sumber tegangan untuk alat-alat listrik dan elektronik rumah tangga dan
juga kantor.
Perhitungan Trafo
Trafo yang tersusun dari kumparan primer, kumparan sekunder, dan inti
besi bekerja berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday dimana
arus listrik berubah menjadi medan magnet dan sebaliknya medan
magnet berubah menjadi arus listrik. Apabila salah satu kumparan pada
transformator diberi arus bolak-balik (AC) maka medan magnet akan
berubah dan menimbulkan induksi pada kumparan sisi yang lain.
Perubahan medan magnet tersebut akan mengakibatkan perbedaan
potensial (tegangan).
Np / Ns = Vp / Vs = Is / Ip
Keterangan :
Pp = Ps
Vp x Ip = Vs x Is
Contoh 1
Jika sebuah trafo memiliki kumparan primer (Np) 2200, tegangan input
(Vp) 220V, dan tegangan output sekunder (Vs) yang diinginkan adalah
10V, maka jumlah kumparan sekunder adalah......
Np / Ns = Vp / Vs
2200 / Ns = 220 / 10
Ns = 2200 / 22
Ns = 100
Contoh 2
Jika sebuah trafo memiliki kumparan primer (Np) 2000 dan kumparan
sekunder (Ns) 500, berapakah arus primer dan arus sekunder jika
digunakan untuk menyalakan sebuah pemanas 25 Volt 50 Watt.
Pp = Ps
Vp x Ip = Vs x Is
Is = Ps / Vs
Is = 50 / 25
Is = 2
Np / Ns = Is / Ip
Np / Ns = (Ps / Vs) / Ip
4 = 2 / Ip
Ip = 2 / 4
Ip = 0.5
atau
Np / Ns = Is / Ip
2000 / 500 = 2 / Ip
4 = 2 / Ip
Ip = 2 /4
Ip = 0.5
Catatan:
Berbagai sumber
Trafo yang tersusun dari kumparan primer, kumparan sekunder, dan inti
besi bekerja berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday dimana
arus listrik berubah menjadi medan magnet dan sebaliknya medan
magnet berubah menjadi arus listrik. Apabila salah satu kumparan pada
transformator diberi arus bolak-balik (AC) maka medan magnet akan
berubah dan menimbulkan induksi pada kumparan sisi yang lain.
Perubahan medan magnet tersebut akan mengakibatkan perbedaan
potensial (tegangan).
Berikut adalah beberapa rumus dasar untuk menentukan jumlah
kumparan primer dan kumparan sekunder agar menghasilkan tegangan
output rendah dengan arus besar.
Np / Ns = Vp / Vs = Is / Ip
Keterangan :
Np = Jumlah kumparan primer
Ns = Jumlah kumparan sekunder
Vp = Tegangan input primer (Volt)
Vs = Tegangan output sekunder (Volt)
Ip = Arus input primer (Ampere)
Is = Arus output sekunder (Ampere)
Dari rumus di atas, arus berbanding terbalik dengan kumparan dan
tegangan.
Pp = Ps
Vp x Ip = Vs x Is
Pp = Daya Primer (Watt)
Ps = Daya Sekunder (Watt)
Vp = Tegangan Primer (Volt)
Vs = Tegangan Sekunder (Volt)
Ip = Arus Sekunder (Ampere)
Is = Arus Sekunder (Ampere)
Contoh 1
Jika sebuah trafo memiliki kumparan primer (Np) 2200, tegangan input
(Vp) 220V, dan tegangan output sekunder (Vs) yang diinginkan adalah
10V, maka jumlah kumparan sekunder adalah......
Np / Ns = Vp / Vs
2200 / Ns = 220 / 10
Ns = 2200 / (220 /10 )
Ns = 2200 / 22
Ns = 100
Jadi untuk menghasilkan tegangan output (Vs) sekunder 10V, kumparan
sekunder (Ns) harus 100 lilitan
Contoh 2
Jika sebuah trafo memiliki kumparan primer (Np) 2000 dan kumparan
sekunder (Ns) 500, berapakah arus primer dan arus sekunder jika
digunakan untuk menyalakan sebuah pemanas 25 Volt 50 Watt.
Pp = Ps
Vp x Ip = Vs x Is
Is = Ps / Vs
Is = 50 / 25
Is = 2
Jadi arus sekunder (Is) trafo tersebut adalah 1 Ampere
Np / Ns = Is / Ip
Np / Ns = (Ps / Vs) / Ip
2000 / 500 = (50 / 25) / Ip
4 = 2 / Ip
Ip = 2 / 4
Ip = 0.5
atau
Np / Ns = Is / Ip
2000 / 500 = 2 / Ip
4 = 2 / Ip
Ip = 2 /4
Ip = 0.5
Jadi Arus Primer (Ip) adalah 0.5 Ampere
Catatan:
Tegangan primer dan tegangan sekunder trafo adalah tegangan bolah-
balik (AC).
Untuk memahami bagaimana pola tegangan listrik sebagagi fungsi waktu pada
rangkain di atas bisa anda lihat gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2,
Bentuk gelombang listrik fungsi waktu dari sebuah penyearah gelombang penuh
dengan beban RL
Pola tegangan listrik seperti pada gambar 2 di atas tentunya hanya bisa dilihat
dengan osiloskop, dan jika menggunakan multimeter yang akan terukur adalah
Vdcmin.
Vr = 0.5 x I x T / C.............................................Persamaan 1
Dimana :
Vr = tegangan ripple dalam volt
I = arus dalam ampere
T = periode dalam detik, untuk Indonesia dengan F_PLN = 50Hz, maka T = 20
mS/0.02 S
C = nilai kapasitor penyearah dalam farad
Untuk memahami pemakaian formula tsb, kita akan coba membahas sebuah
contoh berikut
Sebuah rangkaian catu daya memiliki, tegangan sekunder trafo Vac =15V,
menyerahkan tegangan dengan diode bridge dan kapasitor
C= 1000uF, diberi beban RL = 1 kohm
Berapakah nilai tegangan keluaran yang terukur Vdcmin dan juga tegangan
ripplenya Vr
Jawab :
Tegangan dari trafo akan dikonversikan oleh diode bridge dan juga kapasitor
menjadi tegangan searah dengan nilai
Vdcmax = Vac x 1.4142 - 1.2V (----> 1.2V adalah tegangan drop pada diode
bridge)
= 15 x 1.4142 - 1.2
= 20.013 volt
Dalam aplikasi yang sesungguhnya nilai yang akan didapat bisa jadi akan lebih
kecil dari hasil perhitungan tsb, karena perhitungan tsb dilakukan dengan
menganggap bahwa trafo yang digunakan adalah ideal dengan load regulation =
0%
Jika ada memesan trafo dari saya, anda tidak perlu lagi memperhitungkan load
regulation karena trafo saya sudah dibuat dengan memperhitungkan drop
tegangan ketika bekerja pada beban penuh.
Dalam sebuah penguat Kelas B Komplementer, ketika tidak ada sinyal yang masuk
pada input amplifier maka tegangan keluaran pada output akan berada pada nilai
nol terhadap ground. Ketika amplifier ini diberi sinyal maka tegangan output
akan bergerak naik menuju Vpos, nilai maksimum atau Vpeak nya adalah pada
suatu nilai tertentu yang mendekati Vpos, selanjutnya setelah mencapai Vpeak(+)
maka sinyal akan turun mendekati tegangan negatif Vneg sampai pada sebuah
nilai yang kita sebut Vpeak(-).
Begitulah seterusnya hal ini akan terjadi. Untuk membantu memahami penjelasan
ini, anda bisa lihat gambar3 di bawah ini
Gambar 3
Selisih antara Vpos dan Vpeak(+) maupun juga selisih antara Vneg dan Vpeak(-)
setelah dikurangi tegangan ripple Vr adalah tegangan saturasi positif dan
negatif atau kita sebut Vsat(+) dan Vsat(-) dalam realitanya Vsat(+) dengan
Vsat(-) ini bisa sama ataupun berbeda, akan tetapi dalam perhitungan kalkulasi
daya harus dianggap sama dan mengacu pada nilai Vsat yang lebih besar. Pada
data sheet LM3886 nilai Vsat ini disebut sebagai output drop Voltage dan
besarnya adalah 3V.
Langkah2 yang harus dilakukan sebelum melakukan perhitungan daya adalah kita
harus menentukan kondisi sbb :
1. Berapa watt daya yang diinginkan (Po)
2. Berapa ohm impedansi speaker yang akan terhubung pada penguat ini (RL)
3. Berapa besar Vsat, dengan melihat data sheet atau mengukur sendiri
4. Berapa besar Nilai kapasitor C pada power supply yang ingin digunakan
5. Berapa besar nilai arus bias.
Tentunya juga daya maksimum yang ingin dikeluarakan tidak boleh melebihi batas
kemampuan dari amplfier yang bersangkutan, dalam kasus LM3886 daya keluaran
maksimumnya adalah 68 watt pada impedansi speaker 4 ohm.
Setelah kita menemukan daya keluaran yang diinginkan ( disebut Po) dan juga
impedansi speaker (disebut RL), kita bisa menghitung daya keluaran RMS dari
penguat dengan formula sbb
2. Menghitung Vpeak
Setelah V_RMS didapat kita harus menghitung Vpeak dengan bantuan formula
berikut :
Arus IL ini adalah arus yang harus disediakan oleh trafo daya, jika penguat anda
bekerja dalam Kelas AB maka nilai IL ini harus ditambah dengan arus bias pada
operasi Kelas AB yang bersangkutan.
Tegangan Trafo yang diperlukan adalah Vsupply dibagi dengan 1.4142, dengan
rumus dapat ditulis sbb :
Setelah melewati 6 langkah di atas maka anda sudah bisa mengetahui kapasitas
trafo yang anda perlukan yaitu sebuah trafo dengan sekunder Vac-0-Vac dengan
rating arus sama dengan IL.
Jika anda ingin menggunakan Speaker Protector atau preamp dalam satu casing
dengan amplifier ini anda harus menambahkan gulungan sekunder lain untuk
keperluan ini
Program Kalkulasi
Semoga tulisan ini bisa membantu anda untuk menghitung dengan cepat dan
akurat akan kebutuhan daya sebuah penguat Kelas B/AB sehingga bisa
menentukan trafo yang cocok dengan kebutuhan anda.
Contoh Aplikasi
Berikut saya akan memberikan sebuah contoh aplikasi untuk agar anda bisa
memahami lebih jelas pemakaian metode perhitungan yang telah saya uraikan di
atas.
Dari perhitungan di atas maka trafo yang diperlukan adalah trafo dengan
sekunder 24.8V-0-24.8V dengan rating arus 2.585A
Seperti pada gambar 4 di bawah ini
Gambar 4
Hasil perhitungan contoh aplikasi
Dalam menyediakan trafo tentunya ada tidak perlu memesan dengan trafo
dengan nilai persis seperti di atas tapi bisa dilakukan pendekatan sehingga trafo
yang disediakan bisa menjadi 25V-0-25V, 2.6A.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa hasil perhitungan ini adalah
untuk satu kanal amplifier atau mono, jika penguat yang hendak anda buat adalah
stereo tentunya anda harus menyediakan trafo yang rating arusnya adalah dua
kali hasil perhitungan di atas namun dengan tegangan yang sama, atau bisa juga
menyediakan dua buah trafo terpisah untuk masing2 kanal.
Semoga tulisan ini bisa membantu anda untuk menghitung dengan cepat dan
akurat akan kebutuhan daya sebuah penguat Kelas B/AB sehingga bisa
menentukan trafo yang cocok dengan kebutuhan anda.
Lama pula tak menulis artikel tentang dunia kelistrikan. Bukan apa-apa, karena
memang belum cukup ilmu untuk menuliskannya. hehehe
Langsung saja,
Contoh : di GI (Gardu Induk) Jember memiliki sebuah Trafo Tenaga 3 phasa 150/20
kV – 60 MVA. Anda tahu maksudnya?
60 MVA = Daya.
Perlu kita ketahui bahwa Daya disini masih dalam satuan MVA yang berarti Daya
Semu.
Baiklah mari berhitung. Berikut ialah formula untuk menghitung Daya Semu untuk
Trafo 3 phasa :
S = V x I x √3
dengan :
S : Daya semu
V : Tegangan
I : Arus
Dengan formula di atas dapat kita hitung nilai I (arus) nominal trafo pada sisi primer
dan sisi sekunder.
Is = 1732,1 A
Dengan mengetahui I nominal dari belitan trafo tersebut kita dapat memonitor beban
yang disupply oleh Trafo. Dari situ pula kita akan dapat menentukan berapa setting
Overload Relay yang insyaAllah akan kita bahas di tulisan berikutnya.
Jika diketahui daya listrik 3 phase sebesar 10500 watt, maka utk menghitung berapa
besar arus dri daya tsb dpt dilakukan dgn menggunakan persamaan sbg :
P = i . v . V3(akar 3)
i = P : v . V3
I = 10500 : 380 . 1,732
I = 15,953 A.
Maka dgn demikian kita bsa menggunakan MCB 3 phasa sebesar 16 ampere.
Kita langsung saja pada sistem yang dipakai PLN. Seperti pada gambar
tersebut, di dalam sistem JTR yang langsung ke perumahan, PLN
menggunakan tegangan antar phase 380V dan tegangan phase ke netral
sebesar 220V. Rumusnya seperti ini :
Instalasi listrik rumah akan disambungkan dengan salah satu kabel phase
dan netral, maka pelanggan menerima tegangan listrik 220V. Perhatikan
pada gambar dibawah ini :
Salam,
Rahmat:
September 28, 2012 at 7:16 am
Salam Kenal Mas…
Saya bekerja di salah satu kantor cabang, d mana daya yang terpasang
adalah 3 phase 380 V dan saat ini jaringan instalasi kami sedang
mengalami ganguan disalah satu fasenya mungkin disebabkan pembagian
fase tidak seimbang. yang ingin saya tanyakan:
1. Bagaimana mengecek kabel R S T, maaf saya masih awam mas?
2. Menghitung Dayanya?
Atas bantuannya saya haturkan terima kasih (mohon penjelasannya lewat
email saya aja mas)!
Reply
o
je mino:
November 12, 2012 at 9:54 pm
ikut koment ;
untuk mengecek/mengetahui kabel power R,S,T harus menggunakan
alat yang disebut RSTmeter.
untuk menghitung daya :
- 1ph adalah P= V x I x CosQ(phi)
- 3ph adalah P= V x I x V3 x CosQ(phi)
NOte :
CosQ adl Power Factor (0,8)
V3 (akar 3) = 1,73
semoga membantu.thanks
Reply
deim:
January 11, 2013 at 5:15 pm
kalau menentukan star atau delta gmna yaaa,
bingung nihh.
Reply
o
irwansyah:
March 29, 2013 at 9:33 am
1. R S T itu hanya menunjukkan arah rotasi phasa, dan sangat
berpengaruh jika bebannya adalah motor (jika salah arah putaran
motor akan terbalik). Namun kalau hanya untuk lampu atau beban
kantor biasa tidak akan berpengaruh.
2. Perhitungan daya: daya langganan dapat dilihat dari MCB PLN nya,
lalu hitung dengan rumus:
KVA=1.732 x 380 x I (ampere mcb)
Aktual daya terpakai:
Hitung daya tiap phasa nya dengan cara mengukur arus dan cos phi
tiap phasa, kemudian dihitung dengan persamaan
P1=220 x I x cos phi
lalu jumlahkan daya dari tiap phasa tersebut untuk mendapatkan aktual
daya terpakai.
Ptotal=P1+P2+P3
Reply
aziz:
September 30, 2012 at 6:35 pm
salam listrik jaya mas IRL
saya mau tanya berapa batas daya pada tegangan tinggi, tegangan
sedang, tegangan rendah…
makasih sebelum’a…
g: