Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KIMIA ANALITIK 1B

SCANNING,KURVA BAKU,AKURASI PRESISI


KADAR PHOSFAT

Di susun oleh:

Sekar Nurani Saptaningtyas (652016010)

Stelly Revina Prabowo (652016016)

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA


SALATIGA

2018
LAPORAN RESMI KIMIA ANALITIK 1B

Nama : Sekar Nurani Saptaningtyas (652016010)

Stelly Revina Prabowo (652016016)

Tanggal prak. : 9 , 23 februari, 9 Maret 2018

Acara (Judul) : Kadar Phosfat ( Scanning,Kurva baku, Akurasi Presisi)

Tujuan
1. Menentukan panjang gelombang maksimum larutan fosfat.
2. Menentukan pengaruh konsentrasi terhadap panjang gelombang maksimum.
3. Menentukan kurva baku dan persamaannya.
4. Menentukan LOD dan LOQ dari sampel.
5. Menentukan % recovery dan RSD.

Dasar Teori

Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu


senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya.
Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu,
sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorpsi. Istilah spektrofotometri berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang
diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran
panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu (Underwood, 1999).
Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
a)Spektrofotometer ultraviolet
b) Spektrofotometer sinar tampak
c) Spektrofotometer infra merah
d) Spektrofotometer serapan atom
Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat yang
berbeda. Kawasan gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah ultra lembayung
(UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya di dalam kawasan ini mempunyai
energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron valensi di dalam molekul tersebut (Harjadi,
1990).
Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau gugus
kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi rendah. Tiga jenis
elektron yang terlibat adalah sigma, phi, dan elektron bebas. Kromofor-kromofor organik
seperto karbonil, alkena, azo, nitrat, dan karboksil mampu menyerap sinar ultraviolet dan
sinar tampak. Panjang gelombang maksimumnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang
digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas nseperti
hidroksil, metoksi, dan amina. Terkaitnya gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran
pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar dan disertai dengan peningkatan
intensitas. Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah cahaya
discattering. Bila energi dari cahaya (foton) harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan
energi eksitasi dari molekul tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran
absorbansi dalam spektrofotometer (sutopo, 2006).
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari
sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya
cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang
kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Sastrohamidjojo, 1992)
Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas kimia, dapat dilihat
berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan.Akurasi menunjukkan kedekatan nilai
hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk menentukan tingkat akurasi perlu diketahui
nilai sebenarnya dari parameter yang diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar
tingkat akurasinya. Presisi menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini
dapat dilihat dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan
memberikan standar deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil
pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan, misalnya dalam penentuan nilai
konsentrasi suatu zat dalam larutan larutan dilakukan pengulangan sebanyak n kali. Ilmu
yang mempelajari interaksi radiasi dengan materi sedangkan spektrofotometri
adalahpengukuran kuantitatif dari intensitas radiasi elektromagnetik pada satu atau lebih
panjanggelombang dengan suatu transduser (detektor). Spektrofotometri adalah analisis
kuantitatif yang paling sering digunakan karena mempunyai sensitivitas yang baik yaitu 10 -
4
sampai 10-6. Analisis jenis ini juga relatif selektif dan spesifik, ketepatannya cukup tinggi,
relatif sederhana, dan murah (Mathias, 2005 ).
Spektofotometri adalah metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk
menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan
pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam
spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya
visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang
lebih berperan adalah elektron valensi ( Sutopo, 2006 ).
Interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik
kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya
spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi. Interaksi antara
materi dengan cahaya disini adalah terjadi penyerapan cahaya, baik cahaya Uv,Vis maupun Ir
oleh materi sehingga spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi ( Eka,
2007 ).
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-
Beer, yaitu:

A = – log T = – log It / I0 = ε . b . C

Dimana:

A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur

T = Transmitansi

I0 = Intensitas sinar masuk

It = Intensitas sinar yang diteruskan

ε = Serapan molar

b = Tebal kuvet yang digunakan


C = Konsentrasi dari sampel

(Tahir, 2009).

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki satuan dan
biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Serapan molar pada persamaan di atas adalah
karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa banyak cahaya yang diserap oleh
molekul zat tersebut pada panjang gelombang tertentu. Semakin besar nilai serapan molar
suatu zat maka semakin banyak cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau dengan kata lain nilai
serapan (A) akan semakin besar.

Hukum Lambert-Beer di atas berlaku pada larutan dengan konsentrasi kurang dari
sama dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat. Namun, pada larutan dengan konsentrasi pekat
maka satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul terlarut lain sebagai akibat dari
kedekatan masing-masing molekul pada larutan dengan konsentrasi yang pekat tersebut.
Ketika satu molekul dekat dengan molekul yang lain maka nilai serapan molar dari satu
molekul itu akan berubah atau terpengaruh. Secara keseluruhan, nilai absorbansi yang
dihasilkan pun ikut terpengaruh, sehingga secara kuantitatif nilai yang ditunjukkan tidak
mencerminkan jumlah molekul yang diukur di dalam larutan uji.

Phospat
Dalam kimia, ortofosfat (bahasa Inggris: orthophosphate, inorganic phosphate, Pi)
atau sering disebut gugus fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu
atom fosforus dan empat oksigen. Dama bentuk ionik, dia membawa sebuah -3 muatan
formal, dan dinotasikan PO43-.
Phospat atau fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu atom
fosforus dan empat oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat membawa sebuah -3 muatan formal,
dan dinotasikan PO43-. Fosfat merupakan satu -satunya bahan galian (diluar air) yang
mempunyai siklus, unsur fosfor di alam diserap oleh mahluk hidup, senyawa fosfat pada
jaringan mahluk hidup yang telah mati terurai, kemudian terakumulasi dan terendapkan di
lautan. Proses terbentuknya endapan fosfat ada tiga :

 Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang bersusunan nefelin,
syenit dan takhit, mengandung mineral fosfat apatit, terutama fluor apatit {Ca5
(PO4)3 F}dalam keadaan murni mengandung 42 % P2 O5 dan 3,8 % F2.
 Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di
laut dalam, pada lingkungan alkali dan suasana tenang, mineral fosfat yang terbentuk
terutama frankolit.

 Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar
yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena pengaruh air hujan dan air
tanah.
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan
fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime
(BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandungan P2O5. Fosfat apatit
termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit
(Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma. Kadang kadang, endapan
fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan
sienit.
Fosfat komersil dari mineral apatit adalah kalsium fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan
sebagian kecil wavellite, (fosfat aluminium hidros). Sumber lain dalam jumlah sedikit berasal
dari jenis slag, guano, crandallite [CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O], dan millisite
(Na,K).CaAl6(PO4)4(OH)9.3H2O. Sifat yang dimiliki adalah warna putih atau putih kehijauan,
hijau, berat jenis 2,81-3,23, dan kekerasan 5 H.
Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air,
tetapi dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat dengan menambahkan asam.
Pada praktikum kali ini, ion sulfat dapat bereaksi dengan ammonium molibdat
nenbentuk ammonium phospomolibdat. Senyawa ini bila direduksi oleh Sn2+ akan
membentuk senyaawa molybdenum yang berwarna biru, dan akan menyerap sinar pada
panjang gelombang 730 nm.

Alat Bahan dan Metode


Alat :

- Spektofotometer
- Hot plate
- Labu takar
- Pipet tetes
- Pipet volume
- Rak tabung reaksi
- Tabung reaksi
- Kuvet
- Pilius

Bahan :

- Ammonium molybdate
- H2SO4 0,25 N
- Asam askrobat (C6H8O6) 2,083 × 10−3 M
- Na2HPO4
- Aquades

Metode :

a. Metode Scanning
1. Disiapkan tabung reaksi yang telah di beri label ( 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80,
90,100, 200, 400, 600, 800, 1000 ppm).
2. Tabung reaksi yang telah diberi label di tambahkan 0,5 mL ammonium molybdate.
3. Ditambahkan Na2HPO4 sebanyak 4 mL dengan konsentrasi yang berbrda kedalam
masing-masing tabung reaksi sesuai dengan label pada tabung reaksi.
4. Ditambahkan asam askrobat sebanyak 1 mL kedalam masing –masing reaksi.
5. Di homogenkan dengan cara dikorteks masing – masing tabung reaksi dengan waktu
yang sama sampai larutan menjadi biru, didiamkan selama 20 menit.
6. Disiapkan instrument spektofotometer uv-vis yang telah dikalibrasi dengan akuades.
7. Di uji masing – masing konsentrasi pada panjang gelombang 300 – 800 nm.
8. Dilihat perbedaan nilai absorbansi dan panjang gelombang maksimum pada masing –
masing konsentrasi.
9. Didapatkan hasil absorbansinya ,hasil pada absorbansi tinggi merupakan panjang
gelombang maksimum.
b. Metode kurva Baku
1. M Disiapkan tabung reaksi yang telah di beri label ( 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80,
90,100, 200, 400, 600, 800, 1000 ppm).
2. Tabung reaksi yang telah diberi label di tambahkan 0,5 mL ammonium
molybdate.
3. Ditambahkan Na2HPO4 sebanyak 4 mL dengan konsentrasi yang berbeda
kedalam masing-masing tabung reaksi sesuai dengan label pada tabung reaksi.
4. Ditambahkan asam askrobat sebanyak 1 mL kedalam masing –masing reaksi.
5. Di homogenkan dengan cara dikorteks masing – masing tabung reaksi dengan
waktu yang sama sampai larutan menjadi biru, didiamkan selama 20 menit.
6. Disiapkan instrument spektofotometer uv-vis yang telah dikalibrasi dengan
akuades.
7. Di uji masing – masing konsentrasi pada panjang gelombang maksimum.
8. Didapatkan hasil absorbansinya ,hasil pada absorbansi dari percobaan dibuat
kurva baku.
c. Metode akurasi presisi
 Akurasi
1. Disiapkan tabung reaksi kemudian diisi 2 mL sampel dan 2 mL Na2HPO4
konsentrasi 75 ppm.
2. Ditambahkan 0,5 mL ammonium molibdate ke dalam tabung reaksi.
3. Ditambahkan 3 mL H2SO4 ke dalam tabung reaksi.
4. Ditambahkan 1 mL asam askorbat ke dalam masing-masing tabung reaksi
5. Ditambahkan 1,5 mL akuades agar genap menjadi 10 mL.
6. Dikorteks dan didiamkan selama 20 menit.
7. Diukur pada panjang gelombang 730 nm.
 Presisi
1. Disiapkan 3 tabung reaksi.
2. Diisi 4 mL Na2HPO4 konsentrasi 25 ppm ke dalam masing-masing tabung
reaksi.
3. Ditambahkan 0,5 mL ammonium molibdate ke dalam masing-masing tabung
reaksi.
4. Ditambahkan 3 mL H2SO4 ke dalam masing-masing tabung reaksi.
5. Ditambahkan 1 mL asam askorbat ke dalam masing-masing tabung reaksi.
6. Ditambahkan 1,5 mL akuades ke dalam masing-masing tabung reaksi agar
genap menjadi 10 mL.
7. Dikorteks dan didiamkan selama 20 menit.
8. Diukur pada panjang gelombang 730 nm.
9. Diulangi langkah 1-7 dengan mengganti konsentrasi Na2HPO4 menjadi 50
ppm dan 75 ppm.

 LOD dan LOQ.


1. Disiapkan 10 tabung reaksi,
2. Diisi 4 mL akuades ke dalam masing-masing tabung reaksi.
3. Ditambahkan 0,5 mL ammonium molibdate ke dalam masing-masing tabung
reaksi.
4. Ditambahkan 3 mL H2SO4 ke dalam masing-masing tabung reaksi.
5. Ditambahkan 1 mL asam askorbat ke dalam masing-masing tabung reaksi.
6. Ditambahkan 1,5 mL akuades ke dalam masing-masing tabung reaksi agar
genap menjadi 10 mL.
7. Dikorteks dan didiamkan selama 20 menit.
8. Diukur pada panjang gelombang 730 nm.

Pembuatan Larutan

Scaning

1.) Ammonium Molibdat:


𝑚 1000
M = 𝑀𝑟 × 𝑉
𝑚 1000
0,387 M = 𝑔 ×
1163 ⁄𝑚𝑜𝑙 250

m = 112,60 gram
 Diambil sebanyak 112,60 gram ammonium molibdat
 Dimasukkan dalam gelas beaker, kemudian ditambahkan akuades ditunggu
hingga terbentuk warna putih susu diamkan pada suhu ruang
 Larutan dimasukkan dalam labu takar 250 ml dan digenapkan dengan akuades
hingga garis tera kemudian dihomogenkan
2.) H2SO4:
M1 × V1 = M2 × V2
36 N × V1 = 0,25 N × 100 ml
0,25 𝑁 ×100 𝑚𝑙
V1 = 36 𝑁

V1 = 0,694 ml
 Dipipet sebanyak 0,694 ml H2SO4 pekat
 Dimasukkan dalam labu takar 100 ml yang telah berisi sedikit akuades
 Digenapkan hingga garis tera dengan menggunakan akuades kemudian
dihomogenkan
3.) KI 0,06 M
𝑚 1000
M = 𝑀𝑟 × 𝑉
𝑚 1000
0,06 M = 𝑔 ×
166,082 ⁄𝑚𝑜𝑙 100

m = 0,996 gram
 Ditimbang sebanyak 0,996 gram KI dengan neraca analitik
 Dimasukkan kedalam labu takar 100 ml dan digenapkan dengan akuades
hingga garis tera kemudian dihomogenkan
4.) Asam askorbat 2,083×10-3 M:
𝑚 1000
M = 𝑀𝑟 × 𝑉
𝑚 1000
2,083×10-3 M = 𝑔 ×
176,12 ⁄𝑚𝑜𝑙 100

m = 0,036 gram
 Ditimbang sebanyak 0,036 gram asam askorbat dengan neraca analitik
 Dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan digenapkan dengan akuades hingga
garis tera, kemudian dihomogenkan
5.) Na2HPO4:
 10 ppm:
𝑚𝑔
ppm = 𝐿
𝑚𝑔
10 ppm = 0,1

= 1 mg
 Dibuat larutan Na2HPO4 dengan melarutkan 1 mg Na2HPO4 dengan
100 ml akuades dalam labu takar 100 ml (10 ppm)
 Digenapkan hingga batas tera, kemudian dihomogenkan
 2 ppm:
M1 × V1 = M2 × V2
10 ppm × V1 = 2 ppm × 25 ml
V1 = 5 ml
 Dibuat larutan Na2HPO4 2 ppm dengan mengambil sebanyak 5 ml
larutan Na2HPO4 10 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu takar 25
ml
 Digenapkan dengan menggunakan akuades hingga garis tera,
kemudian dihomogenkan
 4 ppm
M1 × V1 = M2 × V2
10 ppm × V1 = 4 ppm × 25 ml
V1 = 10 ml
 Dibuat larutan Na2HPO4 4 ppm dengan mengambil sebanyak 10 ml
larutan Na2HPO4 10 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu takar 25
ml
 Digenapkan dengan menggunakan akuades hingga garis tera,
kemudian dihomogenkan
 6 ppm
M1 × V1 = M2 × V2
10 ppm × V1 = 6 ppm × 25 ml
V1 = 15 ml
 Dibuat larutan Na2HPO4 6 ppm dengan mengambil sebanyak 15 ml
larutan Na2HPO4 10 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu takar 25
ml
 Digenapkan dengan menggunakan akuades hingga garis tera,
kemudian dihomogenkan

Penentuan Kurva baku

1.) Ammonium Molibdat:


𝑚 1000
M = 𝑀𝑟 × 𝑉
𝑚 1000
0,0387 M = 𝑔 ×
1235,86 ⁄𝑚𝑜𝑙 50

m = 2,391 gram
 Ditimbang ammonium molibdat sebanyak 2,391 gram di dalam gelas beaker
 Ditambahkan 25 ml akuades panas hingga padatan larut sempurna
 Dimasukkan larutan dalam labu takar 50 ml digenapkan dengan akuades
hingga garis tera kemudian dihomogenkan
2.) H2SO4:
M1 × V1 = M2 × V2
36 N × V1 = 0,25 N × 100 ml
0,25 𝑁 ×100 𝑚𝑙
V1 = 36 𝑁

V1 = 0,694 ml
 Dipipet sebanyak 0,694 ml H2SO4 pekat
 Dimasukkan dalam labu takar 100 ml yang telah berisi sedikit akuades
 Digenapkan hingga garis tera dengan menggunakan akuades kemudian
dihomogenkan
3.) Asam askorbat 2,083×10-3 M:
𝑚 1000
M = 𝑀𝑟 × 𝑉
𝑚 1000
2,083×10-3 M = 𝑔 ×
176,12 ⁄𝑚𝑜𝑙 100

m = 0,036 gram
 Ditimbang sebanyak 0,036 gram asam askorbat dengan neraca analitik
 Dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan digenapkan dengan akuades hingga
garis tera, kemudian dihomogenkan
4.) Na2HPO4:
 50 ppm:
𝑚𝑔
ppm = 𝐿
𝑚𝑔
50 ppm = 0,1

= 5 mg
 Dibuat larutan Na2HPO4 dengan melarutkan 5 mg Na2HPO4 dengan
100 ml akuades dalam labu takar 100 ml (50 ppm)
 Digenapkan hingga batas tera, kemudian dihomogenkan
 40 ppm:
M1 × V1 = M2 × V2
50 ppm × V1 = 40 ppm × 25 ml
V1 = 20 ml
 Dibuat larutan Na2HPO4 40 ppm dengan mengambil sebanyak 20 ml
larutan Na2HPO4 10 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu takar 25
ml
 Digenapkan dengan menggunakan akuades hingga garis tera,
kemudian dihomogenkan
 30 ppm
M1 × V1 = M2 × V2
50 ppm × V1 = 30 ppm × 25 ml
V1 = 15 ml
 Dibuat larutan Na2HPO4 30 ppm dengan mengambil sebanyak 15 ml
larutan Na2HPO4 10 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu takar 25
ml
 Digenapkan dengan menggunakan akuades hingga garis tera,
kemudian dihomogenkan
 20 ppm
M1 × V1 = M2 × V2
50 ppm × V1 = 20 ppm × 25 ml
V1 = 10 ml
 Dibuat larutan Na2HPO4 20 ppm dengan mengambil sebanyak 10 ml
larutan Na2HPO4 10 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu takar 25
ml
 Digenapkan dengan menggunakan akuades hingga garis tera,
kemudian dihomogenkan
 10 ppm
M1 × V1 = M2 × V2
50 ppm × V1 = 10 ppm × 25 ml
V1 = 5 ml
 Dibuat larutan Na2HPO4 10 ppm dengan mengambil sebanyak 5 ml
larutan Na2HPO4 50 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu takar 25
ml

Digenapkan dengan menggunakan akuades hingga garis tera, kemudian dihomogenkan

Hasil dan Pembahasan


Hasil
A. Scanning
Peak Detection

Abscis ABS
726,0 1,055
Panjang gelombang maksimum untuk pengukuran kadar 730 nm.

B. Kurva Baku
Konsentrasi Absorbansi
(ppm)
10 0,106
20 0,264
30 0,325
40 0,420
50 0,706
60 0,601
70 0,644
80 0,685
90 0,632
100 0,624
200 0,508
400 0,486
600 0,596
800 0,581
1000 0,597

C. Akurasi presisi
Akurasi
 Sampel air rawa pening (Tuntang ) nilai absorbansi 0,790 abs
 Campuran sampel air rawa pening + Na2HPO4 75 ppm
Tabung Absorbansi
Reaksi
1 0,895
2 0,856
3 0,942

 Sampel deterjen nilai absorbansi 0,383 ppm


 Campuran deterjen + Na2HPO4 75 ppm
Tabung Absorbansi
Reaksi
1 0,324
2 0,347
3 0,357

D. Pengukuran 10 blanko
Blanko Absorbansi
1 0,196
2 0,099
3 0,092
4 0,132
5 0,129
6 0,192
7 0,304
8 0,305
9 0,241
10 0,283

Presisi

Konsentrasi Tabung reaksi Absorbansi


1 0,313
25 ppm 2 0,259
3 0,261
1 0,544
50 ppm 2 0,502
3 0,546
1 0,658
75 ppm 2 0,628
3 0,629

Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar phosfat. Penentuan kadar
fosfat dengan metode spektrofotometri didasarkan pada pembentukan senyawa kompleks
fosfomolibdat yang berwarna biru. Dalam suasana asam, senyawa ortofosfat yang terdapat
dalam contoh air bereaksi dengan ammonium molibdat membentuk senyawa kompleks
ammonium fosfomolibdat. Absorbansi adalah suatu polarisasi cahaya yang terserap oleh
bahan ( komponen kimia ) tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga akan
memberikan warna tertentu terhadap bahan. Sinar yang dimaksud yakni bersifat
monokromatis dan mempunyai panjang gelombang tertentu . Jika cahaya yang bersifat
monokromatis tersebut dilewatkan pada media transparan maka intensitas cahaya akan
berkurang sebanding dengan ketebalan konsentrasi larutan. Pada penetapan kadar phospat
banyak digunakan bahan-bahan khusus diantaranya ammonium molibdat, asam sulfat pekat,
asam askorbat dan air bebas ion. Ammonium molibdat (H24Mo7N6O24) merupakan
senyawa berbentuk serbuk kristal berwarna putih. Pembuatan pereaksi ini diawali dengan
pelarutan ammonium molibdat dalam akuades dan dipanaskan hingga larut sempurna. Dalam
pratikum ini dilakukan beberapa tahap seperti scanning, kurva baku dan akurasi presisi.

Pada tahap pertama yang dilakukan adalah scanning, dalam praktikum ini scanning
yang dilakukan bertujuan untuk menentukan panjang gelombang maksimun. Panjang
gelombang maksimum yang cocok dengan phosfat adalah pada panjang 300-800 nm, dalam
melakukan scanning dilakukan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 2 ppm, 4 ppm, dan 6
ppm. Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil panjang gelombang maksimum
sebesar 730 nm dan nilai absorban sebesar 1,055. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa panjang gelombang maksimum yang diperoleh telah sesuai dengan yang terdapat pada
literatut, dimana menurut pendapat dari (Carter & Gregorich, 2008) yang menyebutkan dalam
penelitiannya bahwa fosfat memiliki panjang gelombang 715-820 nm.

Percobaan ini dilakukan pada panjang gelombang 730nm sebagai gelombang untuk
menganalisis kadar phospat di dalam larutan karena pada panjang gelombang ini absorbansi
sinar mempunya nilai maksimal. Dengan kata lain, pada panjang gelombang ini, sinar yang
dipancarkan oleh spektrofotometer paling banyak diserap oleh larutan. Oleh karena itu,
pengukuran pada panjang gelombang 730nm ini menghasilkan pengukuran yang
akurat. Panjang gelombang ini juga termasuk dalam rentang panjang gelombang yang diserap
warna biru-hijau (610-750 nm).

Pada tahap kedua yaitu pembuatan kurva baku, kurva baku dibuat dengan konsentrasi
larutan yang berbeda- beda (10-1000 ppm). Lalu ditambahkan dengan ammonium molibdat
dan H2SO4. Ion phospat dapat bereaksi dengan ammonium molibdat membentuk ammonium
phospo molibdat. Senyawa ini bila direduksi oleh Sn2+ akan membentuk senyawa
molybdenum yang berwarna biru menyerap sinar panjang gelombang 730nm. Lalu di ukur
pada panjang gelombang maksimun (ʎ = 730 𝑛𝑚). Didapatkan hasil sebagai berikut :

No. Konsentrasi (ppm) Absorbansi


1. 10 0,191
2. 20 0,381
3. 30 0,511
4. 40 0,731
5. 50 0,820
6. 60 1,037
7. 70 1,019
8. 80 1,099
9. 90 1,206
10. 100 1,414

Chart Title
1.5
Axis Title

1
y = 0.0128x + 0.1019
0.5 R² = 0.9945

0
0 20 40 60 80 100 120
Axis Title

Pada konsentrasi 40 ppm, 50 ppm, 60 ppm absorbansi yang didapat tidak linear. Hal
ini menunjukkan bahwa pada panjang gelombang tersebut kemampuan molekul-molekul
menyerap cahaya kembali menurun. Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa
larutan standar tersebut menyerap cahaya secara maksimal terjadi pada panjang gelombang
730 nm. Berdasarkan data konsentrasi sampel dan absorbansi standar hasil pembacaan
menggunakan alat spektrofotometer, diperoleh grafik hasil pembacaan absorbansi standar
fosfor. Persamaan yang dihasilkan adalah y = 0,0128x + 0,1019. Sumbu y dan x masing-
masing menunjukkan nilai absorbansi dan nilai konsentrasi dari sampel. Nilai Regresi (R2)
grafik menunjukkan nilai sebesar 0.9945 yang memiliki arti bahwa pembacaan nilai
absorbansi mendekati sempurna, yaitu nilai R2 = 1 (grafik linier). Nilai R2 yang mendekati
atau kurang dari 1 juga mengindikasikan layak tidaknya penerimaan hasil pembacaan
spektofotometer pada sampel yang diujikan. Sesuai hukum Lambert beer, A = ε b c, dimana
absorbansi sebanding dengan konsentrasi larutan. Semakin besar konsentrasi larutan, maka
absorbansi yang diperoleh juga akan semakin besar.

Hasil analisa menunjukan bahwa konsentrasi dan absorbansi laruran standar fosfat
memiliki hubungan yang berbanding lurus dapat dilihat dengan bertambah intensitas warna
biru dari larutan standar fosfat. Larutan standar fosfat yang konsentrasi rendah mempunyai
warna yang lebih cerah dibandingkan dengan larutan standar fosfat yang mempunyai
konsentrasi tinggi.

Persamaan regresi yang didapat dapat digunakan untuk penentuan (LOD) dan (LOQ). Limit
deteksi (LOD) merupakan parameter uji batas terkecil yang dimiliki oleh suatu alat atau
instrumen. Batas deteksi / limit of detection adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang
dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko.
Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitaasi / limit of quantification
merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam
sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Riyadi, 2009).
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan nilai LOD sebesar 8,102321 dan
LOQ sebesar 27,00774. Dari nilai LOD yang didapatkan menunjukkan konsentrasi larutan
yang mengandung fosfat minimum berada pada konsentrasi 8,1 ppm sehingga saat dilakukan
pengukuran dengan konsentrasi 10 ppm sampai 100 ppm dapat di deteksi kadar fosfat yang
ada pada larutan. Hal itu dikarenakan konsentrasi berada diatas nilai LOD yang didapatkan.
Batas kuantitas (LOQ) yang didapatkan adalah sebesar 27,00774. Nilai LOQ tersebut
digunakan untuk menentukan nilai fosfat yang dapat terkuantitasi atau dapat dipertanggung
jawabkan. Larutan yang di buat untuk kurva standar ada yang diatas nilai LOQ hal ini
menunjukkan konsentrasi larutan tersebut dapat dipertanggung jawabkan, sedangkan
konsentrasi yang berada diantara LOD dan LOQ dapat di pertanggung jawabkan secara
kualitatif namun untuk kuantitatif belum bisa dipertanggungjawabkan, untuk konsentrasi
yang memenuhi nilai LOD maupun LOD dapat dipertanggung jawabkan secara kuantitatif
maupun secara kualitatif.

Percobaan ketiga yang dilakukan adalah akurasi dan presisi. Akurasi (ketepatan)
adalah suatu ukuran yang menunjukan kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang
sebenarnya. Ketepatan dapat juga menyatakan kedekatan dengan nilai yang dapat diterima
atau seberapa dekat hasil pengukuran dengan nilai benar yang diperkirakan. Nilai benar dapat
diperoleh dengan cara membandingkan hasil metode dengan metode referensi yang sudah
ditetapkan. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang
ditambahkan. Akurasi mencakup tidak hanya kesalahan acak, tetapi juga bias yang
disebabkan oleh kesalahan sistematik yang tidak terkoreksi. Jika tidak ada bias kesalahan
sistematik maka standar deviasi dapat dipakai untuk menyatakan akurasi. Pada praktikum ini,
sampel yang digunakan adalah air Rawa Pening Tuntang dan air deterjen bubuk. Setelah
dilakukan percobaan, didapatkan hasil seperti berikut :
 Sampel air rawa pening (Tuntang ) nilai absorbansi 0,790 abs
 Campuran sampel air rawa pening + Na2HPO4 75 ppm
Tabung Absorbansi
Reaksi
1 0,895
2 0,856
3 0,942

Dari hasil yang didapatkan, dapat diketahui konsentrasi dari air rawa pening dan air rawa
pening + Na2HPO4 75 ppm masing-masing yaitu 53,758 ppm dan 61,1695 ppm. Setelah itu
didapatkan %recovery dari sampel air rawa pening yaitu sebesar 94,108%. Menurut Green
(1996) untuk akurasi dianggap baik berada pada toleransi perolehan kembali (% recovery)
10% atau dalam range 90-110%. Pada hasil yang didapat, dikeahui bahwa nilai % recovery
terdapat dalam range yang ditetapkan yaitu 90-110%. Sehingga dapat dikatakan bahwa
metode spektrofotometer uv-vis yang digunakan mempunyai akurasi yang baik. Seangkan
pada sampel deterjen bubuk didapat hasil sebagai berikut:

 Sampel deterjen nilai absorbansi 0,383 ppm


 Campuran deterjen + Na2HPO4 75 ppm
Tabung Absorbansi
Reaksi
1 0,324
2 0,347
3 0,357
Dari hasil yan didapat, konsentrasi dari air deterjen bubuk dan air deterjen bubuk + Na2HPO4
75 ppm masing-masing yaitu 21,96 ppm dan 18,81 ppm. Setelah itu didapatkan %recovery
dari sampel air deterjen bubuk yaitu sebesar 20,88 %. Dari hasil yang didapatkan bisa
dikatakan akurasi dikarenakan nilai % recovery sampel air pada deterjen dibandingkan
dengan nilai refensi sebesar 25%, dari perbandingan tersebut nilai %recovery yang didapat
masih menenuhi standar atau masih berada pada range Sehingga dapat dikatakan bahwa
metode spektrofotometer uv-vis yang digunakan mempunyai akurasi yang baik (Green.,
1996) .

Presisi adalah derajat kedekatan kesamaan pengukuran antara satu dengan yang
lainnya. Jika hasil pengukuran saling berdekatan maka dikatakan mempunyai presisi tinggi
dan sebaliknya. Ukuran presisi yang sering digunakan adalah standar deviasi. Presisi tinggi
jika nilai standar deviasinya kecil dan sebaliknya. Pada praktilum ini dilakukan pengukuran
dengan tiga konsentrasi yaitu 25 ppm,50ppm dan 75 ppm. Dari ketiga dilakukan pengukuran
dengan tiga kali pengulangan yang didapatkan hasil sebagi berikut:

Konsentrasi Tabung reaksi Absorbansi


1 0,313
25 ppm 2 0,259
3 0,261
1 0,544
50 ppm 2 0,502
3 0,546
1 0,658
75 ppm 2 0,628
3 0,629
Dari data diatas dapat ditentukan nilai RSDnya, nilai RSD yang baik mempunyai nilai kurang
dari 2%. Pada praktikum ini nilai RSD yang di peroleh dari tiap konsentrasi adalah
11,02%;5,89%;2,66%. Nilai RSD yang di dapat tidak ada yang kurang dari 2% maka
pengukuran kadar fosfat tidak presisi dikarenakan nilai RSD yang didapat tidak memenuhi
standar.
Kesimpulan
1. panjang gelombang maksimum yang didapat dalam penelitian ini adalah sebesar 730
nm.
2. Panjang gelombang maksimun tidak dipengaruhi oleh konsentrasi.
3. Kurva baku :

Chart Title
1.5
Axis Title

1
y = 0.0128x + 0.1019
0.5 R² = 0.9945

0
0 20 40 60 80 100 120
Axis Title

4. Nilai LOD sebesar 8,102321 dan LOQ sebesar 27,00774.


5. Nilai RSD 25 ppm 11,02 % ; 50 ppm 5,89 % dan 75 ppm 2,66%.

Daftar pustaka
Day, R.A. & Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6. Erlangga. Jakarta.
Eka. 2007. Metode Analisa Kimia-Spektrofotometri. Gramedia: Jakarta.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta
Mathias, Ahmad. 2005. Spektrofotometri. Exacta: Solo.
Riyadi, W. 2009. Validasi Metode Analisis. Tersedia di http://www.chem-is-try.org [diakses
24-03-2009].
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1992. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta : Liberty
Yogyakarta.
Sutopo. 2006. Kimia Analisa. Exacta: Solo.
Tahir, Hikmal. 2009. ’Arti Penting Kalibrasi pada Proses Pengukuran Analitik: Aplikasi pada
Penggunaan pH Meter dan Spektrofotometer Uv-vis’. Gajah Mada University Press.
Lampiran
1. Hasil spektrofotometer
2. Perhitungan

Lampiran 2
Perhitungan
Akurasi
𝑦 = 0,0128𝑥 + 0,1019

 Sampel ( air rawa pening Tuntang)


y = 0,790
0,790 = 0,0128𝑥 + 0,1019
0,079 – 0,1019 = 0,0128𝑥
𝑥 = 53,758 𝑝𝑝𝑚
 Sampel ( air rawa pening + Na2HPO4 75 ppm )
y = 0,89767
0,89767 = 0,0128𝑥 + 0,1019
0,89767-0,1019 =0,0128𝑥
𝑥 = 61,1695 𝑝𝑝𝑚
 Sampel (air deterjen bubuk)
y = 0,383
0,383 = 0,0128𝑥 + 0,1019
0,383 – 0,1019 = 0,0128𝑥
𝑥 = 21,96 𝑝𝑝𝑚
 Sampel (air deterjen bubuk + Na2HPO4)
y = 0,34267
0,34267 = 0,0128𝑥 + 0,1019
0,34267 – 0,1019 = 0,0128𝑥
𝑥 = 18,81 𝑝𝑝𝑚
 % Recovery air rawa pening Tuntang

[𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛]−[𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙]
% Recovery = × 100%
[𝑠𝑡𝑑]

1
[62,1695]−[ ×53,758]
2
% Recovery = 1 × 100%
[ ×75]
2

35,2905
% Recovery = × 100%
37,5

% Recovery = 94,108 %

 % Recovery air deterjen

[𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛]−[𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙]
% Recovery = × 100%
[𝑠𝑡𝑑]

1
18,81−( ×21,96)
2
% Recovery = 1 × 100%
[ ×75]
2

7,83
% Recovery =37,5 × 100%

% Recovery = 20,88 %
Presisi
 25 ppm
y = 0,27767
0,27767 = 0,0128𝑥 + 0,1019
0,27767-0,1019 = 0,0128𝑥
𝑥 = 13,732
13,732
%𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = × 100%
25
%𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 54,927%

 50 ppm
y = 0,5367
0,5367 = 0,0128𝑥 + 0,1019
0,5367-0,1019 = 0,0128𝑥
𝑥 = 33,969
33,969
%𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = × 100%
25
%𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 67,93 %

 75 ppm
y = 0,6383
0,6383= 0,0128𝑥 + 0,1019
0,6383-0,1019 = 0,0128𝑥
𝑥 = 41,906
41,906
%𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = × 100%
25

%𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 55,875 %

Anda mungkin juga menyukai