Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEORI PEMBELAJARAN

MENERAPKAN TEORI BELAJAR KONSTRUKVISTIK MENURUT


JEAN PIAGET DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata kuliah : Teori Pembelajaran
Dosen Pengampuh : Dini Afriansyah, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 6

1. Rani Zulvira Harda (2020207039)


2. Ega Dwi Lestari (2010207002)
3. Yuniska Berliana (2030207103)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 2 Juni 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
C. Tujuan .................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
A. Konsep Teori Belajar Konstruktivisme .............................................................. 6
B. Pandangan Jean Piaget Terhadap Teori Konstruktivisme ............................... 7
C. Teori Belajar Konstruktivisme Menurut Jean Piaget ....................................... 8
D. Prinsip Teori Konstruktivisme Jean Piaget...................................................... 11
E. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Konstruktivisme Jean Piaget .................. 12
BAB III............................................................................................................................. 14
PENUTUP ........................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori belajar konstruktivisme kognitif disumbangkan oleh Jean Piaget,


yang merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor
konstruktivisme. Yang mengatakan bahwa pengetahuan dibangun dalam
pikiran anak. Pandangan-pandangan Jean Piaget seorang psikolog kelahiran
Swiss (1896-1980), percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan
tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada
siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Belajar menurut teori belajar konstruktivistik bukanlah sekadar menghafal,


akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.
Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan
tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu.
Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun
pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu
oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai
dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep teori belajar konstruktivisme?


2. Bagaimana pandangan Jean Piaget terhadap teori konstruktivisme?
3. Apa yang dimaksud teori belajar menurut jean Piaget?
4. Apa saja prinsip teori konstruktivisme jean Piaget?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme menurut jean
Piaget?

4
C. Tujuan

1. Mengetahui konsep teori belajar konstruktivisme


2. Mengetahu pandangan Jean Piaget terhadap teori konstruktivisme
3. Mengetahui maksud teori belajar menurut jean Piaget
4. Mengetahui prinsip teori konstruktivisme jean Piaget
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme menurut jean
Piaget

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teori Belajar Konstruktivisme

Salah satu prinsip pada psikologi pendidikan adalah bahwa guru/pendidik


tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa yang harus
aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka. Tokoh yang berperan pada
teori ini adalah Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Teori Konstruktivisme
didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan
mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Hal tersebut tentunya berbeda
dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan
yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon. Teori kontruktivisme lebih
memahami belajar sebagai kegiatan siswa untuk membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamannya (Widodo, 2005).
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa
yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan
pembinaan pengalaman demi pengalaman. Hal ini menyebabkan seseorang dapat
mempunyai pengetahuan yang lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme
mempunyai beberapa konsep umum yaitu:
1. Siswa harus aktif membina pengetahuannya sendiri berdasarkan
pengalaman yang sudah ada

2. Siswa secara aktif dapat membangun pengetahuannya melalui proses


saling mempengaruhi antara pengalaman belajar terdahulu dengan
pengalaman belajar terbaru

3. Siswa dapat membina pengetahuannya secara aktif dengan cara


membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada
di dalam pikirannya

4. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang


utama, faktor ini berlaku apabila seorang siswa menyadari gagasan-

6
gagasannya tidak konsisten atau sebaliknya malah sesuai dengan
pengetahuan ilmiah dan logis

5. Sumber belajar yang disediakan harus mempunyai relevansi dengan


pengalaman pelajar untuk menarik minat siswa

Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya, Barlia, L. (2011)


memberikan pandangan terkait teori konstruktivisme yang mempunyai
beberapa karakteristik yaitu:

1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki


tujuan,

2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan


siswa,

3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan


dikonstruksi secara personal,

4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan


pengaturan situasi kelas,

5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat


pembelajaran, materi, dan sumber. Sehingga belajar merupakan proses
aktif untuk mengembangkan skema sehingga pengetahuan terkait
bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis

B. Pandangan Jean Piaget Terhadap Teori Konstruktivisme

Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama yang menegaskan bahwa


penekanan teori konstruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau
pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Konstruktivisme Piaget
menekankan pada proses yang dilalui siswa untuk mengetahui sesuatu dan
tahapan yang dillui untuk memperoleh pengetahuan tersebut (Trianto, 2007).
Piaget meyakini bahwa kecenderungan siswa berinteraksi dengan lingkungan
adalah bawaan sejak lahir. Anak pada dasarnya memproses dan mengatur

7
informasi dalam benaknya dalam bentuk skema. Skema adalah suatu struktur
mental atau kognitif yang secara intelektual dapat beradaptasi dan berubah
sesuai perkembangan mental anak. Skema bukanlah benda nyata yang dapat
dilihat, melainkan suatu rangkaian proses dalam sistem kesadaran orang, maka
tidak memiliki bentuk fisik dan tidak dapat dilihat. Skema tidak pernah berhenti
berubah atau menjadi lebih rinci sehingga gambaran dalam pikiran anak menjadi
semakin berkembang dan lengkap (Trianto, 2007).

Seseorang mengadaptasi dan mengkoordinasi lingkungannya dengan


menggunakan skema itu sehingga terbentuk skema baru melalui asimilasi dan
akomodasi. Skema yang terbentuk melalui asimilasi dan akomodasi tersebut
kemudian disebut dengan pengetahuan yang telah dikonstruksi atau dibangun
oleh siswa (Sunanik, 2014). Melalui adaptasi siswa memperoleh pengalaman
yang baru berdasarkan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Proses asimilasi
tidak menyebabkan perubahan skema, melainkan memperkembangkan skema.
Dalam perkembangan intelektual seseorang diperlukan keseimbangan antara
asimilasi dengan akomodasi. Proses ini debut equilibrium, yaitu pengaturan diri
secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi
(Trianto, 2007).

C. Teori Belajar Konstruktivisme Menurut Jean Piaget

Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159)


menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk
menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran
guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator
atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang
lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan
bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan
asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Asimilasi
adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah

8
menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga
informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133).

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori
belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini
biasa juga disebut teori perkembangan intelektual. Teori belajar tersebut
berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap
perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Lebih jauh Piaget
mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang,
melainkan melalui tindakan. Belajar merupakan proses untuk membangun
penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikan. Bahkan, perkembangan
kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu
sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-
seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).

Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat


dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak
mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.
Tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual
atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembagan
mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan:
1. Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang
selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan
mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama
2. Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi
mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis
dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku
intelektual
3. Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan
(equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang
interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul

9
(akomodasi)

Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya,


seperti sebuah kotak-kotak yang masing-masing mempunyai makna yang
berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi seseorang akan dimaknai berbeda
oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap
pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak-kotak atau struktur
pengetahuan dalam otak manusia (suparno, 1996). Proses yang terjadi pada saat
manusia belajar.
1. Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan
informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang
sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak.
2. Proses adaptasi Proses yang berisi dua kegiatan. Pertama,
menggabungkan atau mengintegrasikan pengetahuan yang diterima oleh
manusia atau disebut dengan asimilasi. Kedua, mengubah struktur
pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan baru,
sehingga akan terjadi keseimbangan (equilibrium). Dalam proses
adaptasi ini, terdapat empat konsep dasar, yaitu:
▪ Skema. Manusia cenderung mengorganisasikan tingkah laku dan
pikirannya. Pikiran harus memiliki struktur yaitu skema yang
berfungsi melakukan adaptasi dengan lingkungan dan menata
lingkungan itu secara intelektual. Skemata adalah struktur kognitif
yang selalu berubah dan berkembang. Skemata adalah himpunan
konsep yang dipakai saat berhubungan dengan lingkungan. Sedari
anak-anak, siswa telah mempunyai susunan kognitif dengan nama
skema. Skema ini ada karena adanya pengalaman yang terakumulasi
dalam hidupnya.
▪ Asimilasi. Asimiliasi merupakan proses kognitif dan penyerapan
pengalaman baru ketika seseorang memadukan stimulus atau persepsi
ke dalam skemata atau perilaku yang sudah ada. Asimilasi pada
dasarnya tidak mengubah skemata, tetapi mempengaruhi atau
memungkinkan pertumbuhan skemata. Asimilasi adalah proses

10
kognitif individu dalam usahanya mengadaptasikan diri dengan
lingkungannya, dan terjadi secara kontinu, berlangsung terus menerus
dalam perkembangan kehidupan intelektual anak.
▪ Akomodasi. Akomodasi merupakan suatu proses struktur kognitif
yang berlangsung sesuai dengan pengalaman baru. Proses kognitif
tersebut menghasilkan terbentuknya skemata baru dan berubahnya
skemata lama. Sebelum terjadi akomodasi, ketika anak menerima
stimulus yang baru, struktur mentalnya menjadi goyah atau disebut
tidak stabil. Bersamaan terjadinya proses akomodasi, maka struktur
mental tersebut menjadi stabil lagi. Proses asimilasi dan akomodasi
terjadi terus menerus dan menjadikan skemata manusia berkembang
bersama dengan waktu dan bertambahnya pengalaman. Asimilasi
bersama-sama dengan akomodasi secara terkoordinasi dan terintegrasi
menjadi penyebab terjadinya adaptasi intelektual dan perkembangan
struktur intelektual.
▪ Keseimbangan. Dalam proses adaptasi terhadap lingkungan, individu
berusaha untuk mencapai struktur mental atau skemata yang stabil.
Stabil dalam artian adanya keseimbangan antara proses asimilasi dan
proses akomodasi. Adanya keserasian antara asimilasi dan akomodasi,
sehingga efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkembang
dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Dengan kata lain,
terjadi keseimbangan antara faktor-faktor internal dan faktor-faktor
eksternal.

D. Prinsip Teori Konstruktivisme Jean Piaget

Prinsip Teori Konstruktivisme Jean Piaget


1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berfikir.
Mereka mengalami perkembangan kognitif pada tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia prasekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik terutama jika mendengarkan atau melihat benda-benda kongkrit.

11
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena
hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dapat terjadi dengan baik.
4. Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperlihatkan
perbedaan individual siswa untuk mecapai keberhasilan siswa

E. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Konstruktivisme Jean Piaget

Kelebihan Teori Konstruktivisme Jean Piaget


1. Berpikir: Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk
menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan.
2. Paham: Karena murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan
baru, mereka akan lebih faham dan bisa mengapliksikannya dalam semua
situasi.
3. Ingat: Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka
akan mengingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui
pendekatan ini membina diri sendiri kefahaman mereka. Justru mereka
lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4. Kecerdasan sosial: Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi
dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5. Senang: Oleh karena mereka terlibat secara terus, mereka paham, ingat,
yakin dan berinteraksi dengan sehat, maka mereka akan terasa senang
belajar dalam membina pengetahuan baru.

Kelemahan Teori Konstruktivisme Jean Piaget

Adapun kelemahan atau kekurangan Teori Konstruktivisme Jean Piaget


1. mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru
sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.
2. Siswa membuat pengetahuan dengan ide mereka masing-masing, oleh
karena itu pendapat siswa berbeda dengan pendapat para ahli.

12
3. Teori ini menanamkan supaya siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama. Apalagi untuk
siswa yang malas.
4. Kondisi disetiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam
membangun pengetahuan yang baru dan keaktifan siswa.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Konstruktivisme adalah filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa


pengetahuan kita adalah hasil konstruksi kita sendiri. Konstruktivisme
didefinisikan sebagai pembelajaran generatif, yaitu tindakan menciptakan
makna dari apa yang dipelajari. Menurut teori konstruktivis, belajar adalah
proses menyerap pengalaman atau pelajaran dan memadukannya dengan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk mengembangkan pengetahuannya.
Konstruktivisme adalah teori belajar. Menggabungkan pengetahuan dan
pengalaman belajar melalui berbagai kegiatan belajar mengajar untuk setiap
orang dari semua bidang pembelajaran yang diperoleh. Teori konstruktivisme
dikemukakan oleh Vygotsky, Jean Piaget dan John Daway. Teori belajar
konstruktivis yang dikembangkan oleh Jean Piaget dikenal dengan
konstruktivisme kognitif (personal constructivism)

B. Saran

Proses pengajaran yang baik mengharapkan guru untuk memahami model


mental yang melaluinya siswa belajar tentang dunianya dan penalaran yang
dikembangkan dan dibangun siswa untuk mendukung model tersebut. Dalam
menerapkan teori konstruktivisme, guru harus kreatif dalam pengelolaan kelas.
Siswa selalu berharap untuk aktif dan memiliki kemampuan untuk menemukan
metode belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai pembimbing,
mediator dan teman yang menciptakan situasi yang menguntungkan bagi siswa
untuk meningkatkan pengetahuannya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Barlia, L. (2011). Konstruktivisme dalam pembelajaran sains di SD: tinjauan
epistemologi, ontologi, dan keraguan dalam praksisnya. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 3(3).
Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Poedjiadi, A. 1999.Pengantar Filsafat Ilmu bagi Pendidik. Bandung: Penerbit
Yayasan
Sunanik, S. (2014). Perkembangan Anak ditinjau dari Teori Konstruktivisme.
SYAMIL: Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education),
2(1), 14.
Suparno, P. (1996). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Trianto, (2007). Model-model Pembelajaran iInovatif berorientasi kontruktivistik.
Prestasi Pustaka: Jakarta.
Widodo, A., & Nurhayati, L. (2005). Tahapan pembelajaran yang konstruktivis:
Bagaimanakah pembelajaran sains di sekolah. Seminar Nasional
Pendidikan IPA, Bandung (Vol. 10).

15

Anda mungkin juga menyukai