Anda di halaman 1dari 33

PERENCANAAN SOLID CONTROL

EQUIPMENT BERDASARKAN KONDISI


CUTTING PADA SUMUR X LAPANGAN Y

Proposal Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti
Seminar Proposal Dari Program Studi Eksplorasi Produksi

Oleh :

Achmad Jeffry Aufar Bachri Djohar


Nomor Mahasiswa : 13411001
Program Studi : Eksplorasi Produksi
Konsentrasi : Pemboran
Diploma : IV (Empat)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL Akamigas
STEM Akamigas

Cepu, November 2016


PERENCANAAN SOLID CONTROL
EQUIPMENT BERDASARKAN KONDISI
CUTTING PADA SUMUR X LAPANGAN Y

Proposal Skripsi

Oleh :

Achmad Jeffry Aufar Bachri Djohar


Nomor Mahasiswa : 13411001
Program Studi : Eksplorasi Produksi
Konsentrasi : Pemboran
Diploma : IV (Empat)

Disetujui oleh penguji

Penguji I Penguji II

Ir. Bambang Yudho Suranta, M.T. Agus Alexandri, S.T., M.T.


NIP. 196405141993031002 NIP. 197608172008011001
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Skipsi ini dengan judul Perencanaan Solid Control
Equipment Berdasarkan Kondisi Cutting Pada Sumur X Lapangan Y
dengan baik.

Penyusunan Proposal Skripsi ini diajukan sebagai syarat pembuatan Skripsi


dan Praktik Kerja Lapangan pada Program Studi Eksplorasi Produksi Konsentrasi
Pemboran STEM Akamigas Cepu.

Proposal Skripsi ini dapat diselesaikan juga berkat dorongan, saran, serta
bantuan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. R.Y. Perry Burhan, M.Sc., selaku Ketua STEM Akamigas
2. Bapak Ir. Bambang Yudho Suranta, M.T., selaku Ketua Program Studi
Eksplorasi Produksi sekaligus dosen pembimbing skripsi.
3. Bapak Agus Alexandri, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing skripsi.
4. Bapak dan Ibu dosen STEM Akamigas
5. Orang tua, keluarga dan rekan-rekan serta semua pihak yang ikut andil
dalam penyusunan proposal skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam Proposal Skripsi ini masih terdapat


kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon masukan ataupun saran
dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga apa yang
dituangkan dalam Proposal Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Cepu, November 2016


Penulis,

ACHMAD JEFFRY AUFAR BACHRI DJOHAR


NIM. 13411001

i
ABSTRAK

Tujuan utama dari operasi pemboran adalah membuat lubang untuk menghubungkan
permukaan dengan reservoir secara effisien dan aman serta dapat digunakan. Selama
proses pemboran suatu sumur, tujuan utama yang paling penting adalah mencapai zona
reservoir dengan aman, cepat, dan ekonomis. Salah satu komponen yang penting dalam
proses pemboran adalah solid control equipment yang berfungsi menjaga circulation
system tetap berjalan dengan baik. Desain solid control equipment perlu direncanakan
dengan baik untuk menghindari masalah selama proses pemboran. Dalam pekerjaan
pemboran, pengaruh karakteristik, kondisi formasi, jenis dan karakteristik lumpur
pemboran terhadap perencanaan solid control equipment merupakan hal yang perlu
diperhatikan untuk mencapai suatu keberhasilan dan kelancaran dalam sistem sirkulasi.
Di dalam perencanaan solid control equipment mempertimbangkan faktor-faktor meliputi
jenis batuan formasi, ukuran cutting, jenis cutting, jenis dan karakteristik lumpur yang
digunakan dan faktor lainnya. Desain solid control equipment yang baik dapat
mebersihkan partikel partikel yang dibawa oleh lumpur dengan baik. Jika masih
terdapat partikel partikel ikutan di dalam lumpur dapat mengakibatkan kerusakan pada
sistem sirkulasi, kerusakan bisa terjadi di pompa, drill string, dan peraltan lainnya.
Sehingga di sini permasalahan yang harus dipelajari dan diketahui adalah
pengaruh karakteristik batuan, kondisi formasi, jenis dan karakteristik lumpur
pemboran yang digunakan berkaitan dengan perencanaan lumpur pemboran yang
sesuai.

Keyword : solid control equiment, formation, cutting, drilling mud

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................... 2
1.4 Manfaat ....................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah ......................................................................... 3
1.6 Metodologi Penelitian ................................................................ 4
1.7 Sistematika Penulisan.................................................................. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Shale Shaker ................................................................................ 9
2.1.1Saran Umum Operasi ......................................................... 10
2.1.2Basket Assembly ................................................................. 10
2.1.3 Mud Box dan Skid Assembly............................................. 11
2.1.4 Screen Motion ................................................................... 11
2.1.5 Capasity Shale Shaker ........................................................ 13
2.1.6 Screen Shale Shaker ........................................................... 14
2.1.7Standart Pengkodean Screen ............................................... 16
2.2 Sand Trap ..................................................................................... 18
2.3 Degasser ....................................................................................... 18
2.4 Desander ...................................................................................... 19
2.5 Desilter......................................................................................... 21
2.4 Mud Cleaner ................................................................................ 22
2.4 Operation Presure ........................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Rekomendasi Operation Pressure ................................................. 24

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Diagram Alir Perencanaan Solid Control Equipment ................ 6

Gambar 2.1 Layout Peralatan ......................................................................... 8

Gambar 2.2 Shale Shaker ............................................................................... 9

Gambar 2.3 Screen Motion ............................................................................ 12

Gambar 2.4 Plain Dutch Weave ..................................................................... 14

Gambar 2.5 Plain Square Weave ................................................................... 15

Gambar 2.6 Rectangular Opening .................................................................. 15

Gambar 2.7 Twilled Square Weav ................................................................. 15

Gambar 2.8 Standart Penyaringan Screen ...................................................... 17

Gambar 2.9 Degasser ..................................................................................... 19

Gambar 2.10 Desander ................................................................................... 20

Gambar 2.11 Desilter ..................................................................................... 22

Gambar 2.12 Mud Cleaner ............................................................................. 23

v
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Balakang

Tujuan utama dari operasi pemboran adalah membuat lubang untuk

menghubungkan permukaan dengan reservoir secara effisien dan aman serta dapat

digunakan. Beberapa aspek yang perlu dijadikan pertimbangan dalam

perencanaan program pemboran adalah safety (keamanan), biaya yang minimum,

dan useable hole. Salah satu komponen yang penting dalam proses pemboran

adalah solid control equipment yang berfungsi menjaga circulation system tetap

berjalan dengan baik.

Dalam merencanakan solid control equipment perlu diperhatikan adalah

karakteristik formasi yang ditembus, jenis lumpur yang digunakan, partikel ikutan

yang di bawa oleh lumpur pemboran (cutting), dan ukuran cutting yang dibawa

oleh lumpur. Dalam pekerjaan pemboran, pengaruh karakteristik, kondisi formasi,

jenis dan karakteristik lumpur pemboran terhadap perencanaan solid control

equipment merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai suatu

keberhasilan dan kelancaran dalam sistem sirkulasi. Oleh karena itu, identifikasi

formasi yang akan ditembus, terutama yang berkaitan dengan karakteristik batuan

maupun fluida reservoir dan kondisi reservoir bawah permukaan harus diketahui.

Dalam hal ini peralatan pengkondisian lumpur yang sesuai dapat mencegah

gangguan-gangguan yang timbul dalam sistem sirkulasi, yang nantinya dapat

mengganggu jalannya operasi pemboran.

1
Di dalam perencanaan solid control equipment mempertimbangkan faktor-

faktor meliputi jenis batuan formasi, ukuran cutting, jenis cutting, jenis dan

karakteristik lumpur yang digunakan dan faktor lainnya. Pada penggunaan lumpur

berjenis oil base mud desain peralatan yang digunakan akan berbeda dengan

lumpur yang berjenis water base mud, begitu juga dengan ukuran cutting dan

partikel yang dibawa oleh lumpur akan mempangaruhi desain dari solid control

equipment. Desain solid control equipment yang baik dapat mebersihkan partikel

partikel yang dibawa oleh lumpur dengan baik. Jika masih terdapat partikel

partikel ikutan di dalam lumpur dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem

sirkulasi, kerusakan bisa terjadi di pompa, drill string, dan peraltan lainnya.

Sehingga di sini permasalahan yang harus dipelajari dan diketahui adalah

pengaruh karakteristik batuan, kondisi formasi, jenis dan karakteristik lumpur

pemboran yang digunakan berkaitan dengan perencanaan lumpur pemboran yang

sesuai.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana pengaruh karakteriktik batuan, kondisi formasi yang ditembus dan

jenis lumpur yang digunakan terhadap perencanaan solid control equipment yang

akan digunakan pada kegiatan pemboran sumur x lapangan y?

1.3. Maksud dan Tujuan

Penulisan Skripsi merupakan kegiatan program kurikuler yang menjadi

tugas dan kewajiban setiap mahasiswa Diploma IV semua program studi di STEM

Akamigas. Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk:

2
- Merencanakan solid control equipment yang akan digunakan dalam operasi

pemboran di suatu lapangan dengan memperhatikan karakteristik batuan

yang akan ditembus dan jenis lumpur yang digunakan.

- Memilih dan menentukan solid control equipment yang sesuai dengan

kondisi formasi yang akan ditembus dengan tujuan pencapaian keselamatan

kerja, kecepatan pemboran yang optimum, efisiensi, dan optimasi biaya

operasi.

1.4. Manfaat

Manfaat yang bisa diperoleh dalam penulisan Skripsi ini antara lain:

- Sebagai tambahan referensi atau bahan untuk menambah wawasan dan

pemikiran bagi penulis khususnya mengenai pengaruh karakteristik formasi

dan jenis lumpur terhadap perencanaan solid control equipment.

- Dapat menjadi bahan masukan bagi pihak perusahaan untuk menentukan

kebijakan perusahaan di masa yang akan datang khususnya dalam

penentuan solid control equipment yang digunakan untuk mengebor suatu

sumur.

- Diharapkan melalui penelitian ini dapat menjadi kontribusi pemikiran bagi

perkembangan industri minyak dan gas bumi di Indonesia.

1.5. Batasan Masalah

Pada penulisan Skripsi ini, penulis berencana hanya akan membahas tentang

perencanaan solid control equipment pada pemboran suatu sumur meliputi

penentuan peralatan yang digunakan, pemilihan ukuran serta perhitungannya.

3
1.6 Metodologi Penelitian

Berikut ini uraian metode yang digunakan oleh penulis dalam melakukan

penelitian:

- Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah karakteristik batuan dari formasi yang

akan ditembus pada saat pemboran, jenis dan karakteristik dari lumpur yang

akan digunakan.

- Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah ukuran screen setiap peralatan solid

control, type dari setiap peraltan yang digunakan, dan jumlah peralatan yang

digunakan untuk perencanaan solid control equipment beserta

perhitungannya.

- Tahapan Penelitian

Berikut ini tahapan-tahapan yang akan digunakan penulis selama melakukan

penelitian:

1. Studi pustaka

2. Penentuan jenis formasi batuan

3. Analisis karakteristik formasi batuan

4. Penentuan jenis dan karakteristik lumpur

5. Analisa cutting dari hasil pemboran offset well

6. Penentuan ukuran screen, jumlah dan type peralatan yang sesuai

7. Analisa kandungan cutting dalam lumpur

8. Analisis data hasil pengujian

4
9. Hipotesis teruji

10. Penelitian selesai.

- Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan untuk melakukan penelitian meliputi:

1. Data geologi daerah penelitian

2. Data formasi dan litologi batuan offset well

3. Penjelasan karakteristik formasi batuan offset well

4. Data properties, material dan hidrolika lumpur offset well

5. Data pemboran sumur dan trajectory

6. Data drill string, bottom hole assembly, dan drill bit.

7. Data cutting offset well

8. Prediksi dan laporan drilling problem and hazard offset well

5
Gambar 1.1 Diagram Alir Perencanaan Solid Control Equipment

- Pengolahan Data

Data akan dianalisis dan diolah dalam bentuk tabel maupun grafik dengan

menggunakan microsoftexcel. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara parameter dalam perencanaan solid control equipment dengan

karakteristik formasi batuan dan lumpur serta untuk memudahkan dalam

6
penentuan dan pemilihan ukuran screen, jumlah dan type yang sesuai, baik

dari segi teknis maupun ekonomis.

- Penyajian Data

Data yang sudah diolah, disajikan dalam bentuk hasil perhitungan, tabel

serta grafik yang dijadikan dasar dalam melakukan perencanaan solid

control equipment berdasarkan analisis karakteristik batuan, kondisi formasi

yang ditembus dan jenis maupun karakteristik lumpur yang digunakan.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini disusun dengan

uraian bagian sebagai berikut:

Pendahuluan, sebagai penyampaian latar belakang pemilihan judul,

rumusan masalah, maksud dan tujuan, manfaat, batasan masalah,

metodologi dan sistematika penulisan.

Tinjauan Pustaka, meliputi landasan teori yang membahas materi teknis,

fungsi, jenis, maupun dasar perhitungan.

Penutup, yaitu akhir dari penulisan yang akan memuat daftar pustaka

sebagai referensi serta lampiran pendukung.

7
II. DASAR TEORI

Alat pengkondisi terletak diatas tangki lumpur dan didekat rig, alat ini

merupakan perlengkapan khusus yang berguna untuk mengkondisikan lumpur

agar sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan.

Macam-macam alat pengkondisi lumpur diantaranya yaitu :

- Shale Shaker.

- Sand Trap

- Degasser.

- Desander.

- Desilter.

Gambar 2.1 Layout Peralatan

8
2.1 Shale Shaker

Shale shaker merupakan salah satu peralatan solid control yang pertama

digunakan dalam penyaringan padatan atau pemisahan serbuk bor (cutting) dari

lumpur pemboran yang berukuran lebih besar dari lubang ayakan (screen) akan

terbuang sedangkan yang lebih kecil dari ayakan akan terikut lumpur masuk

kedalam tangki.

Jenis dan bentuk dari shale shaker ini sendiri memiliki banyak jenis yang

dibuat dan dipakai dalam operasi pemboran, mulai yang berbentuk ayakan segi

empat dengan bujur sangkar yang paling banyak dipakai, dan ayakan berbentuk

lingkaran, dengan padatan terbuang melalui lubang di tengah ayakan, pemilihan

screen pada shale shaker perlu diperhatikan dan diusahakan harus semaksimal

mungkin dalam proses penyaringan cutting terhadap lumpur pemboran.

Gambar 2.2 Shale Shaker

9
2.1.1 Saran Umum Operasi

1. Jumlah shale shaker yang dipakai tergantung dengan kapasitas volume

dari lumpur yang dipompakan maupun solid yang digunakan pada saat

proses pemboran berlangsung, usahakan siapkan shale shaker cadangan.

2. Pakai bantalan saringan yang baik, sesuai dengan yang disarankan pabrik,

kekerasan dari karet serta keeratannya memiliki pengaruh terhadap

kedudukan dan umur screen tersebut.

3. Tegangan dari screen diatur mengikuti saran pabrik, karena bila tidak akan

dapan menurunkan umur dari screen

4. Ukuran dari screen yang digunakan dianggap telah sesuai apabila dapat

mengover 75% - 80% dari total aliran waktu bekerja , dan pada multiple

deck kita dapat mengkombinasikan ukuran screen yang berbeda, tetapi bila

kita menggunakan single deck ukuran dari screen yang digunakan haruslah

sama.

5. Kita perlu memperhatikan kebersihan dari screen karena pada waktu

tripping bisa saja screen buntu, maka dari itu pada saat sirkulasi berhenti

screen harus dibersihkan.

2.1.2 Basket Assembly

Basket Assmbly merupakan vibrating assembly tempat dudukan deck

saringan dipasang dimana ia digetarkan untuk menyaring lumpur agar padatan

terbuang. Basket ini didudukan pada pengisolir getaran seperti perlingkar atau

karet.

10
Macam-macam konstruksi bentuk basket yaitu :

- Fixed Horizontal Basket terdiri dari 3 macam type yaitu single deck single

screen, single deck double screen dan double deck double screen. Jenis basket

ini terpasang permanen mendatar.

- Fixed Sloping Basket terdiri dari 2 macam type yaitu single deck single sreen,

single triple screen. Jenis ini terpasang permanen dengan posisi miring.

- Adjustable Position Basket jenis ini posisi kemiringan dapat diatur

menyesuaikan kombonasi flowrate serta kekentalan cairan dan jumlah cutting

yang tersaring agar penyaringan terlaksana optimal.

2.1.3 Mud Box dan Skid Assembly

Mud Box merupakan suatu bak yang berfungsi untuk menerima aliran dari

sumur dan mengalirkan serta meratakan ke permukaan saringan

Sedangkan Skid Assembly merupakan bagian-bagian pengisolir getaran

duduk pada suatu kontruksi pendukung yang sekaligus juga dipakai untuk

mengatur arah aliran yang diinginkan dan juga merupakan tempat kedudukan

pengisolir getaran.

2.1.4 Screen Motion

Gerakkan screen mengontrol kemampuan ketajaman penyaringan,

kecepatan gerakkan dari cutting, kapasitas pemisahan padatan dan kapasitas fluida

yang dapat disaring. Bentuk dan arah axial dari gerakkan vibrator sepanjang deck

tergantung dari posisi relatif vibrator di deck dan arah putaran dari vibrator. Ada

beberapa 3 jenis pemasangan vibrator yaitu :

11
- Dipasang ditengah dekat dengan screen, dengan pesangan vibrator

tersebut akan menimbulkan gerakkan melingkar. Kecepatan gerak

cutting pada deck horizontal tergantung arah putaran, frekuensi vibrator

dan amplitudo motion. Pemasanga vibrator jenis ini dapat dilihat pada

gambar A.

- Dipasang ditengan diatas deck, akan menimbulkan gerakkan elep

dikedua ujung shaker dan gerakkan melingkar ditengah shaker.

Kecepatan gerak cutting tergantung axis dari elips, kemiringan screen

dan arah putaran. Pemasanga vibrator jenis ini dapat dilihat pada gambar

B.

- Dipasang diatas deck tetapi agak kedepan dari titik tengah, dengan

pemasangan jenis ini akan menimbulkan gerakkan lurus, kecepatan

gerak cutting tergantung pada kemiringan gerakkan axis, kemiringan

screen dan frequensi vibrator. Pemasanga vibrator jenis ini dapat dilihat

pada gambar C.

Gambar 2.3 Screen Motion

12
Conventional shale shaker mempunyai vibrator dengan G force kurang

dari 3 dan untuk shale shaker dengan screen halus nilai G force antara 4 sampai 6.

Untuk jenis shale shaker yang modern dengan screen 210 mesh sampai 325 mesh

nilai G force vibratornya 7 sampai 7,3.

2.1.5 Capasity Shale Shaker

Shale shaker sendiri memiliki kapasitas dalam pengoperasiannya, bila

kapasitas dari shale shaker ini terpenuhi tidak menutup kemungkinan maka

lumpur akan terbuang bersama dengan cutting (overshaker), kapasitas ini sendiri

dirasa sudah memadahi bila screen tidak dalam kondisi buntu dan ukuran dari

screen itu sendiri telah sesuai dengan ukuran dari cutting yang akan dipisahkan

dari lumpur pemboran.

Disini kapasitas dari shale shaker dapat dilihat dari:

1. Solid capacity limit, dimana ini merupakan batas maksimum dari ukuran

solid yang dapat diambil atau dipisahkan, biasanya solid capacity ini

ditemui bila proses pemboran melalui lapisan yang lunak sehingga cutting

yang terangkat ke permukaan semakin banyak.

2. Liquid limit, ini merupakan pengaruh dari batas maksimum GPM berbagai

macam lupur yang dapat disaring tetapi tidak sampai tumpah (overshaker),

screen yang digunakan biasanya berukuran kecil yang bisa dipakai pada

saat sirkulasi tertentu, dan bila pada saat penggunaan lumpur HIVIS maka

lumpur yang digunakan ini akan tumpah (overshaker).

13
2.1.6 Screen Shale Shaker

Screen dari shale shaker ini sendiri memiliki berbagai macam bentuk dan

ukuran tergantung dari design shale shaker, properties lumpur yang digunakan

maupun banyaknya lumpur yang digunakan, karena bila pemilihan dari screen ini

tidak sesuai maka akan mengakibatkan terbuangnya lumpur bor dengan percuma.

Macam macam bentuk screen shale shaker :

Plain square weave

Rectangular opening

Plain dutch weave

Twiled square weave

Gambar 2.4 Plain Dutch Weave

14
Gambar 2.5 Plain Square Weave

Gambar 2.6 Rectangular Opening

Gambar 2.7 Twilled Square Weave

15
Dari ke 4 macam tersebut yang sering digunakan adalah square mesh dan

rectangular. Untuk menyaring aliran langsung dengan partikel-partikel yang sama

menggunakan square mesh. Rectangulae mesh untuk pembukaan yang besar,

gunanya untuk mencegah kebuntuan oleh material cutting dan lain-lain yang

besar. Macam-macam screen dalam dilihat pada gambar 6. Untuk pemilhan screen

yang akan digunakan tergantung dari shaker design, mud properties, debit pompa

(flow rate).

Untuk ukuran saringan 30 mesh sampai dengan 40 mesh adalah standard

shale shaker conventional, sedangkan 80 mesh sampai dengan 120 mesh

merupakan jenis shale shaker baru untuk pemboran yang dalam dan ROP rendah

dengan drilled solid yang tersaring terbuang berukuran 95 micron atau lebih.

Derrick equipment Co memberikan 2 jenis screen untuk pengendali drilled

solid 74 micron lebih atau 40 micron lebih yaitu sandwich screen yang halus 2

lapis untuk menghindari kebuntuan oleh cutting seperti yang terjadi pada

conventional screen, sedangkan pyramid screen dan pyramid plus screen

merupakan screen berseign bergelombang sehingga mapu meningkatkan kapasitas

penyaringan sampai 150 %.

2.1.7 Standart Pengkodean Screen

Didalam pengkodean ukuran screen menurut API menganjurkan

pengkodean daftar pada screen yang meliputi, ukuran lubang screen dan

persentase open area

16
Pengkodean API adalah sebagai berikut :

80 x 80 ( 178 x 178, 31,4 )


Square Nominal
178 micron pada kedua sisi
Open area

Api juga telah menentukan Standart pengukuran micron untuk

mempermudah pemilihan screen agar dapat mengetahui kemampuan penyaringan

dari screen itu sendiri contohnya :

API 100 137.5 165.0 micron

Yang berarti screen API 100 dapat menyaring partikel dengan ukuran

137.5 hingga 165.0 micron, berikut adalah kemampuan screen oleh API :

Gambar 2.8 Standart Penyaringan Screen

17
2.2 Sand Trap

Sand trap merupakan bejana yang berbentuk tirus kebawah dan

dibawahnya memiliki valve pembuang padatan (solid discharge valve) yang dapat

dibuka dan ditutup cepat , valve ini dibuat agar pasir dapat dibuang cepat tanpa

membuang mud dan bersih dengan sendirinya ukuran dari valve ini 12 atau lebih

Sand trap merupakan bagian tangki pertama yang dilewati oleh lumpur

pemboran dan berfungsi untuk membuang padatan yang mengendap setelah

lumpur keluar dari shale shaker atau mud gas separator. Tangki ini berukuran

kecil dan kemiringan dinding adalah 45o atau lebih kecil. Perangkap pasir ini

sangat membantu mengendapkan partikel besar, apabila ada kebocoran pada shale

shaker yang bocor agar partikel besar tidak masuk ke sistem sirkulasi lainnya.

2.3 Degasser

Degasser adalah alat yang berguna untuk memisahkan gas yang terlarut

dalam lumpur pemboran. Dalam memisahkan gas alat ini bekerja terus menerus.

Gas harus dipisahkan dari lumpur karena gas bisa menimbulkan permasalahan

seperti :

Menurunkan berat jenis lumpur.

Merendahkan effisiensi pompa

Merendahkan tekanan hydrostatis lumpur.

Memperbanyak isi tangki

Menimbulkan kebakaran

18
Jika tidak dipisahkan dalam kondisi yang tidak diinginkan, gas gas yang

berjumlah besar akan memasuki sumur bor, maka bisa menimbulkan terjadi kick

dan dapat mengakibatkan semburan liar (Blowout)

Gambar 2.9 Degasser

2.4 Desander

Desander merupakan alat yang berguna untuk memisahkan pasir yang

berada dalam lumpur pemboran, alat ini terdiri dari beberapa buah cilinder yang

berbentuk kerucut yang disebut hydrocyclone. Biasanya desander itu sendiri

terdiri dari 2 hingga 3 cone Cairan pengeboran dipaksakan lewat hydrocyclone

yang mana padatan yang berat akan terlempar ke dinding cyclone dikarenakan

gaya sentrifugal dan keluar melalui underflow discharge.

Hydroclone sendiri sangat penting sekali dalam usaha pemisahan antara

padatan dengan lumpur pemboran, karena bila hydrocyclone ini tidak dapat

19
bekerja dengan optimal maka padatan masih akan terikut didalam lumpur

pemboran.

Gambar 2.10 Desander

Ukuran partikel solid hasil dari pemboran yang terbawa ke permukaan

pada saat proses sirkulasi berlangsung, mempunyai bermacam macam ukuran

mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.

Ukuran solid partikel dipengaruhi banyak faktor, tetapi ada beberapa faktor utama

yang memperngaruhi factor tersebut adalah :

1. Tipe formasi yang sedang di bor

2. Tipe bor yang sedang dipakai.

3. Kecepatan laju penembusan (Rate of penetration)

Bila saat proses pengeboran kita melewati formasi yang lunak biasanya

ukuran solid yang terikut ke permukaan akan berukuran lebih besar dan berjumlah

banyak, pada formasi yang lunak ini biasanya laju pemboran akan lebih cepat

20
sehingga peralatan solid control di permukaan harus mampu mengkondisikan

lumpur pemboran agar solid yang terbawa akan dapat dipisahkan secara

maksimal, dan bila pembersihan solid kurang baik akan mengakibatkan rusaknya

sifat lumpur pemboran, yang berakibat harus menggunakan lumpur baru untuk

proses pengeboran selanjutnya.

Pada awalnya hydrocyclone dibuat untuk memisahkan partikel pada 74

micron atau lebih yang disebut desander, ukuran cyclone itu sendiri antara 4 inch

30 inch dan yang umum di pakai pada desander adalah cyclone berukuran antara

4 inch 12 inch. Dalam perkembangan selanjutnya hydrocyclone digunakan pada

header unit yang mampu memproses debit untuk membersihkan lumpur dari solid

secara penuh, unit ini disebut desilter. Dengan perkembangan pada unit

hydroclone ini ada beberapa keuntungan antara lain :

Umur bit dapat lebih panjang.

Pengurangan biaya perbaikan pompa.

Kecepatan laju pemboran bertambah besar.

Biaya pemeliharaan rendah karena cutting tidak terikut dengan lumpur.

2.5 Desilter

Desilter merupakan salah satu peralatan solid control yang berfungsi untuk

memisahkan lumpur pemboran dari solid solid yang berukuran silt, prinsip kerja

dari desilter sendiri hampir sama dengan prinsip kerja dari desander, , Desilter

sendiri terdiri dari beberapa cone digunakan untuk memisahkan solid berukuran

silt dengqan lumpur pemboran cara kerja dari desilter sendiri hampir menyerupai

cara kerja dari desander yaitu dengan memasukkan fluida pemboran dengan

21
tekanan tinggi melalui silinder dengan bagian-bagian yang berat dikeluarkan oleh

tenaga sentrifugal dan dikeluarkan melalui silinder.

keefektipan dalam memisahkan solid yang sangat halus ini dapat

mengurangi keausan pada peralatan peralatan yang nantinya akan dilewati oleh

lumpur pemboran. Sehingga usia pakai peralatan tersebut menjadi lebih lama,

selain dapat mengurangi keausan peralatan sirkulasi, pemisahaan ini akan

menjaga berat jenis dari lumpur.

Gambar 2.11 Desilter

2.6 Mud Cleaner

Mud cleaner adalah sistem solid control yang terakhir yang merupakan

kombinasi dari peralatan peralatan solid control sebelumnya yaitu, shale shaker,

desander dan desilter , sehingga mud cleaner sendiri dipergunakan untuk

memisahkan lumpur dari partikel partikel yang lebih halus lagi dengan

22
menggunakan screen dari shale shaker yang mampu menyaring solid yang

terbawa berukuran 44 150 mikron.

Gambar 2.12 Mud Cleaner

2.7 Operation Pressure

Operation pressure merupakan tekanan yang didapat pada saat peralatan

sedang beroperasi, tekanan ini dapat dilihat pada pressure gauge pada peralatan

peralatan tersebut, selain itu kita dapat menentukan operation pressure melalui

perhitungan seperti.


Operation Pressure = ( )( )
2.309 8.33

Dimana :

23

Specific Gravity =( 8.33
)

Feet of head = merupakan panjang aliran , ft

1 psi = 2.309 feet of head

Operation pressure ini biasanya digunakan untuk mengevaluasi tekanan

yang didapat pada peralatan seperti desander dan desilter, kita juga bisa

mendapatkan operation pressure ini dengan cara mengkalikan 4 x mud weight

yang digunakan.

Pada dasarnya telah ada rekomendasi tekanan untuk operation pressure

pada desander dan desilter yaitu :

Mud Weight (PPG) Specific Gravity Operating Pressure (Psi)

8.33 1.00 32

9.00 1.08 35

10.00 1.20 39

11.00 1.32 43

12.00 1.44 47

13.00 1.56 51

14.00 1.68 54

15.00 1.80 58

16.00 1.92 62

17.00 2.04 66

Tabel 2.1 Rekomendasi Operation Pressure

24
Dengan mengetahui rekomendasi dari operation pressure ini sendiri

maka kita akan dapat mengetahui apabila ada kerusakan pada peralatan

peralatan solid control seperti desander dan desilter.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Adam, Neil, J,. 1985 : Drilling Engineering, A Complete Well Planing

Approach, Tulsa, Oklahoma

2. Lapeyrouse, Norton, J,. Formulas and Calculation for Drilling, Production

and Work Over

3. Tim Drilling,. Solid Control Pelatihan Advanced Drilling Program

Pertamina Drilling Services Indonesia

4. MIswaco,. Drilling fluid manual engineering drilling

26

Anda mungkin juga menyukai