Oleh :
1611004
2019
1
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Diajukan untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Praktek Kerja Nyata (PKN)
Oleh :
1611004
2019
LEMBAR PENGESAHAN
2
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Disusun Oleh
1611004
3
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
HALAMAN PENGESAHAN
KERJA PRAKTIK
JURUSAN TEKNIK MESIN S-1
Dosen Pembimbing
4
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas semua rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan laporan Kerja Praktek (KP) yang berjudul PT.Pertamina
(Persero) RU IV Cilacap dengan baik dan sesuai dengan waktu yang diberikan.
Praktek kerja nyata merupakan salah satu tugas yang harus ditempuh sebagai persyaratan
menyelesaikan studi program Strata I (S-1) di jurusan Teknik Mesin, program studi Teknik Mesin
S-1, Institut Teknologi Nasional Malang.
Penulis
5
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Penulis
6
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 14
7
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
BAB III.................................................................................................................................................... 14
3.1 Heat Exchanger (alat penukar panas) ............................................Error! Bookmark not defined.
3.2 Kode Praktik Design Heat Exchanger .............................................Error! Bookmark not defined.
3.5 Shell and Tube Heat Exchanger .....................................................Error! Bookmark not defined.
3.7 Kaidah dalam Analisa Heat Exchanger ..........................................Error! Bookmark not defined.
3.8 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Heat Exchanger......Error! Bookmark not defined.
3.8.4 Aliran Fluida yang Bertukar Panas ..........................................Error! Bookmark not defined.
BAB IV ................................................................................................................................................... 59
8
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
BAB V .................................................................................................................................................... 65
5.1.1 Perbandingan antara Foiling Factor (Rd) Desain dan Aktual HE 14E-4 .............................. 66
5.1.2 Perbandingan antara Pressure Drop (∆𝑷) Desain dan Aktual HE 14E-4 ............................. 67
5.1.3 Perbandingan antara Heat Duty (Q) Desain dan Aktual HE 14E-4...................................... 68
5.1.4 Pengaruh Fouling Factor (Rd) terhadap Heat Duty (Q) ...................................................... 69
BAB VI ................................................................................................................................................... 70
LAMPIRAN............................................................................................................................................. 72
9
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Perbandingan Data Desain dan Data Aktual Exchanger 14E-4 ………………………………….69
10
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
DAFTAR GAMBAR
11
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
BAB I
PENDAHULUAN
12
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
akibat korosi yang terlalu parah, dibutujkan peninjauan yang mengacu pada
standar API dan ASME. Sehingga pada laporan kerja praktik ini dibuat untuk
memberikan analisis mengenai laju korosi,remaining life pipa, dan juga
inspeksi berkala pipa yang digunakan pada bagian overhead main column 101-
c-521 ke heat exchanger 101-E-532 dengan memperhatikan lingkungan kerja
dari pipa,seperti banyaknya kandungan klorida,ammonia(NH3)dan juga
hydrogen sulfide (H2S).
13
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
14
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
15
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Saat ini PT. PERTAMINA (PERSERO) memiliki tujuh Refinery Unit yang
tersebar di wilayah Indonesia seperti yang terlihat pada tabel 2.2
16
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
17
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
18
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
ubah. Dalam perkembangan selanjutnya, kilang tidak hanya mengolah ALC tetapi
juga Iranian Light Crude (ILC) yang mempunyai kadar sulfur 1% berat dan Basrah
Light Crude (BLC).
Kilang minyak pertama ini dirancang dengan kapasitas produksi 100.000
barel/hari, kemudian dalam rangka memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri,
Pertamina RU IV Cilacap mengadakan peningkatan kapasitas operasional pada
setiap kilang, sehingga kapasitas kilang minyak I menjadi 118.000 barel/hari
melalui proyek Debottlenecking pada tahun 1998/1999.
Kilang minyak I pertamina RU IV Cilacap meliputi:
1 Fuel Oil Complex I (FOC I), untuk memproduksi BBM
2 Lube Oil Complex I (LOC I), untuk memproduksi bahan baku minyak pelumas
(lube base oil) dan asphalt
3 Utilities Complex I (UTL I), menyediakan semua kebutuhan utilitas dari unit-
unit proses seperti steam, listrik, udara instrumen, air pendingin, serta fuel
system.
Gambar 2.4 Blok Diagram Fuel Oil Complex I
19
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
20
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
21
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
22
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
1. Gas Treating
Gas treating unit dirancang untuk mengurangi kadar
hydrogen sulfide (H2S) di dalam gas buang agar tidak lebih dari
10 ppm sebelum dikirim ke LPG Recovery Unit dan PSA unit
yang telah ada. Dalam metode operasi normal larutan amine
23
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Komponen Mol, %
Ethane 2.07
Propane 94.54
i-butane 3.79
24
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Total 100
25
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Pada fasilitas RFCC ini, residue pengolahan dari FOC 2 akan diolah
kembali sehingga dapat diperoleh lagi produk berupa propylene, LPG,
premium, dan solar
26
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
27
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
28
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
29
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
30
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
31
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
i. Area 60
Jaringan Oil Movement dan perpipaan, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
61 Jaringan pipa dari dan ke terminal minyak Area 70
62 Cross Country Pipeline
63 Stasiun Pompa Air Sungai
64 Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG dan
66 Tangki-tangki
Paraxelene Balast dan Bunker
67 Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG dan
68 Dermaga Pengapalan LPG
Paraxelene
j. Area 70
Terminal Minyak Tanah Mentah dan Produk, terdiri atas :
No. Unit Nam a Unit
71 Tangki-tangki Minyak Mentah FOC II dan Bunker
72 Crude Island Berth
73 Dermaga pengapalan minyak dan penerimaan Crude Oil
k. Area 80
Kilang Paraxylene, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
81 Nitrogen Plant Unit
82 Naphta Hydrotreater
84 CCR Platformer Unit
85 Sulfolane Unit
86 Tat or ay Unit
87 Xylene Fractionation Unit
88 Parex Unit
89 Isomar Unit
l. Area 90
LPG & Sulphur Recovery Unit, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
90 Utility
91 Gas Treating Unit
92 LPG Recovery
93 Sulfur Recovery
94 Tail Gas Unit
95 Refrigerant
32
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
m. Area 200
Lube Oil Complex III, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
220 Propane Deasphalting Unit III (PDU III)
240 Methyl Ethyl Ketone Dewaxing Unit III (MDU III)
260 Hydrotreating Unit / Redistilling Unit
n. Area 500
Utilities HA, terdiri atas :
No. Unit Nama Unit
510 Pembangkit Tenaga Listrik
520 Steam Generator Unit
530 Cooling Water System
560 Unit Sistem Udara Tekan
33
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
34
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
35
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
4. Manager Procurement
5. Manajer Reliability
6. Senior Manager Operation and Manufacturing
7. OPI Coordinator
8. Manager Human Operation Resource Area (Hierarki ke Pusat)
9. IT RU IV Cilacap Area Manager (Hierarki ke Pusat)
10. Manager Keuangan Region III (Hierarki ke Pusat)
11. Director Of Pertamina Hospital Cilacap
sedangkan Senior Manager Operation and Manufacturing membawahi 6
manager, yaitu :
1. Manager Production I
2. Manager Production II
3. Manager Refinery Planning Optimization
4. Manager Maintenance Planning & Support
5. Manager Maintenance Execution
6. Manager Turn Arround
dalam melakukan tugas dan kegiatannya kepala bidang dibantu oleh
kepala sub bidang, kepala seksi dan seluruh perangkat operasi di
bawahnya.
36
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Fasilitas Kesejahteraan
37
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
3. Sarana Pendidikan
Untuk meningkatkan kemampuan dan karier, Pertamina juga
memberikan kesempatan bagi pekerjanya untuk mengikuti pendidikan
ataupun pelatihan. Selain itu bagi anak-anak pekerjanya, disediakan TK
dan SD, dan terbuka juga untuk umum. u. Sarana Rekreasi dan Olah
Raga. Terdapat 2 gedung pertemuan dan rekreasi yang dimiliki oleh
Pertamina RU IV Cilacap, yaitu:
- Patra Graha
- Patra Ria
38
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
5. Sarana Ibadah
39
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Produk
• Fuel Gas
Merupakan bahan bakar fase gas dengan komposisi Hidrokarbon
C1-C2 yang digunakan sebagai cadangan bahan baku konsumsi
pribadi Pertamina, contohnya sebagai bahan baku furnace.
40
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
• Avtur
Avtur adalah bahan bakar yang digunakan untuk pesawat terbang.
Bahan bakar yang sering digunakan adalah Jet-A dan Jet A- 1
dengan nomor karbon antara C8-Ci6. Sedangkan bahan bakar
pesawat terbang sipil yang sering disebut Jet-B mempunyai nomor
karbon antara C5-C15.
• Kerosene
Kerosene adalah bahan bakar minyak distilat, tidak berwarna, dan
jernih. Penggunaan kerosene pada umumnya adalah untuk keperluan
bahan bakar di rumah tangga, tetapi pada industri memerlukan
kerosene untuk beberapa peralatan pembakarannya. Kerosene
disebut juga minyak tanah.
• Industrial Diesel Oil
Industrial Diesel Oil atau minyak diesel adalah bahan bakar jenis
distilat yang mengandung fraksi-fraksi berat atau merupakan
campuran dari distilat fraksi ringan dengan fraksi berat (residual fuel
oil) dan berwarna hitam gelap, tapi tetap cair pada suhu yang rendah.
Minyak diesel umumnya digunakan untuk bahan bakar mesin diesel
dengan putaran rendah atau lambat (300-1.000 rpm). Dapat
41
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Bahan Baku : Arjuna Crude (80%), Attaka Crude (20%), (kini berbahan
baku Cocktail Crude)
Minyak Bumi Arjuna dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : cair
Kenampakan : hitam
Bau : berbau belerang
Spesific gravity pada 60/60°F : 0.8473
Viskositas kinematik pada 30 °C : 4,97 Cst
Pour point : < -36 °C
Komposisi :
Kadarair : < 0,05 %berat
Kadar sulfur : 0,11 %berat
Total (C1-C4) : 1,9 %berat
Light distilat : 20,05 %berat
42
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Residu : 39 %berat
Kadar asphal : 0,24 %berat
Minyak Bumi Attaka dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : cair
Kenampakan : hitam
Bau : bau belerang
Spesific gravity pada 60/60°F : 0,8133
Viskositas kinematik pada 30 °C : 2,32 Cst
Pour point : < -33 °C
Komposisi :
Kadar air : < 0,05 %berat
Kadar sulfur : 0,044 %berat
Total (C1-C4) : 2,4 %berat
Light distilat : 32,55 %berat
Residu : 15,1 %berat
Kadar asphal : 0,07 %berat
Produk :
• Fuel Gas
• LPG
• Gasoline/Premium
• Heavy Naphtha
Heavy Naphta adalah bahan baku kilang Paraxylene Kerosene
• ADO/IDO
• IFO (Industrial Fuel Oil)
Minyak bakar ini lebih tebal dibandingkan minyak diesel pada
umumnya dan mempunyai tingkat pour point yang tinggi
dibandingkan dengan minyak diesel. Penggunaan minyak bakar ini
umumnya untuk bahan bakar pembakaran langsung dapur-dapur
industri besar, pembuat steam dalam pembangkit listrik dan
penggunaan lainnya yang memerlukan perhatian yang lebih dari
43
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
44
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
45
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Produk
• HVI (High Viscosity Index) 95
• HVI (High Viscosity Index) 160S
• HVI (High Viscosity Index) 650
• Minarex
• Slack Wax
• Propane Asphalt
6. Kilang Paraxylene
Bahan Baku : Naphtha
Dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : Cair
Kenampakan : Jernih/ Bening
Bau : Berbau seperti kerosene
Spesific gravity pada 60/600F : 0,650
IBP : 80 0C
End Point : 204 0C
❖ Produk
• LPG
• Benzene
Benzene dimanfaatkan sebagai bahan dasar Petrokimia. Produk ini
tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik, seluruhnya
diekspor keluar negeri.
• Paraxylene
Sebagian produk paraxylene yang dihasilkan PERT AMIN RU IV
diekspor keluar negeri bersama dengan benzene dan sebagian lagi
digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku di RU III, Plaju.
Di kilang tersebut, paraxylene diolah menjadi Purified Terepthalic
Acid (VTA) yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku bagi industri tekstil.
46
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
• Heavy Arornate
Produk ini digunakan sebagai solvent dan dipasarkan dalam negeri
dalam bentuk cair.
• Tolluene
Produk Toluene yang diproduksi, dipasarkan di dalam negeri.
Produk ini dimanfaatkan sebagai bahan baku TNT (bahan peledak),
solven, pewama, pembuat resin, dan juga untuk bahan parfum,
pembuatan plasticizer, dan obat-obatan.
47
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
48
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
49
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
BAB III
DASAR TEORI
3.1.1 Reaktor
Reaktor berfungsi untuk mengubah fraksi berat CDU menjadi fraksi
lebih ringan dan akan diolah lebih lanjut di unit selanjutnya. Proses pertama
yang terdapat pada reactor yaitu feed(umpan) pada RFCC berupa hot LSWR
dan cold LSWR. Feed tersebut dipanaskan di feed preheater menggunakan MP
steam sampai temperaturnya mencapai 150⁰C.Setelah dipanaskan,umpan
tersebut masuk kedalam surge drum.Umpan dipompa melalui serangkaian
system pemanas hingga temperaturnya mencapai 235⁰C.Pada proses ini, laju
aliran umpan diatur oleh 101-FIC-203 dan temperature umpan diatur oleh 101-
TIC-203.
Setelah itu umpan akan masuk kedalam riser, disini aka nada beberapa
proses diantaranya yaitu umpan diinjeksikan kedalam reactor riser melalui 8
buah distributor dan menggunakan MP steam sebagai atomizer.Proses lainnya
yaitu, regenerated catalyst panas dari lower regenerator dialirkan menuju riser
degan bantuan life steam dan lift gas dari ex-lift gas knock out drum di unit gas
concentration 102.Setelah itu, katalis panas naik dari wye piece bertemu dengan
umpan dalam riser dan terjadi pertukaran panas dari katalis ke kabut minyak
umpan, penguapan,dan hidrokarbon yang terengkah.
Setelah melewati riser, campuran uap dan katalis akan naik dengan
minimum back mixing.Lalu, dari top riser,reaksi perengkahan sempurna VSS
50
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
3.1.2 Regenerator
Regenerator mempunyai dua fungsi, yaitu membalikan aktivitas katalis
yang telah berkurang setelah proses cracking dan berfungsi untuk menyuplai
panas yang diperlukan untuk reaksi perengkahan umpan. Spent catalyst
mengalir dari reactor stripper menuju ke upper regenerator melalui spent
catalyst stand pipe.Kandungan dari stand pipe catalyst yaitu
coke,karbon,hydrogen,sulfur,dan nitrogen.
51
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Setelah melalui proses regenerasi, fluida akan masuk ke wye piece riser
dengan bantuan lift gas dan lift steam untuk bertemu dengan umpan residu yang
diinjeksikan kedalam riser.Gas yang mengandung CO pada upper regenerator
mengalir melalui 20 buah double stage cyclone.
3.2 Pipa
Pipa adalah benda berbentuk lubang silinder dengan lubang di
tengahnya yang terbuat dari logam maupun bahan-bahan lain sebagai sarana
pengaliran atau transportasi fluida berbentuk cair,gas maupun udara.
Fluida yang mengalir ini memiliki temperature dan tekanan yang berbeda-beda.
50
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
50
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
50
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Seperti namanya, pipa baja straight welded (biasa juga disebut pipa UOE)
dibuat dari bahan baku pelat baja yang memilik bentuk strip. Bentuk ini kemudian
diubah menjadi lengkungan dengan menekuk pelat tersebut ke arah sumbu
pendeknya. Celah yang terbentuk dari dua sisi pelat dilas memanjang sampai
membentuk sebuah pipayangtidak lagi bercelah. Keunggulan dari pipa jenis ini
adalah dindingnya yang sangat mudah untuk dikontrol dan ketebalannya yang
seragam. Di samping itu dari sisi produksi, straight welded pipe cenderung lebih
mudah untuk proses fabrikasi.Dalam penerapannya di industri migas, pipa straight
welded lebih banyak ditemukan dalam bentuk elbow. Pipa ini pun sangat dihindari
untuk digunakan sebagai pipa panjang.
50
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
50
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
3.2 Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam yang dapat dicegah atau
dikontrol,yang diakibatkan oleh interaksi suatu material terhadap lingkungannya
yang korosif.Hal yang paling penting yang dapat menyebabkan terjadinya korosi
adalah adanya elektrolit,ada methalic Pathway, dan ada ketidakseragaman unsur
pada logam(heterogen). Pada awalnya,korosi hanya digunakan untuk kasus karat
pada logam dan paduannya.
50
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
retak pada baja karbon rendah dan paduan baja dalam lingkungan H2S. Jenisnya
yaitu :
a. Hydrogen Blistering
Hydrogen blistering terjadi ketika hidrogen masuk pada logam akibat dari
reaksi reduksi pada katoda logam. Atom hidrogen (H) akam menyebar melalui
logam sampai atom-atom itu bertemu dengan atom lain, biasanya terjadi pada
inklusi atau cacat pada logam. Molekul hidrogen yang dihasilkan kemudian
berpindah secara besar-besaran dan dapat menjadi terjebak. Akhirnya gas
menumpuk sehingga melepuh dan dapat membelah logam.
50
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
BAB IV
METODOLOGI
59
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
60
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
𝑤
𝐺𝑡 =
𝑎𝑡
Dimana :
Gt :Mass velocity per cross section tube side, (lb/jam.ft2)
W : Laju alir, (lb/jam)
at :Flow area pada Tube, (ft2)
𝐺𝑡 𝑥 𝐷
𝑅𝑒𝑡 =
𝜇
Dimana :
Ret : Bilangan reynold fluida pada tube
D : Diameter tube side, (ft)
Gt :Mass velocity per cross section area shell side,( lb/jam.ft2)
μ : Viskositas fluida pada tube side pada temperatur Tc, (lb/jam.ft2)
f. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas Konveksi Outside
61
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
1
𝑘 𝐶𝑝 𝑥 𝜇 3
ℎ𝑜 = 𝑗𝐻 𝑥 𝑥 ( ) 𝑥 (∅𝑠 )
𝐷𝑒 𝑘
𝜇 0,14
∅𝑠 = ( )
𝜇𝑤
Dimana :
JH : Faktor perpindahan panas
De : Diameter ekivalen shell side, (ft)
k: Thermal conductivity shell side, (btu/jam.ft2.oF)
Cp :Spesifik heat fluida dalam shell side pada tc, (btu/lb.oF)
∅s : Viskositas rasio dalam shell side
μ: Viskositas fluida pada shell side pada temperature tc, (lb/jam.ft2)
μw : Viskositas fluida pada dinding tube,( lb/jam.ft2)
62
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
ℎ𝑜
∅𝑠
𝑡𝑤 = 𝑡𝑐 + 𝑥 (𝑇𝑐 − 𝑡𝑐 )
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑜
+
∅𝑡 ∅𝑠
Dimana :
Tw : Temperatur pada dinding tube, (oF)
Tc : Temperatur rata – rata pada tube, (oF)
tc : Temperatur rata – rata pada shell, (oF)
∅s: Viskositas rasio fluida dalam shell side
∅t: Viskositas rasio fluida dalam tube side
63
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
𝑅𝑑 =
𝑈𝑐 𝑥 𝑈𝑑
Dimana :
Rd :Dirt factor, (hr.ft2.oF/btu)
Uc :Clean overall heat transfer coefficient, (btu/jam.ft2.oF)
Ud :Design overall heat transfer coefficient, (btu/jam.ft2.oF)
64
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data-data yang diperoleh untuk Unstable-Stable Platformate
Heat Exchanger 14E-4 yang telah ditentukan, dalam melakukan perhitungan data
desain dan data aktual menggunakan metoda dari buku Process Heat Transfer
(Kern, 1965) sehingga akan didapatkan data temperature dan hasil perhitungan
flowrate pada tabel 4.1 serta hasil dari perhitungan untuk fouling factor, nilai
pressure drop, dan efisiensi perpindahan panas yang ada dalam tabel 4.2 adalah
sebagai berikut:
65
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Tabel 5.1 Perbandingan Data Desain dan Data Aktual Exchanger 14E-4
in 384,8 340,5
Shell
out 167,0 190,0
Temperature
(oF) in 100,4 107,6
Tube
out 284,0 222,8
ℎ𝑟 𝑓𝑡 2 ℉
Rd 0,004 0,016
𝐵𝑡𝑢
𝐵𝑇𝑈
Heat Duty 12759037,03 8328626,06
ℎ𝑟
5.1 Pembahasan
5.1.1 Perbandingan antara Foiling Factor (Rd) Desain dan Aktual HE 14E-
4
Fouling merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan pada heat
exchanger karena dapat menghambat proses pertukaran panas yang terjadi di
dalamnya. Evaluasi yang dilakukan dengan melihat parameter fouling factor
(Rd) merupakan salah satu langkah untuk dapat mengetahui kapan proses
pembersihan harus dilakukan. Nilai Rd berbanding terbalik dengan Q (heat
66
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
duty), jika Rd semakin tinggi maka Q (heat duty) akan semakin rendah
dikarenakan banyaknya pengotor yang terus menumpuk di dalam heat
exchanger.
Berdasarkan hasil perhitungan, terlihat dalam tabel 4.2 didapatkan Rd
desain yang ditetapkan sebesar 0,004 sedangkan Rd aktual yang diperoleh
sebesar 0,016. Menurut (Kern, 1965), besarnya nilai Rd yang masih
diperbolehkan adalah sebesar 0,002-0,003. Hal ini menunjukkan bahwa Rd
aktual hasil perhitungan nilainya jauh lebih besar dari Rd desain yang telah
ditetapkan. Perbedaan nilai Rd yang diperoleh sangat berbeda yang disebabkan
karena adanya fouling pada shell dan tube dari Heat Exchanger Unstable-Stable
Platformate 14E-4, yaitu timbulnya kerak atau kotoran yang menempel pada
pipa yang menyebabkan laju perpindahan panasnya menjadi lebih kecil sehingga
menjadi kurang efektif. Data tersebut mengindikasikan bahwa kandungan
deposit di dalam penukar panas ada dalam jumlah yang besar, dengan dugaan
bahwa Heat Exchanger Unstable-Stable Platformate 14E-4 tersebut belum
dilakukan cleaning.
5.1.2 Perbandingan antara Pressure Drop (∆𝑷) Desain dan Aktual HE 14E-
4
Pressure drop adalah selisih dari tekanan masuk shell atau tube dengan
tekanan keluar shell atau tube. Pressure drop merupakan salah satu parameter
yang cukup vital di heat exchanger. Parameter ini biasa digunakan untuk
mengetahui apakah heat exchanger masih bekerja dengan baik atau tidak. Ketika
heat exchanger dalam kondisi normal heat exchanger menghasilkan pressure
drop yang sangat kecil dan sebagaimana sebaliknya. Heat exchanger mengalami
masalah apabila pressure drop besar karena terdapat adanya kekotoran di tube
atau shell. Perubahan tekanan di dalam heat exchanger dapat diakibatkan karena
banyaknya pengotor atau banyaknya kerak di dalam heat exchanger (Kern,
1965).
Penurunan tekanan baik di shell maupun di tube tidak boleh melebihi batas
pressure drop yang diijinkan. Tekanan dalam heat exchanger merupakan driving
67
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
force bagi aliran fluida di shell maupun di tube. Jika pressure drop lebih besar
dari yang diijinkan dapat menyebabkan laju alir masa (lbm/jam) inlet fluida di
shell dan di tube jauh berbeda dengan laju alir masa outlet masing masing fluida.
Hal ini akan menurunkan performa dari heat exchanger tersebut.
Nilai pressure drop actual pada shell dan tube alat penukar panas lebih
besar daripada nilai desainnya. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari flow
rate yang digunakan. Nilai ΔP aktual yang lebih besar atau lebih kecil dari desain
ini masih dapat ditoleransi terhadap kinerja dari penukar panas karena secara
umum nilai aktual memang akan terjadi kenaikan dan penurunan pressure drop
dari penggunaan variasi flow rate.
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pressure drop pada
shell desain 0,243 psi dan pada shell aktualnya sebesar 0,249 psi. Sedangkan
pressure drop pada tube desain 5,788 psi dan pada tube aktual 5,976. Nilai batas
pressure drop yang diizinkan pada desain adalah 14,2 psi untuk tube, dan 10 psi
untuk shell sehingga pressure drop aktual baik pada shell maupun tube masih
sangat baik.
5.1.3 Perbandingan antara Heat Duty (Q) Desain dan Aktual HE 14E-4
Berdasarkan tabel 4.2 dilihat bahwa nilai heat duty heat exchanger aktual
lebih rendah dibandingkan dengan heat duty design. Laju panas desain untuk
stable platformate sebesar 15961083,62 BTU/h, lebih besar dari aktualnya yang
sebesar 10781883,11 BTU/h. Laju panas desain untuk unstable platformate
sebesar 12759037,03 BTU/h, lebih besar dari aktualnya yang sebesar
8328626,06 BTU/h. Dari data tesebut, jumlah kalor aktual yang dipindahkan
lebih kecil dari desainnya. Hal ini disebabkan karena adanya scale atau kerak
dalam aliran yang membuat luas permukaan aliran menjadi lebih kecil.
Dampaknya adalah laju alir massanya juga akan lebih kecil. Seperti diketahui
bahwa besarnya kalor yang dipindahkan berbanding lurus dengan laju alir
massa, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin kecil laju alir massa, maka
semakin kecil kalor yang dipindahkan.
68
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Selain itu, besarnya kalor yang dilepas baik secara desain ataupun aktual
lebih besar daripada kalor yang diterima oleh aliran dingin. Selisih panas ini
diduga adalah besarnya panas yang terlepas ke lingkungan, mengingat aliran
panas diposisikan di dalam shell yang berkontak langsung dengan lingkungan
yang dapat menyebabkan heatloss.
69
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai heat duty heat exchanger aktual lebih rendah dibandingkan dengan
heat duty design.
2. Fouling factor (Rd) data aktual nilainya 0,016 lebih besar dari nilai data
desain yaitu 0,004 sedangkan Rd yang diperbolehkan adalah 0,004-0,005.
70
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Hal ini disebabkan oleh adanya scale dan fouling baik di shell maupun
tube.
3. Pressure drop yang terjadi masih di dalam shell dan tube masih dalam
rentang yang diijinkan yaitu 14,2 psi untuk tube dan 10 psi untuk shell,
sehingga bila ditinjau dari pressure drop, heat exchanger masih layak
untuk digunakan.
6.2 Saran
1. Melakukan evaluasi fouling factor, efisiensi dan pressure drop dari awal
pengoperasian hingga waktu cleaning agar dapat ditentukan masa cleaning
optimumnya dengan tepat.
2. Perlu dilakukan preventive maintenance dengan cara membersihkan shell
dan tube secara berkala untuk menghilangkan fouling dengan mechanical
maupun chemical cleaning.
3. Agar hasil pengukuran lebih tepat untuk mempertahankan kinerja heat
exchanger disarankan menggunakan pressure dan temperature indicator
untuk menunjang ketelitian selama menganalisa performa heat exchanger.
Melakukan kalibrasi pressure dan temperature indicator secara berkala pada heat
exchanger.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Minyak dan gas Bumi. 2008. “Cadangan Minyak Bumi
Indonesia”. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
71
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Geankoplis, C. J., 1993. Transport Processes and Unit Operations, third edition. A
simon& Schuster Company Englewoods Cliffs, New Jersey.
Holman, J.P., 1986. Heat Transfer Sixth Editions. Mc Graw-Hill, Ltd. Ner York.
Kern, D.Q., 1965.Process Heat Transfer.International Student Edition.Mc.Graw-
Hill Kogakusha, Ltd. New York.
McCabe, W., Smith, J.C., and Harriot, P., 1993, “Unit Operation of Chemical
Engineering”, McGraw Hill Book, Co., United States of America.
Nino, 2016.Data Specification sheet scraped Shell and Tube Heat Exchanger 011E-
120 Stabilizer Reboiler. Energy Exchanger Company.
Okpara, L. A., 2014. Influence of Fouling on Heat Exchanger Effectiveness in a
Polyethylene Plant. Energy and Power 4(2) : 29-34.
Perry,R. H., Green,D. W., Maloney,J. O., 1997. Perry’s Chemical Engineering
Handbook Sevent Edition. Mc.Graw-Hill, New York.
Sinnott, R.K., 2005. Chemical Engineering Design.Volume 6.edisi 4. Elsevier : UK.
TEMA Sheet Heat Exchanger Tipe Shell And Tube di VCM Plant (seksi 4 dan 5
VCM-2 Plant). Anyer: PT Asahimas Chemical.
LAMPIRAN
LEMBAR PERHITUNGAN
72
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
DESIGN
1. Mass Flow
Shell side (stabilized platformate)
Total flow
𝑘𝑔 𝑙𝑏 𝑙𝑏
54583 𝑗𝑎𝑚 x 2,2046𝑘𝑔 =120333.68 𝑗𝑎𝑚
2. Temperatur
9o F
Temperatur inlet shell : ( 196oC × 5o C ) + 32oF = 384.8oF
9o F
Temperatur outlet shell : (75 oC × 5o C ) + 32oF = 167,0oF
9o F
Temperatur inlet tube : ( 38 oC × 5o C ) + 32oF = 100.4oF
9o F
Temperatur outlet tube : ( 140 oC× 5o C ) + 32oF = 284,0oF
3. Heat balance
Q tube = wtube × Cpt × (t2-t1)
= 5787461,23 Btu/h
73
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
4. Menghitung ∆T LMTD
Hot fluid Cold fluid Difference
High
384,8 284,0 100,8 ∆t2
temperature
Low
167,0 100,4 66,6 ∆t1
temperature
217,8 183,6 34,2 ∆t2-∆t1
∆t2−∆t1 34,2
∆T LMTD = ∆t2 = 100,8 = 82.52oF
𝑙𝑛 𝑙𝑛
∆t1 66.6
Ft = 0,88
Sehingga ∆T LMTD koreksi = ∆T LMTD x Ft =72,619oF
Kc = 0,166
∆tc 183,6
= = 0,8430
∆th 217,8
Fc=0,47
74
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Shell
5. Perhitungan pada area shell
ODt : 0,75 in
Pt : 1 in
IDs : 21 in
B, baffle space : 21 in
Tube clearance → C’ = Pt-OD = 1-0,75 = 0,25 in
𝐼𝐷×𝐶′×𝐵
Flow area → as = = 0,7656 ft2
144×𝑃𝑡
𝑙𝑏
𝑤𝑠 120333.68 𝑙𝑏
𝑗𝑎𝑚
Mass velocity → Gs = = = 157170.52
𝑎𝑠 0,7656 ft2 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡2
Transfer - Donald Q. Kern dengan tube 3/4in dan pitch 1 square inch
Bilangan Reynold
Res = De Gs / µs
= 19402,255
jH = 79 dari figure 28 Process Heat Transfer - Donald Q. Kern
Pada Tc
k = 0,143 Btu/ hr.ft2.(oF/ft) (Fig 1)
c = 0,610 Btu/lboF (Fig 4)
𝑐µ 0,609 𝑥 0,641 1/3
( )1/3= ( ) = 1,398
𝑘 0,143
75
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
ℎ𝑜
∅𝑠
tw = tc ×+ ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑜 × (𝑇𝑐 − 𝑡𝑐)
+
∅𝑠 ∅𝑠
199,466
tw = 186,692+ 490,762+199,466 × (269,366 − 186,692)
tw = 210,58oF
𝑙𝑏
µw = 0,355 = 0,8591 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 pada tw
µ 0,14
∅𝑠 = ( )
µw
0,6413
∅𝑠 = (0,8591)0,14 =0.9599
ℎ𝑜
ho = ∅𝑠 × ∅𝑠 = 199,466 × 0,9599 = 191,466
Tube
a” : 0,1963 ft2/lin.ft
n : 2 per shell
Nt : 216
BWG : 14
a’t : 0,268 in2
panjang L : 16 ft
IDt : 0,584 ft
ODt : 0,75 in
2. Mass velocity
𝑤
𝐺𝑡 = 𝑎𝑡
134939.157 𝑙𝑏
= = 671339,089 ℎ𝑟 𝑓𝑡 2
0,201
3. Bilangan Reynold
76
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
0,584
𝐷 = = 0,048 ft
12
𝐷 𝐺𝑡
𝑅𝑒𝑡 =
𝜇𝑡
0,0487 𝑥 671339,089
𝑅𝑒𝑡 = = 49093,67
0.6655
4. L/D = 328.7671233
jH = 160 (Fig. 24)
5. Pada Tc
k = 0,14 Btu/ hr.ft2.(oF/ft) (Fig 1)
c = 0,54 Btu/lboF (Fig 4)
1⁄ 1⁄
𝑐𝑥𝜇 3 0,54 𝑥 0,6655 3
( ) = ( ) = 1,369
𝑘 0,14
1⁄
𝑘 𝑐𝑥𝜇 3
6. ℎ𝑖 = 𝑗𝐻 ( ) ∅𝑡
𝐷 𝑘
ℎ𝑖 0,14
= 160 𝑥 𝑥 1,369 = 630,213
∅𝑡 0,0487
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑖 𝐼𝐷
7. = 𝑥
∅𝑡 ∅𝑡 𝑂𝐷
0,584
= 630,213 𝑥 = 490,726
0,75
𝑙𝑏
µw = 0,27 cp = 0,6543 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 pada tw
µ 0,14
∅𝑡 = ( )
µw
0,6655
∅𝑡 = (0,6543)0,14 =1,019
ℎ𝑖𝑜
hio = × ∅𝑡 = 490,726 × 1,019 = 500,168
∅𝑠
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑜
8. 𝑈𝑐 = = 138,462
ℎ𝑖𝑜+ℎ𝑜
77
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
𝑓𝑡 2⁄
9. 𝑎" = 0,1963 ln 𝑓𝑡
𝐴 = 𝑎" 𝑥 𝐿 𝑥 𝑁𝑡
𝐴 = 0,1963 𝑥 16 𝑥 648 = 2035,2384 𝑓𝑡 2
𝑄
𝑈𝐷 = 𝐴 𝑥 ∆𝑡
=86,327 Btu/jam.ft2.F
𝑈𝑐− 𝑈𝐷
10. 𝑅𝑑 = = 0.004
𝑈𝑐 𝑥 𝑈𝐷
Pressure Drop
Shell
𝑅𝑒𝑠 = 19402.25545
𝑓 =0.0018
𝑠 =0.738
𝐷𝑒 = 0,079167 𝑓𝑡
∅𝑠 = 0,9599
𝑓 𝑥 𝐺𝑠2 𝑥 𝐷𝑠 𝑥 𝑁+1
∆𝑃𝑠 = = 0.243 psi
5,22 𝑥 1010 𝑥 𝐷𝑒𝑠 𝑥 ∅𝑠
Tube
𝑅𝑒𝑡 =49093,667
𝑓𝑡 2⁄
𝑓 =0.00017 𝑖𝑛2
𝑠 = 0,781
𝑣2
= 0,07
2 𝑔′
𝑓 𝑥 𝐺𝑡 2 𝑥 𝐿𝑛
∆𝑃𝑡 = = 3,637 psia
5,22 𝑥 1010 𝑥 𝐷𝑥𝑠 𝑥 ∅𝑡
4𝑛 𝑣2
∆ Pr = 𝑥 = 2,151 psia
𝑠 2 𝑔′
AKTUAL
1. Mass Flow
Shell side (stabilized platformate)
78
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
𝑘𝑔 𝑙𝑏 𝑙𝑏
54167 𝑗𝑎𝑚 x 2,2046𝑘𝑔 =119416,568 𝑗𝑎𝑚
2. Temperatur
9o F
Temperatur inlet shell : ( 196oC × 5o C ) + 32oF = 340,5oF
9o F
Temperatur outlet shell : (75 oC × 5o C ) + 32oF = 190,0oF
9o F
Temperatur inlet tube : ( 42 oC × 5o C ) + 32oF = 107,6oF
9o F
Temperatur outlet tube : ( 106 oC× 5o C ) + 32oF = 222,8oF
3. Heat balance
Q tube = wtube × Cpt × (t2-t1)
= 3777840,00 Btu/h
4. Menghitung ∆T LMTD
Hot fluid Cold fluid Difference
High
340,52 222,8 117,72 ∆t2
temperature
Low
190,04 107,6 82,44 ∆t1
temperature
79
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
∆t2−∆t1 35,28
∆T LMTD = ∆t2 = 117,72 = 82.52oF
𝑙𝑛 𝑙𝑛
∆t1 82,44
Ft = 0,965
Sehingga ∆T LMTD koreksi = ∆T LMTD x Ft =95,568oF
Kc = 0,122
∆tc 115,2
= = 0,7655
∆th 150,48
Fc=0,46
Tc= Thout+ {Fc × ( T1 − T2)}= 190,0 + {0,46 × (150,48)}= 259,261 oF
tc= Tcin+ {Fc × ( t2 − t1)} = 107,6 + {0,46 × ( 115,2)}= 160,592 oF
Shell
5. Perhitungan pada area shell
ODt : 0,75 in
Pt : 1 in
IDs : 21 in
B, baffle space: 21 in
Tube clearance → C’ = Pt-OD = 1-0,75 = 0,25 in
𝐼𝐷×𝐶′×𝐵
Flow area → as = = 0,7656 ft2
144×𝑃𝑡
𝑙𝑏
𝑤𝑠 119416,568 𝑙𝑏
𝑗𝑎𝑚
Mass velocity → Gs = = = 155972,66
𝑎𝑠 0,7656 ft2 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡2
80
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
1𝑓𝑡
De = 0,95 in × 12 𝑖𝑛 = 0,079167ft diperoleh dari figure 28 Process Heat
Transfer - Donald Q. Kern dengan tube 3/4in dan pitch 1 square inch
Bilangan Reynold
Res = De Gs / µs
= 18897,820
jH = 78 dari figure 28 Process Heat Transfer - Donald Q. Kern
Pada Tc
k = 0,145 Btu/ hr.ft2.(oF/ft) (Fig 1)
c = 0,600 Btu/lboF (Fig 4)
𝑐µ 0,600 𝑥 0,641 1/3
( 𝑘 )1/3= ( ) = 1,393
0,145
199,025
tw = 186,692+ 431,935+199,025 × (259,261 − 160,592)
tw = 191,71 oF
𝑙𝑏
µw = 0,40 = 0,9680 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 pada tw
µ 0,14
∅𝑠 = ( )
µw
0,6534
∅𝑠 = (0,9680)0,14 =0.9465
ℎ𝑜
ho = ∅𝑠 × ∅𝑠 = 199,025 × 0,954 = 188,369
Tube
81
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
a” : 0,1963 ft2/lin.ft
n :6
Nt : 3 x 216 =648
BWG : 14
a’t : 0,268 in2
panjang L : 16 ft
IDt : 0,584 ft
ODt : 0,75 in
2. 𝑀𝑎𝑠𝑠 𝑣𝑒𝑙𝑜𝑐𝑖𝑡𝑦
𝑤
𝐺𝑡 =
𝑎𝑡
131449,275 𝑙𝑏
= = 653976,492 ℎ𝑟 𝑓𝑡 2
0,201
3. Bilangan Reynold
0,584
𝐷 = = 0,048 ft
12
𝐷 𝐺𝑡
𝑅𝑒𝑡 =
𝜇𝑡
0,048 𝑥 653976,492
𝑅𝑒𝑡 = = 41098,729
0.7744
4. L/D = 328.7671233
jH = 130 (Fig. 24)
82
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
5. Pada Tc
k = 0,145 Btu/ hr.ft2.(oF/ft) (Fig 1)
c = 0,550 Btu/lboF (Fig 4)
1⁄ 1⁄
𝑐𝑥𝜇 3 0,55 𝑥 0,7744 3
( ) = ( ) = 1,432
𝑘 0,145
1⁄
𝑘 𝑐𝑥𝜇 3
6. ℎ𝑖 = 𝑗𝐻 ( ) ∅𝑡
𝐷 𝑘
ℎ𝑖 0,145
= 130 𝑥 𝑥 1,432 = 554,710
∅𝑡 0,048
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑖 𝐼𝐷
7. = 𝑥
∅𝑡 ∅𝑡 𝑂𝐷
0,584
= 554,710 𝑥 = 431,935
0,75
𝑙𝑏
µw = 0,27 cp = 0,6534 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 pada tw
µ 0,14
∅𝑡 = ( )
µw
0,7744
∅𝑡 = (0,6534)0,14 =1,024
ℎ𝑖𝑜
hio = × ∅𝑡 = 431,935 × 1,024 = 442,332
∅𝑠
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑜
8. 𝑈𝑐 = = 136,246 Btu/jam.ft2.F
ℎ𝑖𝑜+ℎ𝑜
𝑓𝑡 2⁄
9. 𝑎" = 0,1963 ln 𝑓𝑡
𝐴 = 𝑎" 𝑥 𝐿 𝑥 𝑁𝑡
𝐴 = 0,1963 𝑥 16 𝑥 648 = 2035,238 𝑓𝑡 2
𝑄
𝑈𝐷 = 𝐴 𝑥 ∆𝑡
= 42,819 Btu/jam.ft2.F
𝑈𝑐− 𝑈𝐷
10. 𝑅𝑑 = = 0.016
𝑈𝑐 𝑥 𝑈𝐷
83
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Pressure Drop
Shell
𝑅𝑒𝑠 = 18897,82
𝑓 =0.0019
𝑠 =0.7585
𝐷𝑒𝑠 = 0,048
𝑓 𝑥 𝐺𝑠2 𝑥 𝐷𝑠 𝑥 𝑁+1
∆𝑃𝑠 = 5,22 𝑥 1010 𝑥 𝐷𝑒 𝑥𝑠 𝑥 ∅𝑠
= 0.249 psi
Tube
𝑅𝑒𝑡 =41098,729
𝑓𝑡 2⁄
𝑓 =0.00019 𝑖𝑛2
𝑠 = 0,7427
𝑣2
=0,06
2 𝑔′
𝑓 𝑥 𝐺𝑡 2 𝑥 𝐿𝑛
∆𝑃𝑡 = = 4,037 psia
5,22 𝑥 1010 𝑥 𝐷𝑥𝑠 𝑥 ∅𝑡
4𝑛 𝑣2
∆ Pr = 𝑥 = 1,939 psia
𝑠 2 𝑔′
84
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
LAMPIRAN GAMBAR
85
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
86
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
87
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
88
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
89
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
90
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
91
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
92
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
93
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
94
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
95
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
96
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
97
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
98
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
99
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP
Jurusan Teknik Mesin S-1
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
100
PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP