Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“MODUL/CORAK KEPEMIMPINAN DAN POLITIK SUKU


MELAYU”

Dosen Pengampuh : Drs. Ariza Arsul, M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK IV

RAHMADIA HOIRANI
MARYANI

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)


FAKULTAS EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2022
KATA PENGANTAR

‫الرحِيم‬
َّ ‫ِالر ْح َم ِن‬
َّ ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِب ْس‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Modul/Corak
kepemimpinan dan politik suku melayu”. makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok tahun akademik 2022

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, Oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melayu berasal dari kata Malaya dvipa dari kitab Hindu Purana
yang berarti tanah yang dikelilingi air yang merujuk pada sebuah
Kerajaan Melayu Kuno di Jambi pada abad ke-7. Masyarakat
melayu pada umumya identik dengan islam yang menjadi pondasi
dari sumber adat istiadatnya. Oleh karena itu adat istiadat orang
Melayu Riau bersendikan syarak dan syarak bersendikan Kitabullah.
Sebelum kedatangan islam ke nusantara, banyak bagian wilayah
berada di bawah Kerajaan Sriwijaya antara abad ke-7 sampai abad ke-
14 yang sangat dipengaruhi oleh tradisi Hindu-Buddha. Pada abad ke-
12, masuknya Islam ke nusantara dibawa melalui Samudera Pasai
yang telah terlebih dahulu dan diakui sebagai perintis kerajaan Islam di
nusantara pada zamannya. Masa keemasan ketika Malaka menjadi
sebuah kesultanan Islam. Banyak elemen dari hukum Islam, termasuk
ilmu politik dan administrasi dimasukkan ke dalam hukum Malaka,
terutama Hukum Qanun Malaka. Penguasa Melaka mendapat gelar
'Sultan' dan bertanggung jawab terhadap agama Islam. Pada
abad-15 Islam menyebar dan berkembang ke seluruh wilayah
Melaka termasuk Riau.
Dalam tulisan ini akan membahas mengenai sistem politik dan
pemerintahan melayu, dimana terlebih dahulu penulis akan
memaparkan pengertian dari sistem, politik, dan pemerintahan. Setelah
menjelaskan pengertian dari tiap konsep tersebut barulah penulis akan
lanjut kepada pemahaman mengenai sistem politik dan
pemerintahan melayu, yang mana pada dasarnya sistem politik dan
pemerintahan Melayu sangat dipengaruhi oleh agama islam
didalamnya. Dengan berfokus pada wilayah Riau maka
penjelasan mengenai tulisan ini akan lebih dimengerti.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem?
2. Apa itu politik dan pemerintahan?
3. Apa itu sistem politik dan pemerintahan melayu?
4. Darimana asal mula dari sistem politik dan pemerintahan melayu?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pemerintahan Melayu


Sistem adalah suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa
unsur. Unsur atau bagian yang banyak ini satu sama lain berada
dalam keterkaitan yang saling kait mengait dan fungsional. Sistem
dapat diartikan pula sebagai suatu yang lebih tinggi dari pada sekedar
merupakan cara, tata, rencana, skema, prosedur atau metode.
B. Pengertian Politik
Jika mendengar kata politik, maka pertama kali yang terpikirkan
adalah pemerintah, karena kegiatan politik secara resmi dilakukan
oleh pejabat- pejabat pemerintahan maupun para intelektual yang
memiliki pemahaman dibidang politik. Namun secara umum kegiatan
politik ini secara tidak sadar telah kita lakukan jauh sebelum kita
mengenal apa itu politik. Politik secara etimologis berasal dari bahasa
Yunani, yaitu “polis” yang berarti kota yang berstatus negara.
Sedangkan menurut teori klasik Aristoteles, politik adalah usaha yang
ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Politik
berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara,
sehingga tidaklah salah jika kita menghubungkan antara politik dan
pemerintahan.
Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat,
bukan tujuan pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai
politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan. Menurut Miriam
Budiardjo dalam buku ”Dasar- Dasar Ilmu Politik”, ilmu politik adalah
ilmu yang mempelajari tentang perpolitikan. Selain itu ia juga
mengatakan bahwa politik merupakan bermacam-macam kegiatan
dari suatu sistem politik yang menyangkut proses menentukan tujuan-
tujuan dari sistem Indonesia dan melaksanakan tujuan- tujuan itu.
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah
dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan
keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang
tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

C. Pengertian Sistem Politik


Sistem politik adalah berbagai macam kegiatan dan proses dari
struktur dan fungsi yang bekerja dalam suatu unit atau kesatuan
(masyarakat/negara). Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah
sekumpulan pendapat, prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang
berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta
melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara
mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan
negara dan hubungan negara dengan negara. Menurut Rusadi
Kartaprawira, sistem politik adalah mekanisme atau cara kerja
seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang
berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang
langggeng. Sementara itu menurut Almond, sistem politik adalah
interaksi yang terjadi dalam masyarakat yang merdeka yang
menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi. Jadi dapat disimpulkan
bahwa sistem politik adalah mekanisme seperangkat fungsi atau
peranan dalam struktur politik dalam hubungan satu sama
lain yanh menunjukan suatu proses yang langsung memandang
dimensi waktu.
Ciri-ciri sistem politik menurut Gabriel A. Almond adalah: (1).
Semua sistem politik pasti mempunyai struktur politik. Dalam
pengertian bahwa di dalam masyarakat yang paling sederhanapun,
sistem politik dari masyarakat tersebut mempunyai tipe struktur politik
yang terdapat di dalam masyarakat yang paling kompleks. Tipe-tipe
tersebut dapat diperbandingkan satu sama lain sesuai dengan
tingkatan dan bentuk strukturnya. (2). Semua sistem politik
menjalankan fungsi politik yang sama, walaupun tingkatannya
berbeda-beda karena adanya perbedaan struktur. Demikian pula dapat
diperbandingkan bagaimanakah fungsi-fungsi dari sistem-sistem politik
itu dijalankan dan bagaimana pula cara melaksanakannya. (3). Semua
struktur politik mempunyai sifat multi fungsional. Sistem politik
dapat dibandingkan menurut tingkat kekhususan fungsi di dalam
struktur itu. (4). Semua sistem politik adalah sistem campuran.
Secara rasional tidak ada struktur dan kebudayaan yang semuanya
modern atau semuanya primitif dalam pengertian tradisional.
Perbedaan yang ada hanya bersifat relatif saja, dan keduanya
bercampur satu dengan yang lainnya.
D. Pengertian Pemerintahan
Pemerintahan secara sederhana dapat diartikan sebagai proses
pengambilan keputusan dan proses dimana suatu keputusan
diterapkan atau tidak diterapkan. Macam-macam pemerintahan, antara
lain: (a) Aristrokrasi, yang merupakan suatu pemerintahan dipimpin
dan dipegang oleh sejumlah kecil para cendikiawan yang memerintah
berdasarkan keadilan. (b) Otokrasi, yang berarti pemerintahan berada
di tangan satu orang. (c) Demokrasi, yang merupakan suatu
pemerintahan yang dipegang oleh rakyat. (d) Monarki, yang
merupakan pemerintahan yang dijalankan oleh satu orang, yang
berkuasa, berbakat, dan mempunyai sifat-sifat yang lebih unggul
daripada warga negara yang lain, sehingga mendapatkan kepercayaan
untuk memerintah dan pemerintahannya ditujukan untuk kepentingan
rakyat, biasanya merupakan kerajaan. (e) Oligarki, yang
pemerintahannya dipegang oleh segolongan kecil yang memerintah
demi kepentingan golongannya itu sendiri. (f) Teokrasi, merupakan
pemerintahan yang ditinjau dari segi ketuhanan atau segi agama.
E. Pengertian Sistem Politik dan Pemerintahan Melayu
Sementara itu, “melayu” berasal dari kata “mala” yang berarti
mula dan “yu” berarti negeri. Istilah melayu baru dikenal sekitar tahun
644 Masehi melalui tulisan Cina yang menyebutkan dengan kata Mo-
lo-yeu. Pengertian melayu sendiri merujuk kepada bangsa
disemenanjung tanah melayu, pantai timur Sumatra, dan beberapa
lainnya diwilayah nusantara. Jadi dengan kata lain sistem politik
dan pemerintahan melayu merupakan mekanisme seperangkat
fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungan masyarakat
melayu untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan
mempertahankan kekuasaan dengan berlandaskan pada
pandangan dan pemikiran budaya melayu. Dalam sejarah
Melayu, sistem pemerintahan Melayu mempunyai dua konsep
kerajaan dan negeri.

F. Sistem Politik dan Pemerintahan Melayu di Rantau Kuantan


Rantau Kuantan merupakan bagian dari Kabupaten Indragiri Hulu
dan terletak disepanjang batang Kuantan (Sungai Indragiri bagian
hulu), Riau. Menurut sejarah, daerah ini dikenal dengan sebutan
“Rantau Nan Kurang Osos Duo Pulua”, artinya negeri tempat
perantauan yang mempunyai Sembilan belas koto (negeri) dua puluh
kurang satu koto. Daerah Kuantan pada bagian barat (hulu) berbatasan
dengan Provinsi Sumatera Barat, pada bagian timur (hilir) berbatasan
dengan Desa Batu Sawa, pada bagian selatan berbatasan dengan
Provinsi Jambi, dan bagian utara berbatasan dengan Kabupaten
Kampar.
1) Sistem Pemerintahan Adat
Sistem pemerintahan adat mencakup semua pranata yang
berhubungan dengan susunan organisasi, tata kerja, formasi
aparatur, tugas/kewajiban, wewenang dan tanggung jawab, serta
hubungan kerja dari badan – badan yang ada.

Kedudukan tertinggi dalam pemerintahan adat adalah sultan.


Sebagai raja, ia adalah penguasa tertinggi di bidang politik, adat,
agama, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya. Kedudukan raja
didapatkan karena keturunan. Akan tetapi tidak berarti bahwa
semua keturunan raja dapat menjadi raja/sultan. Kedudukan raja
baru sah bila sudah mendapat pengesahan yang sesuai dengan
suatu prosedur yang telah ditetapkan oleh adat, antara lain
melalui upacara penobatan. Seseorang yang telah dinobatkan menjadi
raja berarti telah memenuhi syarat – syarat kepemimpinan menurut
adat, seperti telah dewasa, berakal budi, adil dan bijaksana, berilmu
(tahu akan undang- undang, hukum adat dan pusaka, serta paham
akan agama), berwibawa, terampil dalam ilmu bela diri dan ilmu
kebatinan, dan ahli perang. Sebenarnya syarat kepemimpinan itu
hampir semuanya merupakan syarat bagi pemimpin adat lainnya.
Perbedaannya, kalau raja diresmikan dengan upacara penobatan,
sedangkan pemimpin – pemimpin adat lainnya dengan upacara
pengangkatan dan peresmian.

Setelah dinobatkan, raja mempunyai wewenang untuk


memimpin secara resmi. Namun wewenang raja, baik raja di Kerajaan
Kuantan maupun di Kerajaan Kampar Kiri, tidak penuh (otokrasi).
Dalam mengambil keputusan maupun melaksanakannya, ia harus
mendapat persetujuan dari Dewan Menteri. Di Kerajaan Kuantan,
Dewan Menteri adalah Kerapatan Majelis Urang Godang. Dalam
melaksanakan pemerintahan, sultan/raja dibantu oleh seorang khadi
untuk bidang agama. Urang Godang di Kuantan adalah wakil raja di
daerah, seperti camat atau bupati sekarang. Seperti halnya raja, Urang
Godang tidak berhak mencampuri urusan dalam nagari maupun koto
yang berada dibawah pengawasannya secara langsung tanpa
persetujuan Dewan Menteri. Raja dan Urang Godang tidak lain hanya
sebagai badan pengawas, pengatur, atau koordinator terhadap daerah
yang ada dibawah kekuasaanya.
Dewan Menteri Kerajaan Kuantan mempunyai lima orang
anggota. Wewenang datuk yang berkedudukan di ibu kota kerajaan
tidak sama dengan wewenang empat datuk lainnya. Keempat datuk di
Kerajaan Kuantan adalah: (a) Datuk Donan Putro yang berkedudukan
di ibu kota Kerajaan Cerenti dan Datuk Donan Sekaro yang
berkedudukan di Inuman, yaitu daerah kesatuan IV Koto di Hilir, (b)
Datuk Raja Bisai yang berkedudukan di Taluk, yaitu daerah IV Koto di
tengah, (c) Datuk Habib yang berkedudukan di Lubuk Jambi, yaitu
daerah IV Koto di mudiak (hulu), (d) Datuk Paduko Rajo yang
berkedudukan di Lubuk Ambacang, yaitu daerah II Koto di mudiak
(hulu).

Menurut catatan Schwarts (1892) seorang kebangsaan Belanda


yang menulis tentang keadaan politik dan ekonomi Kuantan. Ia
menyebutkan bahwa kesatuan – kesatuan wilayah yang dibawahi
kelima datuk itu adalah Rantau Nan Kurang Oso Duo Puluo atau
Sembilan belas koto, yaitu daerah kesatuan IV Koto di hilir yang
meliputi Cerenti, Inuman, Basrah, Pangean; daerah kesatuan IV Koto
di tengah yang meliputi Sebrakun, Semendolak, Benai Kopah,
Sentajo, Taluk, Kari, daerah kesatuan IV Koto di hulu yang meliputi
Kresek, Toar, Gunung, Telok Ringin, Lubuk Jambi, dan Sungai Pinang,
serta daerah kesatuan II Koto di hulu yang meliputi Lubuk Ambacang
dan Sampuraga

Dari urutan struktur organisasi pemerintahan adat tersebut, maka


yang benar – benar mempunyai hak otonomi adalah nagari – nagari
atau koto – koto. Nagari berhak penuh mengatur kedalam maupun
keluar. Raja dan Urang Godang tidak mempunyai wewenang secara
langsung untuk mencampuri urusan dalam setiap nagari. Hal ini
menunjukkan bahwa sistem pemerintahan di kerajaan tersebut
mengandung ciri – ciri demokrasi. Raja duduk diatas tahta kerajaan
atas persetujuan penghulu – penghulu (datuk – datuk) yang
merupakan wakil dari seluruh penduduk nagari. Hal ini didasari
oleh perjanjian dan sumpah sakti pada waktu upacara penobatan yang
disaksikan oleh roh – roh nenek moyang mereka. Oleh sebab itu,
muncul pepatah yang berbunyi “Rajo adil rajo disambah, rajo zalim rajo
disanggah”.

Penghulu kepala adalah penghulu segala penghulu yang ada


dalam setiap nagari. Dalam setiap nagari paling tidak terdapat empat
suku. Masing – masing suku (klan) ini dipimpin oleh seorang penghulu
suku yang bergelar datuk. Dalam melaksanakan tugas kewajibannya,
setiap penghulu suku dibantu oleh tiga orang pejabat adat. Penghulu
suku di Rantau Kuantan dibantu oleh monti, hulubalang, dan malin.
Penghulu Kepala dan Penghulu Suku beserta tiga pembantunya
duduk di jabatan adat tersebut setelah diangkat atas dasargaris
keturunan dari suku tertentu pada satu rumah soko (perut) atau
menurut garis keturunan ibu. Jabatan penghulu kepala dan
penghulu suku disahkan dengan upacara adat memotong kerbau.
Orang yang dipilih dari keturunan satu perut adalah orang – orang
yang memenuhi syarat kepemimpinan adat.

Pengangkatan tiga pejabat adat pembantu penghulu suku tidak


memerlukan upacara seperti diatas. Tugas monti adalah sebagai
pejabat eksekutif, hulubalang bertugas dibagian keamanan, dan malin
bertugas dalam urusan agama, sedangkan penghulu suku bersama-
sama dengan penghulu – penghulu suku dalam negeri lainnya serta
penghulu kepala merupakan lembaga legislatif. Lembaga legislatif
mengadakan kerapatan adat dibalai adat nagari. Penghulu kepala tidak
boleh menjalankan apa saja tanpa melalui musyawarah semua
penghulu suku terlebih dahulu. Begitu juga suara yang dibawa oleh
penghulu suku dalam kerapatan nagari adalah suara keputusan
musyawarah dalam sukunya. Hak seorang penghulu suku antara
alin adalah memungut pajak yang berjumlah “sapuluh satu”, artinya
10%. Hak lain adalah uang ganti rugi retribusi yang dikarenakan bagi
orang luar yang membuka hutan untuk berladang di tanah ulayatnya.

Syarat berdirinya sebuah nagari yaitu terdapat masjid, balai adat,


lapangan, dan pasar. Antara bidang eksekutif (rumah gadang), legislatif
(balai adat), ekonomi (pasar), serta agama (masjid) saling terkait.
Empat saranan tersebut menjadi syarat utama bagi terbentuknya
sebuah pemerintahan adat. Sebuah nagari terdiri dari koto, kampuang,
dusun, dan teratak. Sebuah nagari dapat terdiri dari beberapa koto
karena perkembangannya. Koto biasanya sebagai pusat pemukiman
dan disitu terdapat balai adat, masjid, lapangan, dan jalan yang agak
ramai. Koto adalah tempat berdirinya masjid nagari, balai adat, dan
rumah gadang setiap suku

Pemimpin dibidang agama dalam sebuah kerajaan adalah khadi


yang berkedudukan di ibu kota kerajaan. Ia bertugas dan berwenang
melaksanakan hal – hal yang berkaitan dengan masalah agama,
misalnya menikahkan orang, membacakan do’a pada upacara
penobatan raja, serta upacara – upacara kerajaan lainnya. Tugas khadi
juga mengumpulkan semua zakat fitrah masyarakat, termasuk dari
anggota keluarga raja. Sebagian dari dana yang terkumpul
digunakan untuk kepentingan agama, seperti membangun masjid di
ibukota kerajaan atau disumbangkan kepada pembangunan masjid –
masjid lainnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Besarnya pengaruh Islam terhadap politik Melayu
mengakibatkan timbulnya gelar raja-raja Melayu yang bercorakkan
Islam seperti zillullah fil alam, sultan dan khalifah. Implikasinya,
pengembangan konsep-konsep hukum Melayu merujuk kepada
hukum-hukum Islam yang berlandaskan al-Qur`an dan Sunnah Nabi.
Bagi raja-raja Melayu, Islam bukan sekedar agama tetapi lebih dari
itu ia menjadi landasan politik dan pandangan hidup mereka dalam
menjalankan roda pemerintahannya. Oleh karena itu, Islam dan politik
Melayu selalu berjalan beriringan. Islam menjadi bagian dari kehidupan
raja-raja dan masyarakat Melayu, sebaliknya raja-raja dan masyarakat
Melayu sangat identik dengan Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Sudin, Mokhtaridi., 2012. Pendidikan Multikultural Sebagai Upaya


Mempertahankan Kebudayaan Melayu – Islam di Tengah Arus Global.
Jurnal Akademi,

Jusi, M.I., 2011. Islam dan Beberapa Pengaruhnya Dalam Sistem


Politik Melayu Tradisi. UKM Journal Article Repository,

Budiarjo, Miriam., 2006. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat, dkk., 2007. Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu


dalam Perubahan. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan
Budaya Melayu.

Anda mungkin juga menyukai