Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PEMELIHARAAN AL-QUR’AN PADA MASA NABI

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
STUDI AL-QUR’AN

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Zahrotun Ni’mah Afif, S.H.I., M.Pd.
Tim Penyusun
Andika Dwi Saputra (D91219099)
Azril Ramadhan (D91219103)
Devi Aulia Ma’rufah (D91219106)
Dwi Noor Rismayanti (D91219108)
Isnainy Nur Izaty (D91219114)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat
dan hidayahnya, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan Nabi kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan kegelapan menuju jalan
yang terang benderang yakni Addinul Islam.

Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Zahrotun Ni’mah Afif,
S.H.I., M.Pd., yang telah memberikan materi dengan judul “Sejarah
Pemeliharaan Al-Qur’an Pada Masa Nabi”, karena dengan disusunnya makalah
ini kami dapat mendalami tentang materi yang diberikan, tak lupa kami
sampaikan terima kasih juga kepada berbagai pihak yang telah menjadi sumber
wawasan pengetahuan kami.

Kami selaku penyusun makalah ini menyadari akan kesalahan baik dalam
penulisan maupun tatanan bahasa, kami dengan senang hati menerima saran dan
kritikan pembaca untuk menyempurnakan makalah kami. Semoga dengan
tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Surabaya, 10 Oktober 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………2
C. Tujuan Masalah……………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….
…….3

A. Pengertian Pemeliharaan Al-Qur’an………………..………….…….


…….3
B. Pemeliharaan Dan Penulisan Al-Qur’an Pada Masa
Nabi............................4
C. Alasan Al-Qur’an Belum Terkodifikasi Pada Masa
Nabi.............................5

BAB III KESIMPULAN……………………………………………………..........8

A. Simpulan………………………………………………………………......8
B. Saran…………………………………………………………………….....8

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………...9

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an merupakan satu-
satunya kitab yang terpelihara keasliannya dari awal turun sampai saat ini
bahkan sampai akhir zaman. Sebagai umat yang diamanahi Al-Qur’an, kita
wajib menjaga amanah tersebut agar bisa dimanfaatkan bagi kepentingan
seluruh umat. Al-Qur’an dapat memberi manfaat, petunjuk, dan solusi atas
segala permasalahan yang dialami manusia. Untuk bisa merasakan berbagai
manfaat dari Al-Qur’an, perlu diwujudkan Al-Qur’an yang sesungguhnya
dalam bentuk nyata yaitu kitab.
Pengkodifikasian adalah langkah awal pada masa khalifah dalam
mewujudkan bentuk kitab tersebut. Ayat-ayat Al-Qur’an yang ada di
berbagai media seperti kulit binatang, pelepah kurma di kumpulkan agar
bisa disusun menjadi kitab sehingga bisa dipelajari secara langsung oleh
setiap manusia. Wujud kitab ini memudahkan pengajaran, yang sebelumnya
diajarkan hanya melalui lisan dengan cara dihafal yang disebut Huffadz
Qur’an. Dengan adanya kitab Al-Qur’an, umat Islam dapat mengetahui
keindahan ayat-ayat Allah secara nyata yang tidak ada bandingannya. Umat
Islam juga bisa mempelajari tafsirnya karena sudah melihat wujud asli
ayatnya.
Pemeliharaan Al-Qur’an dapat bermanfaat bagi umat dalam jangka
panjang, karena dapat diajarkan terus-menerus dari generasi ke generasi di
berbagai belahan dunia. Proses kodifikasi yang panjang menjadi bukti
bahwa pemeliharaan Al-Qur’an terus dilakukan demi kemanfaatan umat
sepanjang masa. Diharapkan dengan adanya kitab Al-Qur’an yang sudah
berwujud mushaf, umat manusia semakin semangat mempelajari Al-Qur’an
sehingga tetap terpelihara di dalam hati dan kehidupan.

1
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian
pemeliharaan Al-Qur’an, pemeliharaan dan penulisan Al-Qur’an pada masa
nabi, alasan Al-Qur’an belum terkodifikasi pada masa nabi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari penjelasan latar belakang diatas penyusun dengan ini
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari pemeliharaan Al-Qur’an?
2. Bagaimana pemeliharaan dan penulisan Al-Qur’an pada masa
nabi?
3. Apa alasan Al-Qur’an belum terkodifikasi pada masa nabi?
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas, penyusun membuat tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian pemeliharaan Al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui pemeliharaan dan penulisan Al-Qur’an pada
masa nabi.
3. Untuk mengetahui alasan Al-Qur’an belum terkodifikasi pada
masa nabi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemeliharaan Al-Qur’an

Pemeliharaan Al-Qur‟an terdiri dari dua kata, yaitu pemeliharaan dan


Al-Qur’an.

Pemeliharaan sendiri berasal dari kata pelihara yang berarti jaga atau
rawat, yang diberi imbuhan pe- dan -an yang berarti proses, cara, dan
perbuatan memelihara.1

Adapun definisi Al-Qur‟an secara istilah yang disepakati oleh ulama


ushul, fikih, dan bahasa, yaitu:

‫املنفول عنه‬،‫الكالم املعجز املنزل على النيب ﷺ املكتوب يف املصاحف‬

‫املتعبةد بتالوته‬،‫بالتواتر‬

Firman (Allah) yang merupakan mu’ji zat, yang diturunkan kepada Nabi
(Muhammad) ‫ﷺ‬, dituliskan di dalam mushaf, diriwayatkan s
ecara mutawatir, dan membacanya bernilai ibadah.2

Pemeliharaan Al-Qur’an terdiri atas dua kata yakni Pemeliharaan dan


Al-Qur’an. Pemeliharaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
proses pembuatan, penjagaan, perawatan.
Sedangkan Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi
firman-firman allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan
perantara malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai
petunjuk dan pedoman hidup umat manusia.
Dengan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud
pemeliharaan Al-Qur’an adalah proses pengumpulan, penulisan, dan

1
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, “Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring:
Pelihara”, dalam https://kbbi.web.id/pelihara. Diakses pada 10 Oktober 2019 pukul 07.30.
2
Subhi As-Shalih, Mabaahits fii „Uluum Al-Qur‟an, (Beirut: Daar Al-„Ilm li Al-Malaayiin, 2000),
cet. 4, hal. 21.

3
pembukuan serta perawatan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga menjadi sebuah
kitab seperti yang kita baca sekarang.
Dalam sebagian besar literature yang membahas tentang ilmu-ilmu
Al-Qur’an, istilah yang dipakai untuk menunjukan arti penulisan,
pembukuan, atau pemeliharaan Al-Qur’an adalah Jam’ul Qur’an yang
artinya pengumpulan Al-Qur’an. Hanya sebagian kecil literature yang
memakai istilah kitabat Al-Qur’an yang artinya penulisan Al-Qur’an, serta
tadwin Al-Qur’an yang artinya pembukuan Al-Qur’an.
Apabila mencermati batasan pengertian yang terdapat dalam literature
diatas, pada dasarnya istilah-istilah yang digunakan mempunyai maksud
yang sama, yaitu proses pemeliharaan Al-Qur’an yang dimulai pada
turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian disampaikan
kepada para sahabat untuk dihafal dan ditulis sampai dihimpunnya catatan-
catatan tersebut dalam satu mushaf yang utuh dan tersusun secara tertib.
Manna Khalil al-Qattan dalam kitabnya Mabahits Fii Ulumil Qur’an
memberikan pengertian pemeliharaan Al-Qur’an dalam dua kategori yaitu:
pemeliharaan Al-Qur’an dalam arti menghafalnya dalam hati dan
pemeliharaan Al-Qur’an dalam arti penulisannya.
B. Pemeliharaan Dan Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Nabi
Setiap ayat Al-Qur’an sampai dari Jibril pada Nabi, Nabi selalu
menyuruh menghafalnya dan menuliskannya di bebatuan, kulit binatang,
pelepah kurma dan lain sejenisnya, seperti benda-benda tipis yang dapat
ditulisi dan pula nabi menerangkan akan bagaimana ayat-ayat itu nantinya
disusun dalam sebuah surat, artinya oleh nabi diterangkan bagaimana ayat-
ayat itu mesti disusun secara tertib urutan ayat-ayatnya, di samping itu nabi
juga membuat aturan, yaitu hanya Al-Qur’an sajalah yang diperbolehkan
untuk ditulis dan melarang selainnya termasuk hadist maupun pelajaran-
pelajaran yang keluar dari mulut Nabi SAW. Hal ini bertujuan agar apa
yang dituliskannya adalah betul-betul Al-Qur’an dan tidak tercampur
adukan, dengan yang hanya Al-Qur’an betul-betul terjamin kemurniannya.

4
Nabi menganjurkan supaya Al-Qur’an itu dihafalkan didalam dada masing-
masing sahabat dan diwajibkan pula untuk dibaca pada setiap sholat.
Dengan jalan demikian itu maka banyaklah para sahabat yang mampu
menghafal Al-Qur’an surat yang satu macam dihafal oleh ribuan manusia
dan banyak yang mampu menghafal Al-Qur’an secara keseluruhan. Dalam
pada itu tidak satu ayatpun yang tertuliskan. Pada masa perang Badar orang-
orang Musyrikin yang ditawan oleh Nabi Muhammad SAW, yang tidak
mampu menebus dirinya dengan uang, tetapi pandai menulis dan membaca
masing-masing diharuskan mengajar 10 orang muslim untuk membaca dan
menulis sebagai tebusan.
Dengan demikian semakin bertambahlah keinginan untuk membaca
dan menulis dan bertambah banyaklah di antara orang Islam yang pandai
membaca dan menulis, sehingga banyak pula orang-orang yang menulis
ayat-ayat Al-Qur’an yang telah diturunkan. Sementara Nabi sendiri
memiliki beberapa orang penulis wahyu yang diturunkan untuk beliau
secara khusus. Diantara para penulis itu ialah: Ali bin Abi Thalib, Utsman
bin Affan, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit dan Muwaiyah bin Abi Shofyan.
Dalam pada itu oleh Malaikat Jibril diadakan ulangan (repetisi) sekali
dalam satu tahun, diwaktu ulangan Nabi disuruh untuk mengulangi
memperdengarkan wahyu yang telah diturunkan kepadanya, di tahun beliau
wafat ulangan itu diadakan oleh Jibril sebanyak dua kali. Nabi sendiri pun
sering mengadakan ulangan di hadapan para sahabatnya, pendeknya Al-
Qur’an tersebut sangat terjaga dan terpelihara secara baik dan Nabi telah
menjalani cara yang amat praktis di dalam memelihara dan menyiarkan Al-
Qur’an yang sesuai dengan kondisi bangsa Arab pada saat itu.3
C. Alasan Al-Qur’an Belum Terkodifikasi Pada Masa Nabi
Diantara alasan Al-Qur’an belum terkodifikasi pada masa nabi, yaitu:
1. Ketika Al-Qur’an diturunkan kondisi masyarakat tempat
turunnya Al-Qur’an pada umumnya belum pandai tulis-baca.
Kemampuan tulis-baca di kalangan masyarakat Arab, khusunya

3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponegoro, 2010), Hal. 19.

5
pada awal masa Islam, sangat rendah sampai-sampai ada riwayat
yang menyebutkan bahwa jumlah mereka yang pandai menulis
ketika itu tidak lebih dari belasan orang. Kelangkaan alat tulis-
menulis menyebabkan mereka mengandalkan hafalan.
Kemampuan menghafal pada gilirannya menjadi tolak ukur
kecerdasan dan kemampuan seseorang, sehingga tidak heran
jika seorang penyair, Zurrummah, meminta seseorang yang
mendapatinya sedang menulis untuk tidak memberitahukan
kepada orang lain kemampuannya menulis. Dia berkata,
“Sesungguhnya kemampuan menulis di kalangan kami adalah
aib.”4
2. Pada masa Rasulullah penulisan mushaf Al-Qur’an mengalami
kesulitan dalam media-Nya. Dikarenakan susahnya alat-alat
yang digunakan tidak cukup tersedia dengan baik karena belum
ada media yang sudah diolah secara khusus sebagai media
menulis, berupa kertas atau kulit yang dibuat seperti kertas.
Sehingga Al-Qur’an belum terkodifikasikan pada masa itu.5
3. Karena umat Islam belum membutuhkannya karena banyak para
sahabat yang hafal Al-Qur’an, sehingga hafalan lebih
diutamakan daripada tulisan.
4. Karena Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama
lebih kurang 23 tahun, dan masih mungkin ada ayat-ayat yang
akan dinasakh oleh Allah SWT.6
5. Nabi Muhammad SAW sebagai pengemban dan pembawa Al-
Qur’an yang berbahasa Arab Masih hidup, sehingga ketika ada
persoalan dapat langsung ditanyakan kepada beliau.
6. Karena komunitas muslim pada masa Nabi Muhammad SAW.
Adalah mayoritas bangsa Arab yang memiliki ciri antara lain:
4
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1997), Hal. 72.
5
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta Timur: Al-Kautsar, 2015), Hal.
157.
6
Al-Zarqani, Manahil al-Irfan fi Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi, 1995),
Hal. 336.

6
kuat daya hafalannya, cerdas otaknya, sangat tajam daya
tangkapnya, dan luar biasa kemampuan kebahasaannya.7

BAB III

PENUTUP

7
Abdul Jalal-H.A., Ulum Al-Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), Hal. 28.

7
A. Simpulan
Dari pembahasan makalah diatas, pemateri dapat menyimpulkan
bahwa:
1. Pemeliharaan Al-Qur’an adalah proses pengumpulan, penulisan, dan
pembukuan serta perawatan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga menjadi
sebuah kitab seperti yang kita baca sekarang.
2. Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Nabi dilakukan dengan cara
menghafal dan menulis ayat-ayat Al-Qur’an sehingga masih tetap
terjaga wujudnya dan terjaga kalimatnya.
3. Pengkofikasian Al-Qur’an sebelumya belum dapat tercapai karena
masih diajarkan dengan cara menghafal, setelahnya para hafidz
meninggal dunia saat perang, demi menjaga eksistensi Al-Qur’an dan
memudahkan pengajaran maka disusun lah Al-Qur’
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dari
pembuatan makalah tersebut. Oleh karena itu kami menerima kritik dan
saran dari para pembaca agar selanjutnya kami dapat membuat makalah
menjadi lebih baik lagi.
Sebagai akhir dari penulisan makalah ini, berikut saran yang dapat
disampaikan penulis bagi pembaca khusunya pada bidang akademik.
Pembaca diharapkan dapat mempelajari dan memahami pemeliharaan Al-
Qur’an pada masa nabi, serta mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari.
Karena dengan beriman kepada kitab-kitab Allah, menjadikan kita lebih
dekat dengan Allah, serta menjadikan kita sebagai makhluk yang beriman.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Manna. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta Timur: Al-


Kautsar. 2015.

8
Al-Zarqani. Manahil al-Irfan fi Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar Ihya at-Turats al-
Arabi. 1995.
As-Shalih, Subhi. Mabaahits fii Uluum Al-Qur’an. Beirut: Daar Al-Ilm li Al-
Malaayiin. 2000.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV Diponegoro.
2010.
H.A-Jalal, Abdul. Ulum Al-Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu. 2000.
Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
2002.
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung: Mizan. 1997.

Anda mungkin juga menyukai