PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Nurhazanah
NIM : 171430041
Program Studi : Teknik Mesin Kilang
Bidang Minat : Teknik Mesin Kilang
Diploma : IV (Empat)
Tingkat : IV (Empat)
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Nurhazanah
NIM : 171430041
Program Studi : Teknik Mesin Kilang
Bidang Minat : Teknik Mesin Kilang
Diploma : IV (Empat)
Tingkat : IV (Empat)
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Nama : Nurhazanah
NIM : 171430041
Program Studi : Teknik Mesin Kilang
Bidang Minat : Teknik Mesin Kilang
Diploma : IV (Empat)
Tingkat : IV (Empat)
Menyetujui:
Mengetahui :
Ketua Program Studi Teknik Mesin Kilang,
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Nama : Nurhazanah
NIM : 171430041
Program Studi : Teknik Mesin Kilang
Bidang Minat : Teknik Mesin Kilang
Diploma : IV (Empat)
Tingkat : IV (Empat)
Nurhazanah
171430041
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMBANG/NOTASI ....................................................................... viii
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah........................................................................................ 2
1.5 Metodologi ................................................................................................ 3
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 5
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Diameter shell untuk OD ¾ in tube, 1-in pitch, square layout ............21
Tabel 2.2 Standar clearance antara OD baffle dan ID shell ................................36
Tabel 2.3 Standar ketebalan baffle .......................................................................37
Tabel 2.4 Standar Tie Rod ....................................................................................37
Tabel 2.5 Ketebalan Pass Partition Plate ............................................................38
Tabel 2.6 Pass Partition Factors .........................................................................39
Tabel 2.7 Estimasi Direct cost (D) .......................................................................39
Tabel 2.8 Estimasi Inirect cost (D) ......................................................................40
Tabel 2.9 Estimasi Manufacturing Cost (M) .......................................................41
Tabel 2.10 Estimasi General Expenses (GE) .........................................................41
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR LAMBANG/NOTASI
viii
∆Tlm Log Mean Temperature Difference
Subscript
Notasi Keterangan
1 Inlet
2 Outlet
avg Average (rata-rata)
c Dingin (Cold)
cw Cooling water
h Panas (Hot)
G Vapour
L Liquid
s Shell
t Tube
wf Fluida kerja (n-pentane)
y
tahun ke-n
ix
I. PENDAHULUAN
menurut catatan terbaru Badan Geologi, potensi panas bumi di Indonesia sebesar
23,9 Giga Watt (GW) hingga Desember 2019. Berdasar data Direktorat Panas
Bumi, potensi ini baru dimanfaatkan sebesar 8,9% atau 2.130,7 MWe yang terdiri
dari 16 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada 11 Wilayah Kerja
Panas Bumi (WKP). Sebagian besar karakteristik reservoir panas bumi di Indonesia
geothermal fluid akan berkontak langsung dengan peralatan yang ada di kilang
Geothermal fluid mengandung berbagai macam mineral dan ion dari bumi
seperti Na+, SiO2, Cl-, K+, Li+, dan sebagainya yang dapat menyebabkan scaling
untuk mengindari terjadinya scaling pada seluruh peralatan yang berada di plant
dengan menggunakan working fluid berupa fluida organik yang akan disirkulasikan
plant.
memanfaatkan sumber energi yang ada di Indonesia khususnya pada sumber panas
bumi suhu rendah dengan pembangunan PLTP berskala kecil. Pada binary-ORC
cycle terdapat sebuah peralatan yang disebut kondesor yang digunakan untuk
mengubah fasa fluida kerja dari uap menjadi cair untuk di uapkan kembali di
1
evaporator dan bersikulasi di dalam sistem. Perancangan kondensor dilakukan
untuk menentukan dimensi dari kondensor tipe shell and tube serta analisis
ekonomi pada satu sistem PLTP untuk menentukan apakah proyek PLTP ini layak
untuk dilanjutkan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan proposal skripsi ini adalah untuk merancang sebuah
agar pembahasan yang diberikan tertuju pada permasalahan yang akan dibahas.
Adapun Batasan-batasan masalah yang telah ditentukan oleh penulis adalah sebagai
berikut :
PLTP;
head, tube, baffle, Tie rod & Spacer, Tubesheet, dan Pass Partition Plate ;
2
1.5 Metodologi
studi literatur (buku, standard and code, dan handbook. melakukan konsultasi
3
Gambar 1.2 Tahap Rating Kondensor
4
1.6 Sistematika Penulisan
I. PENDAHULUAN
segi thermal dan mechanical, beserta konstruksi kondesor, dan juga tinjauan
ekonomi.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
Proses kondensasi terjadi ketika uap berkontak langsung dengan permukaan luar
tube yang dialiri cooling water yang berada pada temperature lebih rendah
berkontak langsung dengan cold surface (tube tidak diselubungi oleh tetesan embun
bintik embun membasahi cold surface dan kemudian jatuh bergabung membentuk
pada siklus rankine biasanya menggunakan air dengan tekanan dan suhu yang tinggi
untuk menjadi fluida kerja. Pada sistem ORC, fluida kerja yang digunakan adalah
fluida organik yang memiliki titik didih lebih rendah daripada air. Dengan titik
didih yang rendah maka sistem Binary-ORC ini dapat diaplikasikan pada low
6
Pada sistem ORC sederhana seperti yang terlihat pada gambar 2.1 terdapat
evaporator, geothermal fluid ada mengubah fasa fluida kerja dari cair menjadi uap
pada tekanan konstan sebelum masuk ke turbin. Uap dari evaporator akan masuk
mengkondensasikan uap dari fluida kerja menjadi liquid pada tekanan dan
temperature yang konstan. Pompa berfungsi menambah tekanan pada fluida kerja,
pada proses ini fluida kerja masih pada kondisi cair. Fluida kerja kemudian akan
Geothermal fluid pada sistem ini hanya akan berkontak dengan evaporator
7
2.3 Heat Exchanger Tipe Shell dan Tube
Kondensor shell dan tube merupakan tipe yang luas digunakan pada
industry. Tipe shell dan tube dipilih karena memiliki kemampuan untuk heat
ransfer yang baik dan konstruksi sederhana yang mudah untuk dilakukan
pemeliharaan.
2.4 Klasifikasi Heat Exchanger Tipe Shell and Tube berdasarkan Tubular
Exchanger Manufacturer Association (TEMA)
shell and tube exchanger dapat dibedakan menjadi tiga kelas berdasarkan
industri migas.
8
Gambar 2.2 TEMA Standard Heat Exchanger 11:1-2)
9
2.5 Bagian Utama Kondensor
didinginkan, menempatkan dan mengikat tube sheet sehingga kokoh dalam shell.
E-shell adalah tipe yang umum digunakan karena murah dan sederhana (satu pass
kondensor ini menggunakan tipe E-shell dengan 2 outlet yaitu outlet condensate
tube sangat menentukan performa dari peralatan, Adapun variabel geometri tersebut
meliputi diameter luar tube, ketebalan dinding tube, pitch, dan susunan tube.
10
jumlah tube yang lebih banyak dibandingan susunan square pada ukuran
heat exchanger yang sama. Karena susunan tube yang padat, maka
untuk dilakukan, hanya chemical cleaning atau water ject cleaning yang
Penggunaan susunan tipe ini memiliki pressure drop dan koefisien heat
laminar atau fouling service dan untuk kondensasi yang terjadi si sisi shell.
11
2.5.3 Baffle
fluida yang mengalir dalam shell side untuk mendapatkan perpindahan panas yang
lebih baik.
Segmental baflle adalah plat bundar yang memiliki diameter yang sama dengan
diameter shell. Segmental baffle terbagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
Jenis ini biasa dipergunakan dan dipasang tegak lurus terhadap tube untuk
menyangga tube dan membelokkan arah aliran. Baffle jenis ini mungkin tidak akan
efektif untuk liquid yang sangat viscous dimana aliran tidak mengalami turbulensi
dan adanya by pass yang membuat efisiensi heat transfer nya menurun.
Keuntungan utama dari baffle jenis single segmental ini adalah heat transfer rate
yang tinggi karena aliran cross flow-nya. Kerugian utamanya adalah pressure drop
12
2.5.3.3 Double Segmental Baffle
terdapat dua pelat yang menjadi pengarah aliran di dalam shell yaitu center dan
wing.
Merupakan kombinasi baffle plate dan rod yang konstruksinya terbuat dari
rod dan pelat yaitu baffle ring di mana satu dengan yang lain dipadukan dengan
skid bar.
13
2.5.4 Tubesheet
stasionary dan mengatur jarak tube sehingga menjadi satu kesatuan yang disebut
bundle. Tubesheet terhubung ke shell dan channel dengan lasan atau bolts dengan
14
2.6 Fouling 6:238)
termal meningkat dan seiringkali menyebakan pressure drop dan power pompa
harus diganti atau dibersihkan. Oleh karena itu, fouling menyebabkan kerugian
ekonomi yang besar karena berdampak langsung pada initial cost (biaya awal),
properties fluida untuk menentukan apakah konstruksi awal yang sudah ditentukan
Jenis fluida kerja yang dipilih untuk sistem ini adalah n-pentane yang
memiliki kurva uap jenuh positif, merupakan tipe fluida dry sehingga tidak
dan GWP sebesar 20 dan merupakan fluida low toxin (tidak berbahaya bagi
15
lingkungan). N-pentane memiliki nilai critical temperature 196,6°C), critical
konstruksi kondensor. Penempatan fluida kerja organik di sisi shell dan cooling
water di sisi tube. Berdasarkan nilai fouling factor dari kedua fluida tersebut,
cooling water (0,0003 m2.°C/W) memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan
fluida kerja organik (0,0002 m2.°C/W) sehingga cooling water sebagai fluida yang
sebagai berikut :
Gambar 2.9 Ilustrasi Heat Exchanger Tipe AET dengan Flat Head
16
dilakukan secara terpisah antara tube bundle dan dapat dilakukan inspeksi
ketersedian di pasar, namun ini dapat berubah sesuai dengan hasil desain. Tube tipe
ini merupakan yang umum digunakan pada heat exchanger di industri. Susunan
tube 45° (rotated square) menghasilkan koefisien perpindahan panas lebih tinggi
dibandingkan susunan 90° dan tipe ini diutamakan untuk kondensasi yang terjadi si
sisi shell yang mendukung aliran lebih turbulen dan dapat dilakukan pembersihan
secara mekanikal.
Penentuan properties fluida dilakukan pada kedua sisi aliran (shell dan
tube). Adapun propertis fluida yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan pada
tahap preliminary design adalah mass flow (ṁ), suhu masuk dan suhu keluar, kalor
jenis fluida (Cp), kekenalan fluida (μ), dan thermal conductivity fluida (k).
Dalam perhitungan ini, heat duty pada kondensor dapat dihitung dengan
Keterangan :
17
Cp : Spesific heat (J/kg.oC)
panas dan fluida dingin pada kondisi operasi. Perhitungan LMTD pada kondensor
Keterangan :
T1 : Suhu masuk fluida panas (oC)
T2 : Suhu keluar fluida panas (oC)
t1 : Suhu masuk fluida dingin (oC)
t2 : Suhu keluar fluida dingin (oC)
berdasarkan nilai dari rasio kapasitas panas (R) dan nilai efektifitas temperature
Th1 − Th2
R= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.3)
Tc2 − Tc1
18
2. Temperature Fluida Dingin, S
Tc2 − Tc1
P= … … … … … … … … … … … … . … … … … … … … … … (2.3𝑎)
Th2 − Tc1
Q
Af = … … … … … . . … … … … . … … … . . … … … … . … … … (2.4𝑎)
UD . FT . ∆Tlm
Uc yang didapat dari persamaan 2.4c berdasarkan nilai total fouling resistance.
19
Q
Ac = … … … … … … … … … … … … … … … … . … … . … … … (2.4𝑏)
Uc . FT . ∆Tlm
do R fi
R ft = + R fo … … … … … … … … … … … … … … … … … . . … … … . . (2.4b)
di
1 1
= − R ft … … … … … . … … … … … … … … … … … . . … … … … … . . (2.4c)
Uc UD
Keterangan
Af
OS = 100 ( − 1) … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (2.5)
Ac
Diameter dalam shell dihitung berdasarkan data geometri tube dan luas
berikut:
A
NT = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.6)
πdo L
Keterangan :
20
NT : Jumlah tube
berikut :
NT (CL)(PR)2 do 2
Ds = √ … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.7)
0,785(CTP)
di mana,
penentuan diameter shell dilakukan dengan melihat tabel 2.1 yang sesuai dengan
Tabel 2.1 Diameter Shell untuk OD ¾ in Tube, 1-in Pitch, Square Layout 6:373)
Shell ID (in) 1-P 2-P 4-P 6-P
8 32 26 20 20
10 52 52 40 46
12 81 76 68 68
13,25 97 90 82 76
15,25 137 124 116 108
17,25 177 166 158 150
19,25 224 220 204 192
21
21,25 277 270 246 240
23,25 341 324 308 302
25 413 394 370 356
27 481 460 432 420
29 553 526 480 468
31 657 640 600 580
33 749 718 688 676
35 845 824 780 766
37 934 914 886 866
39 1049 1024 982 968
Adapun hasil desain yang didapat dari tahap preliminary design adalah
diameter shell, jumlah tube, panjang tube, diameter dalam tube, diameter luar
2.8 Rating
yaitu perhitungan thermal performance dan pressure drop dari kedua aliran
1. Properties fluida
22
2.8.1 Menghitung Flow Area
Adapun perhitungan flow area dilakukan pada sisi shell dan sisi tube sebagai
berikut :
Besarnya luas penampang aliran sisi shell dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
Ds . c. B
as = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … (2.8)
PT
Keterangan :
PT : Pitch (m)
Besarnya luas penampang aliran sisi tube dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
πdi 2 Nt
at = … … … … … … … … … . . … … … … … … … … … … … … … … . . (2.9)
4. nt
Keterangan :
Nt : Jumlah tube
23
nt : Jumlah pass tube
Besarnya kecepatan aliran yang diizinkan pada sisi tube adalah > 1 m/s
untuk fluida air dan 5-10 m/s pada sisi shell untuk vapor. Adapun perhitungan
berikut:
Gs
us = … … … … … … … … … … … … … . … … … … … … … … … … . . (2.10)
ρs
Kecepatan :
berikut:
Gt
ut = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (2.11)
ρt
Kecepatan :
24
2.8.3 Menghitung Kecepatan Aliran Massa 6:389)
persamaan berikut:
Untuk menghitung kecepatan laju aliran massa pada sisi shell digunakan
persamaan:
ṁs
Gs = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.12)
as
Keterangan :
Untuk menghitung besar kecepatan aliran massa pada sisi tube digunakan
persamaan:
ṁt
Gt = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … (2.12𝑎)
at
Keterangan :
25
2.8.4 Diameter Ekuaivalen (De) 6:389)
berikut:
persamaan:
uc di ρc
Ret = … … … … … … … … … … … … … … … … . … … … . … … . . (2.14)
μ𝑐
Keterangan :
Untuk menghitung besar bilangan reynold dua fasa pada sisi shell (fluida
26
Gs d𝑜 ρL
Res = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.15)
μ𝐿 ρ𝐺
persamaan berikut:
1/3
μL 2 4G" −1/3
ho ( 2 2 ) = 1,51 ( ) … … … … … … … … … … … … … . (2.16)
k ρ g μL
di mana,
ṁs
G" = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … . . . (2.17)
NT 2/3 L
Keterangan :
NT : Jumlah tube
27
2.8.6.2 Koefisien Perpindahan Panas Sisi Tube (hi) 6:508)
(f/2)RePr k
hi = … … … … . . … . … … … … … (2.18)
1,07 + 12,7(f/2)1/2 (Pr 2/3 − 1) di
di mana,
menghitung nilai μw (kekentalan pada suhu dinding) yang akan digunakan untuk
menghitung pressure drop pada shell. Suhu dinding pada kondensor (fluida panas
Keterangan :
28
2.8.8 Menghitung Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh 6:393)
1
Uc = … … … … … … … … … … … … . … . … … . . . (2.21)
do d ln(do /di ) 1
+ o +
di hi 2k ho
1
UD = … . … … … . . … . … … … . (2.21a)
do do R fi do ln(do /di ) 1
+ + + R fo +
di hi di 2k ho
Keterangan :
persamaan berikut :
29
2.8.11 Menghitung Luas Permukaan Perpindahan Panas yang Dibutuhkan
6:535)
Q
A= … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … . … . . . (2.23a)
Uo FT ∆Tm
A
L= … … … … … … . . … … … … … … … . … … … … . … … … … . . . (2.23b)
NT πdo
Ao = NT πdo L … … … … … … … … … … … … … … … … . … … … … … . … (2.23c)
Ao − Ac
OS = ≤ 30% … … … … … … … … … … … … … … … … . … . . (2.34a)
Ac
Ao − AD
OD = ≤ 10% … … … … … … … … … … … . . … … … … . … . . (2.34b)
AD
30
2.8.12 Menghitung Pressure Drop
Adapun perhitungan pressure drop dilakukan pada sisi shell dan sisi tube
sebagai berikut:
persamaan:
Gs De
di mana 400 < Res = ≤ 1𝑥106
μ
persamaan:
L𝑛𝑡 𝜌𝑡 𝑢𝑐2
∆PT = (4f + 4𝑛𝑡 ) … … … … … … … … … … … … … … … … . . . (2.26)
𝑑𝑖 2
Keretangan :
31
L : Panjang tube (m)
Nb : (L/B)-1
f : (1,58lnRet – 3,28)-2
Di mana jika nilai Ch > Cc maka Cc = Cmin dan jika nilai Ch < Cc maka Ch = Cmin
Ch (T1 − T2 ) Cc (t 2 − t1 )
ε= = … … … … … … … … … … … … … (2.27b)
Cmin (T1 − t1 ) Cmin (T1 − t1 )
pressurized part.
Perhitungan thickness dinding shell mengacu pada ASME Sec. VIII DIV I
sebagai berikut :
32
𝑃𝑅
𝑡= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . … . . . (2.28)
𝑆𝐸 − 0,6𝑃
Perhitungan thickness shell mengacu pada ASME Sec. VIII DIV I sebagai
berikut :
𝑆𝐸𝑡
𝑃= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … . . . (2.29)
𝑅 + 0,6𝑡
Keterangan :
E : Joint efficiency
1. Ketebalan
Perhitungan ketebalan ellipsoidal head mengacu pada ASME Sec. VIII DIV
I sebagai berikut :
𝑃𝐷𝐾
𝑡= … … … … … … … . . … … … … … … … … … … … … . … … (2.30)
2𝑆𝐸 − 0,2𝑃
33
Perhitungan MAWP head mengacu pada ASME Sec. VIII DIV I sebagai
berikut :
2𝑆𝐸𝑡
𝑃= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . . . (2.30a)
𝐾𝐷 + 0,2𝑡
Keterangan :
E : Joint efficiency
1 𝐷 2
K : 6 [2 + 2ℎ]
2.9.3 Tube
1. Ketebalan
𝑃𝑅
𝑡= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . … . . . (2.32)
𝑆𝐸 − 0,6𝑃
2. MAWP
34
𝑆𝐸𝑡
𝑃= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … . . . (2.33)
𝑅 + 0,6𝑡
ASME SEC VIII Div I. Penentuan ketebalan under external pressure mengikuti
ketentuan berikut:
1. Nilai Do/t ≥ 10
4𝐵
𝑃𝑎 = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . … . . . (2.34)
3(𝐷𝑜 /𝑡)
2𝐴𝐸
𝑃𝑎 = … … … … … … … … … … … … … … … … … . . … … . . . (2.34a)
3(𝐷𝑜 /𝑡)
2. Nilai Do/t ≤ 10
1,1
𝐴 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . … . . . (2.34b)
(𝐷𝑜 /𝑡)2
35
2,167
𝑃𝑎1 = [ − 0,0833] 𝐵 … … … … … … … … . . … … … … … … . . . (2.34c)
𝐷𝑜 /𝑡
2𝑆𝐵 1
𝑃𝑎2 = [1 − ] … … … … … … … … … … … … … … … … . . . (2.34d)
𝐷𝑜 /𝑡 𝐷𝑜 /𝑡
dimana, nilai SB kurang dari dua kali maximum allowable stress value
atau 1,8 kali yield strength dari design metal temperature ((Section II
Nilai dari ketebalan dan diameter baffle mengacu pada standar TEMA
36
Tabel 2.3 Standar Ketebalan Baffle 11:5.4-2)
Plate Thickness
Unsupported tube length between central baffles. End
spaces between tubesheets and baffles are not a
consideration
Nominal Shell ID
Over 24 Over 36 Over 48
24 (610) (610) – (914) – (1219) – Over 60
and under 36 (914) 48 (1219) 60 (1524) (1524)
Inclusive Inclusive Inclusive
6-14 (152-356) 1/8(3,2) 3/16(4,8) 1/4(6,4) 3/8(9,5) 3/8(9,5)
15-28 (381-711) 3/16(4,8) 1/4(6,4) 3/8(9,5) 3/8(9,5) 1/2(12,7)
29-38 (737-965) 1/4(6,4) 5/16(7,5) 3/8(9,5) 1/2(12,7) 5/8(15,9)
39-60 (991- 1/4(6,4) 3/8(9,5) 1/2(12,7) 5/8(15,9) 5/8(15,9)
1524)
61- (1549- 3/8(9,5) 1/2(12,7) 5/8(15,9) 3/4(19,2) 3/4(19,2)
100 2540)
Nilai dari diameter dan minimum jumlah tie rod mengacu pada standar
2.9.6 Tubesheet
berikut :
37
𝐹𝐺 𝑃
𝑇= √ … … … … … … … … … … … … … … … … . … … … … … … . . . (2.35)
3 𝜂𝑆
di mana,
0,785
η=1− untuk susunan 𝑡𝑢𝑏𝑒 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒 atau 𝑟𝑜𝑡𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒
P 2
( T)
do
berikut :
0,32𝐷𝐿 𝑃
𝑇= ( ) … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . . (2.36)
𝑑
(1 − 𝑃𝑜 ) 𝑆
𝑇
𝑞𝐵
𝑡 = 𝑏√ … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . . (2.37)
1,5𝑆
Keterangan :
38
Tabel 2.6 Pass Partition Factors 11:5.9-2)
39
Electrical, installed 11 % dari E
Building (include services) 18 % dari E
Yard improvements 10 % dari E
Service facilities, installed 70 % dari E
Total direct plant cost (D)
FCI = D + I … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … … … . (2.38)
Nilai Working Capital adalah sebesar 15% dari Total Capital Investment
maka nilai Total Capital Investment (TCI) dihitung dengan persamaan berikut :
40
2.10.2 Production Cost
proses produksi meliputi Manufacturing Cost (M) dan General Expenses (GE).
Maka nilai Total Production Cost (TPC) dapat dihitung dengan persamaan berikut
TPC = M + GE … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (2.39)
41
2.10.3 Analisis Keekonomian 9:323)
berikut, yaitu : Rate of Investment (ROI), Payback Period (PBP), Net Present Value
mengembalikan dana investasi awal setiap tahunnya. semakin besar nilai ROI
nilai Payback Period (PBP), makan tingkat pengembalian dana akan semakin
cepat.
FCI
PBP = … … … … … … … … … . . (3.41)
NP (Annual Net Profit) setelah pajak
berdasarkan arus kas yang masuk. Net Present Worth menggunakan harga
pembelian awal dan nilai waktu mata uang (Time Value of Money) untuk
42
4. Interest Rate of Return (IRR)
dengan metode trial and error hingga mendapatkan nilan NWP = 0. Nilai
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Lampiran 1 Material Tube SA-179
Lampiran 1 Material Tube SA-179 Lanjutan
Lampiran 2 Material Shell SA-455
Lampiran 2 Material Shell SA-455 Lanjutan