Disusun Oleh :
Kelompok 6
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
gagasannya tidak konsisten atau sebaliknya malah sesuai dengan
pengetahuan ilmiah dan logis
7
informasi dalam benaknya dalam bentuk skema. Skema adalah suatu struktur
mental atau kognitif yang secara intelektual dapat beradaptasi dan berubah
sesuai perkembangan mental anak. Skema bukanlah benda nyata yang dapat
dilihat, melainkan suatu rangkaian proses dalam sistem kesadaran orang, maka
tidak memiliki bentuk fisik dan tidak dapat dilihat. Skema tidak pernah berhenti
berubah atau menjadi lebih rinci sehingga gambaran dalam pikiran anak menjadi
semakin berkembang dan lengkap (Trianto, 2007).
8
menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga
informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133).
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori
belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini
biasa juga disebut teori perkembangan intelektual. Teori belajar tersebut
berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap
perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Lebih jauh Piaget
mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang,
melainkan melalui tindakan. Belajar merupakan proses untuk membangun
penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikan. Bahkan, perkembangan
kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu
sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-
seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).
9
(akomodasi)
10
kognitif individu dalam usahanya mengadaptasikan diri dengan
lingkungannya, dan terjadi secara kontinu, berlangsung terus menerus
dalam perkembangan kehidupan intelektual anak.
▪ Akomodasi. Akomodasi merupakan suatu proses struktur kognitif
yang berlangsung sesuai dengan pengalaman baru. Proses kognitif
tersebut menghasilkan terbentuknya skemata baru dan berubahnya
skemata lama. Sebelum terjadi akomodasi, ketika anak menerima
stimulus yang baru, struktur mentalnya menjadi goyah atau disebut
tidak stabil. Bersamaan terjadinya proses akomodasi, maka struktur
mental tersebut menjadi stabil lagi. Proses asimilasi dan akomodasi
terjadi terus menerus dan menjadikan skemata manusia berkembang
bersama dengan waktu dan bertambahnya pengalaman. Asimilasi
bersama-sama dengan akomodasi secara terkoordinasi dan terintegrasi
menjadi penyebab terjadinya adaptasi intelektual dan perkembangan
struktur intelektual.
▪ Keseimbangan. Dalam proses adaptasi terhadap lingkungan, individu
berusaha untuk mencapai struktur mental atau skemata yang stabil.
Stabil dalam artian adanya keseimbangan antara proses asimilasi dan
proses akomodasi. Adanya keserasian antara asimilasi dan akomodasi,
sehingga efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkembang
dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Dengan kata lain,
terjadi keseimbangan antara faktor-faktor internal dan faktor-faktor
eksternal.
11
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena
hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dapat terjadi dengan baik.
4. Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperlihatkan
perbedaan individual siswa untuk mecapai keberhasilan siswa
12
3. Teori ini menanamkan supaya siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama. Apalagi untuk
siswa yang malas.
4. Kondisi disetiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam
membangun pengetahuan yang baru dan keaktifan siswa.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Barlia, L. (2011). Konstruktivisme dalam pembelajaran sains di SD: tinjauan
epistemologi, ontologi, dan keraguan dalam praksisnya. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 3(3).
Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Poedjiadi, A. 1999.Pengantar Filsafat Ilmu bagi Pendidik. Bandung: Penerbit
Yayasan
Sunanik, S. (2014). Perkembangan Anak ditinjau dari Teori Konstruktivisme.
SYAMIL: Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education),
2(1), 14.
Suparno, P. (1996). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Trianto, (2007). Model-model Pembelajaran iInovatif berorientasi kontruktivistik.
Prestasi Pustaka: Jakarta.
Widodo, A., & Nurhayati, L. (2005). Tahapan pembelajaran yang konstruktivis:
Bagaimanakah pembelajaran sains di sekolah. Seminar Nasional
Pendidikan IPA, Bandung (Vol. 10).
15