Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KONSEP DASAR TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“TEORI KONSTRUKTIVISME : PIAGET, VYGOTSKY”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu :

Dr. Yunita Dwi Setyoningsih, S.Psi, M.Pd

Disusun Oleh :

Vina Nur Fatikha Rizqi (210801047)

Laulatun Nurizkiyah (210801071)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji Syukur kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan Rahmat, taufik,
hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“KONSEP DASAR TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN, TEORI
KONSTRUKTIVISME : PIAGET, VYGOTSKY”. Sebagai tugas mata kuliah Psikologi
Pendidikan. Di Uneversitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.

Sholawat serta salam tetap tercurahlimpahkan keepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW. Yang mana telah membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
Islamiyah yakni addinul islam.

Kami banyak berterimakasih kepada ibu Dr. Yunita Dwi Setyoningsih, S.Psi, M.Pd.
Selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan atas bimbingan, petunjuk dan
dorongannya. Kami hanya bisa berdoa memohon kepada Allah SWT, semoga jerih payah
menjadi amal sholeh.

Harapan kami semoga makalah yang telah kai buat dapat bermanfaat bagi penulis dan
khususnya pembaca pada umumnya. Agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai “KONSEP DASAR TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN, TEORI
KONSTRUKTIVISME : PIAGET, VYGOTSKY”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik sangat kami butuhka agar bisa mencapai kesempurnaan, semoga kedepan
makalah ini dapat jauh lebih baik dan bermanfaat bagi penulis atau pembacanya.

Bojonegoro,13 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. Definisi Konstruktivisme .............................................................................................. 3
1. Definisi Konstruktivisme Menurut Para Ahli ............................................................. 3
2. Konsep Dasar Konstruktivisme ................................................................................... 4
3. Konstruktivisme dalam Pembelajaran ......................................................................... 6
4. Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme ................................................................ 6
5. Ciri-Ciri Pembelajaran Konstruktivisme ..................................................................... 7
B. Biografi Tokoh Teori Belajar Konstruktivisme ......................................................... 8
1. Biografi Singkat Jean Piaget ....................................................................................... 8
2. Biografi Singkat Vygotsky .......................................................................................... 9
C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Konstruktivisme ...................................................... 10
D. Model-Model Pembelajaran Konstruktivisme ......................................................... 11
E. Strategi Pembelajaran Teori Konstruktivisme ........................................................ 13
F. Implikasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran ............................ 14
G. Peran Guru Dalam Pembelajaran Konstruktivisme ........................................... 15
H. Kelebihan dan Hambatan dalam Teori Belajar Konstruktivisme ..................... 17
BAB III .................................................................................................................................... 19
PENUTUP................................................................................................................................ 19
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 19
B. Saran ............................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan ilmiah mengalami perkembangan terus
menerus, mulai dari definisi tradisional, transisi dan modern. Dalam definisi
tradisional pendidikan diartikan sebagai usaha kaum dewasa unuk mendewasakan
anak yang belum dewasa. Pendidikan tentunya memiliki tujuan yang sangat mulia,
agar peserta didik dapat hidup bermartabat di tengah masyarakat, baik secara
pribadi, maupun sebagai dari anggota masyarakat. Oleh karena itu proses
pendidikan harus diarahkan pada peningkatan penguasaan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka
pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Pendidikan selalu diarahkan
untuk kesejahteraan peserta didik dan masyarakat, sehingga dalam prosesnya
selalu memuat nilai-nilai positif, konstruktif, dan normatif. (Helwig .n.d)
Psikologi pendidikan juga disebut sebagai cabang psikologi yang khusus
mengkaji berbagai perilaku individu dalam kaitannya dengan pendidikan,
tujuannya adalah menemukan fakta, generalisasi dan teori-teori psikologis yang
berkaitan dengan praktik pendidikan dan digunakan untuk melakukan proses
pendidikan secara efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi konstruktivisme ?
2. Siapa tokoh teori belajar konstruktivisme ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivisme ?
4. Bagaimana model-model pembelajaran konstruktivisme ?
5. Bagaimana strategi pembelajaran konstruktivisme ?
6. Bagaimana implikasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran ?
7. Bagaimana peran guru dalam pembelajaran konstruktivisme ?
8. Apa saja kelebihan dan hambatan dalam Teori Belajar Konstruktivisme ?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui definisi konstruktivisme
2. Untuk mengetahui tokoh teori belajar konstruktivisme
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivisme

1
4. Untuk mengetahui model-model pembelajaran konstruktivisme
5. Untuk mengetahui strategi pembelajaran konstruktivisme
6. Untuk mengetahui implikasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran
7. Untuk mengetahui peran guru dalam pembelajaran konstruktivisme
8. Untuk mengetahui kelebihan dan hambatan dalam teori belajar
konstruktivisme

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Konstruktivisme
Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. "Konstruktiv" bersifat
membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia
"Isme" berarti paham atau aliran. "Konstruktivisme" merupakan aliran filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi
kita sendiri atau usaha dalam membangun atau menambah pengetahuan dari dalam
diri kita sendiri. Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan bahwa
anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar
secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang
lebih tinggi. Artinya adalah siswa menciptakan bagaimana metode yang tepat agar
optimal dalam sebuah pembelajaran, dan guru sebagai fasilitator.

1. Definisi Konstruktivisme Menurut Para Ahli


Bebarapa definisi tentang pendekatan konstruktivisme menurut ahli
pendidikan
a. Pendekatan Konstruktivisme adalah pembelajaran yang menekankan pada
peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna
terhadap informasi atau peristiwa yang dialami. (Woolfolk, 2004)
b. Pendekatan Konstruktivisme adalah cara belajar mengajar yang bertujuan
untuk memaksimalkan pemahaman siswa. (Donald et al. 2006)
c. Konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif dan
pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. (Karli and
Yuliariatiningsih, 2003)

Dari pengertian pembelajaran konstruktivisme di atas dapat disimpulkan


bahwa, kontruktivisme adalah suatu pandangan yang mendasarkan bahwa orang
yang sedang belajar diawali dengan memperoleh pengetahuan atau konstruksi
(bentukan) dari kognitif yang pada akhir prosesnya akan menciptakan hasil
belajar dari apa yang diupayakan sendiri. Konstruktivisme merupakan salah satu
aliran yang berasal dari teori belajar kognitif. Tujuan penggunaan pendekatan

3
Konstruktivisme dalam pembelajaran adalah untuk membantu meningkatkan
pemahaman siswa.

2. Konsep Dasar Konstruktivisme


Berikut ini merupakan beberapa konsep dasar dari teori konstruktivisme
a. Siswa Sebagai Individu yang Unik
Teori konstruktivisme berpandangan bahwa pembelajar merupakan
individu yang unik dengan kebutuhan dan latar belakang yang unik pula.
Dalam teori ini tidak hanya memperkenalkan keunikan dan kompleksitas
pembelajar tetapi juga secara nyata mendorong, memotivasi dan memberi
penghargaan kepada siswa sebagai integral dari proses pembelajaran.
Keunikan yang dimaksud misalnya adalah setiap siswa memiliki
background yang berbeda, seperti sosial budaya, keluarga, kepribadian,
serta minat dan hobi yang membuktikan bahwa setiap siswa memiliki
keunikannya sendiri. Keunikan tersebut akan memengaruhi belajar siswa,
khususnya gaya belajar. Dapat disimpulkan bahwa setiap siswa memiliki
gaya belajar yang berbeda yang akan memengaruhi kecepatan dalam
menyerap materi yang diajarkan oleh guru. Keunikan dan kecepatan
belajar siswa merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Kedua hal
tersebut tidak dapat ditukar dalam artian guru harus menerapkan model
mengajar yang dapat menyesuaikan keunikan dan kecepatan belajar siswa
di kelas. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan, guru harus menghargai keunikan dan kecepatan belajar siswa
b. Self Regulated Leaner (Pembelajar yang dapat mengelola diri sendiri )
Siswa dikembangkan menjadi seorang yang memiliki pengetahuan
tentang strategi belajar yang efektif, yang sesuai dengan gaya belajarnya
dan tahu bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu dalam
situasi pembelajaran yang berbeda. Self Regulated Leaner termotivasi
untuk belajar oleh dirinya sendiri, bukan dari nilai yang diperolehnya
sebagai hasil belajar atau karena motivasi eksternal yang lain, misalnya
dari guru atau orang tuanya.
c. Tanggung jawab Pembelajaran
Konstruktivisme berpandangan bahwa tanggung jawab belajar
bertumpu kepada siswa. Siswa harus aktif dalam proses pembelajaran.

4
d. Motivasi Pembelajaran
Motivasi belajar secara kuat bergantung kepada kepercayaan siswa
terhadap potensi belajarnya sendiri. Perasaan kompeten dan kepercayaan
terhadap potensi untuk memecahkan masalah baru, diturunkan dari
pengalaman langsung di dalam menguasai masalah pada masa lalu. Maka
dari itu belajar dari pengalaman akan memperoleh kepercayaan diri, serta
motivasi untuk menyelesaikan masalah yang lebih kompleks lagi.
e. Peran Guru Sebagai Fasilitator
Jika seorang guru menyampaikan kuliah/ceramah yang menyangkut
pokok bahasan, maka fasilitator membantu siswa untuk memperoleh
pemahamannya sendiri terhadap pokok bahasan/konten kurikulum.
f. Kolaborasi Antar pembelajar
Pembelajar dengan keterampilan dan latar belakang yang berbeda
diakomodasi untuk melakukan kolaborasi dalam penyelesaian tugas dan
diskusi-diskusi agar mencapai pemahaman yang sama tentang kebenaran
dalam suatu wilayah bahasan yang spesifik.
g. Proses Top-Down (Proses dari Atas ke Bawah)
Dalam proses ini pembelajaran dimulai dengan pemberian dan
pelatihan keterampilan dasar dan secara bertahap diberikan keterampilan
yang lebih kompleks”.
Sebuah contoh, pada pembelajaran dengan pendekatan top-down,
siswa mungkin terlebih dahulu belajar untuk menemukan berapa uang
yang diperlukan untuk membeli 2 buah pensil yang harganya Rp. 2.500,-.
Mereka diberi persoalan yang terkait kehidupan sehari-hari yang
sebenarnya lebih komplek dan rumit bila dibanding konsep dasar
perkalian pada mata pelajaran matematika. Nah, setelah siswa dapat
menemukan uang yang dibutuhkan untuk membeli dua pensil yang
harganya Rp. 2.500,- adalah sebesar Rp. 5.000,- barulah mereka diajak
untuk menemukan konsep perkalian dengan bilangan yang lebih
sederhana, misalnya 2 x 15, dll. Pada pendekatan top-down yang berkaitan
dengan implikasi teori konstruktivis ini, sering pula persoalan komplek
dimunculkan oleh siswa sendiri, bukannya dari guru, ketika mereka
menemukan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

5
Contoh lain misalnya, pada pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa
dapat diberi tugas mengarang. Kita ketahui tugas mengarang adalah
sebuah tugas yang amat komplek dan rumit. Nah, setelah mereka berhasil
membuat sebuah karangan, barulah guru mengajarkan akan tentang ejaan,
tanda baca, atau tata bahasa. Jadi permasalahan pembelajaran
dimunculkan dari tugas otentik, bukan dibuat-buat oleh guru Bahasa
Indonesia. Guru tidak langsung mengajarkan ejaan dengan langsung
membahas ejaan lalu menerapkannya dalam tugas mengarang, tetapi
urutan langkahnya adalah sebaliknya. Kelebihan pendekatan top-down
adalah, pada pembelajaran, siswa diajak berpikir bagaimana cara
memecahkan suatu masalah atau tugas dengan lebih aktif. (Ratna
Yudhawati dan Dany Haryanto, 2011)

3. Konstruktivisme dalam Pembelajaran


Guru dapat membantu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka untuk belajar. (Ibrahim and Nur
2000)
Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak
hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Pendekatan konstruktivisme
menghendaki siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri.
Guru dapat membantu proses ini dengan cara mengajar yang membuat informasi
lebih bermakna dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ide-ide mereka. Guru dapat memberi siswa tangga yang
dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun
harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut.

4. Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme


Pembelajaran konstruktivistik menempatkan siswa dalam konteks bermakna
yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang
dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan
peran guru.
Hal-hal yang harus diperhatikan seorang guru dalam menggunakan
pendekatan pengajaran konstruktivistik (Sarnoto, 2015)

6
a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan
mental siswa (developmentally appropriate);
b. Membentuk group belajar yang saling ketergantungan (interdependent
learning group);
c. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri
(selfregulated learning) yang mempunyai karakteristik: kesadaran
berfikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan;
d. Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of student);
e. Memperhatikan multi-intelegensi siswa (mltiple intelligences),
f. Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran
siswa, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berfikir
tingkat tinggi;
g. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment)

5. Ciri-Ciri Pembelajaran Konstruktivisme


Ciri-ciri pembelajaran konstruktivis menurut beberapa literatur
(Yulaelawati,2004)
a. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang
telah ada sebelumnya
b. Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia
c. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan
berdasarkan pengalaman
d. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna
melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam
berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain
e. Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian
harus terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang
terpisah.
Dapat disimpulkan bahwa, ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme yaitu
melalui proses belajar dengan kegiatan yang aktif, di mana peserta didik
membangun sendiri pengetahuan, keterampilan dan tingkah lakunya. Peserta
didik mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Peserta didik sendirilah yang
bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Mereka sendiri yang membuat
penalaran dengan apa yang dipelajarinya, dengan cara mencari makna,

7
membandingkan dengan apa yang telah ia ketahui dengan pengalaman dan situasi
baru.

B. Biografi Tokoh Teori Belajar Konstruktivisme

1. Biografi Singkat Jean Piaget


Jean Piaget adalah seorang psikolog dan filsuf Swiss yang lahir pada 9
Agustus 1896 dan meninggal pada 16 September 1980. Dia adalah salah satu
tokoh paling berpengaruh dalam teori pembelajaran konstruktivisme. Ayahnya
adalah ahli sejarah yang mengkhususkan diri di bidang sejarah literature abad
pertengahan. Dia menunjukkan minat awal dalam biologi, dan penelitiannya
awalnya berfokus pada zoologi dan mulai mempublikasikan artikel satu
halaman tentanv burung pipit albino yang dilihatnya ditaman. Antara usia 15
dan 18 tahun, ia mempublikasikan artikel tentang kerang. Meskipun memiliki
minat dalam biologi, Piaget juga tertarik pada filsafat dan psikologi. Ini
memimpinnya untuk mengejar studi dalam psikologi dan filsafat di
Universitas Neuchâtel. Piaget mendapat gelar Ph.D. di bidang biologi saat
masih berumur 21 tahun . Pada tahun 1920 ia memulai penelitiannya dalam
psikologi anak pada tahun. Dia melakukan pengamatan dan eksperimen
terhadap anak-anak untuk memahami perkembangan kognitif mereka. Salah
satu kontribusi terbesar Piaget adalah teori perkembangan kognitif yang
membagi perkembangan anak-anak menjadi empat tahap: sensorimotor,
praoperasional, konkret-operasional, dan operasional formal.
Piaget mengembangkan teori konstruktivisme yang mengatakan bahwa
anak-anak aktif dalam membangun pengetahuan mereka sendiri melalui
interaksi dengan lingkungan. Mereka mengembangkan pemahaman mereka
melalui proses asimilasi dan akomodasi. Karya-karya Penting Piaget
diantaranya ialah beberapa buku terkenalnya yaitu "The Language and
Thought of the Child" (1923) dan "The Construction of Reality in the Child"
(1937). Karya Piaget telah memiliki dampak besar dalam bidang pendidikan,
psikologi perkembangan, dan pendidikan anak-anak. Teorinya telah
membantu kita memahami bagaimana anak-anak belajar dan berkembang.
Jean Piaget menerima banyak penghargaan selama hidupnya, termasuk
Penghargaan Erasmus, Penghargaan Balzan, dan Penghargaan Nobel dalam
Kebudayaan dan Ilmu Sosial. Jean Piaget tetap dihormati sebagai salah satu

8
tokoh paling berpengaruh dalam psikologi perkembangan dan
konstruktivisme, dan karyanya terus memberikan kontribusi berharga dalam
dunia pendidikan dan psikologi anak-anak.

2. Biografi Singkat Vygotsky


Lev Semyonovich Vygotsky dilahirkan di Orsha, Belarus, yang saat itu
merupakan bagian dari kekaisaran Rusia, tepatnya pada tanggal 17 November
1896, dan berketurunan Yahudi. Dia tumbuh dalam lingkungan multikultural
dan multibahasa. Vygotsky belajar di Universitas Moskow, dimana ia
mempelajari sastra, sejarah, dan psikologi. Ia sangat terpengaruh oleh karya-
karya psikolog seperti Jean Piaget dan Sigmued Freud. Ia tertarik pada
psikologi saat berusia 28 tahun. Sebelumnya, ia lebih menyukai dunia sastra.
Awalnya, ia menjadi guru sastra di sebuah sekolah, namun pihak sekolah juga
memintanya untuk mengajarkan psikologi. Padahal, ia sama sekali tidak
pernah mengenyam pendidikan formal di fakultas psikologi sebelumnya.
Namun, inilah skenario yang membuatnya menjadi tertarik untuk menekuni
psikologi, hingga akhirnya ia melanjutkan kuliah di program studi psikologi,
di Institute Psikologi Moscow pada tahun 1952. Salah satu kontribusi utama
Vygotsky adalah konsep Zona Pengembangan Proksimal (ZPD). Ia
berpendapat bahwa anak-anak belajar paling efektif ketika mereka dibantu
dalam mencapai sesuatu yang berada di luar kemampuan mereka sendiri,
tetapi masih dapat dicapai dengan bantuan orang dewasa atau teman sebaya.
Vygotsky sangat menekankan peran budaya dan sosial dalam perkembangan
kognitif. Ia percaya bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi dengan
orang lain dan melalui bahasa. Bagi Vygotsky, bahasa adalah alat intelektual
yang paling penting. Ia mengemukakan bahwa perkembangan bahasa dan
pemikiran saling terkait erat. Lev Vygotsky meninggal pada usia yang relatif
muda, yaitu pada 11 Juni 1934, karena penyakit tuberkulosis.
Karya-karya Vygotsky, terutama tentang konstruktivisme sosial dan Zona
Pengembangan Proksimal, tetap memiliki pengaruh yang kuat dalam
pendidikan dan psikologi perkembangan. Konsep-konsepnya telah menjadi
dasar bagi pendekatan pembelajaran kolaboratif dan berpusat pada siswa. Lev
Vygotsky dianggap sebagai salah satu tokoh utama dalam teori
konstruktivisme sosial, yang menekankan peran penting interaksi sosial,

9
budaya, dan bahasa dalam proses pembelajaran anak-anak. Pemikiran dan
kontribusinya terus memengaruhi praktik pendidikan dan penelitian psikologi
perkembangan hingga saat ini.

C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Konstruktivisme


Konstruktor dalam pembelajaran konstruktivisme berpengetahuan aktif dan
memiliki prinsip prinsip sebagai berikut:
1. Belajar selalu merupakan sebuah proses aktif. Pembelajar secara aktif
mengkonstruksikan belajarnya dari berbagai macam input yang diterimanya.
Hal ini mengisyaratkan bahwa pembelajar perlu bersikap aktif agar dapat
belajar secara efektif. Belajar adalah tentang membantu untuk
mengkonstruksikan makna mereka sendiri, bukan tentang "mendapatkan
jawaban yang benar" karena dengan cara seperti ini siswa dilatih untuk
mendapatkan jawaban yang benar tanpa benar-benar memahami konsepnya
(Muijs, & Reynolds, 2009).
2. Belajar paling baik dengan menyelesaikan berbagai konflik kognitif (konflik
dengan berbagai ide dan konsepsi lain) melalui pengalaman, refleksi, dan
metakognisi (Beyer, 1985).
3. Bagi konstruktivis, belajar adalah pencarian makna, Pembelajar secara aktif
berusaha mengkonstruksikan makna. Dengan demikian guru mestinya
berusaha mengkonstruksikan berbagai kegiatan belajar seputar ide-ide besar
dan eksplorasi yang memungkinkan pembelajar untuk mengkonstruksikan
makna.
4. Konstruksi pengetahuan bukan sesuatu yang bersifat individual semata-mata.
Belajar juga dikonstruksikan secara sosial, melalui interaksi dengan teman
sebaya, guru, orang tua dan sebagainya. Dengan demikian yang terbaik adalah
adalah mengkonstruksi u topik.
5. Elemen lain yang berakar pada fakta bahwa pembelajar secara individual dan
kolektif mengkonstruksilan pengetahuan adalah bahwa agar efektif guru harus
memiliki pengetahuan yang baik tentang perkembangan anak dan teori belajar,
sehingga mereka dapat menilai secara lebih akurat belajar seperti apa yang
dapat terjadi.
6. Di samping itu belajar selalu dikonseptualisasikan. Kita tidak mempelajari
fakta-fakta secara murni abstrak, tetapi selalu dalam hubungannya dengan apa

10
yang telah kita ketahui. Kita juga belajar dalam kaitannya dengan prakonsepsi
kita. Ini berarti bahwa kita dapat belajar dengan paling baik bila pembelajaran
baru itu berhubungan secara eksplisit dengan apa yang telah kita ketahui.
7. Belajar secara betul-betul mendalam berarti mengkonstruksikan pengetahuan
secara menyeluruh, dengan mengeksplorasi dan menengok kembali mated
yang kita pelajari dan bukan dengan cepat pindah dari satu topik seperti pada
pendekatan pengajaran langsung. Murid hanya dapat mengkonstruksikan
makna bila mereka dapat melihat keseluruhannya.
8. Mengajar adalah sebagai pemberdayaan pembelajar, dan memungkinkan
pembelajar untuk menemukan dan melakukan refleksi terhadap pengalaman-
pengalaman realistis. Dapat menghasilkan pembelajaran otentik dan
pemahaman yang lebih dalam bila dibandingkan dengan memorisasi
permukaan yang sering menjadi ciri pendekatan-pendekatan mengajar lainnya
(Von Glassersfeld, 1989). Hal ini membuat kaum konstruktivis percaya bahwa
lebih baik menggunakan bahan-bahan hands-on dari riil daripada texbook.

D. Model-Model Pembelajaran Konstruktivisme


Berdasarkan jenis dan bentuknya model pembelajaran konstruktivisme,
terdapat tiga model, yakni;
1. Model Konstruktivisme "Siklus Belajar" dengan tahapan:
 Diskaveri, di mana para siswa didorong untuk membuat pertanyaan-
pertanyaan terbuka maupun hipotesis-hipotesis.
 Pengenalan Konsep, dalam hal ini guru mempertanyakan konsep-
konsep yang berhubungan dengan topik itu.
 Aplikasi Konsep, dengan menerapkan konsep-konsep yang
dikemukakan tahap 1 & 2 serta boleh mengulangi tahapannya lagi.
2. Model Konstruktivisme Gagnon & Collay dengan tahapan:
 Situasi
Gambarkan situasi tertentu yang berhubungan dengan tema/topik
pembahasan.
 Pengelompokan
Buat kelompok bisa berdasarkan no urut maupun campuran tingkat
kecerdasannya.
 Jembatan

11
Memberikan suatu masalah sederhana/permainan/ teka-teki untuk
dipecahkan.
 Pertanyaan
Buat pertanyaan pembuka maupun kegiatan inti agar siswa tetap
termotivasi untuk belajar lebih jauh.
 Mendemonstrasikan
Memajangkan/memamerkan/menyajikan hasil kerja siswa di kelas.
 Refleksi
Merenungkan, menindak-lanjuti laporan kelompok yang
dipresentasikan.
3. Model Konstruktivisme Mc Clintock dan Black, dengan tahapan:
 Observasi
Siswa melakukan observasi terutama atas sumber-sumber, materi-
materi, foto, gambar, rekaman video, & permainan ttg kebudayaan
daerah.
 Konstruksi Interpretasi
Siswa menginterpretasikan pengmt dan memberikan penjelasan.
 Kontekstualisasi
Siswa membangun konteks untuk penjelasan mereka.
 Belajar keahlian kognitif
Guru membantu pengamatan, penguasaan siswa, interpretasi, dan
kontekstualisasi.
 Kolaborasi
Para siswa bekerja sama dalam observasi, menafsirkan, dan
kontekstualisasi.
 Interpretasi jamak
Para siswa memperoleh fleksibilitas kognitif dengan memiliki
kemampuan mengunjukkan berbagai penafsiran dari berbagai
perspektif.
 Manifestasi jamak
Siswa memperoleh transferabilitas dengan melihat berbagai
penjelmaan penafsiran yang beragam (Supardan, 2015: 175-177,
2004:5).

12
E. Strategi Pembelajaran Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri
dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Dalam
teori ini guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun sendiri di dalam benaknya, dengan arti kata siswa harus aktif.
Sementara guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa belajar.
Sebagai fasilitator guru dituntut menggunakan strategi–strategi belajar aktif. Dalam
dunia pendidikan strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sanjaya, 2010:
126).
Strategi pembelajaran aktif dimaknai dengan serangkaian upaya yang
dilakukan untuk membuat proses pembelajaran berjalan sesuai dengan konsep yang
sebenarya. Sebuah proses pembelajajaran pada dasarnya adalah harus mampu
menciptakan kondisi yang memungkinkan para siswanya belajar. Dalam
pembelajaran aktif, peranan pengajar bukanlah satu-satunya narasumber dan yang
paling banyak menggunakan waktunya di kelas. Pengajar lebih banyak berperan
sebagai fasilitator yang bertugas memandu, mendampingi dan memberikan
pengarahan kepada para siswa agar mereka dapat mengarah pada pencapaian tujuan
belajar.
Kaitannya dengan konstruktivisme di atas, bahwa dalam pembelajaran
guru/dosen dapat pula menggunakan strategi-strategi pembelajaran aktif sebagaimana
yang ada, karena strategi-strategi tersebut dinilai mampu membuat siswa belajar
secara efektif dengan menggunakan pengalaman, berfikir, bekerja dalam kelompok,
menggunakan pengetahuan yang ada seperti yang tergambar dalam teori
konstruktivisme. Pembelajaran aktif memiliki beberapa kelebihan diantaranya; belajar
menjadi proses yang menyenangkan (learning is fun), karena siswa terlibat aktif
dalam proses itu. Pengetahuan yang mereka peroleh, mereka konstruksi sendiri
melalui pengalaman belajar bukan melalui transfer dari guru, dengan dengan
demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, seperti yang dijelaskan
oleh Hisyam Zaini dalam bukunya, bahwa pembelajaran aktif sesuai dengan realita
bahwa siswa/ mahasiswa memiliki berbagai gaya belajar atau learning style
(meaningfull). (Zaini, 2010: 18)

13
F. Implikasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Implikasi Teori Konstruktivistik dalam Pembelajaran. Implikasi teori Piaget
dalam pembelajaran yaitu (Efgivia, Ry, et al., 2021):
a. Merumuskan tujuan belajar.
b. Memilah bahan pembelajaran.
c. Membuat tema-tema dengan memungkinkan akan dipelajari peserta didik
dengan cara aktif.
d. Memilih serta menyusun proses pembelajaran yang sesuai dengan tema
pembelajaran, misal proses belajar mengajar dengan berbentuk kelompok,
eksperimen, role play, dan problem solving.
e. Menyiapkan bermacam-macam pertanyaan yang bisa menciptakan karakter
kreatif peserta didik untuk berpikir kritis, berdiskusi dan mengajukan
pertanyaan.
f. Menilai kegiatan serta hasil dari pembelajaran.

Vygotsky menjabarkan implikasi teori konstruktivistik dalam pembelajaran,


yaitu sebagai berikut (Nurhidayah et al., 2017):

a. Menghendaki adanya setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling


berinteraksi satu sama lain dan mengemukakan solusi efektif untuk
memecahkan masalah dalam masing-masing zone of proximal development
mereka.
b. Teori konstruktivistik menurut Vygotsky dalam pembelajaran lebih
menekankan scaffolding. Siswa diberikan beberapa bantuan dalam mengatasi
masalah mereka sebelum diberi kesempatan untuk mengatasi masalahnya
sendiri hingga akhir. Brunner mengemukakan implikasi teori konstruktivistik
dalam pembelajaran adalah dengan menyajikan contoh dari konsep-konsep
yang telah diajarkan dan membantu siswa mengenali hubungan antara konsep-
konsep tersebut.
Pembelajaran dengan social media memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berinteraksi, berkolaborasi, berbagi informasi dan pemikiran
secara bersama. Sama halnya dengan pembelajaran melalui social media,
pembelajaran melalui web juga memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk melengkapi satu atau lebih tugas melalui jaringan internet. Selain itu juga
dapat melakukan pembelajaran kelompok dengan menggunakan fasilitas internet

14
seperti google share. Model pembelajaran melalui web maupun social media ini
sejalan dengan teori Konstruktivisme, dimana peserta didik adalah pembelajar
yang bebas yang dapat menentukan sendiri kebutuhan belajarnya.
Beberapa implikasi teori Konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a. Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke bagian- bagian dan lebih
mendekatkan kepada konsep-konsep yang lebih luas.
b. Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide peserta
didik.
c. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber- sumber data primer
dan manipulasi bahan.
d. Peserta didik dipandang sebagai pemikir-pikir yang dapat memunculkan teori-
teori tentang dirinya. Pengukuran proses dan hasil belajar peserta didik terjalin di
dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal- hal yang
sedang dilakukan peserta didik, serta melalui tugas-tugas pekerjaan.
e. Peserta didik-peserta didik hanya belajar dan bekerja di dalam group proses
f. Memandang pengetahuan adalah non objektif, berifat temporer, selalu berubah,
dan tidak menentu.
g. Belajar adalah penyusunan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah menata
lingkungan agar peserta didik termotivasi dalam menggali makna.
h. Teori belajar Humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran “Pengertian
Belajar Menurut Teori Belajar Humanistik”.

G. Peran Guru Dalam Pembelajaran Konstruktivisme


Menurut pandangan konstruktivisme, seorang pengajar atau guru atau dosen
berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu proses belajar siswa dan
mahasiswa agar berjalan dengan baik. Tekanan ada pada siswa atau mahasiswa yang
sedang belajar bukan pada disiplin ataupun guru yang mengajar. Fungsi mediator dan
fasilitator dapat terlihat dalam tugas seperti:
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa dan
mahasiswa bertanggungjawab membuat rancangan, proses, dan penelitian.
Karena itu memberi kuliah atau ceramah bukanlah satu-satunya tugas guru
atau seorang dosen.

15
2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang
keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan
gagasannya dan mengkomunikasikan gagasan ilmiah mereka.
3. Menyediakan sarana yang menstimulus mereka berfikir secara produktif.
Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses
belajar siswa. Guru/dosen harus memotivasi siswa/mahasiswa. Guru harus
menyediakan pengalaman yang mengandung konflik yang memungkinkan
siswa/ mahasiswa berfikir, berargumentasi demi mencari solusi.
4. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa atau
mahasiswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan
apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru
yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan
siswa (Yamin, 2008: 17).
Guru/dosen yang konstruktivis tidak akan pernah membenarkan
ajarannya dengan mengklaim bahwa” ini satu-satunya yang benar”. “Ini
adalah jalan yang terbaik”. Atau ini adalah jalan yang terefektif untuk masalah
ini”. Pendidik perlu menciptakan suasana yang membuat siswa/mahasiswa
antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba
memecahkan persoalannya. Guru perlu membantu mengaktifkan siswa untuk
berfikir. Guru boleh memberi informasi arahan tetapi tidak boleh
memaksakan, seperti :
1. Guru harus benar-benar mendengar dengan sungguh interprestasi siswa
terhadap data yang ditemukan sambil menaruh perhatian khusus
kepada keraguan,kesulitan dan kebingungan siswa.
2. Guru perlu memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas, memberi
penghargaan kepada siswa.
3. Guru harus mengerti bahwa ketidakmengertian siswa merupakan
langkah awal untuk memulai pelajaran (Yamin, 2008: 1920).
Dari uraian di atas, kita menyadari bahwa tugas dan kewajiban guru
tidaklah sederhana dan mudah.Belajar sebagai proses mengkonstruksi
pengetahuan oleh siswa harus ditindak lanjuti oleh guru dengan berperan
membantu mereka dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut. Proses
mengkonstruksi tersebut membuat mereka aktif, kreatif dan tidak sekedar
menerima, mencatat, bahkan menghafal yang selama ini dilakukan. Kini,

16
belajar menjadi proses berfikir, mengamati, membandingkan, bahkan
menganalisis pengalaman dimana guru berperan sebagai pembimbingnya.
Sebagai seorang guru tidak saja menyampaikan ilmu pengetahuan
kepada siswa/mahasiswa, tetapi menggerakkan siswa untuk menggunakan apa
yang mereka miliki berupa pengetahuan, pengalaman, agar dapat memahami
dan menginterpretasikan pengetahuan dan pengalaman belajar mereka.
(Belajar .n.d) dalam proses pembelajaran, pendidik harus mampu mengajukan
masalah-masalah dunia nyata dalam proses belajar. Dalam dunia nyata
masalahnya kompleks dan multifaset. Penelaahan masalah harus dilaksanakan
dengan interdisipliner. Hal ini sesuai dengan cara kerja otak yang selalu
mencari pola dan hubungan antara ide-ide dan konsep konsep. Kerangka-
kerangka konsep ini disebut skemata dan merupakan file pengetahuan.

H. Kelebihan dan Hambatan dalam Teori Belajar Konstruktivisme


 Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme
a. Dalam proses belajar mengajar, Guru Pintar dapat mengajarkan kepada siswa
untuk mengeluarkan ide atau gagasannya dan juga melatih siswa supaya bisa
mengambil keputusan.
b. Siswa dapat mengingat pelajaran yang sudah diajarkan karena mengikuti
proses belajar mengajar secara langsung dan aktif.
c. Pelajaran yang dilakukan secara berulang-ulang akan membuat siswa lebih
mudah dalam berinteraksi dan memahami pelajarannya.
d. Ketika proses belajar mengajar, siswa akan lebih mudah beradaptasi dengan
lingkungannya dan mendapatkan pengetahuan baru. Misalnya berinteraksi
dengan teman-temannya dan guru.
e. Pengetahuan yang diterima siswa lebih mudah diterapkan dalam
kehidupannya.
 Hambatan Teori Belajar Konstruktivisme
1. Konstruktivisme menekankan peran penting individu dalam pembelajaran,
namun hal ini dapat mengarah pada hasil yang sangat subjektif. Interpretasi
dan pemahaman individu dapat bervariasi secara signifikan, sehingga sulit
untuk mengukur pencapaian pembelajaran secara obyektif.
2. Keterbatasan dalam pengajaran: Konstruktivisme cenderung mengabaikan
pentingnya transmisi pengetahuan dari guru ke siswa. Ini dapat menjadi

17
masalah dalam situasi di mana ada pengetahuan dasar yang harus diajarkan
secara efisien, seperti konsep dasar dalam matematika atau ilmu pengetahuan.
3. Waktu yang dibutuhkan: Pendekatan konstruktivisme sering memerlukan lebih
banyak waktu daripada metode pengajaran tradisional karena siswa harus
membangun pemahaman mereka sendiri melalui eksplorasi dan refleksi. Hal
ini dapat menjadi tantangan dalam kurikulum yang padat.
4. Tidak sesuai untuk semua subjek: Konstruktivisme mungkin tidak cocok untuk
semua subjek atau topik. Materi yang lebih abstrak atau kompleks mungkin
memerlukan bimbingan lebih langsung daripada yang dapat ditawarkan oleh
pendekatan konstruktivis.
5. Tidak semua siswa siap untuk belajar mandiri: Pendekatan konstruktivisme
mengasumsikan bahwa semua siswa memiliki kemampuan untuk
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Namun, tidak semua siswa
memiliki keterampilan ini, dan beberapa mungkin memerlukan bimbingan
lebih langsung.

18
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kontruktivisme adalah suatu pandangan yang mendasarkan bahwa orang yang
sedang belajar diawali dengan memperoleh pengetahuan atau konstruksi (bentukan)
dari kognitif yang pada akhir prosesnya akan menciptakan hasil belajar dari apa
yang diupayakan sendiri. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran yang berasal
dari teori belajar kognitif. Tujuan penggunaan pendekatan Konstruktivisme dalam
pembelajaran adalah untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Konstruktivisme adalah :
 Belajar selalu merupakan sebuah proses aktif,
 Belajar paling baik dengan menyelesaikan berbagai konflik kognitif,
 Bagi konstruktivis, belajar adalah pencarian makna,
 Konstruksi pengetahuan bukan sesuatu yang bersifat individual semata-mata,
 Elemen lain yang berakar pada fakta bahwa pembelajar secara individual dan
kolektif mengkonstruksilan pengetahuan,
 Belajar selalu dikonseptualisasikan,
 Belajar secara betul-betul mendalam berarti mengkonstruksikan pengetahuan
secara menyeluruh,
 Mengajar adalah sebagai pemberdayaan pembelajar.
3. Strategi yang digunakan dalam pembelajaran konstruktivisme adalah Strategi
pembelajaran aktif yang dimaknai dengan serangkaian upaya yang dilakukan untuk
membuat proses pembelajaran berjalan sesuai dengan konsep yang sebenarya.
4. Menurut pandangan konstruktivisme, seorang pengajar atau guru atau dosen
berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu proses belajar siswa dan
mahasiswa agar berjalan dengan baik. Tekanan ada pada siswa atau mahasiswa yang
sedang belajar bukan pada disiplin ataupun guru yang mengajar.
5. Beberapa Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme, yaitu Dalam proses belajar
mengajar, Guru Pintar dapat mengajarkan kepada siswa untuk mengeluarkan ide
atau gagasannya dan juga melatih siswa supaya bisa mengambil keputusan, Siswa
dapat mengingat pelajaran yang sudah diajarkan karena mengikuti proses belajar
mengajar secara langsung dan aktif, Pelajaran yang dilakukan secara berulang-ulang
akan membuat siswa lebih mudah dalam berinteraksi dan memahami pelajarannya,

19
Ketika proses belajar mengajar, siswa akan lebih mudah beradaptasi dengan
lingkungannya dan mendapatkan pengetahuan baru. Misalnya berinteraksi dengan
teman-temannya dan guru.

B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan baik dalam penulisan maupun memilah kata-kata dan makalah ini yang
jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah
diatas.

20
DAFTAR PUSTAKA

Woolfolk, A. 2004. Educational Psychology. New York: Pearson.


Donald, R.C., Jenkins, D.B. & Metcalf, K.K. 2006. The Act of Teaching. New York: McGraw
Hill.
Karli, H., and Yuliariatiningsih. 2003. Model-Model Pembelajaran. Bandung:Bina Media
Informasi.
Yudhawati, Ratna dan Dany Haryanto. 2011. Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan.Jakarta:
PT. Prestasi Pustakaraya.
Ibrahim, M., and M. Nur. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa
University Press.
Sarnoto, A. Z. (2015). Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Dalam Pembelajaran.
Profesi: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Keguruan, 4(1), 1–4.
https://jurnal.pmpp.or.id/index.php/profesi/article/view/143
Yulaelawati, E. 2004. Kurikulum Dan Pembelajaran; Filosofi, Teori Dan Aplikasi. Jakarta:
Pakar Raya.
Muijs, Daniel, & Renold, F.(2009) Effectiveness and disadvantage in education. Can a focus
on effectiveness aid equity in education? In, Raffo, Carlo, Dyson, Alan, Gunter, Helen,
Hall, Dave, Jones, Lisa and Kalambouka, Afroditi (eds.) Education and Poverty in
Affluent Countries. Abingdon, GB, Routledge.
Beyer BK (1985).Critical Thinking:What is it? Social Education, 49:270-276.
Von Glassersfeld, (1989). Cognition, Construction of Knowledge and Teaching. Synthese, 80
(1), 121-140.
Supardan, Dadang (2004) Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Multikulturalisme, Makalah Seminar Nasional di UIN Jakarta Tanggal 20 Mei 2004 di
Gedung Auditorium Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. 2005.
Pembelajaran Dalam Implementasi KBK. Jakarta: Prenada Media.
Zaini, Hisyam et. al., 2010. Strategi Pembelajaran Aktif. Jogjakarta: CTSD.
Yamin, Martinis. 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivim. Jakarta: GP Press.
Efgivia, M. G., Adora Rinanda, R. ., Suriyani, Hidayat, A., Maulana, I., & Budiarjo, A. (2021).
Analysis of Constructivism Learning Theory. Proceedings of the 1st UMGESHIC International
Seminar on Health, Social Science and Humanities (UMGESHICISHSSH 2020), 585, 208–212.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.211020.
Nurhidayah, N., Hardika, H., Hotifah, Y., Susilawati, S. Y., & Gunawan, I. (2017). Psikologi
Pendidikan. Depok: Unversitas Negeri Malang.
Helwig, N. E., Hong, S., & Hsiao-wecksler, E. T. (n.d.). e-book No 主観的健康感を中心と
した在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title.
Belajar, P. T. (n.d.). e- book Pembelajaran 1. Teori Belajar. 11–44.

21

Anda mungkin juga menyukai