Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENYULUHAN

“Cara Menyusui yang Benar dan Masalah dalam Pembarian ASI”

Oleh :

Kelompok 29
1. M.GIGH TRIPUTRA R (202103100)
2. APRILIA ARUM PAMBUDI (202103070)
3. MICHELLE CRISYE SOVIA TIVEN (202103073)
4. ELLOK NAELA ILMI AMALIA (202103074)
5. AYU WASTITI EKA MONITHA (202103078)

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

PROGRAM STUDI PROFRSI NERS

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabbarokattu


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan Semesta Alam yang telah
memberikan kami rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menjalankan aktivitas
sebagaimana biasanya. Taklupa salawat serta salam kita junjungkan kepada baginda nabi
tercinta yakni, nabi Muhammad SAW., beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang
telah memperjuangkan agama yang di ridahi Allah SWT., yakni agama Islam.
Proposal ini dibuat dalam untuk memenuhi tugas praktik klinik di RS Wahidin
HudiroHusodo Mojokerto Di ruang Gayatri. pemahaman Dalam  proses pendalaman
materi  ini,  tentunya kami akan berharap  mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan
saran, untuk itu kamimengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya yang dapat
kami sampaikan.
Proposal ini di susun sesuai dengan kemampuan tim, insya Allah makah ini dapat
di terima dengan baik, dan dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabbarokattu

Mojokerto,27 November 2021

Kelompok 29
                                                                       
                       

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................1


DAFTAR ISI ....................................................................................................................2
BAB I  PENDAHULUAN
1. Latar belakang ......................................................................................................3
2. Rumusan masalah .................................................................................................3
3. Tujuan ...................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Pengertian ASI ......................................................................................................4
2. Cara Menyusui yang Benar ..................................................................................4
3. Masalah Menyusui Pada Ibu .................................................................................8
4. Masalah Menyusui Pada Bayi ............................................................................14
5. Ibu Menyusui dengan Penyakit ..........................................................................17
BAB III PELAKSANAAN PENYULUHAN
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan .........................................................................................................19
2. Saran ...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................20

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada pemberian ASI sering terdapat masalah, baik pada teknik pemberian ibu dan
anatomi payudara ibu, serta kemampuan anak untuk menghisap dan anatomi orofaringeal
anak. Seringkali ketidakcukupan jumlah susu sering dinilai sebagai suatu masalah, sehingga
terjadi pemberhentian pemberian ASI. Seringkali juga wanita mengeluh karena luka pada
puting susu, dimana hal ini terjadi karena posisi dan perlekatan anak yang salah ketika
menyusui. Dalam keadaan normal, wanita secara fisiologis mampu untuk memproduksi susu
yang cukup.Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui
menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula).
Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu
yang berpendidikan rendah. Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi.
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya.
Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak. Tentunya
kaum ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun
demikian, terkadang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui. Masalah-
masalah yang sering dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui dan bagaimana
mengatasinya akan dipaparkan pada pembahasan kali ini.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah masalah-masalah yang terjadi pada ibu saat pembererian ASI?
2. Apakah masalah yang terjadi pada bayi saat pemberian ASI?

3. TUJUAN
1. Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada ibu.
2. Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada bayi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai
makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan
dalam tahap ASI eksklusif ini.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang
pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pada
tahun 2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa
ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan
demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak
berlaku lagi.
2. Cara Menyusui yang Benar
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).
a. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005)
1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai

2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.

4
3) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.
4) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
5) Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher
dan lengan bayi.
6) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan
lengan ibu.
b. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005)
1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah (bentuk
C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting), dibelakang areola (kalang payudara)

2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara
menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.

3) Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah ke bawah

5
4) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu belakang
bayi bukan bagian belakang kepala.
5) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan dengan
hidung bayi.
6) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut bayi.
7) Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi, sehingga puting
susu berada diantarapertemuan langit- langit yang keras (palatum durum) dan
langit- langit lunak (palatum molle).
8) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah
sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah kalang
payudara.
9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.

10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan
maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu karena hidung bayi
telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus bayi
12) Cara Menyendawakan Bayi
a) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-lahan diusap
punggung belakang sampai bersendawa.
b) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara akan
keluar dengan sendirinya.
c. Langkah – langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009)
1) Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya

6
2) Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung
kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung
3) Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya
4) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan
5) Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi
dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara
6) Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus
7) Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola.
8) Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui
9) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
10) Ibu menatap bayi saat menyusui
11) Pasca Menyusui
a) Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke mulut bayi
melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah.
b) Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada putting susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya.
12) Menyendawakan bayi dengan :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung
ditepuk perlahan-lahan, atau
b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya di tepuk
perlahan-lahan.
13) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi menginginkan (on
demand)
d. Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004)
1) Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan
setiap saat bayi membutuhkan.
2) Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.
3) Bayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara selama 5-7 menit.
e. Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI, 2005)

7
1) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
2) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
3) Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (payudara
bagian bawah).
4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
5) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
6) Sebagian besar areola tidak tampak
7) Bayi menghisap dalam dan perlahan
8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
9) Terkadang terdengar suara bayi menelan
10) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet
3. Masalah Menyusui Pada Ibu
3.1. Payudara Bengkak (Engorgement)
Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa
lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara
bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal
ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri
lalu memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut
justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI
terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan
pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak
dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada
payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting)
lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika
disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan nampak
lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan
antara lain sebagai berikut :
a. menyusui bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan.
b. Menyusui  bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi).

8
c. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
d. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur.
e. Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah
payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di
pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam payudar
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi payudara
bengkakadalah sebagai berikut :
a. Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudarah dengan lap bersih
atu dengan daun pepaya basah
b. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga
puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi.
c. Bila bayi belum dapat menyusu, asi dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan
berikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
d. Tetap mengeluarkan asi sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
e. Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, dankompres
hangat untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap) puting susu.
f. Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
g. Lakukan pemijatan pada daerah payudarah yang bengkak, bermanfaat untuk
membantu memperlancar pengeluaran asi.
h. Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks
i. Makan-makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
memperbanyak minum.
j. Jika ibu yang sedang menyusui terserang penyakit seperti : pilek, usahakan tetap
memberikan asi dengan meutup mulut dn hidung dengan masker.
3.2. Kelainan Puting Susu
Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun
demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat
kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu
terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula
kelainan puting yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.

9
a. Puting Susu Datar
Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting,
puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika
menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting
berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit
ditangkap/diisap oleh mulut bayi.

b. Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)


Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam
areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik
puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting
tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga
dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah
payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu
diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara
tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya
dengan manual (tangan) atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan
sendok/pipet/gelas.
3.3. Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab
sebagai berikut:
a. Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam
mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu
saja. Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan
menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
10
b. Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi
puting susu
c. Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan
bayi sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
d. Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik
menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi
menutup areola sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di
antara gusi atas dan bawah.
 Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-
obat yang dapat mengiritasi.
b. Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu
bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut
bayi.
c. Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta
menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi
menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya
menyusui.
Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting  tetap nyeri, sebaiknya dicari
sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan
terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).
3.4. Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi
sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu
menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena
komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI
dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan
ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak
pada perabaannya.

11
Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada
beberapa hal yang dianjurkan, antara lain.
a. Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur
agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang
payudara (mastitis).
b. Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
c. Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi
radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara
dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui
dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah
menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.
3.5. Radang Payudara (Mastitis)
Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik
(seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan
dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan
puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara antara
lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol
(merongkol).

12
      Keadaan ini disebabkan kurangnya asi diisap/dikeluarkan atau dikeluarkan
penghisapan yang tidak efektif, dapat juga karena kebiasaan menekan payudarah
dengan jari atau karena tekanan baju atau bra, serta pengeluaran asi yang kurang baik
pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.
      Ada 2 jenis mastitis, yaitu yang terinfeksi milk statis disebut non infective
mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri : infective mastitis. Lecet pada kulit yang
mengundang infeksi bakteri.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui
bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan
terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun
panas, dan analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk
mengurangi reaksi sistemik (demam). Bila mana mungkin, ibu dianjurkan melakukan
senam laktasi (senam menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga
persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan
membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara sehingga
statis dapat dihindari yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya abses
payudara.
3.6. Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini
disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan
ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak
sekeras seperti pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak
berisi cairan. Bila payudara seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya

13
mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan
insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan analgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk menyusui
sementara waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat disusukan kembali.
Akan tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal
(sesuka bayi).
3.7. Air Susu Kurang
Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI
untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan
tambahan sangat besar.
Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis/bayi menolak menyusu, tinja
bayi keras kering atau berwarna hijau, payudara tidak membesar selama kehamilan
atau asi tidak keluar pasca kelahiran, berat bayi meningkat kurang dari rata-rata 500
gram perbulan, berat badan bayi dalam waktu 2 minggu belum kembali, mengompol
rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam cairan urine pekat bau berwarna kuning. pada
ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi terutama
dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara menyusui
benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa
menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan terjadi
kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi.  Hal ini dapat dilihat dari
KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan di Posyandu. Apabila
tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan usianya biasanya hal ini
disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi sehingga diperlukan tambahan
sumber gizi yang lain.
4. Masalah Menyusui Pada Bayi
Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung puting, bayi dengan
kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan
lidah pendek(lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.
4.1. Bayi Sering Menangis

14
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah
hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering
karena kurang ASI.
Beberapa penyebab bayi menangis antara lain sebagai berikut :
 Bayi merasa tidak aman
 Bayi merasa sakit
 Bayi basah (seperti mengompol)
 Bayi kurang gizi
Tindakan yang dapat dilakukan oleh ibu antara lain : ibu tidak boleh cemas
karen akanmengganggu proses laktasi, perbaiki posisimenyusui, periksa pakai
bayi( apakah basah, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama).
4.2. Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting(Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu
formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu
pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu padabotol. Menyusu pada
ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu
pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau
tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
Tanda bayibingung puting antara lain:
a. Bayi menolak menyusu.
b. Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar.
c. Bayi mengisap puting seperti mengisap dot.
4.3. Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil
mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu,
harus segera dilatih untuk menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh
dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
Pada bayi prematur susui dengan sering walau pendek-pendek, rangsang dengan
sentuh langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat menghisap
berikan dengan pipa nasogastrik, tangan dan sendok.

15
Uraian sesuai dengan umur bayi adalah sebagai berikut :
1. bayi umur kehamilan <30 minggu : BBL <1250 gr. Biasanya diberi cairan infus
selama 24-28 jam lalu diberikan asi menggunakan pipa nasogastrik.
2. Usia 30-32 minggu : BBL 1250-1500 gr. Dapat menerima asi dari sendok 2 kali
sehari, namun masih menerima makanan lewat pipa, namu lama kelamaan
makanan pipa makin berkurang dan asi ditingkatkan.
3. Usia 32-34 minggu : BBL 1500-1800 gr bayi mulai menyusui langsung dari
payudara namun perlu kesabaran.
4. Usia kurang >34 minggu : BBL > 1800 gr mendapatkan semua kebutuhn dari
payudara.
4.4. Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik
dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh
kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
a. Segeralah menyusuibayi setelah lahir.
b. Menyusuibayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan
mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium,bilirubin da
pat dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
4.5. Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayidengan bibir
sumbingpallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras),
dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan.
Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena
dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah. Memperbaiki
perkembangan bicara mengurangi resiko terjadinya otitis media.
Anjuran menyusuiuntuk bayi palatoskisis pada keadaan ini dengan cara:
a. Posisi bayiduduk
b. Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
c. Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.

16
d. Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing pada bibir dan
langit-langit).
Sedangkan bayi yang mengalami labiopalatoskisis diberikan asi dengan sendok,
pipet, dan dot panjang.
4.6. Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusuibayi kembar adalah dengan
posisi memegang bola (football position). Susuilah bayi sesering mungkin Pada
saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian dan kemampuan
mengisap mungkin berbeda. Yakin kan ibu bahwa alam telah menyiapkan air susu
bagi semua makhluk, sesuai dengan kebutuhan. Apabila bayi ada yang dirawat di
rumah sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat
beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain
untuk mengasuh bayi Anda.
4.7. Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolehkan
mendapatkanmakanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan
maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit denganmuntah-
muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah,
antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian
sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan
untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
4.8. Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah
dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi
gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting
dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik,
maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat
membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap”
putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar
tidak berubah-ubah.

17
4.9. Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu,
sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas,
maka ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun
juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.
5. Ibu Menyusui dengan Penyakit
5.1. Ibu dengan Penyakit HIV
      Padatahun 2001, PersatuanKesehatanDunia (the World Health Assembly)
mengeluarkanrekomendasibahwabayiharusdiberikan ASI secaraeksklusifselama 6
bulanpertamadalamkehidupannyauntukmendapatkantingkatpertumbuhan,
perkembangansertakesehatan yang optimal. Setelahitu,
bayijugaharusmendapatkanmakananpendamping yang bergizidanjugaamanselain ASI
yang diberikansampaiusia 24 bulan (WHO, 2007).
pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan bayi dikaitkan
dengan risiko penularan HIV yang justru tiga hingga empat kali lipat lebih rendah
dibandingkan bayi yang mendapat ASI namun juga mengasup susu lain atau makanan
lain.
Ibu dengan HIV positif dihadapkan pada dua pilihan sulit, menyusui belum
mengerti tehnik menyusuinya sehingga ternjadi MTCT (Mother-to-Child
Transmission), tidak menyusui dan tidak AFASS sehingga bayi menjadi kurang gizi,
diare, atau pneumonia. Konseling pemberian makan bayi pada ibu HIV dapat
membantu ibu HIV menentukan pilihan yang terbaik untuk bayinya.  
Tabel Perkiraan angka mutlak MTCT HIV dengan waktu transmisi, tanpa
intervensi
Tingkat penularan HIV (%)
waktu penularan
TidakMenyusui Menyusui  6 bulan menyusui 18-24 bln
HIV
Selama kehamilan 50 – 10 5 – 10 5 - 10
Selama persalinan 10 – 15 10 – 15 10 - 15
Selama menyusui 0 5 – 10 15 – 20
Keseluruhan 15 – 25 20 – 35 30 – 45
5.2. Ibu dengan Penyakit Hepatitis B

18
      Bayi dengan ibu hepatitis B boleh diberikan ASI. Hal ini berdasarkan
penelitian yang dilakukan dengan membagi dua kelompok yaitu kelompok pertama
ibu pembawa virus hepatitis B memberikan ASI sedangkan kelompok kedua 
memberikan susu formula. Hasilnya adalah ASI tidak terbukti dalam meningkatkan
resiko penularan hepatitis B.
Mencegah penularan dari ibu yang mengidap hepatitis B ke bayi dan juga
penularan  disarankan untuk memberikan vaksinasi yaitu vaksin hepatitis B yang
pertama kalinya setelah lahir setelah itu dilanjutkan dengan pemberian yang ke dua
dan yang ke tiga sesuai dengan jadwal.
Ibu penderita hepatitis B tetap memberikan ASI kepada bayinya dengan
ketentuan mengikuti program Nasional yaitu memberikan vaksinasi hepatitis B kepada
bayinya segera setelah lahir sebelum berusia 24 jam.
5.3. Bayi dengan Ibu Penyakit Tuberculosis (TBC)
Menurut WHO, TBC tidak termasuk dalam penghalang ibu untuk menyusui. Ibu
justru disarankan melanjutkan pengobatan hingga sembuh, sehingga tidak menulari
bayinya,” kata konselor ASI, Danar Kusumawardhani dari Asosiasi Ibu Menyusui
Indonesia (AIMI) pada seminar tentang persiapan menyusui bersama New Parent
Academy, Minggu (23/3/2014).
Pengobatan secara teratur bisa menekan terjadinya infeksi bakteri penyebab
TBC. Pengobatan dengan rifampisin dan isoniazid selama dua minggu akan
menyebabkan pasien noninfeksius sehingga tidak menularkan bakteri pada lingkungan
sekitar, termasuk anaknya yang masih menyusu. 
Ibu dengan TBC tidak perlu khawatir pada kualitas ASI yang dihasilkan.
Pasalnya, konsentrasi obat TBC yang masuk ke dalam ASI sangat sedikit sehingga
tidak menimbulkan efek keracunan pada bayi. Ibu yang menyusui biasanya mendapat
pengobatan isoniazid dan suplementasi pyridoxine (vitamin B6), sebanyak 10-25
miligram per hari.
Bakteri penyebab TBC tidak menular melalui ASI, sama halnya dengan obat
untuk pemulihannya. Dengan ini maka ibu dengan TBC tidak perlu khawatir
melanjutkan pemberian ASI eksklusif maupun hingga dua tahun.

19
BAB III
KEGIATAN PENYULUHAN

A. Rancangan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan pada ibu menyusui. Kegiatan ini terdiri dari 3 sesi yaitu : pada sesi
pertama tentang pemaparan penyuluhan tentang teknik atau cara menyusui dengan benar,
manfaat menyusui dengan benar, Pada sesi kedua, melakukan demonstrasi dengan cara perawat
mempraktekan tekhnik menyusui dengan benar menggunakan boneka. Pada sesi ketiga ibu
melakukan kembali cara tekhnik menyusui dengan benar. Pada sesi ke empat adalah Tanya
jawab.

B. Media dan Alat


1. Media
- Leaflet
2. Alat
a) Alat penyuluhan
- Infokus
b) Alat peraga/Demonstrasi
- Boneka
- Baby oil/air hangat
- Baskom kesil
- washlap/handuk kecil
- bantal
- kursi
C. Sasaran
1. Ibu hamil dengan dengan usia kehamilan trimester kedua dan ketiga
Dengan Kriteria
a) Ibu post partum
D. Waktu Pelaksanaan
a.    Hari / Tanggal : Minggu, 28 November 2021
b.    Waktu : Pukul 12.00 s/d 13.00
c.    Tempat : Ruang Gayatri 2
Rumah Wahidin

E. Pengorganisasian

20
1. Leader : Ayu Wastiti Eka Monitha, S, Kep
2. Co Leader : M.Gigih S, S.Kep
Michelle C, S.Kep
3. Fasilitator dan Observer : Ellok Nela Ilmi A, S.Kep
Aprilia Arum P, S.Kep

F.   Pembagian Tugas


1. Leader    :
Peran Leader
a. Memberikan penyuluhan kepada peserta
b. mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi
kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
2. Co Leader :
Peran Co Leader
a. Mengarahkan acara penyuluhan
b. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
c. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
d. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan
datang
e. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Fasilitator dan Observer :
Peran Fasilitator dan Observer
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok
d. Menyiapkan perlengkapan media dan alat dalam kegiatan penyuluhan

G.Susunan Kegiatan

21
Kegiatan Penyuluhan Pelaksanaan :
Kegiatan
No Tahap Waktu Kegiatan
peserta
1. Pembukaan 10  menit     Mengucapkan     Menja
salam wab
    Memperkenalkan salam
diri     Mende
    Menyebutkan topik ngarkan
penyuluhan
    Menyampaikan     Menja
pertanyaan lisan wab
2. Isi 25 menit     Menyampaikan
materi     Menja
    Demonstrasi wab
    Tanya Jawab
    Membuat
kesimpulan
3. Penutup 10 menit     Evaluasi
    Tanya jawab     Menja
    Salam penutup wab
salam

H. Evaluasi
a. Evaluasi struktur yang diharapkan :
1. Alat-alat yang digunakan lengkap
2. kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
b. Evaluasi proses yang diharapkan
1. penyuluhan dapat berjalan dengan lancar
2. peserta/ ibu dapat memehami penyuluhan yang disampaikan
3. peserta dapat menjawab pertanyaan yang diberikan
4. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
5. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

22
G.  Hambatan
Hambatan yang mungkin ditemui dalam penyuluhan, antara lain :
1. Terjadi low educated karena tingkat pendidikan yang rendah
2. Terbatasnya waktu yang telah disediakan
3. Terbatasnya boneka sehingga tidak semua ibu dapat mempraktekan IMD dan menyusui
dengan benar
4. Kurang konsentrasi karena ibu membawa anak

23
BAB 4
PENUTUP

1. KESIMPULAN
PemberianAsi merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya.
Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan
anak.Dalampelaksanaannya proses menyusuitidakselalulancarkarenaterdapatmasalah-
masalahdalampemberian ASI baikdariibumaupunbayi.
Masalah Menyusui Pada Ibu yaitu Payudara Bengkak (Engorgement), Kelainan Puting
Susu, Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple), Saluran
Susu Tersumbat (Obstructive Duct), Radang Payudara (Mastitis), Abses Payudara, Air Susu
Kurang.
Masalah Menyusui Pada Bayi yaitu Bayi Sering Menangis, Bayi Bingung Puting
(Nipple Confusion),Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur, Bayi dengan Ikterus, Bayi
dengan Bibir Sumbing, Bayi Kembar, Bayi Sakit, Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual
Frenulum), Bayi yang Memerlukan Perawatan.

2. SARAN   
Bagi kita tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui masalah-masalah yang
terjadi dalam pemberian ASI baik dari ibu maupun bayi. Karena dengan demikian  kita
dapat memberikan asuhan yang tepat pada ibu agar ibu dapat mengatasi masalahnya lebih
dini dan dapat dilakukannya sendiri maupun dengan bantuan dari keluarga.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://abnusclassb.blogspot.co.id/2014/12/kelompok-10-masalah-dalam-pemberian-asi.html
Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Salemba
Medika: Jakarta
Perawatan Kebidanan Jilid III. Jakarta: Bhatara Karya Aksara Elkin, Martha Keene. 2000
Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global. Yogyakarta: UGM Press Mustafa. 1998
Dasar – Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Kuntoro. 2000
Karin Cadwell dan Cindy Turner. 2011. Buku Saku Manajemen Laktasi. Jakarta : EGC

25

Anda mungkin juga menyukai