Anda di halaman 1dari 24

A.

CRITICAL REVIEW
1. Ringkasan Artikel
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi bagi stakeholder dalam
menilai kinerja manajemen perusahaan atas tanggung jawab yang sudah dilaksanakan.
Manajemen laba merupakan cara yang dilakukan manajemen untuk mempengaruhi jumlah
laba di laporan keuangan, sehingga membuat laporan keuangan akan baik demi kepentingan
manajemen. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh
leverage pada manajemen laba dan untuk mengetahui apakah good corporate governance
mampu memoderasi hubungan leverage dan manajemen laba. Penelitian ini dilakukan pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Sampel ditentukan
dengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel yang terpilih adalah 43
perusahaan amatan. Teknik analisis data yang digunakan adalah Moderated Regression
Analysis (MRA), terlebih dahulu dilakukan analisis faktor untuk menentukan faktor GCG.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penelitian ini membuktikan bahwa leverage
berpengaruh positif pada manajemen laba dan GCG mampu memperlemah pengaruh
leverage pada manajemen laba.

2. Metodologi
Isu yang digunakan pada artikel “Moderasi Good Corporate Governance Pada
Pengaruh Antara Leverage Dan Manajemen Laba” adalah laporan kuangan karena
laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai sumber manipulasi dari informasi yang
dapat merugikan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan dan juga
menggunakan isu corporate governance karena apa bila terjadi krisis ekonomi mengalami
krisis ekonomi dengan manipulasi laporan keuangan dengan berbagai macam kesalahan yang
terus menerus dengan secara sistematis bisa terjadinya manipulasi laporan keuangan tersebut
karena lemahnya penerapan corporate governance. Fenomena yang digunakan pada artikel
“Moderasi Good Corporate Governance Pada Pengaruh Antara Leverage Dan
Manajemen Laba” adalah manajemen laba karena manajemen laba merupakan suatu
intervensi manajer terhadap proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan, baik bagi manajer maupun perusahaan. Pengukuran manajemen laba dilakukan
dengan menggunakan proxy Discretionary Acrual (DA) dan dihitung dengan The Modified
Jones Model. Discretionary Acrual adalah komponen akrual yang terdapat dalam kebijakan
1
manajer, artinya manajer dapat memberikan intervensi dalam laporan keuangan. Serta
fenomena yang terjadi pada penelitian ini adalah big 6 telah diubah menjadi big 4.
Berdasarkan ringkasan pada artikel, maka diketahui rumusan masalah pada artikel
“Moderasi Good Corporate Governance Pada Pengaruh Antara Leverage Dan
Manajemen Laba” adalah sebagai berikut :
1) Apakah Leverage berpengaruh pada manajemen laba?
2) Apakah Good Corporate Governance (GCG) memoderasi hubungan antara Leverage dan
manajemen laba ?
Kontribusi riset yang terdapat pada artikel Moderasi Good Corporate Governance Pada
Pengaruh Antara Leverage Dan Manajemen Laba adalah diharapkan dapat membantu
investor sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi, juga
mengurangi asimetri informasi antara manajemen dengan pihak eksternal.
Terdapat beberapa teori yang mendukung artikel ini, yaitu:
1. Grand Theory, dalam artikel ini yang termasuk grand theory adalah teori keagenan.
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham
(shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Menurut Jensen dan
Meckling (1976), hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih
orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama
prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi
prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk
memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang
sesuai dengan kepentingan prinsipal. Pemisahan yang terjadi antara kepemilikan dan
pengelolaan perusahaan akan menimbulkan suatu konflik yang disebut dengan agency
conflict (Ahmad dan Septriani, 2008). Biasanya ada tiga jenis konflik keagenan yang
sering terjadi, yaitu: (1) Konflik antara pemegang saham dengan manajemen, (2) Konflik
antara pemegang saham dengan pemegang hutang, dan (3) Konflik antara pemegang
saham mayoritas dengan minoritas (Purwantini, 2011). Teori ini memiliki asumsi bahwa
setiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga
menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent (Usadha dan Gerianta,
2009). Oleh karena itu teori keagenan lebih menekankan pada penentuan kontrol yang
efisien dalam hubungan pemilik dengan agen. Dengan demikian dibutuhkan kontrak yang

2
efisien yaitu kontrak yang jelas untuk masing-masing pihak yang berisi tentang hak dan
kewajiban, dengan demikian dapat meminimumkan konflik keagenan.
Konflik kepentingan antara agent dan principal dapat diminimalkan melalui
beberapa cara antara lain pemberian insentif kepada agent atas tindakannya sesuai
dengan kepentingan pemegang saham. Salah satu bentuk insentif yang dapat diterapkan
adalah memberikan pihak agent kesempatan untuk menjadi principal atau pemegang
saham, hal ini dikarenakan apabila pihak agent diberikan kesempatan menjadi pemegang
saham maka kepentingan pihak agent akan sejalan dengan kepentingan principal. Scott
(dalam Astika, 2009) menggambarkan program kompensasi eksekutif merupakan salah
satu bentuk kontrak keagenan antara perusahaan dengan para agentnya sebagai usaha
penyejajaran kepentingan yang dimiliki masing-masing pihak.

2. Supporting Theory, pada artikel ini yang termasuk supporting theory adalah teori
akuntansi positif, good corporate governance (GCG), leverage, dan manajemen laba.
a. Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang
menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta
penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi
tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan
bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi
praktik-praktik akuntansi.
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap
teori normatif (Watt & Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar
pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu
sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat.

b. Good Corporate Governance (GCG)


Sulistyanto dan Wibisono (2003) mengemukakan bahwa good corporate
governance atau tata kelola perusahaan yang baik dapat didefinisikan sebagai sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi
setiap stakeholders. Ada dua hal yang ditekankan dalam mekanisme ini, pertama,
pentingnya hak pemegang saham atau investor untuk memperoleh informasi dengan

3
benar (akurat) dan tepat pada waktunya, dan kedua, kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua
informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Praktik Corporate
Governance dalam penelitian ini diukur melalui kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen, dan komite audit.

c. Leverage
Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang.
Hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditor, bukan dari
pemegang saham maupun investor (Sudarmaji dan Sularto, 2007). Leverage dibagi
menjadi dua yaitu leverage operasi (operating leverage) dan leverage keuangan
(financial leverage) (Van Hone dan Wachowicz, 2005). Leverage Operasi
menunjukan seberapa besar biaya tetap yang digunakan dalam operasi perusahaan
sedangkan Leverage keuangan menunjukan seberapa besar kemampuan dalam
membayar hutang dengan modal yang dimilikinya.

d. Manajemen Laba
Definisi manajemen laba menurut Sulistyanto (2008) adalah perilaku manajer
untuk bermain-main dengan komponen-komponen akrual yang discretionary untuk
menentukan besar kecilnya laba, sebab akuntansi memang menyediakan berbagai
alternatif serta metode yang bisa dimanfaatkan. Dengan demikian, manajemen laba
dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen yang mempengaruhi laba yang
dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan,
sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat mengganggu bahkan
membahayakan perusahaan (Merchant dan Rockness, 1994 dalam Mayangsari, 2001).

Dengan adanya ringkasan artikel, pemaparan mengenai isu, fenomenal, rumusan masalah dan
kontribusi riset serta penjelasan teori diatas, dapat disimpulkan hipotesis dari artikel ini
sebagai berikut :

H1 : Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba.


H2 : Good Corporate Governance mampu memoderasi hubungan antara Leverage
dan manajemen laba.

4
Objek penelitian di dalam artikel ini adalah laba bersih, laporan arus kas, total aktiva,
perubahan penjualan, aktiva tetap dan perubahan piutang pada perusahaan pertambangan
yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Teknik pemilihan sampel yang digunakan pada
artikel adalah teknik purposive sampling, yaitu metode penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu, dimana anggota sampel akan dipilih sedemikian rupa sehingga sampel
yang dibentuk tersebut dapat mewakili sifat-sifat populasinya. Adapun kriteria yang
digunakan dalam pemilihan sampel di dalam artikel ini sebagai berikut:
1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI dan menerbitkan laporan keuangan
tahunan berturut-turut dari tahun 2009-2013
2. Perusahaan yang menyajikan data secara lengkap yang akan digunakan dalam penelitian
ini antara lain data yang berkaitan dengan manajemen laba, good corporate governance,
dan leverage.
Adapun variabel yang dianalisis dalam artikel ini adalah:
1. Variabel dependen atau dapat dikatakan sebagai variabel terikat. Di dalam artikel ini yang
menjadi variabel dependen adalah manajemen laba.
2. Variabel independen atau dapat dikatakan sebagai variabel bebas. Pada artikel ini yang
menjadi variabel independen adalah laverage.
3. Variebel pemoderasi dalam artikel ini adalah good corporate governance. Dimana praktik
Corporate Governance pada penelitian ini diukue melalui kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dan komite audit.

Dalam artikel ini menggunakan skala rasio sebagai alat pengukuran karena di dalam
penelitian ini penulis membandingkan nilai minimum dan nilai maksimum manajemen laba
pada satu perusahaan dan membandingkan niali tersebut dengan perusahaan amatan lainnya.
Hal ini juga berlaku di dalam leverage.
Artikel yang berjudul “Moderasi Good Corporate Governance Pada Pengaruh
Antara Leverage Dan Manajemen Laba” menggunakan beberapa teknik analisis data,
yaitu:
1. Analisis Faktor
Analisis faktor adalah analisis yang bertujuan mencari faktor-faktor utama yang
paling mempengaruhi variabel dependen dari serangkaian uji yang dilakukan atas
serangkaian variabel independen sebagai faktornya. Pada penelitian ini analisis faktor

5
digunakan untuk mengetahui pengaruh dari GCG sebagai variabel moderasi. Mekanisme
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen, dan komite audit. Dimana analisis faktor ini
digunakan untuk mengatahui diantara keempat mekanisme GCG tersebut mekanisme mana
saja yang mampu memoderasi hubungan antara leverage dan manajemen laba. Mekanisme
yang terpilih akan digunakan sebagai perwakilan dari faktor GCG pada saat melakukan
Moderated Regression Analysis (MRA).

2. Moderated Regression Analysis (MRA)


Penelitian ini menggunakan teknik Moderated Regression Analysis (MRA).
Moderated Regression Analysis (MRA) atau uji interaksi merupakan aplikasi khusus regresi
berganda linier dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian
dua atau lebih variabel independen).

3. Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi (R2) mengukur goodness of fit dari persamaan regresi yaitu
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi total dari variabel dependen
yang dijelaskan oleh variasi variabel independen (Gujarati,2003:98). Nilai yang mendekati 1
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi-variasi dependen.

4. Uji Kelayakan Model (Uji F)


Uji signifikansi simultan (Uji F) bertujuan untuk menilai kelayakan model regresi
yang terbentuk. Jika nilai signifikansi (sig) ≤ 0,05 maka variabel independen dapat digunakan
untuk memprediksi variabel dependen (Gujarati,2003:44).

5. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)


Uji statistik t (Gujarati,2003:129) digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini secara individual dalam
menerangkan variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam uji t
adalah sebagai berikut:

6
1) Jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak. Hipotesis ditolak
mempunyai arti bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
2) Jika nilai probabilitas signifikansi ≤ 0,05 maka hipotesis diterima. Hipotesis diterima
mempunyai arti bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat di dalam artikel maka diketahui hasil dari
penelitian ini, adalah
1. Leverage berpengaruh positif signifikan pada manajemen laba. Leverage yang merupakan
usaha untuk meningkatkan laba perusahaan dapat menjadi tolak ukur dalam melihat
perilaku manajer dalam hal manajemen laba. Perusahaan yang memiliki financial
leverage tinggi akibat besarnya hutang dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan,
diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat
memenuhi kewajiban membayar hutang pada waktunya (Shanti dan Yudhanti, 2007).
Keadaan ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan leverage tinggi memiliki
pengawasan yang lemah terhadap manajemen yang menyebabkan manajemen dapat
membuat keputusan sendiri, dan juga menetapkan strategi yang kurang tepat. Penelitian
ini juga sejalan dengan penelitian Gul et,.al (2003) yang menyebutkan bahwa terdapat
hubungan positif signifikan antara leverage perusahaan dengan praktik manajemen laba.
Sejalan dengan debt convenanthypothesis, perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi termotivasi untukmelakukan manajemen laba agar terhindar dari pelanggaran
perjanjian hutang. Hasil penelitian dari Gul et.,al (2003) ini sesuai dengan hasil penelitian
dari Halim, Meiden dan Tobing (2005).
2. Good Corporate Governance mampu memoderasi dan memperlemah pengaruh leverage
pada manajemen laba. Good Corporate Governance (GCG) memiliki empat mekanisme
yaitu, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen,
dan komite audit. Setelah dilakukan analisis faktor yang bertujuan untuk mencari skor
faktor dari masing-masing mekanisme tersebut, maka ditemukan bahwa variabel
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terpilih untuk mewakili GCG.
Terpilihnya mekanisme tersebut dilihat dari lodaing factor yang telah memenuhi syarat.
Dengan demikian hipotesis kedua pada penelitian ini dapat didukung oleh hasil pengujian
hipotesis tersebut. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Jao dan Pagalung (2011) yang

7
mengatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap manajemen
laba. Midiastuty dan Machfoedz (2003) juga mengatakan bahwa kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Kelemahan dalam artikel “Moderasi Good Corporate Governance pada Pengaruh


antara Leverage dan Manajemen Laba” hanya menggunakan satu sub-sektor saja yaitu
sektor pertambangan. Serta dalam artikel ini hanya menggunakan satu variabel independen
yaitu Leverage.

8
B. PROPOSAL SINGKAT
A. Judul : Pengaruh Leverage dan Free Cash Flow Terhadap Manajemen Laba Dengan
Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi.

B. Latar Belakang Masalah


Semakin tinggi nilai manajemen laba suatu perusahaan atau bernilai positif, maka
diindikasikan perusahaan tersebut telah melakukan manajemen laba. Peningkatan
manajemen laba perusahaan bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor yang
berpengaruh seperti tindakan oportinis manajer. Munculnya praktik manajemen laba dipicu
oleh berbagai faktor, diantaranya free cash flow dan financial leverage. Menurut Ross (dalam
Bakkrudin, 2011) arus kas bebas (free cash flow) adalah kas perusahaan yang dapat
didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal
kerja (working capital) atau investasi pada aset tetap. Jika dilihat dari penelitian terdahulu
terdapat perbedaan hasil penelitian seperti yang dilakukan oleh Kono (2013) yang
menyatakan bahwa arus kas bebas berpengaruh terhadap manajemen laba karena keberadaan
arus kas bebas menyebabkan masalah keagenan dalam perusahaan dan dapat dimanfaatkan
untuk melakukan manajemen laba. Sedangkan Ghazalie dkk (2015) menunjukan arus kas
bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan publik di
Malaysia. Dalam penelitian lainnya, Agustia (2013) menemukan free cash flow berpengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba. hal ini dikarenakan perusahaan dengan arus kas
bebas yang tinggi cenderung tidak akan melakukan manajemen laba. karena meskipun tanpa
adanya manajemen laba, perusahaan sudah bisa meningkatkan harga sahamnya.
Salah satu alternatif sumber dana perusahaan selain menjual saham atau surat hutang
(obligasi) di pasar modal adalah melalui sumber dana eksternal berupa hutang dari kreditur,
perusahaan akan berusaha memenuhi perjanjian hutang agar memperoleh penilaian yang baik
dari kreditur. Hal ini kemudian dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba untuk
menghindari pelanggaran perjanjian hutang kepada kreditur, sehingga terlihat baik kinerja
manajer oleh pemilik (principal). Penelitian yang dilakukan oleh Dechow et al. (1996)
menemukan bahwa motivasi perusahaan melakukan manajemen laba adalah untuk memenuhi
kebutuhan pendanaan eksternal dan memenuhi perjanjian hutang. Perusahaan yang
melanggar hutang secara potensial menghadapi berbagai kemungkinan seperti, kemungkinan
percepatan jatuh tempo, peningkatan tingkat bunga, dan negosiasi ulang masa hutang. Studi

9
tentang financial leverage terhadap tindakan manajemen laba telah banyak dilakukan oleh
peneliti terdahulu dengan menunjukan hasil yang beragam, Hasil Penelitian yang dilakukan
oleh Lin et al. (2009) menemukan bahwa leverage mempunyai hubungan positif dengan
manajemen laba. Hal ini selaras dengan penelitian Ghazalie dkk (2015) terdapat hubungan
yang signifikan antara mekanisme pemantauan (proksi oleh leverage) terhadap manajemen
laba. Secara keseluruhan good corporate governance timbul sebagai upaya untuk
mengendalikan atau mengatasi prilaku manjemen yang oportunistik. Good Corporate
governance menciptakan mekanisme dan alat control untuk menciptakan efisiensi bagi
perusahaan dan memberikan keuntungan bagi semua pihak ( stake holder). Dalam penelitian
terdahulu, putri sari (2015) menguji moderasi good corporate governance pada pengaruh
antara leverage dan manajemen laba dengan hasil leverage berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba dan good corporate governance mampu memoderasi hubungan
antara leverage dan manajemen laba. Jadi dalam penilitian ini kami ingin menambahkan
variabel independen yaitu free cash flow, karena kami ingin menguji apakah free cash flow
berpengaruh terhadap manajemen laba atau tidak. Maka dari itu kami mengambil judul
“Pengaruh Leverage Dan Free Cash Flow Terhadap Manajemen Laba Dengan Good
Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi“

C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dijelaskan diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Apakah Free Cash Flow berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba?
2. Apakah Financial Leverage berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba?
3. Apakah Good Corporate Governance (GCG) memperkuat atau memperlemah
pengaruh Free Cash Flow terhadap Manajemen Laba?
4. Apakah Good Corporate Governance (GCG) memperkuat atau memperlemah
pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisannya adalah sebagai
berikut:

10
1. Untuk menganalisis pengaruh Free Cash Flow terhadap Manajemen Laba.
2. Untuk menganalisis pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba.
3. Untuk menganalisis pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dalam
memperkuat atau memperlemah hubungan Free Cash Flow terhadap Manajemen
Laba.
4. Untuk menganalisis pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dalam
memperkuat atau memperlemah hubungan Leverage terhadap Manajemen Laba.

E. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut :
1) Kegunaan Teoritis
Penelitin ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa/i dan pihak
lain yang berkepentingan mengenai Leverage, Free Cash Flow, Manajemen laba dan
Good Corporate Governance (GCG).
2) Kegunaan Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu investor sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi, juga mengurangi asimetri
informasi antara manajemen dengan pihak eksternal.
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sesuatu yang berharga sebagai
tambahan referensi dan dapat memberikan ide untuk pengembangan lebih lanjut bagi
para akademis yang ingin mengadakan penelitian dalam bidang yang berkaitan
dimasa yang akan datang.

F. Kajian Pustaka dan Hipotesis


F.1 Kajian Pustaka
F.1.1 Manajemen Laba
Menurut Healy dan Wahlen (dalam Sulistyanto, 2008) yang artinya manajemen laba
muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan dan mengubah
transaksi untuk mengubah laporan keuangan untuk menyesatkan stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja ekonomi yang yang diperoleh perusahaan atau untuk memperngaruhi
hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan tersebut. Menurut

11
Sulistyanto (2008) earning management adalah upaya untuk merekayasa angka-angka dalam
laporan keuangan dengan mempermainkan metode dan prosedur akuntansi yang digunakan
perusahaan.
Dari berbagai definisi diatas dapat dijelaskan bahwa praktik manajemen laba
merupakan tindakan opostuniistik manajer yang berorientasi tujuan pribadi dan
mengesampingkan tujuan utama perusahaan dalam memanipulasi dan merekayasa data
keuangan perusahaan, sehingga dapat merugikan stakeholder perusahaan.
Menurut Sulistyanto (2008) secara umum terdapat tiga kelompok model empiris
manajemen laba yang diklasifikasikan atas dasar basis pengukuran yang digunakan yaitu
model yang berbasis akrual agregat (aggregate accruals), akrual khusus (specific accruals)
dan distribusi laba (distribution of earnings).

F.1.2 Teori Agensi


Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi
dalam hubungan keagenan Eisenhardt (dalam Nuswandari, 2009). Pertama adalah masalah
keagenan yang timbul pada saat (a) keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen berlawanan
dan (b) merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi
tentang apa yang telah benar-benar dilakukan oleh agen.

F.1.3 Free Cash Flow


Menurut Ross et al. (2000) mendefinisikan bahwa free cash flow merupakan kas
perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak
diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada asset. Menurut Ross et al. (2000) kas
tersebut biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham.
Manajer lebih menginginkan dana tersebut diinvestasi lagi pada proyek-proyek yang dapat
menghasilkan keuntungan, karena alternatif ini akan meningkatkan insentif yang
diterimanya. Di sisi lain, pemegang saham mengharapkan sisa dana tersebut dibagikan
sehingga akan menambah kesejahteraan mereka.
Menurut Brigham dan Houston (2010:67), free cash flow dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
FreeCash Flow = NOPAT – investasi bersih pada modal operasi.
Menurut Kieso (2005:120), rumus free cash flow adalah sebagai berikut:

12
FCF= Cash Flow From Operations (Operating Cash) – Capital Expenditure

F.1.4 Financial Leverage


Financial leverage menurut Martono dan Harjito (2008) bahwa Financial Leverage
merupakan penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan atas penggunaan dana
tersebut akan memperbesar pendapatan per lembar saham.
Sedangkan menurut Sutrisno (2003) Financial leverage terjadi akibat perusahaan
menggunakan sumber dana dari hutang yang menyebabkan perusahaan harus menanggung
beban tetap, atas penggunaan dana perusahaan tersebut setiap tahunnya maka dibebani biaya
bunga. Rasio leverage dapat diukur dengan cara Sudana (2011):
a. Rasio Utang (Debt Ratio)

b. Time Interest Earned Ratio

c. Cash Coverage Ratio

13
F.1.5 Good Corporate Governance
Menurut The Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG, 2012), Corporate
Governance (CG), merupakan serangkaian mekanisme yang mengarahka dan mengendalikan
suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para
pemangku kepentingan.
Penerapan GCG dalam rangka pemenuhan kepatuhan atau karena kebutuhan, maupun
memanfaatka pembelajaan yang ada, dapat memberikan manfaat bagi perusahaan antara lain:
a. Mempertahankan going concern perusahaan
b. Meningkatkan nilai perusahaandan kepercayaan pasar
c. Mengurangi agency cost dan cost of capital
d. Meningkatkan kinerja, efisiensi dan pelayanan kepada stakeholders
e. Melindungi organ dari intervensi politik dan tuntutan hukum, dan
f. Membantu terwujudnya corporate citizen

F.2 Hipotesis Penelitian


H1 : Free Cash Flow berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
H2 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
H3 : Good Corporate Governance memperlemah pengaruh free cash flow terhadap
manajemen laba
H4 : Good Corporate Governance memperlemah pengaruh leverage terhadap manajemen
laba

F.2.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu yang
bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014:13).

Gambar 1.1 Desain Penelitian

14
Good
Corporate
Governance
(X1)

X1
(GCG)
H3 H4
Manajemen
Laba
Free Cash
(Y)
Flow
(X2) H1

Laverage
(X3) H2

G. Metode Penelitian
G.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan textile yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2012-2017 yang dapat diakses secara langsung di www.idx.co.id,
serta melihat langsung di kantor IDX di Jl. P.B. Sudirman 10 X Kav.2, Denpasar, Bali.

G.2 Obyek Penelitian


Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah laba bersih, laporan arus kas, total
aktiva, perubahan penjualan, aktiva tetap dan perubahan piutang pada perusahaan textile
yang terdaftar di BEI periode 2012-2017.

G.3 Identifikasi Variabel

15
Sesuai dengan pokok masalah dan hipotesis yang diajukan, variabel-variabel yang
dianalisis dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan secara garis besarnya (Sugiyono,
2009:59-60) adalah:
1) Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependen adalah manajemen laba.
2) Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel independen adalah laverage dan free cash flow.
3) Variabel pemoderasi atau variabel independen ke dua adalah variabel yang
mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen
dengan dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel pemoderasi adalah good
corporate governance (GCG).

G.4 Definisi Operasional Variabel


Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian yang akan diuji, maka berikut
akan disajikan definisi operasional dari masing-masing variabel yaitu:
1) Manajemen Laba (Y)
Manajemen laba adalah derajat atau korelasi laba akuntansi suatu perusahaan (entitas)
dengan laba ekonominya. Untuk mengukur manajemen laba dilakukan dengan menggunakan
proksi discretionary accrual dengan menggunakan Modified Jones Model karena berdasar
Dechow et al. (1995) model ini lebih baik dibanding model Jones standar dalam mengukur
kasus manipulasi pendapatan. Model ini mengurangkan nondiscretionary accruals terhadap
total akrual sehingga diperoleh discretionary accruals. Discretionary accruals merupakan
komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan (discretion)
manajerial misalnya pada akhir tahun buku perusahaaan mengetahui bahwa suatu piutang
tertentu tidak dapat ditagih, perusahaan dapat melakukan pencatatan kapan piutang tersebut
dihapuskan, pada periode buku sekarang atau pada tahun buku berikutnya, perubahan biaya
kerugian piutang yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh
manajemen dalam penentuan biaya kerugian piutang dapat dijadikan contoh discretionary
accruals. Sementara nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual yang tidak
dapat diatur dan direkayasa sesuai kebijakan manajer perusahaan, misalnya peningkatan

16
penjualan secara kredit seiring dengan pertumbuhan perusahaan (tanpa perubahan kebijakan)
dapat merupakan contoh nondiscretionary accruals. Model penghitungannya adalah sebagai
berikut :
2) Leverage (X3)
Rasio leverage (leverage ratios) mengukur sejauh mana aktiva perusahaan telah
dibiayai oleh penggunaan hutang. Semakin tinggi rasio leverage maka semakin banyak
aktiva yang didanai hutang oleh pihak kreditor, sehingga menunjukan resiko perusahaan
dalam pelunasannya, hal ini dapat memicu terjadinya praktik manajemen laba. Leverage
diukur dengan menggunakan rasio total utang terhadap total aset.

……………………..………………………………(2)

Keterangan :
Leverage = Rasio utang terhadap aktiva
Utang = total utang
Aktiva = total aktiva

3) Free Cash Flow (X2)


Free Cash Flow merupakan jumlah kas yang tersedia bagi hutang dan ekuitas pemilik
setelah dikurangi seluruh kebutuhan operasionalnya dan pembayaran net fixed aset
investment dan net current aset investment. Aliran kas bebas dapat digunakan untuk
kewajiban kepada kreditur dan ekuitas pemilik (Gitman,2012). Adapun rumus perhitungan
Free Cash Flow.
……………………………….(3)

Keterangan:
Operating cash flow (OCF) =

Net fixed assets investment (NFAI) =

Net current assets investment (NCAI) = Change in current assets - Change in (Accounts
Payable + Accruals)

4) Good Corporate Governance (X1)

17
a) Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang
secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris).
Di mana rumus dari kepemilikan manajerial adalah prosentase total saham yang
dimiliki oleh manajemen perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar
(Faisal, 2005).

..................(4)

b) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah tingkat kepemilikan saham institusional
dalam perusahaan, diukur oleh proporsi saham yang dimiliki institusional pada akhir
tahun yang dinyatakan dalam persentase. Pengukuran kepemilikan institusional dapat
dilakukan dengan cara :

………...(5)

c) Dewan Komisaris Independen


Dewan komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan,
terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Menurut Egon Zehnder
International (2000) dalam FCGI (2001), dewan komisaris merupakan inti dari
corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi
perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas. Menurut Peraturan Pencatatan Nomor I-A Tentang
Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa, yaitu jumlah komisaris
independen minimal 30 persen. Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan
perusahan yang baik (good corporate governance), perusahaan tercatat wajib
memiliki komisaris independen yang jumlahnya proporsional sebanding dengan
jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan
ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30 persen dari jumlah
seluruh anggota komisaris. Pengukuran dewan komisaris independen dapat dilakukan
dengan cara :

18
…....…(6)

d) Komite Audit
Komite audit merupakan suatu komite yang bertugas melakukan audit internal
suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, komite audit diukur berdasarkan
keberadaannya di dalam perusahaan. Variabel ini merupakan variabel dummy, jika
perusahaan memiliki komite audit maka akan diberi angka 1 dan jika perusahaan
tidak memiliki komite audit diberi angka 0.

G.5 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan (Sugiyono, 2009:14). Data kuantitatif dalam laporan ini yaitu laporan keuangan
tahunan (Annual Report) serta laporan lainnya yang dipublikasikan oleh perusahaan textile
yang terdaftar periode 2012-2017 di BEI. Data kualitatif merupakan data yang dinyatakan
dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar (Sugiyono, 2009:14). Data kualitatif yang digunakan
dalam penelitian ini adalah daftar perusahaan-perusahaan textile yang terdaftar di BEI, profil
perusahaan textile yang terdaftar di BEI.
Ditinjau dari sumbernya, data ini merupakan data sekunder yaitu data yang tidak
diperoleh dari sumbernya langsung tetapi diperoleh dari sumber-sumber lain, misalnya
melalui dokumen (Sugiyono, 2009:129). Data sekunder dalam penelitian ini didapat melalui
media perantara yaitu dari situs resmi BEI.

G.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan textile yang terdaftar di BEI
periode 2012-2017. Pemilihan sampel yang akan dilakukan dengan teknik purposive
sampling, yaitu metode penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, dimana anggota
sampel akan dipilih sedemikian rupa sehingga sampel yang dibentuk tersebut dapat mewakili
sifat-sifat populasi (Sugiyono, 2009:122). Kriteria- kriteria yang akan digunakan adalah:
1) Perusahaan textile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan laporan
keuangan dan laporan tahunan selama tahun pengamatan secara berturut-turut yaitu dari
tahun 2012 sampai dengan tahun 2017.

19
2) Perusahaan yang menyajikan data secara lengkap mengenai ketiga variabel tersebut,
seperti laba bersih perusahaan, aliran arus kas operasi, total aktiva, perubahan penjualan,
perubahan piutang, jumlah saham manajemen, jumlah saham institusional, jumlah saham
yang beredar, jumlah komisaris independen, jumlah dewan komisaris, dan keberadaan
komite audit.

G.7 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
observasi non participant, yaitu teknik pengumpulan data dengan observasi atau
pengamatan dimana peneliti tidak terlibat secara langsung dan hanya sebagai pengamat
independen (Sugiyono, 2009:405). Data yang dimaksud adalah laporan tahunan perusahaan
dan laporan keuangan yang diperoleh dari BEI atau melalui website www.idx.co.id dan data
yang diperoleh dengan mempelajari uraian dari buku-buku, karya ilmiah berupa skripsi,
jurnal-jurnal akuntansi dan bisnis, serta mengakses situs-situs internet yang relevan lainnya.

G.8 Teknik Analisis Data


G.8.1 Analisis Faktor
Analisis faktor adalah analisis yang bertujuan mencari faktor-faktor utama yang
paling mempengaruhi variabel dependen dari serangkaian uji yang dilakukan atas
serangkaian variabel independen sebagai faktornya. Pada penelitian ini analisis faktor
digunakan untuk mengetahui pengaruh dari GCG sebagai variabel moderasi. Mekanisme
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen, dan komite audit. Dimana analisis faktor ini
digunakan untuk mengatahui diantara keempat mekanisme GCG tersebut mekanisme mana
saja yang mampu memoderasi hubungan antara leverage dan free cash flow terhadap
manajemen laba. Mekanisme yang terpilih akan digunakan sebagai perwakilan dari faktor
GCG pada saat melakukan Moderated Regression Analysis (MRA).

G.8.2 Moderated Regression Analysis (MRA)


Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA)
merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya
mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) (Utama, 2009).

20
G.8.3 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur goodness of fit dari persamaan regresi yaitu
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi total dari variabel dependen
yang dijelaskan oleh variasi variabel independen (Gujarati,2003:98). Nilai yang mendekati 1
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi-variasi dependen.

G.8.4 Uji Kelayakan Model (Uji F)


Uji signifikansi simultan (Uji F) bertujuan untuk menilai kelayakan model regresi
yang terbentuk. Jika nilai signifikansi (sig) ≤ 0,05 maka variabel independen dapat digunakan
untuk memprediksi variabel dependen (Gujarati,2003:44).

G.8.5 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)


Uji statistik t (Gujarati,2003:129) digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini secara individual dalam
menerangkan variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam uji t
adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak. Hipotesis ditolak
mempunyai arti bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
2) Jika nilai probabilitas signifikansi ≤ 0,05 maka hipotesis diterima. Hipotesis diterima
mempunyai arti bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Faisal, 2005. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Kelima,
Penerbitan Universitas Muhammadiyah, Malang.

Agustia, Dian. (2013). “Pengaruh Free Cash Flow dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen
Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2007-2011)”. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Astika, I.B.P. 2009. “Hubungan Keagenan Dan Hukum Besi Dalam Manajemen Laba”.

Bakkrudin, Akhmad. 2011. “ Pengaruh Arus Kas Bebas dan Komite Audit Terhadap
Manajemen Laba.” Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan
Akuntansi, Universitas Diponegoro.

Brigham, Eugene, F., and Houston, J.F. (2010). Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Essential of
Financial Management). Edisi Ke Sebelas, buku 1. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto.
Jakarta: Salemba Empat.

Dechow, P.M., R.G. Sloan, dan A.P. Sweeney, 1995. Detecting earnings management. The
Accounting Review, Vol. 70, No. 2: 193-225.

Dechow, Patricia, M., Sloan, R.G., and Sweeney, A.P. (1996). Causes and Consequences of
Earnings Manipulaton: An Analysis of Firms Subject to Enforcement Actions by the SEC.
Contemporary Accounting Research, 13, 1-36.

FCGI, 2001.”Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan”. Edisi Ketiga, Jakarta.

Ghazalie, Aziatul Waznah, Nur Aima Shafie dan Zuraidah Mohd Sanusi. (2015). Earnings
Management: An analysis of opportunistic behavior, monitoring mechanism and financial
distress. Malaysia. Universiti Teknologi MARA.

Gujarati. D. 2003. Basic Econometrics. McGraw-Hill.

Gul, F. A., Chen, C. J. P. & Tsui, J. S. L. 2003. Discretionary accounting accruals, managers'
incentives, and audit fees. Contemporary Accounting Research 20 (3): 441-464.

Halim, Julia, Carmel Meiden dan Rudolf Lumban Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba
pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang
Termasuk dalam Indeks LQ-45. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII. Solo.

Jensen, M.C., and W.H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost
and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, V. 3, No. 4. Jao, Robert dan
22
Gagaring Pagalung. 2011. Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi dan
Auditing, Vol.8 No.1 1-94.

Kono, Fransiska Dian Permatasari, (2013). Pengaruh Arus Kas Bebas, Ukuran KAP, Spesialis
Industri KAP, Audit Tenur dan Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba. Studi
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI Selama 2009-2013). Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Martono dan Agus Harjito. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonesia

Mayangsari, Sekar, 2001, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan


Perushaan: Pengujian Pecking Order Hypothesis”. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan
Informasi. Vol. 1, No. 3. Hal. 1-26.

Midiastuty, Pratana Puspa dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme
Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI.

Nuswandari, Cahyani. 2009. Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap Kinerja
Perusahaan Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi. ISSN:1412-3126.

Purwantini, Titi. 2011. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Akuntansi.

Rahyuda, Murjana Yasa, Yuliarmi. 2004. Metodologi Penelitian. FEB Unud.

Ross, Stephen A., Randolph W., dan Bradford, D. Jordan (2000), Fundamentals of Corporate
Finance, Irwin McGraw-Hill, Boston. Fifth Edition

Shanti, J.C. dan C. Bintang Hari Yudhanti. 2007. “Pengaruh Set Kesempatan Investasi dan
Leverage Finansial terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi
Ventura Vol 10 No 3 Desember 2007 h. 49-70.

Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan : Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris. PT. Grasindo.
Jakarta.

Usadha, I Putu Adnyana dan Gerianta Wiryawan. 2009. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja
Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa
Efek Indonesia. Universitas Udayana.

23
Watts, R. L. and Zimmerman, J. L. (1986).Positive Accounting Theory, Engelwood Cliffs, NJ.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/view/12270/10245

https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFEKON/article/viewFile/12297/11942

http://www.idx.co.id/

24

Anda mungkin juga menyukai