bereaksi.
Adapun cara kerja enzim dalam mempercepat reaksi kimia ialah dengan berikatan
bersama substrat, kemudian substrat tersebut akan diubah menjadi produk. Setelah terbentuk
produk, enzim akan melepaskan “diri’ dari substrat. Hal ini dikarenakan enzim tidak bereaksi
dengan substratnya. Ada dua teori yang menggambarkan cara kerja enzim, yaitu:
Teori ini dikemukakan oleh Emil Fischer pada 1894. Menurut teori ini, enzim akan
berikatan dengan substrat yang memiliki bentuk sama (spesifik) dengan sisi aktif enzim.
Dengan kata lain, hanya substrat yang memiliki bentuk yang cocok atau spesifik yang hanya
akan berikatan dengan enzim.
Hal inilah yang dikatakan sebagai teori gembok dan kunci, dimana enzim diibaratkan
sebagai sebuah kunci yang dapat membuka sebuah gembok yang disini diibaratkan sebagai
substratnya. Gembok dan kunci akan memiliki sisi yang sama untuk dapat terbuka atau
menutup.
Teori ini memiliki kekurangan yakni tidak mampu menjelaskan tentang kestabilan enzim
saat peralihan titik reaksi enzim.
2. Teori Induksi
Menurut teori yang diungkapkan oleh Daniel Koshland pada 1958, enzim memiliki sisi
aktif yang fleksibel. Meski demikian, sisi aktif enzim ini memiliki titik – titik pengikatan
yang spesifik. Sehingga hanya substrat yang memiliki titik – titik pengikatan yang samalah
yang akan menginduksi sisi aktif enzim sehingga pas (membentuk seperti substrat).
Teori induksi ini menjawab kekurangan dari teori sebelumnya. Dengan demikian, teori
induksi adalah teori yang paling banyak diakui oleh para peneliti untuk menjelaskan cara
kerja enzim.
A. ALAT
Percobaan 1
1. Menyiapkan Alat dan Bahan
2. Mengumpulkan air liur sebanyak 4 ml
3. Menyaring air liur menggunaka kain kasa
4. Memasukkan air liur yang telah disaring tersebut kedalam tabung reaksi sebanyak 2
ml
5. Menambahkan larutan biuret
6. Mengkocok dengan perlahan
7. Mengamati perubahan warna pada larutan
8. Memfoto hasil percobaan
Percobaan 2
1. Memasukkan 2 ml air ludah kedalam tabung reaksi
2. Menambahkan fehling a dan b kedalam tabung reaksi secukupnya
3. Memanaskan larutan dengan labu spiritus
4. Menambahkan 5 tetas amilum kedalam tabung reaksi
5. Memanaskan larutan dengan labu spiritus selama 2 menit
6. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada larutan
7. Memfoto hasil percobaan
Percobaan 3
1. Meneteskan larutan amilum pada plate tetes
2. Menambahkan lugol
3. Menunggu selama 2 menit
4. Mengulangi langkah 1-3 sebanyak 11 kali
5. Memfoto hasil percobaan
Percobaan 4
1. Membunuh katak
2. Meletakkan katak pada papan bedah
3. Membedah tubuh katak
4. Mengambil bagian empedu katak
5. Mengencerkan empedu di dalam tabung reaksi
6. Menambahkan aquades secukupnya pada tabung reaksi
7. Menambahkan minyak kelapa sebanyak 2 tetes pada tabung reaksi
8. Mengambil tabung reaksi
9. Memasukkan aquades secukupnya
10. Menambahkan minyak kelapa sebanyak 2 tetes
11. Mengamati perbedaan pada kedua tabung reaksi tersebut
12. Memfoto hasil percobaan
VI. Hasil Pengamatan
Protein tersusun dari berbagai asam amino yang terikat satu sama lain. Ketika
direaksikan dengan reagen biuret maka, Cu2 ini akan berikatan dengan C karbonil dengan
satu atom N pada pangkal asam amino sehingga terbentuklah kompleks berwarna ungu.
Sepeti gambar di bawah ini :
Uji biuret pada air liur merupakan uji yang dilakukan untuk mngetahui adanya
protein dalam air liur. Uji biuret ini khas untuk mengetahui ikatan yang ada pada protein.
Hal ini karena mengandung amilase yang merupakan suatu protein, dan musin yang
merupakan suatu glikoprotein dan senyawa senyawa protein lainnya yang juga termasuk
dalam air liur.
Dalam pengujian kali ini didapatkan hasil larutan berwarna bening. Semula air liur
yang berwarna bening setelah ditambahkan biuret warna tetap bening. Hal ini
menandakan air liur sample tidak mengandung protein yang dapat berupa enzim amilase
maupun glikoprotein yang terkandung di musin. Dan ini artinya percobaan yang kami
lakukan gagal, seharusnya larutan menjadi berwarna ungu sedangkan pada percobaan
kami tidak ada perubahan warna pada larutan, larutan tetap berwarna bening.
Factor yang mempengaruhi gagalnya uji coba yang kami lakukan ini dikarenakan
tidak setimbangnya ukuran antara air liur dengan biuret yang kami gunakan, karena alat
yang kami gunakan tidak memadai jadi antara air liur dengan biuret ukurannya tidak
sama. Factor yang lainnya yaitu suhu, enzim bekerja pada suhu optimum yaitu 30 0C – 40
0
C, sedangkan standar suhu laboratorium ialah 22 0C – 26 0C, sehingga dengan suhu
tersebut enzim tidak bekerja.
Pada larutan air liur dan fehling a dan b didapatkan hasil warna larutan berwarna biru
tua ketika dipanaskan juga tidak terjadi perubahan warna yang signifikan, lalu
ditambahkan amilum dan dipanaskan di labu spiritus selama 2 menit, terjadi perubahan
warna pada larutan yaitu berwarna ungu pekat. Hal ini menandakan air liur sample
mengandung protein yang dapat berupa enzim amilase maupun glikoprotein yang
terkandung di musin.
Pada larutan amilum dan lugol yang diteteskan pada plate tetes dan dilakukan
sebanyak 12 kali didapatkan hasil perubahan warna pada larutan tersebut yakni berwarna
ungu pekat, perlakuan yang kami lakukan pada plate tetes sama sehingga warna yang
dihasilkanpun tidak ada perbedaan yang signifikan.
Empedu memegang peran penting dalam pencernaan. Empedu merupakan cairan
yang bersifat asam, dan berwarna hijau yang di eksresikan oleh hepatosit hati pada
sebagian besar vertebrata. Empedu menghasilkanbau amis dan berwarna hijau. Warna
hijau empedu ini berasal dari penghancuran eritrosit yaitu biliverdin.
Pada campuran empedu, aquades serta minyak kelapa praktikan terlalu banyak
menuangkan minyak ke dalam cairan empedu encer, sehingga minyak tidak teremulsi
sempurna dan masih ada sisa minyak yang berada di atas cairan empedu, yang
seharusnya minyak tidak terlihat karena teremulsi oleh garam empedu dengan
mengurangi tegangan permukaan, sehingga dapat dipecah menjadi partikel-partikel kecil.
Dan sedangkan pada aquades dan minyak, air dan minyak kelihatan tidak bercampur
karena minyak tidak teremulsi dan tidak dapat menyatu dengan air.
VIII. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini ialah:
Air liur + biuret = bening (tidak ada perubahan warna pada larutan
tersebut dan tidak mengandug protein)
Air liur + fehling a dan b + amilum = ungu ( terdapat perubahan warna pada
larutan dan mengandung protein)
Amilum+ lugol = ungu pekat ( terdapat perubahan warna pada
larutan dan mengandung protein)
Empedu dapat mengemulsi lemak dengan garam-garam empedu.
minyak tidak teremulsi dan tidak dapat menyatu dengan air.
Faktor yang mempengaruhi kerja enzim pada praktikum ini ialah suhu
DAFTAR PUSTAKA
Djauhari, W., & Antonia, T. (Eds.). (2014). Fisiologi Kedokteran Guyton dan Hall (Edisi 12).
Singapore: Elsevier.