Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TAMBANG TERBUKA

STRIPPING RATIO

Oleh:

CANDRA JUAN WAHYU PERDANA


112.18.0089
KELAS B

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
STRIPPING RATIO

Stripping ratio (SR) Stripping ratio (SR) menunjukkan perbandingan antara volu
me (tonase) tanah penutup yang harus dibongkar untuk mendapatkan satu ton batubara pa
da areal yang akan ditambang. Rumusan umum yang sering digunakan untuk menyatakan
perbandingan ini dapat dilihat pada persamaan berikut :

SR = Total Volume OB / Total Tonase Batubara

Total Volume OB di dapatkan dengan menggunakan rumus kerucut terpancung.

- Rumus Kerucut Terpancung

= V : L / 3 (S1 + S2 + ( S1 + S2) I ^ 2 )

Keterangan:

V = Volume cadangan

L = Jarak S1 dan S2

S1 = Luas Penampang Atas

S2 = Luas Penampang Alas

Hasil perhitungan nilai SR :

SR = BCM OB / Stripping cost (ton coal)

SR = Jumlah Waste (m3/ton) / Jumlah Ore (m3/ton)

SR > 1 = Ongkos pengupasan lebih kecil (Tamka)

SR > 1 = Ongkos pengupasan lebih besar (Tamda)

SR = 1 = Bisa Tamka/Tamda

 Faktor – faktor yang mempengaruhi Stripping Ratio antara lain :

1. Faktor volume, merupakan tahap awal dalam penentuan stripping ratio. Penamp
ang litologi pemboran menunjukan formasi litologi yang ditembus dan ketebala
n formasi. Dari informasi tersebut dilakukan identifikasi ketebalan tanah penutu
p dan batubara. Untuk batubara dengan lapisan multisteam dilakukan dengan pe
njumlahan total ketebalan untuk seluruh steam. Prosedur ini berlaku untuk selur
uh lubang bor ketebalandari tanah penutup dan batubara berpengaruh terhadap
perhitungan luas daerah tergantung dari metode perhitungan cadangan yang dig
unakan. Setelah luas daerah diketahui, lalu dilakukan kalkulasi antara ketebalan
rata rata batubara maupun tanah pentup pada daerah tersebut dengan luasan dae
rah, dan diperoleh volume tanah penutup dan batubara pada daerah tersebut
2. Faktor tonase, pada industry pertambangan penjualan bahan galian dan kapasita
s produksi dilakukan atas dasar berat dari bahan galian tersebut. Hal ini berlawa
nan dengan industry perancangan sipil dimana pembayaran dilakukan atas dasar
volume material yang dipindahkan. Konversi dai volume ke berat harus dilakuk
an dalam kaintannya dengan kegiatan pemuatan, pengangkutan, maupun untuk
kegiatan pengolahan
3. Nisbah pengupasan, Salah satu cara menguraikan effisiensi geometri dari opera
si penambangan berdasarkan nisbah pengupasan. Nisbah pengupasan (stripping
ratio) menunjukkan perbandingan antara volume/tonase tanah penutup dengan
volume/tonase batubara pada areal yang akan ditambang. Rumusan umum yang
sering digunakan untuk menyatakan perbandingan ini: Stripping Ratio = Tanah
Penutup (ton)/Batubara (ton)

 Kegunaan :
1. SRmaks = BESR1= stripping ratio untuk menentukan pemilihan tambang terbu
ka dengan pemilihan tambang bawah tanah.
2. SRoverall = BESR2 = stripping ratio untuk menentukan perbandingan berapa v
olume overburden (m3) yang harus dikupas untuk mendapatkan sejumlah ore. S
emakin kecil ore semakin baik, karena keuntungan akan makin besar.
BESR1 =Overall stripping Ratio
BESR2 =economic Stripping Ratio
BESR2 = Waste / Ore
Berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih itu ditambang
secara terbuka.
3. Stripping ratio yang berguna untuk mengetahui apakah suatu area masih mengu
ntungkan utk ditambang atau kah tidak.

 Ada tiga macam nisbah pengupasan (Stripping Ratio), yaitu :

1. Nisbah kupas Breakeven (Breakeven Stripping Ratio) adalah perbandingan antara


biaya penggalian batubara dengan biaya pengupasan tanah penutup atau merupak
an perbandingan biaya penambangan bawah tanah dengan tambang terbuka.
2. Nisbah kupas Seketika (Instantaneous Stripping Ratio), adalah nisbah untuk peng
embangan rencana penambangan yang nilainya lebih kecil dari nilai Breakeven S
tripping Ratio setelah ditentukan bahwa akan digunakan metode tambang terbuka
3. Nisbah kupas ekonomis (Economic Stripping Ratio), adalah berapa besar keuntun
gan yang dapat diperoleh bila cadangan tersebut ditambang dengan metode Tamb
ang Terbuka, maka akan diketahui nilai SR yang menjadi batasan tertinggi yang d
apat ditambang dengan metode tambang terbuka dan menguntungkan.

1. Breakeven Stripping Ratio


Breakeven Stripping Ratio adalah perbandingan antara biaya penggalian
batubara dengan biaya pengupasan tanah penutup (overburden) atau merupakan p
erbandingan biaya penambangan bawah tanah dengan penambangan terbuka. Bre
akeven Stripping Ratio ini disebut jugaa Overall Stripping Ratio yang dapat dinya
takan sebagai berikut

BESR - 1 : A – B
C

Keterangan : A : Biaya penambangan bawah tanah / ton Batubara (US$ / ton)


B : Biaya penambangan terbuka / ton Batubara (US$ / ton)
C : Biaya pengupasan tanah penutup / ton (US$ / ton)

Untuk memilih sistem penambangan digunakan istilah BESR-1 bagi open pit yait
u overall Stripping Ratio
 BESR-1 > 1 maka penambangan lebih menguntungkan dengan T
ambang
Terbuka
 BESR-1 < 1 maka penambangan lebih menguntungkan dengan T
ambang Bawah Tanah
 BESR-1 = 1 maka penambangan dapat dilakukan dengan Tamba
ng Terbuka atau Tambang Bawah Tanah
Untuk mengetahui kemungkinan metode penambangan yang akan diguna
kan baik tambang terbuka ataupun tambang bawah tanah maka sangat penting unt
uk megetahui nilai BESR-1. Dari nilai tersebut dapat diketahui berapa bahan gali
an terendah yang dapat ditambang secara terbuka dan menguntungkan.

Setelah ditentukan bahwa akan digunakan metode Tambang Terbuka, ma


ka dalam rangka perhitungan rencana penambangan digunakan BESR-2 dengan r
umusan sebagai berikut

BESR - 2 : D - E
C

Keterangan : D : Nilai recovery per ton batubara


E : Biaya produksi per ton batubara
C : Biaya pengupasan tanah penutup per ton

BESR-2 untuk menentukan makasimal berapa ton waste yang disingkirka


n untuk memperoleh 1 ton ore agar tahap penambangan ini masih memberikan ke
untungan (max allow waste stripping ratio) dan untuk menentukan batas pit (pit li
muit). BESR-2 ini disebut sebagai economic stripping ratio yang artinya berapa b
esar keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan batubara tersebut ditambang s
ecara tambang terbuka. Pada dasarnya bila terjadi kenaikan harga batubara di pas
ar, maka akan dapat mengakibatkan perluasan tambang sehingga cadangan akan
bertambah, sebaliknya jika harga batubara turun, maka jumlah cadangan akan ber
kurang.
2. Instantaneous Stripping Ratio
Nisbah kupas Seketika (SRINST) adalah nisbah kupas untuk pengemban
gan rencana penambangan yang nilainya lebih kecil dari BESR setelah ditentukan
bahwa akan digunakan metode Tambang Terbuka, maka nisbah kupas ini dapat d
inyatakan sebagai berikut:

SRINST = RevM – CMSM – CL – CP – CT – CH – CO


Keterangan SRINST : Instantaneous Stripping Ratio

RevM : Mining Reverse (harga jual 1 ton batubara)

CMSM : Surface Mining Cost

CL : Loading Cost (Biaya pemuatan)

CP : Preparation Cost (Biaya pengolahan)

CT : Transporting Cost (Biaya pengangkutan)

CH : Harbout Cost (Biaya pengapalan/pelabuhan)

CO : Office Cost (Biaya non teknis / administrasi)

Dalam perhitungan Stripping Ratio ini biaya produksi adalah total dari sel
uruh biaya untuk mendapatkan cadangan/ton yang mana termasuk biaya penamba
ngan, biaya pemuatan, biaya pengolahan, biaya pengangkutan, biaya pengapalan d
an biaya non teknis. Namun biaya pengupasan tanah penutup tidak dihitung sebag
ai biaya produksi. Untuk mengetahui laba yang didapat dari tambang terbuka atau
Profit Surface Mining (PSM), maka dapat dinyatakan sebagai berikut :

PSM = RevM – CSOB(SRINST) - CMSM – CL – CP – CT – CH – CO

Keterangan :

CSOB : Overburden Stripping Cost (Biaya pengupasan tanah penutup)

3. Economic Stripping Ratio


Economic Stripping Ratio (SREC) adalah berapa besar keuntungan yang
dapat diperolah bila cadangan tersebut ditambang dengan metode Tambang Terb
uka. Dari nilai SREC ini dapat diketahui berapa nilai SR yang menjadi Batasan c
adangan tertinggi yang dapat ditambang dengan metode tambang terbuka dan me
nguntungkan. Pada dasarnya jika terjadi kenaikan harga cadangan di pasar maka
akan dapat mengakibatkan perluasan tambang sehingga cadangan akan bertamba
h. Sebaliknya jika harga cadangan turun maka jumlah cadangan akan berkurang.
Nisbah kupas ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
SREC = RevM – CMSM – CL – CP – CT – CH – CO – PSM

Batas ekonomi tambang terbuka dicapai apabila PSM = 0 dimana SRINST


= SREC. Apabila ada cadangan yang akan terus ditambang dengan metode tamba
ng bawah tanah, maka harus ada laba (profit) yang diperoleh. Untuk mengetahyi l
aba yang diperoleh dari tambang bawah tanah (Underground Mining Profit, PU
G) dapat dinyatakan sebagai berikut :

PUG = RevM - CPUG

Keterangan : CPUG : Underground Mining Production Cost (U$ / ton)

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/562030026/Stripping-Ratio

http://info-pertambangan.blogspot.com/2012/10/definisi-pertambangan.html

https://knowledgeisfree.blogspot.com/2015/11/makalah-pengertian-stripping-ratio-dan.ht
ml

http://mheea-nck.blogspot.com/2011/06/tambang-terbuka.html

Anda mungkin juga menyukai