Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR PROSES

ESTERIFIKASI ASAM ASETAT

Disusun oleh:
NAMA : INDIRA SALSABILA AYUWIBOWO
FAIZ SAIFANY
RAHMAN NURUL HUDA
NIM : 15/379003/TK/42945
15/379968/TK/43233
15/385185/TK/43847
HARI/TANGGAL : SELASA / 6 SEPTEMBER 2016
ASISTEN : IVONE MARSELINA NUGRAHA

LABORATORIUM DASAR-DASAR PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR PROSES 2016


dengan judul mata praktikum :

ESTERIFIKASI ASAM ASETAT

Disusun Oleh:

Nama Praktikan NIM Tanda Tangan

Indira Salsabila Ayuwibowo 15/379003/TK/42945

Faiz Saifany 15/379968/TK/43233

Rahman Nurul Huda 15/385185/TK/43847

Yogyakarta, 13 September 2016


Dosen Pembimbing Praktikum Asisten,

Ir. Suprihastuti Sri Rahayu, M. Sc. Ivone Marselina Nugraha


NIP. 19580619 198903 2 001
ESTERIFIKASI ASAM ASETAT

I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari reaksi esterifikasi asam asetat dengan
etanol menggunakan katalisator asam sulfat pada suhu didih campuran
II. DASAR TEORI
Esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol yang
menghasilkan ester dan H2O. Salah satu senyawa ester yang banyak dijumpai di industri adalah
etil asetat, yang dihasilkan dari reaksi antara asam asetat dengan etanol dengan bantuan katalis
asam yaitu asam sulfat pekat. Reaksi esterifikasi asam asetat dapat dijelaskan secara lengkap
sebagai berikut (Solomons, 2012).

Gambar 2. Mekanisme Reaksi Esterifikasi Fischer


Pada esterifikasi asam asetat, bahan baku yang digunakan berupa asam asetat dan
etanol. Katalis yang digunakan adalah asam sulfat. Reaksi dapat dijelaskan melalui persamaan
reaksi sebagai berikut:

`Gambar 1. Reaksi Esterifikasi Asam Asetat dengan Etanol dan Katalisator Asam

Apabila reaksi ini berlangsung dalam reactor batch , konsentrasi reaktan dan produk
akan berubah terhadap waktu. Konsentrasi reaktan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya waktu, sedangkan konsentrasi produk meningkat. Laju perubahan konsentrasi
reaktan per satuan waktu atau laju pembentukan produk per satuan waktu disebut sebagai laju
reaksi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi esterifikasi antara lain :
1. Konsentrasi reaktan
Semakin banyak jumlah/konsentrasi reaktan yang digunakan maka llaju reaksi akan
semakin cepat. Hal ini karena jarak antar molekul reaktan berdekatan sehingga
kemungkinan terjadinya tumbukan untuk membentuk produk semakin besar.
2. Suhu reaksi
Suhu reaksi juga dapat meningkatkan laju esterifikasi. Semakin tinggi suhu
mengakibatkan kecepatan molekul bertambah sehingga frekuensi tumbukan antar
molekul reaktan untuk membentuk produk juga meningkat. Selain itu suhu juga berperan
dalam meningkatkan konstanta laju reaksi. Berikut adalah hubungan antara suhu reaksi
dengan konstanta laju reaksi menurut persamaan Arrhenius (Atkins, 2006)
Ea

k Ae RT
(2)
Dengan,
K = Konstanta laju reaksi
A = Faktor tumbuhan\
Ea = Energi Aktivasi
R = Tetapan gas ideal
T = Suhu absolute (K)
Berdasarkan persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu
reaksi, maka konstanta laju reaksi akan semakin besar.
3. Penggunaan Katalisator
Katalis mempunyai peran dalam menurunkan energy aktivasi. Berdasarkan
persamaan (3), apabila energy aktivasi menurun maka nilai konstanta laju reaksinya
justru bertambah, sehingga laku reaksi akan meningkat. Pada reaksi esterifikasi, katalis
yang digunakan adalah asam sulfat pekat. Katalisator tidak ikut bereaksi sehingga dapat
digunakan untuk beberapa kali reaksi.
Persamaan (1) menggambarkan bahwa reaksi esterifikasi asam asetat dan etanol
menjadi etil asetat bersifat reversible (bolak balik). Sehingga terdapat reaksi pembentukan
kembali asam asetat dan etanol dari etil asetat dan air secara matematis, persamaan laju reaksi
A dapat dituliskan sebagai berikut.

(3)
dengan,
-ra = laju reaksi A , mol/L.menit
k1 = konstanta laju reaksi ke kanan, L/mol.menit
k2 = konstanta laju reaksi ke kiri, L/mol.menit
CA = konsentrasi asam asetat, mol/L
CB = konsentrasi etanol, mol/L
CD = konsentrasi etil asetat , mol/L
CE = konsentrasi air, mol/L

Mengingat reaksi esterifikasi bersifat reversible maka ketika tercapai kesetimbangan


(equilibrium) laju reaksi ke arah kanan sama dengan laju reaksi kea rah kiri, atau dapat
dituliskan bahwa nilai (-ra)eq = 0. Sehingga,hubungan antara konsentrasi reaktan dan
konsentrasi produk pada keadaan setimbang adalah sebagai berikut.
k1 C DeC Ee
K (4)
k 2 C AeC Be
dengan,
K = ketetapan kesetimbangan
k1 & k2 = konstanta laju reaksi ke kanan dan ke kiri
CAe = konsentrasi asam asetat pada kesetimbangan, mol/L
CBe = konsentrasi etanol pada kesetimbangan, mol/L
CDe = konsentrasi etil asetat pada kesetimbangan, mol/L
CEe = konsentrasi air pada kesetimbangan, mol/L

Konversi asam asetat dapat dinyatakan sebagai banyaknya mol asam asetat yang
bereaksi dibanding mol asam asetat mula-mula. Berikut persamaan yang menyatakan konversi
asam asetat.

n A,t 0 n A,t t C A ,t 0 C A ,t t
xA x100% x100% (5)
n Aa C Aa
dengan:
nAa = mol asam asetat mula-mula, mol
CA,t=o = konsentrasi asam asetat mula-mula, mol/L
CA,t=t = konsentrasi pada t tertentu, mol/L
Caa =konsentrasi asam asetat dalam campuran reaktan, mmol/mL

Banyaknya mol asam asetat yang terkonversi sama dengan mol etil asetat yang
terbentuk. Pada keadaan setimbang, konversi asam asetat (XAe) dapat diketahui dari persamaan
berikut.
(C Do C Aa x Ae )(C Eo C Aa x Ae )
K (6)
C Aa (1 x Ae )(C Bo C Aa x Ae )
dengan:
K = konversi setimbang teoritis
xAe = konversi asam asetat setimbang teoritis, %
CAa = konsentrasi asam asetat pada t = 0, mol/L
CBo = konsentrasi etanol pada t = 0, mol/L
CDo = konsentrasi ester etil asetat pada t=0, mol/L
CEo = konsentrasi air pada t=0, mol/L

Nilai K dipengaruhi oleh suhu reaksi, dan hubungan antara suhu reaksi dan tetapan
kesetimbangan reaksi (K) dituliskan dalam bentuk persamaan Vant Hoff, sebagai berikut.
d ln K H r
(7)
dT RT 2
dengan:
Hr = panas reaksi, Joule/mol
T = suhu reaksi, K

Entalpi suatu reaksi ( H r ) dapat diperoleh dengan cara mengurangi entalpi

pembentukan produk dengan entalpi pembentukan reaktan. Apabila panas reaksi ( H r ) tidak
dipengaruhi suhu, maka
H r 1 1
ln K T ln K 298 (8)
R T 298
dengan:
KT = konstanta kesetimbangan kimia pada suhu T

Untuk mendapatkan produk ester dengan yield yang tinggi pada reaksi esterifikasi,
maka kesetimbangan harus digeser ke arah pembentukan ester. Usaha usaha yang dapat
dilakukan untuk memperbanyak hasil ester antara lain:
1. Menambah salah satu reaktan secara berlebih. Pada reaksi esterifikasi, diantara reaktan
asam karboksilat dan alkohl yang digunakan, alkigil memiliki harga jual yang relative
murah sehingga reaktan inilah yang direaksikan dalam keadaan berlebih.
2. Menggunakan reaktan dengan kemurnian yang tinggi. Reaktan dengan konsentrasi yang
tinggi memiliki kemurnian yang tinggi pula. Semakin tinggi konsentrasinya maka
kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
3. Mengurangi jumlah salah satu hasil produk. Produk yang dihasilkan pada reaksi
esterifikasi adalah ester dan air. Dalam industri dengan reaksi yang kontinu, pengurangan
salah satu hasil produk esterifikasi dapat dilakukan dengan mengambil hasil ester atau
air melalui distilasi campuran
4. Untuk menggeser kesetimbangan kea rah produk, maka digunakan suhu tinggi pada
reaksi endotermis dan suhu ruendah pada reaksi eksotermis. Reaksi esterifikasi termasuk
dalam reaksi eksotermis, sehingga suhu ideal yang digunakan adalah suhu rendah dengan
kisaran 70oC.
III. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Larutan asam asetat
2. Etanol
3. Asam sulfat pekat
4. Aquadest
5. Natrium hidroksida
6. Larutan HCl 0,1 N
7. Indikator phenolphthalein
8. Air es
Semua bahan diperoleh dari Laboratorium Dasar-Dasar Proses, Departemen Teknik Kimia,
Universitas Gadjah Mada, kecuali air es.
B. Rangkaian Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini ditunjukkan oleh gambar rangkaian
:
alat berikut ini:
Keterangan:
1. Labu leher tiga 500 mL
2. Pemanas mantel
3. Motor listrik
4. Pengaduk merkuri
5. Pendingin bola
6. Pengatur skala pemanas
7. Termometer alkohol
8. Pengambil cuplikan
9. Penyumbat
10. Steker
Gambar 2. Rangkaian Alat Esterifikasi
C. Cara Percobaan
1. Membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 500 mL, dilanjutkan dengan standardisasi
Larutan NaOH 0,1 N sebanyak 500 mL dibuat dengan cara melarutkan 2 gram
NaOH pellets dengan aquadest di dalam labu ukur 500 mL. NaOH pellets ditimbang
didalam gelas arloji dengan analisis digital. Berat NaOH pellets tercatat sebesar 2,0095
gram. Larutan NaOH 0,1 N yang sudah dibuat distandardisasi dengan larutan HCl 0,1
N; dengan indikator phenolphthalein. Volume larutan HCl yang dibutuhkan untuk
menitrasi 25 mL larutan NaOH 0,1 N dicatat. Percobaan diulang dua kali lagi sehingga
diperoleh tiga data. Volume rata-rata larutan HCl yang dibutuhkan untuk titrasi (VHCl)
dihitung.
2. Melakukan analisis kadar asam asetat yang akan diesterifikasi
Asam asetat encer diambil sebanyak 5 mL,dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL dan ditambahkan aquadest hingga volumenya 100 mL. Larutan asam asetat encer
sebanyak 25 mL dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang sudah distandardisasi,
dengan indikator phenolphthalein. Volume larutan NaOH yang dibutuhkan untuk
menitrasi 25 mL larutan asam asetat encer dicatat. Percobaan diulang dua kali lagi
sehingga diperoleh tiga data. Volume rata-rata larutan NaOH yang dibutuhkan untuk
titrasi (Va) dihitung.
3. Melakukan esterifikasi
Asam asetat yang terdapat pada botol dilemari asam sebanyak 25 mL dicampur
dengan 2 mL asam sulfat du dalam erlenmeyer 250 mL. Campuran diaduk dengan
pengaduk gelas hingga tercampur rata. Campuran tersebut dituang ke dalam reaktor
(labu leher tiga). Kran pendingin dibuka. Pengaduk dinyalakan. Reaktor dipanaskan
hingga suhu campuran kurang lebih 90C. Bersamaan dengan itu, etanol sebanyak 200
mL diambil dan dituang ke dalam erlenmeyer 250 mL (yang tadi digunakan sebagai
wadah penampung asam asetan dan asam sulfat). Sumbat dan termometer dipasang pada
erlenmeyer 250 mL berisi etanol. Etanol pada erlenmeyer 250 mL dipanaskan diatas
kompor listrik hingga suhunya kurang lebih 60C. Selanjutnya etanol panas dituang ke
dalam labu leher tiga yang telah berisi asam asetat dan asam sulfat melalui pendingin
bola. Suhu campuran diupayakan menjadi kurang lebih 70C. Waktu dan suhu akhir
campuran dicatat. Suhu dijaga supaya konstan (tetap) dengan cara menatur pemanas.
Sampel kira-kira 10 mL diambil dan dimasukkan ke dalam botol sampel (diberi nomor),
kemudian didinginkan dengan segera dengan cara botol sampel diletakkan ke dalam
baskom berisi air es. Pengambilan sampel dilakukan pada saat t = 0 (saat etanol selesai
dituang ke reaktor labu leher tiga) dan t = 5 menit. Pengambilan sampel dilanjutkan pada
t = 15 menit, t= 30 menit, t= 60 menit hingga t = 90 menit. Suhu reaksi diupayakan
tetap (suhu dicatat saat terjadi kenaikan atau penurunan suhu).
4. Melakukan analisis kadar asam dalam sampel 1 (t = 0)
Sampel yang telah didinginkan sebanyak 5 mL diencerkan dengan aquadest
hingga volumenya 100 mL di dalam labu ukur 100 mL. Larutan sampel yang telah
diencerkan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang telah diketahui normalitasnya
dengan pasti, dengan indikator phenolphthalein. Volume larutan NaOH yang
dibutuhkan untuk menitrasi 25 mL larutan sampel yang telah diencerkan dicatat. Titrasi
diulang dua kali lagi sehingga diperoleh tiga data hasil titrasi. Volume rata-rata larutan
NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi (Vt=0) dihitung. Analisis kadar asam dalam sampel
berikutnya dilakukan pada t = 0 menit, t = 5 menit, t = 15 menit, t = 30 menit, t = 60
menit, dan t = 90 menit. Volume rata-rata larutan NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi
dihitung (Vt=0, Vt=5, Vt=15, Vt=30, Vt=60, Vt=90).

D. Analisis Data
Perhitungan esterifikasi asam asetat dilakukan untuk mengetahui besarnya
perubahan konsentrasi baik asam asetat maupun ester etil asetat.
a. Normalitas HCl 0,1 N
2(wboraks )
N HCl (9)
( BM boraks )(VHCl )
dengan,
NHCl = normalitas larutan HCl, mgek/mL
Wboraks = berat boraks, mgram
Bmboraks = berat molekul boraks = 381,37 mg/mmol
VHCl = volume larutan HCl untuk titrasi, mL
b. Normalitas NaOH 0,1 N
(VHCl )( N HCl )
N NaOH (10)
(25)
dengan,
NNaOH = normalitas larutan NaOH, mgek/mL
NHCl = Normalitas larutan HCl, mgek/mL
VHCl = Volume larutan HCl yang diperlukan untuk titrasi, mL
c. Normalitas asam asetat yang diesterifikasi
(Va )( N NaOH ) 100 250
N * Aa x x (11)
(25) 5 10
dengan,
N*Aa = normalitas asam asetat, mgek/mL
Va = volume larutan NaOH untuk titrasi, mL
VNaOH = Volume larutan NaOH yang diperlukan untuk titrasi, mL
NNaOH = Normalitas larutan NaOH, mgek/mL
d. Normalitas asam asetat mula-mula (tanpa asam sulfat)
28
N Aa ( N * Aa ) (12)
227
dengan,
N*Aa = Normalitas (mgek/mL) asam asetat yang akan diesterifikasi
NAa =Normalitas (mgek/mL) asam asetat awal dalam campuran reaktan
e. Normalitas asam (asetat dan sulfat) pada t = 0
(Vt 0 )( N NaOH ) 100
N A,t 0 x (13)
25 5
f. Normalitas asam (asetat dan sulfat) pada setiap t
(Vt t )( N NaOH ) 100
N A ,t t x (14)
25 5
g. Konversi asam asetat
(C A,t 0 C A,t t )
XA x100% (15)
C Aa
h. Jumlah mol asam asetat mula-mula
(C Aa )(Vas )
n Aa (16)
1000
dengan:
VAs = volume asam asetat = 227 mL
i. Jumlah mol etanol mula-mula
(VB )( B )(C Bb )
n Bo (17)
MrB
dengan,
nBo = mol etanol mula-mula, mol
VB = volume etanol = 200 mL
B = massa jenis etanol 72% pada suhu percobaan,
gram/mL
CBb = kadar etanol = 72%
MrB = berat molekul air = 18 gram/mol
j. Jumlah mol air mula-mula

1
nEo (n Aa )( MrA ) (VB )( B )(1 C Bb ) x (18)
MrE
dengan,
nEo = mol air mula-mula, mol
VB = volume etanol = 200 mL
A = massa jenis asam asetatpada suhu percobaan,
gram/mL
E = massa jenis etanol 72% pada suhu percobaan,
gram/mL
CBb = kadar etanol, %
MrE = berat molekul air = 18 gram/mol
MrA = berat molekul asam asetat = 60 gram/mol
k. Konversi setimbang teoritis
Entalpi reaksi esterifikasi asam asetat adalah:
(19)

(20)

(21)

dengan,

K = K2 = konstanta kesetimbangan reaksi

K1 = konstanta kesetimbangan reaksi pada suhu referensi


Hr = entalpi reaksi esterifikasi, Joule / mol
R = konstanta gas = 8,314 Joule / mol K
T = suhu percobaan, K
Tr = suhu referensi, K
n Ae (n Eo n Ae )
K (22)
(n Aa n Ae )(n Bo n Ae )
dengan,

K = konstanta kesetimbangan reaksi


n Ae
X Ae x100% (23)
n Aa
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu proses yang dilakukan pertama kali pada praktikum ini adalah standardisasi
larutan NaOH dengan larutan HCl dan standaridsasi larutan HCl dengan larutan boraks.
Larutan HCl dan NaOH perlu distandardisasi terlebih dahulu karena larutan HCl dan NaOH
merupakan larutan standar sekunder yang normalitasnya tidak dapat diketahui secara pasti.
Larutan NaOH bersifat higroskopis yaitu dapat menyerap uap air dari udara, sedangkan larutan
HCl bersifat volatil yaitu mudah menguap. Larutan boraks adalah larutan standar primer yang
memiliki kemurnian tingg, tidak bersifat higroskpis, dan volatil, sehingga normalitasnya dapat
diketahui dengan tepat melalui perhitungan. Langkah standardisasi yang dilakukan pertama
adalah titrasi larutan boraks dengan larutan HCl untuk mengetahui normalitas sesungguhnya
dari larutan HCl. Larutan HCl yang telah diketahui normalitasnya lalu digunakan untuk
standardisasi larutan NaOH dengan cara mentritasi larutan NaOH dengan larutan HCl. Volume
larutan HCl yang diperlukan untuk titrasi dapat digunakan untuk menghitung normalitas dari
mgek
larutan NaOH. Adapun normalitas HCl rata-rata yang didapatkan adalah 0,0934 /mL dan
normalitas NaOH rata-rata hasil percobaan adalah 0,0986 mgek/mL.
Reaksi esterifikasi yang dilakukan pada percobaan ini adalah reaksi antara asam asetat
dan etanol dengan bantuan katalisator asam sulfat pekat. Persamaan reaksi esterifikasi pada
percobaan ini adalah sebagai berikut:
H2SO4
CH3COOH (l) + CH2CH3OH (l) CH3COOCH2CH3(l) + H2O (l)
asam asetat etanol etil asetat air
Secara umu reaksi esterifikasi adalah reaksi antara asam karboksilat dan alkohol dengan
katalisator asam. Tujuan penggunaaan katalisator asam adalah untuk menurunkan energy
aktivasi sehingga jalannya reaksi akan berlangsung lebih cepat. Senyawa asam dapat
memberikan ion H+ pada atom karbonik dari asam sehingga elektrofinitas atom akan
meningkat. Jika diberikan sejumlah kecil asam maka kesetimbangan reaksi akan tercapai
dalam beberapa jam. Reaksi ini dilakukan pada suhu cukup tinggi agar reaksi esterifikasi dapat
berlangsung lebih cepat. Oleh karena itu, reaksi esterifikasi dilakukan pada labu leher tiga yang
dipanaskan di atas pemanas mantel. Reaksi esterifikasi juga dilengkapi dengan bola pendingin
(agar uap yang dihasilkan selama reaksi terkondensasi dan kembali ke dalam labu leher tiga),
pengaduk merkuri (agar reaksi dapat merata di seluruh larutan dan mempercepat reaksi), serta
termometer alkohol (untuk mengetahui suhu reaksi). Selama reaksi berlangsung, dilakukan
pengambilan cuplikan/sampel dari dalam labu leher tiga pada jangka waktu yang berbeda-
beda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara waktu reaksi berlangsung dengan
konversi asam asetat yang bereaksi. Cuplikan yang diambil akan dimasukkan ke botol sampel
dan segera direndam pada air es agar suhu cuplikan menjadi dingin dan reaksi dapat terhenti.
Jika tidak segera didinginkan, maka reaksi akan tetap berlangsung sehingga hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Cuplikan yang telah diambil dan didinginkan kemudian akan diencerkan dan dititrasi
dengan larutan NaOH untuk mengetahui kandungan asam asetat sisa didalam sampel yang
tidak bereaksi. Pada proses titrasi semua sampel mengalami perubahan warna dari tidak
berwarna/bening menjadi ungu. Hasil titrasi menunjukkan bahwa volume larutan NaOH yang
diperlukan untuk titrasi larutan hasil esterifikasi berbeda-beda. Semakin lama waktu reaksi dari
suatu sampel esterifikasi yang akan dititrasi maka volume larutan NaOH yang diperlukan
untuk titrasi semakin berkurang. Hal ini dikarenakan kadar asam asetat sisa yang belum
bereaksi pada larutan sampel tersebut semakin kecil seiring bertambahnya waktu reaksi. Pada
sampel yang diambil pertama, bau yang dihasilkan adalah bau cuka karena kandungan asam
asetat dalam campuran masih banyak. Sedangkan pada sampel berikutnya terjadi perubahan
bau menjadi bau balon karet yang semakin lama semakin menyengat. Bau balon karet ini
berasal dari senyawa produk yaitu etil asetat yang semakin lama waktu reaksi berlangsung
jumlahnya meningkat. Berdasarkan hasil titrasi yang didapatkan, diketahui konsentrasi asam
asetat dan konversi asam asetat tiap waktu reaksi yang disajikan pada Daftar I.

Daftar I. Konsentrasi dan Konversi Asam Asetat pada Berbagai Waktu


NA,t=t Netil asetat
No t (menit) XA (%)
(mgek/mL) (mgek/mL)
1 0 1,1125 0,0000 0
2 5 0,8022 0,3103 31,47
3 10 0,6786 0,4340 44,39
4 15 0,6470 0,4655 47,62
5 30 0,5576 0,5549 56,77
6 60 0,5392 0,5734 58,65
7 90 0,5260 0,5865 60,00
Hubungan antara konsentrasi asam asetat dengan waktu reaksi dapat dilihat pada
Gambar 3.
1.20
Normalitas asam asetat (mgek/mL)

1.00

0.80

0.60

0.40

0.20

0.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu (menit)

Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Asam Asetat dengan Waktu Reaksi
Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa konsentrasi asam asetat mengalami penurunan
seiring berjalannya waktu. Hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana asam asetat sebagai
reaktan akan mengalami reaksi menjadi produk etil asetat. Dari grafik tersebut juga terlihat,
semakin lama waktu reaksi berlangsung laju penurunan konsentrasi asam asetat semakin kecil.
Hal ini disebabkan semakin banyaknya produk etil asetat yang terbentuk sehingga mulai
tercapainya kesetimbangan reaksi.
Hubungan antara konsentrasi etil asetat dengan waktu reaksi dapat dilihat pada
Gambar 4.
0.70

0.60

Normalitas etil asetat (mgek/mL)


0.50

0.40

0.30

0.20

0.10

0.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu (menit)

Ganbar 4. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Etil Asetat dengan Waktu Reaksi

Berbeda dengan asam asetat, etil asetat yang merupakan produk dari reaksi esterifikasi
ini mengalami peningkatan konsentrasi seiring dengan berjalannya waktu reaksi seperti yang
terlihat pada Gambar 4. Konsentrasi etil asetat yang mula-mula nol akan terus meningkat
hingga mencapai suatu titik dimana reaksi dikatakan setimbang dan etil asetat tidak terbentuk
lagi.
Hubungan antara konversi asam asetat dengan waktu reaksi dapat dilihat pada Gambar
5 berikut.
70

60

50
Konversi (%)

40

30

20

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu (menit)

Gambar 5. Grafik Hubungan Antara Konversi Asam Asetat dengan Waktu Reaksi
Berdasarkan grafik pada Gambar 5, terlihat bahwa konversi asam asetat terus
meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini menunjukkan bahwa pasam asetat yang
mengalami reaksi dan terkonversi menjadi produk semakin meningkat. Namun laju
perubahan/konversi asam asetat menjadi produk dari waktu ke waktu tidak sama dan
cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena produk yang dihasilkan semakin banyak dan
kesetimbangan hamper tercapai.
Asumsi asumsi yang digunakan pada percobaan ini, antara lain:
1. Tidak ada pengotor di dalam campuran yang bereaksi
2. Tidak ada campuran yang menguap dan keluar dari labu leher tiga selama pemanasan
3. Cuplikan/sampel yang telah diambil tidak mengalami reaksi lagi, oleh karena
cuplikan/sampel yang diambil segera didinginkan di dalam air es
4. Penentuan titik akhir titrasi tepat
5. Tidak ada massa NaOH yang tertinggal selama prose penimbangan ke pelarutan
6. Pengadukan selama reaksi homogen
7. Tidak ada etanol yang meguap ketika dipanaskan di atas kompor listrik
Dalam perhitungan konversi setimbang teoritis digunakan data-data dari buku
referensi. Berikut adalah data referensi dan hasil perhitungan yang didapatkan.
Hr CH3COOH (l) : -484500 J/mol
Hr CH2CH3OH (l) : -277690 J/mol
Hr CH3COOCH2CH3(l) : -479000 J/mol
Hr H2O (l) : -285830 J/mol
Hr reaksi : - 2640 J/mol
K298 : 7,9936
Keq : 6,9560
XAe : 83,20%
Konversi asam asetat yang didapatkan pada percobaan ini sebesar 60,00%, sedangkan
konversi setimbang hasil teoritis adalah sebesar 83,20%. Hal ini menunjukkan bahwa selama
90 menit reaksi dijalankan, reaksi telah menuju keadaan setimbang yang ditandai dengan
berkurangnya laju pembentukan produk. Namun berdasarkan perhitungan teoritis, reaksi
belum sepenuhnya mencapai kesetimbangan.
Kesetimbangan reaksi adalah suatu keadaan pada reaksi bolak-balik dimana laju
reaksi ke arah reaktan dan produk sama sehingga konsentrasi reaktan dan produk tetap dan
tidak mengalami perubahan lagi. Reaksi esterifikasi yang dilakukan pada percobaan ini adalah
reaksi bolak-balik (reversible) sehingga suatu saat akan tercapai kondisi kesetimbangan reaksi.
Asas Le Chatelier adalah asas yang digunakan untuk memprediksi pengaruh
perubahan kondisi pada kesetimbangan kimia. Asas Le Chatelier mengatakan bahwa ketika
ada aksi yang mengganggu sistem (perubahan konsentrasi, suhu, volume, atau tekanan), maka
sistem akan bereaksi supaya pengaruh aksi menjadi sekecil-kecilnya dan akan menghasilkan
kesetimbangan baru.
Dengan mengunakan prinsip Le Chatelier dapat dilakukan usaha peningkatan produk,
yaitu dengan menggeser kesetimbangan ke arah kanan/produk dengan cara-cara sebagai
berikut:
1. Perubahan konsentrasi, jika konsentrasi reaktan ditambah dan konsentrasi produk
dikurangi maka kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan dan meningkatkan hasil
produk. Pada reaksi esterifikasi asam asetat ini usaha meningkatkan yield produk yang bisa
dilakukan antara lain:
a. Menambah salah satu reaktan yaitu asam asetat atau etanol secara berlebih. Karena
harga etanol lebih murah dibandingkan asam asetat maka dapat dipilih etanol sebagai
reaktan berlebih.
b. Menggunakan reaktan dengan kemurnian tinggi karena reaktan yang kemurniannya
tinggi memiliki konsentrasi yang tinggi pula.
c. Mengurangi jumlah salah satu produk yaitu etil asetat atau air. Usaha ini dapat
dilakukan pada reaksi yang kontinu di industri dengan distilasi campuran.
2. Perubahan suhu, jika suhu reaksi dinaikkan untuk reaksi endotermis dan suhu reaksi
diturunkan untuk reaksi eksotermis maka kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan dan
meningkatkan produk. Karena reaksi esterifikasi asam asetat termasuk eksotermis, maka
untuk meningkatkan yield produk, suhu reaksi harus diturunkan atau dibuat rendah.
3. Perubahan tekanan/volume, perubahan tekanan/volume hanya berpengaruh pada reaksi
dengan fase gas. Jika setelah reaksi berlangsung ada penambahan mol maka dengan
menurunkan tekanan atau menaikkan volume kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk/kanan. Karena pada reaksi esterifikasi asam asetat tidak melibatkan fase gas, maka
perubahan volume/tekanan tidak akan memberikan pengaruh.
Contoh aplikasi reaksi esterifikasi dalam industri, antara lain:
1. Esterifikasi minyak nabati menjadi biodiesel
Proses pembuatan biodiesel adalah dengan mereaksikan asam lemak bebas pada
minyak nabati dengan alkohol membentuk ester dan air. Ester dapat dimurnikan lebih
lanjut untuk memperoleh biodiesel yang sesuai dengan standard yang ditetapkan. Reaksi
ini bersifat endotermis sehingga memerlukan pasokan kalor dari luar.
2. Pemberi rasa (flavorings) pada industri makanan dan minuman
Salah satu produk ester yang dihasilkan melalui proses esterifikasi adalah etil dan butil
asetat. Etil dan butil asetat banyak digunakan sebagai salah satu komponen yang dipakai
untuk memberi rasa pada industri makanan dan minuman .
3. Sebagai pelarut atau solven
Senyawa senyawa ester banyak yang digunakan sebagai pelarut di dalam industri.
Salah satu diantaranya adalah ester asetat seperti etil, butil, isopropil, dan amyl asetat yang
digunakan sebagai pelarut untuk selulosa nitrat.

V. KESIMPULAN
1. Selama reaksi berlangsung, konsentrasi asam asetat mengalami penurunan, sedangkan
konsentrasi etil asetat sebagai produk mengalami peningkatan.
2. Kesetimbangan reaksi esterifikasi tercapai ketika laju reaksi ke arah produk etil asetat dan
air sama dengan laju reaksi ke arah rektan asam asetat dan etanol, dan tidak terjadi lagi
perubahan konsentrasi reaktan maupun produk.
3. Faktor faktor yang yang mempengaruhi kesetimbangan:
a. Perubahan konsentrasi
b. Perubahan suhu
c. Perubahan tekanan/volume untuk reaksi yang melibatkan gas.
4. Konversi asam asetat yang didapatkan setelah reaksi berlangsung 90 menit sebesar 60,00%,
sedangkan konversi setimbang teoritis sebesar 83,20%. Perbedaan ini menunjukkan bahwa
reaksi esterifikasi belum mencapai kesetimbangan pada t=90 menit.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Atkins, Peter. 2006. Physical Chemystry 8th Edition. Oxford: Oxford University Press.
Perry, R. H., and Green, D. 1999. Perrys Chemical Engineers Handbook, 7th ed. New
York: McGraw-Hill Book Company.
Solomons, T.W.G., Fryhle, C., Snyder, S. 2012. Organic Chemistry 11th Edition. New
Jersey: Wiley Global Education.
VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Bahan Kimia dan Proses
1. Identifikasi Hazard Proses
a. Pengambilan larutan asam (asam sulfat dan asam asetat) di lemari asam.
Pada percobaan ini, praktikan akan mengambil larutan asam asetat dan
asam sulfat dari lemari asam. Semua tata cara pengambilan bahan dari lemari asam
(memakai alat perlindungan diri yang lengkap, menyalakan kipas atau exhauster,
menyiapkan wadah atau penampung bahan yang akan diambil, dll) harus dilakukan
dan dipatuhi supaya tidak menimbulkan bahaya. Beberapa kesalahan yang dapat
terjadi atau dilakukan adalah praktikan lupa menyalakan kipas atau exhauster,
sehingga gas beracun terhirup, atau karena kurang cekatan dalam menggunakan
pipet volume dan bola penghisap, pada saat mengambil asam asetat atau asam
sulfat, ada larutan yang terpercik atau menetes.
b. Memasukkan larutan etanol panas ke reaktor melalui pendingin bola.
Ditengah proses esterifikasi, larutan etanol panas (bersuhu kurang lebih
60C) akan ditambahkan ke dalam reaktor labu leher tiga melalui pendingin bola
dengan bantuan corong gelas. Jika praktikan kurang berhati-hati saat menuang
etanol panas, etanol dapat tumpah dan mengenai tubuh praktikan. Etanol yang
bersuhu cukup tinggi dapat menyebabkan luka bakar dan iritasi pada kulit maupun
mata.
c. Memasukkan larutan NaOH maupun larutan HCl ke buret.
Pada percobaan ini, praktikan akan melakukan titrasi sebanyak 24 kali
sehingga akan sering mengisi ulang larutan pada buret. Untuk menghindari resiko
kecelakaan, pada saat mengisi larutan ke buret, sebaiknya buret yang terpasang
pada statif diturunkan ke posisi yang lebih rendah, kran buret dipastikan dalam
keadaan tertutup, menggunakan corong gelas. Kecelakaan yang dapat terjadi
adalah, larutan NaOH atau larutan HCl akan terpercik atau tumpah ke arah
praktikan (menyebabkan iritasi) dan buret tersenggol dan jatuh.
d. Mencampur reaktan dan katalisator di erlenmeyer 250 mL.
Sebelum dimasukkan ke dalam labu leher tiga, campuran antara asam sulfat
dan asam asetat terlebih dahulu dicampur dengan cara diaduk dengan pengaduk
gelas. Selama pengadukan pastikan tidak ada larutan yang keluar dari erlenmeyer
karena larutan bersifat volatile, korosif dan iritan.
2. Identifikasi Hazard Bahan
Hazard bahan pada percobaan ini adalah terdapat bahan yang bersifat iritan,
korosif, mudah terbakar dan bersuhu tinggi. Bahan yang bersuhu tinggi yaitu, larutan
etanol yang dipanaskan (bersuhu kurang lebih 60C), dan campuran asam asetat
dengan katalisator asam sulfat pada rekator yang dipanaskan (bersuhu kurang lebih
90C). Jika praktikan terkena percikan bahan yangbersuhu tinggi, dapat menyebabkan
terjadinya luka bakar.Bahan yang bersifat iritan akan menimbulkan iritasi pada mata
dan kulit jika terjadi kontak langsung, namun apabila sampai tertelan atau terhirup
iritasi pada organ dalam (saluran pencernaan dan saluran pernapasan). Bahan yang
bersifat korosif apabila memiliki konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan luka
bakar dan melepuh apabila terjadi kontak langsung (baik pada kulit, mata, bahkan
organ dalam apabila sampai tertelan atau terhirup). Bahan yang mudah terbakar akan
sangat tidak stabil pada suhu tinggi dan akan langsung bereaksi jika flash point nya
sudah terlampaui (membentuk api). Sedangkan sifat bahan-bahan lain akan dijelaskan
selanjutnya. Asam asetat bersifat korosif, iritan dan mudah terbakar. Etanol bersifat
iritan dan mudah terbakar. Asam sulfat pekat bersifat sangat korosif dan iritan.
Natrium hidroksida (pellets) bersifat korosif dan iritan. Larutan HCl bersifat korosif
dan iritan. Indikator phenolphthalein bersifat mudah terbakar dan iritan. Sedangkan,
aquadest adalah bahan yang cenderung tidak berbahaya.

B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri


Dalam melakukan percobaan ini diperlukan alat perlindungan diri sebagai berikut:
1. Jas laboratorium lengan panjang dan celana panjang, diperlukan agar bahan-bahan
kimia yang tumpah tidak secara langsung mengenai bagian tubuh praktikan.
2. Masker, sebagai alat perlindungan untuk bahan-bahan kimia yang mudah menguap
dan bersifat toxic.
3. Goggles,sebagai alat pelindung mata dari bahan kimia maupun serpihan-serpihan
atau pecahan material yang tajam.
4. Sarung tangan karet, sebagai alat pelindung tangan ketika harus berurusan dengan
berbagai macam bahan-bahan kimia yang sifatnya irritant.
5. Sepatu safety, sebagai alat pelindung kaki dari bahan-bahan kimia yang sifatnya
irritant.

C. Manajemen Limbah
Limbah-limbah yang dihasilkan pada praktikum ini beserta manajemennya, yaitu :
1. Limbah sisa larutan NaOH
Limbah ini bersifat basa sehingga dibuang ke penampungan limbah basa.
2. Limbah sisa larutan HCl
Limbah ini tidak terkontaminasi zat apapun sehingga dikembalikan ke wadah semula
3. Limbah hasil titrasi larutan NaOH dan HCl
Limbah ini adalah garam yang bersifat netral sehingga dapat dibuang ke wastafel.
4. Limbah hasil titrasi sampel dengan larutan NaOH
Limbah ini bersifat netral serta tidak mengandung unsur halogen, sehingga dibuang ke
wastafel.
5. Limbah sisa esterifikasi
Limbah ini bersifat netral dan tidak mengandung halogen sehingga dibuang ke limbah
asam.

D. Data Percobaan
1. Berat boraks : a. 0,2074 gram b. 0,2015 gram c. 0,2089 gram
Volume HCl titrasi : a. 11,5 mL b. 11,2 mL c. 11,6 mL
2. Berat NaOH : 2,0364 gram
Volume larutan NaOH : 500 mL
3. Standardisasi NaOH
Volume larutan NaOH 0,1 N yang dititrasi = 25 mL
Volume HCl untuk titrasi larutan NaOH : a. 26,5 mL b. 26,4 mL c. 26,3 mL
4. Normalitas Asam Asetat yang Diesterifikasi
Volume sampel asam asetat = 25 mL
Volume NaOH 0,1 N untuk titrasi : a. 4,5 mL b. 4,5 mL c. 4,5 mL
Daftar II. Data Hasil Percobaan Titrasi pada Berbagai Suhu
Analisa Vsampel encer, VNaOH, Perubahan Perubahan
Pukul Suhu, oC
Kadar asam mL mL warna bau
25 14,0
Asetat + Bening - Berbau
13.25 69 25 14,1
Sulfat t=0 Ungu cuka
25 14,2
25 10,1
Asetat + Bening - Berbau
13.30 70 25 10,1
Sulfat t=5 Ungu cuka
25 10,3
25 8,6
Asetat + Bening - Berbau
13.25 68 25 8,6
Sulfat t=10 Ungu cuka
25 8,6
25 8,2
Asetat + Bening - Berbau
13.40 70 25 8,2
Sulfat t=15 Ungu cuka
25 8,2
25 7,0
Asetat + Bening - Berbau
13.55 70 25 7,1
Sulfat t=30 Ungu cuka
25 7,1
25 6,8
Asetat + Bening - Berbau
14.25 70 25 6,9
Sulfat t=60 Ungu cuka
25 6,8
25 6,6
Asetat + Bening - Berbau
14.55 70 25 6,7
Sulfat t=90 Ungu cuka
25 6,7
E. Perhitungan
1. Normalitas HCl 0,1 N
Normalitas larutan HCl dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (9).
(2).(207,4 )
NHCL,1 = = 0,0914
(381,37) .11.9

(2).(201,5 )
NHCL,2 = = 0,0943
(381,37) .11.2

(2).(208,9 )
NHCL,3 = = 0,0944
(381,37) .11.6

Normalitas rata-rata larutan HCl dapat dihitung sebagai berikut.


(0,0914+0,0943+0,0944)/
Normalitas rata-rata =
3

= 0,0934

2. Normalitas NaOH 0,1 N
Normalitas larutan NaOH dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (10) sebagai
berikut.
26,5+26,4+26,3
( 3
) .(0,0934 )
NNaOH =
25

= 0,0986

3. Normalitas asam asetat yang diesterifikasi
Normalitas asam asetat yang akan diesterifikasi dapat dihitung menggunakan
persamaan (11) sebagai berikut.
4,5+4,5+4,5
( 3
) .(0,0986 ) 100 250
N*Aa = ( )( )
25 5 10

= 8,8765

4. Normalitas asam asetat mula-mula (tanpa asam sulfat)
Normalitas asam asetat mula-mula dapat dihitung dengan persamaan (12).
25
NAa = 8,8765
. (227)

= 0,9776
5. Normalitas asam (asetat + sulfat) pada t = 0
Normalitas campuran asam asetat dan asam sulfat pada t=0 dapat dihitung
menggunakan persamaan (13).
14,0+14,1+14,2
( 3
) .(0,0986 ) 100
NA,t=0 = ( )
25 5

= 1,1125

6. Normalitas asam (asetat + sulfat) pada setiap saat
Normalitas campuran asam asetat dan asam sulfat pada setiap t dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (14). Contoh perhitungan diambil dari Daftar II untuk t=5.
10,1+10,1+10,3
( 3
) .(0,0986 ) 100
NA,t=5 = ( )
25 5

= 0,8022

Dengan menggunakan cara perhitungan seperti contoh diatas, akan diperoleh data
perhitungan pada t=10, t=15, t=30, t=60, dan t=90 menit dalam tabel berikut.

Daftar III. Data Hasil Perhitungan Normalitas Asam Asetat +Asam Sulfat pada
Setiap t
t Cuplikan/ Vsampel, VNaOH, VNaOH rata-rata Normalitas
(menit) sampel (mL) (mL) (mL) (mgek/mL)
2a 25 10,1
t=5 2b 25 10,1 10,1667 0,8022
2c 25 10,3
3a 25 8,6
t=10 3b 25 8,6 8,6000 0,6786
3c 25 8,6
4a 25 8,2
t=15 4b 25 8,2 8,2000 0,6470
4c 25 8,2
t Cuplikan/ Vsampel, VNaOH, VNaOH rata-rata Normalitas
(menit) sampel (mL) (mL) (mL) (mgek/mL)
5a 25 7,0
t=30 5b 25 7,1 7,0667 0,5576
5c 25 7,1
6a 25 6,8
t=60 6b 25 6,9 6,8333 0,5392
6c 25 6,8
7a 25 6,7
t=90 7b 25 6,7 6,6667 0,5260
7c 25 6,7

7. Konversi asam asetat


Konversi asam asetat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (15). Contoh
perhitungan konversi asam asetat pada menit ke-5 sebagai berikut.

1,1125 0,8022
XA = x 100%
0,9776

= 31,47%
Dengan cara perhitungan yang sama, akan diperoleh data seperti pada tabel berikut.
Daftar IV. Data Hasil Konversi Asam Asetat pada Berbagai Waktu
Menit NA,t=0 NA,t=t NAa
No Konversi (%)
ke- (mgek/mL) (mgek/mL) (mgek/mL)
1 0 1,1125 1,1125 0,9776 0,00
2 5 1,1125 0,8022 0,9776 31,47
3 10 1,1125 0,6786 0,9776 44,39
4 15 1,1125 0,6470 0,9776 47,62
5 30 1,1125 0,5576 0,9776 56,77
6 60 1,1125 0,5392 0,9776 58,65
7 90 1,1125 0,5260 0,9776 60,00
8. Normalitas etil asetat pada setiap t
Normalitas etil asetat pada setiap t dapat dihitung dengan persamaan (16). Contoh
perhitungan normalitas etil asetat pada t=5 sebagai berikut.
31,47
Netil asetat,t=5 = 0,9776 ( 100 )


= 0,3103

Dengan cara perhitungan yang sama, akan diperoleh data seperti pada tabel berikut.

Daftar V. Data Hasil Perhitungan Normalitas Etil Asetat pada Setiap t


Netil asetat
No Menit ke- NAa (mgek/mL) Konversi (%)
(mgek/mL)
1 0 0,9776 0,00 1,1125
2 5 0,9776 31,47 1,1125
3 10 0,9776 44,39 1,1125
4 15 0,9776 47,62 1,1125
5 30 0,9776 56,77 1,1125
6 60 0,9776 58,65 1,1125
7 90 0,9776 60,00 1,1125

9. Jumlah mol asam asetat mula-mula


Jumlah mol asam asetat mula-mula dapat dihitung dengan persamaan (17) sebagai
berikut.

0,9776 . 25

nAa =
1000

= 0,0244 mol
10. Jumlah mol etanol mula-mula
Jumlah mol etanol mula-mula dapat dihitung dengan persamaan (18) sebagai berikut.
200 . B . 75%
nBo =
46

Densitas etanol () dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yang diambil dari
buku referensi Perrys Chemical Engineers Handbook, 8th ed.
C1
= 4 (25)
1+(1 )
2 3

Sedangkan densitas air dapat dihitung dengan persamaan berikut.


= 1+ 2+32+43 (26)
dengan = densitas molar larutan (mol/dm3)
C1, C2, C3, C4 = konstanta perhitungan densitas
T = suhu ruang (301,15K)
Berdasarkan data referensi yang diambil dari Perrys Chemical Engineers
Handbook, 8th ed, didapatkan nilai konstanta perhitungan densitas untuk etanol dan air
adalah sebagai berikut.
Etanol : C1 = 1,6288 C3 = 514
C2 = 0,27469 C4 = 0,23178
Air : C1 = - 13,851 C3 = - 0,00191
C2 = 0,64038 C4 = 1,8211 x 10-6
Nilai densitas etanol 100% dapat dihitung dengan memasukkan data di atas ke dalam
persamaan (25) sebagai berikut.
1,6288
B,100% = 0,23178
1+(1301,15)
0,27469 514

= 17,0008 mol/dm3 . 46 gram/mol . 1dm3/1L . 1L/103 mL

= 0,7820 gram/mL

Sedangkan densitas air dapat dihitung dengan persamaan (26) sebagai berikut.
= 13,851 + 0,64038(301,15) 0,00191(301,15)2 + 1,8211x106(301,15)3
= 55,5573 mol/dm3 . 18 gram/mol . 1dm3/1L . 1L/103 mL

= 1,0000 gram/mL

Untuk menghitung jumlah mol etanol mula-mula, digunakan massa jenis etanol 72%.
Perhitungan massa jenis etanol 72% adalah sebagai berikut.
B,72% = (0,72 . B,100%) + (0,18 . E)

= (0,72 . 0,7820 gram/mL) + (0,18 . 1,0000 gram/mL)

= 0,7431 gram / mL
Setelah massa jenis etanol 72% diketahui, nilai nBo dapat dihitung sebagai berikut.

200 . 0,7431 . 75%
nBo =
46

= 2,3261 mol
11. Jumlah mol air mula-mula
Jumlah mol air mula-mula dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (19)
sebagai berikut.

0,0244 . 60 1,0000

nEo =( + 200(1 72,00%)) ( )
18

Densitas asam asetat 100% pada suhu ruang (301,15K) dapat dicari dengan persamaan
(25). Nilai konstanta perhitungan densitas untuk asam asetat yang diambil dari buku
referensi Perrys Chemical Engineers Handbook 8th ed, adalah sebagai berikut
Asam asetat : C1 = 1,4486 C3 = 591,95
C2 = 0,25892 C4 = 0,2529
Nilai densitas asam asetat 100% dapat dihitung sebagai berikut.
1,4486
A,100% = 0,2529
1+(1301,15)
0,25892 591,95

= 17,3008 mol/dm3 . 60 gram/mol . 1dm3/1L . 1L/103 mL

= 1,0380 gram/mL

Untuk asam asetat dengan kadar 50% (perbandingan 1:1), nilai densitasnya dapat
dihitung sebagai berikut.
A,50% = (0,50 . B,100%) + (0,50 . E)

= (0,50 . 1,0380 gram/mL) + (0,50 . 1,0000 gram/mL)

= 1,0190 gram / mL
Setelah densitas asam asetat 50% diketahui, nilai nEo dapat diperoleh dengan
perhitungan berikut.

0,0244 . 60 1,0000

nEo = ( + 200(1 72,00%)) ( )
1,0190 18

= 3,1909 mol
12. Konversi setimbang teoritis
Konversi setimbang teoritis dapat dihitung menggunakan persamaan (20).
Namun nilai nAe harus dihitung terlebih dahulu dengan persamaan (21). Sedangkan
konstanta kesetimbangan reaksi pada persamaan (22) dapat dicari terlebih dahulu
dengan persamaan (23). Nilai K1 terlebih dahulu dicari dengan persamaan (24).
Berdasarkan sumber referensi (Atkins, 2006) didapatkan data energi Gibbs
untuk tiap senyawa pada suhu referensi 298K sebagai berikut:
fGo CH3COOH (l) : -389900 J/mol
fGo CH2CH3OH (l) : -174780 J/mol
fGo CH3COOCH2CH3(l) : -332700 J/mol
fGo H2O (l) : -237130 J/mol
Dengan data diatas, dapat dihitung energi Gibbs reaksi sebagai berikut.
Persamaan reaksi esterifikasi asam asetat :
CH3COOH (l) + CH2CH3OH (l) CH3COOCH2CH3(l) + H2O (l)

fGo total = fGo produk - fGo reaktan


= (-322700J/mol + (-237130J/mol)) (-389900 J/mol + (-174780 J/mol)
= - 5150 J/mol
Setelah energi Gibbs reaksi diketahui, dapat dihitung nilai K1 dengan persamaan (24)
sebagai berikut.
G
ln (K1) =


(5150 )

K1 = exp ( )
(8,314 . (298)

= 7,9936
Berdasarkan sumber referensi (Atkins, 2006) didapatkan data Hr untuk tiap senyawa
pada suhu referensi 298K sebagai berikut :
Hr CH3COOH (l) : -484500 J/mol
Hr CH2CH3OH (l) : -277690 J/mol
Hr CH3COOCH2CH3(l) : -479000 J/mol
Hr H2O (l) : -285830 J/mol
Sehingga entalpi reaksi esterifikasi asam asetat sebesar:
Hr total = Hr produk - Hr reaktan
= (-285830J/mol + (-479000J/mol)) (-484500 J/mol + (-277690 J/mol)
= - 2640 J/mol
Persamaan (23) menjadi :

2640 1 1

ln (7,9936) ln (K2) = .( )
8,314 298

Nilai T adalah rata-rata suhu reaksi :


342,15+343,15+341,15+343,15+343,15+343,15+343,15
T = K
7
= 342,72 K
Sehingga :

2640 1 1

ln (7,9936) ln (K2) = .( )K
8,314 342,72 298

ln (K2) = 1,9396
K2 = 6,9560
Nilai K2 kemudian disubstitusikan ke persamaan (21) sebagai berikut.
(3,1909+)
6,9560 =
(0,0244)(2,3261)

3,1909+
6,9560 =
0,05682,3505 +

0,3951 16,3501 nAe + 6,9560 nAe2 = 3,1909 nAe + nAe2


5,9560 nAe2 19,5410 nAe + 0,3951 = 0
(19,5410) (19,5410)2 4(5,9560)(0,3951)
nAe =
2(5,9560)

nAe,1 = 3,2605 mol


nAe,2 = 0,0203 mol
Nilai konversi setimbang teoritis dapat dihitung dengan persamaan (20) sebagai
berikut.
0,0203
XAe = x 100%
0,0244

Anda mungkin juga menyukai