Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“TRIAS POLITIKA”

Untuk memenuhi syarat tugas dari mata kuliah Sistem Politik Indonesia
dari Dosen: Ibnu Kanaha, S.IP., M.AP

DISUSUN OLEH:
Edgard Marco Jesse
33210742

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS HALMAHERA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala berkatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Makalah ini di susun guna
menyelesaikan tugas mandiri dari mata kuliah Sistem Politik Indonesia dengan dosen
Pengajar Ibnu Kanaha, S.IP., M.AP.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pangalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran.
Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini kerena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang ikut
membantu dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tobelo, 04 Oktober 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Dalam sebuah praktek ketatanegaraan tidak jarang terjadi pemusatan kekuasaan
pada satu tangan, sehingga terjadi pengelolaan sistem pemerintahan yang dilakukan
secara absolut atau otoriter, sebut saja dalam bentuk monarki dimana kekuasaan berada
ditangan seorang raja. Maka untuk menghindari hal tersebut perlu adanya pembagaian
atau pemisahan kekuasaan, sehingga terjadi kontrol dan keseimbangan diantara
lembaga pemegang kekuasaan.
Trias politika merupakan teori yang menerapkan pembagian kekuasaan
pemerintahan negara menjadi tiga jenis kekuasaan, yaitu kekuasaan legislatif,
kekuasaan eksekutif serta kekuasaan yudikatif. Trias Politika pertama kali
dikemukakan oleh Montesquieu, seorang politikus asal Prancis. Saat ini, penerapan
Trias Politika dilakukan di banyak negara, termasuk Indonesia.
Montesquieu mengemukakan teori Trias Politika yang membagi kekuasaan
menjadi tiga jenis. Tiga jenis kekuasaan pada teori Trias Politika meliputi kekuasaan
eksekutif (pelaksanaan undang-undang), kekuasaan legislatif (pembuat undang-undang)
dan kekuasaan yudikatif atau kekuasaan kehakiman (pengawas pelaksana undang-
undang). Di lain sisi John Locke menyatakan bahwa cara untuk mencegah terjadinya
kekuasaan yang melebihi batas harus dilakukan pembagian serta pembedaan pemegang
kekuasaan dalam negara.
Satu prinsip yang sangat erat kaitannya dengan konsep pembagian kekuasaan,
yaitu prinsip checks and balances. Prinsip checks and balances merupakan prinsip
ketatanegaraan yang menghendaki agar kekuasaan lagislatif, eksekutif dan yudikatif
sama-sama sederajat dan saling mengontrol satu sama lain. Kekuasaan negara dapat
diatur, dibatasi, bahkan dikontrol dengan sebaik-baiknya, sehingga penyalahgunaan
kekuasaan oleh aparat penyelenggara negara ataupun pribadi-pribadi yang sedang
menduduki jabatan dalam lembaga-lembaga negara dapat dicegah dan ditanggulangi.
Konsep pembagian kekuasaan pun diterapkan sampai ditingkat daerah. Di sana,
roda pemerintahan dikendalikan oleh lembaga eksekutif (gubernur, walikota ataupun
bupati), legislatif (DPRD) dan yudikatif (pengadilan negeri dan pengadilan tinggi).
Kekhususan ini pun memberikan ruang bagi setiap lembaga untuk menjalankan
tugasnya masing-masing demi kesejateraan rakyat.
Dalam pelaksanaannya untuk menjalankan sistem pemerintahan, Indonesia
menerapkan sistem demokrasi. Sistem demokrasi digunakan di Indonesia karena
demokrasi memberikan penyetaraan terhadap warga negara dalam pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi memberikan izin kepada
warga negaranya berpartisipasi langsung maupun melalui perwakilan perumusan,
pengembangan dan pembuatan hukum.
Demokrasi melingkupi sosial dan budaya serta kondisi ekonomi yang
memungkinkan kebebasan politik secara bebas dan tanpa dibeda bedakan. Demokrasi
juga mengandung makna penghargaan harkat dan martabat manusia, maka dari itu
masyarakat dalam hidup didalam lingkup suatu negara memiliki kebebasan dalam
berserikat dan berkumpul yang dilindungi oleh konstitusi. Oleh sebabnya masyarakat
dapat mengkritisi kinerja pemerintahan tanpa ada sanksi hukum dari negara karena
sistem yang dianut oleh bangsa Indonesia adalah sistem demokrasi yang melindungi
hak-hak warga negara dalam mengemukakan pendapat tanpa memandang suku, ras,
agama, sosial maupun kedudukan ekonomi seseorang. Dalam pelaksanaan sistem
demokrasi di Indonesia tidak dapat dipungkiri membutuhkan peran partai politik.
Partai politik ialah organisasi politik yang memiliki sebuah ideologi atau dibentuk
dengan tujuan yang umum. Partai politik juga dapat diartikan sebagai sebuah kelompok
yang anggotanya memiliki pemikiran tertentu dan cita-cita yang sama. Tujuan umum
dari partai politik ialah mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia yang dimaksud
dalam pembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945,
mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila dan mewujudkan
kesejateraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka pokok masalah yang
muncul adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian Trias Politika ?
2. Bagaimana sejarah Trias Politika ?
3. Bagaimana Prinsip Check and Balance ?
4. Bagaimana Trias Politika di Indonesia ?
1.3. Tujuan
Sesuai dengan apa yang terdapat dalam rumusan masalah di atas, maka tujuannya
adalah sebagai barikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Trias Politika
2. Untuk mengetahui sejarah Trias Politika
3. Untuk mengetahui Prinsip Check and Balance
4. Untuk mengetahui bagaimana Trias politika di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Trias Politika


Merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak dianut diberbagai negara
dianeka belahan dunia. Konsep dasarnya adalah,, kekuasaan di suatu negara tidak boleh
dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik melainkan harus terpisah di lembaga-
lembaga negara yang berbeda.
Trias politika yang kini banyak di terapkan adalah, pemisahan kekuasaan kepada
tiga lembaga berbeda: Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Legislatif adalah lembaga
untuk membuat undang-undang; Eksekutif adalah lembaga yang malaksanakan undang-
undang; Yudikatif adalah lembaga yang mengawasi jalannya pemerintahandan negara
secara keseluruhan, menginterpretasikan undang-undang jika ada sengketa, serta
menjatuhkan sanksi bagi lembaga atau pun perseorangan mana pun yang melanggar
undang-undang.
Dengan terpisahnya tiga kewenangan di tiga lembaga yang berbeda tersebut,
diharpkan jalannya pemerintahannegara tidak timpang, terhindar dari korupsi
pemerintahan oleh satu lembaga, dan akan memunculkan mekanisme Check and
Balance. Kendatipun demikian, jalannya Trias Politika di tiap negara tidak selamanya
serupa, mulus ataupun tanpa halangan.

2.2. Sejarah Trias Politika


Pada masa lalu, bumi dihuni masyarakat pemburu primitif yang biasanya
mengidentifikasi diri sebagai suku. Masing-masing suku dipimpin oleh seorang kepala
suku yang biasanya didasarkan atas garis keturunan ataupun kekuatan fisik atau
nonfisik yang dimiliki. Kepala suku ini memutuskan seluruh perkara yang ada di suku
tersebut.
Pada perkembangannya, suku-suku kemudian memiliki sebuah dewan yang diisi
oleh  para tetua masyarakat. Contoh dari dewan ini yang paling kentara adalah pada
dewan-dewan kota Athena (Yunani). Dewan ini sudah menampakkan tiga kekuasaan
Trias politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Bahkan di Romawi
Kuno, sudah ada perwakilan daerah yang disebut Senat, lembaga yang mewakili
aspirasi daerah-daerah. Kesamaan dengan Indonesia sekarang adalah dewan
perwaakilan Daerah (DPD). 
Namun, keberadaan kekuasaan yang terpisah, misalnya di tingkat dewan kota
tersebut mengalami pasang surut. Tantangan yang terbesar adalah persaingan dengan
kekuasaan monarki atau tirani. Monarki atau tirani adalah kekuasaan absolut yang
berada di tangan satu orang raja. Tidak ada kekuasaan yang terpisah di keduanya.
Pada abad pertengahan (kira-kira tahun 1000-1500SM), kekuasaan politik menjadi
persengketaan antara Monarki (raja/ratu), pimpinan gereja, dan kaum bangsawan.
Kerap kali Eropa kala itu, dilanda perang saudara akibat sengketa kekuasaan antara tiga
kekuatan politik ini.
Sebagai koreksi atas ketidakstabilan politik ini, pada tahun 1500 M mulai muncul
semangat baru di kalangan intelektual Eropa untuk mengkaji ulang filsafat politik yang
berupa melakukan pemisahan kekuasaan. Tokoh-tokoh seperti Jhon Locke,
Montesquieu, Rousseau, Thomas Hobbes, merupakan contoh dari intelektual Eropa
yang melakukan kaji ulang seputar  bagaimana kekuasaan di suatu negara/kerajaan
harus diberlakukan.
Untuk keperluan mata kuliah ini, cukup akan diberikan gambaran mengenai
pemikiran intelektual Eropa yang berpengaruh atas konsep Trias Politika. Pertama
adalah John Locke yang  berasal dari Inggris, sementara yang kedua adalah
Montesquieu, dari Prancis.
 John Locke (1632 – 1704)
Pemikiran John Locke mengenai Trias politika ada di dalam Magnum opus (karya
besa) yang ia tulis dan berjudul Two Treatises of Government yang terbit tahun 1690.
Dalam karyanya tersebut, Locke menyebut bahwa fitrah dasar manusia adalah bekerja
(mengubah alam dengan keringat sendiri) dan memiliki milik (property). Oleh sebab
itu, negara yang baik harus dapat melindungi manusia yang bekerja dan juga
melindungi milik setiap orang yang diperoleh  berdasarkan hasil pekerjaannya tersebut.
Mengapa Locke menulis sedemikian pentingnya masalah kerja ini ?
Dalam masa ketika Locke hidup, milik setiap orang, utamanya bangsa"an, berada
dalam  posisi yang rentan ketika diperhadapkan dengan raja. Kerap kali raja secara
sewenang-wenang melakukan akuisisi atas milik para bangsawan dengan dalih
beraneka ragam. Sebab itu, kerap kali kalangan bangsawan mengadakan perang dengan
raja akibat persengketaan milik ini, misalnya peternakan, tanah, maupun kastil.
Negara ada dengan tujuan utama melindungi milik pribadi dari serangan individu
lain, demikian tujuan negara versi Locke. Untuk memenuhi tujuan tersebut, perlu
adanya kekuasaan terpisah, kekuasaan yang tidak melulu di tangan seorang raja/ratu.
Menurut Locke, kekuasaan yang harus dipisah tersebut adalah Legislatif, Eksekutif dan
Federatif.
 Montesquieu (1689 – 1755)
Montesquieu (nama aslinya Baron Secondat de Montesquieu) mengajukan
pemikiran  politiknya setelah membaca karya John Locke. Buah pemikirannya termuat
di dalam magnum opusnya, Spirits of the Laws, yang terbit tahun 1748.
Sehubungan dengan konsep pemisahan kekuasaan, Montesquieu menulis sebagai
berikut: Dalam tiap pemerintahan ada tiga macam kekuasaan: kekuasaan legislatif;
kekuasaan eksekutif,mengenai hal-hal yang berkenan dengan dengan hukum antara
bangsa; dan kekuasan yudikatif yang mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum
sipil. Dengan kekuasaan pertama, penguasa atau magistrat  mengeluarkan hukum yang
telah dikeluarkan. Dengan kekuasaan kedua, ia membuat damai atau perang, mengutus
atau menerima duta, menetapkan keamanan umum dan mempersiapkan untuk melawan
invasi. Dengan kekuasaan ketiga, ia menghukum  penjahat, atau memutuskan pertikaian
antar individu-individu. Yang akhir ini kita sebut kekuasaan yudikatif, yang lain
kekuasaan eksekutif negara.
Dengan demikian, konsep Trias Politika yang banyak diacu oleh negara-negara di
dunia saat ini adalah Konsep yang berasal dari pemikir Prancis ini. Namun, konsep
Trias Politika ini terus mengalami persaingan dengan konsep-konsep kekuasaan lain
semisal Kekuasaan Dinasti (Arab saudi), Wilayatul faqih (Iran), Diktatur Proletariat
(Korea Utara, Cina, Kuba).
2.3. Prinsip CHECK AND BALANCE
Upaya pengawasan dan keseimbangan antara badan-badan yang mengatur Trias
Politika memiliki prinsip-prinsip dengan berbagai macam variasi, misalnya:
a) The four brances: legislatif, eksekutif, yudikatif, dan media. Di sini media di
gunakan sebagai bagian kekuatan demokrasi keempat karena media
memiliki kemampuan kontrol, dan memberikan informasi.
b) Di Amerika Serikat, tingkat negara bagian menganut Trias Politika
sedangkan tingkat negara adalah badan yudikatif
c) Di Korea selatan, dewan lokal tidak boleh intervensid. Sementara itu, di
Indonesia, Trias Politika tidak di tetapkan secara keseluruhan. Legislatif di
isi dengan DPR, eksekutif di isi dengan jabatan Presiden dan yudikatif oleh
mahkamah konstitusi dan mahkamah agung.
2.4. Trias Politika di Indonesia
Indonesia juga menerapkan teori tentang Trias politika, namun sistem
penerapannya  berbeda ini disesuaikan dengan konteks sosial-politik di Indonesia. Jika
dalam konsep asli Trias Politika menghendaki pemisahan kekuasaan (sparation of
power), Indonesia memodifikasi menjadi pembagian kekuasaan (devision of power or
distribution of power) tanpa menghilangkan esensi-esensi dasar teori itu, seperti
perlunya kontrol terhadap kekuasaan eksekutif dan lain-lain.
Meskipun UUD 1945 tidak menjelaskan secara eksplisit bahwa doktrin Trias
politika dianut, namun UUD 1945 menyelami jiwa dari demokrasi konstitusional, dapat
disimpulkan bahwa Indonesia menganut Trias Politika dalam arti pembagian
kekuasaan.
Apabila ajaran Trias Politika diartikan suatu ajaran pemisahan kekuasaan maka
jelas Undang-undang Dasar 1945 menganut ajaran tersebut, oleh karena memang dalam
UUD 1945 kekuasaan negara dipisahkan dan masing-masing kekuasaan negara tersebut
pelaksanaannya diserahkan kepada suatu alat perlengkapan negara.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
a) Trias Politika adalah suatu paham yang digulirkan filsuf, konsep tersebut
untuk pertama kali dikemukakan oleh Jhon Locke dan Montesquieu yang
terdiri dari tiga bagian, yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif
b) Pada saat ini terlihat bahwa teori pemisahan kekuasaan yang di ungkap oleh
Montesquieu lah yang di terapkan atau diterima. Pasalnya Montesquieu tidak
mengunggulkan satu lembaga. Ketiga lembaga negara yang menjalankan
fungsi yang berbeda, yakni legislatif, eksekutif dan yudikatif bekerja secara
terpisah dan melukakn kontrol satu sama lain.
c) Tetapi dalam penerapannya di Indonesia tidak berjalan sesuai yang di
harapkan, karena sistem KKN yang mendarah daging di Indonesia sehingga
diharuskan menambah lembaga untuk mengontrol keadaan tersebut
DAFTAR ISI

COVER
......................................................................................................................................................
i

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang..........................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Trias Politika..........................................................................................4


2.2 Sejarah Trias Politika...............................................................................................4
 John locke............................................................................................................5
 Montesquieu.........................................................................................................6
2.3 Prinsip Check and Balance.......................................................................................7
2.4 Trias Politika di Indonesia........................................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, M. (2017). digilip UIN sunan ampel Surabaya. Retrieved from digilip UIN sunan ampel
Surabaya: http://digilip.uinsby.ac.id.com

Magfira, H. (2017). Trias politika . Retrieved from Trias politika: http://www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai