195 - Makalah Hawalah
195 - Makalah Hawalah
Wardatul Jannah
NIM :
Wasliah Amini
NIM :
الرحِيم
َّ ِالر ْح َم ِن
َّ ــــــــــــــــم اﷲ
ِ ِب ْس
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam adalah agama yang sempurna. Dengan demikian Islam
telah mengatur cara hidup manusia dengan sistem yang serba lengkap.
diantaranya, bermuamalah kepada sesama manusia. Di antara
muamalat yang telah diterapkan kepada kita ialah Al Hiwalah. Al
Hiwalah merupakan sistem yang unik, yang sesuai untuk diadaptasikan
kepada manusia. Hal ini karena al Hiwalah sangat erat hubungannya
dengan kehidupan manusia. Al hiwalah sering berlaku dalam
permasalahan hutang piutang. Maka salah satu cara untuk
menyelesaikan masalah hutang piutang dalam muamalah adalah al
hiwalah.
Al Hiwalah bukan saja digunakan untuk menyelesaikan masalah
hutang piutang,akan tetapi bisa juga digunakan sebagai pemindah
dana dari individu kepada individu yang lain atau syarikat dan firma.
sebagai mana telah digunakan oleh sebagian sistem perbankan. Dalam
hal ini penulis berkesempatan untuk mengkaji tentang al Hiwalah. yang
berkaitan dengan definisi, dalil yang berkaitan, rukun dan syarat.
Penulis juga akan membicarakan mengenai al Hiwalah di dalam sistem
perbankan dan hal lain yang berkaitan dengan hiwalah.1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu hawalah?
2. Apa dasar hukum hawalah?
3. Bagaimana rukun hawalah?
4. Apa saja syarat wakalah?
5. Apa saja jenis-jenis hawalah?
6. Bagaimana unsur kerelaan dalam hawalah?
7. Bagaimana beban muhil setelah hawalah?
1
http://makalahoke.blogspot.co.id/2013/06/makalah-al hiwalah. html diakses pada
28 Mei 2023 pukul 12.30 WIB
1
2
3
4
b. Ijma
Ulama sepakat membolehkan hawalah. Hawalah di bolehkan
pada utang yang tidak berbentuk barang/benda karena hawalah
adalah perpindahan utang. Oleh sebab itu, harus pada uang atau
kewajiban finansial.3
C. RUKUN HAWALAH
Menurut mazhab Hanafi, rukun hiwalah hanya ijab (pernyataan
melakukan hiwalah) dari pihak pertama, dan qabul (penyataan
menerima hiwalah) dari pihak kedua dan pihak ketiga.
Menurut mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali rukun hiwalah ada
enam yaitu:
1) Pihak pertama, muhil Yakni orang yang berhutang dan sekaligus
berpiutang
2) Pihak kedua, muhal atau muhtal Yakni orang berpiutang kepada
muhil
3) Pihak ketiga muhal ‘alaih Yakni orang yang berhutang kepada muhil
dan wajib membayar hutang kepada muhtal
4) Ada hutang pihak pertama pada pihak kedua, muhal bih Yakni
hutang muhil kepada muhtal
5) Ada hutang pihak ketiga kepada pihak pertama Utang muhal ‘alaih
kepada muhil
6) Ada sighoh (pernyataan hiwalah).4
A. SYARAT HAWALAH
Syarat-syarat yang diperlukan pihak pertama (al-muhil) adalah :
3
Muhammad syafii Antonio, bank syariah dari teori ke praktek, jakarta, GEMA INSANI,
2001, hlm 126-127
4
http://mindafantastic.blogspot.co.id/2011/09/fiqh-muamalah-hawalah-pemindahan-utang.
html di unduh pada tanggal 28 Mei 2023 pada pukul 20.30 WIB
6
5
Abdul Rahman ghazaly dkk, fiqh muamalat, Jakarta, PRENADA MEDIA, 2010, hlm 255-
257
8
a. Kerelaan Muhal
Mayoritas ulama Hanafiah, Malikiah dan Syafi’iah berpendapat
bahwa kerelaan muhal (orang yang menerima pindahan) adalah hal
yang wajib dalam hawalah karena hutang yang dipindahkan adalah
haknya, maka tidak dapat dipindahkan dari tanggungan satu orang
kepada yang lainnya tanpa kerelaannya. Demikian ini karena
penyelesaian tanggungan itu berbeda-beda, bisa mudah, sulit, cepat
dan tertunda-tunda.
Hanafilah berpendapat bahwa jika muhal ‘alaih (orang yang
berhutang kepada muhil) itu mampu membayar tanpa menunda-
nunda dan tidak membangkang, muhal (orang yang menerima
pindahan) wajib menerima pemindahan itu dan tidak diisyaratkan
adanya kerelaan darinya. Mereka mendasarkan hal ini kepada hadist
yang telah diseutkan di atas.
Alasan mayoritas ulama mengenai tidak adanya
kewajibanmuhal (orang yang menerima pindahan) untuk menerima
hawalah adalah karena muhal ‘alaih kondisinya berbeda-beda ada
yang mudah membayar dan ada yang menunda-nunda pembayaran.
Dengan demikian, jika muhal ‘alaih mudah dan cepat membayar
hutangnya, dapat dikatakan bahwa muhal wajib menerima hawalah.
Namun jika muhal ‘alaih termasuk orang yang sulit dan suka
menunda-nunda memayar hutangnya, semua ulama berpendapat
muhal tidak wajib menerima hawalah
b. Kerelaan Muhal ‘Alaih
Mayoritas ulama Malikiah, Syafi’iah dan Hanabilah berpendapat
bahwa tidak ada syarat kerelaan muhal ‘alaih, ini berdasarkan hadist
yang artinya: jika alah seorang diantara kamu sekalian dipindahkan
hutangnya kepada orang kaya, ikutilah (terimalah). (HR.Bukhari dan
Muslim). Di samping itu, hak ada pada muhil dan ia boleh
menerimanya sendiri atau mewakilkan kepada orang lain.
9
6
Abdul Rahman ghazaly dkk, fiqh muamalat, Jakarta, PRENADA MEDIA, 2010, hlm 255-
257
7
Muhammad syafii Antonio, Opcit, 127
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti diuraikan diatas, akad hawalah dapat memberikan banyak
sekali manfaat dan keuntungan, diantaranya:
a. Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan
simultan.
b. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan
c. Dapat menjafdi salah satu fee-based income/sumber pendapatan
non pembiayaan bagi bank syariah.
B. Saran
11
12
DAFTAR PUSTAKA