Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. K DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


NYERI AKUT
DI INSTALANSI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD K.R.M.T
WONGSONEGORO SEMARANG

Disusununtuk Memenuhi Tugas pada Praktik Klinik Stase Gawat Darurat


Pembimbing Klinik : Tri Budi Arti,S.Kep.,Ns
Pembimbing Akademik : Ns. Nana Rochana, S.Kep., M.N.

Oleh:
Septira Aria Nur Amalia
22020116140112

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri merupakan bentuk penyampaian pesan dari syaraf yang
terjadi akibat kerusakan jaringan yang sudah terjadi atau berupa resiko
kerusakan. Penggambaran nyeri biasa dikaji dalam bentuk intensiatas atau
sekala yang menggambarkan nyeri, kualitas yang menggambarkan bentuk
atau rasa (terpukul batu, tertusuk, terbakar), waktu munculnya nyeri dan
berapa lama nyeri itu terjadi, lokasi penyebaran nyeri itu terjadi. Nyeri
juga dapat terjadi sebagai bentuk reflek menghindar dan perubahan bentuk
output otonom (bahrudin, 2015).
Nyeri yang dirasakan oleh pasien berbagai macam bentuknya.
Salah satunya adalah nyeri pinggang ringan hingga kolik. Nyeri ini biasa
timbul pada pasien dengan masalah obstuksi saluran kemih. Nyeri
pinggang yang dirasakan pasien dapat menunjukan apa yang terjadi pada
ginjal, yang secara letak anatomi tubuh manusia terletak pada bagian
pinggang. (Hadiansyah & Rodjani, 2013)
Nyeri merupakan tanda yang menyatakan bahwa ada perubahan
atau sesuatu yang terganggu secara fisiologis, sehingga menimbulkan
seseorang meminta pertolongan. Nyeri merupakan permasalahan serius
untuk segera di respon dan diberikan intervensi atau tindakan untuk
mengurang atau mebebaskan rasa nyeri. Seseorag yang merasakan nyeri
ingin segera terpenuhi kebutuhan dasarnya yaitu rasa aman dan nyaman.
Nyeri merupakan salah satu alasan yang umum pagi pasien untuk mencari
pertolongan atau bantuan medis. (Potter, 2010)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahu cara penanganan dan proses terjadinya nyeri akut pada
pasien dengan nyeri akut skala 8.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proses terjadinya nyeri pada Renal Colic
b. Melaksanakan pengakjian nyeri pada pasien dengan tepat
c. Menegakan diagnosa nyeri akut sesuai dengan analisa data yang
sesuai dengan paseien
d. Menegakkan intervensi keperawatan pada pasien nyeri akut dengan
tepat
e. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien nyeri akut
dengan tepat
f. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien nyeri akut dengan
tepat
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definis
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang terjadi atau resiko
terjadi kerusakan. Nyeri akut biasa timbul secara tiba-tiba,dan berproses
dari lambat dengan intesitas ringan hingga berat. Umumnya nyeri dapat
diperkirakan waktu hilang dan timbulnya, atau penyebab timbul dan
hilangnya. Nyeri akut terjadi dalam waktu kurang dari tiga bulan.
(Hermand & Kamitsuru, 2018)
Nyeri pada abdomen merupakan bentuk repson yang dihantarkan
karena histami, prostaglandin, bradikinin, dan substansi P yang diberi
stimulus. Stimulus yang diberikan tersebukan yang kemudian
dipersepsikan dalam bentuk nyeri. Nyeri merupakan salah satu
pengganggu pada kebutuhan rasa nyaman seseorang. (Syamsiah &
Muslihat, 2015)
Nyeri yang dialami pada pasien dengan permasalahan pada
perkemihan biasanya dengan skala nyeri yang berat atau lebih dari 5 jika
diukur menggunkanan skala numerik. Nyeri dengan skala tinggi biasa
disebut nyeri kolik. Nyeri kolik dengan lokasi pada pinggang bisa
menunjukan lokasi penyebab nyeri terjadi pada organ dalam yaitu ginjal
didukung dengan keluhan lainya yang dialami pasien. Nyeri kolik terjadi
akibat spasme otot polos pada organ berongga dan biasanya terjadi akibat
hambatan yang ada pada oragan tersebut. Tanda yang muncul pada klien
saat nyeri kolik biasanya tiba-tiba muncul dengan skala yang tinggi, terasa
melilit, dapat terjadi hingga pasien berguling-guling, dan dapat diikuting
dengan mual dan mutah. (Hadiansyah & Rodjani, 2013)
Banyak faktor yang mendukung seseorang dalam memaknai nyeri,
antara lain usia. Lansia atau dewasa akan lebih mudah menyampaikan
tingkat nyeri yang dirasakan dibanding anak kecil yang lebih dapat dilihat
pada ekspresi yang timbul. Laki-laki dan perempuan secara umum
memiliki tingkat respon terhadap nyeri sama, namun pada budaya yang
ada laki-laki dianggap lebih dapat menahan atau mengurangi nyeri saat
nyeri terjadi. Pemaknaan nyeri yang dirasakan dapat melalui lokasi,
internsitas (lama nyeri terjadi), dan kualitas (tertusuk jarum, terpukul
benda tumpul, panas, berat). Pengalaman sebelumnya terhadap nyeri juga
dapat mempengaruhi respon seseorang terhadap nyeri yang dialami,
sehingga seseorang mampu mengatasi dalam pengurangan nyeri yang
dialami. Perhatian seseorang terhadap nyeri juga dapat mempengaruhi.,
sehigga ketika nyeri terjadi seseorang dapat mengalihkan perhatiaanya
kepada hal lainya (relaksasi, distraksi, dan lainya). (Prasetyo, 2010)
B. Faktor yang Berhubungan
1. Agens Cedera Biologis
Agen cededera biologis diakibatkan perubahan yang terjadi pada
jaringan organ. Nyeri yang terjadi dapat menunjukan kerusakan atau
perubahan pada organ tersebut atau dampak dari perubahan organ yang
lain.
2. Agen Cedera Fisik
Agen cedera fisik merupakan bentuk kerusakan jaringan atau potensial
yang terjadi pada tubuh dipengarauhi keadaan eksternal pada tubuh.
Seperti robekan, atau yang lainya.
a. Cedera pada kulit, biasa terjadi pada tubuh seperti robekan,
tusukan.
b. Cedera pada otot dan ligamen, tergambarkan dengan nyeri yang
terlokalisasi, hematoma, tidak dapat menggerakan sendi, kesulitan
untuk menggunakan ekstermitas
c. Ceedera pada dengan patah tulang, dapat berupa fraktur tertutup
dan terbuka.
d. Dislokasi, dimana keadaan tolang tidak sesuai dengan posisi
seharusnya, biasanya disertai dengan cedera pada ligamen.
3. Agen Cedera Kimiawi
Terjadi karena bahan kimia yang terkena pada tubuh.
C. Kerangka Pikir

Hambatan/obstuksi pada
saluran kemih (ginjal)

Peregangan pada Perubahan waktu Hambatan


saluran kemih pengumpulan urin terjadinya ulserasi
dan pendarahan

Nyeri Hambatan eliminasi


Resiko
urin
Infeksi

Perubahan kontraksi Perubahan posisi Perubagahn jumlah


otot pernafasan saat nyeri terjadi leukosit dalam
tubuh

- Adanya tot bantu


Perubahanan pola
nafas
inspirasi dan ekspirasi
- Retraksi dada
berkurang
- Pernafasan yang
Ketidakefektifan pola
dangkal
nafas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Dilakukan pada tanggal : 5 Oktober 2019 Pukul: 09.45 WIB
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sawah Besar
Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Tanggal masuk RS : 5 Oktober 2019 Pukul: 09.30 WIB
No.RM : 4845XX
Diagnosa kerja : Renal colic sinistra
2. Identitas Penanggung Jawab Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan : Anak
Alamat : Sawah Besar
No. Telepon : 081325XXXXXX

3. Pengkajian Primer
a. Airway
 Look
Tidak terdapat sumbatan jalan nafas baik benda asing, darah
maupun secret.
 Listen
Tidak terdengar suara tambahan seperti gurgling, crackles,
ronchii maupun wheezing.
 Feel
Terasa hembusan jalan napass
b. Breathing
 Look
Tidak terdapat luka pada dada, perkembangan dada kanan dan
kiri simetris, Reapiratory Rate 21x/menit, nafas dangkal,
terlihihat otot bantu nafas. Terlihat cuping hidung,
c. Circulation
Tidak terdapat edema pada ekstremitas atas maupun bawah pasien,
Tekanan Darah: 152/98 mmHg, Heart Rate: 86x/menit, Capilary Refil
Time: 1 detik, SPO2 96x/menit.
d. Disability
Kesadaran composmentis, pupil reaktif terhadap rangsang cahaya.
e. Exposure
Tidak terdapat luka pada ekstremitas atas mauoun ekstremitas bawah
klien.
f. Folley catheter
Pasien mengatakan bahwa, merasakan panas saat kencing.
Pasien mengatakan bahwa, dapat mengontrol rasa ingin berkemih.
Klien mengatakan bahwa, setelah berkemih banyak, timbul rasa
berkemih lagi namun keluarnya hanya sedikit.
g. Gastric tube
Pasien tidak memiliki gangguan pada nafsu makan dan pola makan.
4. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan bahwa merasakan nyeri pada bagian pinggang kiri
sedikit ke depan.
b. Penampilan umum
Keadaan umum pasien komposmentis, kooperatif ketika diajak
komunikasi, terlihat menahan sakit dan memegang pinggang karena
nyeri. Terlihat posisi berbaring sedikit miring manan sakit pada
pinggang kiri.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien merasakan nyeri di pinggang semenjak 1 hari yang lalu. Pagi
tanggal 5 oktober 2019 pasien merasakan semakin nyeri dan rasanya
panas menjalar hingga dada, kemudian saat kencing meras panas dan
nyeri di pinggang kirinya bertambah. Pasien diantar anaknya untuk
dibawa ke IGD karena sudah tidak tahan dengan nyerinya.
d. Riwayat kesehatan lalu
Pasien mengatakan bahwa klien mengalami hipertensi sudah lebih dari
2 tahun yang lalu. Klien pernah masuk rumah sakit dengan keluhan
nyeri dan sesak nafas beberapa bulan yang lalu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami masalah
kesehatan.
f. Pengkajian SAMPLE
 Symptom
Pasien mengatakan nyeri bagian pinggang kiri semanjak 1 hari
yang lalu, nyeri menjalar sampai dada.
 Allergy
Pasien tidak memiliki alergi obat dan makanan.
 Medication
Pasien Sudah mendapatkan terapi infus RL 20 tpm, injeksi
ranitidine 50mg
 Past Illnes
Pasien mengatakan semenjak kurang lebih 3 bulan yang lalu
mulai sering merasakan nyeri pinggang. Klien memiliki
riawayat hipertensi lebih dari 2 tahun yang lalu.
 Last Meal
Pasien mengatakan makan sedikit nasi putih dan sayur bayam.
 Event
Pasien merasakan nyeri di pinggang semenjak 1 hari yang lalu.
Pagi tanggal 5 oktober 2019 pasien merasakan semakin nyeri
dan rasanya panas menjalar hingga dada, kemudian saat kencing
meras panas dan nyeri di pinggang kirinya bertambah.
g. Pemeriksaan Fisik
1) TTV saat pengkajian :
Tekanan Darah : 152/105 mmHg
MAP : (2xd+s)/3 = (2x105+152)/3 = 120,6 mmHg
Respiratory Rate : 21 x/menit
Heart Rate :86 x/menit
Suhu : 38,40C
SPO2 : 96%
GDS : 101 gr/dL
2) Keadaan Fisik
a) Kepala
Kepala Keterangan

Inspeksi - Bentuk Kepala Mesochepal


- Tidak terdapat perdarahan/lesi
- Tidak terdapat bekas luka

Palpasi - Tidak terdapat nyeri tekan ataupun


benjolan dikepala pasien

b) Mata
Mata Keterangan

Inspeksi - Mata tidak ikterik


- Pupil reaktif terhadap rangsang cahaya
- Konjungtiva tidak anemis
- Tidak menggunakan alat bantu
penglihatan seperti kaca mata
Palpasi - Tidak terdapat nyeri tekan

c) Hidung
Hidung Keterangan

Inspeksi - Tidak terdapat sumbatan jalan nafas


seperti secret darah atau benda asing
- Bentuk hidung simetris antara kanan
dan kiri

Palpasi - Tidak terdapat nyeri tekan

d) Telinga
Telinga Keterangan

Inspeksi - Tidak tampak menggunakan alat bantu


dengar
- Tidak terlihat kotoran atau cairan
keluar ditelinga
- Tidak terlihat luka ataupun lesi

Palpasi - Tidak terdapat nyeri tekan atau


benjolan ditelinga

e) Mulut
Mulut Keterangan

Inspeksi - Bibir terlihat kering


- Bibir berwarna sedikit gelap
- Tidak terdapat sariawan di mulut

Palpasi - Tidak terdapat nyeri tekan


f) Leher
Leher Keterangan

Inspeksi - Tidak terdapat luka atau jejas di leher

Palpasi - Teraba denyut nadi karotis


- Tidak teraba pembesaran tiroid

g) Thorak
(1) Paru-paru
Paru-Paru Keterangan

Inspeksi - Pengembangan dada kanan dan kiri


simetris
- Perkembangan dada terlihat dangkal

Palpasi - Traktil fremitus simetris

Perkusi - Bunyi resonan diseluruh lapang paru


pasien

Auskultasi - Tidak terdengar bunyi napas tambahan

(2) Jantung
Jantung Keterangan

Inspeksi - Tidak tampak iktus kordis

Palpasi - Teraba denyutan iktus kordis

Perkusi - Suara jantung pekak

Auskultasi - Bunyi janting lup dup

h) Abdomen
Abdomen Keterangan

Inspeksi - Tidak terdapat lesi ataupun luka bekas


operasi

Auskultasi - Bising usus (+)

Palpasi - Terdapat nyeri tekan pada perut


bagian kiri, sedikit kepinggang

i) Genetalia
Genitalia Keterangan

Inspeksi - Tidak terdapat perdarahan atau lesi

Palpasi - Tidak teraba massa atau benjolan

j) Anus
Anus Keterangan

Inspeksi - Terlihat benjolan atau lesi

Palpasi - Tidak teraba benjolan


- Tidak terdapat nyeri tekan

k) Ekstremitas
Atas
Atas Keterangan

Inspeksi - Tidak terdapat luka atau lesi


- Kekuatan otot 5-5

Palpasi - Tidak terdapat massa atau benjolan

Bawah
Bawah Keterangan

Inspeksi - Tidak terdapat perdarahan atau lesi


- Kekuatan otot 5-5

Palpasi - Tidak terdapat nyeri tekan ataupun


benjolan.

5. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Kalsium 1.129 mmol 1.00-1.15 mmol Normal
Kreatinin 0,8 mg/dL 0.6-1.1 mg/dL Normal
Hemoglobin 18,9 g/dL 11.7-15.5 mg/dL Tinggi
Hematokrit 54.50% 35-47% Tinggi
Kalium 4.20 mmol/L 3.50-5.0 mmol/L Normal
Natrium 139.0 mmol 135.0-147.0 mmol Normal
Jumlah trombosit 172 u/L 150-400 u/L Normal
Ureum 18.8 mg/dL 11.0-43.0 mg/dL Normal
Jumlah lekosit 18.7 u/L 3.6-11.0 u/L Tinggi
CKMB 55 0-24 Tinggi
SGOT 36 0-50 Normal
SGPT 64 0-50 Tinggi
6. Terapi Medis

Jenis Terapi Indikasi Kontraindikasi Efek Samping


Infus RL 20 tpm Mengembalikan hipernatremia, a. Dapat
keseimbangan kelainan ginjal, menyebabkan
elektrolit pada kerusakan sek hati, hiperkloremia
keadaan asidosis laktat dan asidosis
dehidrasi dan metabolic
syok b. Edema jaringan
hipovolemik pada volume
yang besar
Ketorolak 30 Nyeri sedang Tidak untuk nyeri a. Nyeri dada, sesak
mg hingga berat, ringan atau nyeri b. BAB hitam,
mencegah jangka panjang berdarah, atau
inflamasi gelap
c. Berat badan naik
cepat
d. Jarang buang air
kecil
e. Mual, demam
ringan
f. Demam dengan
ruam kulit,
lepuhan dan
menengelupas
Ranitidin 150 Mengrangi kadar a. Nyeri dada, nafas
mg/12 jam asam lambung, pendek
maag, tukak b. Mudah lebam
lambung, erosive atau berdarah
esophagitis, c. Detak jantung
mencegah dan cepat atau lambat
mengobati d. Mual
heartburn e. Masalah
penglihatan
f. Sakit kepala,
pusing
g. Ngantuk
h. Diare atau
konstipasi
Amplodipine 10 Tekanan darah Tidak boleh untuk a. Sakit kepala,
mg/ 24 jam yang tinggi, mengobati serangan pusng
mencegah stroke nyeri dada ketika b. Ngantuk, lelah
dan serangan terjadi c. Sakit perut
jantung, juga d. kemerahan di
digunakan untuk kulit
mencegah nyeri e. hilang kesadaran
dada f. bengkak
ekstermitas
g. jantung berdebar
h. nyeri dada
Asam Untuk a. Mual, mulas
mefenamat 500 mengobari rasa b. Pusing
mg/8 jam nyeri ringan, c. Kulit garal, ruam
selain itu d. Berkeringat,
digunakan untuk ingusan
serangan asam e. Pandangan kabur
urat f. Dengeung telinga
g. Nyeri dada
h. BAB hitam
i. Muntah seperti
bubuk kopi
B. ANALISA DATA
No Data Problem Etiologi Diagnosa Keperawatan Paraf
1. DS : Nyeri akut (00132) Agens Nyeri akut berhubungan dengan agens Septira
- Tn. K mengatakan nyeri pada cedera cedera biologis (00132).
pinggang kiri. biologis
P: Tn. K mengatakan bahwa
nyerinya timbul ketika bergerak
dan semakin sakit saat kencing.
Q: Tn. K mengatakan nyeri
seperti ditekan dan terasa panas
R: Tn. K mengatakan nyeri pada
bagiang pinggang kiri sedikit
kedepan arah perut menjalar
hingga dada.
S: Tn. K mengatakan nyeri skala
8 (rentang 1-10).
T: Tn. K mengatakan nyeri timbul
dan hilangnya sangat lama ketika
hanya diam
- Tn. K mengatakan nyerinya sejak
3 bulan yang lalu.
DO :
- Tn. K tampak memegang
pinggang kirinya yang tersa sakit.
- Tn. K tampak mengerutkan
dahinya ketika nyeri timbul.
- Tekanan Darah : 152/105 mmHg

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (00132).
D. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl/jam Dx.Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

Sabtu, 5 Nyeri akut NOC NIC


oktober berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen nyeri (1400)
2019/ agens cedera biologis
keperawatan selama 2x60 menit , a. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
09.50 (00132).
diharapkan nyeri berkurang dengan menyampaikan nyeri secara tepat.
WIB kriteria hasil : b. Eksplorasi bersama pasien hal-hal yang dapat
menambah atau mengurangi nyeri.
1. Kontrol Nyeri (1605)
c. Ajari Pasien teknik manajemen nyeri
a. Pasien mengetahui faktor
nonfarmakologis dengan teknik tarik napas
penyebab nyeri.
dalam.
b. Pasien dapat mengetahui kapan
d. Gunakan teknik distraksi dengan berbicara
nyeri terjadi.
dengan orang lain.
c. Pasien dapat menerapkan teknik
e. Pengaturan posisi sedikit miring ke arah
relaksasi napas dalam untuk
kanan dan mengganjal bagiang yang nyeri
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
2. Pemberian analgesik (2210)
2. Tingkat Nyeri (2102)
a. Pastikan pemberian analgesik dengan
a. Nyeri pada pinggang kiri dapat
melakukan pengecekan resep analgesik
berkurang dari skala 8 menjadi
terkait jenis obat, dosis, frekuensi pemberian
5.
analgesik dan memastikan sesuai dengan
rekomendasi dokter.
b. Cek alergi obat pada Pasien.
c. Berikan obat dengan prinsip 6 benar
pemberian obat yaitu benar pasien, benar
obat, benar dosis, benar waktu dan benar rute,
benar edukasi.
d. Pantau tanda vital Pasien pasca pemberian
obat analgesik dan bandingkan dengan tanda-
tanda vital sebelumnya.

E. IMPLEMENTASI

Sabtu, 5 Oktober 2019


Jam No. Dx.Kep Implementasi Evaluasi Formatif Paraf

09. 55 1 Mengkaji lebih lanjut tentang hal-hal uang S: Septira


dapat menambah atau mengurangi nyeri
- Tn. K mengatakan bahwa nyerri
bertambah ketika berkemih dan bergerak
- Tn. K mengatakan kalau tidur terlentang
nyerinya tidak berkurang
O:

- Ketika ditekan bagian pinggang, Tn. K


terlihat menahan sakit.
10.00 1 Mengatur posisi pasien semi fowler 30º, dan S: Septira
sedikit miring ke kanan. Bagian pinggang - Tn. K mengatakan bahwa, merasa lebih
kiri diganjal dengan bantal. nyaman dengen posisi ini
- Tn. K mengatakan bahwa, rasa nyerinya
tidak sampai dada jika dengan posisi ini
O:

- Tn. K tampak lebih nyaman


10.15 1 Mengajari pasien melakukan teknik relaksasi S: Septira
nafas dalam
- Tn. K mengatakan mudah sadalam
melakukannya
- Tn. K mengatakan saat bernafas tersa
lebih lega
- Tn. K mengatakan saat melakukan nafas
O:

- Tn. K melakukan nafas dalam sesuai yang


diajarkan
10.25 Melakukan perekaman EKG S: Septira

-
O:

- Gambaran EKG sinus rythm


- Gambaran pada Lead III dan aVF tidak
jelas
Melakukan cek GDS S: Septira

- Tn. K mengatakan bahwa tidak memiliki


riwayat DM
- Tn. K mengatakan bahwa di keluarganya
tidak ada yang sakit DM
O:

- Hasil cek GDS : 101


10.30 1 Memasang infus RL 20 tpm S: Septira

-
O:

- Tn. K mampu melakukan tarik nafas


dengan sesuai saat pemasangan infus
1 Menanyakan pada pasien tentang alergi obat S: Septira

- Tn. K mengatakan bahwa, tidak ada alergi


terhadap obat,
- Tn. K mengatakan tidak ada alergi
tehadap makanan
O:

-
10.35 1 Memberikan obat ketorolac 30 mg dan S: Septira
amplodipin 10 mg
-
O:

- Tn. K terlihat memegangi punggung


kirinya
11.40 1 Melakukan monitor kondisi umum S: Septira

- Tn. K mengatakan nyerinya sudah lebih


berkurang menjadi sekala 5
- Tn. K mengatak nyeri yang dirasakan
sekarang tidak sampai ke dada, tapi masih
sekitar pinggang kiri ke perut
- Tn. K mengatakan nyerinya sekarang
menjadi hilang timbul tapi jarang, timbul
jika bergerak
- Tn. K mengatakan bahwa nyeri akan
berkurang setelah beberapa saat (kurang
dari 1 menit)
O:

- Tekanan Darah : 145/104 mmHg


- MAP : (2xd+s)/3 = (2x104+145)/3 =
117,6 mmHg
- Respiratory Rate : 18 x/menit
- Heart Rate : 93 x/menit
- Suhu : 36,80C
- SPO2 : 98%
- Saat bernafas sudah tidak dangkal
(Normal)
- Otot bantu pernafasan lebih minimal
F. EVALUASI
No Tgl/jam Dx. Kep Evaluasi Sumatif Paraf

1 Sabtu, Nyeri akut S : Septira


5/10/2019. berhubungan dengan - (P) Tn. K mengatakan nyerinya sekarang menjadi hilang timbul
Pukul 11.50 tapi jarang, timbul jika bergerak
agens cedera
WIB - (Q) Tn. K mengatakan rasa nyeri yang dirasakan saat timbul masi
biologis (00132). terasa panas.
- (R)Tn. K mengatak nyeri yang dirasakan sekarang tidak sampai ke
dada, tapi masih sekitar pinggang kiri ke perut
- (S)Tn. K mengatakan nyerinya sudah lebih berkurang menjadi
sekala 5
- (T)Tn. K mengatakan bahwa nyeri akan berkurang setelah
beberapa saat (kurang dari 1 menit)
O:
- Tn. K melakukan nafas dalam sesuai yang diajarkan
- Klien tampak lebih rileks
A:
- Masalah nyeri akut teratasi
P:
- Anjurkan pasien untuk melakukan Tarik nafas dalam ketika nyeri
timbul.
- Meminta pasien untuk beristirahat
- Pantau tanda-tanda vital pasien
- Anjurkan pasien untuk mepertahankan posisi yang nyaman
BAB IV

PEMBAHASAN

Tn. K mengeluh merasakan nyeri pada pinggang kirinya. Nyeri yang


dirasakan menjalar hingga ke dada dan perut pada kuadran 3. Klien juga
mengeluhkan rasa nyerinya semakin panas saat buang air kecil. Klien mengatakan
terasa sulit saat bernafas karena nyerinya yang menjalar hingga bagian dada
menimbulkan pasien. Masalah utama yang harus diatasi pada pasien adalah nyeri
yang terjadi.

Berdasarkan pengkajian nyeri yang dilakukan skala nyeri yang timbul pada
pasien adalah skala 8, lokasi nyeri terjadi pada pinggang kanan yang menjalar hingga
ke dada, kualitas nyeri yang dirasakan seperti panas, nyeri yang dirasakan tidak
mudah hilang (lebih dari 15 menit). Nyeri akut yang dialami pasien tidak hanya dapat
dilakukan dengan tindakan keperawatan berupa teknik relaksasi dan distraksi.
Tindakan kolaborasi yang digunakan dalam pengurangan nyeri antara lain dengan
pemberian obat, ketorolac untuk mengurangi nyeri dengan skala 8 yang dialami
pasien. Dengen pemberian obat tersebut di imbangi dengen obat lainya untuk
mengurang efek samping yang tombul seperti mual, muntah, pusing.

Dari obat yang diberikan pada pasien terdapat obat yang dalam proses
kerjanya menimbulkan perubahan pada pernafasan. Sehingga diajarkan teknik nafas
dalam sebagai bentuk relaksasi dan pengaturan pola nafas pada pasien. Terknik
reklaksasi autogenik merupakan salah satu teknik relaksasi yang sebagai bentuk
terapi non farmakologi yang digunakan pada pengurangan nyeri yang dirasakan pada
klien.

Teknik relaksasi autogenik melibatkan psikologis pada pasien untuk lebih


tanang. Relaksasi pada otot skeletasl dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
menurunkan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Dengan intervensi keperawatan
secara mandiri ini didapatkan penurunan 2-4 skala dari tingkat nyeri yang terjadi
sebelumnya. (Syamsiah & Muslihat, 2015).

Poenagturan posisi pasien dpat menambah rasa nyaman pada pasien sehingga
mendukun untuk penurunan tingkat nyeri yang dialami. Posis juga berguna menjaga
pola nafas pada pasien agar tetap stabil, sehingga otot dada pasien dapat berkebang
secara maksimal saat inspirasi. Nafas klien tidak lagi terlihat dangkal, penurunan otot
bantu nafas yang juga dapat mengurangi nyerinya.
Daftar Pustaka
bahrudin, M. (2015). Patofisiologi nyeri (pain). Jurnal fakultas kedokteran UMM.

Hadiansyah, H., & Rodjani, A. (2013). Nyeri Kolik dan Hubungannya dengan Lokasi
Batu Ureter pada Penderita Batu Ureter Unilateral. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Hermand, H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses:


Definitions and Classification 2018-2020. Jakarta: EGC.

Potter, P. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses, and Practice (Edisi 7


ed., Vol. Vol.3). Jakarta: EGC.

Prasetyo, S. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap
Tingkat Nyeri Akut pada Pasien Abdominal Paint di IGD RSUD Karawang
2014. Jurnal Ilmu Keperawatan, 11-17.

Anda mungkin juga menyukai