Anda di halaman 1dari 20

“KODE ETIK PROFESI KEGURUAN”

Prodi : MPI
Semester : III

Dosen Pengampu :

Dra. OKDANASMITA, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok I

NUR AISYAH
NIM : 221531618

FITRI WULANDARI
NIM : 231531608

REZA AMANDA
NIM : 221531622

YUNENI AGUSTI
NIM : 2211531630

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2023
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ــــــــــــــــِم اِﷲالَّر ْح َم ِن الَّر ِحيم‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “KODE ETIK PROFESI
KEGURUAN”. makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok tahun akademik 2023

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian,11 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1


B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian kode etik guru.....................................................................3


B. Penetapan Kode Etik Guru...................................................................6
C. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru....................................................6
D. Fungsi Kode Etik Profesi Guru.............................................................6
E. Alasan Pentingnya Kode Etik Bagi Guru..............................................8
F. Kandungan Makna Kode Etik Profesi Guru..........................................8
G. Upaya Mewujudkan Kode Etik Guru.....................................................9
H. Kode Etik Profesi Guru Indonesia........................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................13
B. Saran..................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Makalah ini membahas mengenai etika profesi guru secara
umum bagi peserta guru. Beberapa paparan dalam makalah ini
membahas tentang etika kerja dan etos kerja guru serta kode etik
guru yang meliputi: kode etik profesi keguruan, pengertian kode etik
guru, tujuan kode etik guru, penetapan kode etik guru, sanksi
pelanggaran kode etik bagi guru, kode etik guru indonesia.
Menurut UUD 1945 pasal 1 berbunyi “tiap-tiap warga Negara
berhak mendapatkan pengajaran”. Berdasarkan pasal ini jelas bahwa
semua warga negara tanpa terkecuali berhak mendapatkan pendidikan.
Tujuan utamanya agar generasi muda penerus bangsa dapat
memajukan negara Indonesia ini.
Berkaitan dengan itu, visi Menteri Pendidikan Nasional, Bambang
Sudibyo memandang bahwa pendidikan pendidikan sebagai proses
pembentukan manusia seutuhnya. Untuk mewujudkan visi ini
dibutuhkan dana memadai(aspek kuantitatif) dan tenaga pendidik yang
profesional (aspek kualitatif).
Ditinjau dari aspek kuantitatif, Mendiknas lebih lanjut
mewacanakan guru akan makin dimanusiawikan dengan menaikkan
gaji untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional. Dengan
kesejahteraan yang terjamin, para guru akan bangga dengan
profesinya, mampu membeli buku, dan mempunyai waktu luang untuk
belajar. Pada prinsipnya, menaikkan anggaran pendidikan selalu
disebut sebagai conditio sine qua non (syarat mutlak).
Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua peserta
sertifikasi guru agar menjadi guru yang profesional. Pendidikan dapat
dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan dan pembudayaan

1
2

individu agar mampu memenuhi kebutuhan perkembangan dan


memenuhi tuntutan sosial, kultural, serta religius dalam lingkungan
kehidupannya.
Pengertian pendidikan seperti ini mengimplikasikan bahwa upaya
apapun yang dilakukan dalam konteks pendidikan terfokus pada
upaya memfasilitasi proses perkembangan individu sesuai dengan nilai
agama dan kehidupan yang dianut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kode Etik Profesi Guru
2. Penetapan Kode Etik Guru
3. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru
4. Fungsi Kode Etik Profesi Guru
5. Alasan Pentingnya Kode Etik Bagi Guru
6. Kandungan Makna Kode Etik Profesi Guru
7. Upaya Mewujudkan Kode Etik Guru
8. Kode Etik Profesi Guru Indonesia
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan
beberapa tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kode Etik Propesi Keguruan
2. Penetapan Kode Etik Guru
3. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru
4. Fungsi Kode Etik Profesi Guru
5. Alasan Pentingnya Kode Etik Bagi Guru
6. Kandungan Makna Kode Etik Profesi Guru
7. Upaya Mewujudkan Kode Etik Guru
8. Kode Etik Profesi Guru Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Profesi Guru


Istilah kode etik itu bila dikaji maka terdiri dari dua kata yakni
kode dan etik. Secara harfiah kode artinya aturan dan etik yang
berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti watak adab atau cara
hidup, kesopanan (tata susila) atau hal- hal yang berhubungan dengan
kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
Dengan demikian, kode etik keprofesian (professional code of
ethic) pada hakekatnya merupakan suatu sistem peraturan atau
perangkat prinsip- prinsip keprilakukan yang telah diterima oleh
kelompok orang-orang yang tergabung dalam himpunan organisasi
keprofesian tertentu.1
Sedangkan pengertian kode etik guru Indonesia adalah norma
dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia
sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas
profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan warga negara.
Kode Etik Guru (KEG), Kode Etik Guru Indonesia (KEGI), atau
nama lain sesuai dengan yang disepakati oleh organisasi atau asosiasi
profesi guru, merupakan pedoman bersikap dan berperilaku yang
mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika jabatan guru.
Dengan demikian, guru harus menyadari bahwa jabatan mereka
merupakan suatu profesi yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan
mulia. Di sinilah esensi bahwa guru harus mampu memahami,
menghayati, mengamalkan, dan menegakkan Kode Etik Guru dalam

1
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, 50

3
4

menjalankan tugas-tugas profesional dan menjalani kehidupan di


masyarakat.2
Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang
mengatur hubungan guru dengan teman kerja, murid dan wali murid,
pimpinan dan masyarakat serta dengan misi tugasnya.
Bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman kerjanya
difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang
mensukseskan misi dalam mendidik peserta didik.
Sebagai kalangan profesional, sudah waktunya guru Indonesia
memiliki kode etik dan sumpah profesi. Guru juga harus memiliki
kemampuan sesuai dengan standar minimal sehingga nantinya “tidak
malapraktik” ketika mengajar.
Adanya sumpah profesi dan kode etik guru menurut Achmad
Sanusi sebagai rambu-rambu rem dan pedoman dalam tindakan guru
khususnya saat kegiatan mengajar.
Alasannya guru harus bertanggung jawab dengan profesi maupun
hasil dari pengajaran yang ia berikan kepada siswa. Jangan sampai
terjadi malapraktik pendidikan.
B. Penetapan Kode Etik Guru
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi
yang berlaku dan mengikat para naggotanya.Penetapan kode etik
lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan
demikian penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara
perorangan melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus
untuk dan atas nama anggota-anggota yang bukan atau tidak menjadi
anggota profesi tersebut.3 Kode etik suatu profesi hanya akan
mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di
kalangan profesi tersebut jika semua orang yang menjalankan profesi
2
Ali Mudlopir, Pendidik Profesional konsep, Strategis, dan Aplikasinya dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), 208.
3
Seojipto, Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),34
5

tersebut tergabung (menjadi anggota) dalam organisasi profesi yang


bersangkutan.
Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru.
PGRI misalnya, telah membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan
Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil Konferensi
Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di
Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/ Kongres/ XX/
PGRI /2008 tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi
Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang profesi guru
di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi
profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi
anggotanya.4
KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan
Departemen Pendidikan Nasional bersama Pengurus Besar
Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun 2008. Dalam
kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian
disebutkan bahwa “semua guru di Indonesia dapat memahami,
menginternalisasi, dan menunjukkan perilaku keseharian sesuai
dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini”.5
Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara
otomatis tergabung di dalam suatu organisasi atau ikatan profesional,
maka barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan
seccara murini dan baik, karena setiap anggota profesi yang
melakukan pelanggaran yang serius terhadap kode etik dapat
dikenakan sanksi.

C. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru

4
Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun 2009, (Jakarta: CV. Tamitra Utama, 2009), 4.
5
Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Trampil Mengajar,
(Bandung: Alfabeta, 2014), 175.
6

Sering ktia jumpai bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan


profesi sehingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik
dari suatu profesi tertentu dapat meningkat menjadi peraturan hukum
atau undang-undang.
Apabila hanya demikian, maka aturan yang mulanya sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan
yang memberikan sanksi- sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik
berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.
Sebagai contoh dalam hal ini. Jika seseorang anggota profesi
bersaing secara tidak jujur atau curang dengan sesama anggota
profesinya, dan jika dianggpakecurangan itu serius ia dapat dituntut di
muka pengadilan.6
Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan
merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi
terhadap pelanggaran kode etik akan mendapat celaan dari rekan-
rekannya,sedangkan sanksi yang dianggap terberat adalah si
pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi tertentu, menandakan
bahwa organisasi profesi itu telah mantap.
D. Fungsi Kode Etik Profesi Guru
1. Fungsi Kode Etik Profesi
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai
perlindungan dan pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu
sama seperti apa yang dikemukakan oleh7
 Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada
kode etik sebagai pedoman pelaksanaan tugas prosefional dan
pedoman bagi masyarakat sebagai seorang professional.

6
Mohamad Surya, Abdul Hasim, Rus Bambang Suwarno, Lnadasan Pendidikan
Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Graha Indonesia, 2010), 91.
7
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru Dari Pra-jabatan, Induksi, ke
Profesional Madani, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 257-258.
7

 Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode


etik
 Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode etik guru
dengan teman kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta
saling mendukung dalam bidang mensukseskan misi dalam
mendidik peserta didik.
 Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun (1992) mengemukakan
empat fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri, antara lain :

Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka


berperilaku sesuai dengan norma- norma yang dibolehkan dan
menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi yang
ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama
menjalankan tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga
negara dan anggota masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri
guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran
secara profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud.

2. Fungsi Kode Etik Profesi Guru Indonesia


Dalam peraturan tentang kode etik guru Indonesia
bagian satu pasal 2 ayat 2 dijelaskan bahwa kode
etik guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip
dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan
layanan profesional guru dalam hubungannya dengan
peserta didik, orang tua/wali siswa, sekolah dan rekan
seprofesi, organisasi profesi dan pemerintah sesuai
dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan
kemanusiaan. Selain itu fungsinya ialah menempatkan
guru sebagai profesi terhormat, mulia dan bermartabat yang
dilindungi Undang-Undang.
8

E. Alasan Pentingnya Kode Etik Bagi Guru


Secara umum kode etik ini diperlakukan dengan beberapa alasan
antara lain seperti berikut ini :8
1) Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan
kebijakan yang telah ditetapkan berdasarkan perundangan-
undangan yang berlaku.
2) Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan
dari para pelaksana, sehingga dapat menjaga dan meningatkan
stabilitas internal dan eksternal pekerjaan.
3) Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal
adanya kasus- kasus penyimpangan tindakan. melindungi anggota
masyarakat dari praktek- praktek yang menyimpang dari ketentuan
yang berlaku.
F. Kandungan Makna Kode Etik Profesi Guru
Adanya penerimaan atas suatu kode etik itu mengandung makna
selain adanya pengakuan dan pemahaman atas ketentuan dan/atau
prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya, juga adanya suatu ikatan
komitmen dan pernyataan kesadaran untuk mematuhinya dalam
menjalankan tugas dan perilaku keprofesiannya, serta kesiapan dan
kerelaan atas kemungkinan adanya konsekuensi dan sanksi
seandainya terjadi kelalaian terhadapnya.
Dalam kode etik itu sendiri terdapat pedoman sikap dan
perilaku yang menjadi pegangan guru, yaitu nilai-nilai moral yang
membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan
tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas
profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta sikap pergaulan

8
Ali Mudlofir, Pendidikan Profesional Konsep, Strategi, dan Aplikasi Mutu Pendidkan di
Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 37-38.
9

sehari-hari di dalam dan di luar sekolah. Kode etik guru Indonesia


bersumber dari :
1) Nilai-nilai agama dan Pancasila
2) Nilai-nilai kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi professional
3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi
perkemba perkembangan kesehatan jasmaniah, emosional,
intelektual, sosial, dan spiritual.
Sebagai seorang pendidik, seorang guru harus memiliki
syarat-syarat pokok (Sulani, 1981:64) sebagai berikut:
a) Syarat syakhsiyah (memiliki kepribadian yang dapat diandalkan)
b) Syarat ilmiah (memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni)
c) Syarat idhafiyah (mengetahui, menghayati dan menyelami
manusia yang dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya
untuk membawa anak didik menuju tujuan yang ditetapkan).

Ketiga unsur tersebut harus menyatu dalam diri setiap guru,


sehingga guru akan menjadi seorang yang mempunyai kepribadian
khusus. Dari ramuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan keguruan
serta penguasaan berbagai ilmu pengetahuan yang akan dia
transformasikan pada anak didik, pada akhirnya akan membawa
perubahan terhadap tingkah laku siswanya.

Untuk menunjang profesi sebagai guru dibutuhkan


profesionalisme. Adapun syarat profesionalisme guru dalam Islam
meliputi :

Sehat jasmani dan rohani


Bertaqwa
Berilmu pengetahuan yang luas
Berlaku adil
Berwibawa
10

Ikhlas
Mempunyai tujuan yang rabbani
Mampu merencanakan dan melakasanakan evaluasi
Menguasai bidang yang ditekuni

Dalam etika profesi juga mempunyai landasan normatif yang


membangun esensi yang menjadi latar belakang terbentuknya etika
profesi yang setidaknya terdiri dari 4 elemen dalam sistem etika yaitu :

a) Landasan tauhid (landasan filosofis yang dijadikan sebagai


fondasi utama setiap langkah seorang muslin yang beriman dalam
menjalankan fungsi kehidupannya)
b) Landasan keseimbangan (landasan yang mendasari terciptanya
karakter manusia yang memiliki sikap dan perilaku yang seimbang
dan adil dalam konteks hubungan sosial maupun lingkungan)
c) Landasan kehendak bebas (landasan yang memberikan
kelonggaran dalam kebebasan berkreasi dalam melaksanakan
profesi)
d) Landasan pertanggungjawaban (landasan atas pertanggung
jawaban yang diberikan kepada manusia atas aktivitas yang
dilakukan)
G. Upaya Mewujudkan Kode Etik Guru
Dalam upaya mewujudkan kode etik guru Indonesia perlu
memperhatikan sejumlah faktor yang hingga saat ini masih di rasakan
sebagai kendala. Faktor- faktor tersebut adalah:
 Kualitas pribadi guru
 Pendidikan guru
 Sarana dan prasarana pendidikan
 Sistem pendidikan
 Kedudukan, karier dan kesejahteraan guru
 Kebijakan pemerintah
11

Berbagai pihak yang memiliki keterkaitan (pembuat kebijakan/


keputusan, para pakar, manajer, pelaksana) secara proporsional dan
professional seyogyanya dapat bekerjasama secara sistemik, sinergik,
dan simbiotik dalam mewujudkan kode etik guru Indonesia. Hal yang
paling mendasar adalah kemauan politik yang terwujud dalam bentuk
kebijakan manajemen guru dan perlakuan terhadap profesi guru.

H. Kode Etik Profesi Guru Indonesia


Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang
pengabdian terhdapa Tuhan Yang Maha Esa bangsa dan negara, serta
kemanusiaan pada umumnya.9
Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada
Undang-undang Dasar 1945 turut bertanggung jawab atas terwujudnya
cita Proklamasi Kemerdian Republik Indonesi terpanggil untuk
menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai
berikut:
a) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk
manusia indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila
b) Guru memiliki dan melaksanakan kewjujuran professional
c) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik
sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan
d) Guru menciptakan suasana sekolah sebaiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar
e) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan tanggung
jawab bersama terhadap pendidikan
f) Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan
dan meningkatkan mutu da martabat profesinya

9
Supardi, Darwyansyah, Sutomo, Edi Supriyadi, Profesi Keguruan
Berkompetensi dan Bersertifikasi, (Jakarta: Diadit Media, 2009), 36.
12

g) Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan


kesetiakawanana nasional
h) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organiosasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian
i) Guru melaksanaakn segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan
13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan
tugasnya memerlukan atau menuntut keahlian menggunakan teknik-
teknik ilmiah serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari
lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan
kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan. Suatu pekerjaan dapat
dikatakan profesi jika memiliki beberapa syarat-syarat tertentu.
Setiap profesi memiliki kode etik masing-masing, kode etik
adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari (Undang-undang
nomor 8 Tahun 1974). Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik
dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Seperti yang telah disebutkan salah satu kriteria jabatan
profesional, jabatan profesi harus mempunyai wadah untuk meyatukan
gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi, yakni
organisasi profesi. Bagi guru-guru di negara kita, wadah ini telah ada
yakni Persatuan Guru Republik Indonesia yang lebih dikenal dengan
singkatan PGRI. Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi
kesadaran, sikap, mutu, dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan
kesejahteraan mereka
Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka
berperilaku sesuai dengan norma-norma yang dibolehkan dan
menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi yang
ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama
menjalankan tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga
negara dan anggota masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri
14

guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran secara


profesional, bermartabat, dan beretika akan terwuju
B. Saran
Setelah membahas makalah ini, semoga kita semua kelak
menjadi guru yang professional dibidangnya, serta mematuhi kode etik
yang telah ditetapkan. Karena keberhasilan seorang tenaga didik
dalam melahirkan generasi bangsa tergantung pada pendidiknya. Jadi,
sebaiknya kita ber etika baik di depan maupun di belakang siswa,
terutama di depan siswa. Penulis menyadari makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangatlah penulis harapkan demi perbaikan makalah ini. Dan
semoga makalah ini dapat menjadi khazanah pengetahuan khususnya
bagi penulis dan juga kita semua
15

DAFTAR PUSTAKA

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif
Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis

Ali Mudlopir, Pendidik Profesional konsep, Strategis, dan Aplikasinya


dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2012)

Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang: UIN Maliki Press,


2011)

Seojipto, Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)

Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Trampil


Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2014)

As’ad Sungguh, Dua Puluh Lima Etika Profesi, (Jakarta: Sinar Grafika,
2004)

Barnawi, Moammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Jogjakarta:


Ar-Ruzz Media, 2012)

Husna Asmara, Profesi Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015)

Soejipto, Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)

Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun 2009, (Jakarta: CV. Tamitra


Utama, 2009)

Mohamad Surya, Abdul Hasim, Rus Bambang Suwarno, Lnadasan


Pendidikan Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Graha Indonesia, 2010)

Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013)


16

Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru Dari Pra-jabatan,


Induksi, ke Profesional Madani, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011)

Ali Mudlofir, Pendidikan Profesional Konsep, Strategi, dan Aplikasi Mutu


Pendidkan di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013)

Supardi, Darwyansyah, Sutomo, Edi Supriyadi, Profesi Keguruan


Berkompetensi dan Bersertifikasi, (Jakarta: Diadit Media, 2009)

Husna Asmara, Profesi Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015)

Anda mungkin juga menyukai