Anda di halaman 1dari 8

KEWIRAUSAHAAN

SAP 4

Oleh:

Kelompok 11

I Gusti Ngurah Aritama Negara (1315251130)

I Made Ganeswara Yulmia (1607522117)

Pande Putu Adi Satyawan (1607522121)

PROGRAM NON REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
1. Keterkaitan Antara Wirausaha dan Pola Pikirnya

Menurut Neal Thornberry, keterkaitan antara pola pikir wirausaha melibatkan 10 kualitas,
sebagai berikut:

a. Memiliki Locus of Control Internal

Locus of Control (lokus kendali) adalah istilah untuk menggambarkan bagaimana


seseorang berpikir tentang kendali hidupnya. Seseorang yang memiliki kendali eksternal,
adalah mereka yang merasa bahwa hidupnya dikendalikan oleh faktor-faktor di luar
dirinya, seperti cuaca, kebijakan pemerintah, keluarga, pacar, peraturan kantor, dan lain-
lain. Sehingga mereka hanya punya sedikit sekali kontrol terhadap kehidupannya. Mereka
cenderung pasrah, dan mengikuti kehendak di luar dirinya. Sebagai contoh “Wah hujan
nih, mau gimana lagi, sudah pasti kita tidak bisa belajar dengan konsntrasi, habis hujan”
dan sebagainya. Intinya, hidup mereka dikendalikan oleh daya-daya di luar dirinya, dan
mereka meyakini bahwa tidak banyak yang mampu dilakukan untuk mengatasinya.
Sebaliknya kendali internal (Internal Locus of Control) adalah pemikiran bahwa kita adalah
pusat kendali. Cuaca boleh hujan, namun kita tetap punya control penuh untuk membuat
hati kita sedih/ senang karena adanya hujan tersebut. Seorang wirausaha, diyakini memiliki
kendali internal tersebut. Mereka yakin dirinyalah pusat kendali, bukan atasan, cuaca,
kebijakan pemerintah, dll.

b. Memiliki Toleransi

Seorang wirausaha memiliki toleransi untuk berbuat berbeda dan melanggar hal-hal
yang dianggap jarang dilakukan. Sebagai contoh, yang umum buat mereka yang ingin
membuka restoran adalah bukalah di tempat yang ramai. Namun demikian, saat ini sudah
sangat banyak contohnya di mana restoran yang dibuka di tempat terpencil (jauh di atas
gunung, di pulau, di tengah swawh, dll) justru diserbu oleh pelanggannya.

c. Kesediaan Untuk Menggaji Orang yang Lebih Cerdas dari Dirinya

Seorang wirausaha sejati sangat mengenali dirinya, dan ia menyadari bahwa dirinya
bukanlah dewa. Ia sangat sadar akan kelebihan dan potensi, dan juga terkait hal-hal yang
kurang dikuasainya. Oleh karena itu, mereka selalu siap untuk berbagi pikiran dan
wawasan, serta mengisi kekosongan-kekosongan dalam usahanya. Sebagai contoh,
beberapa orang mahasiswa yang membuka bisnis cuci motor, sangat sadar akan
keterbatasannya dengan cairan kimia sabun. Oleh karena itu, mereka iklas bekerjasama
dengan mahasiswa kimia/ farmasi untuk menghasilkan formula sabun yang tidak panas di
tangan, wangi, dan tahan lama bersihnya. Satu hal penting bahwa, mereka tidak pernah
takut tersaingi. Sebaliknya, mereka sangat sadar bahwa kerjasama akan menghasilkan jauh
lebih banyak dari yang dapat dibayangkan. Kerjasama bukanlah satu ditambah satu sama
dengan dua, namun satu ditambah satu bisa menjadi tiga, tujuh atau bahkan sebelas.

d. Konsistensi Untuk Selalu Berkretivitas, Membangun, dan Mengubah Berbagai Hal

Begitu seseorang berkecimpung dalan dunia wirausaha, maka ia harus siap berenang
dalam kretivitas. Hal ini sangat bisa dimaklumi, mengingat beberapa peluang bisnis,
terutama pintu untuk memulainya tidak sulit untuk dibuka (tidak butuh keterampilan
khususm tidak butuh modal besar, dll), dimana akan sangat mudah dipenuhi oleh para
pemula.

e. Dorongan yang Kuat Untuk Peluang dan Kesempatan

Mata seorang wirausaha seperti mata elang. Mereka selalu awas terhadap peluang-
peluang baru. Mereka dengan kemampuan yang dimiliki selalu ditempa agar mampu
membaca trend zaman. Salah satu contoh kepekaan ini adalah apa yang dilakukan oleh
Trans Corp dengan proyek Trans Studionya. Mereka melihat kesempatan yang besar pada
bisnis hiburan di Bandung, ibu kota Jawa Barat. Jumlah penduduk yang berjumlah kurang
lebih 40 juta ditambah penghuni Jabodetabek yang sekitar 20 juta, menjadi alasan yang
sangat kuat untuk mendirikan kawasan terpadu yang menjadi salah satu hiburan kelas
duniaa untuk keluarga. Inilah mata elang wirausaha. Mereka mampu melihat peluang dan
berani mengambil tindakan untuk menangkapnya.

f. Mengikuti Perkembangan Pasar

Para tokoh bisnis sering mengatakan bahwa inovasi sudah merupakan harga mati, ini
adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda-tunda lagi. Mengapa? Karena competitor begitu
banyak dan pasar sangat haus terhadap inovasi baru. Mari kita lihat trend pasar telepon
selular. Inovasi yang terjadi di sini dapat dikatakan hampir terjadi setiap hari. Jika kita
membaca surat kabar, maka sangat mudah ditemukan iklan yang mengabarkan teknologi
terbaru dari sebuah telepon selular. Inilah bentuk dari perkembangan pasar yang sangat
tinggi. Para pelaku alat telekomunikasi canggih tersebut sangat paham, bahwa lengah satu
langkah dapat berarti ancaman kebangkrutan.

g. Memelihara Ide

Mereka menjaga dan memelihara idenya untuk kemudia diwujudkan. Beberapa orang
hanya berhenti pada level menemukan ide baru. Namun para wirausahawan sejati mereka
memelihara, mengembangkan dan berusaha mewujudkan ide tersebut. Nurfitria
Khoirunnisa adalah contoh yang baik untuk menjelaskan karakter ini. Ia memiliki ide untuk
membuat penghapus elektrik gara-gara badannya yang kurang tinggi, sehingga tidak dapat
menjangkau seluruh bagian papan tulis di sekolahnya. Berkaca dari situasi ini, ia dan
rekannya kemudian berusaha menciptakan penghapus elektrik. Inilah contoh usaha untuk
menemukan ide baru kemudian berusaha mematangkan dan mewujudkannya.

h. Ketahanan

Wirausaha yang tangguh memiliki sikap seperti boneka anak-anak yang jika dipukul
kembali ke posisi semula. Inilah kewirausahaan yang sesungguhnya. Tidak ada satupun
usaha yang tanpa penghalang dan tanpa hambatan. Namun, daya tahan ini akan
mengembalikan kita ke posisi semula. Sudah terlalu banyak para pelaku usaha mental dan
jatuh diterjang angin. Namun tidak terlalu banyak yang kemudian dapat kembali ke posisi
semula. Inilah sikap ketahanan yang perlu dimiliki setiap kita yang sadar bahwa hidup
adalah perjuangan, dan perjuangan selalu memerlukan kekuatan untuk bangkit setelah
jatuh dan bangun terjerembab oleh kerasnya kehidupan.

i. Optimis

Optimis, secara sederhana dapat diartikan sebagai lompatan dari satu aktivitas ke
aktivitas lain. Optimis adalah juga bentuk keyakinan bahwa tujuan akan tercapai dan target
akan terpenuhi dengan kekuatan sendiri. Mungkin para pembaca mengenal sosok Jerry
Aurum, seorang fotographer ternama. Ia adalah contoh seorang wirausaha yang sangat
optimis dan yakin dengan kapabilitas yang dimilikinya. Saat ini, berbagai institusi, dan
perusahaan besar di Indonesia sudah menggunakan jasanya. Optimisnya antara lain
dibuktikan dengan kegigihannya dalam memulai usaha fotographinya. Ia mengirimkan 500
eksemplar kalender ke berbagai perusahaan di Indonesia yang berisi foto-foto hasil
karyanya. Dengan rasa optimisnya, ia beranggapan bahwa minimal pasti ada satu dua
perusahaan yang akan menggunakan jasanya. Hal itu kemudian terbukti, dan akhirnya
berbagai tingkatan klien berlomba-lomba menggunakan jasanya.

j. Rasa Humor Tentang Diri Sendiri

Ini adalah bentuk rasa besar hati. Kemampuan mentertawakan diri sendiri adalah salah
bentuk kapabilitas untuk mengkoreksi dan bahkan mengkritik diri sendiri. Ini adalah
sebuah rasa untuk tidak menilai diri sendiri sudah mencapai prestasi yang optimal.
Sebaliknya sikap ini mendoring kita untuk selalu melihat hal-hal belum maksimal dan
punya potensi untuk dikembangkan. Rasa humor terhadap diri sendiri, juga akan mampu
memacu kreativitas dalam diri untuk selalu mencari sisi-sisi yang belum tereksplorasi.

Pola pikir wirausaha (Entrepreneurial Mindset) sebagai berikut:

1. Mereka secara bersemangat selalu mencari peluang-peluang baru.

2. Mengeksplor berbagai kesempatan dengan pendekatan/disiplin yang tidak biasa

3. Mereka secara efektif hanya mengeksplor peluang terbaik dan menjauhi berlelah-
lelah dengan mengejar setiap kesempatan

4. Mereka fokus pada eksekusi, terutama eksekusi yang adaptif.

5. Mereka menyatukan energi setiap orang dalam domain mereka

2. Pentingnya Pola Pikir Kewirausahaan

Mindset/ pola pikir pada seseorang dalam mewujudkan mimpinya dalam melakukan
wirausaha kadang sering berubah, karena banyak sekali orang yang takut akan hal-hal yang
belum pernah mereka coba, padahal mindset adalah sebagai kepercayaan mengenai siapa kita
dan apa kemampuan kita. Maka dari itu kita terlebih dahulu harus mengenal kemampuan kita
dan kita harus yakin/ percaya kepada kemampuan diri kita sendiri, karena banyak sekali orang
yang ragu akan kemampuan dirinya yang dapat mengurungkan niat mereka untuk
mewujudkan mimpinya dalam menjadi wirausaha. Dalam hal ini kita harus mengubah mindset
kita dengan cara mengetahui/ mempelajari pengetahuan baru tentang bagaimana kita harus
mempunyai pola pikir yang inovatif, karna dengan berpikiran inovatif kita dapat menciptakan
hal yang baru dalam berwirausaha. Perubahan pola pikir kadang sering terjadi terhadap semua
orang, terutama kepada orang yang selalu merasakannya, karena mereka akan menyadari
perubahan sekecil apapun terhadap pola pikir mereka, apakah itu pola pikir yang positif atau
negatif yang mereka rasakan, jika mereka merasakan perubahan hal positif terhadap diri
mereka sendiri maka ada dorongan dalam diri mereka untuk selalu optimis dalam meraih
mimpi dalam berwirausaha, dan jika dengan pola pikir yang negatif, itu akan menyebabkan
mereka selalu bersifat pesimis untuk meraih mimpi mereka. Maka dari itu pendidikan dan
komunikasi untuk mendapatkan informasi sangatlah penting dalam mengubah mindset
seseorang dalam berwirausaha supaya mempunyai pikiran inovatif dan kreatif dalam
mewujudkan mimpinya menjadi seorang wirausaha yang berhasil.

3. Tiga Prinsip Dasar Pola Berpikir Kewirausahaan

1. Perhatian (Attention)

Pada tahap perhatian (attention) wirausaha berusaha agar calon konsumen


memperhatikan penawaran yang dilakukannya. Untuk mendapatkan perhatian dari calon
konsumen wirausaha harus memperlihatkan sikap yang baik, tutur kata dan cara berpakaian
yang menarik yang akan memberikan penilaian yang positif dari calon konsumen yang
akan berpengaruh terhadap terjadinya jual beli. Dalam pola berfikir khususnya perhatian,
wirausaha juga melihat apa yang dibutuhkan konsumen sesuai dengan apa yang kita
lakukan, memperhatikan cara bekerja wirausahawan lain untuk bisa menjadi ide atau
memotivasi.

2. Pelarian

Yang dimaksud dengan pelarian di sini adalah, dimana saat kita jatuh atau bangkrut, kita
masih mempunyai pekerjaan lain, seperti pekerjaan sampingan sebagai pengganti
pekerjaan yang telah bangkrut tadi sambil membangun ulang usaha baru di samping usaha
sampingan.
3. Tindakan (Action)

Pada tahap tindakan (action) wirausaha harus dapat mewujudkan kebutuhan dan harapan
konsumen dan memberikan keyakinan bahwa barang, jasa, dan ide yang dibeli merupakan
langkah yang tepat yang dapat memberikan keuntungan bagi konsumen. Tindakan sesuatu
yang harus dilakukan seseorang untuk menjadi wirausahawan, karena tanpa ada tindakan
kita tidak mungkin bisa menjadi maju dan terus maju.

4. Empat Tahap Berpikir Kewirausahaan

1. Tahap Memulai

Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah
membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan ‘’franchising’’. Tahap ini juga
memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri, atau jasa.

2. Tahap Melaksanakan Usaha

Dalam tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan
usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi,
kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan,
pemasaran, dan melakukan evaluasi.

3. Tahap Mempertahankan Usaha

Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis
perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

4. Tahap Mengembangkan Usaha

Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami
perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang
mungkin diambil.
DAFTAR PUSTAKA

http://fekool.blogspot.co.id/2015/03/keterkaitan-antara-wirausaha-dan-pola.html

Neal Thornberry. 2006. Lead Like an Entrepreneur. McGraw-Hill Company.

http://www.kompasiana.com/dinniaprilia/pentingnya-pola-pikir-dalam-
berwirausaha_552b97836ea8345a2b8b4594

http://fekool.blogspot.co.id/2015/03/tiga-prinsip-dasar-pola-berfikir.html

https://www.coursehero.com/file/19698504/Empat-tahap-berpikir-kewirausahaandocx/

Anda mungkin juga menyukai