Tema
Oleh
Mata Kuliah
Profesi Keguruan
Dosen Pengampu
Rilci Kurnia Illahi, M.Pd
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
nikmat sehat-nya,baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas akhir dari
mata kuliah profesi keguruan“Sistem Pendidikan Nasional yang Teracuni oleh
Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme”. Akhirnya kepada semua pihak penulis
mengharapkan bantuan saran/koreksi yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Saran dan kritik yang mendidik sangat penulis harapkan dalam
penulisan makalah ini supaya penulis bisa lebih baik kedepannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................. 18
B. Saran ........................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanggung jawab negara atas pendidikan bagi warganya sudah dijamin dalam
berbagai peraturan perundangan yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sementara
itu, dalam menjalankan peran tersebut negara menghadapi berbagai kendala,
termasuk adanya kasus korupsi atau kebocoran anggaran di sektor pendidikan.
Sebagaimana dikemukakan Cf. Hallak (2003) bahwa "di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia korupsi sering kali merupakan masalah
endemik seluruh masyarakat. Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor
yang termasuk kategori rentan terhadap korupsi, karena relatif besarnya
anggaran pendidikan, sehingga cenderung memberi peluang untuk praktik
korupsi yang semakin besar pula"
1
berfokus pada koruptor. Pemberantasan KKN memerlukan upaya-upaya multi
disiplin, dan strategis yang bersifat preventifyang dapat dilakukan dengan
melibatkan sektor pendidikan formal. Institusi pendidikan merupakan tempat
terbaik dan strategis untuk menanamkan dan menyebarkan nilai-nilai antikorupsi.
Siswa dan mahasiswa yang akan menjadi tulang punggung bangsa di masa
mendatang sejak dini harus diajar dan dididik untuk melawan serta menjauhi
praktek korupsi. Bahkan diharapkan dapat turut aktif memeranginya, dengan cara
melakukan pembinaan pada aspek mental, spiritual dan moral. Untuk itu, orientasi
pendidikan nasional kita mengarahkan manusia Indonesia untuk menjadi insan
yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. Karena pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2
menyebabkan berkurangnya anggaran dan dana pendidikan, serta meningkatkan
beban biaya yang harus ditanggung masyarakat dan turunnya kualitas layanan
pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa masalah mendasar dan faktor yang mempengaruhi permasalahan sistem
pendidikan di Indonesia ?
2. Apa itu Korupsi , Kolusi dan Nepotisme (KKN) ?
3. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia jika dipengaruhi oleh praktik
KKN ?
4. Apa solusi yang dapat disimpulkan dari problematika tersebut ?
5. Bagaimana peran pendidikan dalam pemberantasan korupsi?
C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami apa saja masalah mendasar dan faktor yang
mempengaruhi permasalahan sistem pendidikan di Indonesia
2. Mengetahui dan memahami makna korupsi, kolusi dan nepotisme
3. Melihat dan menganalisa dampak kualitas pendidikan di Indonesia jika
dipengaruhi oleh praktik KKN
4. Menjawab dan mengupas tuntas permasalahan sistem pendidikan yang
dipengaruhi prakti KKN dengan solusi ter- up to date.
5. Peran pendidikan dalam memberantas korupsi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut P.H. Combs (1968) ada lima masalah pokok pendidikan, yaitu :
1. Banjir murid.
Banjir murid yaitu bertambahnya jumlah anak anak yang memerlukan
pendidikan baik diseluruh dunia maupun di negara berkembang, karena para
pengelola pendidikan tidak mampu menyediakan tempat belajar, guru, dan sarana
pendidikan, serta sulit untuk meningkatkan mutu pendidikannya.
1
Megawanti, Priarti. "Meretas Permasalahan Pendidikan Di Indonesia." Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan
MIPA 2.3 (2015).
4
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, di usahakan mutu guru harus
ditingkatkan, gaji guru harus ditingkatkan, alat bantu pengajaran pun harus
ditingkatkan pula sehingga untuk meningkatkan mutu pendidikan tentu
dibutuhkan juga peningkatan
2
Kurniawan, Riza Y. "Identifikasi permasalahan pendidikan di Indonesia untuk meningkatkan mutu
danprofesionalisme guru." Makalah dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII,
Universitas Negeri Jakarta (2016).
5
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Indonesia telah memberi ruh
baru dalam pendidikan namun juga tidak banyak merubah pelaksana pendidikan
yang terbiasa menunggu petunjuk dari pusat.
3
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami (Badung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h.197
6
Sementara faktor yang mempengaruhi permasalahan sistem pendidikan
di Indonesia adalah ada empat faktor sebagai poin penting dalam kaitannya
dengan permasalahan pokok Pendidikan di indonesia dan perlu segera untuk
diselesaikan, yaitu:
3. Masalah Efisiensi
Membahas tentang efisiensi dalam sistem pendidikan dimana erat kaitannya
dengan pemanfaatan segala kekuatan yang dimiliki agar tercapai misi yang
rencanakan. Apabila dalam penggunaanya hemat dan cermat maka bisa
disimpulkan bahwa tingkat efisiensinya tinggi. Tetapi apabila terjadi sebaliknya,
maka efisiensinya dikatakan kurang.
4. Masalah Relevansi
Masalah relevansi berkaitan erat dengan sistem pendidikan dan pembangunan
secara umum serta kepentingan perseorangan, masyarakat secara jangka pendek
maupun jangka panjang. Masalah ini membahas seberapa dalam sistem
7
pendidikan bisa menciptakan karya yang cocok dengan keberlangsungan suatu
proses pembangunan. Apabila sistem pendidikan menciptakan output yang
dibutuhkan di semua lini pembanguanan, bisa berhubungan langsung ataupun
tidak dengan permintaan dunia kerja maka kualitas luaran yang dipersyaratkan
oleh lapangan kerja, maka tingkat kebutuhan tersebut sesuai dengan yang
dibangun oleh lembaga.
4
Pasiwi, Dendy Ari Galuh. "Hubungan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dengan konsep perdagangan pengaruh
(trading in influence)." (2018).
8
Kolusi atau collusion menurut Osborn’s Laur Dictionary (1983) ditulis “The
arragement of two ferson, apparently in a hostile positions or having conflicting
interests, to some act in order to injure a third ferson, or deceive a court ”,
sedangkan menurut canadian law dictionary, Kolusi adalah “The making of an
agreement with another for the purpose of perpetrating a fraud, or engaging in
illegal activity while having an illegal end in mind”.
Dari kedua pengertian tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa kolusi atau
collusion ini adalah suatu kesepakatan atau persetujuan dengan 18 tujuan yang
bersifat melawan hukum atau melakukan suatu tindakan penipuan.
Nepotisme terambil dari akar kata nepos dan otis, yang berarti cucu lelaki,
keturunan atau saudara sepupu. Kata ini kemudian mengalami perluasan arti :
5
Pasal 1Bab 1 Ayat (5) Undang-Udang Repoblik Indonesia No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih yang Beres dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
9
Term nepotisme dalam bahasa arab yaitu: al-muhābāh (karena akar katanya
ada keterkaitan dengan makna cinta, belas kasih dan suka terhadap sesuatu), al-
gisy wa al-gharar (adanya penipuan pada ruang publik), al-aṡar (adanya rasa
mendahulukan diri), Al-Ittikhāż bi al-Ābā‟ wa al-Ikhwān Auliyā‟(mengambil
keluarga menjadi penolong/pembantu dalam berbuat kekufuran),al-gil (adanya
dorongan hawa nafsu untuk melakukan kecurangan dalam segala aspek
kehidupan), al-syafa‟ah al-sayyi‟ah (adanya dorongan untuk dibantu dalam
kesalahan).
Semua term ini tidak terdapat dalam al-Qur‟an kecuali sebagiannya saja,
seperti Al-Ittikhāż bi al-Ābā‟ wa al-Ikhwān Auliyā‟, al-gil dan al-syafa‟ah al-
sayyi‟ah. 6
6
Rahmawati, Rahmawati. Nepotisme Menurut Perspektif al-Qur’an. Diss. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, 2013.
10
jatuh sakit. Ini beda dengan tahanan untuk kasus kejahatan lain, padahal koruptor
itu jelas punya banyak duit. Setelah ternyata bersalah dan divonis hukuman
penjara, kepada mereka sering berlaku kebijakan potong masa tahanan. Jadi,
berbicara tentang Indonesia tanpa menyoroti KKN ibarat mengenal Indonesia
secara premature.7
Kaitan antara pendidikan dan politik sangat erat bahkan selalu berhubungan
sehingga dengan keadaan tersebut dapat kita ketahui bahwa politik negara sangat
berperan menentukan arah perkembangan pendidikan di suatu negara. Tidak
berlebihan kiranya bila banyak ahli yang berpendapat bahwa pendidikan sebagai
salahsatu upaya atau sarana untuk melestarikan kekuasaan negara. Michael W.
Apple dalam Tilaar menjelaskan bahwa politik kebudayaan suatu negara
disalurkan melalui lembaga-lembaga pendidikannya sehingga dalam pendidikan
tersalur kemauan-kemauan politik atau sistem kekuasaan dalam suatu masyarakat.
Pendidikan bukan alat politik tetapi politik adalah pendidikan dan sebaliknya
pendidikan yang tidak dapat memilih bukan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan negara. (memilih dalam hal ini adalah kebijakan-kebijakan yang sesuai
atau bermanfaat bagi individu warga negara). Di sisi lain supremasi hukum dapat
tercapai lewat pendidikan, pendidikan politik. Tujuan negara Indonesia yaitu
mewujudkan masyarakat dengan sistem politik yang berkedaulatan rakyat.
Masyarakat Indonesia yang bhineka yaitu terbentuknya masyarakat yang terdidik
yang telah memiliki suatu pandangan yang luas (sebagian besar dikota) yang
7
Christopher J. Robertson & Andrew Watson, Korupsi dan Perubahan Nilai (1999).
11
dibentuk oleh pendidikan dan kesempatan. Pendidikan terletak dalam tatanan
politik.8
8
Purwanto, Nurtanio Agus. "Pengaruh Politik Dalam Bidang Pendidikan." Jurnal Manajemen Pendidikan
UNY (2008): 114488.
9
Bimayu, Warih. "Pendidikan Melawan Koruptor Zaman Now." Prosiding Seminar Nasional Program
Pascasarjana Universitas Pgri Palembang. Vol. 12. No. 01. 2019.
12
D. Solusi
Perjuangan untuk memberantas KKN tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri dan
bersifat eksternal saja. Semua komponen bangsa harus melihat KKN sebagai
sebuah skandal. Atas dasar itu perlu disusun program bersama untuk mulai
menggikis skandal itu dari kehidupan bersama. Ini berarti KKN tidak bisa
diberantas hanya dengan menaikan gaji PNS dan UMR (upah minimum rata-rata).
Seiring dengan itu law enforcement bagi para pelaku KKN juga perlu
ditegakkan. Untuk itu para hakim, jaksa dan polisi sebagai benteng terakhir dari
law enforcement harus memiliki integritas diri dan kredibilitas moral yang kokoh.
Kematian hati nurani ketiga komponen ini harus dibangkitkan kembali. Ini
berhubungan dengan pola rekruitmen polisi, jaksa dan hakim.
Aspek ini juga harus mendapat perhatian serius. Di sini tugas departemen
pendidikan dan departemen agama bekerjasama dengan lembaga-lembaga
keagamaan menjadi penting, yakni menyediakan format, kurikulum dan materi
pendidikan agama yang kena-mengena dengan pembentukan spiritual manusia
Indonesia untuk dipedomani di sekolah-sekolah dan juga keluarga-keluarga. Jadi
jangan hanya menekankan pada aspek formal liturgis melulu, sebab di situ bisa
13
terjadi korupsi. Urus juga pendidikan akhlakmanusia. Jadi pendidikan kita harus
berdimensi humanis, menekankan prinsip dialog (bukan komando) dan berbasis
budaya lokal.
Akhirnya, korupsi tidak bisa dibasmi, tetapi dapat diminimalisir. Salah satu
caranya ialah melalui penyederhanaan prosedur pengurusan keperluan-keperluan
publik. Harus ada kesediaan memangkas birokrasi yang berbelit dan bertele-tele.
Tindakan ini disebut debirokratisasi. Debirokratisasi meminimalkan terjadinya
punggutan liar di meja pertama, loket kedua, dst.
(4) Pengembangan sarana dan prasaran yang dapat menciptakan suasana belajar
yang nyaman.
14
Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas
KKN,Presiden selaku Kepala Negara mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor
127 Tahun 1999 dan membentuk Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara,
sebagai lembaga independen yang dalam pelaksanaan tugasnya bebas dari
pengaruh kekuasaan eksekutif, Iegislatif dan yudikatif. Keanggotaan komisi ini
terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat; dan terdiri dari subkomisi eksekutif,
legislatif, yudikatif dan BUMN/BUMD. Hasil-hasil pemeriksaan Komisi
Pemeriksa disampaikan kepada Presiden, DPR, dan Badan Pemeriksa Keuangan.
15
pendidikan informal dapat dilakukan melalui beragai inisiatif seperti kampanye
masyarakat, maupun program-program pembentukan forum seperti seminar
mahasiswa dan acara lainnya yang melibatkan semua pemangku kepentingan
mulai dari KPK, kepolisian, kejaksaan, kementerian Pendidikan Nasional hingga
kalangan masyarakat madani seperti LSM, ormas-onnas, dan lain sebagainya.
Untuk pendidikan fonnal yang diimplementasikan . melalui kurikulum, tidak
harus diwujudkan dalam suatu mata pelajaran khusus, tetapi dapat diintegrasikan
dalam pelajaran yang relevan, yaitu pelajaran agama, dan PPKN.
Penerapan kurikulum ini tentu saja menuntut kreativitas yang lebih dari para
guru dan harus mampu mengaitkan persoalan korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN) dengan tema-tema atau materi pelajaran. Muatan substansi yang perlu
diberikan pada peserta didik diantaranya dapat berupa sosialisasi bentuk-bentuk
korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta pengawasan terhadap tindak pidana
korupsi yang dapat ditanamkan secara terpadu mulai dari pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi. Pendidikan anti korupsi yang dilaksanakan secara sistemik pada
semua jenjang pendidikan, diharapkan akan memperbaiki pola pikir dan persepsi
masyarakat tentang korupsi.
Kebiasaan lain yang berpotensi membuka peluang korupsi bagi aparat adalah
adanya kebiasaan menyelesaikan urusan-urusan yang tidak mengikuti prosedur,
karena ingin cepat atau alasan lain dengan memberikan imbalan. Substansi
16
pendidikan anti korupsi menurut Ulonu (2006) dapat diberikan melalui pemberian
topik-topik kunci seperti konsep korupsi, dampak yang timbul akibat korupsi
terkait dengan pembangunan sosial, ekonomi, politik maupun moral serta strategi
dan program memerangi korupsi, problem dalam memerangi korupsi maupun
integrasi program dalam pendidikan anti korupsi.
Hal yang lebih penting dalam pendidikan anti korupsi adalah keteladanan.
Keteladanan dapat dimulai dari lingkup kecil seperti rumah tangga dan sekolah.
Pendidikan anti korupsi dalam lembaga pendidikan formal juga sejalan dengan
"pendidikan karakter'' yang telah dicanangkan pemerintah dan rencananya akan
selesai diterapkan di seluruh sekolah pada tahun 2014. Meskipun, pendidikan
karakter bangsa bukan semata-mata tanggung jawab guru dan sekolah, akan tetapi
juga merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat dan lingkungan
keluarga. Tujuan yang akandicapai dari pendidikan karakter dan khususnya
pendidikan anti korupsi, pertama untuk menanamkan semangat anti korupsi pada
setiap anak didik.
Sehingga, masyarakat akan mengawasi setiap tindak korupsi yang terjadi dan
secara bersama memberikan sanksi moral dan sosial bagi koruptor. Hal ini akan
menjadi gerakan bersama anti korupsi dan sekaligus akan memberikan tekanan
17
bagi penegak hukum dan dukungan moral bagi KPK sehingga lebih bersemangat
dalam menjalankan tugasnya.11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemberantasan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pemerintah belum
membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Kompleksitas permasalahan
korupsi di Indonesia ternyata tidak cukup ditanggulangi hanya dengan
mengandalkan strategi preventif, dan investigatif, tetapi juga diperlukan strategi
edukatif. Pemberantasan KKN memerlukan upaya-upaya multi disiplin, strategis,
11
Handayani, Titik. "Korupsi dan pembangunan pendidikan di Indonesia." Jurnal Kependudukan
Indonesia 4.2 (2009): 15-34.
18
komprehensif, dan simultan. Oleh sebab itu, salah satu upaya yang mungkin dapat
dilakukan untuk mencegah tindakan korupsi adalah dengan melibatkan sektor
pendidikan formal. Meskipun demikian, terdapat tantangan bahwa selama ini,
sistem pendidikan nasional dalam pelaksanaannya telah diracuni unsur-unsur
kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Sebagai satu sistem yang tertutup maka
sangat mudah terjadi parktek-praktek korupsi baik yang bersifat material dan
nonmaterial. Praktek KKN yang juga terjadi dalam tubuh sistem pendidikan
nasional, dengan sendirinya telah merosotkan mutu dan cita-cita luhur pendidikan,
oleh karena sumber-sumber dana yang terbatas tidak dinikmati manfaatnya oleh
orang banyak .
B. SARAN
19
Melalui makalah ini penulis mengingatkan bahwa korupsi bukan hal yang
mudah untuk dihapuskan dari karakter bangsa Indonesia, karena sudah sangat
mendarah daging maka, perubahan laten yang diharapkan perlu diawali dengan
langkah kecil, namun tersistematis, dan pendidikan merupakan jawaban.
Pendidikan antikorupsi semestinya sejak kecil ditanamkan, baik di
lingkung~keluarga maupun lembaga pendidikan formal, terutama juga dari
lingkungan masyarakat. Apabila semua elemen seperti keluarga, masyarakat,
pelaku pendidikan, dan pemegang kebijakan menyadari pentingnya pendidikan
antikorupsi, maka bukan hal mustahil persoalan korupsi dapat diberantas dari
negara kita.
DAFTAR PUSTAKA
20
Bimayu, Warih. "Pendidikan Melawan Koruptor Zaman Now." Prosiding
Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang. Vol. 12.
No. 01. 2019.
Christopher J. Robertson & Andrew Watson, Korupsi dan Perubahan Nilai
(1999).
21