Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI KIMIA KINETIKA

Reaksi Hidrolisis Etil Asetat dengan NaOH


(Penentuan Konstanta Laju reaksi dengan Metode Titrasi)

Oleh:
Yabez Yada Elroi S.

652015018

Program Studi Kimia


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

Nama/NIM

: Yabez Yada Elroi Sinukaban/652015018

Kelompok

: kelompok 3, Rabu (12.00-16.00)

Judul

: Reaksi Hidrolisis Etil Asetat dengan NaOH


(Penentuan Konstanta Laju reaksi dengan Metode Titrasi)

Tanggal Praktikum : 19 Oktober 2016

DASAR TEORI
Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui.
Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dari sejumlah contoh solute yang diinginkan
yang secara teliti ditimbang dengan melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti
diukur volumenya. Cara ini biasanya tidak dapat dilakukan, akan tetapi karena relatif sedikit
reaksi kimia yang diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis
akan ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut standar primer.
Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada proses itu dengan
sebagian berat dari standar primer (Oxtoby, 2001).
Titrasi adalah penambahan secara cermat suatu larutan yang mengandung zat yang
konsentrasinya telah diketahui kepada larutan kedua yang mengandung zat yang konsentrasi
dari zat tersebut tidak diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara
kuantitatif. Titik dimana reaksi telah selesai disebut titik akhir teoritis. Selesainya reaksi yaitu
pada titik akhir ditandai dengan perubahan sifat fisisnya, misalnya warna campuran yang
bereaksi. Perubahan warna ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena
penambahan suatu zat yang disebut dengan indikator. Titik dimana terjadi perubahan warna
indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi sama dengan titik akhir
teoritis (Suryani, 2011).
Volumetri atau titrimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi kimia. Pada
reaksi ini yang ditentukan kadarnya, direaksikan dengan zat lain yang telah diketahui
konsentrasinya, sampai tercapai titik ekuivalen sehingga kepekatan zat yang dicari dapat
dihitung. Titrasi merupakan cara untuk mengetahui konsentrasi dalam zat tertentu yang
banyak dilakukan pada proses industri obat-obatan. Dalam melakukan titrasi diperlukan
indikator sebagai senyawa yang menandai bahwa titi ekivalen sudah tercapai. Dengan
terjadinya perubahan fisis yang dapat terlihat namun hasil titrasi umumnya menghasilkan
pembacaan yang tidak tepat dikarenakan presepsi orang berbeda-beda dalam pembacaan
warna (Pratama, 2003)
Untuk dapat digunakan dalam analisis titrimetri, suatu reaksi harus memiliki beberapa
persyaratan yaitu :
1.
Harus ada reaksi yang sederhana, yang dinyatakan dengan persamaan kimia, zat yang
ditetapkan harus bereaksi lengkap.
2.
Reaksi harus berjalan sangat cepat dalam beberapa keadaan, penambahan suatu katalis
akan mempercepat reaksi tersebut.
3.
Harus ada perubahan yang mencolok yang menimbulkan perubahan dalam sifat fisika

atau kimia larutan pada titik ekivalen.


4.
Harus tersedia suatu indikator dimana perubahan visualnya dapat dilihat dengan
mata(Petrucci, 1992).
Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kuantitatif yang dilaksanakan dengan
menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang
diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan.
Bobot yang akan ditetapkan, dihitung dari volume larutan standar yang digunakan dan
hukum-hukum stoikiometri yang diketahui (Bassett, 1994).
Reaksi-reaksi kimia sangat banyak dan terkenal. Reaksi yang digunakan dalam analisis
analisis titrimetri :
1.
Reaksi penetralan atau reaksi asidi-alkalimetri
Reaksi asidi-alkalimetri adalah analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam
basa antara sampel. Disebut asidimetri jika yang yang diketahui asamnya dan disebut
alkalimetri jika yang diketahui basanya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan
dengan bantuan indikator. Indikator merupakan asam organik lemah atau basa organik lemah
yang ada dalam larutan akan terionisasi sebagian, dimana warna yang terionisasi berbeda
dengan yang tak terionisasi (Basset, 1994).
2.
Reaksi reduksi-oksidasi
Oksidasi-reduiksi adalah suatu proses terjadinya perpindahan elektron dari satu atom / ion
keatom / ion lain. Bila pada reaksi asam basa titik akhir reaksi ditentukan oleh terjadinya
perubahan potensial Ok/red.
3.
Reaksi pengendapan
Titrasi endapan adalah suatu titrasi yang reaksinya berdasarkan pada hasil kali kelarutan dari
zat-zat yang kelarutannya kecil (sukar larut dalam air). Titrasi ini biasa digunakan untuk
halogenida.
4.
Reaksi pembentukan kompleks
Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya.
Kadang-kadang senyawa yang sama mempunyai BE tak sama dalam reaksi yang
berlainan (Bassett, 1994)
Dalam titrimetri sistem konsentrasi molaritas dan normalitas digunakn paling sering.
Formalitas dan konsentrasi analitik berguna dalam keadaan-keadaan pada waktu terjadi
disosiasi atau pembentukan kompleks. Sistem berat persen biasa digunakan untuk
menyatakan konsentrasi pendekatan dari pereaksi-pereaksi laboratorium. Untuk larutanlarutan yang sangat encer cocok digunakan satuan seperjuta atau seperseribu juta (Day,
1998).
Hidrolisis adalah suatu reaksi antara senyawa dan air yang membentuk
reaksikesetimbangan. Senyawa yang digunakan dapat berupa senyawa organik
maupunanorganik. Pada proses hidrolisis, garam akan terurai oleh air menghasilkan
larutanyang bersifat asam atau basa (SK,Dogra, 1990).
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna,
memiliki aroma khas. Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil(mudah
menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan
hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donori katan hidrogen karena tidak adanya proton
yang bersifat asam. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air
hingga kelarutan8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi.

Namun demikian,senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam. Etil
asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol
kembali.
Katalis
asam
seperti asam sulfat
dapat
menghambat
hidrolisis
karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer. Volume NaOH
yang digunakan berbeda. Ketika menghidrolisis dengan menggunakan asam asetat volume
NaOH yang dibutuhkan hanya sedikit karena dalam hidrolisis etil asetat hasilnya adalah asam
asetat dan etanol, sehingga mempengaruhi kecepatan reaksidari hidrolisis tersebut maka
volume NaOH yang digunakan hanya sedikit.Sementara pada hidrolisis menggunakan HCl
dibutuhkan volume NaOH yang banyak karena diperlukan untuk menetralkan HCl itu dulu.
Disini HCl dan asam astetat bertindak sebagai katalis.Untuk memperoleh rasio hasil yang
tinggi, biasanya digunakan basa kuat dengan proporsi stoikiometris, misalnya natrium
hidroksida. Reaksi ini menghasilkan etanol dan natrium asetat, yang tidak dapat bereaksi lagi
denganetanol:
CH3COOC2H5+ NaOH C2H5OH + CH3COONa
(Suyono dan Bertha
Yonata,2011).
Untuk menghitung laju reaksi jika diperoleh data konsentrasi, maka dapat digunakan
metode integral baik secara grafik maupun non-grafik. Dengan metodenon-grafik, dapat
ditentukan konstanta laju (k ) dari beberapa orde secara trial danerror. Nilai k yang
berdekatan menunjukkan orde yang sesuai. Sedangkan untuk metode grafik, orde yang sesuai
diketahui dengan nilai regresi linier yang mendekati 1.
Secara teori laju hidrolisis etil asetat memiliki orde 2. Artinya, setiap penambahan
konsentrasi pereaktan sebesar 2 kali semula, maka laju akan bertambah menjadi 22 kali laju
semula, dan begitu seterusnya untuk penambahan pereaktan sebesar n-kali. Hukum laju
reaksi untuk orde 2 adalah :
dx
=k ( ax ) (bx)
dt
dimana, a = konsentrasi awal (mol/L)
b = konsentrasi awal OH- (mol/L)
x = konsentrasi ester atau basa (M)
k = konstanta laju reaksi
Intregasi :
b ( ax )
1
K 2=
ln
a( bx )

t( ab)
2. secara grafik
b(ax)
2,303
2,303
b
t=
log
+
log
k 2(ab)
a(bx) k 2(ab)
a
\

TUJUAN

Menentukan Volume standarisasi NaOH


Menentukan konsentrasi NaOH setelah distandarisasi
Menentukan Volume NaOH pada saat t=0

Alat, Bahan, dan Metode


a. Alat

Beaker glass
Spatula
Pipet
Pipet volume
Buret
Statif
Stopwatch
Magnetic stirer

Hotplate stirer
Kaca arloji
b. Bahan
NaOH
Asam oksalat
HCl
Etil asetat
Imdikator FF

C. Metode
Disiapkan larutan asam oksalat 0,05 M, NaOH 0,05 M, HCl 0,05 M
Dimasukkan 100ml NaOH didalam beaker glass
Diletakkan beaker di hot plate
Dimasukkan magnetic stirer didalan beaker glass
Ditambahkan 100ml etil asetat didalam beaker glass.
Dimulai waktu saat etil asetat ditambahkan.
Larutan diambil sebanyak 10ml dan dimasukkan didalam erlenmeyer
Ditambah 10ml HCl didalam beaker glass.
Diititrasi dengan NaOH
Dicatat volume NaOH yang digunakan
Diulangi pada menit 10,20,30,40,50,60,70,80,90
c. HASIL PENGAMATAN
d. Vol NaOH
0,05 M
h. Awal
l. Akhir
p. Vol
ditambahkan

e. 1

f. 2

g. Rata-rata

i. 0
m. 10
q. 10

j. 10
n. 20
r. 10

k.
o.
s. 10

x. 2

y. Rata-rata

ab. 20
af. 49
aj. 29

ac.
ag.
ak. 29

t.
u.

Penentuan volume pada saat t=0

v. Vol NaOH
w. 1
0,05 M
z. Awal
aa. 0
ad. Akhir
ae. 29
ah. Vol
ai. 29
ditambahkan
al.
Penentuan volume pada saat t
am.t
ar. 10
au. 20
ax. 30
ba. 40
bd. 50

an. Volume NaOH yang ditambahkan


ap. 1
aq. 2
as. 29
at. 29
av. 19
aw. 29
ay. 52
az. 35
bb. 2,5
bc. 23
be. 2,5
bf. 28

bg.
bh. JAWAB PERTANYAAN
1. Bandingkan hasil praktikum anda tentang penentuan orde reaksi dengan literatur
bi.

V NaOH =

e . Ve .V 1
=V NaOH , 0
Me . Vs NaOH

bj.

V NaOH =

0,895.50.10
+5
126 .5

bk.
V NaOH

= 8,53 ml

bl.
Hasil praktikum V NaOH yang dipakai setelah selesai reaksi 29 ml
sedangkan pada literatur 8,53ml. Perbedaan antara hasil literarur dan hasil praktikum
dikarenakan ketika titrasi kurang tepat menentukan titik akhir titrasi, karena
kurangnya pengocokan maka titrasi yang seharusnya dihentikan malah dilanjutkan.
Beberapa faktor yang lain yaitu larutan terkontaminasi dan indikator yang digunakan
terlalu sedikit.
2. Apakah fungsi 100 ml aquades dingin dalam praktikum?
bm. Dalam praktikum ini digunakan aqades untuk pengenceran larutan kerja.
bn.
bo. PEMBAHASAN
bp.
Larutan NaOH merupakan larutan standar sekunder (larutan yang
belum diketahui konsentrasinya), maka sebelum digunakan terlebih dahulu larutan
NaOH tersebut harus distandarisasi dengan larutan asam oksalat yang merupakan
larutan standar primer agar NaOH diketahui konsentrasinya. Pada percobaan ini
standarisasi larutan NaOH digunakan larutan standar asam oksalat. larutan standar
adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Standarisasi merupakan
penentuan konsentrasi dari larutan standar sekunder yang menggunakan bantuan
larutan standar primer. Sebelum larutan asam oksalat digunakan larutan okslat
diencerkan dengan aquades. Asam oksalat ditimbang sebanyak 0,315 gram lalu
ditambahkan akuades 100ml diaduk dalam gelas beker, lalu pindahkan ke labu takar
dengan ditambahkan akuades sampai tanda batas dan dikocok hingga homogen.
bq.
Konsentrasi larutan asam oksalat yang digunakan 0,025 M. Setelah itu
konsentrasi NaOH dapat ditentukan melalui titrasi. Sebelum dititrasi dengan asam
oksalat, larutan NaOH ditambahkan indikator PP.Penambahan indikator supaya
terhjadi perubahan warna menjadi merah muda. Indikator PP akan memberikan
perubahan warna merah muda apabila berada pada larutan basa. Fungsi indikator PP
adalah sebagai penunjuk akhir titrasi dalam pencapaian titik ekivalen. Titrasi
dilakukan duplo
br.
Volume rata-rata NaOH yang digunakan pada saat titrasi adalah 10
mL. Nilai konsentrasi NaOH setelah distandarisasi
bs. M1 x V1 (Basa)= M2 x V2 (Asam)
bt. M1 x V1 (NaOH) = M2 x V2 (Asam Oksalat)

bu. M NaOH =

M H2C2O4 X V H2C2O4
V NaOH

bv.
bw.M NaOH =
bx.

0,05 M X 10 ml
10 ml

= 0,05 M

by. Reaksi titrasi NaOH oleh asam oksalat:


bz.

H2C2O4 + 2 NaOH

Na2C2O4

+ 2H2O

ca.
Pada percobaan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat
menentukam volume NaOH pada saat t=0 dan volume NaOH pada saat t. Asam kuat
yang dipakai HCl 12M . Sebelum dilakukan hidrolisis larutan NaOH,HCl,dan etil
asetat semua larutan diencerkan. Pengenceran dilakukan untuk mengurangi
konsentrasi zat terlarut dalam larutan, larutan NaOH,HCl,dan etil asetat akan
diencerkan sampai konsentrasi mempunyai konsentrasi 0,1M. Reaksi pengencerannya
sebagai berikut :
cb.
HCl(aq) + H2O(l) HCl(aq)
cc.
NaOH(aq) + H2O(l) NaOH(aq)
cd.
Etil asetat(aq) + H2O(l) etil asetat(aq)
ce.
HCl yang telah diencerkan dimasukkan didalam beaker A, HCl akan
memberikan suasana asam kuat dalam hidrolisis etil asetat. Etil asetat yang telah
diencerkan dimasukkan di beaker B, etil asetat jika direaksikan dengan air akan
terjadi proses hidrolisis, garam akan terurai oleh air menghasilkan larutan yang
bersifat asam atau basa. Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa
menghasilkan asam asetat dan etanol. Katalis asam seperti asam sulfat dapat
menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan dari hidrolisis
yaitu reaksi esterifikasi. Untuk memperoleh rasio hasil yang tinggi, biasanya
digunakan basa kuat dengan proporsi stoikiometri, misalnya NaOH. Reaksi yang
terjadi pada percobaan ini:
cf.
CH3COOC2H5 + H2O
C 2H5OH + CH3COOH
cg.
CH3COOH + NaOH
C 2H5OH + CH3COONa
ch.
Diletakkan erlenmeyer A di hotplate dan dimasukkan magnetic stirer
didalam beaker . Pada beasker glass B dicampur didalam beaker glass A. Pada saat
etil asetat ditcampur,waktu dimulai. Pada t : 0,10,20,30,40,50 larutan diambil 10ml
dan ditambah HCl 10ml kemudian ditambah indikator PP. Kemudian larutan dititrasi
dengan NaOH sampai berubah warna,larutan NaOH digunakan untuk menetralkan
larutan. Hasil titrasi yang diperoleh :
ci. t
cj. Volume NaOH yang ditambahkan
cl. 1
cm.2
cn. 0
co. 29
cp. 29
cq. 10
cr. 19
cs. 29

ct. 20
cu. 52
cv. 35
cw. 30
cx. 2,5
cy. 23
cz. 40
da. 2,5
db. 28
dc. 50
dd. 30
de. 15
df.
dg.
Hasil titrasi yang diperoleh kelompok kami tidak stabil karena pada
penambahan indikator PP yang dilakukan tidak merata pada Erlenmeyer
t=0,10,20,30,40,50.
dh.
Besarnya volume NaOH pada saat selesai reaksi dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut :
e . Ve .V 1
V NaOH =
=V NaOH , 0
di.
Me . Vs NaOH
V NaOH =

dj.

0,895.50.10
+5
126 .5

dk.
V NaOH
= 8,53 ml
dl. Sedangkan pada hasil praktikum Volume NaOH yang digunakan pada titrasi 29ml
sedangkana pada literatur 8,53ml perbedaan hasil ini disebabkan karena pada saat
mengencerkan larutan HCl konsentrasi yang digunakan adalah 0,288 padahal
seharusnya HCl yang digunakan adalah 0,05 hal ini disebabkan karena ada kesalahan
dalam perhitungan konsentrasi HCl sehingga membuat konsentrasi dari HCl semakin
rendah. Hal ini juga membuat titrasi yang dilakukan hanya sampai t=50 menit ini
dikarenakan larutan NaOH yang kelompok kami gunakan hanya 500mL dan tidak
mencukupi untuk titrasi hingga t=90 menit.
dm.
dn. KESIMPULAN
1. Menentukan Volume standarisasi NaOH
do.
dp. Vol

NaOH

dq. 1

dr. 2

ds. Rata-rata

dt. Awal

du. 0

dv. 10

dw.

dx. Akhir

dy. 10

dz. 20

ea.

eb. Vol

ec. 10

ed. 10

ee. 10

0,05 M

ditambahkan
2. Menentukan konsentrasi NaOH setelah distandarisasi
ef.
eg. M1 x V1 (Basa)= M2 x V2 (Asam)
eh. M1 x V1 (NaOH) = M2 x V2 (Asam Oksalat)

ei. M NaOH =
ej.
ek. M NaOH =

M H2C2O4 X V H2C2O4
V NaOH
0,05 M X 10 ml
10 ml

el.
em.
= 0,05 M
3. Penentuan volume pada saat t=0
en. Vol NaOH
0,05 M
er. Awal
ev. Akhir
ez. Vol
ditambahkan

eo. 1

ep. 2

eq. Rata-rata

es. 0
ew. 29
fa. 29

et. 20
ex. 49
fb. 29

eu.
ey.
fc. 29

fd.
fe. DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A., Jr. 1998. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta.
Tim Dosen Kimia Fisika. 2014. Paduan Praktikum Kimia Fisika 3. Surabaya : jurusan
Kimia FMIPA Universitas Negri Surabaya
SK,Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal, Edisi 5 Jakarta: Universitas Indonesia.
Endah, Soepi dan Suyono. 1990. Kinetika Kimia. Surabaya: University Press IKIP
ff. Surabaya.
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I.
Erlangga: Jakarta.
Suryani, Iis. 2011 Standarisasi larutan.
Basset, J, dkk. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. ECG, Jakarta.
Pratama, Anggi. 2003. Aplikasi LabView Sebagai Pengukur Kadar Vitamin C Dalam
Larutan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri.
fg. LAMPIRAN
1. Laporan sementara
2. Tugas awal

Anda mungkin juga menyukai