Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sering kali pola pikir seseorang untuk mewujudkan mimpinya dalam melakukan wirausaha
kadang sering berubah. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang akan takut hal-hal yang
belum mereka coba, dimana pola pikir merupakan kepercayaan mengenai siapa kita dan apa
keahlian yang kita miliki dalam berwirausaha. Sehingga kita harus mengubah mindset kita
dengan cara melalui mempelajari tentang bagaimana harus mempunyai pola pikir terkait dengan
kewirausahaan. Perubahan pola pikir bahkan sering terjadi terhadap semua orang yang ingin
menjalan wirausahanya apakah pola pikirnya positif atau negative tergantung seseorang yang
menjalaninya. Maka dari itu pendidikan sangatlah perlu untuk mendapatkan pengetahuan dan
informasi mengenai mengubah pola pikir dan mindset seseorang dalam berwirausaha agar
memiliki pola pikir yang inovatif dan kreatif dalam mewujudkan mimpinya di dalam
kewirausahaan yang berhasil.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja keterkaitan antara wirausaha dengan pola pikirnya ?
2. Apakah pentingnya pola pikir kewirausahaan ?
3. Apa saja prinsip dasar pola berpikir kewirausahaan ?
4. Apa saja tahap berpikir kewirausahaan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui keterkaitan antara wirausaha dengan pola pikirnya
2. Mengetahui pentingnya pola pikir kewirausahaan
3. Mengetahui prinsip dasar pola berpikir kewirausahaan
4. Mengetahui apa saja tahap berpikir kewirausahaan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keterkaitan antara Wirausaha dan Pola Pikirnya

Berbicara tentang kewirausahaan, menurut penulis adalah berbicara tentang mindset (pola pikir)
dan method (sistem kerja, langkah, prosedur, tehnik). Tulisan kali akan membahas mengenai
pola pikir wirausaha yang dikembangkan dari pemikiran Neal Thornberry. Menurut Neal
Thornberry[1], Pola pikir wirausaha melibatkan 10 kualitas, sebagai berikut (yang akan coba
dikupas lebih dalam oleh penulis)

1. Memiliki Locus of Control internal

Locus of Control (lokus kendali) adalah istilah untuk menggambarkan bagaimana seseorang
berpikir tentang kendali hidupnya. Seseorang yang memiliki kendali eksternal, adalah mereka
yang merasa bahwa hidupnya dikendalikan oleh faktor-faktor diluar dirinya, seperti cuaca,
kebijakan pemerintah, keluarga, pacar, peraturan kantor dan lain-lain. Sehingga mereka hanya
punya sedikit sekali punya kontrol terhadap kehidupannya. Mereka cenderung pasrah, dan
mengikuti ‘kehendak’ di luar dirinya. Sebagai contoh “wah hujan nih, mau gimana lagi, sudah
pasti kita tidak bisa belajar dengan konsentrasi, habis hujan..” dan sebagainya. Intinya, hidup
mereka dikendalikan oleh daya-daya diluar dirinya, dan mereka meyakini bahwa tidak banyak
yang mampu dilakukan untuk mengatasinya. Sebaliknya kendali internal (internal locus of
control) adalah pemikiran bahwa kita adalah pusat kendali. Cuaca boleh hujan, namun kita tetap
punya kontrol penuh untuk membuat hati kita sedih/senang karena adanya hujan tersebut.
Seorang wirausaha, diyakini memiliki kendali internal tersebut. Mereka yakin bahwa dirinyalah
pusat kendali, bukan atasan, cuaca, kebijakan pemerintah dll.

2. Memiliki toleransi untuk ambiguitas

Beberapa ahli sering mengatakan bahwa salah satu blok kreativitas adalah keenganan untuk
berbeda, kemalasan untuk mencari yang tidak biasa dan ketidakbersediaan untuk bermain-main
dengan sesuatu yang menurut orang kebanyakan ganjil. Sebaliknya, seorang wirausaha memiliki
toleransi untuk berbuat berbeda dan melanggar hal-hal yang dianggap pakem. Sebagai contoh:
pakem yang umum buat mereka yang ingin membuka restoran adalah; bukalah di tempat yang
ramai. Namun demikian, saat ini sudah sangat banyak contohnya dimana restoran yang dibuka di
tempat terpencil (jauh diatas gunung, di pulau, di tengah sawah, dll) justru diserbu oleh
pelanggannya.

3. Kesediaan untuk mengaji orang yang lebih cerdas dari dirinya. Seorang wirausaha sejati
sangat mengenal dirinya, dan ia menyadari bahwa dirinya bukanlah dewa. Ia sangat sadar akan
kelebihan dan potensi, dan juga terkait hal-hal yang kurang dikuasainya. Oleh karena itu, mereka
selalu siap untuk berbagi pikiran dan wawasan, serta mengisi kekosongan-kekosongan dalam
usahanya. Sebagai contoh, beberapa orang mahasiswa yang membuka bisnis cuci motor, sangat
sadar akan keterbatasannya dengan cairan kimia sabun. Oleh karena itu, mereka ikhlas bekerja
sama dengan mahasiswa kimia/farmasi untuk menghasilkan formula sabun yang tidak panas
ditangan, wangi dan tahan lama bersihnya. Satu hal adalah bahwa, mereka tidak pernah takut
tersaingi. Sebaliknya, mereka sangat sadar bahwa sinergitas akan menghasilkan jauh lebih
banyak dari yang dapat dibayangkan. Sinergi bukanlah satu ditambah satu sama dengan dua,
namun satu ditambah satu bisa menjadi tiga, tujuh atau bahkan sebelas.

4. Konsistensi untuk selalu berkreativitas, membangun dan mengubah berbagai hal. Begitu
seseorang berkecimpung dalam dunia wirausaha, maka seyogianya ia harus siap berenang dalam
kreativitas. Hal ini sangat bisa dimaklumi,mengingat beberapa peluang bisnis, terutama yang
pintu (entrance) untuk memulainya tidak sulit untuk dibuka (tidak butuh keterampilan khusus,
tidak butuh modal besar dll), akan sangat mudah dipenuhi oleh para pemula (start-up). Sehingga
yang tadinya bisnis baru tersebut berada di lautan biru (blue ocean) dalam waktu singkat ia harus
berdarah-darah di lautan mera (red ocean) karena ratusan pesaingnya saling berebutan kue. Lalu
bagaimana caranya bertahan dalam lautan darah seperti itu? Satu hal, yaitu konsistensi untuk
selalu berkreativitas. Perusahaan waralaba ayam KFC, adalah contoh yang bisnis yang memiliki
konsistensi untuk selalu berkreativitas. Hampir setiap bulan mereka selalu mengeluarkan paket-
paket baru, seperti paket hemat plus CD musik, burger dengan harga terjangkau, paket ulang
tahun, paket porsi anak-anak plus mainan anak (biasanya tokoh film kartun tertentu), interior
ruangan yang selalu update dan dilengkapi taman bermain mini dll. Belum ditambah jika
memasuki bulan ramadhan, maka KFC dengan kreativitasnya yang tinggi, akan meluncurkan
paket sahur, paket berbuka, paket berdua dll. Dengan itu semua, daya tahan sebuah bisnis
terhadap persaingan menjadi semakin kuat. Ia tidak akan mudah runtuh terhadap serbuan
kompetitor yang semakin dasyhat.
5. Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan

Mata seorang wirausaha, adalah seperti mata elang. Mereka selalu awas terhadap peluang-
peluang baru. Mereka –dengan kemampuan intuisinya yang selalu ditempa- mampu membaca
trend jaman. Salah satu contoh kepekaan ini adalah apa yang dilakukan oleh Trans Corp dengan
Proyek Trans Studionya. Mereka melihat kesempatan yang besar pada bisnis hiburan di Bandung
Ibukota Jawa Barat. Jumlah penduduk yang berjumlah kurang lebih 40 juta ditambah penghuni
Jabodetabek yang sekitar 20 juta, menjadi alasan yang sangat kuat untuk mendirikan kawasan
terpadu yang sarat hiburan kelas dunia untuk keluarga. Inilah mata elang wirausaha. Mereka
mampu melihat peluang dan berani mengambil tindakan untuk menangkapnya.

6. Rasa urgenitas yang tinggi. Para tokoh bisnis sering mengatakan pameo ini “inovasi atau
mati”. Apa artinya? Artinya adalah bahwa inovasi sudah merupakan sesuatu harga mati, ini
adalah sesuatu yang urgen dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Mengapa? Karena kompetitor
begitu banyak dan pasar sangat haus terhadap inovasi baru. Mari kita lihat trend pasar telepon
selular. Inovasi yang terjadi disini dapat dikatakan hampir terjadi setiap hari. Jika kita membaca
surat kabar, maka sangat mudah ditemukan iklan yang mengabarkan teknologi terbaru dari
sebuah telepon selular. Inilah bentuk dari urgenitas yang sangat tinggi. Para pelaku alat
telekomunikasi canggih tersebut sangat paham, bahwa lengah satu langkah dapat berarti
ancaman kebangkurtan (ditinggalkan pelanggannya).

7. Perseverance. Mereka menjaga dan memelihara idenya untuk kemudian diwujudkan.


Beberapa orang hanya berhenti pada level menemukan ide baru. Namun, para wirausahawan
sejati, mereka memelihara, mengembangkan dan berusaha mewujudkan ide tersebut. Nurfitira
Khoirunnisa[2] adalah contoh yang baik untuk menjelaskan karakter ini. Ia memiliki ide untuk
membuat penghapus elektrik gara-gara badannya yang kurang tinggi, sehingga tidak dapat
menjangkau seluruh bagian papan tulis di sekolahnya. Berkaca dari situasi itu, ia dan rekannya
kemudian berusaha menciptakan penghapus elektrik. Inilah contoh preserverasi, yaitu usaha
untuk menemukan ide baru kemudian berusaha mematangkan dan mewujudkannya.

8. Resilience (ketahanan). Wirausaha yang tangguh memiliki sikap seperti boneka anak-anak
yang jika dipukul selalu kembali ke posisi semula. Inilah kewirausahaan yang sesungguhnya.
Tidak ada satupun usaha yang tanpa penghalang dan tanpa hambatan. Namun, daya tahan ini
akan mengembalikan kita kembali ke posisi semula. Sudah terlalu banyak para pelaku usaha
mental dan jatuh diterjang angin. Namun tidak terlalu banyak yang kemudian dapat kembali ke
posisi semula. Inilah sikap ketahanan yang perlu dimiliki setiap kita yang sadar bahwa hidup
adalah perjuangan, dan perjuangan selalu memerlukan kekuatan untuk bangkit setelah jatuh dan
bangun setelah terjerembab oleh kerasnya kehidupan.

9. Optimis. Optimis, secara sederhana dapat diartikan sebagai lompatan dari satu aktivita ke
aktivitas lain, tanpa kehilangan antusiasme. Optimis adalah juga bentuk keyakinan bahwa tujuan
akan tercapai dan target akan terpenuhi dengan kekuatan sendiri. Mungkin para pembaca
mengenal sosok Jerry Aurum, seorang fotographer ternama. Ia adalah contoh seorang wirausaha
yang sangat optimis dan yakin dengan kapabilitas yang dimilikinya. Saat ini, berbagai institusi,
dan perusahaan besar di Indonesia sudah menggunakan jasanya[3]. Optimisnya antara lain
dibuktikan dengan kegigihannya dalam memulai usaha fotographinya. Ia mengirimkan 500
eksemplar kalender ke berbagai perusahaan di Indonesia yang berisi foto-foto hasil karyanya.
Dengan rasa optimisnya, ia beranggapan bahwa minimal pasti ada satu dua perusahaan yang
akan menggunakan jasanya. Hal itu kemudian terbukti, dan akhirnya berbagai tingkatan klien
berlomba-lomba menggunakan jasanya.

10. Rasa humor tentang diri sendiri. Ini adalah bentuk rasa besar hati. Kemampuan
mentertawakan diri sendiri adalah salah bentuk kapabilitas untuk mengkoreksi dan bahkan
mengkritik diri sendiri. Ini adalah sebuah rasa legowo untuk tidak menilai diri sendiri sudah
mencapai prestasi yang optimal. Sebaliknya sikap ini mendorong kita untuk selalu melihat hal-
hal belum maksimal dan punya potensi untuk dikembangkan. Rasa humor terhadap diri sendiri,
juga akan mampu memacu kreativitas dalam diri untuk selalu mencari sisi-sisi yang belum
tereksplorasi. (http://kesos.unpad.ac.id/2011/09/27/pola-pikir-wirausaha/)

2.2 Pentingnya Pola Pikir Kewirausahaan

Mindset/pola pikir pada seseorang dalam mewujudkan mimpinya dalam melakukan wirausaha
kadang seringberubah,karna banyak sekali orang yang takut akan hal –hal yang belum pernah
mereka coba, padahal menurut dweckmenerjemahkan mindset sebagai kepercayaan mengenai
siapa kita dan apa kemampuan kita, maka dari itu kita terlebih dahulu harus mengenal
kemampuan kita dan kita harus yakin/percaya kepada kemampuan diri kita sendiri, karna banyak
mengetahui/mempelajaripengetahuan barutentang bagaimana kita harus mempunyaipola pikir
yang inovatif, karna dengan berpikiran inovatif kita dapat menciptakan hal yang baru dalam
berwirausaha. Perubahan pola pikir kadang sering terjadi terhadap semua orang, terutama kepada
orang yang selalu merasakannya, karna mereka akan menyadari perubahan sekecil apapun
terhadap pola pikir mereka, apakah itu pola pikir yang positive atau negative yang mereka
rasakan, jika mereka merasakan perubahan hal positive terhadap diri mereka sendiri maka ada
dorongan dalam diri mereka sekali orang yang ragu akan kemampuan dirinya yang dapat
mengurungkan niat mereka untuk mewujudkan mimpinya dalam menjadi wirausaha, dalam hal
ini kita harus mengubah mindset kita dengan cara untuk selalu optimis dalam meraih mimpi
dalam berwirausaha, dan jika dengan pola pikir yang negative , itu akan menyebabkan mereka
selalu bersifat pesimis untuk meraih mimpi mereka, maka dari itu pendidikan dan komunikasi
untuk medapatkan informasi sangatlah penting dalam mengubah mindset seseorang dalam
berwirausaha supaya mempunyai pikiran inovatif dan kreatif dalam mewujudkan mimpinya
menjadi seorang wirausahayangberhasil.(Kompasiana.com)

2.3 Tiga Prinsip Dasar Pola Berpikir Kewirausahaan

1. Perhatian (Attention)

Pada tahap perhatian (attention) wirausaha berusaha agar calon konsumen memperhatikan
penawaran yang dilakukannya. Untuk mendapatkan perhatian dari calon konsumen wirausaha
harus memperlihatkan sikap yang baik, tutur kata dan cara berpakaian yang menarik yang akan
memberikan penilaian yang positif dari calon konsumen yang akan bepengaruh terhadap
terjadinya jual beli. Dalam pola berfikir khususnya perhatian, juga melihat apa yang dibutuhkan
konsumen sesuai dengan apa yang kita lakukan, memperhatikan cara bekerja wirausahawan lain
untuk bisa menjadi ide atau memotivasi.

2. Pelarian
Yang dimaksud dengan pelarian disini adalah diaman saat kita jatuh atau bangkrut, kita masih
mempunyai pekerjaan lain, seperti pekerjaan sampingan sabagai pengganti pekerjaan yang telah
bangkrut tadi sambal membangun ulang usaha baru disamping usaha sampingan.

3. Tindakan (Action)

Pada tahap tidakan wirausaha harus dapat mewujudkan kebutuhan dan harapan konsumen dan
memberikan keyakinan bahawa baranng, jasa, dan ide yang dibeli merupakan langkah yang
tepat yang dapat memberikan keuntungan bagi konsumen. Tindakan sesuatu yang harus
dilakukan seseorang untuk menjadi wirausahawan , karena tanpa ada tindakan kita tidak mungkn
bisa menjadi maju dan terus maju. (http://fekool.blogspot.co.id/2015/03/tiga-prinsip-dasar-pola-
berfikir.html)

2.4 Empat Tahap Berpikir Kewirausahaan

1. Tahap Memulai

Tahap dimana sseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapka segala sesuatu
yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka
usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan “franching”. Tahap ini juga memilih jenis usaha
yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industry, atau jasa.

2. Tahap Melaksanakan Usaha

Dalam tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan
usahanya mencakup aspek-aspek pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan
yang meliputi bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan
melakukan evaluasi.

3. Tahap Mempertahankan Usaha

Tahap dimana wirausahawan berdasarkan hasil yang dicapai melakukan analisis


perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

4. Tahap Mengembangkan Usaha


Tahap dimana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau
bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mindset/pola pikir pada seseorang dalam mewujudkan mimpinya dalam melakukan wirausaha
kadang seringberubah,karna banyak sekali orang yang takut akan hal –hal yang belum pernah
mereka coba, padahal menurut dweckmenerjemahkan mindset sebagai kepercayaan mengenai
siapa kita dan apa kemampuan kita, maka dari itu kita terlebih dahulu harus mengenal
kemampuan kita dan kita harus yakin/percaya kepada kemampuan diri kita sendiri, karna banyak
mengetahui/mempelajaripengetahuan barutentang bagaimana kita harus mempunyaipola pikir
yang inovatif, karna dengan berpikiran inovatif kita dapat menciptakan hal yang baru dalam
berwirausaha. Perubahan pola pikir kadang sering terjadi terhadap semua orang, terutama kepada
orang yang selalu merasakannya, karna mereka akan menyadari perubahan sekecil apapun
terhadap pola pikir mereka, apakah itu pola pikir yang positive atau negative yang mereka
rasakan, jika mereka merasakan perubahan hal positive terhadap diri mereka sendiri maka ada
dorongan dalam diri mereka sekali orang yang ragu akan kemampuan dirinya yang dapat
mengurungkan niat mereka untuk mewujudkan mimpinya dalam menjadi wirausaha, dalam hal
ini kita harus mengubah mindset kita dengan cara untuk selalu optimis dalam meraih mimpi
dalam berwirausaha, dan jika dengan pola pikir yang negative , itu akan menyebabkan mereka
selalu bersifat pesimis untuk meraih mimpi mereka, maka dari itu pendidikan dan komunikasi
untuk medapatkan informasi sangatlah penting dalam mengubah mindset seseorang dalam
berwirausaha supaya mempunyai pikiran inovatif dan kreatif dalam mewujudkan mimpinya
menjadi seorang wirausaha yang berhasil.
DAFTAR PUSTAKA

http://kesos.unpad.ac.id/2011/09/27/pola-pikir-wirausaha/

http://www.kompasiana.com/darusetyonugroho/pola-pikir-mindset-
wirausaha_552e61596ea834c65a8b4567

http://fekool.blogspot.co.id/2015/03/tiga-prinsip-dasar-pola-berfikir.html

Anda mungkin juga menyukai