Oleh:
Septira Aria Nur Amalia
22020116140112
TINJAUAN TEORI
A. Definis
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang terjadi atau resiko
terjadi kerusakan. Nyeri akut biasa timbul secara tiba-tiba,dan berproses
dari lambat dengan intesitas ringan hingga berat. Umumnya nyeri dapat
diperkirakan waktu hilang dan timbulnya, atau penyebab timbul dan
hilangnya. Nyeri akut terjadi dalam waktu kurang dari tiga bulan.
(Hermand & Kamitsuru, 2018)
Nyeri pada abdomen merupakan bentuk repson yang dihantarkan
karena histami, prostaglandin, bradikinin, dan substansi P yang diberi
stimulus. Stimulus yang diberikan tersebukan yang kemudian
dipersepsikan dalam bentuk nyeri. Nyeri merupakan salah satu
pengganggu pada kebutuhan rasa nyaman seseorang. (Syamsiah &
Muslihat, 2015)
Nyeri yang dialami pada pasien dengan permasalahan pada
perkemihan biasanya dengan skala nyeri yang berat atau lebih dari 5 jika
diukur menggunkanan skala numerik. Nyeri dengan skala tinggi biasa
disebut nyeri kolik. Nyeri kolik dengan lokasi pada pinggang bisa
menunjukan lokasi penyebab nyeri terjadi pada organ dalam yaitu ginjal
didukung dengan keluhan lainya yang dialami pasien. Nyeri kolik terjadi
akibat spasme otot polos pada organ berongga dan biasanya terjadi akibat
hambatan yang ada pada oragan tersebut. Tanda yang muncul pada klien
saat nyeri kolik biasanya tiba-tiba muncul dengan skala yang tinggi, terasa
melilit, dapat terjadi hingga pasien berguling-guling, dan dapat diikuting
dengan mual dan mutah. (Hadiansyah & Rodjani, 2013)
Banyak faktor yang mendukung seseorang dalam memaknai nyeri,
antara lain usia. Lansia atau dewasa akan lebih mudah menyampaikan
tingkat nyeri yang dirasakan dibanding anak kecil yang lebih dapat dilihat
pada ekspresi yang timbul. Laki-laki dan perempuan secara umum
memiliki tingkat respon terhadap nyeri sama, namun pada budaya yang
ada laki-laki dianggap lebih dapat menahan atau mengurangi nyeri saat
nyeri terjadi. Pemaknaan nyeri yang dirasakan dapat melalui lokasi,
internsitas (lama nyeri terjadi), dan kualitas (tertusuk jarum, terpukul
benda tumpul, panas, berat). Pengalaman sebelumnya terhadap nyeri juga
dapat mempengaruhi respon seseorang terhadap nyeri yang dialami,
sehingga seseorang mampu mengatasi dalam pengurangan nyeri yang
dialami. Perhatian seseorang terhadap nyeri juga dapat mempengaruhi.,
sehigga ketika nyeri terjadi seseorang dapat mengalihkan perhatiaanya
kepada hal lainya (relaksasi, distraksi, dan lainya). (Prasetyo, 2010)
B. Faktor yang Berhubungan
1. Agens Cedera Biologis
Agen cededera biologis diakibatkan perubahan yang terjadi pada
jaringan organ. Nyeri yang terjadi dapat menunjukan kerusakan atau
perubahan pada organ tersebut atau dampak dari perubahan organ yang
lain.
2. Agen Cedera Fisik
Agen cedera fisik merupakan bentuk kerusakan jaringan atau potensial
yang terjadi pada tubuh dipengarauhi keadaan eksternal pada tubuh.
Seperti robekan, atau yang lainya.
a. Cedera pada kulit, biasa terjadi pada tubuh seperti robekan,
tusukan.
b. Cedera pada otot dan ligamen, tergambarkan dengan nyeri yang
terlokalisasi, hematoma, tidak dapat menggerakan sendi, kesulitan
untuk menggunakan ekstermitas
c. Ceedera pada dengan patah tulang, dapat berupa fraktur tertutup
dan terbuka.
d. Dislokasi, dimana keadaan tolang tidak sesuai dengan posisi
seharusnya, biasanya disertai dengan cedera pada ligamen.
3. Agen Cedera Kimiawi
Terjadi karena bahan kimia yang terkena pada tubuh.
C. Kerangka Pikir
Hambatan/obstuksi pada
saluran kemih (ginjal)
A. PENGKAJIAN
Dilakukan pada tanggal : 5 Oktober 2019 Pukul: 09.45 WIB
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sawah Besar
Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Tanggal masuk RS : 5 Oktober 2019 Pukul: 09.30 WIB
No.RM : 4845XX
Diagnosa kerja : Renal colic sinistra
2. Identitas Penanggung Jawab Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan : Anak
Alamat : Sawah Besar
No. Telepon : 081325XXXXXX
3. Pengkajian Primer
a. Airway
Look
Tidak terdapat sumbatan jalan nafas baik benda asing, darah
maupun secret.
Listen
Tidak terdengar suara tambahan seperti gurgling, crackles,
ronchii maupun wheezing.
Feel
Terasa hembusan jalan napass
b. Breathing
Look
Tidak terdapat luka pada dada, perkembangan dada kanan dan
kiri simetris, Reapiratory Rate 21x/menit, nafas dangkal,
terlihihat otot bantu nafas. Terlihat cuping hidung,
c. Circulation
Tidak terdapat edema pada ekstremitas atas maupun bawah pasien,
Tekanan Darah: 152/98 mmHg, Heart Rate: 86x/menit, Capilary Refil
Time: 1 detik, SPO2 96x/menit.
d. Disability
Kesadaran composmentis, pupil reaktif terhadap rangsang cahaya.
e. Exposure
Tidak terdapat luka pada ekstremitas atas mauoun ekstremitas bawah
klien.
f. Folley catheter
Pasien mengatakan bahwa, merasakan panas saat kencing.
Pasien mengatakan bahwa, dapat mengontrol rasa ingin berkemih.
Klien mengatakan bahwa, setelah berkemih banyak, timbul rasa
berkemih lagi namun keluarnya hanya sedikit.
g. Gastric tube
Pasien tidak memiliki gangguan pada nafsu makan dan pola makan.
4. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan bahwa merasakan nyeri pada bagian pinggang kiri
sedikit ke depan.
b. Penampilan umum
Keadaan umum pasien komposmentis, kooperatif ketika diajak
komunikasi, terlihat menahan sakit dan memegang pinggang karena
nyeri. Terlihat posisi berbaring sedikit miring manan sakit pada
pinggang kiri.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien merasakan nyeri di pinggang semenjak 1 hari yang lalu. Pagi
tanggal 5 oktober 2019 pasien merasakan semakin nyeri dan rasanya
panas menjalar hingga dada, kemudian saat kencing meras panas dan
nyeri di pinggang kirinya bertambah. Pasien diantar anaknya untuk
dibawa ke IGD karena sudah tidak tahan dengan nyerinya.
d. Riwayat kesehatan lalu
Pasien mengatakan bahwa klien mengalami hipertensi sudah lebih dari
2 tahun yang lalu. Klien pernah masuk rumah sakit dengan keluhan
nyeri dan sesak nafas beberapa bulan yang lalu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami masalah
kesehatan.
f. Pengkajian SAMPLE
Symptom
Pasien mengatakan nyeri bagian pinggang kiri semanjak 1 hari
yang lalu, nyeri menjalar sampai dada.
Allergy
Pasien tidak memiliki alergi obat dan makanan.
Medication
Pasien Sudah mendapatkan terapi infus RL 20 tpm, injeksi
ranitidine 50mg
Past Illnes
Pasien mengatakan semenjak kurang lebih 3 bulan yang lalu
mulai sering merasakan nyeri pinggang. Klien memiliki
riawayat hipertensi lebih dari 2 tahun yang lalu.
Last Meal
Pasien mengatakan makan sedikit nasi putih dan sayur bayam.
Event
Pasien merasakan nyeri di pinggang semenjak 1 hari yang lalu.
Pagi tanggal 5 oktober 2019 pasien merasakan semakin nyeri
dan rasanya panas menjalar hingga dada, kemudian saat kencing
meras panas dan nyeri di pinggang kirinya bertambah.
g. Pemeriksaan Fisik
1) TTV saat pengkajian :
Tekanan Darah : 152/105 mmHg
MAP : (2xd+s)/3 = (2x105+152)/3 = 120,6 mmHg
Respiratory Rate : 21 x/menit
Heart Rate :86 x/menit
Suhu : 38,40C
SPO2 : 96%
GDS : 101 gr/dL
2) Keadaan Fisik
a) Kepala
Kepala Keterangan
b) Mata
Mata Keterangan
c) Hidung
Hidung Keterangan
d) Telinga
Telinga Keterangan
e) Mulut
Mulut Keterangan
g) Thorak
(1) Paru-paru
Paru-Paru Keterangan
(2) Jantung
Jantung Keterangan
h) Abdomen
Abdomen Keterangan
i) Genetalia
Genitalia Keterangan
j) Anus
Anus Keterangan
k) Ekstremitas
Atas
Atas Keterangan
Bawah
Bawah Keterangan
5. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Kalsium 1.129 mmol 1.00-1.15 mmol Normal
Kreatinin 0,8 mg/dL 0.6-1.1 mg/dL Normal
Hemoglobin 18,9 g/dL 11.7-15.5 mg/dL Tinggi
Hematokrit 54.50% 35-47% Tinggi
Kalium 4.20 mmol/L 3.50-5.0 mmol/L Normal
Natrium 139.0 mmol 135.0-147.0 mmol Normal
Jumlah trombosit 172 u/L 150-400 u/L Normal
Ureum 18.8 mg/dL 11.0-43.0 mg/dL Normal
Jumlah lekosit 18.7 u/L 3.6-11.0 u/L Tinggi
CKMB 55 0-24 Tinggi
SGOT 36 0-50 Normal
SGPT 64 0-50 Tinggi
6. Terapi Medis
E. IMPLEMENTASI
-
O:
-
O:
-
10.35 1 Memberikan obat ketorolac 30 mg dan S: Septira
amplodipin 10 mg
-
O:
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengkajian nyeri yang dilakukan skala nyeri yang timbul pada
pasien adalah skala 8, lokasi nyeri terjadi pada pinggang kanan yang menjalar hingga
ke dada, kualitas nyeri yang dirasakan seperti panas, nyeri yang dirasakan tidak
mudah hilang (lebih dari 15 menit). Nyeri akut yang dialami pasien tidak hanya dapat
dilakukan dengan tindakan keperawatan berupa teknik relaksasi dan distraksi.
Tindakan kolaborasi yang digunakan dalam pengurangan nyeri antara lain dengan
pemberian obat, ketorolac untuk mengurangi nyeri dengan skala 8 yang dialami
pasien. Dengen pemberian obat tersebut di imbangi dengen obat lainya untuk
mengurang efek samping yang tombul seperti mual, muntah, pusing.
Dari obat yang diberikan pada pasien terdapat obat yang dalam proses
kerjanya menimbulkan perubahan pada pernafasan. Sehingga diajarkan teknik nafas
dalam sebagai bentuk relaksasi dan pengaturan pola nafas pada pasien. Terknik
reklaksasi autogenik merupakan salah satu teknik relaksasi yang sebagai bentuk
terapi non farmakologi yang digunakan pada pengurangan nyeri yang dirasakan pada
klien.
Poenagturan posisi pasien dpat menambah rasa nyaman pada pasien sehingga
mendukun untuk penurunan tingkat nyeri yang dialami. Posis juga berguna menjaga
pola nafas pada pasien agar tetap stabil, sehingga otot dada pasien dapat berkebang
secara maksimal saat inspirasi. Nafas klien tidak lagi terlihat dangkal, penurunan otot
bantu nafas yang juga dapat mengurangi nyerinya.
Daftar Pustaka
bahrudin, M. (2015). Patofisiologi nyeri (pain). Jurnal fakultas kedokteran UMM.
Hadiansyah, H., & Rodjani, A. (2013). Nyeri Kolik dan Hubungannya dengan Lokasi
Batu Ureter pada Penderita Batu Ureter Unilateral. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap
Tingkat Nyeri Akut pada Pasien Abdominal Paint di IGD RSUD Karawang
2014. Jurnal Ilmu Keperawatan, 11-17.