Kompetensi Dasar
3.5 Menerapkan prinsip pewarisan (penurunan) sifat makhluk hidup
berdasarkan hukum Mendel
Indikator
3.5.1 Menjelaskan konsepsi pewarisan (penurunan) sifat.
3.5.2 Menjelaskan hukum pewarisan (penurunan) sifat pada makhluk
hidup.
3.5.3 Menjelaskan backcross, testcross dan resiprok.
3.5.4 Menentukan jumlah macam gamet dalam perkawinan silang
berdasarkan genotip parental.
3.5.5 Menentukan macam gamet dalam perkawinan silang berdasarkan
genotip parental.
3.5.6 Menentukan jumlah fenotip dan genotip F2 berdasarkan jumlah sifat
beda yang dikawinsilangkan
3.5.7 Menjelaskan macam-macam Penyimpangan semu dari hukum
Mendel.
3.5.8 Menghitung rasio fenotip hasil perkawinan silang pada berbagai
peristiwa penyimpangan semu Hukum Mendel.
Pola-Pola Hereditas
Dominansi Tidak
Epistasis-Hipostasis
Sempurna
Komplementer
1
POLA-POLA PENURUNAN SIFAT
Hereditas merupakan proses penurunan sifat setiap makhluk hidup dari tetua
pada keturunannya. Hukum tentang hereditas baru ditemukan pada tahun 1900
berdasarkan rumusan hipotesis yang dikemukakan oleh Gregor John Mendel (1882-
1884), seorang biarawan Austria. Mendel dianggap berjasa besar dalam
mengembangkan prinsip-prinsip dasar genetika modern sehingga ia dikenal sebagai
Bapak Genetika. Ia mengemukakan bahwa faktor penentu sifat (faktor X, yang
kemudian dikenal sebagai gen) dibagikan dalam unit-unit terpisah dan diturunkan
secara acak (bebas).
2
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi yang menyatakan bahwa
pada pembelahan (penggandaan) meiosis dalam pembentukan gamet, terjadi
pemisahan pasangan alel secara bebas (The Law of Segregation of Allelic Genes).
Setiap pasangan kromosom homolog mengandung pasangan gen (terdiri dari 2
alel). Pada pembentukan gamet secara meiosis, pasangan-pasangan gen pada
kromosom homolog berpisah pada tahap Anafase. Pada akhir meiosis, setiap sel
gamet yang dihasilkan hanya memiliki satu alel dari pasangan gen saja. Proses
pemisahan gen inilah yang disebut segregasi gen. Hukum Mendel I ini dapat
dikaji dari perkawinan monohibrid.
Perkawinan monohibrid adalah perkawinan dua individu sejenis yang
memperhatikan satu sifat beda. Perkawinan monohibrid sudah diteliti oleh Mendel
menggunakan tanaman kacang kapri. Dalam percobaannya Mendel selalu
menggunakan dua sifat yang memiliki alternatif sesamanya yang berasal dari
tanaman galur murni (individu homozigot), misalnya tanaman berbatang tinggi
dengan tanaman berbatang pendek, biji bulat dengan biji keriput, kotiledon
berwarna hijau dengan warna kuning dan lain-lain. Pada percobaannya, saat
Mendel mengawinkan tanaman berbatang tinggi dengan tanaman berbatang
pendek. Batang tinggi (T) bersifat dominan terhadap batang pendek (t). Hasil
perkawinan diperoleh F1 semuanya berbatang tinggi. Selanjutnya jika keturunan
pertama (F1) dikawinkan dengan sesamanya, maka pada keturunan kedua (F2)
dihasilkan tanaman berbatang tinggi dan tanaman berbatang pendek dengan rasio
fenotip tanaman berbatang tinggi : berbatang pendek = 3:l. Perhatikan diagram
perkawinan berikut.
T : gen untuk batang tinggi
t : gen untuk batang pendek
P1 ♀ tt x ♂ TT
(pendek) (tinggi)
gamet : t T
F1 Tt
(tinggi)
P2 : ♀ Tt x ♂ Tt
(tinggi) (tinggi)
F2 :
♂
T t
♀
TT Tt
T (tinggi) (tinggi)
Tt tt
t (tinggi) (pendek)
Rasio genotip F2 : BBKK: BBKk: BbKK: BBkk: BbKk: bbKK: Bbkk: bbKk: bbkk
1 : 2 : 2 : 1 : 4 : 1 : 2 : 2 :1
Rasio fenotip F2 : bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau
9 : 3 : 3 : 1
5
1) Jika hasil keturunannya menunjukkan sifat sama 100%, genotip individu
tersebut adalah dominan homozigot.
2) Jika hasil keturunannya menunjukkan sifat fenotip yang berbeda, genotip
individu tersebut adalah dominan heterozigot.
b. Mengetahui keturunan yang dihasilkan oleh suatu individu yang memiliki fenotip
dominan yang sifat genotipnya belum diketahui.
1) Individu yang memiliki genotip dominan homozigot akan menghasilkan
keturunan dengan sifat fenotip yang sama
2) Individu yang memiliki genotip heterozigot akan menghasilkan keturunan
dengan fenotip yang berbeda
Contoh perkawinan testcross
Dilakukan testcross (uji silang) antara marmot jantan berambut putih dan marmot
betina berambut hitam yang genotipenya tidak diketahui. Alel hitam bersifat dominan
(H), sedangkan alel putih bersifat resesif (h). buatlah diagram testcross masing-
masing, jika tetua betina bergenotipe homozigot dan jika tetua betina bergenotipe
heterozigot.
Percobaan 1: Tetua betina berambut hitam (homozigot)
Testcross
P1 : ♀ HH x ♂ hh
Hitam Putih
G1 : H h
F1 : 100% Hh (Hitam)
Tetua betina hitam pada testcross adalah dominan homozigot (bergenotipe HH) dan
menghasilkan hanya satu macam gamet karena hasil keturunannya semuanya sama
(100%).
2. Backcross
Backcross merupakan perkawinan antara individu keturunan dengan tetua
jantan atau betina (atau dengan individu yang bergenotip identik dengan tetuanya).
6
Tujuan backcross adalah untuk mendapatkan kembali keturunan yang bergalur murni
(yang bergenotipe homozigot resesif atau homozigot dominan).
Gambar 1. Perkawinan backcross dengan (a) tetua resesif dan (b) tetua dominan.
sumber : Irmaningtyas, 2015: 171
3. Perkawinan Resiprok
Perkawinan resiprok adalah perkawinan ulang dengan menukarkan sifat
fenotip jenis kelaminnya. Perkawinan resiprok ini tidak mempengaruhi rasio hasil
perkawinan jika dilakukan terhadap gen-gen yang tidak tertaut pada kromosom seks.
Contohnya, Perkawinan resiprok dari Perkawinan monohibrid tanaman ercis betina
berbiji kuning dengan tanaman ercis jantan berbiji hijau adalah tanaman ercis jantan
berbiji kuning dikawinkan dengan tanaman ercis betina berbiji hijau.
Contoh 1 :
Individu AaBb memiliki 2 pasang alel heterozigot, maka jumlah macam gametnya adalah
22=4 . Sementara itu macam gamet yang dihasilkan adalah sebagai berikut
Jadi perkawinan AaBb dengan sesamanya akan menghasilkan 4 macam gamet yakni AB,
Ab, aB dan ab
Contoh 2.
7
Individu bergenotip AABbCCDd memiliki 2 pasang alel heterozigot, yakni Bb dan Dd
serta 2 pasang alel homozigot, yakni AA dan CC.
8
2Bb 2Kk : 4 BbKk (Bulat, kuning)
1kk : 2 Bbkk (Bulat, hijau)
Contoh
Tentukan jumlah macam genotip dan jumlah kemungkinan fenotip pada F2 dari
persilangan individu bergenotip AABBccDD dengan aabbCCdd, dimana jantan dari F1
dibiarkan kawin dengan betina dari F1 juga.
Penyelesaian :
Jumlah sifat beda yang disilangkan adalah 4 sehingga n=4.
a. Jumlah macam genotip F2 adalah 34= 81
b. Jumlah macam fenotip F2 adalah 24= 16
10
Pada peristiwa perkawinan bunga snapdragon, alel dominan merah (M) tidak bisa
menutupi alel resesif putih (m) sehingga muncul sifat fenotip intermedet (merah muda)
pada bunga bergenotip heterozigot (Mm).
c. Alel Ganda
Alel ganda merupakan suatu gen yang memiliki lebih dari dua alel. Alel ganda
terjadi karena perubahan struktur DNA (mutasi) yang diturunkan pada keturunannya.
Contoh alel ganda adalah sebagai berikut.
1) Golongan darah sistem ABO pada manusia. Jenis alelnya adalah IA kodominan
dengan IB sedangkan IA dan IB dominan sepenuhnya terhadap I0. Golongan darah A
memiliki alel IAIA dan IAI0, golongan darah B memiliki alel IBIB dan IBI0, golongan
darah AB memiliki alel IAIB sedangkan golongan darah O memiliki alel I0I0
2) Warna rambut kelinci dikendalikan oleh alel-alel dengan hirarki dominansinya
yaitu warna penuh abu-abu (C) > cinchilla atau abu-abu keperakan (cch) > himalaya
atau putih dengan bagian tungkai, ekor, telinga dan hidung berwarna hitam (c h)>
tidak menghasilkan warna atau albino (c).
Contoh soal :
Kelinci betina abu-abu muda (Cchc) dikawinkan dengan kelinci jantan warna abu-abu
(Cch). Bagaimanakah rasio fenotip anak-anak kelinci yang dilahirkan
Jawab :
P1 : cchc X Cch
Abu-abu muda abu-abu
G1 : cch, c C, ch
♂
cch c
♀
C Ccch Cc
ch cchch chc
11
Ayam creeper bergenotip heterozigot akan tetap memiliki cacat kaki
meskipun tetap hidup. Ayam creeper (Cc) dapat dihasilkan dari ayam normal (cc)
yang salah satu gen resesifnya (c) mengalami mutasi genetik menjadi gen dominan
(C). Ayam creeper yang bergenotip homozigot tidak pernah dijumpai karena mati
sejak embrio akibat kelainan pada kepala, tulang tidak terbentuk dan kerusakan
pada mata. Diagram persilangan ayam creeper sebagai berikut.
P1 : Cc X Cc
creeper creeper
G1 : C dan c C dan c
F1 :
♂
C c
♀
CC Cc
C
Letal Sub letal
Cc cc
c
Sub letal Normal
Jadi telur yang bisa menetas menjadi ayam hanya 75%, dengan rasio fenotip normal
: creeper 1:2
2) Letal Resesif
Alel letal resesif hanya menyebabkan kematian pada individu bergenotip
homozigot resessif. Individu bergenotip heterozigot dan homozigot dominan adalah
normal. Contoh kasus letal resesif adalah albino pada tanaman (Klorosis), ichtyosis
congenita (kulit tebal dan banyak luka sobekan pada janin), sapi bulldog dan mata
berbentuk bintang pada lalat buah.
Contoh kasus
Pada tanaman jagung (Zea mays), alel dominan G mengatur terbentuknya
klorofil. Sementara itu, alel g bersifat letal. Hasil perkawinan tanaman heterozigot
dengan sesamanya menghasilkan 1.200 biji jagung. Jika seluruh biji jagung
ditanam kembali, berapa yang bisa tumbuh menjadi tanaman baru?
P1 : Gg X Gg
G1 : G dan g G dan g
F1 :
♂
G g
♀
G GG Gg
g Gg gg (letal)
Perkawinan pada ayam dengan sifat pial gerigi, biji, bilah dan sumpel
menghasilkan rasio fenotip sebagai berikut.
a. Apabila ayam berpial gerigi (ros) galur murni dikawinsilangkan dengan ayam
berpial bilah (single), maka F1 100% berpial gerigi (ros) dan F2 terdiri dari 75 %
berpial gerigi (ros) dan 25 % berpial bilah (single). Ini berarti bahwa pial gerigi
(ros) dominan terhadap pial bilah (single).
13
Misalnya dikawinkan ayam berpial ros (RRpp) homozigot dengan ayam berpial
bilah (rrpp). Hasil perkawinan silangnya adalah sebagai berikut.
P : RRpp x rrpp
Ros single
G : Rp rp
F1 : Rrpp (Ros) x Rrpp
G2 : Rp, rp Rp, rp
Rp rp
Rp RRpp (Ros) Rrpp (Ros)
rp Rrpp (Ros) rrpp (singe)
Rasio Fenotip :
Pial ros : pial single = 3: 1 (75% : 25%)
Apabila ayam berpial biji (pea) galur murni dikawinkan dengan ayam berpial bilah
(single), maka F1 100 % berpial biji (pea) dan F2 terdiri dari 75 % berpial biji
(pea) dan 25 % bilah (single) ini berarti bahwa pial biji (pea) dominan terhadap pial
bilah (single).
b. Apabila ayam berpial biji (pea) galur murni dikawinkan dengan ayam berpial gerigi
(ros)galur murni, maka F1 100% berpial sumpel (walnut). Jadi sifat pialnya
berbeda dengan tetua jantan maupun tetua betina, sedangkan pada F2-nya diperoleh
4 macam fenotipe dengan perbandingan sebagai berikut pial sumpel (walnut) : pial
gerigi (ros) : pial biji (pea) : pial bilah (single) = 9:3:3:1.
Penyimpangan pada peristiwa atavisme tidak menyangkut perbandingan
fenotipe pada F2 tetapi muncul 2 sifat baru yang berbeda dengan kedua tetuanya,
yaitu sumpel (walnut) dan bilah (single). Perhatikan penyimpangan pada
perkawinan antara ayam berpial gerigi (rose) (RRpp) dan pial biji (pea) (rrPP)
berikut
P1 : RRpp x rrPP
rose biji (pea)
G1 : Rp rP
F1 : RrPp (walnut)
P2 : RrPp RrPp
walnut walnut
G2 : RP, Rp, rP, rp
F2 :
14
♂
RP Rp rP rp
♀
RRPP RRPp RrPP RrPp
RP
(Walnut) (Walnut) (Walnut) (Walnut)
RRPp RRpp RrPp Rrpp
Rp
(Walnut) (ros) (Walnut) (ros)
RrPP RrPp rrPP rrPp
rP
(Walnut) (Walnut) (pea) (pea)
RrPp Rrpp rrPp rrpp
rp
(Walnut) (ros) (pea) (single)
Keterangan:
a. Semua kombinasi yang memiliki gen dominan R dan P berpial sumpel (walnut).
b. Semua kombinasi yang mengandung faktor R saja tanpa P berpial gerigi (Ros).
c. Semua kombinasi yang mengandung faktor P saja tanpa R berpial biji (pea).
d. Semua kombinasi yang tidak mengandung faktor P dan R, berpial bilah (single).
Penyimpangan yang tampak pada penyilangan dihibrid berdasarkan diagram
tersebut adalah keturunan F1 tidak menyerupai salah satu tetuanya (tidak berpial
ros dan tidak berpial pea) serta munculnya dua sifat baru, yaitu sifat pial sumpel
sebagai hasil interaksi dua faktor dominan yang berdiri sendiri-sendiri dan sifat pial
bilah sebagai hasil interaksi dua faktor resesif pada fenotip F2.
2. Epistasis-hipostasis
Epistasis dan hipostasis adalah suatu bentuk interaksi antara gen yang
menutupi ekspresi gen lainnya yang bukan sealel, meskipun yang ditutupi bersifat
dominan. Gen yang menutup gen dominan lainnya disebut epistasis dan gen
dominan yang tertutupi ekspresinya disebut hipostasis. Epistasis dibedakan menjadi
beberapa macam, yakni epistasis dominan, epistasis resesif, epistasis gen dominan
rangkap dan epistasis gen dominan rangkap dengan efek kumulatif
a. Epistasis Dominan
Epistasis dominan terjadi jika gen yang menutupi kerja gen lainnya
bersifat dominan. Gen dominan ini dapat menutupi gen dominan lain yang
bukan sealel. Rasio fenotip pada peristiwa epistasis dominan adalah 12:3:1.
Contoh pada percobaan perkawinan labu (Cucurbita pepo). Sifat warna
labu dikendalikan oleh dua pasang alel dalam lokus berbeda, yakni warna putih
(P) dominan terhadap warna hijau (p) dan warna kuning (K) dominan terhadap
warna hijau (k). Gen yang mengkode warna putih (P) bersifat epistasis
(menutupi) sedangkan gen K (kuning) dan gen k (hijau) merupakan gen
hipostasis (ditutupi) sehingga jika gen dominan P muncul bersama-sama dengan
gen dominan K, maka akan muncul warna putih. Diagram perkawinan pada labu
berwarna putih homozigot dikawinkan dengan labu berwarna kuning homozigot
adalah sebagai berikut
P1 : PPkk x ppKK
Putih kuning
G1 : Pk pK
F1 : PpKk (putih)
P2 : PpKk PpKk
Putih Putih
15
G2 : PK, Pk, pK, pk PK, Pk pK, pk
F2 :
♂
PK Pk pK Pk
♀
PpK
PK PPKK PPKk PpKk
K
Pk PpKk Ppkk PpKk Ppkk
ppK
pK PpKK PpKk ppKk
K
pk PpKk Ppkk ppKk Ppkk
12 PPKK, PpKK, PpKk, Ppkk (putih)
3 ppKK, ppKk (kuning)
1 ppkk (hijau)
Jadi rasio fenotip pada F2 = putih : kuning : hijau = 12:3:1
b. Epistasis Resesif
Epistasis resesif terjadi jika gen-gen yang menutupi ekspresi gen lainnya
bersifat homozigot resesif. Gen resesif ini dapat menutupi gen lainnya yang bersifat
dominan, baik sealel maupun tidak sealel. Perbandingan fenotip pada F2 dalam
peristiwa ini adalah 9:3:4. Contoh peristiwa epistasis resesif ditemukan pada
karakter warna rambut tikus
Sifat warna rambut tikus dikendalikan oleh kerja dua macam enzim yang
masing-masing dikendalikan oleh gen dominan B (hitam) dan G (abu-abu). Jika
gen B dan G berada bersama-sama maka akan memunculkan warna abu-abu, jika
hanya terdapat gen dominan B akan memunculkan warna hitam. Jika terdapat alel
resesif bb akan memunculkan warna putih. Jadi alel homozigot bb merupakan gen
epistasis (menutupi). Gen dominan G dan B merupakan gen hipostasis (ditutupi).
Diagram perkawinan pada tikus berambut hitam (BBgg) dengan tikus berambut
putih (bbGG) adalah sebagai berikut.
P1 : BBgg x bbGG
Hitam putih
G1 : Bg bG
F1 : BbGg (abu-abu)
P2 : BbGg BbGg
Abu-abu abu-abu
G2 : BG, Bg, bG, bg BG, Bg, bG, bg
F2 :
♂
BG Bg bG Bg
♀
BBG
BG BBGg BbGG BbGg
G
Bg BBGg BBgg BbGg Bbgg
bG BbGG BbGg bbGG bbGg
16
bg BbGg Bbgg bbGg bbgg
Fenotip :
9 BBGG, BbGG, BbGg (abu-abu)
3 BBgg, Bbgg (hitam)
4 bbGG, bbGg, bbgg (putih)
Jadi rasio fenotip pada F2 = abu-abu : hitam : putih = 9:3:4
c. Epistasis Gen Dominan Rangkap
Epistasis gen dominan rangkap terjadi jika dua gen dominan atau lebih
menghasilkan satu fenotip dominan yang sama. Namun jika tidak ada satu pun gen
dominan, maka sifat resesif akan muncul. Contoh kasus epistasis gen dominan
rangkap adalah pada karakter bentuk kapsul biji tanaman Capsella bursa-pastoris.
Gen dominan A dan B, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri dalam
genotip mengakibatkan kapsul biji bentuk segitiga. Namun, jika tidak ada gen
dominan, kapsul biji berbentuk oval.
Perkawinan tanaman Capsella bursa-pastoris yang memiliki kapsul bentuk
biji bentuk segitiga bergenotip homozigot dengan kapsul bentuk oval dapat dilihat
pada diagram berikut.
P1 : AABB x aabb
Kapsul biji segitiga kapsul biji oval
G1 : AB ab
F1 : AaBb (Kapsul biji bentuk segitiga)
P2 : AaBb AaBb
Kapsul biji segitiga Kapsul biji segitiga
G2 : AB, Ab, aB, ab AB, Ab, aB, ab
F2 :
♂
AB Ab aB ab
♀
AAB AaB
AB AABb AaBb
B B
Ab AABb AAbb AaBb Aabb
aB AaBB AaBb aaBB aaBb
ab AaBb Aabb aaBb aabb
15 AABB, AABb, Aabb AaBB, AaBb, Aabb, aaBB, aaBb (kapsul bentuk
segitiga)
1 aabb (kapsul bentuk oval)
Jadi rasio fenotip pada F2 = kapsul biji bentuk segitiga : kapsul biji bentuk oval =
15:1
d. Epistasis Gen Rangkap dengan Efek Kumulatif
Epistasis gen rangkap dengan efek kumulatif terjadi jika kondisi dominan,
baik homozigot maupun heterozigot pada salah satu lokus menghasilkan fenotop
17
yang sama. Contoh epistasis gen rangkap dengan efek kumulatif adalah pada
karakter warna biji gandum (Hordeum vulgare). Genotip dominan pada masing-
masing lokus menghasilkan satu unit pigmen secara bebas sehingga genotip Aabb,
Aabb dan aaBB, aaBb menghasilkan satu unit pigmen dengan fenotip yang sama.
Genotip aabb tidak menghasilkan pigmen, sedangkan genotip A_B_ menghasilkan
dua unit pigmen dan efeknya kumulatif menjadi ungu tua. Perhatikan diagram
perkawinan berikut.
P1 : AABB x aabb
Ungu tua putih
G1 : AB ab
F1 : AaBb (Ungu tua)
P2 : AaBb AaBb
Ungu tua Ungu tua
G2 : AB, Ab, aB, ab AB, Ab, aB, ab
F2 :
♂
AB Ab aB ab
♀
AAB AaB
AB AABb AaBb
B B
Ab AABb Aabb AaBb Aabb
aB AaBB AaBb aaBB aaBb
ab AaBb Aabb aaBb aabb
9 AABB, AABb, AaBB, AaBb (ungu tua)
3 AAbb, Aabb (ungu)
3 aaBB, aaBb (ungu)
1 aabb (putih)
Jadi rasio fenotip F2 ungu tua : ungu : putih = 9:6:1
Kesimpulan :
Rasio Fenotip F2 Pada Peristiwa Epistasis-Hipostasis adalah sebagai berikut.
a. Epistasis dominan ; 12:3:1
b. Epistasis resesif ; 9:3:4
c. Epistasis gen dominan rangkap; 15:1
d. Epistasis gen dominan rangkap dengan efek kumulatif : 9:6:1
3. Kriptomeri
Kriptomeri adalah gen dominan yang seolah-olah tersembunyi apabila berdiri
sendiri-sendiri dan pengaruhnya baru tampak apabila bersama-sama dengan gen
dominan lainnya. Pada perkawinan tumbuhan Linaria maroccana berbunga merah galur
murni dengan yang berbunga putih juga galur murni diiperoleh F1 semua berbunga
ungu, sedangkan F2 terdiri atas tanaman Linaria maroccana berbunga ungu : merah :
putih dengan rasio 9 : 3 : 4. Berdasarkan penyelidikan terhadap plasma sel bunga
Linaria, ternyata warna merah disebabkan oleh adanya pigmen antosianin dalam
lingkungan plasma sel yang bersifat asam, sedangkan dalam lingkungan basa akan
memberikan warna ungu. Tetapi apabila dalam plasma sel tidak terdapat antosianin,
18
dalam lingkungan asam atau basa tetap akan membentuk warna putih. Gen yang
mengendalikan antosianin (A) bersifat dominan terhadap gen yang mengendalikan tidak
adanya antosianin (a). Sementara itu, gen yang mengendalikan plasma sel bersifat basa
(B) bersifat dominan terhadap gen yang mengendalikan plasma sel bersifat asam (b).
Diagram perkawinan bunga Linaria maroccana adalah sebagai berikut
P1 : AAbb x aaBB
Merah putih
G1 : Ab aB
F1 : AaBb (Ungu)
P2 : AaBb AaBb
Ungu Ungu
G2 : AB, Ab, aB, ab AB, Ab, aB, ab
F2 :
♂
AB Ab aB ab
♀
AAB AaB
AB AABb AaBb
B B
Ab AABb AAbb AaBb Aabb
aB AaBB AaBb aaBB aaBb
ab AaBb Aabb aaBb aabb
9AABB, AABb, AaBB, AaBb ungu
3 AAbb, Aabb (merah)
4 aaBB, aaBb, aabb (putih)
Jadi perbandingan fenotip pada F2 adalah bunga berwarna ungu : merah : putih = 9:3:4
4. Komplementer
Komplementer adalah gen-gen dominan yang saling melengkapi dalam
mengekspresikan suatu sifat, contoh pada karakter warna bunga Lathyrus odoratus.
Warna pada bunga tersebut dikendalikan oleh gen penumbuh bahan dasar untuk
membentuk pigmen (C) dan enzim pengubah bahan mentah pigmen menjadi antosianin
(P). Jika terdapat gen C maupun P, bunga berwarna ungu. Jika hanya terdapat satu gen
dominan atau tidak ada gen dominan, maka bunga berwarna putih. Perhatikan
perkawinan bunga berwarna putih bergenotip CCpp dengan bunga putih bergenotip
ccPP berikut.
P1 : CCpp x ccPP
putih putih
G1 : Cp cP
F1 : CcPp (Ungu)
P2 : CcPp CcPp
Ungu Ungu
♂ G2 : CP, Cp, cP, cp CP,
CP Cp cP Cp
♀ Cp, cP, cp
F2 :
CP CCPP CCPp CcPP CcPp
Cp CCPp CCpp CcPp Ccpp
19
cP CcPP CcPp ccPP ccPp
cp CcPp Ccpp ccPp Ccpp
9 C_P_ (ungu)
3 C_pp (putih)
3 ccP_ (putih)
1 ccpp (putih)
Jadi rasio fenotip F2 ungu : putih = 9:7
20