PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diturunkan kepada Nabi Musa as., dan Injil yang diturunkan kepada
dikoreksi.2
autentik (asli), bukan hanya oleh umat Islam tapi juga mayoritas
yang ada sekarang dengan wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada
1
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, cet. 18 (Bogor: Litera Antar Nusa,
2017), h. 1.
2
Irja Nasrullah, Al-Qur‟an antara Tuduhan dan Realitas, cet. 1 (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2016), h. 9.
1
zaman.3
Qur‟an dari cacat dan cela dan dari tangan-tangan usil yang mencoba
telah menjamin selama langit dan bumi masih terbentang. Ayat ini
yang tadinya hanya Allah saja yang menjaga dan memelihara Al-
3
H.A.Muhaimin Zen, Al-Qur‟an 100% Asli; Sunni-Syiah Satu Kitab Suci, cet. 1 (Jakarta:
Nur Al-Huda, 2012), h. 11.
4
Muhammad Ahsin Sakho, Afif Zarkasi. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Cet. 12 (Tangerang
Selatan: Forum Pelayan Al-Qur‟an, 2018), h. 262.
2
yang turun kepada beliau. Umat Islam sejak awal mencatat Al-Qur‟an
kaum muslimin.
Inilah salah satu faktor mengapa umat Islam harus meyakini keaslian
Pada awalnya hanya Allah yang menjaga Al-Qur‟an, ini berada pada
3
(mufassir) abad 15 bahwa keterjagaan al-Qur‟an telah melibatkan
banyak pihak.
bahasa.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
4
tafsir yang banyak dipelajari di Indonesia.
2. Pembatasan Masalah
Masehi. Lahir 700 H/1301 M wafat 1372 M), Tafsir Al-Ibriz karya
5
KH Bisri Musthofa (ulama Jawa dengan latar belakang pesantren /
sekarang.
3. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
6
kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
“ḥāfiẓūn”.
Rawalo.
2. Secara Praktis
E. Definisi Operasional
sebagai berikut.
1. Konsep
7
Secara istilah konsep berasal dari bahasa Inggris concept
kata lain, konsep juga berkaitan dengan obyek yang abstrak atau
2. Penjagaan al-Qur‟an
5
Tim Editor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.
456.
6
James Brewer, Kamus Psikologi, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986), h. 71.
8
untuk penjagaan dan pemeliharaan kitab suci al-Qur‟an,
Muhammad SAW.
3. Kajian
Kajian berasal dari kata kaji dan -an. Kaji yang berarti
meneliti dan menelaah makna kata “ḥāfiẓūn” dalam tiga kitab tafsir
kitab tafsirnya. Oleh karena itu, ada dua kemungkinan yang bisa
tentang isi dari kitab tafsir itu. Dan bisa jadi juga Tafsȋr al-Qur‟ānil
7
Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 13 (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008), h. 617-618.
9
Terlepas dari kesimpangsiuran tersebut, karena tidak adanya
bukti secara empirik tentang nama kitab tafsir ini, yang pastinya
ada kitab tafsir yang ditulis oleh ibn katsir. Dan tafsir tersebut
5. Tafsir Al-Ibriz
tatanan penulisan yang runtut sesuai dengan ayat dan surat yang tersusun
ini murni tafsir bi ra‟yu karena ada beberapa bagian penafsiran ayat
disandingkan dengan fenomena modern seperti saat ini. Sehingga tafsir al-
Ibriz dapat dikatakan bercorak tafsir kontekstual. Meski begitu, tafsir Al-
8
Maliki, Tafsir Ibn Katsir: Metode dan bentuk penafsirannya, (Yogyakarta: Jurnal Ilmu al-
Qur‟an dan Tafsir) vol.1, Nomor 1 Januari-Juni 2018, h.78.
10
Ibriz tidak dapat dikatakan sebagai tafsir kontekstual saja karena memiliki
corak penafsiran kombinasi antara qiraat, fiqih, dan tasawuf. Khas yang
6. Tafsir Al-Misbah
F. Telaah Pustaka
ataupun keterkaitan dengan apa yang akan diteliti oleh penulis, baik
9
Dinda Setya Melina, Penafsiran KH. Bisri Musthofa tentang ayat-ayat Pelestarian
Lingkungan, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin IAIN Ponorogo, 2020), h. 50-51.
10
Arifka, konsep tawakal dalam perspektif M.Quraih Shihab (Kajian Tafsir Tarbawi)”,
(Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, 2017), h. 7.
11
beberapa buku ataupun penelitian terdahulu yang termasuk berkaitan
SWT.
11
Ali Muharrom, Konsep Keterjagaan Al-Qur‟an Menurut Al-Syarawi(Kajian atas Makna
Lahafizhun), (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 60.
12
Nurul Hidayat, Penjagaan al-Qur‟an menurut mufassir Indonesia (Kajian Makna ḥāfiẓūn),
(Skripsi S1 fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020), h. 55
12
menghapusnya. Sedangkan mereka yang bermetode tahlili
Jurnal terbitan el-Umdah ini berisi bahwa tafsiir Ibn Katsir muncul
atau masuk dalam abad pertengahan (abad ke-8 H/ abad ke-15 M),
akan tetapi jika dilihat dari sisi metode dan bentuk tafsirnya Ibn
ma‟tsur, sedangkan jika dilihat dari sisi metode Ibn Katsir berada di
pokok al-Qur‟an serta meneknkan aspek korelasi antara satu ayat atau
13
Maliki, Tafsir Ibn Katsir: Metode dan Bentuk Penafsirannya (Yogyakarta: el-Umdah,
2018), h.85.
14
H.M. Daniel Alwi, “Membumikan al-Qur‟an (Membedah gaya penafsiran al-Qur‟an
Quraisy Shihab)”,….
13
Quran dari masa ke masa, dari masa Rasulullah SAW, kemudian Abu
Bakar, dan terakhir ada masa Usman sehingga al-Qur‟an yang dikaji,
SAW.
masa ke masa Fajar menjelaskan ada tiga pola Allah SWT dalam
media dalam memelihara al-Qur‟an dari masa Nabi sampai saat ini
14
ayat-ayat Pelestarian Lingkungan. Dalam skripsi ini terdapat biografi
Ibriiz.
penulis.
G. Metode Penelitian
berikut:
1. Jenis Penelitian
15
perpustakaan, seperti: buku-buku, majalah, dokumen, catatan, dan
kualitatif.
2. Sumber Data
a. Data primer, data yang diperoleh dari sumber dasar yaitu tafsir
15
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),
cet. 9, h. 28.
16
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), cet. 26, h.5.
16
Penelitian ini adalah penelitian literatur, maka metode yang
keterjagaan al-Qur‟an.
tafsirnya diteliti.
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta 1998), h. 149.
17
dan disusun secara sistematis sehingga menjadi satu paparan yang
antar konsep.
argumentasi data.
risetnya.
tafsir tersebut.
H. Sistematika Penulisan
18
menjadi lima bab, masing-masing terdiri dari uraian yang saling
tujuannya.
para ahli tafsir yang kitab tafsir penulis teliti serta mengklasifikasi
atas makna penjagaan al-Qur‟an menurut para mufassir dari tiga kitab
tafsir.
IV dan untuk menjawab dari rumusan masalah yang ada di bab I atau
19
di dalam rumusan masalah.
20
BAB II
Pada bab ini penulis akan menjelaskan secara umum penjagaan al-Qur‟an
Qur‟an, sejarah penjagaan al-Qur‟an dari masa ke masa, dan pendapat para
Penjagaan al-Qur‟an terdiri dari dua kata yaitu penjagaan dan al-
Qur‟an. Penjagaan berasal dari kata jaga yang berarti berkawal atau
pemeliharaan, pengawasan.18
yang berbahasa Arab, dan maknanya yang benar, agar ia menjadi hujah
yang menjadi sarana pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan
18
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa “Kamus Besar Bahasa Indonesia” Daring :
Jaga dalam https://kbbi.web.id/jaga. Diakses pada 20 Oktober 2019 pukul 07.30
21
membacanya. Al-Qur‟an itu terhimpun dalam mushaf yang dimulai
benar-benar murni dan autentik. Begitu pula dari segi turunnya; al-Qur‟an
bahasa, yaitu:
19
Abdul Wahab Khallaf, Ilm Ushul al-Fiqh (Kairo: Maktabah Al-Dakwah Al-Islamiyyah,
1968), Cet. VIII, h.15.
20
Dr.H.A.Muhaimin Zen, “Al-Qur‟an 100% Asli: Sunni Syiah Satu Kitab Suci” (Jakarta:
Nur Al-Huda), h.53-55.
21
Shubi As-Shalih, Mabahits fii Ulum Al-Qur‟an, cet. 4 (Beirut Dar Al-Ilm li Al-
Malaayiin,2000), h. 21
22
diambil dari diksi potongan ayat al-Qur‟an “Laḥāfiẓūn” yang berasal dari
ḥāfiẓā yaḥfaẓū ḥifẓan ḥāfiẓūn merupakan kata bahasa Arab yang berakar
sebagai kebalikan dari lupa.22 Maka dari itu, penjagaan al-Qur‟an ialah
segala proses dan cara yang dilakukan untuk penjagaan dan pemeliharaan
dan ia adalah kitab yang selalu terpelihara. “Innā nahnu nazzalnā al-ẓikra
Qur‟an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. 23 Ayat ini merupakan
jaminan pemeliharaan dari cacat dan cela, dan dari tangan-tangan usil yang
Allah pula yang akan menjaganya. Tidak ada satu kekuatanpun yang akan
sanggup menghambat.24
22
Eva Nugraha, “Diseminasi, Komodifikasi, dan Sakralisasi Kitab Suci; Studi Kasus Usaha
Penerbitan Mushaf al-Qur‟an di Indonesia Kontemporer” (Disertai S3., Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), h. 165.
23
M. Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat (Mizan Pustaka, 2007), h. 21.
24
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 175
23
makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat di
atas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya
sebagai al-Qur‟an tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca
Rasulullah dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi SAW. 25
terdahulu.27
25
M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat (Mizan Pustaka, 2007), h. 21.
26
Eva Nugraha, “Diseminasi, Komodifikasi, dan Sakralitas Kitab Suci”, h. 163
27
An-Naba‟ul „Azim,(Kuwait: Darul Qalam),h. 12-13
28
Muhammad Baqir Hakim, Ulumul Qur‟an, terj. Nashirul Haq, Abdul Ghafur, et all, cet. 2,
(Jakarta: al-Huda, 2012), h. 166
24
lubuk hati Nabi secara mantap sebelum orang lain menghafalnya terlebih
mereka.
dalam arti penulisan juga sudah berkembang pada masa itu, meskipun belum
jenis benda yang dapat dijadikan sebagai alat menulis ketika itu. 31 Kemudian
sampai sekarang.
pembukuan pada masa awal Islam, terjadi dalam tiga periode, yakni periode
Nabi Muhammad SAW., periode Abu Bakar As-Shidiq, dan periode Usman
Ada dua cara penjagaan dan pemeliharaan al-Qur‟an pada masa Nabi
29
Shubhi al-Shalih, Mabahis fii Ulum al-Qur‟an (Beirut: Dar al-Malayin, 1977), h. 71
30
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Studi Ulumul Qur‟an, terj. Drs.
Taufiqurrahman,M.Ag., cet. 1,(Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 11.
31
Anshori, Ulum al-Qur‟an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (ed), M. Ulinnuha
Khusnan (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 81.
25
meriwayatkannya kepada yang lain, dan yang kedua dengan cara menulis
lembaran-lembaran.
pertama dan merupakan contoh paling baik bagi para sahabat dalam
dan sumber risalah. Qur‟an diturunkan selama dua puluh tahun lebih.
32
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Studi Ulumul Qur‟an, terj. Drs.
Taufiqurrahman, M.Ag., cet. 1,(Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 10.
26
Proses penurunannya terkadang hanya turun satu ayat dan terkadang
turun sampai sepuluh ayat. Setiap kali sebuah ayat turun, dihafal dalam
dada dan ditempatkan dalam hati, sebab bangsa Arab secara kodrati
33
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an, terj. Mudzakir AS., cet. 17,(Bogor:
Litera AntarNusa, 2016), h. 176.
34
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), cet. 4,
h. 53.
35
Hasbi Ash-Shiddieqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an/Tafsir (Jakarta: penerbit
Bulan Bintang, 1980), h. 85-89.
27
lembaran.36 Rasulullah secara rutin memanggil para penulis untuk
tidak kurang dari enam puluh lima orang sahabat yang bertindak
Artinya:
Nabi adalah: mem-back up hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan
sempurna, karena bertolak dari hafalan para sahabat saja tidak cukup,
36
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Studi Ulumul Qur‟an, terj. Drs.
Taufiqurrahman, M.Ag., cet. 1,(Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 24.
37
M. Musthafa Al-A‟zami, Sejarah teks al-Qur‟an dari wahyu sampai Komplikasi, terj.
Sohirin Solihin, dkk. (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 72.
38
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Studi Ulumul Qur‟an, terj. Drs.
Taufiqurrahman, M.Ag., cet. 1,(Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 24
39
Rosihan Anwar, Ulum al-Qur‟an, cet. 6 (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 39.
28
dan Zaid bin Sabit. Bila turun ayat, ia memerintahkan mereka
turun itu atas kemauan mereka sendiri, tanpa diperintah oleh Nabi;
suatu surat turun setelah ayat atau surah tertentu, tetapi ayat atau
40
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an, terj. Mudzakir AS., cet. 17,(Bogor:
Litera AntarNusa, 2016), h. 183.
41
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an, terj. Mudzakir AS., cet. 16,(Bogor:
Litera AntarNusa, 2013), h. 187.
42
Mawardi Abdullah, Ulum al-Qur‟an,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 22.
29
penempatan).43
orang murtad itu. Peperangan Yamamah yang terjadi tahun dua belas Hijri
ini tujuh puluh qari dari para sahabat gugur, 46 bahkan dalam suatu riwayat
Oleh karena itu, Umar bin Khattab khawatir dengan para ḥuffaẓ yang
Qur‟an jika mengandalkan hafalan semata, kebijakan Umar dalam hal ini
43
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Studi Ulumul Qur‟an, terj. Drs.
Taufiqurrahman, M.Ag., cet. 1,(Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 28
44
Eva Nugraha, Kebijakan Utsman atas Komplikasi Al-Qur‟an (Tesis S2 Program Pasca
Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2000), h. 12
45
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Studi Ulumul Qur‟an, terj. Drs.
Taufiqurrahman, M.Ag., cet. 1,(Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 29
46
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an, terj. Mudzakir AS., cet. 17,(Bogor:
Litera AntarNusa, 2016), h. 185
47
Muhammad Quraisy Shihab, et. Al, Sejarah & Ulum al-Qur‟an, cet. 4 (Jakarta: Pustaka
Furdaus, 2008), h. 28
30
Bakar.48 Mula-mula Abu Bakar merasa ragu mengenai usulan Umar
hati Abu Bakar untuk menerima usulan Umar tesebut.49 Kemudian dia
Abu Bakar menunjuk Zaid bin Sabit sebagai ketua tim kodifikasi al-
Qur‟an. Awalnya Zaid bin Sabit merasa ragu dan penuh pertimbangan
dalam pemenuhan tugas ini,51 sampai akhirnya Zaid bin Sabit menerima
dengan lapang dada perintah ini. Zaid bin Sabit memulai tugasnya yang
berat ini dengan bersandar pada hafalan yang ada dalam hati para qurra
(kumpulan) itu disimpan di tangan Abu Bakar. Setelah ia wafat pada tahun
48
Eva Nugraha, Kebijakan Utsman atas Komplikasi Al-Qur‟an (Tesis S2 Program Pasca
Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2000), h. 12
49
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an, terj. Mudzakir AS., cet. 17, (Bogor:
Litera AntarNusa, 2016), h. 186
50
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Studi Ulumul Qur‟an, terj. Drs.
Taufiqurrahman,M.Ag., cet. 1,(Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 29
51
Mustafa Murad, Kisah Hidup Umar bin Khattab, terj. Ahmad Ginanjar & Lulu M.
Sunman, cet. 4 (Jakarta: Zaman, 2013), h. 72
52
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an, terj. Mudzakir AS., cet. 17,(Bogor:
Litera AntarNusa, 2016), h. 186
31
merupakan kata jamak yang secara literal artinya, keping atau kertas. 53
penulisan al-Qur‟an pada masa Abu Bakar yaitu mushaf ini telah
menghimpun semua ayat al-Qur‟an dengan cara yang sangat teliti, ayat
dan surah telah tersusun menurut susunan yang sebenarnya seperti yang
masa Abu Bakar. Pada masa ini hanya dilakukan penjagaan, karena al-
barat. Maka dari itu, ketika terjadi perang Armania dan Azarbaijan dengan
penduduk Iraq, diantara orang yang ikut menyerbu kedua tempat itu ialah
53
Mustafa Murad, Kisah Hidup Umar bin Khattab, terj. Ahmad Ginanjar & Lulu M.
Sunman, cet. 4 (Jakarta: Zaman, 2013), h. 147
54
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an, terj. Mudzakir AS., cet. 17, (Bogor:
Litera AntarNusa, 2016), h. 186
32
Dari peristiwa inilah kemudian Abu Al-Aswad Ad-Du‟ali berinisiatif
orang termasuk Zaid bin Tsabit (sebagai ketua), Abdullah bin Zubair, Said
ibn Al-Ash dan Abdurrahman ibn Al-Harits ibn Hisyam 55. Kodifikasi ini
dilakukan sebagaimana pada masa Abu Bakar. Akan tetapi kodifikasi Al-
Qur‟an pada masa Usman bukan karena keberadaan Al-Qur‟an yang masih
bacaan. Upaya ini diawali dengan menyalin mushaf Abu Bakar yang
dijaga oleh Hafshah kedalam beberapa mushaf 56. Sebelum tim kodifikasi
dan benar.
55
Lihat Al-A‟zami, Sejarah Teks Al-Qur‟an,…..100, bandingkan dengan Mannā‟ Khalīl al-
Qaţţān, terj. Mudzakir, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, cet. 18 (Bogor: Litera AntarNusa, 2017), h.
193. Usman hanya menunjuk empat orang dan ketiga diantaranya selain Zaid adalah orang
Quraisy sehingga jika terjadi perdebatan Usman memerintahkan agar yang diperselsihkan Zaid
dengan ketiga kawannya ditulis dalam dialek Quraisy.
56
Al-Hafiz Ibn Katsir, Perjalanan Hidup Empat Orang Khalifah Rasul yang Agung, terj.
Abu Ihsan Al-Asari, cet. 8, (Jakarta: Darul Haq, 2011), h. 453
33
penggandaan tersebut, mushaf digandakan sebanyak 5 buah57, 4 buah
untuk Usman sendiri dan yang terakhir inilah yang disebut “mushaf Al-
mushaf-mushaf lain yang tidak sesuai untuk dibakar. Hal ini dilakukan
mushaf Usmani di kalangan umat Islam terjeda rentang waktu yang cukup
dan metode tulisan yang digunakan di dalam mushaf Usman ini kemudian
menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan
Usman. Sedangkan ejaan yang tidak sesuai dengan ejaan mushaf Usman,
57
Al-Suyuti, Jalal ad-Dīn, al-Itqan fii Ulum al-Qur‟an, (Beirut: Dar al-Fiqr, jilid I, h. 132.
Banyak perbedaan pendapat mengenai jumlah mushaf yang dikirimkan Usman ke berbagai daerah.
Manna‟ Khalil al-Qattan dalam kitabnya Mabahis Fii Ulumil Qur‟an, h. 199.
58
Zaenal Arifin Madzkur, “Legalisasi Rasmm Usmani dalam Penulisan al-Qur‟an”,
dalam Journal of Qur‟anic and Hadits Studies, Vol. 1, No. 2, (2012), h. 220.
59
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Mabahits Fii Ulum al-Qur‟an (Riyad Mansurat al-Hasr wa
al-Hadits, 1393 H/1973 M, h. 146.
34
tidak diperbolehkan penggunaannya. Kemudian menyatukan tertib
mushaf sekarang.
sebagai berikut60.
dianggap tetap (settle) dalam penyajian yang terakhir, dan bukan ayat
yang mereka tulis berdasarkan riwayat ahad, dan tidak pula ayat yang
dikenal sekarang;
yang berasal dari kata hafaza dan hāfaza. Diantaranya Allah sebagai penjaga,
35
1. Allah Sebagai Penjaga
bahwa Allah menjaga/memelihara tiga objek yaitu, alam (langit dan bumi),
dijelaskan dalam surat Al-Baqarah: 225, Al-Hijr: 17, Fushilat: 12. Dalam
ayat ini Allah menjelaskan penciptaan langit dalam dua masa dan dihiasi
baik-baik dan sempurna dari setan yang ingin merusaknya. Diksi ayat ini
merusak dan menggodanya. Selanjutnya terdapat satu ayat pada surat Al-
dan akan menjadi fokus kajian penulis terlebih dari pandangan mufassir
malaikat seagai subjek penjagaan. Empat ayat ini adalah surat Al-
36
An‟am/61, Ar-Ra‟d/11, Al-Infithar/10, At-Thariq/4. Ayat-ayat tersebut
sebagai penjaga beberapa objek. Namun, ada satu yang menjadi daya tarik
penulis yaitu surat Al-Maidah ayat 44. Ayat ini menunjukkan bahwa
37
BAB III
SHIHAB
pada bab ini akan memudahkan dalam melihat identitas pemikiran dan profil
mufasir yang dijadikan objek analisis pada bab IV. Ada dua sub bab yang penulis
anggap penting dalam bab ini, yaitu biografi singkat para mufasir dan klasifikasi
ayat penjagaan.
Ibn Katsir bernama asli Isma‟il bin „Amr al-Qurasyi bin Katsir al-
Syafi‟i. Ia dilahirkan pada 705 H dan wafat pada 774 H. 61 Dalam literatur
lain disebutkan nama Ibn Katsir diberi gelar al-Basri, hal ini berkaitan
dengan tempat beliau lahir yaitu di Basrah, begitu pula dengan gelar al-
Dimasyqi, hal ini dikarenakan kota Basrah adalah bagian dari kawasan
Damaskus.62
Dalam literatur lain juga disebutkan bahwa beliau dari Bani Hashlah.
Lahir di desa Mijdal di Syam. Pada tahun 701 H. hal ini di nyatakan
61
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, cet. 18 (Bogor: LiteraAntarNusa,
2017),h. 536.
62
Maliki, Tafsir Ibn Katsir: Metode dan Bentuk Penafsirannya (Yogyakarta: el-Umdah,
2018), h.77.
38
Katsir menceritakan bahwa ayahnya telah menikah sebanyak dua kali. Dari
istri pertama, telah lahir tiga orang putra, berturut-turut namanya, Isma‟il,
Yunus dan Idris, sedangkan dari istri kedua, yang dinikahinya sesudah
meninggal istri pertamanya, lahir beberapa orang putra dan putri, yang
tertua namanya „Abd al-Wahhab dan yang paling bungsu adalah Ibnu
Katsir sendiri.63
bahwa Ibnu Katsîr sejak kecil, diasuh, dibimbing dan dibesarkan dalam
Sejak umur tujuh tahun (ada juga pendapat yang menyebut tiga
tahun)64 Ibn Katsir sudah ditinggal oleh ayahnya yang meninggal dunia.
Sejak saat itu, ia diasuh oleh kakaknya (Kamal al-Din Abd Wahhab) di
63
Hasan Bisri, Model Penafsiran Hukum Ibnu Katsir, cet. 1 (Bandung: LP2M UIN SGD
Bandung, 2020), h. 18.
64
Imaduddin Abu al-Fida Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Juz Amma: Kata Pengantar Khalid bin
Muhammad Abu Shalih, (Jakarta: Pustaka Azzam,2012), h XV.
39
dengan banyak bertemu dengan para ulama-ulama besar pada saat itu,
termasuk Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah, dan juga Baha al-Dīn al-Qasimy
bin Asakir (w. 723), Ishaq bin Yahya al-Amidi (w. 728).65
Beliau memperoleh ijazah dari al-Wani. Beliau juga dididik oleh pakar
al-Hāfidh al-Mizzi ini, tidak hanya terbatas pada masalah keilmuan saja,
istrinya.66
Dalam hal ini, ada dua orang guru terkemuka yang membimbingnya, yakni
al-Syeikh Burhan al-Dîn al-Fazari dan Kamal al-Din ibn Qadhi Syuhbah.
dan Mukhtashar ibn al-Hājib dalam bidang studi ushul fikih telah selesai
dihafalnya. Di samping itu, ada dua bidang studi keilmuan yang justru
paling besar artinya dalam mengangkat pamor Ibn Katsir sebagai ilmuwan
65
Maliki,Tafsir Ibn Katsir: Metode dan Bentuk Penafsirannya, h.76.
66
Hasan Bisri, Model Penafsiran Hukum Ibnu Katsir, h. 21.
40
bidang studi itu adalah studi sejarah dan tafsir al-Qur‟an. Dalam bidang
sejarah, peran al-Hafidh al-Birzali (w. 739 H) yang oleh Ibn Katsir disebut
al-Birzali.67
berlandaskan al-Qur‟an dan hadīṣ, tetapi hanya satu bab yang mengenai
oleh Gubernur Suriah yaitu Altunbuga al- Nasiri di akhir tahun 741 H/
1341 M).69
sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Dalam bidang ilmu hadiṣ, pada
pendidikan), dan pada tahun 756 H / 1355 M, setelah Hakim Taqiuddin al-
67
Hasan bisri, Model Penafsiran Hukum Ibnu Katsir, 21.
68
Maliki, Tafsir Ibnu Katsir: Metode dan Penafsirannya, h.77.
69
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi Kitab
Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2004), h. 132.
41
(sebuah lembaga pendidikan hadits). Kemudian pada tahun 768 H/1366 M
beliau diangkat menjadi guru besar oleh Gubernur Mankali Buga di Masjid
Umayah Damaskus.70
Ibn Katsir adalah seorang ahli fikih yang sangat ahli, ahli hadis yang
Sunan). Kitab ini terdiri dari delapan jilid, yang berisi nama-nama sahabat
periwayat hadis yang terdapat dalam Musnad Ahmad bin Hanbal, Kutub
70
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi Kitab
Tafsir, h. 132-133.
71
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, cet. 18 (Bogor: Litera AntarNusa,
2017), h. 537
72
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi Kitab
Tafsir, h. 134.
73
Imaduddin Abu al-Fida Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Juz Amma: Kata Pengantar Khalid bin
Muhammad Abu Shalih, h. xvii.
42
Du‟afa wa al-Mujahal (Pelengkap untuk Mengetahui Para Periwayat yang
Terpercaya, Lemah dan Kurang Dikenal). Kitab ini terdiri dari lima jilid.
karya Ibn Salah. Pendapat lain mengatakan ada kitab lain lagi yaitu Adillah
kitab Shahih Bukhāri yang penyelesaiannya dilanjut oleh Ibn Hajar al-
Asqalani.74
Imam Syafi‟i).76
tetapi hanya satu bab yang mengenai ibadah dalam persoalan haji yang
74
Maliki, Tafsir Ibnu Katsir: Metode dan Penafsirannya, h.77.
75
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, cet. 18 (Bogor: Litera Antar Nusa,
2017), h. 537
76
Abd Haris Nasution dan Muh Mansur, Studi Kitab Tafsir Al-Qur‟an Al-Azim, dalam
jurnal Ushuluddin Adab dan Dakwah. Vol 1(1): 1-14 (Agustus 2018), h.4
77
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, cet. 18 (Bogor: Litera Antar Nusa,
2017),h. 537
43
ditulis dalam satu bab.78
Tafsīr al-Qur‟ān al-Adzīm atau yang disebut juga Tafsīr Ibn Katsīr.79
Tanzīl, karya al-Bagawi. Juga diterbitkan secara terpisah dalam empat jilid
berukuran besar.80
Mengenai nama tafsir yang dikarang oleh Ibn Katsir, tidak ada data
yang dapat memastikan berasal dari pengarangnya. Hal ini karena dalam
Ibn Katsir ini dengan nama Tafsir al-Qur‟ān al-„Azīm. Dalam berbagai
naskah cetakan yang terbit pun pada umumnya diberi judul Tafsīr al-
Qur‟ān al-„Azim, namun ada pula yang memakai judul Tafsīr Ibn Kasīr.
sama.81
78
Maliki, Tafsir Ibnu Katsir: Metode dan Penafsirannya, h.77.
79
Maliki, Tafsir Ibnu Katsir: Metode dan Penafsirannya, h.77.
80
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, cet. 18 (Bogor: Litera Antar Nusa,
2017), h. 513.
81
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi Kitab
Tafsir, h. 135.
44
sekian banyak tafsir bil-ma‟tsur yang pernah ditulis orang dan menduduki
peringkat kedua sesudah kitab Ibn Jarir. Ibn Kasir menafsirkan Kalamullah
disebut sebgai sistematika tartib mushafi. Urutan tafsir terdiri dari empat
jilid ini adalah sebagai berikut: jilid I berisi tafsir surat al-Fātihah sampai
dengan surat an-Nisā‟, jilid II berisi tafsir surat al-Māidah sampai dengan
surat al-Nahl, jilid III berisi tafsir surat al-Isra sampai dengan surat Yāsīn,
Kitab ini telah diringkas dan diteliti ulang oleh Muhammad „Ali al-
Sabuni, guru besar tafsir fakultas hukum dan studi Islam Universitas King
„Abd al-„Aziz, Mekah. Ringkasan kitab ini berjudul Mukhtasar Tafsīr Ibn
Katsīr (tiga jilid). Jilid I memuat tafsir surat al-Fātihah sampai dengan
surat al-An‟ām, jilid II memuat tafsir surat al-A‟rāf sampai dengan surat
al-Naml, jilid III memuat tafsir surat al-Qasās sampai dengan surat an-
Nās.83
45
Singkat Tafsīr Ibn Katsīr (delapan jilid).84
lebar pada ilmu-ilmu lain yang tidak diperlukan dalam memahami al-
masalah tafsīr alqur‟ān bil qur‟ān (menafsirkan ayat dengan ayat). tafsir
ini merupakan tafsir yang paling banyak memuat atau memaparkan ayat-
menjelaskan apa yang menjadi dalil dari ayat tersebut. Selanjutnya diikuti
sesudahnya.86
84
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi Kitab
Tafsir, h. 137
85
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, cet. 18 (Bogor: Litera Antar Nusa,
2017), h. 537
86
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, cet. 18 (Bogor: Litera Antar Nusa,
2017), h. 537
46
tentang hukum fiqih yang kadang-kadang, disertai pendiskusian atas
Kitab ini dapat dikategorikan sebagai salah satu kitab tafsir dengan
menafsirkan ayat demi ayat secara analitis menurut urutan mushaf al-
Qur‟an. Metode lain juga yang terdapat dalam tafsir ini adalah semi
itu.89
87
Mannā‟ Khalīl al-Qaţţān, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, cet. 18 (Bogor: Litera Antar Nusa,
2017), h. 513
88
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi Kitab
Tafsir, h. 137-138.
89
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi Kitab
Tafsir, h. 138.
47
langkah-langkah penafsiran yang dianggapnya paling baik (ahsan turūq al-
mudah dan ringkas. Kadang ia menjelaskan ayat tersebut dengan ayat lain,
yang terkait dengan ayat yang sedang ditafsirkan. Ayat-ayat itu adalah
arti.
Ibn Katsir, selain menafsirkan ayat dengan ayat yang lain, ia juga
48
terdapat penjelasan dalam ayat lain, atau untuk melengkapi penjelasan
hukum, kisah atau sejarah, Ibnu Katsir banyak mengutip dari pendapat
para ulama atau mufassir sebelumnya, dan yang paling banyak ia kutip
perbandingan penafsiran.
49
Metode ini ia gunakan setelah melakukan metode-metode yang
telah disebutkan di atas (yaitu: ayat dengan ayat, ayat dengan hadīṣ,
disertai peringatan, dan demikian juga ada kalanya ia sama sekali tidak
92
Abd Haris Nasution dan Muh Mansur, Studi Kitab Tafsir Al-Qur‟an Al-Azim, . . .h.7-12.
50
masing ulama, termasuk pendapatnya sendiri.
sebagainya.
51
dalam al-Qur‟an, seperti kursiy, „arsy, dan istawa. Di sini terlihat
bahwa metode tersebut adalah metode yang terbaik dalam penafsiran al-
52
1. Riwayat hidup dan latar belakang
Rembang, Jawa Tengah pada tahun 1915 M. Ia adalah anak dari H. Zainal
Mustofa dan Chodijah yang telah memberi nama Mashadi. Mashadi adalah
menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekah - Madinah pada tahun 1923
M.
Zainal Mustofa dan Chodijah. Mashadi juga memiliki saudara tiri karena
merupakan pribadi yang mencintai dan memuliakan kiai dan para alim
pasangan Aminah dan H. Zajjadi adalah pria kelahiran Makassar dari ayah
93
A. Zainal Huda, Mutiara Pesantren; Perjalanan Khidmah KH. Bisri Musthofa,
(Yogyakarta: Pustaka Kita. 2003), h. 8.
94
Ibid, h. 11.
53
bernama H. Syamsuddin dan Ibu Datuk Djijjah.
usia 63 tahun. Sejak pulang dari ibadah haji, Mashadi mengganti namanya
dari Mashadi menjadi Bisri dan kemudian ia dikenal dengan nama Bisri
Musthofa.
Bisri diterima di HIS karena dikenali sebagai saudara petinggi HIS, KH.
95
Rizkiyatul Imtyas, Tafsîr Al-Ibrîz Lima‟rifati Tafsîr Al-Qur‟ân, h. 64.
54
Cholil melarang Bisri bersekolah di HIS. Karena HIS merupakan sekolah
Ongko Loro di Kabupaten Rembang atas saran KH. Cholil, beliau lulus
pada tahun 1926. Kiai Bisri juga pernah menjadi santri di Pesantren Kajen
selama tiga hari, juga di Pesantren Kasingan Rembang yang diasuh oleh
belajar mengaji al-Qur‟an kepada KH. Cholil terlebih dahulu. Dan setelah
waktunya yang bersamaan. Oleh karena itu Bisri memilih belajar mengaji
oleh kakaknya, H. Zuhdi untuk belajar mengaji pada KH. Cholil Kasingan.
Setelah tidak kerasan di pondok, Bisri keluar pesantren KH. Cholil dan
96
Dinda Setya Melina, Penafsiran KH. Bisri Musthofa tentang ayat-ayat Pelestarian
Lingkungan, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin IAIN Ponorogo, 2020), h. 36
97
A. Zainal Huda, Mutiara Pesantren; Perjalanan Khidmah KH. Bisri Musthofa,
(Yogyakarta: Pustaka Kita. 2003). hlm, 11.
55
Bisri diperintahkan untuk kembali ke Kasingan untuk belajar mengaji al-
ipar KH. Cholil yang bernama Suja‟i. Sebelum mengaji kepada KH.
Cholil, Bisri terlebih dahulu belajar mengaji pada Suja‟i. Hal tersebut
dikarenakan Bisri belum siap jika mengaji langsung kepada KH. Cholil.
dengan baik sehingga suatu hari nanti akan langsung mengaji pada KH.
Cholil.98
kitab, melainkan ia hanya diajari Suja‟i kitab Alfiyah Ibnu Malik. Setiap
harinya Bisri hanya mempelajari kitab itu, dan lama kelamaan ia menjadi
ilmu fiqh dan hukum Islam). Setelah ia hafal dan paham betul terhadap
kedua kitab tersebut, ia lalu belajar kitab-kitab lainnya, antara lain; Tafsîr
kepercayaan diri yang lebih kuat, Bisri menjadi sosok santri yang
98
Saifulloh Ma‟sum, Kharisma Ulama: Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU, (Bandung:
Mizan, 1998), h. 322.
56
untuk memahami sebuah pelajaran keilmuan. Kemudian diangkat menjadi
Buroh Pondok (ketua pondok pesantren dan kaki tangan pengasuh Kiai
Cholil).
Pada tahun 1932 Bisri meminta restu KH. Cholil untuk pindah
Kasingan pun Bisri tidak akan kehabisan ilmu untuk dipelajari. Karena
KH. Cholil tidak meridhoi Bisri untuk pindah pondok, maka Bisri
Mekkah adalah: (1) Syaikh Baqir asal Yogyakarta, kepadanya KH. Bisri
99
A. Zainal Huda, op.cit, h. 16.
57
(2) Syaikh Umar Hamdan al-Maghribi, kepadanya KH. Bisri Musthofa
belajar kitab Hadis Shahih Bukhori dan Shahih Muslim, (3) Syaikh Hassan
Sayyid Amin, kepadanya KH. Bisri Musthofa belajar kitab Ibn „Aqil, (5)
Syaikh „Ali al-Maliki, kepadanya KH. Bisri Musthofa belajar kitab al-
yang meliputi berbagai bidang, diantaranya; ilmu tafsir dan tafsir, ilmu
hadis dan hadis, ilmu nahwu, sharaf, akidah, syari‟ah, akhlak dan
berjumlah 176 judul karya. Salah satu keunikan dari karya KH. Bisri
Indonesia yang ditulis dengan Arab Pegon, ada yang berbahasa Indonesia
bertuliskan huruf latin, dan ada juga yang menggunakan bahasa Arab 102.
Qur‟ân, KH. Bisri Musthofa juga menyusun kitab Tafsîr Surat Yâsîn.
100
Maslukhin, Kosmologi Budaya Jawa Dalam Tafsir Al-Ibriz Karya KH. Bisri Musthofa,
Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis, Vol V, Nomor 1 (Juni 2015), h. 31
101
Arab Pegon, yaitu sebuah tulisan, aksara atau huruf arab tanpa lambang atau tanda baca
dan bunyi. Dalam kamus bahasa Jawa-Indonesia, pegon berarti tidak bisa mengucapkan. Kata lain
dari pegon adalah gundhul atau polos. Sedangkan istilah huruf Arab Pegon digunakan untuk
menuliskan terjemahan maupun makna yang tersurat di dalam kitab kuning dengan menggunakan
bahasa tertentu. Purwadi, Kamus Jawa-Indonesia, (Jakarta: Pustaka Widyatama, 2003), h. 278.
102
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, h. 130.
58
Tafsir ini bersifat sangat singkat dapat digunakan para santri serta para da‟i
di pedesaan. Termasuk karya beliau dalam bidang tafsir ini adalah Kitab
al-Iktsir yang berarti “Pengantar Ilmu Tafsir” ditulis sengaja untuk para
Dalam bidang aqidah, ada dua karyanya yaitu; pertama, Rawihât al-
tauhid/aqidah yang dipelajari oleh para santri pada tingkat pemula (dasar)
aqidah ini terutama ditujukan untuk pendidikan tauhid bagi orang yang
59
al-Abâ‟ lî al-Abnâ‟, Syi‟ir Ngudi Susilo, Mitra Sejati, Qasîdah al-Ta‟liqât
dengan ilmu Mantiq atau logika. Isinya sangat sederhana tetapi sangat
Islam dan Keluarga Berencana, buku cerita humor Kasykûl (tiga jilid),
pada kelompok sasaran yang menjadi target dakwah KH. Bisri Musthofa.
karya beliau yang seringkali dijadikan bahan belajar ataupun rujukan ialah
karya yang bertema ilmu tauhid, ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu mantiq,
60
dan ilmu balaghah. Kedua, masyarakat umum di pedesaan yang giat dalam
acara pengajian di masjid atau langgar. Dalam hal ini, karya-karya KH.
hal ibadah.
3. Tafsir Al-Ibriz
Qur‟an. Tidak ada literatur yang menuliskan data akurat tentang kapan
masa setelah kelahiran puteri mereka yang ke empat, Atikah pada tahun
1964 M. Pada tahun ini pula al-Ibriz untuk pertama kalinya dicetak oleh
103
Maslukhin, Kosmologi Budaya Jawa Dalam Tafsir Al-Ibriz Karya KH. Bisri Musthofa,
Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis, Vol V, Nomor 1 (Juni 2015), h. 79.
61
percetakan Menara Kudus104. Secara fisik, kitab Tafsir al-Ibriz tidak
nampak seperti kitab tafsir pada umumnya. Keunikan kitab Tafsir al-
Ibriz ini sudah terlihat dari kondisi fisik dari luarnya. Ketika membuka
Dari keterangan tersebut kita dapat mengetahui bahwa beliau ingin agar
104
Abu Rokhmad,. Telaah Karakteristik Arab Pegon Al-Ibriz, (Jurnal “Analisa” Volume
XVIII No. 01, Januari-Juni 2011), h. 58.
105
Bisri Musthafa, al-Ibrîz lima‟rifati Tafsîr al-Qur‟ân bi al-Lughah al-Jawiyyah,
(Rembang: Menara Kudus, 1959), h. 2.
62
pembaca al-Qur‟ân khususnya orang Jawa, paham akan maksud al-
maupun ilmiah.
dalam peta per-kiai-an. Saat itu, harga yang diajukan beliau adalah Rp.
3.000,- “Saya sampaikan dulu tawaran Anda kepada kiai”, kata Bisri, eh
63
menerima bayaran Rp. 3.000,-. Selain di penerbit Salim Nabhan, kitab-
Dari semua karya kiai Bisri, Tafsîr al-Ibrîz merupakan kitab yang
paling laris dan terus mengalami cetak ulang tiap tahunnya. Rata-rata
hingga 1.400 set (30 juz). Sedangkan diurutan kedua adalah buku
b. Sistematika Penulisan
penafsiran ayat al-Qur‟an sesuai dengan urutan ayat dan surat di al-
106
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, h. 133-134
107
Dinda Setya Melina, Penafsiran KH. Bisri Musthofa tentang ayat-ayat Pelestarian
Lingkungan, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin IAIN Ponorogo, 2020), h. 48.
64
ayat sesuai dengan waktu dan kronologi turunnya ayat, sehingga tidak
artinya kitab tafsir yang penafsiran ayatnya diurutkan sesuai tema atau
topik tertentu108.
tatanan penulisan yang runtut sesuai dengan ayat dan surat yang
demikian bukan brarti tafsir al-Ibriz ini murni tafsir bi ra‟yu karena ada
menuliskan ayat al-Qur‟an secara utuh, lalu menuliskan arti tiap kata
dari ayat dengan tulisan arab berbahasa Jawa dengan posisi miring ke
penafsiran ayat disamping kanan dan kiri ayat al-Qur‟an. Khas yang
108
Maslukhin, Kosmologi Budaya Jawa Dalam Tafsir Al-Ibriz Karya KH. Bisri Musthofa,
Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis, Vol V, Nomor 1 (Juni 2015), h. 82
109
Abu Rokhmad,. Telaah Karakteristik Arab Pegon Al-Ibriz, (Jurnal “Analisa” Volume
XVIII No. 01, Januari-Juni 2011), h. 29.
65
dengan bahsa jawa yang ditulis dengan tulisan arab. Dalam adat Jawa,
saja, namun terlihat corak yang khas pada kitab al-Ibriz secara fisik
terlihat ketika Kiai Bisri menafsirkan ayat-ayat fiqih, beliau akan lebih
110
Ibid, h. 31
66
Contohnya ketika menafsirkan Qur‟an surat al-Mâ‟idah ayat 6.
Artinya:
...Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
Bahasa Jawa:
...utowo ngepuk wong wadon utowo jimak, utowo ora nemu banyu.
Bahasa Indonesia:
Atau menepuk orang perempuan atau jimak, atau tidak menemukan air.
ّ ُ َ َ
berpendapat bahwa makna ا ْوال َم ْست َُم ال ِن َساءbersentuhan kulit dengan yang
ُ َ َ
bukan muhrim. Sementara imam Hanafi berpendapat makna َا ْوال َم ْست ُم
ّ
ال ِن َساءdi sini adalah bersetubuh.
67
dalam menfasirkan ayat al-Qur‟an, ada banyak pendapat ulama yang
menjadi empat macam yaitu: 1). Ijmali (global), 2.) Tahlili (Analitik),
dan apa adanya tanpa menyebut sanad dan status hadis.selain itu,
dilihat dari pendapat para ulama, cara penukilan hadis, atsar, tabi‟in
Bisri Musthofa terhadap ayat yang memiliki makna sudah jelas, ia tidak
111
Ibid, h. 32
112
Hujair A. H Sanaky, Metode Tafsir (Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna atau
Corak Mufassirin), (Al-Mawardi.XVIII Tahun 2008), h. 266.
68
lagi menafsirkan ayat dengan detail dan panjang, melainkan
menafsirkan ayat yang tidak jauh dari terjemahan ayat. Sedangkan pada
kata per kata lalu dilanjutkan dengan pemahaman makna secara utuh
ini dirasa mudah dipahami oleh kalangan yang faham keilmuan tafsir
69
mbanterake waosane, jalaran kuwatir lali. Jalaran mengkono
113
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h.9.
70
keempat dari 12 orang bersaudara. Beliau lulusan dari Jami‟ah al-Khair
meninggal pada tahun 1984, ibu beliau merupakan seorang yang taat
114
Arifka, Konsep Tawakal dalam Perspektif M. Quraish Shihab, Kajian Tafsir Tarbawi, h.
37
115
Arifka, Konsep Tawakal dalam Perspektif M. Quraish Shihab, Kajian Tafsir Tarbawi,
h.37-38.
116
Afrizal Nur, M. Quraish Shihab dan Rasionalisasi Tafsir dalam Jurnal Ushuluddin Vol.
XVIII No. 1, Januari 2012, h. 22.
71
orang anak, masing-masingnya bernama Najeela, Najwa, Nasyawa, Nahla
saudaranya biasa dikumpulkan oleh sang ayah untuk diberi nasihat dan
Muhammad Iqbal.
117
Afrizal Nur, M. Quraish Shihab dan Rasionalisasi Tafsir, h.22.
118
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h.9-10.
119
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h.10.
72
tidaklah cukup kau membacanya empat kali sehari,” seru al-
Mawardi.
untuk dirinya.120
Abdul Qadir Bilfaqih.121 Beliau adalah seorang ulama besar yang sangat
menjadikan beliau tidak terpaku pada satu pendapat. Selama disana, sesi
lagi dengan tradisi Nahdlatul Ulama (NU) mempelajari bahasa Arab dan
120
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an, .
.h.10-11.
121
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an, .
.h.11.
73
berbagai disiplin ilmu agama lainnya.122
dua tahun lebih, dia pun berangkat ke Kairo, Mesir menjadi wakil
dua saudaranya Umar Shihab dan Alwi Shihab. Disana beliau mendapat
Selanjutnya pada Tahun 1967 dia meraih gelar Lc. (S1) pada
Syaikh Abdul Halim Mahmud pengarang buku “al Tafsīr al-Falsafi fi al-
122
Afrizal Nur, M. Quraish Shihab dan Rasionalisasi Tafsir, h.22.
123
Afrizal Nur, M. Quraish Shihab dan Rasionalisasi Tafsir, h.22.
124
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h. 11.
125
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h. 11.
74
menuntut ilmu di Universitas al-Azhar. Gurunya ini juga lulusan
kemudian menjadi Syaikh Al-Azhar, saya sering naik bus bersama beliau,
beliau adalah mahasiswa yang rajin dan tekun serta banyak membaca.
buku Abbas Mahmud al-Aqqad telah beliau baca, dan menurut M.Quraish
rasional tapi pada masa yang sama ada pada jalur, tidak
menyimpang”.127
126
Afrizal Nur, M. Quraish Shihab dan Rasionalisasi Tafsir, h. 23.
127
Afrizal Nur, M. Quraish Shihab dan Rasionalisasi Tafsir, h. 23.
75
tentang “Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur”
ilmu-ilmu al-Qur‟an.129
antara lain Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sejak tahun 1984,
128
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h. 11-12.
129
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h. 12.
130
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h. 12.
76
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Ia juga
negeri.131
menulis di harian Pelita, dalam rubrik “Pelita Hati”, penulis tetap rubrik
penulis dalam majalah Ulumul Qur‟ān dan Mimbār Ulamā‟, dan lain-lain.
Selain menulis di media, ia juga aktif menulis buku. Tidak kurang 28 judul
masyarakat.132
131
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h. 12.
132
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h. 13.
77
Pemberitaan Ghaib (1997), Sahur Bersama M. Quraish Shihab di RCTI
Sumber lain berupa karya lain yang telah ditulis oleh Quraish Shihab
serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini (1999),
Mut‟ah sampai Nikah Sunnah, dari Bias Lana sampai Bias Baru (2006),
133
Atik Wartini, Corak Penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, dalam
Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol. 11, No. 1, Juni 2014: 109-126, h.117.
134
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-
Qur‟an, h. 14-15.
78
disebutkan di atas, menandakan bahwa peranannya dalam perkembangan
3. Tafsir Al-Misbah
Ilahi). Namun, kenyataanya hingga saat ini masih banyak manusia dan
Ilahi itu.135
79
Allah SWT. Namun, semestinya disertai dengan kesadaran akan
(tadabbur).137
pada apa yang disebut dengan “tujuan surat” atau “tema pokok” surat.
ini menggunakan metode tahlîli, yaitu menafsirkan ayat per ayat al-
volume satu tafsir ini adalah tahun 2000, sedangkan cetakan pertama
Mesir pada hari Jumat 4 Rabi„ul Awwal 1420 H/18 Juni 1999 dan
137
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h.16.
138
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h.18-19.
80
selesai di Jakarta, Jumat 5 September 2003. Sehari rata-rata Quraish
b. Sistematika Penulisan
dari surat tersebut jika ada, serta alasan mengapa diberi nama
itu, jika nama suratnya diambil dari salah satu ayat dalam surat itu.
81
asbabun nuzul.141
menyeluruh tentang surat yang akan dibaca, dan setelah itu M. Quraish
tafsirnya.
enam hal, Pertama, keserasian kata demi kata dalam setiap surat.
demi ayat setelah sampai pada kelompok akhir ayat tersebut dan
memberikan kesimpulan.
141
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h.22-23.
82
c. Corak dan Metode Penafsiran
modernis:142
dalam masalah jihad dan syari‟at. Ketiga, ciri corak subyektifis adalah
ciri dari corak karya ini adalah penafsiran yang nuansanya adalah
142
Atik Wartini, Corak Penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, h.121-123.
83
bahwa beliau lebih mendekati corak penafsiran yang keempat, dalam
ayat demi ayat beliau selalu mendahulukan riwayat bukan ra‟yu, tetapi
ijtihad al-tafsiri.143
itu.144
143
Atik Wartini, Corak Penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, h.123.
144
Atik Wartini, Corak Penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, h. 124.
84
al-Qur‟an dari segi ketelitian redaksi kemudian menyusun
dalam al-Qur‟an.145
kondisi yang ada. Disamping itu corak lugawi juga sangat mendominasi
145
Ali Geno Berutu, Tafsir al-Misbah: Muhammad Quraish Shihab, h. 9.
146
Ali Geno Berutu, Tafsir al-Misbah: Muhammad Quraish Shihab, h. 9.
85
karena ketinggian ilmu bahasa arabnya. Corak sufi juga menghiasi
d. Sumber penafsiran
Muslim bin Hajjaj, Nazm al-Durār karya Ibrahim bin Umar al-Biqa‟i,
lain.148
147
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h. 36.
148
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal Al-Qur‟an,
h.37-38.
86
87
BAB IV
Pembahasan utama bab ini berisi tentang uraian penulis tentang bagaimana
penjagaan al-Qur‟an menurut pandangan mufassir dari tiga kitab tafsir yaitu, tafsir
Ibn Katsir, Tafsir al-Ibriz dan Tafsir al-Misbah. Penulis akan memaparkan
pendapat para mufassir tersebut pada QS. Al-Hijr/15: 9 untuk dijadikan sentral
Hijr/15:9)”.149
mufasir al-Qur‟an. Dalam ayat tersebut diyakini bahwa Allah menjaga al-
Qur‟an secara langsung. Selain Allah, para malaikat dan manusia juga ikut
menjaga keautentikan al-Qur‟an. Hal ini dapat diketahui dari penafsiran kata
َ َ
َه ْح ُن. Jumhur ulama menafsirkan kata ن
َ ُ ه ْحsebagai keterlibatan malaikat dan
149
Muhammad Ahsin Sakho, Afif Zarkasi . Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Cet. 12 (Tangerang
Selatan: Forum Pelayan Al-Qur‟an, 2018), h. 262.
88
manusia.150
Dalam Kitab Tafsir al-Bahr disebutkan bahwa makna dari al-Hifz ada
dengan cara mengekalkan syariat Islam sampai hari kiamat, hal ini
Quran sehingga jika ada satu huruf saja yang berubah dari al-Quran, maka
seorang anak kecil akan mengatakan “engkau telah berdusta dan yang benar
kata “Lahu” itu kembali kepada az-Zikr atau al-Quran dan hal ini adalah
perkataan tentang maksud dari penjagaan ini: Pertama, Kami menjaga al-
Quran sampai terjadi hari kiamat, ini adalah perkataan dari Ibnu Jarir. Kedua,
Kami menjaga al-Quran dari syetan yang ingin menambah kebatilan atau
disebutkan juga bahwa makna al-Hifz bahwa Allah akan menjaga al-Quran
dan salah satu caranya adalah melalaui para Qurra‟, dan hati para Qurra‟
150
H.A.Muhaimin Zen, Al-Qur‟an 100% Asli; Sunni-Syiah Satu Kitab Suci, cet. 1 (Jakarta:
Nur Al-Huda, 2012), h. 88-89.
89
B. Makna “Lahafidzun” Menurut Tafsir Ibn Katsir
dzikru yaitu al-Qur‟an kepadanya, dan Dia pula yang menjaganya dari usaha
َّ َ َ ُ ْ َ ُ َ
َاس
ِ الن وهللا يع ِصمك ِمن
orangnya yang dengki dan yang menentang beliau, serta para hartawannya
yang selalu memusuhi dan membenci beliau, selalu memeranginya siang dan
malam. Allah memelihara diri Nabi SAW. dari ulah jahat mereka dengan
90
berbagai sarana yang diciptakan dengan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya.
hingga sekarang, begitu juga Allah menciptakan para penghafal (hafidz) Al-
owah-owahan.”
Terjemah :
perubahan.”
ْ ّ
KH. Bisri Musthofa memaknai الذك ََرِ sebagai peringatan yaitu al-Qur‟an.
َ
َ ُ ه ْحdengan arti Aku. Jadi dapat
Menurut arti diatas, beliau mengartikan kata ن
disimpulkan secara mutlak bahwa Allahlah yang menjaga dan memelihara al-
91
M. Quraish Shihab didalam tafsirnya mengartikan lafadz lahafidzun
yang akan menjadi para Pemelihara otentitas dan kekekalannya. Dan bentuk
jamak yang digunakan ayat ini yang menunjuk Allah SWT., baik pada kata
َ َْ َ
َ ه َّزلنا ه ْح ُنatau Kami menurunkan maupun dalam hal pemeliharaan al-Qur‟an
Agar dakwah Nabi tetap berlaku hingga hari kiamat, Allah tidak
dan diingat. Allah akan memelihara al-Qur'ân itu dari berbagai perubahan dan
berbagai alat seperti piringan hitam, kaset, CD dan yang lainnya. Tetapi apa
yang dilakukan kaum muslim itu, tidak terlepas dari taufik dan bantuan Allah
SWT., guna pemeliharaan kitab suci umat muslim itu. dalam tafsirnya juga
Qur‟an dan kitab suci yang lalu dari segi pemeliharaan otentitasnya. Yang
92
ditugaskan memelihara kitab suci yang lalu adalah para penganutnya (saja).151
151
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 95-97
93
BAB V
PENUTUP
Nya.
dengan kekuasaan-Nya.
selain Allah SWT. yakni malaikat Jibril as. sebagai penurun wahyu dan
cara menghafal, menulis, membukukan dan yang lainnya. Tetapi semua itu
Ketiga Ahli Tafsir tersebut sepakat bahwa faktor yang paling dominan
dalam penjagaan Al-Qur‟an adalah adanya campur tangan dan skenario Allah
94
sebagai mu‟jizat yang tetap lestari hingga akhir zaman.
Allah telah menyiapkan suatu umat yang kuat dalam ingatan dan hafalannya.
meriwayatkan beribu-ribu bait syair yang tidak dibukukan dan bertumpu pada
Quran untuk pelajaran, maka adalah orang yang mau mengambil pelajaran.”
(QS al-Qamar: 17). Ketiga, Allah menyediakan suatu generasi yang memiliki
Allah mengutus malaikat Jibril untuk memuraja‟ah hafalan Nabi SAW sekali
dalam setahun dan ditahun terakhir dari kehidupan beliau. Jibril mengoreksi
hafalan beliau dua kali. Kelima, dan setelah al-Quran dibukukan, para Huffaz
Dan Sayid Qutb yang telah menulis kitab Tafsir fenomenal di abad ini,
152
Syaikh Mahmud bin Ahmad bin Shalih al-Dosari, Keagungan Al-Quran al-Karim, hal. 57.
95
penakwilan terhadap hadits dan ayat al-Quran atau untuk mendukung
pendapat mereka, tetapi satu yang tidak dapat mereka lakukan yaitu
Quran dan bibel, pendapat para ilmuwan terhadap al-Quran: Pertama, Harry
1948, p.3, berkata: “Kitab Qur‟an ini adalah benar-benar sabda Tuhan yang
Kedua, Sir William Muir dalam buku “The Life of Mohamet”, London,
1907; p. VII berkata sebagai berikut: “Qur‟an adalah karya dasar Agama
pengetahuan…”
Ketiga, DR. J. Shiddiqy dalam buku “The Lord Jesus in the Qur‟an”, p.
111, berkata: “Qur‟an adalah Bible kaum Muslimin dan lebih dimuliakan dari
kitab suci yang manapun, lebih dari kitab Perjanjian Lama dan kitab
perjanjian Baru.”
Lama”, tahun 1963, pagina 12 dan 13, berkata sebagai berikut: “Buku ini
153
Sayyid Quthb, Tafsir fi Dhilalil Qur’an.
96
dikarang pada waktu-waktu tertentu, dan pengarang-pengarangnya memang
manusia juga, yang terpengaruh oleh keadaan waktunya dan oleh suasana di
dari Kitab Suci itu sudah tidak ada Iagi. Yang ada pada kita hanya turunan
atau salinan. Dan salinan itu bukannya salinan langsung dari naskah asli,
melainkan dari salinan dan seterusnya. Sering di dalam menyalin Kitab Suci
Perjanjian Baru”, tahun 1966, pagina 24 dan 25, berkata sebagai berikut:
“Ada kalanya penyalin tersentuh pada kesalahan dalam naskah asli yang
sering mengakibatkan perbedaan yang lebih besar dengan yang sungguh asli.
Gereja.”154
B. SARAN-SARAN
Dari paparan dan penelitian yang dilakukan oleh penulis di atas, penulis
menyadari penelitian ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan
154
Pendapat Non Muslim terhadap Al-Qur‟an dan Bibel.
97
meneruskan penjagaan kitab suci yang lainnya sehingga dapat memperkaya
semua.
98
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ja‟far Muhammad Ibnu Jarir al-Thabari, Jami‟ul Bayan„an Ta‟wil Qur‟an,
Beirut: Dar al-Fikr, 1988.
Amir, Mafri. Literatur Tafsir Indonesia Banten: Mazhab Ciputat, 2013. Anwar,
Rosihon. Ulumul Qur‟an, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Ghofur, Saiful Amin. Profil Para Mufasir al-Qur‟an. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2008.
Hafsin, Abu. al-Qur‟an Kita: Studi Ilmu, Sejarah dan Tafsir Kalamullah, cet. 3,
Kediri: Lirboyo Press, (2013).
99
, Ash-Shiddieqi, Teungku M. Tafsir al Qur‟anul Majid An- Nūr,
jilid 1. Jakarta: Cakrawala Publishing, 1995.
Ibn Kasir, Al-Hafiz. Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung, terj.
Abu Ihsan al-Asari, cet. 8. Jakarta: Darul Haq, 2011.
Igisani, Rithon. “Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia”. Potret jurnal, vol.22, no.1,
Januari-Juni 2018.
Gusmian. Islah, Khazanah Tafsir Indonesia, dari hermetika hingga Ideologi. Cet.
Ke-1. Jakarta: Teraju, 2003.
Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. cet. 26, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Roziqin, Badiatul. Asti, Badiatul Muchlisin. Manaf, Junaidi Abdul. 101 Jejak
Tokoh Islam Indonesia. Yogyakarta: Penerbit e-Nusantara, 2009.
Shihab. M. Quraish, et. al, Sejarah & Ulūm al-Qur‟an, cet. 4 (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2008).
100
As-Shalih, Subhi. Mabaahits fii Uluum Al-Qur‟an, cet. 4 Beirut: Daar Al-Ilm li
Al-Malaayiin, 2000.
As-Sijistani, Abu Dawud. Sunan Abi Dawud, Beirut: Al-Maktabat Al- Ashriyah,
T.Th, vol. 3.
Al-Suyuti, Jalal ad-Din. al-Itqan fi Ulum al-Quran. Beirut: Dar al-Fikr. Jilid I, t.t.
101