Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MODEL SISTEM POLITIK

DISUSUN OLEH :
ARYUDHA PUTRA / 1903110350
IRFAN RAMADHAN / 1903110355
BAYU ADJIE NUGRAHA / 1903110351
ANGGI OKTAFIANI MUNTHE / 1903110348
YOWANA FADHIAH / 1903110167
SRY RAHMADANI / 1903110313

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pertama-tama kami panjatkan rasa syukur atas kehadirat Allah swt.Karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model Sistem Politik”. 
Shalawat serta salam tak lupa senantiasa dihaturkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad saw yang telah menghantarkan kita umat manusia dari alam kegelapan menuju alam
terang benderang yang penuh dengan cahaya islam, keimanan dan cinta kasih terhadap sesama
umat.

Kami sebagai penulis makalah menyadari, bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kritik dan saran sangat berguna bagi penyusunan dan
penyempurnaan selanjutnya.

Akhir kata, dengan adanya makalah “Model Sistem Politik” ini, diharapkan dapat
menambah wawasan dan ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.

Wasalamualaikum Wr. Wb.


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG..……………………………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SISTEM POLITIK ................................................................................... 2

2.2 CIRI - CIRI SISTEM POLITIK …………………………………………………………... 2

2.3 MODEL SISTEM POLITIK ……………………………………………………………… 3

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap sistem politik memiliki sifat universal, yaitu proses, struktur, dan fungsi. Proses adalah
pola-pola yang dibuat oleh manusia dalam mengatur hubungan antara satu lembaga dengan
lembaga lainnya. Misalnya, dalam suatu negara ada lembaga-lembaga negara seperti parlemen,
partai politik, birokrasi, badan peradilan dan sebagainya. Struktur mencakup lembaga-lembaga
formal dan informal, seperti partai politik, DPR, lembaga peradilan, kelompok profesi, atau
birokrasi. Fungsi dalam sistem politik ada dua, yaitu fungsi input dan fungsi output.

Fungsi input terdiri dari sosialisasi politik, rekrutmen politik artikulasi


(menyatakan)kepentingan, agregasi (memadukan) kepentingan dan komunikasi politik. Fungsi
output terdiri atas pembuatan peraturan, penerapan peraturan, dan ajudikasi (pengawasan)
peraturan. Kinerja dari tiga sifat inilah yang menandai bagaimana karakteristik dan
perkembangan sistem politik suatu negara.

Indikator lain untuk mengidentifikasi suatu sistem politik yang berlaku di dalam suatu
negara adalah bagaimana peran serta rakyat dalam berbagai kegiatan politik, khususnya di dalam
proses perumusan kebijakan dan pemilihan pemimpin. Jika rakyat tidak dilibatkan dalam proses
perumusan kebijakan dan pemilihan pemimpin, maka sistem politik yang berlaku di negara yang
bersangkutan dikategorikan sistem otoriter. Sebaliknya, jika rakyat dilibatkan dalam proses
perumusan kebijakan dan pemilihan pemimpin, maka disebut dengan sistem politik demokrasi.

Para ilmuan politik telah mencoba menyusun model-model dalam sistem politik dengan
menggunakan kriteria yang berbeda-beda, dengan cangkupan penjelasan yang berlainan pula.
Begitupun dengan model-model sistem politik yang akan kami uraikan berikut ini, dimulai dari
sudut historis dan perkembangan sistem politik itu sendiri, dimulai dari otokrasi tradisional ke
totaliter sampai pada demokrasi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SISTEM POLITIK

Dimulai dengan definisi tentang sistem politik.Beberapa definisi mengenai sistem politik,
salah satunya adalah Almond menyatakan sistem politik adalah hubungan timbal balik/interaksi
dalam masyarakat merdeka yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi. Selanjutnya Rober
A. Dahl, mendefinisikan sistem politik sebagai pola tetap dari berbagai hubungan antara manusia
yang melibatkan tingkat, kontrol, pengaruh, kekuasaan, ataupun wewenang tertentu.

Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah prinsip yang membentuk kesatuan hubungan
untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara
mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan
Negara dengan Negara. Berikutnya Rusadi Kartaprawira berpendapat bahwa sistem politik
adalah cara kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu
sama lain dan menunjukkan suatu proses yang terus-menerus.

Dari seluruh uraian yang sudah dijelaskan dapat diambil garis lurus bahwa sistem politik
selalu berkaitan dengan berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi yang
bekerja dalam suatu unit atau kesatuan (masyarakat/negara).

2.2 CIRI–CIRI SISTEM POLITIK

Sistem politik baik modern maupun primitif memiliki ciri – ciri, ada 4 ciri dalam sistem
politik yaitu :

1) Semua sistem politik termasuk yang paling sederhana mempunyai kebudayaan politik
dalam pengertian bahwa masyarakat yang paling sederhana pun mempunyai tipe struktur.
2) Semua sistem politik menjalankan fungs –fungsi yang sama walaupun tingkatnya
berbeda-beda yang ditimbulkan karena perbedaan struktur.
3) Semua struktur politik walaupun dispesifikasikan dengan berbagai unsur baik itu pada
masyarakat primitif maupun pada masyarakat modern.
4) Semua sistem politik adalah sistem campuran dalam pengertian kebudayaan.
2.3 MODEL SISTEM POLITIK

Adapun model sistem politik yang akan kami uraikan berikut ini, diantaranya :
1. Sistem Politik Otokrasi Tradisional
Otokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno “autokator” atau secara harfiah berarti “berdiri
sendiri” atau “penguasa tunggal”. Dengan kata lain, Otokrasi merupakan suatu bentuk
pemerintahan dimana pemerintahannya dipegang oleh satu orang saja atau bersifat pribadi
(biasanya seorang raja, sultan dsb) yang kekuasaannya cenderung bersifat negatif daripada
bersifat positif.
Sistem politik otokrasi tradisional ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kurang menekankan pada persamaan tetapi menekankan pada stratifikasi ekonomi;
2. Kebebasan individu kurang dijamin tetapi lebih menekankan pada perilaku yang
menuruti kehendak kelompok kecil penguasa;
3. Lebih menekankan pada kolektivisme yang berdasarkan kekerabatan daripada
individualisme;
4. Kebutuhan moril dan nilai-nilai moral lebih menonjol daripada kebutuhan materiil.

- Kebaikan Bersama
Faktor-faktor kebaikan bersama, diantaranya :
 Faktor Pemahaman, faktor kebaikan bersama yang menyangkut pemahaman dibagi
menjadi dua hal, yakni persamaan dan kebabasan politik individu.
 Faktor Perbandingan, faktor kebaikan bersama yang menyangkut perbandingan dibagi
menjadi dua hal, yakni kebutuhan materill dengan moril dan kolektivisme dengan
individualisme.
 Faktor Primodial, faktor yang mempersatukan masyarakat dalam sistem politik itu
sendiri, seperti suku bangsa, ras, dan agama. Faktor ini seringkali terdapat dalam pribadi
pemimpin sehingga pemimpin menjadi lambang kebersamaan dalam suku bangsa, ras,
atau agama. Oleh karena itu ikatan keturunan, suku bangsa, atau ikatan agama yang
terwujud  dari diri seorang pemimpin didominasi oleh oktorat, seperti sultan, raja, atau
kaisar menjadi identitas bersama dalam sistem ini.
- Hubungan Kekuasaan
Kekuasaannya dipimpin oleh oktorat (biasanya seorang raja, sultan, emir yang tidak
hanya mempunyai peranan simbolis yang tinggi, juga memiliki kekuasaan yang nyata
dikarenakan seorang emir juga merupakan personifikasi identitas bersama, dan lembaga-
lembaga politik yang ada). Walaupun pada kenyataannya, pelaksanaan kekuasaan
pemerintahannya diserahkan kepada para pejabat yang menjadi pembantunya, dalam hal ini
kualitas setiap pribadi sangat menentukan cara dan corak pelaksanaan kekuasaan dalam
sistem ini.

Ciri-ciri kekuasaan dalam sistem politik otokrasi tradisional, yakni :


1. Kekuasaan bersifat pribadi, dimana kekuasaanya hanya dipimpin oleh para raja, sultan,
emir dan lembaga-lembagga politik saja.
2. Kekuasaan bersifat negatif, dimana masyarakat hanya memiliki sumber kekuasaan yang
sedikit, yang kemudian mengalami kesulitan dalam melakukan pengawasan terhadap
pihak penguasa.
3. Kekuasaan bersifat konsesus (Tradisi dan Paksaan)

Namun pada kenyataannya sarana kekuasaan paksaan ini masih terbatas (setidak-
tidaknya apabila dibandingkan dengan sarana kekuasaan paksaan negara maju) yang
kemudian mengakibatkan penguasa biasanya lebih banyak memanipulasikan tradisi untuk
membenarkan kewenangan dan paksaan yang dilakukan terhadap penduduk.

Distribusi kekuasaan dalam kelompok ini terletak pada kelompok kecil orang yang
berada disekitar oktorat, seperti kaum bangsawan, tentara, tuan tanah, dan alim ulama. Pada
dasarnya kelompok kecil tersebut saling berlomba-lomba untuk mempengaruhi oktorat agar
mendapatkan kekuasaan yang lebih tinggi jabatannya dengan cara menunjukkan kesetiaan
dan sumber dan dukungan yang dapat dipersembahkan kepada oktorat. Persaingan ini terjadi
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri atau golongannya.Oleh
karena itu, kegiatan yang mereka lakukan cenderung memelihara status quo agar status yang
istimewa tidak mengalami gangguan.
Dikarenakan kelompok sosial modern (seperti kelompok kepentingan, partai politik, dan
media massa) belum berkembang, maka pada saat itu terbentuklah kelompok-kelompok
kecil yang berfungsi sebagai alat dari kelompok yang berkuasa. Meskipun terdiri dari
berbagai kelompok, kelompok-kelompok tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap sistem politik itu sendiri. Kelompok-kelompok tersebut diantaranya :
 Tentara, Seni dan Arsitektur dan Pramong Praja : kelompok yang memiliki keahilan
tertentu yang ikut serta dalam proses pembuatan kebijakan politik.
 Tuan tanah : kelompok yang merupaka kaki tangan oktorat yang tugasnya meminta hasil
kerja petani, dan menyerahkan sebagian hasilnya kepada oktorat. Dalam hal ini petani
tidak ikut serta dalam kegiatan politik dikarenakan mereka miskin, buta huruf, terkurung
dalam tradisi dan dikuasai oleh tuan tanah.
 Para alim ulama : kelompok yang tidak hanya berperan dalam upacara keagamaan dan
menjaga moralitas umum, tetapi juga menyucikan dan mengesahkan kewenangan politik
dan berperan dalam membantu memelihara solidaritas komunal.

- Legitimasi Kekuasaan

Legitimasi merupakan adalah kualitas hukum yang berbasis pada penerimaan putusan
dalam peradilan.Kewenangan dalam sistem politik oktokrasi tradisional yang dipimpin oleh
otokrat bersumber dan berdasarkan pada tradisi.Seseorang yang memiliki kewenangan
merupakan keturunan dari pemimpin terdahulu.Para pendahulunya dipandang oleh
masyarakat sebagai orang yang harus memerintah dikarenakan asal-usul dan kualitas
pribadinya. Kepercayaan dan tradisi yang sudah ada atau sudah dibentuk akan selalu
dipelihara dan dipertahankan oleh para keturunan otokrat dengan berbagai cara, seperti
mitos, legenda, dan simbol-simbol tertentu. Anggota masyarakat yang lainnya juga
mengakui dan menaati kewenangan otokrat yang turun-temurun.
- Hubungan Ekonomi dan Politik

Selain terdapat jurang politik (kekuasaan) yang lebar antara penguasa dan penduduk
dipedesaan, dalam hal ini sistem politik otokrasi tradisional juga terdapat jurang yang lebar
dalam ekonomi, yaitu antara otokrat dan kelompok kecil elite penguasa yang mengitarinya,
sekaligus juga yang merupakan pemegang kekayaan dan massa petani yang tidak memiliki
apa-apa selain tenaganya. Produk ekonomi berada pada pertanian subsistem, yaitu kegiatan
yang menghasilkan total produksi yang cukup untuk kehidupan sehari-hari. Para petani
tersebut kebanyakan bekerja sebagai penggarap tanah yang dimiliki dan dikuasai oleh tuan
tanah.
Tuan tanah yang dipercayai oleh oktorat sebagai pemegang sumber kekuasaan
dipedesaan menggunakan sumber kekuasaan yang dimilikinya untuk mempengaruhi
pemerintah pusat dan daerah agar tidak mencampuri masalah yang dihadapi dipedesaan
sehingga pemerintah tidak melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dapat mengubah
keadaan yang ada. Setiap desa tetap otonom secara ekonomis dari desa lain karena ciri
ekonomi pedesaan ini berdiri diatas kaki sendiri, dan bukan saling bergantung.

Dalam industrilisasi dan pertanian modern (perkebunan) dilakukan oleh pengusaha asing
bekerja sama dengan kaum bangsawan, elite yang berkuasa dan tuan tanah. Namun, para
petani sama sekali tidak tersentuh oleh modal dan teknologi asing ini, terkecuali kelompok
buruh yang bekerja di industri dan perkebunan dengan upah yang sangat rendah.

2.     Sistem Politik Totaliter


Sistem politik totaliter menekankan kepada konsesus total didalam masyarakat, akan
tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat juga konflik total dengan musuhnya didalam
negeri maupun diluar negeri, dalam upaya pencapaian konsesus tidak hanya dilakukan
melalui indoktrinasi ideologi, tetapi juga melalui pelaksanaan kekuasaan paksaan yang luas
dan mendalam.
Pada dasarnya sistem politik totaliter ini dibedakan menjadi dua, yakni komunis dan fasis.
Perbedaan komunis dan fasis, Komunisme merupakan pengaturan pemerintahan dan
masyarakat secara totaliter dengan suatu kediktatoran yang mewakili kaum proletar
(pekerja).Sedangkan fasis fasisme merupakan pengaturan pemerintahan dan masyarakat
secara totaliter dengan suatu kediktatoran tunggal yang sangat sionalistis, rasialis, militeristis,
dan imperialistis.

Adapun persamaan antara komunis dengan fasis diantaranya :


 Keduanya sama-sama menghendaki pengaturan masyarakat secara menyeluruh (total)
atas dasar tertentu dengan kelompok kecil penguasa yang memonopoli kekuasaan.
 Keduanya sama-sama merupakan sistem mobilisasi massa dalam rangka membentuk
manusia dan masyarakat baru dan dalam rangka melaksanakan kebijakan yang ditetapkan
oleh penguasa.
 Keduanya sama-sama menempatkan kepentingan individu dibawah kehendak dan
kepentingan partai tunggal yang mengatasnamakan negara dan bangsa.

3.     Sistem Politik Komunis

- Kebaikan Bersama

Sistem politik komunis, ditandai dengan prinsip sama rata sama rasa dalam bidang
ekonomi, dan sekularisme yang radikal tatkala agama digantikan dengan ideologi komunis
yang bersifat doktriner dan eskatologis. 

Dalam sistem ini, kebebasan politik individu dan hak-hak sipil untuk mengkritik
penguasa partai tidak dijamin, dikarenakan pada sistem ini sangat menekankan pada
kemerdekaan nasional dan bebas dari penindasan asing. Sistem ini sangat berupaya keras
dalam menjamin kebutuhan materill khususnya kebutuhan pokok secara merata sebagai
pelaksanaan prinsip sama rata sama rasa, dan juga kebutuhan moril sebagai perwujudan
sekularisme radikal yang memandang tujuan-tujuan yang bersifat materill mengandung
kepuasan modal.
- Identitas Bersama

Faktor sakral yang mempersatukan masyarakat dalam sistem ini ialah ideologi yang
berifat doktriner dan eskatologis.Seluruh anggota masyarakat diharuskan berperilaku sesuai
dengan ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi tersebut, setidak-tidaknya tidak
menampakkan pembangkangan terhadap ajaran tersebut. Kaum elite yang bertindak sebagai
penafsir dan pelaksana ideologi berusaha membentuk manusia dan masyarakat baru dengan
cara menindoktrinasikan ajaran pada semua warga masyarakat melalui sekolah, media
massa, organisasi-organisasi yang menjadi bagian dari partai lembaga kader, dan lembaga
resosialisasi. Ideologi tersebut kemudian dijadikan sebagai tujuan dan pandangan hidup bagi
seluruh penduduk sehingga ideologi ini disebut sebagai agama politik.

-     Hubungan Kekuasaan

Pada dasarnya kekuasaan sistem ini dimonopoli dan dilaksanakan secara sentral dengan
partai tunggal.Kekuasaan paksaannya dilaksanakan oleh militer dan polisi rahasia, lebih
menonjol dari kekuasaan konsesus.Partai yang terdapat didalam sistem politik ini
diorganisasikan secara hirarkis yang dalam kenyataannya dipimpin oleh kelompok kecil
yang disebut politniro.

Partai tunggal dalam sistem politik ini bersifat elitis, dikarenakan keanggotaannya
bersifat selektif.Selai itu, partai tunggal ini menguasi semua kelompok sosial yang ada.
Kelompok pemuda, serikat buruh, asosiasi petani, organisasi wanita, dan berbagai organisasi
profesi merupakan salah satu alat partai untuk memobilisasi massa. Sedangkan organisasi
keagamaan dan kegiatan keagamaan dilarang oleh partai terkecuali bagi organisasi dan
kegiatan keagamaan yang disesuaikan dengan ajaran partai.

- Legitimasi Kewenangan

Dasar kewenangan pemimpin dalam sistem politik ini berupa peranan mereka sebagai
ideolog, yaitu penafsir dan pelaksana ideologi yang bersifat doktriner dan eskatalogis.Pada
dasarnya anggota masyarakat yang menaati kewenangan pemimpin partai dan pemerintahan
tidak berdasarkan pada pemegangan kewenangan yang dipilih oleh anggota kongres sesuai
dengan prosedur yang diteytapkan partai, tetapi juga berdasarkan pemegang kewenangan
yang memiliki kemampuan menggunakan kekuasaan paksaan yang sangat meluas dan
mendalam.  

- Hubungan politik ekonomi

Pemerintahan dalam sistem politik ini dikelola oleh partai tunggal yang mengendalikan
kegiatan ekonomi dalam koordinasian unit ekonomi maupun dalam pengadaan barang dan
jasa.Kecuali dalam kegiatan produksi maupun distribusi barang dan jasa.Kegiatan ekonomi
ini merupakan prakarsa individu bukan swasta. Dengan kemajuan teknologi dan
industrialisasi sistem ini memiliki kemampuan dalam menghasilkan dan mendistribusikan
kebtuhan pokok yang relatif merata kepada semua warga sebagai ganti atau tukar dari
ketaatantotal yang diberikan penduduk terhadap kewenangan pemerintah

Pada perkembangannya kemampuan memproduksikan barang dan jasa menjadi menurun


dikarenakan dua hal yaitu : motivasi berprestasi pekerjaan yang sangat rendah dan aparat
partai telah berubah menjadi kelas penguasa yang konservatif. Yang kemudia
mengakibatkan penurunan produksi yang sulit sekali bagi warga masyarakat dalam
mendapat kan kebutuhan pokok, sedangkan para aparat partai memiliki keistimewaan dalam
mendapatkan narang dan jasa. 

Berdasarkan pengamatan berbagai pihak komunis pada saat ini dalam keadaan “ maju
kena, mundur juga kena.” Artinya jikalau mengadakan pembaruan akan berakibat menggali
kuburan sendiri (menghasilkan situasi dan berbagai kekuatan yang akan menghancurkan
sistem komunis itu sendiri). Apabila tidak melakukan pembaruan, sistem itu sudah tidk
dapat berbuat apa-apa lagi, jadi dapat disimpulkan bahwa negara-negara komunis yang
masih bertahan saat ini hanya tinggal menunggu detik-detik kehancurannya.  

4. Sistem Politik Demokrasi

Dari sudut pandang stuktural, sistem politik demokrasi secara ideal merupakan sistem
politik yang memelihara keseimbangan antara konflik dan konsesus.Artinya, demokrasi
memungkinkan perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan diantara individu,
diantara berbagai kelompok, diantara individu dan kelompok, individu dan pemerintah,
kelompok dan pemerintah, sampai diantara lembaga-lembaga pemerintah. Dikarenakan
demokrasi hanya akan menolerir konflik yang tidak menghancurkan sistem, maka sistem
politik demokrasi menyediakan mekanisme dan prosedur yang mengatur dan menyalurkan
konflik sampai pada penyelesaiannya dalam bentuk kesepakatan.

-     Kebaikan Bersama

Dalam sistem politik ini setiap individu telah dijamin oleh hukum.Artinya, setiap
individu memiliki kebebasan untuk mengejar tujuan hidupnya.Oleh karena itu, setiap
individu harus menggunakan kesempatan politik dengan menggabungkan diri ke dalam
organisasi sukarela untuk bersama-sama mempengaruhi diri ke dalam organisasi sukarela
untuk bersama-sama mempengaruhi pemerintah dan membuat kebijakan yang
menguntungkan mereka.

Sistem ini menekankan pada persamaan kesempatan ekonomi daripada pemerataan hasil
pemerintah.Artinya, setiap individu bebas mencari, dan mendayagunakan kekayaan
seoanjang dalam batas-batasan yang telah disepakati bersama.Seperti persaingan bebas yang
wajar, undang-undang antimonopoli, dan peka pada lingkungan hidup.

Dapat disimbulkan bahwa sistem ini menekankan pada pemenuhan kebutuhan materill
kepada massa, dan dalam masyarakat-negara yang menerapkan individualisme ini terdapat
ketegangan antara tujuan-tujuan materill dan moril.

-     Identitas Bersama

Faktor yang mempersatukan masyarakat dalam sistem politik demokrasi ialah bersatu
dalam perbedaan.Contohnya : Bhineka Tunggal Ika untuk Indonesia dan Unity in Diversity
untuk Amerika. Artinya, suatu pihak penduduk akan tetap mempertahankan keterikatannya
dengan setiap subkultur, seperti suku, daerah, ras, agama, dan adat-istiadat.

Dasar yang sama berupa keterkaitan pada lembaga demokrasi, saling percaya, dan
kesediaan berkompromi dan bekerja sama. Selain itu, tujuan yang sama berupa
pengembangan seluruh potensi individu secara maksimal, dan kesejahteraan seluruh anggota
masyarakat.
-     Hubungan Kekuasaan

Dalam sistem politik demokrasi terdapat distribusi kekuasaan yang relatif merata diantara
kelompok sosial dan lembaga pemerintahan.Hal ini mengakibatkan persaingan dan saling
kontrol antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya, antara lembaga pemerintah
satu dengan lembaga pemerintah yang lainnya (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), dan atara
kelompok sosial dengan lembaga sosial.

-     Legitimasi Kewenangan

Prinsip kewenangan dan legistimasi dalam sistem ini bersifat prosedural (rule of law)
yang diatur dalam konstitusi.Artinya, penguasa mendapatkan kewenangan berdasarkan
prosedur yang disusun dalam konstitusi atau peraturan perundang-undangan, sedangkan
anggota masyarakat menaati kewenangan penguasa dikarenakan penguasa dipilih atau
diangkat berdasarkan prosedur yang ditetapkan dalam konstitusi atau peraturan peundang-
undangan.

-     Hubungan Politik dengan Ekonomi

Berdasarkan koordinasi unit ekonomi maupun dalam pemilikan barang dan jasa,
pemerintah dan swasta ikut ambil bagian secara aktif sesuai dengan setiap porsinya.Artinya,
disamping mekanisme pasar dibiarkan mengatur kegiatan ekonomi, dalam hal-hal yang
menyangkut hidup orang banyak, pemerintah ikut mengatur dan mengarahkan kegiatan
ekonomi, redistribusi, dan pengadaan barang dan jasa.

Dalam sistem ini demokrasi menghendaki konstitusi dan demokrasi menghendaki


sumber-sumber ekonomi yang relatif cukup untuk didistribusikan dalam masyarakat.Yang
terpenting dalam sistem politik demokrasi ini yakni adanya prosedur dan mekanisme
penentuan pemerintah berdasarkan kedaulatan rakyat, dan adanya aturan main bagi
kelompok-kelompok untuk bersaing memengaruhi pemerintah demi membuat kebijakan
yang menguntungkan mereka.
5. Sistem Politik Negara Berkembang

Negara ini sesuai dengan namanya merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh
karena itu, sistem politik dalam negara ini sedang mencari bentuk yang selaras dengan tingkat
perkembangan masyarakat maupun kultur dan struktur masyarakatnya.

Masyarakat dalam negara ini pemerintahnya (eksekutif) sangat berperan dalam


mengembangkan identitas bersama dan merumuskan kebaikan bersama maupun melakukan
pembangunan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kekuasaan pemerintahan dan campur-tangan pemerintahnya yang begitu luas dalam


masyarakat pada satu pihak yang telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
sedangkan pada pihak lain menyebabkan kelompok politik, seperti partai, kelompok
kepentingan, dan media massa berperan sebagai pendukung saja. Dengan demikian hubungan
kekuasaan lebih bersifat paksaan daripada konsesus.Erat kaitannya dengan hubungan
kekuasaan yang berupa prinsip kewenangan dan legitimasi yang juga belum menemukan pola
yang sesuai karena dalam masyarakat ini prosedur dan mekanisme penetapan siapa yang
memerintah masih ditetapkan secara sephak saja oleh kelompok yang berkuasa.

Sistem politik yang secara empiris diterapkan dalam negara-negara berkembang terletak
pada model-model sistem politiknya.Sebuah model yang membedakan sistem politik
berdasarkan empat kriteria, yaitu rezim politik, koalisi yang memerintah, pihak yang
diuntungkan dari kebiakan umum, dan basis legitimasi.

Berdasarkan sistem-sistem politik yang ada, sistem politik birokrasi-otoriter merupakan


sistem politik yang lebih mendekati yang sering terjadi dalam negara berkembang. Dari segi
rezim politik (hak-hak warga negara), sistem politik birokratis-otoriter ditandai dengan
pluralisme terbatas dengan cara menerapkan korporatisme negara, keberadaan negara
organisasi kemasyarakatan bergantung pada negaranya. Dari segi siapa yang memerintah,
sistem ini ditandai dengan koalis diantara sejumlah spesialis. Dalam hal ini, militer yang
dimiliki spesialisasi peranan dalam menciptakan ketertiban, teknorat yang memilki
spesialisasi dalam perencanaan dan pengendalian ekonomi, biokrat yang spesialis dalam
administrasi pembangunan, dan pemilik modal asing dan domestik yang berperan dalam
pengadaan barang dan jasa untuk ekspor maupun untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Dari segi pihak-pihak yang diuntungkan dari kebiakan umum, dikarenakan sistem ini
menerapkan model pembangunan kapitalistis yang berorientasi pada pertumbungan dan
ekspor yang dilakukan oleh biokrat, maka yang diuntungkan adalah pihak-pihak yang
memiliki akses terhadap kekuasaan dan kapital.Dari segi basis legitimasi, sistem ini
berdasarkan pada basis legitimasi yang beraneka yaitu campuran terpadu antara distribusi
kebutuhan materill, simbolis (ideologi dan sejumlah jargon politik), dan legal rasional
(pemilihan umum dan proses perundang-undangan).
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Model sistem politik yang dilihat dari sudut historis dan perkembangan sistem politiknya
dimulai dari otokrasi tradisional ke totaliter dan sampai pada demokrasi. Dalam berbagai model
ini terdapat berbagai sistem politik yang diuraikan tersebut terdapat beberapa yang timbul karena
disesuaikan dengan kultur dan struktur masyarakat setempat ataupun yang timbul sebagai
kombinasi unsur-unsur terbaik.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.tugassekolah.com/2016/01/macam-macam-sistem-politik.html

http://irohnasiroh.blogspot.co.id/2015/11/sistem-politik.html

http://gilangdana.blogspot.co.id/2013/04/sistem-politik.html

http://www.spengetahuan.com/2017/03/pengertian-sistem-politik-indonesia-terlengkap.html

Anda mungkin juga menyukai