Anda di halaman 1dari 170

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin mulai sejak

kontrasepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.Pertumbuhan dan

perkembangan janin menentukan derajad kesehatan ibu hamil dan output

kehamilannya. Selama masa kehamilan terjadi perubahan dalam sistem tubuh

yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil. Setiap ibu hamil

akan menghadapi resiko komplikasi kehamilan yang bisa mengancam

jiwanya. Masa ini memerlukan perhatian khusus untuk menentukan kualitas

hidup selanjutnya. Untuk menghadapi resiko tersebut, salah satu persiapan

yang perlu dilakukan yaitu dengan aktif melakukan kunjungan Antenatal

Care sehingga bisa dilakukan deteksi dini (Bartini, 2012).

Deteksi dini komplikasi kehamilan dapat menurunkan angka kematian ibu

dan memantau keadaan janin. Melalui deteksi dini kelainan yang mungkin

timbul cepat diketahui dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh buruk

yang berujung kematian ibu. Angka kematian ibu yang tinggi menggambarkan

banyaknya wanita hamil yang mengalami komplikasi kehamilan dan tidak

terdeteksi lebih awal sehingga tidak mendapatkan penaganan hal tersesebut

salah satu penyebabnya di karenakan ibu yang tidak patuh melakukan

kunjungan Antenatal Care khususnya KI. Mortalitas dan morbiditas pada

wanita hamil adalah masalah besar di negara berkembang. Kehamilan dengan

1
2

komplikasi merupakan keadaan yang berbahaya sebagai penyebab kematian

ibu seperti perdarahan, eklampsia dan infeksi (Kemenkes RI, 2015).

Ibu hamil yang patuh kunjungan Antenatal Care memiliki sikap yang

positif tentang deteksi dini komplikasi kehamilan maka kemungkinan besar

ibu akan berfikir untuk berperilaku mencegah, menghindari atau mengatasi

masalah kehamilan tersebut dan ibu memiliki kesadaran untuk melakukan

kunjungan Antenatal Care.Capaian pelayanan kesehatan ibu dapat dinilai

menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 . K1 dalah jumlah ibu hamil yang

yang telah memperoleh pelayanan Antenatal Care pertama kali. K4 adalah

jumlah ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan Antenatal Care sesuai

dengan standar paling sedikit empat kali sesuai yang telah di anjurkan

(Suparyanto, 2012).

Menurut SDKI 2012, target AKI di Indonesia pada tahun 2012 adalah

102/100.000 kelahiran hidup. Namun faktanya SurveiDemografi dan

Kesehatan Indonesia tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) yang berkaitan

dengan komplikasi kehamilan,persalinan dan nifas 359/100.000 kelahiran

hidup. Data tersebut menjadi tantangan berat bagi Indonesia untuk mecapai

target MDGs.Sedangkan berdasarkan data WHO tahun 2008- 2013, hipertensi

dalam kehamilan seperti preeklamsi merupakan penyebab utama kematian ibu

di Amerika Latin sebesar 25% dan penyebab kematian kedua di negara maju

dengan presentasi 16,1% . Tahun 2005 sebanyak 536.000 kematian ibu di

dunia disebabkan oleh perdarahan 25%, infeksi 15%, dan eklamsi 12%

(WHO, 2013).
3

Di Indonesia kematian ibu cukup tinggi seperti halnya dengan negara lain.

Tahun 2014 penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah preeklamsi

yaitu 52,9% diikuti perdarahan 26,5% dan infeksi 14,7% . Cakupan K1 di

Indonesia juga masih di bawah target yaitu sebesar 75,5% dan K4 sebesar

73,25%. Sedangkan cakupan target kunjungan ibu hamil yang telah di

tetapkan di Indenesia adalah 95%. Hal ini menunjukkan kepatuhan kunjungan

Antenatal Care di Indonesia masih rendah (Depkes RI, 2014).

Di Jawa Timur, capaian Angka Kematian Ibu (AKI) yang di sebabkan oleh

komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas cenderung meningkat dalam 5

(lima) tahun terakhir, yaitu berkisar antara 3-23 point dengan data yang

bersumber dariLaporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota. Capaian AKI

dapat digambarkan sebagaiberikut : pada tahun 2012 sebesar 93 per 100.000

kelahiran hidup (kh); tahun 2013sebesar 96,7 per 100.000 kh; tahun

2014sebesar 108,4 per 100.000 kh; tahun 2015sebesar 112,3 per 100.000 kh;

dan di tahun 2015 mencapai 116,43 per 100.000 kh. Capaian AKI Jawa Timur

tahun 2013 keadaanya berada 6 point di bawah dari target MDGs. Cakupan

K1 dan K4di Jawa Timur juga masih belum mencapai target yang telah di

tentukan yaitu K1 sebesar 72,25% dan K4 70,26% sebesar sedangkan

cakupan yang telah di tetapkan oleh provinsi jawa timur adalah 95%. Hal ini

menunjukkan meningkatnya kejadian komplikasi di Jawa Timur salah satu

penyebabnya adalah ibu yang tidak patuh/tidak rutin melakukan kunjungan

Antenatal Care sehingga tidak bisa di lakukannya deteksi dini komplikasi

kehamilan (Profil Dinkes Jatim, 2015).


4

Berdasarkan data dari wilayah Kabupaten Trenggalek pada tahun 2017

angka kejadian komplikasi kehamilan sejumlah 456 ibu hamil. Pre eklamsi

yaitu sebesar 241 orang kemudian diikuti oleh anemia sebesar 125 orang,

hiperemesis sebesar 35 orang, perdarahan sebesar 33 orang, dan infeksi

sebesar 22 orang. Kejadian komplikasi kehamilan yang banyak berada di 3

Kecamatan dari 14 Kecamatan sekabupaten Trenggalek yaitu Kecamatan

Munjungan 62 orang dari 856 ibu hamil, dengan cakupan K1 dan K4 masih

rendah yaitu K1 sebesar 74,30% dan K4 65,36 % sedangkan cakupan

targetnya adalah 95 %. Kecamatan Pogalan sebanyak 72 orang dari 767 ibu

hamil, cakupan K1 sudah mencapai target yaitu sebesar 95% tetapi K4 masih

dibawah target yaitu sebesar 76,45%. Dan Kecamatan Karangan 46 orang,

dari 545 ibu hamil, cakupan K1 yaitu sebesar 75,25% dan K4 sebesar 69,18

% sedangkan cakupan target yang telah di tentukan adalah 95%. Dari 3

kecamatan tersebut kejadian komplikasi terbanyak yaitu berada di Kecamatan

Munjungan.

Berdasarkan study pendahuluan tanggal 4 Februari 2017 di Wilayah Kerja

Puskesmas Munjungan Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek,

merupakan kecamatan yang paling banyak terdapat komplikasi kehamilan

yaitu terdapat 11 Desa dengan kejadian komplikasi sebanyak 62 orang dari

856 ibu hamil, dengan cakupan K1 dan K4 masih rendah yaitu K1 sebesar

74,30% dan K4 65,36 % sedangkan cakupan targetnya adalah 95 %.

Dari wawancara yang telah dilakukan pada 5 Ibu hamil yang mengalami

komplikasi, 3 diantaranya tidak patuh melakukan kunjungan Antenatal Care


5

dikarenakan dukungan keluarga dan minat ibu yang kurang. Sehingga sikap

ibu negatif ditunjukkan dengan ketidaktahuan ibu dalam deteksi

dini/penanganan komplikasi kehamilan. Sedangkan 2 ibu hamil yang patuh

melakukan kunjungan Antenatal Care sikapnya positif ditunjukkan dengan ibu

bisa melakukan deteksi dini/penaganan komplikasi kehamilan yaitu dengan

cara diet makanan yang disarankan oleh bidan dan mengubah perilaku yang

dapat memperburuk kehamilan ibu.

Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan kehamilan dapat menyebabkan tidak

dapat diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi

kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi. Deteksi

saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan pengendalian resiko

(Manuaba,2010). Apalagi ibu hamil yang tidak patuh melakukan pemeriksaan

kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan

baik atau mengalami komplikasi yang dapat membahayakan kehidupan ibu

dan janinnya serta dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi

(Sri Lestari, 2012).

Mengingat permasalahan diatas maka Antenatal Care sebagai salah satu

upaya pencegahan awal dari faktor komplikasi kehamilan. Menurut Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal Care untuk mendeteksi dini terjadinya

komplikasi terhadap kehamilan juga dapat menurunkan angka kematian ibu

dan memantau keadaan janin serta merubah sikap ibu yang negatif menjadi

positif dalam deteksi dini komplikasi kehamilan (Winkjosastro H, 2012).


6

Upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas Munjungan Kecamatan

Munjungan Kabupaten Trenggalek adalah penyuluhan tentang tanda bahaya

kehamilan, dan dilakukannya kelas ibu hamil oleh Bidan Desa guna

menyadarkan pentingnya standar kunjungan minimal Antenatal Care dan

deteksi dini komplikasi kehamilan serta menyebarkan leaflet untuk promosi

kesehatan guna memberikan motivasi kepada ibu tentang pentingnya

pemeriksaan kehamilan sejak dini (Data Pribadi Puskesmas Munjungan.

2014).

Berdasarkan fenomena diatasmaka peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Terhadap

Sikap Dalam Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Wilayah

Kerja Puskesmas Munjungan Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Apakah ada Pengaruh Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Terhadap Sikap

Dalam Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja

Puskesmas Munjungan Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek ? ”


7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Terhadap Sikap

Dalam Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Wilayah

Kerja Puskesmas Munjungan Kecamatan Munjungan Kabupaten

Trenggalek .

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi kepatuhan kunjungan Antenatal Care pada ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Munjungan Kecamatan

Munjungan Kabupaten Trenggalek

b. Mengidentifikasi sikap ibu dalam deteksi dini komplikasi kehamilan

di Wilayah Kerja Puskesmas Munjungan Kecamatan Munjungan

Kabupaten Trenggalek

c. Menganalisis pengaruh kepatuhan kunjungan Antenatal Care

terhadap sikap dalam deteksi dini komplikasi kehamilan pada ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Munjungan Kecamatan

Munjungan Kabupaten Trenggalek

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan informasi

serta dapat di jadikan sebagai bahan sumber ilmiah bagi peneliti yang

lain untuk meneliti lebih lanjut yang berhubungan dengan Kepatuhan


8

Kunjungan Antenatal Care Terhadap Sikap Dalam Deteksi Dini

Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas

Munjungan Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek Pada Tahun

2017.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi responden

Dapat digunakan sebagai masukan tentang pentingnya kunjungan

Antenatal Care guna mendeteksi dini komplikasi kehamilan.

b. Manfaat bagi Puskesmas Munjungan Keacamatan Munjungan


Kabupaten Trenggalek.

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai alat bantu peneliti

maupun tenaga kesehatan sebagai sumber informasi yang secara

tidak langsung akan membantu dalam mengatasi masalah

Kepatuhan Kujungan Antenatal Care Terhadap Sikap Dalam Deteksi

Dini Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil yang ada Di Wilayah

Kerja Puskesmas Munjungan Kecamatan Munjungan Kabupaten

Trenggalek

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya mampu menerapkan ilmu dan pengetahuan yang

telah didapat dalam penelitian ini untuk diaplikasikan dalam

melanjutkan penelitian mengenai faktor faktor lain yang

mempengaruhi sikap dalam deteksi dini komplikasi kehamilan.


9

d. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tenaga

kesehatan untuk meningkatkan pemberian promosi kesehatan / penyuluhan

kepada masyarakat terutama yang jarak rumah jauh dari tenaga

kesehatan /desa terpencil tentang pentingnya kunjungan antenatal care agar

komplikasi kehamilan dapat terdeteksi sejak dini

E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Desti Yulanda (2014), dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Ibu

Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Sikap Deteksi Dini

Komplikasi Kehamilan di Puskesmas Kartasura Tahun 2014”. Jenis

penelitian inisurvey analitik. Lokasi penelitian ini di Puskesmas

Kartasura. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2014. Variabel

independent dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Ibu dan variabel

dependent dalam penelitian ini adalah sikap ibu dalam deteksi dini

komplikasi kehamilan. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah

tempat penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Munjungan Kecamatan

Munjungan Kabupaten Trenggalek, waktu penelitian tahun 2017,

variabel independent dalam penelitian ini adalah kepatuhan kunjungan

Antenatal Care dan variabel dependent dalam penelitian ini adalah sikap

ibu dalam deteksi dini komplikasi kehamilan. Jenis penelitian ini adalah

obsevasional dengan menggunakan uji regresi logistik.


10

2. Erni Damayanti (2015), dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan

Ibu Hamil Tentang Resiko Tinggi Kehamilan Dengan Kepatuhan

Kunjungan Antenatal Care di RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun

2015”. Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif. Penelitian ini

menggunakan variabel independent tingkat pengetahuan ibu resiko tinggi

dan variabel dependentnya kepatuhan kunjungan Antenatal Care,

responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III yang resiko

tinggi, tempat penelitian ini di di RSUD Pandan Arang Boyolali,

penelitian ini dilaksankan tahun 2015. Perbedaan dengan penelitian

sekarang yaitu pada variabel, responden, tempat dan waktu

penelitian.Variabel independent sekarang adalah kepatuhan kunjungan

Antenatal Care dan variabel dependent dalam penelitian ini sikap ibu

dalam deteksi dini komplikasi kehamilan, responden dalam penelitian

sekarang adalah ibu hamil TM I,II,III yang mengalami komplikasi,

tempat penelitian sekarang di Wilayah Kerja Puskesmas Munjungan

Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek, penelitian sekarang

dilakukan pada tahun 2017.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Kepatuhan

a. Pengertian Kepatuhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia patuh adalah suka

menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah

perilaku sesuai aturan dan berdisiplin (Pranoto, 2010).

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap

intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun

yang ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji

pertemuan dengan dokter atau Bidan (Stanley, 2011).

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut (Niven, 2012) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kepatuhan adalah :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri. Tingginya pendidikan seorang perawat dapat

meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan kewajibannya,

11
12

sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan

yang aktif.

2) Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri

kepribadianpasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan.

Pasien yang mandiri harus dilibatkan secara aktif dalam

program pengobatan.

3) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial.

Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman – teman

sangat penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk

membantu memahami kepatuhan terhadap program

pengobatan.

4) Perubahan model terapi .

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan

pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.

5) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien.

6) Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada

pasien setelah memperoleh informasi diagnosa.

Carpenito (2010) berpendapat bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan diantaranya :

1) Pemahaman tentang instruksi

Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika dirinya salah

paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Ley dan


13

Spelman tahun 2009 menemukan bahwa lebih dari 60%

responden yang Antenatal Care setelah bertemu dengan

dokter atau Bidan salah mengerti tentang instruksi yang

diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan profesional kesalahan dalam memberikan

informasi lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan

memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh pasien.

2) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan,

sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan

yang aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-

tahapan tertentu. Gunarso mengemukakan bahwa semakin tua

umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, akan tetapi pada umur – umur tertentu,

bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat

ketika berusia belasan tahun, dengan demikian dapat

disimpulkan faktor umur akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang yang akan mengalami puncaknya pada

umur – umur tertentu dan akan menurun kemampuan

penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia

semakin lanjut. Hal ini menunjang dengan adanya tingkat

pendidikan yang rendah.


14

3) Kesakitan dan pengobatan.

Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau

resiko yang jelas), saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan

lama, pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek

samping, perilaku yang tidak pantas sering terabaikan.

4) Keyakinan, sikap dan kepribadian.

Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang

gagal berbeda. Orang yang tidak patuh adalah orang yang

mengalami depresi, ansietas, sangat memperhatikan

kesehatannya, memiliki 8 (delapan) kekuatan ego yang lebih

lemah dan memiliki kehidupan sosial yang lebih,

memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego

yang lebih ditandai dengan kurangnya penguasaan terhadap

lingkunganya. Variabel-variabel demografis juga digunakan

untuk meramalkan ketidak patuhan.

5) Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat

berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai

kesehatan individu serta menentukan program pengobatan

yang akan mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan anggota

keluarga yang mengalami kompilaski kehamilan terutama


15

suami. Derajat dimana seseorang terisolasi dari

pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif

berhubungan dengan kepatuhan.

6) Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk

memenuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya

seseorang yang sudah pensiun dan tidak bekerja namun

biasanya ada sumber keuangan lain yang bisa digunakan

untuk membiayai semua program pengobatan dan perawatan

sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke bawah

akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat

ekonomi baik tidak terjadi ketidakpatuhan.

7) Dukungan sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari

anggota keluarga teman, waktu, dan uang merupakan faktor

penting. Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi

ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka

dapat menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan

mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk

mencapai kepatuhan. Dukungan sosial nampaknya efektif di

negara seperti Indonesia yang memiliki status sosial lebih

kuat, dibandingkan dengan negara-negara barat.


16

c. Pengukuran Kepatuhan

Menurut Jurnal yang di publikasikan oleh dr.Supriyanto M.Kes

(2010) Kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan

Antenatal Care dapat di ukur dengan:

1) Patuh : Jika ibu hamil melakukan kunjungan Antenatal Care

minimal 1 kali pada TM I, 1 kali pada TM II dan 2 kali pada

TM III.

2) Tidak Patuh : Jika ibu hamil tidak melakukan kunjungan

Antenatal Care minimal 1 kali pada TM I, 1 kali pada TM II

dan 2 kali pada TM III.

2. Konsep Antenatal Care

a. Pengertian

Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter

sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk

mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan

Antenatal Care petugas mengumpulkan dan menganalisis data

mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik

untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada

tidaknya masalah atau komplikasi (Saifuddin, 2012).

Kunjungan Antenatal Care adalah kontak ibu hamil dengan

pemberi perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan

kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi


17

dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Sudarwati,

2012).

Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu

bentuk perilaku. Menurut Lawrence Green, faktor-faktor yang

memengaruhi perilaku ada 3 yaitu : faktor predisposisi (predisposing

factor), faktor pendukung (enabling factor), dan faktor pendorong

(reinforcing factor). Yang termasuk faktor predisposisi

(predisposing factor) diantaranya : pengetahuan, sikap, kepercayaan,

tradisi, keyakinan, nilai dan motivasi. Sedangkan yang termasuk

faktor pendukung (enabling factor) adalah ketersediaan fasilitas-

fasilitas atau sarana-sarana kesehatan dan yang terakhir yang

termasuk faktor pendorong (reinforcing factor) adalah sikap dan

perilaku petugas kesehatan, informasi kesehatan baik literature,

media, atau kader (Natoatmodjo, 2010).

b. Kebijakan Program Pelayanan Antenatal Care

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat

penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat

Pilar Safe Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga Berencana,

Antenatal Care, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri

Essensial. Pendekatan pelayanan obstetrik dan neonatal kepada

setiap ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Pregn


18

Antenatal Carey Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci

yaitu :

1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

2) Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan

yang adekuat.

3) Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses

pencegahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak

diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Kebijakan

program pelayanan Antenatal Care menetapkan frekuensi

kunjungan Antenatal Care sebaiknya minimal 4 (empat) kali

selama kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut : (Depkes,

2009).

a) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia

kehamilan 14 minggu

Tujuannya :

1) Penapisan

2) Perencanaan persalinan

3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatannya

b) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 14 – 28

minggu
19

Tujuannya :

1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatannya

2) Penapisan pre eklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi

dan saluran perkemihan

3) Mengulang perencanaan persalinan

c) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) 28 –36

minggu dan setelah 36 minggu sampai lahir.

Tujuannya :

1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

3) Memantapkan rencana persalinan

4) Mengenali tanda-tanda persalinan

Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera

setelah diketahui terlambat haid dan pemeriksaan

khusus dilakukan jika terdapat keluhan-keluhan

tertentu.

c. Tujuan Antenatal Care

Menurut Depkes (2008), tujuan dari Antenatal Care meliputi :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayi

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,

dan sosial ibu dan bayi


20

3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI Eksklusif

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

d. Standar Pelayanan Antenatal Care

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar

pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan

yang dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal

10T adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2009) :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2) Pemeriksaan tekanan darah

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4) Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan

7) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan


21

8) Test laboratorium (rutin dan khusus)

9) Tatalaksana kasus

10) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan

e. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kunjungan Pemeriksaan

Kehamilan (Antenatal Care)

1) Kebutuhan

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang

menggerakkan mahluk hidup dalam akitvitas-aktivitasnya dan

menjadi dasar alasan berusaha. Pada dasarnya, manusia bekerja

mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan.

Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, selama hidup

manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti

makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan kesehatan.

Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu dan

agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat,

semakin tinggi/banyak pula macam kebutuhan yang harus

dipenuhi. Pemeriksaan kehamilan secara teratur akan dilakukan

oleh ibu hamil, bila tindakan itu dirasakan sebagai kebutuhan.

Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor kebutuhan ini merupakan

dasar dan stimulus paling langsung untuk menggunakan sarana

kesehatan dalam menjaga kesehatannya selama kehamilan.


22

2) Harapan

Seseorang termotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya

harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang,

keberhasilan dan harga diri meningkat dan menggerakkan

seseorang ke arah pencapaian tujuan, misalnya ibu melakukan

pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan dengan harapan agar

kesehatannya selama kehamilan terjamin, dan apabila ada

gejala/tanda komplikasi kehamilan dapat terdeteksi sedini

mungkin serta apabila ada komplikasi yang terjadi dapat segera

diatasi/ditangani.

3) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu

hal tanpa ada yang menyuruh, misalnya ibu memeriksakan

kehamilannya tanpa ada pengaruh dari orang lain tetapi karena

adanya minat ingin bertemu dengan tenaga kesehatan (dokter,

bidan, perawat) dengan tujuan untuk mengetahui keadaan/status

kesehatan kehamilannya.

4) Dukungan Suami dan Keluarga

Wanita hamil tidak hidup sendiri tetapi dalam lingkungan

keluarga dan budaya yang kompleks atau bermacam-macam.Pada

kenyataanya peranan suami dan keluarga sangat besar bagi ibu

hamil dalam mendukung perilaku atau tindakan ibu hamil dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Teori Snehendu B. Kar


23

(Notoatmodjo, 2010) menyimpulkan bahwa perilaku kesehatan

seseorang ditentukan antara lain oleh ada atau tidaknya dukungan

masyarakat sekitarnya (social support). Orang yang tinggal

dilingkungan yangmenjunjung tinggi aspek kesehatan akan lebih

antusias dalam menjaga kesehatannya. Sebaliknya mereka yang

tinggal dilingkungan dengan pola hidup tidak sehat/tidak

memperhatikan kesehatan akan cenderung tidak perduli dengan

pencegahan penyakit atau pemeriksan kesehatan secara teratur.

Hasil penelitian Simanjuntak (2002) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara dukungan suami/keluarga

dengan kunjungan K1, dimana diperoleh OR = 2, 89 yang berarti

bahwa responden yang memperoleh dukungan baik mempunyai

kecenderungan untuk melakukan kunjungan K1 sesuai standar 3

kali lebih besar dibandingkan responden yang kurang

mendapatdukungan suami/keluarga.

5) Imbalan

Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan

sehingga orang tersebut ingin melakukan sesuatu, misalnya ibu

melakukan pemeriksaan kehamilannya ke tenaga kesehatan

karena ibu akan mendapatkan imbalan seperti makanan tambahan,

susu, atau vitamin secara gratis. Imbalan yang positif ini akan

semakin memotivasi ibu untuk datang ketenaga kesehatan untuk

memeriksakan kehamilannya.
24

6) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu keadaan/kejadian yang dialami ibu pada

kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Ibu yang memiliki

pengalaman buruk dalam kehamilan yang lalu akan cenderung

untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan (Tangkin, Y, 2010).

Menurut Akin dalam Adhaniyah mengatakan bahwapengalaman

masa lalu dalam kehamilan, persalinan dan pelayanan kesehatan

mempunyai efek sangat besar terhadap pengetahuan, sikap, dan

penggunaan pelayanan kesehatan ibu. Serta pengalaman ibu hamil

dalam melakukan pemeriksaan kehamilan sebelumnya akan

berpengaruh tehadap perilaku ibu dalam melakukan pemeriksaan

kehamilan yang sekarang. Ibu yang mendapatkan pengalaman

yang kurang menyenangkan pada saat melakukan pemeriksaan

pada kehamilan sebelumnya akan cenderung kurang antusias

dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, karena takut

pengalaman yang lalu akan terulang kembali.

7) Sikap

Tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap (attitude)

yaitu suatu tingkat efek (perasaan) baik yang positif

(menguntungkan) maupun negatif (merugikan). Sikap belum

tentu merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan

“priedisposisi” tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2013).

Menurut Sarwono (2010) sikap merupakan potensi tingkah laku


25

seseorang terhadap sesuatu keinginan yang dilakukan. Maka

dapat dikatakan seorang ibu hamil yang bersikap positif terhadap

perawatan kehamilan (Antenatal Care) cenderung akan

mempunyai motivasi tinggi untuk melakukan Antenatal Care. Hal

ini dikarenakan informasi, pengetahuan dan pemahaman ibu

hamil yang baik mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan

(Antenatal Care) selama kehamilan dapat mencegah bahaya dan

risiko yang mungkin terjadi selama hamil. Sikap ibu terhadap

pelayanan antenatal care berperan dalam pemeriksaan kehamilan

secara teratur.

Hasil penelitian Simanjuntak menunjukkan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara sikap responden dengan antenatal K1.

8) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui Antenatal Care indra manusia

yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang . (Notoatmodjo,

2013)

Menurut Notoatmodjo (2013) tingkat pengetahuan dalam domain

kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan : tahu, memahami,


26

aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tingkat pendidikan adalah

upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan

perilaku positif yang meningkat. Pengetahuan tentang kehamilan

harus dimiliki ibu hamil untuk dapat menyiapkan fisik atau

mental agar sampai akhir kehamilannya sama sehatnya, bilamana

ada kelainan fisik atau psikologis bisa ditemukan secara dini dan

diobati, serta melahirkan tanpa kesulitan dengan bayi yang sehat.

9) Ekonomi/Penghasilan

Penghasilan keluarga merupakan faktor pemungkin bagi

seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.Penghasilan

keluarga juga menentukan stasus sosial ekonomi keluarga

tersebut. Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan

seseorang dalam masyarakat yang ditentukan dengan variabel

pendapatan, pendidikan dan pekerjaan, karena ini dapat

mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pemeliharaan

kesehatan. (Notoatmodjo, 2013)

Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan

erat dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini

disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam

mengatasi berbagai masalah tersebut . (Effendy, N, 2010)

Menurut WHO (Notoatmodjo, 2008) faktor ekonomi juga

berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini

komplikasi kehamilan. Status ekonomi keluarga juga berperan


27

bagi seseorang dalam bertindak termasuk tindakan yang

berhubungan dengan kesehatan dan pemeriksaan kehamilannya.

3. Konsep Sikap

1. Pengertian Sikap

Menurut chave dkk dalam buku (Saifuddin Azwar, 2008) Sikap

merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek

dengan cara-cara tertentu.

Menurut Louis Thrustone dkk dalam buku (Saifuddin Azwar, 2008)

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap

seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau

memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

pada objek tersebut.

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sedangkan

sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung

atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau

tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut ( Saifuddin

Azwar, 2008).

2. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Saifuddin Azwar (2008) adalah:

a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajarisepanjang perkembangan itu dalam hubungannya

dengan obyeknya.
28

b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-

keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada

orang itu.

c) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain sikap

itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan

dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat

alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan- kecakapan atau

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

3. Tingkatan Sikap

Menurut Saifuddin Azwar (2008), sikap terdiri dari berbagai

tingkatan yaitu:

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan


29

atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari pekerjaan

itu benar atau salah adalah berarti orang tersebut menerima ide

itu.

c) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling

tinggi.

4. Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif:

a) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.

b) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

(Saifuddin Azwar, 2008)

5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap

Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi

sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai

objek psikologis yang dihadapinya. Menurut saifuddin Azwar (2008)

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

adalah:
30

a) Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penhayatan kita terhadap stimulus sosial.

b) Orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang

yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan

persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita,

seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang

berarti khusus bagi kita akan banyak mempengaruhi sikap kita

terhadap sesuatu.

c) Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita

hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi kita

bagi pergaulan, sangat mungkin kita mempunyai sikap yang

mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan. Apabila kita

hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan

berkelompok,makasangat mungkin kita akan mempunyai sikap

negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan

kepentingan perorangan.
31

d) Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,

radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap

terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi

tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam

mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah

arah sikap tertentu.

e) Lembaga Pendidikan dan Agama

Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai

pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara

sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari

pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

f) Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk

sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat

sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan


32

tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih

tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor

emosional adalah prasangka.

6. Pengukuran Sikap

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan

perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau

pengukuran (measurement) sikap (Saifuddin Azwar, 2008). Metode

pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini

dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan

menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh

individu yang disebut sebagai skala sikap. Meode rating yang

dijumlahkan populer dengan nama penskalaan model Likert yaitu

merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan

ditribusi respons sebagai dasar penentuan skalanya.

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan

didasari oleh dua asumsi, yaitu :

a) Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati

sebagai termasuk pernyataan yang favorabel atau pernyataan

yang tak favorabel

b) Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap

positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada

jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap

negatif.
33

1) Skor jawaban pada pernyataan sikap positif yaitu :

a) Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju

dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 4

b) Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan

kuisioner, dan diberikan skor 3

c) Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan

pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 2

d) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak

setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan

skor 1

2) Skor jawaban pada pernyataan sikap negatif yaitu :

a) Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju

dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 1

b) Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan

kuisioner, dan diberikan skor 2

c) Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan

pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 3

d) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak

setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan

skor 4

Kriteria pengukuran sikap yaitu:

a) Sikap positif jika nilai T skor yang diperoleh

responden dari kuesioner > T mean


34

b) Sikap negatif jika nilai T skor yang diperoleh

responden dari kuesioner < T mean

Dengan Rumus:  MT = (∑T)/n

Keterangan :

MT       : Mean

T : Jumlah rata-rata

n          : Jumlah responden

4. Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan

Deteksi dini adalah suatu mekanisme yang berupa pemberian

informasi secara tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang dipilih,

agar masyarakat/individu di daerah rawan mampu mengambil tindakan

menghindari atau mengurangi resiko dan mampu bersiap-siap untuk

merespon secara aktif. Atau dapat juga dikatakan bahwa deteksi dini

merupakan upaya memberitahukan kepada seorang klien yang berpotensi

dilanda suatu masalah untuk menyiagakan mereka dalam menghadapi

kondisi dan situasi suatu masalah (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010). Deteksi dini

dilakukan dalam beberapa tahap dan dengan cara antara lain:

1) Pemeriksaaan kehamilan dini (early Antenatal Care detection)

Yang dimaksud dengan pemeriksaan kehamilan dini adalah

pemeriksaan yang dilakukan oleh seseorang wanita untuk pertama

kali ketika menyadari dirinya hamil dengan tujuan dilakukannya

pemeriksaan kehamilan secara dini adalah untuk mengetahui apakah

wanita tersebut benar-benar hamil, untuk menentukan usia kehamilan,


35

menentukan deteksi adanya faktor resiko dan komplikasi pada

kehamilan, perencanaan penyuluhan dan pengobatan yang diperlukan,

kemudian melakukan rujukan dan kolaborasi bila kehamilan

mengalami komplikasi.

2) Kontak dini kehamilan dalam trimester

Deteksi dini terhadap tanda bahaya kehamilan dilakukan minimal 4

kali selama ibu hamil atau dilakukan pada tiap trimester yaitu: pada

kunjungan pertama atau trimester I tanda bahaya yangdi waspadai

adalah : Anemia, penyakit keturunan, infeksi dan perdarahan

(Abortus, KET, Mola Hidatidosa), Hiperemesis Gravidarum.

Pada kunjungan ulang atau trimester II, yang harus diwaspadai

adalah: Perdarahan, Preeklamsi dan Eklamsi, Gangguan pertumbuhan

janin dan kelainan letak. Pada trimester III, tanda bahayanya adalah:

Adanya kehamilan ganda, ibu mengalami perdarahan (Plsenta Previa

atau Solusio Plasenta).

3) Pelayanan Antenatal Care berdasarkan kebutuhan individu

Pelayanan Antenatal Care dilakukan oleh tenaga profesional

dibidangnya sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari artinya

pelayanan diberikan sesuai dengan kemampuan tenaga kesehatan

seperti dokter ahli kandungan, dan bidan yang telah mempunyai aspek

legal untuk memberikan pelayanan (Surat ijin praktek).

Pada saat bidan berhadapan dengan seorang wanita dalam masa

hamil setidaknya empat kali melakukan kunjungan seperti dijelaskan


36

di atas, disini bidan harus faham setiap individu mempunyai

kebutuhan yang berbeda, artinya kita tidak boleh menyamakan semua

klien yang kita hadapi.

a) Tujuan

Untuk mengetahui penyimpangan -penyimpangan yang terjadi pada

kehamilan ibu secara dini

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya deteksi dini seseorang

terhadap komplikasi kehamilan:

1) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendukung perilaku

ibu dalamupaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Ibu dengan

tingkat pendidikan tinggi lebih mudah memperoleh informasi

tentang kesehatan.

2) Informasi

Menurut Snehandu B.Kar (Notoatmodjo, 2013) informasi tentang

kesehatan mempengaruhi seseorang dalam hal upaya deteksi dini

komplikasikehamilan. Upaya deteksi dini seseorang yang rendah

disebabkan karenatidak atau kurangnya memperoleh informasi

yang kuat.

3) Budaya

Menurut WHO (Notoatmodjo, 2013) upaya deteksi dini seseorang

jugadipengaruhi oleh faktor budaya. Kebudayaan ini terbentuk


37

dalam waktu yanglama sebagai akibat dari kehidupan suatu

masyarakat bersama.

4) Sosial Ekonomi

Menurut WHO faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap

seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan.

Statusekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam

mengambilkeputusan bertindak termasuk tindakan yang

berhubungan dengankesehatan.

5. Konsep Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau  implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan

menurut kalender internasional (Sarwono, 2009).

Kehamilan merupakan proses alami yang akan membuat perubahan

baik fisik maupun psikologis. Perubahan kondisi fisik dan emosional

yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap proses kehamilan

yang terjadi. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester

1 berlangsung 12 minggu, trimester 2 brlangsung 15 minggu

(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester 3 berlangsung 13

minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Sarwono, 2009).


38

b. Proses kehamilan

Proses kehamilan menurut Rustam Mochtar (2010), adalah :

1) Ovum (Sel Telur)

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum

terjadi digetal ridge

Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis):

a) Oogonia

b) Oosit pertama

c) Primary ovarian follicle

d) Liquar folliculi

e) Pematangan pertama ovum

f) Pematangan kedua ovum pada waktu sperma membuahi

ovum

2) Spermatozoa (Sel Mani)

Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas 4 bagian yaitu

kepala yang berisi inti (nukleus), leher, bagian tengah dan ekor

yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan

cepat, urutan pertumbuhan sperma : spermatogenium membelah

dan spermatosit pertama membelah dua, spermatid tumbuh

menjadi spermatozoon.

3) Pembuahan (Konsepsi / fertilisasi)

Konsepsi ialah pembuahan sel telur yang terjadi apabila sel telur

bertemu dengan sel sperma. Dari 250 juta sel sperma yang
39

masuk hanya satu sperma yang mampu menembus zona

pelusida dan bertemu dengan inti sel telur. Perisiwa ini terjadi di

ampula tuba. Pada sikus haid 28 hari, biasanya konsepsi terjadi

pada hari ke-2 setelah ovulasi. Sel telur yang telah dibuahi oleh

sperma disebut zigot. Sel telur ini akan berkembang dengan

membelah diri menjadi 2,4,8,16, dan seterusnya, sehingga

pertumbuhan sel menyerupai buah murbai yang disebut morula.

Dalam perkembangan selanjutnya lapisan luar morula

mengeluarkan cairan, sehingga lama-lama morula merupakan

suatu gelembung ciran yang disebut blastula atau blastokist.

Blastula merupakan gelembung cairan yang berisi cairan dan

bintik benih yang dilapisi oleh sel yang disebut trofoblas.

Trofoblas nantinya akan menjadi klorin dan membentuk

plasenta, sedangkan bintik benih berkembang menjadi mudigah.

3) Nidasi (Implantasi)

Nidasi ialah bersarangnya sel telur ke dalam endometrium.

Setelah terjadi konsepsi, berkembang dari zigot, morula, dan

blastula, bersmaan dengan proses itu hasil konsepsi berjalan ke

uterus dengan bantuan buluh-buluh getar dalam tuba.perjalanan

ini memakan waktu sekitar 7-10 hari. Setelah sampai

endometrium, sel telur yang pada saat itu dlam fase blastula

melakukan nidasi. Nidasi tidak hanya menempel di dinding

uterus, tapi menembus masuk ke endometrium dan bersarang di


40

dalamnya. Selanjutnya seiring perkembangan blastula, lapisan

endometrium semakin menebal karena pengaruh hormone yang

disebut dengan desidua. Pertumbuhan dan perkembangan hasil

konsepsi (janin).Secara garis besar, tahapan perkembangan janin

terbagi menjadi 3 fase:

a) Tahap embrional (0-8 minggu) : diferensiasi, implantasi

b) Tahap fetal dini (8-18 minggu) : organogenesis, fungsi

neuromuskular

c) Tahap fetal lanjut (18-40 minggu) : maturisasi, fungsi

serebral, metabolisme.

4) Plasentasi

Sejak terjadi nidasi dalam desidua, lapisan luar blastula yang

disebut trofoblas berkembang menjadi klorin. Selanjutnya

lapisan klorin ini tumbuh cabang-cabang atau villi corionalis.

Villi-villi ini berfungsi untuk meghisap makanan bagi mudigah.

Disisi lain desiduapun berkembang. Karena perkembangbiakan

telur didalamnya. Lapisan desidua dimana telur bernidasi lama-

lama akan menonjol keluar cavum uteri. Penonjolan yang

tsemakin besar ini menyebabkan desidua menjadi 3 bagian

yaitu:

a) Desidua basalis, desidua yang terdapat pada dasar telur

yang nantinya akan menjadi bagian dari uri


41

b) Desidua kapsularis, bagian desidua yang meliputi

permukaan telur yang menonjol dalam cavum uteri

c) Desidua vera, bagian desidua meliputi lapisan dalam

dinding rahim lainnya

Dalam perkembangan mudigah, villi klorin yang ada dalam

desidua basalis tumbuh jauh lebih cepat dari bagian lainnya.

Klorin yang ada dalam desidua basalis ini disebut klorin

frondosum. Klorin frondosum dan desidua basalis dalam

perkembangan selanjutnya tumbuh dan melekat erat satu

sama lain, sehingga menjadi satu dan tak terpisahkan,

membentuk suatu benda bulat berbentuk cakram bulat dan

tebal yang disebut “plasenta/uri”. Pembentukan uri atau

plasentasi lengkap kira-kira pada akhir kehamilan empat

bulan.

c. Diagnosa kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi

dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi

sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,

triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 (sembilan) bulan

(Saifuddin, 2008).
42

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu

serta perubahan sosial dalam keluarga. Menurut Armi (2006),

bahwa:

1) Tanda-tanda dugaan hamil adalah :

a) Amenorea (tidak mendapat haid)

b) Mual dan muntah

c) Sering kencing

d) Mammae membesar

e) Striae dan hiperpigmentasi kulit.

f) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang

disebabkan oleh pengaruh hormon steroid (Hanifa, 2005).

g) Epulis adalah suatu hipertrofi papilla gingivae. Sering

terjadi pada triwulan pertama (Hanifa, 2005).

h) Varises.

d. Tanda-tanda kemungkinan hamil adalah :

1) Tanda hegar

2) Tanda piskacek

3) Tanda Braxton hicks

4) Tanda ballotement

5) Tanda Chadwick

e. Tanda-tanda pasti kehamilan adalah sebagai berikut :

1) Gerakan janin dalam rahim

a) Terlihat atau teraba gerakan janin


43

b) Teraba bagian-bagian janin

2) Denyut jantung janin

a) Didengar dengan stetoskop laenec, alat dopler.

b) Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu USG

(ultrasonografi) (Armi, 2006).

f. Perubahan Fisiologis  Ibu Hamil

1) Sistem Endokrin.

a) HCG (human chorionic gonadotropin) memelihara aktifitas

fungsional korpus luteum selama trimester satu kehamilan.

b) Estrogen dan progesteron dari korpus luteum dibutuhkan

untuk memperthankan kehamilan selama trimester pertama.

c) Estrogen berpengaruh terjadinya : leucorrhea ( hidung

berdarah / hidung tersumbat), ginggivitis (mual pada awal

kehamilan), chadwick sign dan otot uterus membesar

d) progesteron berpengaruh terjadinya : sumbatan lendir pada

servik, pengosongan lambung lambat, rasa panas diperut,

konstipasi, meras lebih panas, pengendutan otot dan

ligamentum, sakit punggung dan nyeri ligamen

2) Sistem Kardiovaskuler

a) Cardiac output mulai meningkat minggu ke-5

b) Minggu ke 20-24 volume darah menngkat 40%


44

c) Berbaring terlentang mengurangi O2 menyebabkan vena cava

inverior tertekan beban uterus resiko terjadinya supine

hipotensi, gejla : pusing, pening, mual da rasa ngin pingsan.

d) Ibu hamil hindari tidur terlentang.

3) Sistem Pernafasan

a) Kebutuhan O2 meningkat 15-20%

b) 50% dipergunakan untuk uterus/janin

c) Progesteron mempengaruhi ventilasi paru-paru sehingga

mengurangi resistancy pulmonar

d) Pernafasan meningkat 2x permenit

4) Sistem Perkemihan

a) Terjadi perubahan fungsi ginjal dan keseimbangan cairan dan

elektrolit

b) Tekanan uterus yang membesar menekan kandung kemih

menyebabkan ibu merasa sering buang air kecil( pada posisi

antefleksi)

c) Tekanan uterus terhadap uretra enyebabkan kencing tak

lancar (posisi uterus retrofleksi) resiko terjadi ISK (infeksi

salurn kencing).

5) Sistem Intergument

MSH ( melano stimulating hormon) meningkat menyebabkan

hiperpigmentasi pada beberapa bagian tubuh seperti : wajah,

leher, areola mamae, perut dan lipatan-lipatan. Dilatasi kulit


45

akibat pembesaran uterus dan lainnya menyebabkan timbulnya

strie.

6) Sistem muskuloskeletal

a) Peningkatan relaxtin, ligamentu otot dan persendian relaksasi

b) Nyeri punggung sering menjadi keluhan

c) Calcium menurun

d) Perubahan pusat gravitasi

e) Selama kehamilan tidak terjadi pengurangan kepadatan

tulang

f) Sistem reproduksi

g) Peningkatan vaskularisasi dan hyperemia pada vagina,vulva

biru keunguan disebut tanda Chadwick’s Sign

h) Peningkatan sekresi sehingga banyak mengeluarkan sekret

yang sering dikenal dengan keputihan. Sekret ini akan

menumpuk dilendir servik disebut dengan opperkulum yang

akan keluar menjelang persalinan

i) Goodell sign : melemahnya serviks

j) Hegar sign : melemahnya segmen bawah rahim.

k) Payudara : peningkatan aliran darah ke mamae, mamae

membesar, penambahan kelenjar dan alveoli melebar,

colostrum mulai diproduksi.


46

7) Cairan tubuh

a) Meningkat 6-8 L (40%) normal body water : 2/3 intracellular,


1/
3 extracellular,3/4 interstitial,1/4 intravasular, 2/3 peningkatan

ada di extravasular

b) Kenaikan Berat badan : TM I (1 Kg/ bln), TM II (2 Kg/

bln), TM III (1,5 – 2 Kg/ bln)

g. Perubahan Psikologis  Ibu Hamil.

1. Ibu hamil trimester I

Penerimaan keluarga terhadap kehamilan, perubahan pola hidup

sehari-hari, reaksi terhadap perubahan dan cara keluarga memberi

dukungan sangat berpengaruh. Mual muntah dipagi hari, lemah,

lelah dan membesarnya payudara membuat ibu merasa tidak

sehat. Sering kali ibu memenci kehamilannya. Sering timbul

kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan terhadap

kondisi tubuh akibat kehamilan. Masa ini perlu dukungan dari

suami, keluarga dan bidan. Pada trimester pertama seorang ibu

akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa

dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada

tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama, karena

perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu

yang mungkin diberitahukannya pada orang lain atau

dirahasiakannya (Heri Zan Pieter, 2010).


47

2. Ibu hamil trimester II

Masa transisi, dimana ibu bisa menerima kehamilan dan mulai

dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih

konstruktif. biasanya ibu merasa lebih sehat. Tubuh ibu sudah

terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak

nyaman karena hamil sudah berkurang. ibu dapat merasakan

gerakan bayinya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya bagi

seorang diluar dari dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa

terlepas dari rasa kecemasan, rasa tidak nyaman seperti yang

dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan

meningkatnya libido (Heri Zan Pieter, 2010).

3. Ibu hamil trimester III

Trimester ketiga sering kali disebut periode menuggu dan

waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menuggu

kelahiran bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasakan takut

akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu

melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali

pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh

dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan

berpisah dengan bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang

diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan

dukungan dari suami, keluarga dan bidan (Heri Zan Pieter, 2010).
48

h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan

Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan yaitu faktor fisik,

faktor psikologis, dan faktor sosial budaya dan ekonomi.

1) Faktor Fisik

Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status

gizi tersebut. Status kesehatan dapat diketahui dengan

memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan

terdekat, puskesmas, rumah bersalin atau poliklinik kebidanan.

Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat

berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu

saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu dan

janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah

yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan

terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan

pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi

pun ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap

ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal,

sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan.

2) Faktor Psikologis

a) Stress

Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi

kesehatan ibu dan janin. Janin dapat mengalami


49

keterlambatan perkembangan atau gangguan emosi saat

lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik.

b) Dukungan keluarga

Merupakan andil yang besar dalam menentukan status

kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan

kehamilan., mendukung bahkan memperlihatkan

dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan

merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam

menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.

3) Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi

Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat

istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup

sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang

ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu

menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada.

Perilaku makan juga harus di perhatikan, terutama yang

berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang di

pantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka

sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. Yang

tak kalah penting adalah personal hygiene. Ibu hamil harus

selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian

dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang

menunjang payudara, dan pakaian yang menyerap


50

keringat.Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam

proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang

cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin,

merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan

persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya

perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan

bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan

dengan baik.

i. Komplikasi Pada Kehamilan

Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat

menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Ai Yeyeh Rukiyah,2010).

Komplikasi kehamilan adalah suatu kehamilan yang memiliki tanda

bahaya atau resiko lebih besardari biasanya akan terjadi penyakit

atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Tiran, 2011).

1) Macam-macam Komplikasi Kehamilan

a) Pada Trimester I dan Trimester II

1) Perdarahan /Abortus

Pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang

dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 1000 gramdan

belum mampu hidup di luar kandungan (Manuaba, 2009).

Abrtus adalah berakhirnya suatu kehamilan atau

kehamilan tersebut belum berusia 22 minggu atau buah


51

kandunganbelum mampu hidup di luar kadungan

(Sarwono, 2006).

Macam-macam abortus : Abortus spontan, Aboortus

provokatus, Abortus medisionalis, Abortus kriminalis,

Abortus imminiens, Abortus insipiens, Abortus inkomplit,

Abortus komplit

2) Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang

berlebihan pada ibu hamil, seorang ibu yang menderita

hiperemesis gravidarum jika ibu memuntahkan segala

yang dimakan dan diminum hingga berat badan ibu sangat

turun turgor kulit tidak baik (Winkjosastro, 2008).

Penanganan Umum:

1) Makan sedikit tapi sering

2) Hindari makanan yang sulit dicerna dan berlemak

3) aga masukan cairan, karena cairan lebih mudah

ditolelir dari pada makanan padat.

4) Selingi makanan berkuah dengan makanan kering.

Makan hanya makanan kering pada satu waktu

makan, kemudian makanan berkuah pada waktu

berikutnya.

5) Hindari hal hal yang memicu mual, seperti bau,

gerakan atau bunyi


52

6) Istirahat cukup

7) Hindari hal hal yang membuat Anda berkeringat atau

kepanasan, yang dapat memicu rasa mual (Curtis,

2010)

Komplikasi:

Jika muntah terus menerus bisa terjadi kerusakan

hati.Komplikasi lainya adalah perdarahan pada retina

yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah

ketika penderita muntah. (Rochjati, 2013)

3) Anemia Kehamilan

Anemia  adalah masalah medis yang umum terjadi pada

banyak wanita hamil. Jumlah sel darah merah dalam

keadaan rendah, kuantitas dari sel sel ini tidak memadai

untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh

bayi.Anemia sering terjadi pada kehamilan karena volume

darah meningkat kira kira 50% selama kehamilan.Darah

terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya

meningkat lebih cepat dari pada sel- selnya.Hal ini dapat

mengakibatkan penurunan hematokrit (volume, jumlah

atau persen sel darah merah dalam darah).Penurunan ini

dapat mengakibatkan anemia (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010).

Tingkatan anemia:

a) Anemia ringan : 9-10 gr/dL


53

b) Anemia sedang : 7-8 gr/dL

c) Anemia berat : < 7 gr/dL

Penanganan:

a) Memberikan ibu tablet Fe dengan dosis1x1

diminum dengan air putih dan sebaiknya

diminum menjelang tidur pada malam hari agar

mengurangi efek sampingnya seperti mual dan

feses menjadi merah.

b) Anjurkan makan lebih banyak protein dan

sayur-sayuran yang banyak mengandung

vitamin dan mineral

c) Pemberian preparat besi

d) Pemeriksaan kadar Hb pada trimester 1 dan 2

e) Pemberian vitamin C untuk membantu

penyerapan zat besi. Penyerapan zat besi yang

terbaik adalah pada waktu perut kosong

f) Susu dan antasida dapat mengurangi penyerapan

zat besi

g) Hindari kafein, misalnya kopi dan teh

h) Sebelum dan selama kehamilan mengkonsumsi

makanan yang kaya zat besi, asam folat dan

vitamin B.
54

Komplikasi:

Komplikasi anemia dalam kehamilan

memberikan pengaruh langsung terhadap janin

sedangkan komplikasi pada kehamilan trimester

I yaitu anemia dapat menyebabkan terjadinya

missed abortion, kelainan kongenital,

abortus/keguguran. (Ayurai, 2009)

Pengaruh anemia terhadap kehamilan:

a) Bahaya selama kehamilan

b) Dapat terjadi abortus

c) Persalinan prematuritas

d) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

e) Mudah terjadi infeksiaman dekompensasi kordis

(Hb < 6 gr%)

f) Mola hidatidosa

g) Hiperemesis gravidarum

h) Perdarahan antepertum

i) Ketuban pecah dini (KPD)

b) Pada Trimester Trimester III

1) Preeklampsia

Preeklampsia adalah suatu sindroma spesifik kehamilan

dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat

terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi


55

endotel. Diagnosis preeklampsia ringan ditegakan

berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria

dan/ edema setelah kehamilan 20 minggu.

Hipertensi: sistolik/ diastolik ≥ 140/ 90 mmHg.Kenaikan

sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan diastolik ≥15 mmHg

Proteinuria: ≥300 mg/ 24 jam atau ≥ 1+ dipstick.

Edema: edema lokal tidak dimasukan kedalam criteria

preeclampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut,

edema generalisata.

Penatalaksanaan:

a) Rawat jalan

1) Istirahat baring (tidur miring)\

2) Diet: cukup protein, rendah karbohidrat, lemak,

dan garam

3) Beri obat sedative ringan (jika tidak istirahat):

tablet fenobarbital 3x30 mg per oral selama dua

hari.

4) Kunjungan ulang tiap 1 minggu.

b) Jika rawat inap

1) Pada kehamilan preterm (kurang dari 37 minggu)

2) Jika tekanan darah mencapai normotensif

selamaperawatan persalinan ditunggu sampai aterm


56

3) Bila tekanan darah turun tetapi belum mencapai

normotensif selama perawatan maka

kehamilannya dapat diakhiri pada kehamilan

lebih dari 37 minggu.

4) Pada kehamilan aterm: persalinan ditunggu

spontan atau dipertimbangkan untuk melakukan

induksi persalinan pada taksiran tanggal

persalinan.

2) Eklampsia

Eklampsia merupakan kasus akut pasa penderita

preeclampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh

dan koma. Eklapmsia post partum umumnya hanya terjadi

dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.

Penanganan:

a) Beri antikonvulsan

b) Beri oksigen 4-6 liter/ menit

c) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi

jangan diikat terlalu keras

d) Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi

resiko aspirasi

e) Setelah kejang selesai, aspirasi mulut dan

tenggorokan bila perlu


57

f) Bila tekanan diastolic lebih dari 110 mmHg, berikan

obat antihipertensi sampai tekanan diastolik 90-100

mmHg

g) Pasang infus dengan jarum besar

h) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi

overload cairan

i) Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin

dan proteinuria

j) Jangan tinggalakan pasien sendirian

k) Observasi tanda – tanda vital, reflex, dan denyut

jantung janin setiap jam

l) Auskultasi paru untuk mencari tanda – tanda edema

paru

m) Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretik

misalnya furosemid 40 mg IV sekali saja jika ada

edema paru.

3) Kelainan Letak

a) Letak Sungsang

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan

bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi

bokong). Letak sungsang (presentasi bokong) dibagi

menjadi 3, yaitu :
58

1) Complete breech (bokong sempurna): bagian

terendah janin adalah bokong saja dan kedua

tungkai terangkat

2) Frank breech (bokong murni): bagian terendah

janin adalah bokong dan kedua tungkai.

3) Footling breech (bokong kaki): bagian terendah

adalah bokong dan kaki atau lutut

4) Frekuensi frank breech lebih tinggi pada kehamilan

muda dibanding kehmilan tua dan multigravida

lebih banyak dibandingkan dengan primigravida

b) Letak Lintang

Letak lintang adalah apabila sumbu memanjang, janin

menyilang, sumbu memanjang ibu secara tegak lurus

atau mendekati 90º, dan biasanya punggung merupakan

bagian terendah janin.

4) Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada

segmen bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau

sebagian dari ostium uteri internum. Penyebab plasenta

previa belum jelas diketahui.

Klasifikasi:
59

a) Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya

jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada

waktu tertentu

b) Plasenta previa totalis: bila seluruh pembukaan jalan

lahir tertutup oleh plasenta

c) Plasenta previa lateralis: bila hanya sebagian

pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta

d) Plasenta previa marginalis: bila pinggir plasenta

berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir

e) Plasenta previa letak rendah: bila plasenta berada 3-4

cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir

Penatalksanaan:

a) Kehamilan kurang 37 minggu

b) Perdarahan tidak ada atau sedikit (Hb masih dalam

batas normal)

c) Belum ada tanda inpartu

d) Keadaan umum ibu cukup baik

e) Janin masih hidup

Penanganan konservatif berupa :

a) Istirahat

b) Memberikan sulfas ferosus per oral 60 mg selama 1

bulan untuk mengatasi anemia

c) Memberikan antibiotic bila ada indikasi


60

d) Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit

e) Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah

melakukan perwatan konservatif maka laukan

mobilisasi bertahap. Bila timbul perdarahan segera

bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan

senggama.

6. Konsep Kepatuhan Kujungan Antenatal Care Terhadap Sikap Dalam


Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil

Selama masa kehamilan terjadi perubahan dalam sistem tubuh yang

menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil. Setiap ibu hamil

akan menghadapi resiko komplikasi kehamilan yang bisa mengancam

jiwanya. Masa ini memerlukan perhatian khusus untuk menentukan

kualitas hidup selanjutnya. Untuk menghadapi resiko tersebut, salah satu

persiapan yang perlu dilakukan yaitu dengan aktif melakukan kunjungan

antenatal care sehingga bisa dilakukan deteksi dini.

Deteksi dini komplikasi kehamilan dapat menurunkan angka

kematian ibu dan memantau keadaan janin. Melalui deteksi dini kelainan

yang mungkin timbul cepat diketahui dan segera dapat diatasi sebelum

berpengaruh buruk yang berujung kematian ibu.

Ibu hamil yang patuh kunjungan Antenatal Care kemungkinan

besar memiliki sikap yang positif tentang deteksi dini Komplikasi

kehamilan maka ibu akan berfikir untuk berperilaku mencegah,

menghindari atau mengatasi masalah kehamilan tersebut dan ibu memiliki

kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal (Suparyanto, 2012).


61

Antenatal Care juga sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor

komplikasi kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Antenatal Care untuk mendeteksi dini terjadinya komplikasi terhadap

kehamilan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau

keadaan janin serta merubah sikap ibu yang negatif menjadi positif dalam

deteksi dini komplikasi kehamilan (Winkjosastro H, 2012).


62

B. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah sesuatu yang abstrak, logikal seacara arti harfiah

akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan body of

knowledge (Nursalam & Pariani, 2010).

Ibu hamil Kunjungan Sikap Ibu hamil patuh


Antenatal Care melakukan
kunjungan
Antenatal Care
Faktor-Faktor Yang dan memiliki
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Sikap: sikap yang
Mempengaruhi
-Pengalaman pribadi positif dalam
kunjungan Antenatal
-Pengaruh orang lain mendeteksi dini
Care:
yang di anggap atau melakukan
- Kebutuhan
penting penanganan
- Harapan komplikasi
- Minat -Pengaruh kebudayaan
kehamilan
- Dukungan Suami dan -Media masaa
Keluarga -Lembaga pendidikan
- Imbalan dan agama
- Pengalaman -Faktor emosional
- Sikap
- Pengetahuan
- Ekonomi/Penghasilan

Keterangan :

: Yang diteliti

:Yang tidak diteliti

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Penelitian Analisi Kepatuhan Kunjungan


Antenatal Care Terhadap Sikap Dalam Deteksi Dini Komplikasi
Kehamilan Pada Ibu Hami
63

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan atau dugaan, atau

dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut ( Notoadmodjo, 2010). Pada penelitian ini hipotesisnya adalah :

“Ada pengaruh Kepatuhan Kunjungan Antenatal care terhadap sikap dalam

deteksi dini komplikasi kehamilan pada ibu hamil ”


64

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah sebagai suatu cara untuk memperoleh

keberhasilan ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah pada dasarnya

menggunakan metode ilmiah (Notoatmojo, 2010).

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data

dan rancangan penelitian digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian

yang akan dilaksanakan. Desain penelitian juga dapat digunakan peneliti

sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk

mencapai suatu tujuan atau menjawab pertanyaan penelitian (Nursalam,

2008).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah observasional.

Pendekatan yang dipergunakan adalah cross sectional yaitu penelitian yang

variabel bebas dan terikatnya diukur secara bersamaan dan dilakukan sesaat

atau sekali (Nursalam, 2008)


65

B. Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah pentahapan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008).

Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah :

Populasi : Seluruh ibu hamil yang mengalami komplikasi di Wilayah Kerja


Puskesmas Munjungan, Kec Munjungan , Kab Trenggalek yaitu 62 orang

Teknik Sampling: Purposive sampling

Sample : Sebagian ibu hamil yang mengalami komplikasi di Wilayah Kerja


Puskesmas Munjungan Kec Munjungan , Kab Trenggalek yaitu 54 orang

Pengumpulan data

Kepatuhan kunjungan ANC Sikap dalamdeteksi dini komplikasi kehamilan

Alat ukur : Buku KIA dan rekapan buku kunjungan Alat ukur : Kuisioner
ibu hamil

Pengolahan Data
Editing,coding, scoring, tabulating

Analisa Data
Uji statistik : Regresi Logistik α = 0,05

Hasil

Kesimpulan

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Analisis Kepatuhan Kunjungan Antenatal


Care TerhadapSikap Dalam Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan Pada
ibu hamil
66

C. Populasi, Sample, dan Sampling

1. Populasi

Subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008).

Populasi dalam penelitian ini Seluruh ibu hamil yang mengalami

komplikasi di Wilayah kerja Puskesmas Munjungan, Kec Munjungan,

Kab. Trenggalek yaitu sebanyak 62 orang.

2. Sample

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subyek penelitian. (Nursalam, 2008)

Sample dari penelitian ini adalah sebagian Ibu hamil yang mengalami

komplikasi di Wilayah kerja Puskesmas Munjungan, Kec. Munjungan,

Kab. Trenggalek yaitu 54 orang.

Sample dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

n= N

1 + N (d)2

N = Besar populasi

n = Besar sample

d = Tingkat penyimpangan terhadap populasi yaitu 0,05

n = 62

1 + 62 (0,05)2

= 62

1 + 62 (0,0025)
67

= 62

1+ 0,155

= 62

1,155

= 54 0rang

a) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2013).

1) Ibu hamil yang bersedia menjadi responden

2) Ibu hamil TM 1-3 yang mengalamikomplikasi Kehamilan

(Hiperemesis, preeklamsi, anemia, perdarahan)

b) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2013).

1) Ibu hamil dengan komplikasi kehamilan yang masuk rumah sakit

3. Teknik Sampling

Teknik Sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penelitian dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. (Hidayat, 2007)

Teknik sampling penelitian ini adalah purposive sampling yaitu penetapan

metode sampel dengan memilih beberapa sampel tertentu yang dinilai


68

sesuai dengan tujuan atau masalah penelitian dalam sebuah populasi

(Nursalam, 2008).

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Variabel independent yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel dependent (variabel bebas). Jadi variabel

independent adalah variabel yang mempengaruhi (Sugiono,2010).

Variabel independent dalam penelitian ini adalah kepatuhan kunjungan

Antenatal Care

2. Variabel dependent (Variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat karena adanya variabel dependentnya(Sugiono,

2011). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap dalam deteksi

dini komplikasi kehamilan.


69

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1Penjelasan terkait dengan Definisi Operasional.

Definisi Alat
No Variabel Indikator Skala Skor
Operasional Pengukur
1. Variabel Ketaatan ibu 1. TM I : 1. Buku KIA N Kode :
Independent untuk Minimal 2. Rekapan O Patuh : 1
Kepatuhan melakukan 1 Kali buku M Tidak patuh : 2
kunjungan pemeriksaan 2. TM II : kunjungan I
Antenatal Care Antenatal Minimal ibu hamil N - Patuh jika ibu hamil
care sesuai 1 Kali A melakukan kunjungan
dengan 3. TM III : L Antenatal care minimal
standar Minimal TM I 1 kali, TM II 1
2 Kali kali, TM III 2 kali
- Tidak patuh jika ibu
hamil tidak melakukan
kunjungan Antenatal
care minimal TM I 1
kali, TM II 1 kali, TM
III 2 kali
2 Variabel Sikap ibu 1. Sikap Kuesioner N Pernyataan positif :
Dependent hamil dalam positif O Sangat setuju (SS) : 4
Sikap menangani 2. Sikap M Setuju (S) : 3
dalamdeteksi atau Negatif I Tidak setuju (TS) : 2
dini komplikasi mencegah N Sangat tidak setuju (STS) : 1
kehamilan komplikasi A
kehamilan l Pernyataan negatif :
secara dini Sangat setuju (SS) : 1
dengan tepat Setuju (S) : 2
Tidak setuju (TS) : 3
Sangat tidak setuju (STS) : 4

Kriteria:
1. Sikap posotif jika nila T
skor >T mean
2. Sikap negatif jika T skor
<T mean
70

F. Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Bahan dan Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,

yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengedarkan

suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir. Formulir diajukan secara

tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi,

jawaban, dan sebagainya(Notoatmodjo, 2010 :112). Kuisioner dalam

penelitian ini sudah di lakukan uji validitas oleh peneliti sebelumnya yaitu

Sarah Fadilah (2015) dengan judul penelitian “Hubungan Pengetahuan dan

Sikap Ibu Hamil Tentang Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan

Di Puskesmas Medan Deli.

2. Lokasi dan waktu penelitian

a) Lokasi Penelitian

Di wilayah kerja Puskesmas Munjungan Kecamatan Munjungan

Kabupaten Trenggalek

b) Waktu Penelitian

Penelitian di lakukan pada tanggal 24 Juli – 3 Agustus 2017

3. Prosedur Rencana Pengumpulan Data

Tahap-tahap pengumpulan data yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut :

a) Mengajukan permohonan ijin penelitian dari STIKes Surya Mitra

Husada Kediri
71

b) Mengajukan surat ijin Studi pendahuluan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten Trenggalek

c) Mengajukan surat ijin Studi pendahuluan ke Puskesmas Munjungan

Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek

d) Setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian peneliti segera

menentukan sampel penelitian

e) Mengadakan pendekatan pada responden yaitu dengan cara datang ke

Puskesmas dan mengikuti pelayanan di Puskesmas dalam waktu 1

minggu dengan jumlah responden 40 dan 4 hari door to door dengan

bantuan kader dengan jumlah responden 14

f) .Melakukan inform consent kepada respondent dan menerangkan

maksud dan tujuan penelitian

g) Memberikan penjelasan kepada calon responden dan dipersilahkan

mengisi surat persetujuan

h) Jika disetujui dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan dan

diberikan instrumen untuk mengukur kepatuhan kunjungan Antenatal

Caredan sikap dalam deteksi dini komplikasi kehamilan pada ibu

hamil

i) Peneliti membagikan kuesioner kepada responden secara langsung

j) Peneliti mempersilahkan agar kuesioner diisi oleh responden.

k) Setelah semua pertanyaan di isi, kuesioner di minta kembali dan

dikumpulkan oleh peneliti kemudian dicek, ditabulasi, diprosentase,

dan dianalisa.
72

4. Cara Pengumpulan Data

a) Pengkajian Data (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan .Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2012). Pada

tahap ini peneliti memeriksa kembalis emua data yang telah

dikumpulkan untuk mengecek apakah semua pengisian lengkap atau

belum.

1) Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi. Apalagi

instrumen anonimnya, perlu sekali dicek sejauh mana atau

identitas apa saja yang sangat diperlukan bagi pengolahan data

selanjutnya

2) Mengecek Kelengkapan Data, artinya memeriksa isi instrumen

pengumpulan data (termasuk kelengkapan lembar instrument

barangkali ada yang terlepas atau sobek). Apabila ternyata ada

kekurangan isi halaman, maka perlu dikembalikan atau di ulang

ke responden

b) Coding atau mengkode data

Coding adalah merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. (Hidayat, 2007)

Dalam penelitian ini coding dilakukan dengan cara:

A. Data Umum, meliputi :

1. Status gravida
73

a. Kode 1 : Primigravida (kehamilan pertama)

b. Kode 2 : Multigravida (kehamilan 2-4)

c. Kode 3 : Grandemultigravida (kehamilan >5)

2. Pekerjaan

a. Kode 1 : Ibu rumah tangga

b. Kode 2 : Petani / Buruh tani

c. Kode 3 : Swasta

d. Kode 4 : Wiraswasta

e. Kode 5 : PNS

3. Usia ibu

a. Kode 1 : <20 tahun

b. Kode 2 : 20 - 35 tahun

c. Kode 3 : > 35 tahun

4. Usia kehamilan

a. Kode 1 : 1-3 Bulan (1 minggu-12minggu)

b. Kode 2 : 4-6 Bulan (13minggu-26minggu)

c. Kode 4 : 7-9 Bulan (27 minggu-40 minggu)

5. Ibu sering melakukan Kunjungan ANC

a. Kode 1 : Tidak Pernah

b. Kode 2: 1 Kali

c. Kode 3 : > 1 Kali

6. Jarak rumah ke tenaga kesehatan

a. Kode 1 : ≤ 2 km
74

b. Kode 2 : > 2 km

B. Data Khusus, Meliputi

1. Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care

a. Kode 1 : Patuh

b. Kode 2: Tidak Patuh

2. Sikap Dalam Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan

a. Kode 1 : Positif

b. Kode 2 : Negatif

c) Memberikan skor (Scoring)

Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu

diberi penilaian atau skor. (Setiawan & Saryono, 2010)

Scoring variabel independent (Kepatuhan Kunjungan Antenatal

Care):

1) Patuh, Jika ibu hamil melakukan kunjungan minimal 1 kali pada

TM I. 1 kali pada TM II dan 2 kali pada TM III

2) Tidak Patuh, Jika ibu hamil tidak melakukan kunjungan minimal

1 kali pada TM I. 1 kali pada TM II dan 2 kali pada TM III

Scoring variabel dependent (Sikap Dalam Deteksi Dini Komplikasi

Kehamilan):

Pernyataan positif :

Sangat setuju (SS) :4

Setuju (S) :3

Tidak setuju (TS) :2


75

Sangat tidak setuju (STS) : 1

Pernyataan negatif yaitu :

Sangat setuju (SS) :1

Setuju (S) :2

Tidak setuju (TS) :3

Sangat tidak setuju (STS) : 4

Kriteria pengukuran sikap yaitu:

1. Sikap positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari

kuesioner > T mean

2. Sikap negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari

kuesioner < T mean

Dengan Rumus:  MT = (∑T)/n

Keterangan :  MT       : Mean T

∑T       : Jumlah rata-rata

  n          : Jumlah responden

d) Tabulating

Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk tabel untuk

mengatur observasi sedemikian rupa sehingga observasi yang sama

dikumpulkan, sehingga frekuensi pemunculannya dalam kelompok

dapat diamati. (Supardi dan Pramono, 2007)


76

Untuk menghitung prosentase dari masing-masing kelompok sikap

digunakan rumus: P = f x 100 %


n

Keterangan :

P : Prosentase

f : Responden yang mengalami berdasarkan kriteria

n : Seluruh responden. (Setiadi, 2007)

Hasil prosentase tertinggi atau paling dominan diinterpretasikan

menurut ketentuan :

1) 0% : Berarti tidak satupun responden

2) 1%-24% : Berarti sebagian kecil responden

3) 25%-49% : Berarti hampir setengah responden

4) 50% : Berarti setengah responden

5) 51%-75% : Berarti sebagian besar responden

6) 76%-99% : Berarti hampir seluruh responden

7) 100% : Berarti seluruh responden

(Barney Glaser & Anselm Strauss, 2008)

G. Analisis Data

Analisa data merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan secara

sistematik terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan supaya bisa

dideteksi (Nursalam, 2009). Pada penelitian ini setelah data terkumpul maka

dilakukan tabulasi data. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
77

adalah “Regresi Logistik”. Dalam proses perhitungannya dibantu dengan

menggunakan bantuan Statistical Product and Solution Service (SPSS) for

windows. Dengan menggunakan α : 5% (0,05)didapatkan hasil sebagai

berikut:

1. Tolak H0 jika nilai signifikasi ≤α : 5% (0,05)

Ada pengaruh kepatuhan kunjungan Antenatal Care terhadap sikap dalam

deteksi dini komplikasi kehamilan pada ibu hamil

2. Terima H0 jika nilai signifikan > α : 5% (0,05)

Tidak ada pengaruh kepatuhan kunjungan Antenatal Care terhadap sikap

dalam deteksi dini komplikasi kehamilan pada ibu hamil

H. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu prinsip etika penelitian agar peneliti tidak

melanggar hak (otonomi) manusia yang kebetulan sebagai pasien. (Nursalam,

2008)

1. Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Lembar persetujuan penelitian diberikan pada responden, tujuannya

adalah agar subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta

dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia

diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan

2. Anonimity (tanpa nama)


78

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner)

yang diisi oleh subyek, lembar tersebut hanya diberikan nomor tertentu

3. Confidentially (kerahasiaan)

Informasi yang diberikan kepada peneliti dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan dan

dilaporkan sebagai hasil penelitia

I. Keterbatasan Penelitian

a. Tidak semua responden mampu memahami isi dari kuesioner, sehingga

peneliti harus menjelaskan apa yang tidak diketahui dari responden.

b. Jarak rumah responden yang > 2 km sehinngga saat door to door

membutuhkn waktu yang lama.


79

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pada bab ini akan dideskripsikan lokasi penelitian dan akan disajikan

hasil pengumpulan data dari kuesioner yang diperoleh. Pengumpulan data

dilakukan pada ibu hamil yang mengalami komplikasi kehamilan pada

tanggal 24 Juli – 3 Agustus 2017 dengan jumlah sampel sebanyak 54

Responden.

Kecamatan Munjungan adalah Kecamatan yang berada di Kabupaten

Trenggalek. Kecamatan Munjungan ini kecamatan yang paling selatan dari

Kabupaten Trenggalek. Kecamatan Munjungan terbagi atas 11 Desa

diantaranya: Desa Bangun, Desa Bendoroto, Desa Tawing, Desa Besuki,

Desa Karangturi, Desa Munjungan, Desa Masaran, Desa Craken, Desa Sobo,

Desa Weru dan Desa Kempong. Batas-Batas wilayah kecamatan Munjungan :

Sebelah Timur : Kecamatan Watulimo

Sebelah Utara : Kecamatan Kampak

Sebelah Barat : Kecamatan Panggul

Ketenagaan Puskesmas Munjungan Kabupaten Trenggalek sejumlah

48 tenaga kerja yang terdiri dari:

Dokter Umum : 1 Orang

Dokter Gigi : 1 Orang

SKM : 2 Orang

Bidan : 14 Orang

79
80

Perawat : 10 Orang

Analis Lab. : 1 Orang

Juru Imunisasi : 1 Orang

Juru Malaria : 1 Orang

Teaga Administrasi : 6 Orang

Sopir : 1 Orang

Perawat Gigi : 2 Orang

Apoteker : 2 Orang

Petugas Gizi : 1 Orang

Penjaga : 1Orang

Penyajian data dibagi menjadi 2 bagian yaitu data umum dan data

khusus. Data umum akan menampilkan karakteristik responden yang meliputi

Gravida, umur, usia kehamilan, pekerjaan, Jumlah anak, Frekuensi kunjungan

Antenatal care dan jarak rumah ke tenaga kesehatan sedangkan data khusus

akan menggambarkan kepatuhan kunjugan Antenatal Care dan sikap dalam

deteksi dini komplikasi kehamilan pada ibu hamil di Wilayah kerja

Puskesmas Munjungan Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek.


81

B. Karakteristik Responden

Data umum diperoleh dari karakteristik responden berdasarkan gravida, usia,

usia kehamilan, pekerjaan, frekuensi kunjungan Antenatal Care dan jarak

rumah ke tenaga kesehatan. Kemudian karakteristik responden

dikelompokkan, di skor dan hasilnya diprosentase berdasarkan karakteristik

masing-masing.

1. Karakteristik responden berdasarkan jumlah kehamilan / gravida

Gambar 4.1 Karakteristik responden bedasarkan gravida di wilayah


kerja Puskesamas Munjungan kec. Munjungan Kab.
Trenggalek pada bulan tanggal 24 Juli - 3 Agustus 2017

Berdasarkan gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari total 54

responden sebagian besar responden hamil pertama yaitu 28 responden

(51,9 %).
82

2. Karakteristik responden berdasarkan usia

Gambar 4.2 Karakteristik responden berdasarkan usia di wilayah kerja


Puskesamas Munjungan kec. Munjungan Kab. Trenggalek
pada tanggal 24 Juli - 3 Agustus 2017

Berdasarkan gambar 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari total 54

responden sebagian besar responden berusia < 20 tahun yaitu 29

responden (53,7%)

3. Karakteristik responden berdasarkan usia kehamilan

Gambar 4.3 Distribusi frekuensi responden bedasarkan karakteristik usia


kehamilan di wilayah kerja Puskesamas Munjungan kec.
Munjungan Kab. Trenggalek pada tanggal 24 Juli – 3
Agustus 2017
83

Berdasarkan gambar 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari total 54

responden sebagian besar responden usia kehamilnnya 4-6 bulan yaitu 34

responden (63,0 %)

4. Karakteistik responden berdasarkan pekerjaan

Gambar 4.4 Distribusi frekuensi responden bedasarkan karakteristik


pekerjaan di wilayah kerja Puskesamas Munjungan kec.
Munjungan Kab. Trenggalek pada tanggal 24 Juli- 3
Agustus 2017

Berdasarkan gambar 4.4 diatas menunjukkan bahwa daritotal 54

responden setengah responden pekerjaannya petani yaitu 37 responden

(50,0%).
84

5. Karakteristik responden berdasarkan frekuensi kunjungan Antenatal Care

Gambar 4.5 Karakteristik responden bedasarkan Frekuensi Kunjungan


Antenatal Care di wilayah kerja Puskesamas Munjungan
kec. Munjungan Kab. Trenggalek pada tanggal 24 Juli- 3
Agustus 2017

Berdasarkan gambar 4.5 diatas menunjukkan bahwa setengah

responden 1 kali melakukan kunjungan antenatal care yaitu 27 responden

(50,0 %).

6. Karakteristik responden berdasarlkan jarak rumah ke Nakes

Gambar 4.6 Distribusi frekuensi responden bedasarkan karakteristik


Jarak rumah ke Nakes di wilayah kerja Puskesamas
Munjungan kec. Munjungan Kab. Trenggalek pada
tanggal 24 Juli - 3 Agustus 2017
85

Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden jarak rumahnya ke tenaga kesehatan > 2 Km yaitu 36 responden

(66,7%).

C. Karakteristik Variabel

1. Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden bedasarkan karakteristik


kepatuhan kunjungan Antenatal Care ibu hamil di wilayah
kerja Puskesamas Munjungan kec. Munjungan Kab.
Trenggalek pada 24 Juli - 3 Agustus 2017

No Kepatuhan Frekuensi Prosentase


1 Patuh 21 38,9%
2 Tidak Patuh 33 61,1%
Total 54 100%

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa sebagian besar

responden tidakpatuh kunjungan antenatal care yaitu 33 responden

(61,1%).

2. Sikap dalam deteksi dini komplikasi kehamilan Pada Ibu Hamil

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden bedasarkan karakteristik sikap


dalam deteksi dini komplikasi kehamilan di wilayah kerja
Puskesamas Munjungan kec. Munjungan Kab. Trenggalek
pada tanggal 24 Juli- 3 Agustus 2017.

No Sikap Frekuensi Prosentase


1 Positif 24 44,4%
2 Negatif 30 56,6%
Total 54 100%

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa sebagian besar

responden memiliki sikap negatif yaitu 30 responden (56,6%)


86

D. Tabulasi Silang Antara Karakteristik Responden Dengan Karakteristik

Variabel

1. Tabulasi silang Gravida terhadap kepatuhan

Tabel 4.3 Tabulasi silang gravida dengan kepatuhan kunjugan Antenatal


care pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesamas Munjungan
kec. Munjungan Kab. Trenggalek pada tanggal 24 Juli - 3
Agustus 2017

Kepatuhan
Gravida
Patuh % Tidak Patuh % Total %
Hamil Pertama 9 16,7 19 35,2 28 51,9
Hamil Ke 2-4 11 20,4 9 16,7 20 37,0
Hamil > 5 1 1,9 5 9,3 6 11,1
Total 21 38,9 33 61,1 54 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa hampir setengah

responden hamil pertama dan tidak patuh melakukan kunjungan antenatal

care yaitu 19 responden (35,21%)

2. Tabulasi silang Gravida terhadap sikap

Tabel 4.4 Tabulasi silang gravida dengan sikap dalam deteksi dini
komplikasi kehamilan pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesamas Munjungan kec. Munjungan Kab. Trenggalek
pada tanggal 24 Juli - 3 Agustus 2017.

Sikap
Gravida
Positif % Negatif % Total %
Hamil Pertama 9 16,7 19 35,2 28 51,9
Hamil Ke 2-4 11 20,4 9 16,7 20 37,0
Hamil > 5 4 7,4 2 3,7 6 11,1
Total 24 44,4 30 56,6 54 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa hampir setengah

responden yang hamil pertama memiliki sikap negatif yaitu sebesar 19

responden (35,2 %)
87

3. Tabulasi silang Usia terhadap kepatuhan

Tabel 4.5 Tabulasi silang usia dengan kepatuhan kunjugan antenatal


care pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesamas Munjungan
kec. Munjungan Kab. Trenggalek pada tanggal 24 Juli- 3
Agustus 2017

Kepatuhan
Usia
Patuh % Tidak Patuh % Total %
< 20 Th 9 16,7 20 37,0 29 53,7
20-35 Th 11 20,4 8 14,8 19 35,2
> 35 Th 1 1,9 5 9,3 6 11,1
Total 9 38,9 33 61,1 54 100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa hampir setengah

responden berusia < 20 tahun tidak patuh melakukan kunjungan Antenatal

Care yaitu 20 responden (37,0%).

4. Tabulasi silang Usia terhadap sikap

Tabel 4.6 Tabulasi silang usia dengan sikap dalam deteksi dini
komplikasi kehamilan pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesamas Munjungan kec. Munjungan Kab. Trenggalek
pada tanggal 24 Juli - 3 Agustus 2017

Sikap
Usia
Positif % Negatif % Total %
< 20 Th 9 16,7 20 37,0 29 53,7
20-35 Th 11 20,4 8 14,8 19 35,2
> 35 Th 4 7,4 2 3.7 6 11,1
Total 24 44,4 30 55,6 54 100

Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa hampir

setengah responden berusian < 20 memiliki sikap negatif yaitu 20

responden (37,0%).
88

5. Tabulasi silang usia kehamilan terhadap kepatuhan

Tabel 4.7 Tabulasi silang usia kehamilan dengan kepatuhan kunjugan


Antenatal Care pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesamas
Munjungan kec. Munjungan Kab. Trenggalek pada tanggal 24
Juli- 3 Agustus 2017

Kepatuhan
Usia Kehamilan
Patuh % Tidak Patuh % Total %
1-3 Bln 10 18,5 5 9,3 15 27,8
4-6 Bln 6 11,1 28 51,9 34 63,0
7-9 Bln 5 9,3 0 0 5 9,3
Total 21 38,9 33 61,1 54 100

Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukan bahwa sebagian besar

responden usia kehamilannya 4-6 bulan tidak patuh melakukan kunjungan

antenatal care yaitu 28 responden (51,9%).

6. Tabulasi silang usia kehamilan terhadap sikap

Tabel 4.8 Tabulasi silang usia kehamilan dengan sikap dalam deteksi dini
komplikasi kehamilan pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesamas Munjungan kec. Munjungan Kab. Trenggalek
pada tanggal 24 Juli- 3 Agustus 2017

Sikap
Usia Kehamilan
Positif % Negatif % Total %
1-3 Bln 12 22,2 3 5,6 15 27,8
4-6 Bln 7 13,0 27 50,0 34 63,0
7-9 Bln 5 9,3 0 0 5 9,3
Total 24 44,4 30 55,6 54 100

Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukan bahwa sebagian besar

responden usia kehamilannya 4-6 bulan sikapnya negatif yaitu sebesar 27

responden (50,0%)
89

7. Tabulasi silang pekerjaaan terhadap Kepatuhan

Tabel 4.9 Tabulasi silang pekerjaan dengan kepatuhan kunjungan


Antenatal Care pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesamas
Munjungan kec. Munjungan Kab. Trenggalek pada tanggal 24
Juli - 3 Agustus 2017

Kepatuhan
Pekerjaan
Patuh % Tidak Patuh % Total %
IRT 18 33,3 4 7,4 22 40,7
Petani 3 5,6 24 44,4 27 50,0
Wiraswasta 0 0 3 5,6 3 5,6
Swasta 0 0 0 0 0 0
PNS 0 0 2 3,7 2 3,7
Total 21 38,9 33 61,1 54 100

Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukan bahwa hampir setengah

responden bekerja sebagai petani tidak patuh melakukan kunjungan

Antenatal Care yaitu 24 responden (44,4%)

8. Tabulasi silang pekerjaaan terhadap sikap

Tabel 4.10 Tabulasi silang pekerjaan dengan sikap dalam deteksi dini
komplikasi kehamilan pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesamas Munjungan kec. Munjungan Kab. Trenggalek
pada tanggal 24 Juli- 3 Agustus 2017

Sikap
Pekerjaan
Positif % Negatif % Total %
IRT 18 33,3 4 7,4 22 40,7
Petani 3 5,6 24 44,4 27 50,0
Wiraswasta 2 3,7 1 1,9 3 5,6
Swasta 0 0 0 0 0 0
PNS 1 1,9 1 1,9 2 3,7
Total 24 44,4 30 55,6 54 100

Berdasarkan tabel 4.10 diatas menunjukan bahwa hampir setengah

dari responden bekerja sebagai petani sikapnya negatif yaitu sebesar 24

responden (44,4%)
90

9. Tabulasi silang frekuensi Kunjungan Antenatal

Care terhadap kepatuhan

Tabel 4.11 Tabulasi silang Kunjungan Antenatal Care dengan kepatuhan


kunjungnan antenatal care pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesamas Munjungan kec. Munjungan Kab. Trenggalek
pada tanggal 24 Juli- 3 Agustus 2017

Kunjungan Kepatuhan
ANC Patuh % Tidak Patuh % Total %
Tidak Pernah 0 0 2 3,7 2 3,7
1 Kali 0 0 27 50,0 27 50,0
>1 Kali 21 38,9 4 7,4 25 46,3
Total 21 38,9 33 61,1 54 100

Berdasarkan tabel 4.11 diatas menunjukan bahwa setengah

responden 1 kali melakukan kunjungan Antenatal Care tidak patuh yaitu

27 responden (50,0%).

10. Tabulasi silang frekuensi Kunjungan Antenatal Care terhadap sikap

Tabel 4.12 Tabulasi silang Kunjungan Antenatal Care dengan sikap


dalam deteksi dini komplikasi kehamilan pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesamas Munjungan kec. Munjungan
Kab. Trenggalek pada tanggal 24 Juli- 3 Agustus 2017.

Kunjungan Sikap
ANC Positif % Negatif % Total %
Tidak Pernah 0 0 2 3,7 2 3,7
1 Kali 0 0 27 50,0 27 50,0
>1 Kali 24 44,4 1 1,9 25 46,3
Total 24 44,4 30 55,6 54 100

Berdasarkan tabel 4.12 diatas menunjukan bahwa setengah dari

responden 1 kali melakukan kunjungan Antenatal Care sikapnya negatif

yaitu sebesar 27 responden (50,0%)


91

11. Tabulasi silang jarak rumah ke tenaga kesehatan


terhadap kepatuhan

Tabel 4.13 Tabulasi silang jarak rumah ke Nakes dengan kepatuhan


kunjungan Antenatal Care pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesamas Munjungan kec. Munjungan Kab. Trenggalek
pada tanggal 24 Juli - 3 Agustus 2017

Kepatuhan
Jarak Rumah
Patuh % Tidak Patuh % Total %
<1 Km 12 22,2 6 11,1 18 33,3
>2 Km 9 16,7 27 50,0 38 66,7
Total 21 38,9 33 61.1 54 100

Berdasarkan tabel 4.13 diatas menunjukan bahwa setengah

responden jarak rumahnya ke tenaga kesehatan > 2 Km tidak patuh

melakukan kunjungan Antenatal Care yaitu 27 responden (50,0%).

12. Tabulasi silang jarak rumah ke Nakes terhadap

sikap

Tabel 4.14 Tabulasi silang jarak rumah ke Nakes dengan sikap dalam
deteksi dini komplikasi kehamilan pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesamas Munjungan kec. Munjungan
Kab. Trenggalek pada tanggal 24 Juli - 3 Agustus 2017

Sikap
Jarak Rumah
Positif % Negatif % Total %
<1 Km 15 27,8 3 5,6 18 33,3
>2 Km 9 16,7 27 50,0 36 66,7
Total 24 44,4 30 55,6 54 100

Berdasarkan tabel 4.14 diatas menunjukan bahwa setengah

responden jarak rumahnya > 2 Km sikapnya negatif yaitu sebesar 27

responden (50,0%).
92

13. Tabulasi Silang Antar Variabel

Tabel 4.15 Tabulasi silang kepatuhan kunjungan Antenatal Care


terhadap sikap dalam deteksi dini komplikasi kehamilan
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesamas Munjungan
kec. Munjungan Kab. Trenggalek pada tanggal 24 Juli- 3
Agustus 2017

Sikap
Kepatuhan
Positif % Negatif % Total %
Patuh 21 38,9 0 0 21 38,9
Tidak Patuh 3 5,6 30 55,6 33 61,1
Total 24 44,4 30 55,6 54 100

Berdasarkan tabel 4.15 diatas menunjukan bahwa sebagian besar

responden tidak patuh melakukan kunjungan Antenatal Care sikapnya

negatif yaitu sebesar 30 responden (55,6%).

E. Hasil Uji Statistik

Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik Regresi Logistik Kepatuhan Kunjuungan


Antental Care Terhadap Sikap Dalam Deteksi Dini Komplikasi
Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Munjungan Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek Pada
Tanggal 24 Juli- 3 Agustus 2017

Variabel Sig R (Besar Pengaruh)

Sikap 0,000 0,858

Berdasarkan tabel 4.16 diatas menunjukan bahwa nilai p <

α yaitu 0,000 < 0,05 yang berarti H0 di tolak dan H1 diterima

sehingga ada pengaruh antara Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care


93

Terhadap Sikap Dalam Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan Pada Ibu

Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Munjungan Kecamatan

Munjungan Kabupaten Trenggalek sebesar 85,8%.

BAB V
PEMBAHASAN

A. Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu hamil Di Wilayah


Kerja Puskesmas Munjungan Kecamatan Munjungan Kabupaten
Trenggalek

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 24

Juli- 3 Agustus 2017 , didapatkan bahwa hampir setengah responden hamil

pertama kali tidak patuh melakukan kunjungan antenatal care yaitu 19

responden (35,21%).

Menurut Tangkin, Y, (2010), Gravida atau jumlah anak

mempengaruhi kepatuhan kunjungan antenatal care karena ibu yang hamil

lebih dari satu kali akan memiliki pengalaman yang dialami ibu pada

kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Ibu yang memiliki pengalaman

buruk dalam kehamilan yang lalu akan cenderung untuk memanfaatkan

pelayanan kesehatan. Menurut Akin (2011), mengatakan bahwa

pengalaman masa lalu dalam kehamilan, persalinan dan pelayanan

kesehatan mempunyai efek sangat besar terhadap pengetahuan, sikap, dan

penggunaan pelayanan kesehatan ibu. Serta pengalaman ibu hamil dalam

melakukan pemeriksaan kehamilan sebelumnya akan berpengaruh tehadap

perilaku ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan yang sekarang. Ibu

yang mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan pada saat

93
94

melakukan pemeriksaan pada kehamilan sebelumnya akan cenderung

kurang antusias dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, karena takut

pengalaman yang lalu akan terulang kembali.

Peneliti berpendapat ibu hamil primigravida tidak patuh

melakukan kunjungan Antenatal Care karena ibu tersebut minatnya

untukmelakukan pemeriksaan kehamilan juga rendah serta

jarakrumahyang jauh dari tenaga kesehatan. Gravida atau jumlah anak

merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepatuhan

kunjungan . Berdasarkan penelitian, ibu yang hamil lebih dari 1 kali

kepatuhannya dalam melakukan kunjungan Antematal care makin baik

dikarenakan ibu sudah mengerti atau memiliki pengalaman setelah rutin

melakukan kunjungan Antenatal Care. Berbeda dengan ibu yang masih

muda dan masih pertama kali hamil mereka cenderung kurang

berpengalaman tentang cara merawat kehamilannya sehingga ibu yang

masih muda atau hamil pertama mereka cenderung tidak melakukan

kunjungan antenatal care secara rutin, seharusnya ibu hamil pertama kali

dan hamil lebih dari satu kali sama sama patuh melakukan kunjungan

Antenatal Care agar komplikasi atau kelainan pada kehamilannya sedini

mungkin dapat terdeteksi. Apalagi kehamilan pertama ibu hamil perlu

mendapatkan banyak informasi dari tenaga kesehatan tentang kehamilnnya

agar ibu dan janin sehat serta mendapa banyak pengalaman atau

pengetahuan.
95

Berdasarkan usia ibu didapatkan bahwa hampir setengah

responden yang berumur < 20 tahun tidak patuh dalam kunjungan

antenatal care yaitu Care yaitu 20 responden (37,0%). Umur adalah umur

individu mulai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berfikir

semakin baik,sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan

dan mengetahui pentingnya Antenatal Care (Padila 2014).

Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan

beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia < 20 tahun dan di atas 35 tahun,

kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah

20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal pada

usia 20-29 tahun.kematian maternal meningkat lagi sesudah usia > 35

tahun (Padila,2014).

Peneliti berpendapat bahwa semakin dewasa seseorang maka cara

berfikir semakin matang dan teratur melakukan kunjungan Antenatal Care

. Wanita dengan kehamilan < 20 tahun kurang memiliki kesiapan mental

untuk menerima kehamilan apalagi kehamilnnya tidak mendapat

dukungan dari keluarga hal ini dapat membuat ibu hamil tertekan dan acuh

terhadap kehamilannya. Kehamilan dini mungkin akan menyebabkan para

ibu hamil muda yang sudah menikah merupakan keharusan sosial karena

mereka diharapkan untuk membuktikan kesuburan mereka, tetapi wanita

usia muda tetap menghadapi resiko-resiko kesehatan. Pola fikir


96

masyarakat seharusnya pada upaya promotif dimana melakukan

pencegahan dengan memperhatikan upaya awal dengan memelihara

kesehatan dalam hal ini kehamilannya dengan cara sadar akan pentingnya

pemeriksaan antenatal care yang teratur sehingga dapat mencegah dan

mendeteksi secara dini terjadinya komplikasi kehamilan. Pengaruh usia

ibu hamil terhadap kepatuhan Antenatal Care pada penelitian inibervariasi

dimana responden yang berusia < 20 tahun tidakpatuh dalam melakukan

kunjungan Antenatal care dari pada responden yang berusia 20-35 tahun

atau berusia > 35 tahun sehigga dapat disimpulkan bahwa semakin muda

umur ibu semakin tidak patuh ibu dalam kunjungan Antenatal Care.

Berdasarkan usia kehamilan di dapatkan hasil bahwa sebagian

besar responden usia kehamilannya 4-6 bulan tidak patuh melakukan

kunjungan Antenatal care yaitu 28 responden (51,9%) sebagian besar ibu

hamil satu kali melakukan kunjungan antenatal care.

Menurut Notoadmodjo (2010), semakin tua usia kehamilan

kemungkinan besar ibu hamil yang mengalami komplikasi akan

melakukan kunjungan antenatal care karena kesakitan yang di alami ibu

semakin terasa dan ibu merasa membutuhkannnya.

Peneliti berpendapat pada usia kehamilan 1-6 bulan responden

kemungkinan besar belum merasakan adanya kelainan pada kehamilannya

atau kesakitan belum dirasakan oleh ibu hamil. Sebagian besar dari

responden baru satu kali melakukan kunjungan Antenatal Care pada usia

kehamilan lebih dari 7 bulan. Sehingga hal tersebut perlu adanya


97

perubahan, ibu hamil kedepannya patuh melakukan kunjungan Antenatal

Care sejak usia kehamilan 1 bulan samapi menjelang persalinan agar

komplikasi kehamilan dapat di cegah atau di tangani sejak awal.

Pekerjaan ibu hamil juga mempengaruhi kepatuhan kunjungan

antenatal care sesuai dengan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa

hampir setengah responden responden memiliki pekerjaan sebagai petani

yang tidak patuh melakukan kunjungan antenatal care yaitu sebesar yaitu

24 responden (44,4%) .

Pekerja adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus

dilaksanakan atau di selesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau

profesi masing-masing dan suatu cara seseorang yang bertujuan untuk

mencari uang terutama dalammemenuhi kebutuhan hidup. Pekerja dapat

diklasifikasikan yaitu petani, wasta, wiraswasta, IRT dan PNS

(Notoatmodjo,2010).

Pekerjaan ibu yang dimaksudkan adalah apabila ibu beraktifitas ke

luar rumah maupun di dalam rumah kecuali pekerjaan rutin rumah tangga.

Ibu yang bekerja akan memiliki sedikit waktu untuk memeriksakan

kehamilannya dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja.

Sedangkan ibu yang tidak bekerja akan memiliki banyak waktu untuk

memeriksakan kehamilannya (Notoatmodjo,2010)

Peneliti berpendapat bahwa tingkat pekerjaan seharusnya tidak

mempengaruhi kepatuhan kunjungan Antenatal Care, karena ibu hamil

mininal melakukan kunjungan Antenatal Care hanya 1 kali dalam sebulan,


98

setidaknya ibu hamil meluangkan sedikit waktunya untuk memeriksakan

kehamilannya agar segera terdetesi apabila ada kelainan atau komplikasi

pada kehamilannya. Walaupun teori dan pada kenyatannya ibu hamil yang

bekerja tidak patuh melakukan Antenatal Care, namun seharusnya ibu

yang bekrja ataupun sebagai ibu rumah tangga atau pengangguran tidak

ada perbedaan dalam melakukan kunjungan Antenatal care agar

prosentase komplikasi kehamilan atau kematian ibu dan bayi menurun.

Karena dengan tidak patuh melakukan kunjungan Antenatal Care

komplikasi tidak segera terdeteksi dan memungkinkan terjadinya

kematian ibu dan janinnya.

Berdasarkan frekuensi kunjungan antenatal care di dapatkan hasil

bahwa setengah responden satu kali melakukan kunjungan antenatal care

tidak patuh yaitu 27 responden (50,0%).

Ibu hamil memiliki standar minimal kunjungan Antenatal Care ,

yaitu minimal 1 kali pada trimester , 1 kali pada trimester 2 dan 2 kali

pada trimester 3 sehingga frekuensi kunjungan Antenatal Care juga

mempunyai pengaruh besar dalam menentukan kepatuhan seseorang

(Padila, 2014).

Peneliti berpendapat bahwa semakin sering frekuensi ibu hamil

melakukan kunjungan Antenatal Care maka tingkat kepatuhannya

semakin baik dan cakupan K1 dan K4 juga akan terpenuhi sesuai dengan

target yang telah di tentukan sehingga ibu hamil mendapakan pelayanan

Antenatal care sesuai dengan standar minimal kunjungan Antenatal care.


99

Namun pada kenyataannya dari hasil penelitian setengan responden tidak

patuh melakukan kunjungan Antenatal care, hal tersebut menunjukkan

cakupan kunjungan ibu hamildi pelayanan keehtan belum mencapai

targenya.

Selain pekerjaan dan frekuensi kunjungan Antenatal Care jarak

rumah ke tenaga kesehatan juga mempengaruhi kepatuhan kunjungan

Antenatal Care. Setelah dilihat dari kategori jarak rumah ke tenaga

kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Munjungan yaitu

setengah responden jarak rumahnya ke tenaga kesehatan > 2 Km tidak

patuh melakukan kunjungan Antenatal Care yaitu 27 responden (50,0%)

sehingga hal tersebut sebagai pemungkin ibu enggan untuk melakukan

kunjungan antental care karena jarak yang jauh untuk di tempuh.

Jarak adalah ruang sela antara dua benda atau tempat yaitu jarak

antara rumah dengan tempat pelayanan Antenatal Care. Keterjangkauan

masyarakat termasuk jarakakan fasilitas kesehatan akan mempemngaruhi

kepatuhan . Jarak juga merupakan komponen kedua yang memungkinkan

seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan (Padila, 2014).

Jarak dari rumah ke pelayanan kesehatan dapat di ukur melalui

satuan panjang jarak tempuh dikatakan dekat apabila < 2 Km dan jauh bila

≥ 2 Km (Adri, 2008). Penelitian mengenai jarak yang dilakukan Adri

(2008) menunjukkan adanya pengaruh antara jarak terhadap pemeriksaan

kehamilan.
100

Peneliti berpendapat bahwa jarak mempengaruhi ibu hamil untuk

melakukan kunjungan Antenatal care semakin jauh rumah ibu hamil

dengan tempat pelayanan kesehatan kemungkinan besar semakin ibu hamil

tidak patuh melakukan kunjungan Antenatal care . Perlu adanya

perubahan untuk mengatasi faktor tersebut diatas sehingga ada perubahan

perilaku ibu hamil yang jarak rumahnya jauh dari tenaga kesehatan

semakin hari semakin patuh untuk melakukan Kunjungan Antenatal Care.

B. Sikap Dalam Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil Di


Wilayah Kerja Puskesmas Munjungan Kecamatan Munjungan
Kabupaten Trenggalek

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah

responden yang hamil pertama memiliki sikap negatif dalam deteksi dini

komplikasi kehamilan yaitu sebesar 19 responden (35,2 %).

Dari hasil rekapitulasi jawaban kuisioner 19 responden bersikap

negatif diperoleh data dari pernyataan nomor soal 11 dan 15. Yaitu

penyataan mengenai “Anemia pada kehamilan merupakan hal yang

alamiah selama kehamilan berlangsung dan ibu hamil yang mengalami

anemia diperbolehkan untuk sering minum teh, Ibu tidak perlu melakukan

pemeriksaan kehamilan apabila ibu tidak mengalami komplikasi

kehamilan” dari pernyataan diatas didapatkan 19 ibu hamil yang bersikap

negatif mengatakan “ Setuju” pada pernyataan tersebut. Pada jenis

penyataan ini hampir semua responden memperoleh skor “2” . sehingga

dapat diketahui bahwa 19 responden dikategorikan bersikap negatif pada


101

aspek penilaian deteksi dini / pencegahan komplikasi kehamilan yang

dilakukan oleh ibu hamil.

Menurut Notoatmodjo (2010), jumlah kehamilan atau gravida

dibagi menjadi beberapa bagian yaitu primigravida,multigravida dan

grandemultigravida. Gravida mempengaruhi sikap ibu hamil dalam

melakukan deteksi dini komplikasi kehamilan. Sikap positif ibu hamil

dalam deteksi dini komplikasi kehamilan dipengaruhi oleh adanya

informasi dari tenaga kesehatan dan orang lain yang di anggap

berpengalaman. Mayoritas primigravida belum banyak mendapat

informasi baik secara langsung maupun tidak langsung dari dokter atau

bidan saat melakukan kunjungan Anc sehingga sebagian besar

primigravida tidak dapat bersikap positif dalam deteksi dini komplikasi

kehamilan. Sedangkan ibu yang multigravida dan grandemultigravida

sudah banyak memiliki pengalaman dan informasi yang didapat dari

tenaga kesehatan yang telah di lalui saat kehamilan yang lalu . Sehingga

ibu hamil tersebut sudah mengetahui tentang deteksi dini komplikasi

kehamilan dan dapat bersikap positif. Sesuai dengan penyataan dari Azwar

(2008) bahwa sikap dipengaruhi oleh faktor- faktor anatara lain

pengalaman pribadi dan informasi dari tenaga kesehatan.

Peneliti berpendapat sikap negatif pada ibu hamil pertama atau

primigravida karena ibu hamil belum bisa mengatasi atau mencegah

komplikasi kehamilan, misalnya ketika ibu hamil mengalami nyeri pada

perutnya ibu segera minta bantuan ke dukun bayi dengan cara pemijatan.
102

Ibu hamil juga tidak menghindari aktivitas yang memperburuk

kehanilannya. Sehingga hal tersebut perlu adanya perubahan agar ibu

hamil memiliki sikap yang positif dalam deteksi dini komplikasi

kehamilan, ketika mengalami kelainan pada kehamilannya segera

memeriksakan ke tenaga kesehatan yang profesional sehingga tidak

membahayakan kehamilannya.

Berdasarkan usia ibu menunjukkan bahwa responden yang berusia

< 20 tahun sikapnya dikategorikan negatif dalam deteksi dini komplikasi

kehamilan yaitu 20 responden (37,0%).

Menurut Azwar (2008) semakin matang usia ibu hamil maka

pengalaman yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan usia ibu

hamil yang cenderung lebih muda sehingga hal tersebut akan

mempengaruhi pembetukan sikan ibu dalam bereaksi terhadap suatu objek

tertent. Selain mempengaruhi sikap usia ibu juga sangat berpengaruh

dalam kematangan alat reprouksi.

Peneliti berpendapat seharusnya usia tidak mempengaruhi sikap

dalam deteksi dini komplikasi kehamilan, usia yang muda seharusnya

memiliki sikap yang positif sehingga dapat dijadikan sebagai pengalaman

pada kehamilan selanjutnya, namun pada kenyataannya dalam penelitian

ini responden yang berusia < 20 tahun yang memiliki sikap positif

prosentasenya masih sedikit. Hal tersebut perlu adanya perubahan

sehingga ibu hamil usia < 20 tahun yang sikpanya negatif sedikit demi

sedikit dapat diatasi.


103

Berdasarkan usia kehamilan menunjukkan bahwa setengah

responden yang usia kehamilannya 4-6 bulan memiliki sikap yang negatif

dalam deteksi dini komplikasi kehamilan yaitu sebesar 27 responden

(50,0%).

Saifudin Azwar (2008) ibu hamil yang usia kehamilannya kurang

dari 7 bulan tidak patuh melakukan kunjungan antenata care sehingga ibu

cenderung tidak menegetahui informasi tentang kehamilan ibu baru

merasa membutuhkan kunjungan antenatal care di di usia kehamilan 7

bulan ke atas karena kesakitan yang di alaminya semakin ia rasakan.

Usia kehamilan sangat penting untuk menentukan sikap , semakin

ibu hamil rutin melakakukan kunjungan antenatal care sejak usia

kehamilan 1 bulan maka sikapnya kemungkinan besar akan positif karena

banyak informasi yang didapat dari tenaga kesehatan. Namun pada

kenyataannya dalam penelitian ini ibu hamil yang usia kehamilnnya muda

sikapnya negatif dalam deteksi dini komplikasi kehamilan, ibu hamil yang

usia kehamilnnya kurang dari 7 bulan cenderung beranggapan bahwa yang

penting ibu percaya dengan kebudayaan sekitar tidak memperhatikan

apakah hal tersebut memperburuk kehamilannya. Hal tersebut perlu

adanya perubahan dengan cara rutin anc maka sebagai pemungkin sikap

ibu akan berubah menjadi positif.

Berdsarkan pekerjaaan ibu menunjukkan bahwa hampir setengah

responden bekerja sebagai petani sikapnya negatif dalam deteksi dini

komplikasi kehamilan yaitu 24responden (44,4%).


104

Menurut Sulistyoningsih (2011), pekerjaan juga berpengaruh besar

pada sikap dalam deteksi dini komplikasi kehamilan. Ibu yang pekerja

keras seperti petani atau buruh tani mereka cenderung sibuk dengam

pekerjaannya. Sehingga sikapnnya pun terpengaruhi karena jarang

bersosialisasi denga orang lain atau tenaga kesehatan, berbeda dengan ibu

rumah tangga biasannya lebih bisa mengatur waktunya untuk

memeriksakan kehamilnya dan sikapnyapun juga positif.

Pekerjaan berpengaruh pada status ekonomi, sehingga berdampak

pada keinginan untuk memeriksakan kehamilannya sehigga sikap ibu pun

terpengaruhi oleh keadaan tersebut. Variabel ekonomi yang cukup

dominan dalam meningkatkan peluang untuk menerima pelayanan

kesehatan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya

penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya keinginan untuk

ke pelayan kesehatan (Sulistyoningsih , 2011).

Peneliti berpendapat bahwa seharusnya apapun pekerjaan ibu

hamil sikapnya positif dalam deteksi dini komplikasi kehamilan sehingga

dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin selama masa kehamilan.

Walaupun pada teori dan kenyataan pekerjaan mempengaruhi sikap akan

tetapi hal tersebut perlu adanya perubahan sehingga ibu yang aktif bekerja

sedikit demi sedikit dapat mengubah sikapnya dalam deteksi dini

komplikasi kehamilan dan meluangkan waktunya untuk rutin Anc.

Sehingga tidakada perbedaan sikap antara ibu yang bekerja dengan yang

tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga).


105

Berdasarkan frekuensi kunjungan Antenatal Care menunjukkan

bahwa setengah dari responden frekuensi kunjungan antenatal care < 1

kali memiliki sikap negatif dalam deteksi dini komplikasi kehamilan yaitu

sebesar 27 responden (50,0%).

Menurut Suparyanto ( 2012), ibu hamil yang patuh melakukan

kunjungan antenatal care memiliki sikap yang positif tentang deteksi dini

komplikasi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berfikir untuk

berperilaku mencegah, menghindari atau mengatasi masalah kehamilan

tersebut dan ibu memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan

Antenatal Care .

Ibu hamil yang frekuensi kunjungan Antenatal Care < 1 kali

terutama selama masa kehamilnnya kemungkinan besar memiliki sikap

negatif karena kurang mendapatkan informasi menegnai kondisi

kehamilnnya sehingga tidak bisa mencegah dan menangani komplikasi

kehamilan yang di alaminya. Hal tersebut perlu adanya perubahan

sehingga ibu yang frekuensi kunjungan Antenatal care < 1 kali selama

masa kehamilan dan sikap nya negatif menjadi rutin Antenatal Care dan

sikapnya positif .

Berdasarkan tabel jarak rumah ke tenaga kesehatan menunjukkan

bahwa setengah responden yang jarak rumahnya ke tenaga kesehatan > 2

Km memiliki sikap yang negatif dalam deteksi dini komplikasi kehamilan

27 responden (50,0%).
106

Jarak adalah ruang sela antara dua benda atau tempat yaitu jarak

antara rumah dengan tempat pelayanan Antenatal Care. Keterjangkauan

masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan mempemngaruhi

kepatuhan . Jarak juga merupakan komponen kedua yang memungkinkan

seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan (Padila, 2014).

Ibu tidak rutin atau tidak patuh dalam kunjungan Antenatal care

yang kemungkinan besar faktor jarak yang jauh sehingga ibu tidak ada

minat untuk melakukan antenatal care hal tersebut mempengaruhi

informasi dan pengalaman yang di dapat ibu hamil kurang sehingga

setengah responden memiliki sikap yang negatif dalam deteksi dini

komoplikasi kehamilan.

C. Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Terhadap Sikap Dalam


deteksi Dini Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil

Berdasarkan tabel hasil penelitian di ketahui bahwa sebagian besar

responden tidak patuh melakukan kunjungan antenatal care sebanyak 33

responden (66,1%) dan sebagian besai memiliki sikap yang negatif dalam

deteksi dini komplikasi kehamilan yaitu 30 responden (55,6%).

Dalam Uji Regresi Logistilk di dapatkan hasil uji statistik dengan

nilai p = 0,000 yang berarti p < α yaitu 0,000 < 0,05 sehingga H0 di tolak

dan H1 diterima yang berarti bahwa ada pengaruh yang antara Kepatuhan

Kunjungan Antenatal Care Terhadap Sikap Dalam Deteksi Dini

Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas

Mujungan Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek sebesar 85,8%..


107

Selama masa kehamilan terjadi perubahan dalam sistem tubuh

yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil. Setiap ibu

hamil akan menghadapi resiko komplikasi kehamilan yang bisa

mengancam jiwanya. Masa ini memerlukan perhatian khusus untuk

menentukan kualitas hidup selanjutnya. Untuk menghadapi resiko

tersebut, salah satu persiapan yang perlu dilakukan yaitu dengan aktif

melakukan kunjungan Antenatal Care sehingga bisa dilakukan deteksi

dini (Bartini, 2012).

Ibu hamil yang patuh kunjungan Antenatal Care kemungkinan

besar memiliki sikap yang positif tentang deteksi dini Komplikasi

kehamilan maka ibu akan berfikir untuk berperilaku mencegah,

menghindari atau mengatasi masalah kehamilan tersebut dan ibu memiliki

kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal (Suparyanto, 2012).

Antenatal Care juga sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor

komplikasi kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Antenatal Care untuk mendeteksi dini terjadinya komplikasi terhadap

kehamilan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau

keadaan janin serta merubah sikap ibu yang negatif menjadi positif dalam

deteksi dini komplikasi kehamilan (Winkjosastro H, 2012).

Deteksi dini komplikasi kehamilan dapat menurunkan angka

kematian ibu dan memantau keadaan janin. Melalui deteksi dini kelainan

yang mungkin timbul cepat diketahui dan segera dapat diatasi sebelum

berpengaruh buruk yang berujung kematian ibu. Angka kematian ibu yang
108

tinggi menggambarkan banyaknya wanita hamil yang mengalami

komplikasi kehamilan dan tidak terdeteksi lebih awal sehingga tidak

mendapatkan penaganan hal tersesebut salah satu penyebabnya di

karenakan ibu yang tidak patuh melakukan kunjungan Antenatal Care

khususnya KI. Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil adalah

masalah besar di negara berkembang. Kehamilan dengan komplikasi

merupakan keadaan yang berbahaya sebagai penyebab kematian ibu

seperti perdarahan, eklampsia dan infeksi (Kemenkes RI, 2015).

Antenatal Care sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari

faktor komplikasi kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) Antenatal Care untuk mendeteksi dini terjadinya komplikasi

terhadap kehamilan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan

memantau keadaan janin serta merubah sikap ibu yang negatif menjadi

positif dalam deteksi dini komplikasi kehamilan (Winkjosastro H, 2012).

Peneliti berpendapat ibu hamil yang patuh kunjungan Antenatal

Care memiliki sikap yang positif tentang deteksi dini komplikasi

kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berfikir untuk berperilaku

mencegah, menghindari atau mengatasi masalah kehamilan tersebut dan

ibu memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan Antenatal Care.

Capaian pelayanan kesehatan ibu dapat dinilai menggunakan indikator

cakupan K1 dan K4. Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan kehamilan dapat

menyebabkan tidak dapat diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang

dapat mempengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak


109

segera dapat diatasi. Deteksi saat pemeriksaan kehamilan sangat

membantu persiapan pengendalian resiko (Manuaba,2010). Apalagi ibu

hamil yang tidak patuh melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak

akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami

komplikasi yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya serta

dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

a. Sebagian besar responden tidak patuh

melakukan kunjungan Antenatal care yaitu 33 responden (61,1%).

b. Sebagian besar responden memiliki sikap

negatif dalam deteksi dini komplikasi kehamilan yaitu 30 responden

(56,6%)

c. Ada pengaruh sangat kuat antara Kepatuhan

Kunjungan Antenatal Care Terhadap Sikap Dalam Deteksi Dini

Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas

Mujungan Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek dengan

nilai p 0,000 < 0,05

B. Saran

Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian adalah

sebagai berikut :
110

1. Bagi Responden

Responden patuh melakukan kunjungan Antenatal Care

sehingga komplikasi kehamilan dapat terdeteksi sejak dini dan dapat

melaukan pencegahan kompliaksi kehamilan.

2. Bagi Puskesmas Munjungan Kecamatan

Munjungan Kabupaten Trenggalek

Lebih menekankan 109


pemberian promosi kesehatan tentang

deteksi dini komplikasi kehamilan dan pencegahannya terutama pada

ibu hamil yang berada di desa terpencil.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Meningkatkan pemberian promosi kesehatan / penyuluhan

kepada masyarakat terutama yang jarak rumah jauh dari tenaga

kesehatan / desa terpencil tentang pentingnya kunjungan antenatal

care agar komplikasi kehamilan dapat terdeteksi sejak dini

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebaiknya mengadakan penelitian dengan tema yang sama

dengan penelitian ini tetapi dengan menambahkan variabel atau faktor

lain yang mempengaruhi sikap dalam deteksi dini komplikasi

kehamilan.
111

DAFTAR PUSTAKA

Ali,Muhammad.2008.Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja Tentang


Komplikasi Kehamilan.Medan.http://library.usu.ac.id/modules.php.
diakses pada tanggal 26 Juli2017 jam 09.15 Wib

Azwar, Saifuddin.2008.Sikap Manusia Sikap Dan Pengukuran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Chapman, Vicky. 2010. Asuhan Persalinan Kebidanan. Jakarta : EGC

Dewi, Vivian .2010.Pelayanan-Anntenatal-Care-Pemeriksaan Kehamilan .


http://satubidan.com. Diakses pada tanggal 29 Juli 2017 jam 10.00 Wib

Goniyah, A., 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Cakupan


Kunjungan ANC pada Ibu Hamil. http://skripsistikes.wordpress.com
diakses pada tanggal 5 Agustus 2017 jam 22.00

Hanni, Umi dkk. 2010.Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan


Patologi.http://satubidan.com/ketidaknyamanan. Diakses pada tanggal
2 Agustus 2017 jam 14.00 Wib

Hidayat, Alimul Aziz. 2010. Metodelogi Penelitian Kebidanan dan teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika

Jannah, Nurul.2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan . Yogyakarta: CV


Andi OF SET

Lenteraimpian.2010.Komplikasi Dan Penyulit Kehamilan Trimester I Ii Iii


https://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/09/diakses pada tanggal
16 Februari 2017 jam 08.15 WIB
112

Natsir, M.2009.Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Niven. 2007. Psikologi Kesehatan: Pengantar Asuhan Kebidanan.Jakarta:EGC

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:Rineka


Cipta

Nursalam.2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta:Salemba Medika

Padila. 2014.Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: Rineka Cipta

Pieter, Heri Zan. 2013. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan.Jakarta: Kencana


Prenada Media Group

Potter & Perry. 2010. Fundamentals of Nursing, (4th ed), St. Louis: Mosby

Pranoto.2010.Konsep.Dasar.Kepatuhan.Manusia.http://
www.pranoto.wordpress.com/2010/04/23 diakses pada tanggal 17
Maret 2017 jam 22.00 WIB

Prawirohardjo Sarwono.2012. Ilmu kebidanan. Yayasan Bina pustaka : Jakarta

Profil Dinkes Jatim. 2015. Angka kematian ibu dan cakupan KI,K4
http://dinkes.jatimprov.go.id/2013/12/30 diakses pada tanggal 19
Maret 2017 jam 20.00 WIB

Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi


Kebidanan).Jakarta:CV Trans Info Media

Safitri Nugraheni. 2014. http://kebidanan safitri nugraheni..co.id/2014/11/6-


komplikasi-dan-penyulit-kehamilan.html. Di kutip pada tangga 10
Februari 2017 Jam 22.00 WIB

Sastroasmoro S, Ismael S.2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th.


Jakarta. Sagung Seto

SDKI,2012.Angka.Kematian.Ibu.Melonjak.Jakarta:http://
nasional.sindonews.com/read/2013/09/25/15/787480/data-
sdki2012angka-kematian-ibu-melonjak di unduh tanggal 25 Februari
2017 jam 11.00 WIB
113

Sulistyoningsih, Hariyani .2011. Buku Pintar Kehamilan Dan Melahirkan.


Yogyakarta: Graha Medika

Supriyanto. 2010. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Kepatuhan


Kunjungan Antenatal Care :http:.//nasional.sindonews.co.id/2010/07/12.
Diakses pada tanggal 15 Maret 2017 jam 19.00 WIB

Wawan, Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku.
Manusia. Jakarta. Nuha Medika.

Wiknjosastro H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: yayaysan Bina Pustaka

Yohanasari.2011.Kenali.7.Tanda.Bahaya.Kehamilan.http://
www.kompashealth.com diakses pada tanggal 5 Februari 2017 jam
15.00 WIB

Lampiran 1

Surat ijin pengambilan data awal ke puslesmas


114

Lampiran 2

Surat balasan pengambilan data awal dari puskesmas


115

Lampiran 3

Surat ijin pengambilan data awal ke dinkes


116

Lampiran 4

Surat balsan pengmabilan data awal dari dinkes


117

Lampiran 5

Surat ijin penelitian ke puslesmas


118

Lampiran 6

Surat balasan penelitian dari puskesmas


119

Lampiran 7

Surat iji penelitian ke dinkes


120

Lampiran 8

Surat balasan penelitian dari dinkes


121

Lampiran 9

Lembar bukti pengambilan data penelitian


122

Lampiran 10

Jadwal penelitian
123

Lampiran : 11

FORMULIR INFORMASI PENELITIAN


ANALISIS KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE TERHADAP SIKAP
DALAM DETEKSI DINI KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUNUJUNGAN KECAMATAN
MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

1. Keterangan Ringkas Penelitian :


Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin
mulai sejak kontrasepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan.Pertumbuhan dan perkembangan janin menentukan derajad
kesehatan ibu hamil. Selama masa kehamilan terjadi perubahan dalam
sistem tubuh yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil.
Setiap ibu hamil akan menghadapi resiko komplikasi kehamilan seperti
Anemia kehamilan, Preekalmsi dan Eklamsi, Hiperemesis Gravidarum
dan lain-lain yang bisa mengancam jiwanya. Masa ini memerlukan
perhatian khusus untuk menentukan kualitas hidup selanjutnya. Untuk
menghadapi resiko tersebut, salah satu persiapan yang perlu dilakukan
yaitu dengan aktif melakukan kunjungan Antenatal Care minimal empat
kali selama kehamilan yaitu Trimester I satu kali, Trimester II dua kali,
Trimester III tiga kali sehingga bisa dilakukan deteksi dini (Bartini, 2012).
2. Perlakuan Terhadap Subjek / responden penelitian
124

Perlakuan terhadap subjek dalam penelitian ini adalah, pertama


penelitian akan memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian, melihat buku KIA milik responden untuk dikaji patuh atau
tidak melakukan Antenatal Care kemudian peneliti akan memberikan
kuisioner yang digunakan untuk mendapatkan data umum dan khusus
tentang, kepatuhan kunjungan Antenatal Care terhadap sikap dalam
deteksi dini komplikasi kehamilan pada ibu hamil.
3. Manfaat Untuk Subjek / responden penelitian
Manfaat untuk subjek adalah akan mengetahui sejauh mana
kepatuhan kunjungan Antenatal care terhadap sikap dalam deteksi dini
komplikasi kehamilan pada ibu hamil. Peneliti juga akan memberikan
upaya penyuluhan tentang pentingnya kunjungan Antenatal Care pada
subjek / responden penelitian.
4. Bahaya Potensial
Bahaya potensial yang akan timbul adalah kejenuhan pada subjek
akibat pengisian kuesioner yang membutuhkan waktu relatif lama.
5. Hak Undur Diri
Hak undur diri adalah hak untuk meminta waktu jeda (dalam beberapa
waktu) dalam rangka memberikan istirahat pada responden.
6. Adanya Insentif Untuk Subjek / responden penelitian
Insentif yang akan diberikan kepada subjek berupa barang sebagai
tanda ucapan terima kasih kepada subjek.
7. Jenis Insentif Yang Diberikan
Jenis insentif yang akan diberikan kepada subjek adalah
Sembako dan bingkisan untuk poli KIA
Data pribadi/identitas dan hasil kuesioner akan dijamin
kerahasiaannya. Keikutsertaan/partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini
bersifat sukarela dan tidak ada paksaan.Jika ada pertanyaan tentang
penelitian ini, Bapak/Ibu dapat menghubungi peneliti. Bila masih
memerlukan penjelasan, Bapak/Ibu dapat menghubungi AMIN
NURDAINI, nomor HP 082334491600 dengan alamat Program Studi
DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada,
Jalan Manila Kediri.
Setiap saat Bapak/Ibu dapat membatalkan keikutsertaan dalam
penelitian ini tanpa diberikan sanksi.

Peneliti,
125

AMIN NURDAINI
NIM. 1431B0001

Lampiran : 12

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya yang bernama Amin Nurdaini, Mahasiswi Program Studi DIII

Kebidanan Stikes Surya Mitra Husada Kediri. Saya akan melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Terhadap Sikap

Dalam Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja

Puskesmas Munjungan Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek ”.

Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

kepatuhan kunjungan Antenatal Care terhadap sikap dalam deteksi dini

komplikasi kehamilan pada ibu hamil. Peneliti juga akan memberikan upaya

penyuluhan tentang pentingnya kunjungan antenatal care selama kehamilan

berlangsung. Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan saudara/i berkenan secara


126

sukarela ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, menjadi subyek penelitian atau

responden, dengan menandatangani “Lembar Persetujuan Responden” yang telah

disediakan. Kesediaan Saudara/i bersifat sukarela. Data yang diambil dan

disajikan nanti bersifat rahasia, tanpa menyebutkan indentitas Saudari. Atas

perhatian dan partisipasi saudari saya ucapkan terima kasih.

Kediri, 28 Agustus 2017

Hormat saya

(Amin Nurdaini )

Lampiran : 13

INFORMED CONCENT
PERNYATAAN TERTULIS KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
JenisKelamin :
Pekerjaan :
PendidikanTerakhir :
Alamat :
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai:
1. Penelitian yang berjudul ”Analisis Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care
Terhadap Sikap Dalam Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan Pada Ibu
Hamil”
2. Perlakuan yang akan diterapkan padasubjek
3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Hak undurdiri
6. Adanya insentif
Dan setelah mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya sudah
jelas dengan prosedur penelitian yang akan dilakukan.Oleh karena itu,sayadengan
penuh kesadaran akanmenjadi subjek / responden penelitian dan tanpa
keterpaksaan menyatakan bersedia/tidak bersedia*) ikut dalam penelitian.
127

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.

Kediri,. 28 Agustus 2017

Peneliti Responden

(Amin Nurdaini ) (................................)


Saksi
(..................................)

Lampiran 14

Etik
128

Lampiran : 15
KISI KISI KUESIONER
ANALISIS KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE
TERHADAP SIKAP DALAM DETEKSI DINI KOMPLIKASI
KEHAMILAN PADA IBU HAMIL

Skor jawaban pada pernyataan sikap positif yaitu:


Sangat setuju (SS) : 4
Setuju (S) : 3
Tidak setuju (TS) : 2
Sangat tidak setuju (STS) : 1

Skor jawaban pada pernyataan sikap negatif yaitu :


Sangat setuju (SS) : 1
Setuju (S) : 2
Tidak setuju (TS) : 3
Sangat tidak setuju (STS) : 4
(Azwar, Saifuddin,2008)

No Variabel Indikator Jumlah Nomor Soal


Pernyataan
1 SIKAP 1. Sikap positif 8 1,3,6,7,8,10,14,16
DALAM
DETEKSI 2. Sikap Negatif 8 2,4,5,9,11,12,13,15
DINI
KOMPLIKASI
KEHAMILAN
Jumlah 16
129

Lampiran : 16

LEMBAR KUESIONER

Petunjuk umum

1. Tulis tanggal pengisian sesuai dengan tanggal ibu mengisi kuesioner.


2. Nomor di isi oleh petugas.

Judul : Analisis Kepatuahn Kunjungan Antenatal Care Terhadap


Sikap Dalam Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan Pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Munjungan
Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek

Tanggal pengisian :
Nama Responden :
No. Responden :
130

KARAKTERISTIK RESPONDEN

A. Data umum
Beri tanda ( √ ) pada jawaban yang dipilih !
Identitas : Kode

1) Ibu hamil ke :
 Kehamilan pertama
 Kehamilan ke 2-4
 Kehamilan lebih dari 5
2) Usia ibu saat ini :
 = <20 tahun
 = 20- 35 tahun
 = >35 tahun
3) Usia Kehamilan :
 =1-3 bulan (1 –12 minggu)
 = 4-6 bulan (13-26 minggu)
 = 7-9 bulan (27 – 40 minggu)
4) Pekerjaanibu :
 = Ibu rumah tangga
 = Petani / Buruh tani
 = Swasta
 = Wiraswasta
 = PNS
5) Ibu sering melakukan Kunjungan ANC
 = Tidak pernah
 = 1 kali
131

 = > 1 kali
6) Jarak rumah ke tenaga kesehatan
 = ≤ 2 km
 = > 2 Km
KUESIONER
SIKAP DALAM DETEKSI DINI KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA IBU
HAMIL
Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang tersedia dan dipilih sesuai menurut anda
SS = Sangat setuju
S = Setuju
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
NO. PERNYATAAN SS S TS STS

1. Melakukan deteksi dini tanda bahaya kehamilan


bertujuan untuk mengenali tanda bahaya
kehamilan
2. Periksa kehamilan atau kunjungan kehamilan
dilakukan jika kehamilan mempunyai risiko
terhadap persalinan
3. Sebaiknya deteksi dini tanda-tanda bahaya
kehamilan dapat dilakukan minimal 4 kali
selama kehamilan berlangsung
4. Pada awal kehamilan atau kehamilan muda tidak
perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan
5. Melakukan penanganan sendiri seperti minum
ramuan tradisional jika selama kehamilan
mengalami nyeri perut yang hebat dan
perdarahan
6. Pemeriksaan kehamilan pada trimester I (1-3
bulan) dilakukan sebanyak 1 kali, pada trimester
II (4-6 bulan) dilakukan sebanyak 1 kali dan
pada trimester III (7-9 bulan) sebanyak 2 kali
7. Pada kehamilan trimester 1 (1-3 bulan) ibu hamil
mengalami mual muntah yang berlebihan
(Hiperemesis gravidarum) ibu harus segera
memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan
untuk mendapatkan perawatan
8. Ibu akan melakukan pemeriksaan kehamilan
segeraapabila bayi dalam kandungannya
132

bergerak kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam

9. Pandangan kabur atau rabun senja merupakan


kejadianhal yang sudah biasa dalam kehamilan
sehingga tidakbutuh penanganan yang tepat oleh
tenaga kesehatan
10. Ibu segera melakukan pemeriksaan kehamilan
ditempat pelayanan kesahatan terdekat apabila
tiba-tiba nyeri perut dan perdarahan dari jalan
lahir selama kehamilan berlagsung
11. Anemia (kekurangan darah) pada kehamilan
merupakan hal yang alamiah selama kehamilan
berlangsung dan ibu hamil yang mengalami
anemia diperbolehkan untuk minum teh
12. Ibu segera meminta bantuan atau pertolongan
kepada dukun bayi apabila mengalami nyeri
pada perutnya selama masa kehamilan
13. Ibu hamil yang mengalami komplikasi seperti
Anemia (Kurang darah), Hipertensi (Darah
tinggi) Perdarahan selama kehamilan
berlangsung tidak perlu diperiksakan ke tenaga
kesehatan karena hal yang alamiah dialami oleh
ibu hamil
14. Bengkak pada muka dan tangan merupakan
tanda-tanda kehamilan yang sering terjadi pada
kehamilan akhirkehamilan
15. Ibu tidak perlu melakukan memeriksaan
kehamilan apabila ibu tidak mengalami tanda
bahaya kehamilan atau komplikasi kehamilan
16. Ibu yang mengalami tanda bahaya atau
komplikasi kehamilan harus mentaati saran dari
bidan seperti diet makanan atau dan mengubah
pola hidup yang dapat memperburuk kehamilan

Jumlah

Sumber: (Sarah Fadilah, 2015)


133

Lampiran 17
KMS
134

Lampiran: 18

Lembar Rekapitulasi
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145

Lampiran 19

SPSS
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162

Lampiran 20

Dokumentasi Penelitian

Gambar 1 Responden Pengambilan Data Awal

(Sumber: Koleksi Foto Pribadi)

Gambar 2 Responden Pengambilan Data Awal

(Sumber: Koleksi Foto Pribadi)

Gambar 1 Responden Pengambilan Data Awal

(Sumber: Koleksi Foto Pribadi)


163

Gambar 3 Responden Penelitian Saat Door to


Door

(Sumber: Koleksi Foto Pribadi)


164

Gambar 4 Responden Penelitian Saat Di


Puskesmas

(Sumber: Koleksi Foto Pribadi)


165

Gambar 5 Responden Penelitian Saat Di


Puskesmas

(Sumber: Koleksi Foto Pribadi)


166

Gambar 6 Responden Penelitian Saat Di


Puskesmas

(Sumber: Koleksi Foto Pribadi)


167

Gambar 7 Responden Penelitian Saat Di


Puskesmas

(Sumber: Koleksi Foto Pribadi)


168

Lampiran 21

Lembar konsultasi bu yeni

Lembar konsultasi bu palupi


169

Lembar konsultasi bu ratna


170

Lembar konsultasi bu arina

Anda mungkin juga menyukai