Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

APPENDISITIS

Disusun Oleh :

HASAN MUAFFA

NIM : 2021207209093

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI (NERS)

2021/ 2022
1. KONSEP PENYAKIT

a. Definisi

Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan

merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit

ini menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi

lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan

merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah

kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen

darurat (Smeltzer & Bare, 2013).

b. Penyebab

Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal

berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks

merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping

hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris

dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat

menimbulkan appendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit

seperti E. histolytica (Jong, 2010).

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan

makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya

appendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang

berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan


mempermudah timbulnya appendisitis akut (Jong, 2010).

c. Klasifikasi

Klasifikasi appendisitis terbagi menjadi dua yaitu, appendisitis

akut dan appendisitis kronik (Sjamsuhidajat & de jong, 2010):

1. Appendisitis akut.

Appendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang

didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan

tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang

peritonieum lokal. Gajala appendisitis akut talah nyeri samar-samar

dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium

disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang

muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam

nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan

lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri

somatik setempat.

2. Appendisitis kronik.

Diagnosis appendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika

ditemukan adanya : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2

minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan

mikroskopik. Kriteria mikroskopik appendisitis kronik adalah

fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total

lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa,


dan adanya sel inflamasi kronik. Insiden appendisitis kronik antara

1-5%.

d. Manifestasi klinis

1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan

2. Mual, muntah

3. Anoreksia, malaise

4. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney

5. Spasme otot

6. Konstipasi, diare

e. Patofisiologi

Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang

disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai

dengan pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis berhubungan

dengan asupan serat dalam makanan yang rendah (Burkitt, 2007).

Pada stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu terjadi

inflamasi mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan

melibatkan lapisan muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat

fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke

beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau

dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt, 2007).

Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke


dalam lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang

menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang

suplai darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera

terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi

dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi (Burkitt, 2007).

Pathway
f. Pemeriksaan Penunjang

1. Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.

2. Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum,

kelainan non spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan

abnormal atau untuk mengetahui adanya komplikasi pasca

pembedahan.

3. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan

leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.

4. Pemeriksaan Laboratorium.

Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 μ/ml.

Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.

g. Komplikasi

Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendisitis.

Adapun jenis komplikasi menurut (Jong, 2010) adalah :

1. Abses

Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba

massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa

ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga

yang mengandung pus. Hal ini terjadi apabila appendisitis

gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum. Operasi

appendektomi untuk kondisi abses apendiks dapat dilakukan


secara dini (appendektomi dini) maupun tertunda (appendektomi

interval). Appendektomi dini merupakan appendektomi yang

dilakukan segera atau beberapa hari setelah kedatangan klien di

rumah sakit. Sedangkan appendektomi interval merupakan

appendektomi yang dilakukan setelah terapi konservatif awal,

berupa pemberian antibiotika intravena selama beberapa

minggu.

2. Perforasi

Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga

bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam

12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah

24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus

dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak

sakit, panas lebih dari 38,5° C, tampak toksik, nyeri tekan

seluruh perut, dan leukositosis terutama Polymorphonuclear

(PMN). Perforasi baik berupa perforasi bebas maupun

mikroperforasi dapat menyebabkan terjadinya peritonitis.

Perforasi memerlukan pertolongan medis segera untuk

membatasi pergerakan lebih lanjut atau kebocoran dari isi

lambung ke rongga perut. Mengatasi peritonitis dapat dilakukan

oprasi untuk memperbaiki perforasi, mengatasi sumber infeksi,

atau dalam beberapa kasus mengangkat bagian dari organ yang

terpengaruh .
3. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Bila infeksi

tersebar luas pada permukaan peritoneum dapat menyebabkan

timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang

sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya

cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan

sirkulasi, dan oliguria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang

semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan

leukositosis. Penderita peritonitis akan disarankan untuk

menjalani rawat inap di rumah sakit. Beberapa penanganan bagi

penderita peritonitis adalah :

a) Pemberian obat-obatan. Penderita akan diberikan

antibiotik suntik atau obat antijamur bila dicurigai

penyebabnya adalah infeksi jamur, untuk mengobati

serta mencegah infeksi menyebar ke seluruh tubuh.

Jangka waktu pengobatan akan disesuaikan dengan

tingkat keparahan yang dialami klien.

b) Pembedahan. Tindakan pembedahan dilakukan untuk

membuang jaringan yang terinfeksi atau menutup

robekan yang terjadi pada organ dalam.


h. Penatalaksanaan

Menurut (Wijaya & Putri, 2013) penatalaksanaan medis pada

appendisitis meliputi :

a) Sebelum operasi

1) Observasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda

dan gejala appendisitis seringkali belum jelas, dalam

keadaan ini observasi ketat perlu dilaksanakan. Klien

diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan.

Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah

(leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik, foto

abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari

kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan

kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di

daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya

keluhan.

2) Antibiotik

Antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya

infeksidan abses intra abdominal luka operasi pada klien

apendiktomi.Antibiotik diberikan sebelum, saat, hingga 24

jam pasca operasi dan melalui cara pemberian intravena

(IV)
b) Operasi

Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah

apendiktomi. Apendiktomi adalah suatu tindakan pembedahan

dengan cara membuang apendiks. Indikasi dilakukannya

operasi apendiktomi yaitu bila diagnosa appendisitis telah

ditegakkan

berdasarkan gejala klinis. Pada keadaan yang meragukan

diperlukan pemeriksan penunjang USG atau CT scan.

Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum

atau spinal dengan insisi pada abdomen bawah. Anastesi

diberikan untuk memblokir sensasi rasa sakit. Efek dari

anastesi yang sering terjadi pada klien post operasi adalah

termanipulasinya organ abdomen sehingga terjadi distensi

abdomen dan menurunnya peristaltik usus. Hal ini

mengakibatkan belum munculnya peristaltik usus.

Dalam 4 jam pasca operasi klien sudah boleh melakukan

mobilisasi bertahap, dan dalam 8 jam pertama setelah

perlakuan mobilisasi dini pada klien

pasca operasi abdomen terdapat peningkatan peristaltik

ususbahkan peristaltik usus dapat kembali normal. Kembalinya

fungsi peristaltik usus akan memungkinkan pemberian diet,

membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi serta mempercepat


proses penyembuhan.

Operasi apendiktomi dapat dilakukan dengan 2 teknik,

yaitu operasi apendiktomi terbuka dan laparaskopi

apendiktomi. Apendiktomi terbuka dilakukan dengan cara

membuat sebuah sayatan dengan panjang sekitar 2 – 4 inci

pada kuadran kanan bawah abdomen dan apendiks dipotong

melalui lapisan lemak dan otot apendiks. Kemudian apendiks

diangkat atau dipisahkan dari usus.

Sedangkan pada laparaskopi apendiktomi dilakukan

dengan membuat 3 sayatan kecil di perut sebagai akses, lubang

pertama dibuat dibawah pusar, fungsinya untuk memasukkan

kamera super mini yang terhubung ke monitor ke dalam tubuh,

melalui lubang ini pula sumber cahaya dimasukkan. Sementara

dua lubang lain di posisikan sebagai jalan masuk peralatan

bedah seperti penjepit atau gunting. Ahli bedah mengamati

organ abdominal secara visual dan mengidentifikasi apendiks.

Apendiks dipisahkan dari semua jaringan yang melekat,

kemudian apendiks diangkat dan dikeluarkan melalui salah

satu sayatan (Hidayatullah, 2014).

Jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen

dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika. Tindakan

pembedahan dapat menimbulkan luka insisi sehingga pada

klien post operatif apendiktomi dapat terjadi resiko infeksi


luka operasi.

c) Pasca operasi

Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui

terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau

gangguan pernapasan. Klien dibaringkan dalam posisi

terlentang. Klien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi

gangguan. Puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali

normal.

1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Data demografi

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,

agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor

register.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah

yang menembus kebelakang sampai pada punggung dan

mengalami demam tinggi


3) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada

colon.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis

penyakit yang sama.

c. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)

1 Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak

menyeringai, konjungtiva anemis.

2 Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat,

edema, TD >110/70mmHg; hipertermi.

3 Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit),

dada simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada

gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada

ronchi, whezing, stridor.

4 Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang

merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan.

5 Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan

keluhan sakit pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin

secara lancer.

6 Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan

karena proses perjalanan penyakit.


7 Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun,

sianosis, pucat.

8 Abdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus

ditandai dengan distensi abdomen.

d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.

1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan,

alkohol dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya),

karena dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.

2) Pola nutrisi dan metabolism.

Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan

nutrisi akibat pembatasan intake makanan atau minuman

sampai peristaltik usus kembali normal.

3) Pola Eliminasi.

Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi

kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK

ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine.

Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya

sementara karena pengaruh

anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.

4) Pola aktifitas.

Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak

karena rasa nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus


bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.

5) Pola sensorik dan kognitif.

Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta

pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu,

orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.

6) Pola Tidur dan Istirahat.

Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat

sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.

7) Pola Persepsi dan konsep diri.

Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan

gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami

kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga penderita

mengalami emosi yang tidak stabil.

8) Pola hubungan.

Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak

bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam

masyarakat. penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

9) Pemeriksaan diagnostic.

a) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis

akut.

b) Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi

sekum, kelainan non spesifik seperti fekalit dan pola

gas dan cairan abnormal atau untuk mengetahui


adanya komplikasi pasca

pembedahan.

c) Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya

peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya

infeksi.

d) Pemeriksaan Laboratorium.

Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 μ/ml.

Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan

eritrosit.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai

respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI,

2017).

Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan

utama yang dapat muncul pada kl appendicitis, antara lain :

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi

(inflamasi appendicitis).(D.0077)

2 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik(Prosedur

oprasi). (D.0077)

3 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi

pada appendicitis). (D.0130)


4 Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan

secara aktif (muntah). (D.0034)

5 Resiko hipovolemia ditandai dengan efek agen farmakologis

(D.0034)

6 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.0080)

7 Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive

(D.0142).

C. RENCANA KEPERAWATAN

Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah

perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan

keperawatan pada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah

kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., &

Kusuma, 2016).

1. Intervensi Keperawatan Pre Operatif

Tujuan dan
NO Diagnosa Intervensi
kriteria hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri

berhubungan tindakan (I.08238).

dengan agen keperawatan Observasi :

pencedera diharapkan tingkat 1.1. Identifikasi

fisiologi nyeri lokasi ,

(inflamasi (L.08066) dapat karakteristik,


appendicitis). menurun dengan durasi,

(D.0077) Kriteria frekuensi, kulaitas

Hasil : nyeri, skala

1. Keluhan nyeri nyeri, intensitas

menurun. nyeri

2. Meringis 1.2. Identifikasi respon

menurun nyeri non

3. Sikap protektif verbal.

menurun. 1.3. Identivikasi factor

4. Gelisah yang

menurun. memperberat dan

memperingan

nyeri.

Terapeutik :

1.4. Berikan teknik

nonfarmakologis

untuk

mengurangi rasa

nyeri.

1.5. Fasilitasi istirahat

dan tidur.

1.6. Kontrol

lingkungan yang
memperberat rasa

nyeri.

Edukasi :

1.7. Jelaskan strategi

meredakan

nyeri

1.8. Ajarkan teknik

non

farmakologis

untuk

mengurangi rasa

nyeri .

Kolaborasi :

1.9. Kolaborasi

pemberian

analgetik jika

perlu

2. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen hipertermia

berhubungan tindakan (I.15506).

dengan proses keperawatan Observasi :

penyakit diharapkan 2.1. Identifikasi

(Infeksi pada termoregulasi penyebab

appendicitis). (L.14134) hipertermia.


(D.0130) membaik dengan 2.2. Monitor suhu

Kriteria Hasil : tubuh.

1. Menggigil 2.3. Monitor haluaran

menurun. urine.

2. Takikardi Terapeutik :

menurun. 2.4. Sediakan

3. Suhu tubuh lingkungan yang

membaik. dingin.

4. Suhu kulit 2.5. Longgarkan atau

membaik. lepaskan

pakaian.

2.6. Berikan cairan

oral

Edukasi :

2.7. Anjurkan tirah

baring

Kolaborasi :

2.8. Kolaborasi

pemberian cairan

dan elektrolit

intravena, jika

perlu
3. Risiko Setelah dilakukan 3.1. Manajemen
Hipovolemia tindakan hypovolemia

berhubungan keperawatan (I.03116).

dengan Status cairan Observasi :

kehilangan cairan (L.0328) Periksa tanda dan

secara aktif membaik dengan gejala

(muntah). Kriteria Hasil : hipovolemia.

(D.0034) 1. Kekuatan nadi 3.2. Monitor intake

meningkat. dan output

2. Membrane cairan.

mukosa Terapeutik :

lembap. 3.3. Berikan asupan

3. Frekuensi nadi cairan oral

membaik. Edukasi :

4. Tekanan darah 3.4. Anjurkan

membaik. memperbanyak

5. Turgor kulit asupan cairan

membaik. oral.

3.5. Anjurkan

menghindari

perubahan posisi

mendadak.

Kolaborasi :

3.6. Kolaborasi
peberian cairan

IV.

4. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas

berhubungan tindakan (I.09314).

dengan keperawatan Observasi :

kurang terpapar tingkat ansietas 4.1. Identivikasi saat

informasi (L.01006) menurun tingkat

(D.0080) dengan Kriteria ansietas berubah.

Hasil : 4.2. Monitor tanda

1. Verbalisasi tanda ansietas

kebingungan verbal non

menurun. verbal.

2. Verbalisasi 4.3. Temani klien

khawatir untuk

akibat menurun. mengurangi

3. Prilaku gelisah kecemasan jika

menurun. perlu.

4. Prilaku tegang 4.4. Dengarkan

menurun. dengan penuh

perhatian.

4.5. Gunakan

pendekatan yang

tenang dan
meyakinkan.

4.6. Jelaskan

prosedur,

termasuk

sensasi yang

mungkin dialami.

4.7. Anjurkan

keluarga untuk

tetap

bersama klien,

jika perlu.

4.8. Anjurkan

mengungkapkan

perasaan dan

persepsi.

4.9. Latih teknik

relaksasi.

4.10. Kolaborasi

pemberian

obat antiansietas

jika perlu.

1. Intervensi Keperawatan Post Operatif

NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi


kriteria hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri

berhubungan tindakan (I.08238)

dengan agen keperawatan Observasi :

pencedera tingkat nyeri 1.1. Identifikasi

fisik(Prosedur (L.08066) lokasi ,

oprasi). menurun dengan karakteristik,

(D.0077) Kriteria durasi, frekuensi,

Hasil : kulaitas nyeri,

1. Keluhan nyeri intensitas nyeri,

menurun. skala nyeri.

2. Meringis 1.2. Identifikasi respon

menurun. nyeri non

3. Sikap protektif verbal.

menurun. 1.3. Identivikasi factor

4. Gelisah yang

menurun. memperberat dan

5. Frekuensi nadi memperingan

membaik. nyeri.

Terapeutik :

1.4. Berikan teknik

non

farmakologis

untuk
mengurangi rasa

nyeri.

1.5. Kontrol

lingkungan yang

memperberat rasa

nyeri.

1.6. Pertimbangkan

jenis dan

sumber nyeri

dalam

pemilihan strategi

meredakan

nyeri.

Edukasi :

1.7. Jelaskan

penyebab,

periode,

dan pemicu nyeri.

1.8. Jelaskan strategi

meredakan

nyeri

1.9. Ajarkan teknik

non
farmakologis

untuk

mengurangi rasa

nyeri.

1.10.Kolaborasi

pemberian

analgetik bila

perlu.

2. Risiko 1. Setelah 2.1. Manajemen

hipovolemia dilakukan hypovolemia

ditandai tindakan (I.03116)

dengan efek agen keperawatan Observasi :

farmakologis Status cairan Periksa tanda dan

(D.0034) (L.0328) gejala

membaik dengan hipovolemia.

2.2. Monitor intake dan

Kriteria Hasil : output

Kekuatan nadi cairan.

meningkat. Terapeutik :

2. Membrane 2.3. Berikan asupan

mukosa cairan oral

lembap. Edukasi :

3. Frekuensi nadi 2.4. Anjurkan


membaik. memperbanyak

4. Tekanan darah asupan cairan oral.

membaik. 2.5. Anjurkan

5. Turgor kulit menghindari

membaik. perubahan posisi

mendadak.

Kolaborasi :

2.6. Kolaborasi

peberian cairan

IV.

3. Risiko Infeksi 1. Setelah 3.1. Pencegahan infeksi

ditandai dilakukan (I.14539)

dengan efek tindakan Observasi :

prosedur infasive keperawatan Monitor tanda dan

(D.0142). tingkat infeksi gejala

(L.14137) infeksi local dan

dengan Kriteria sistemik.

Hasil : 3.2. Batasi jumlah

Kebersihan pengunjung

tangan 3.3. Berikan perawatan

meningkat. kulit pada

2. Kebersihan area edema.

badan 3.4. Cuci tangan


meningkat. seblum dan

3. Demam, sesudah kontak

kemerahan, dengan klien

nyeri, bengkak dan lingkungan

menurun. klien.

4. Kadar sel darah 3.5. Pertahankan teknik

putih meningkat. aseptic

pada klien beresiko

tinggi.

Edukasi :

3.6. Jelaskan tanda dan

gejala

infeksi.

3.7. Ajarkan cara

mencuci tangan

dengan benar.

Daftar Pustaka

Burkitt, H. G., Quick, C. R. G., and Reed, J. B., 2007. Appendicitis. In:

Essential Surgery Problems, Diagnosis & Management. Fourth Edition London:

Elsevier

Hidayatullah, Priyanto. 2014. Visual Basic .NET. Edisi Revisi. Bandung:


Informatika

Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2,

Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

RESUME GAWAT DARURAT PADA Nn. T DI RUANG TINDAKAN

PUSKESMAS SUMBER MAKMUR MESUJI LAMPUNG

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS MAHASISWA

Nama : Hasan Muaffa Tgl Praktek : 17/11/2021


NIM : 2021207209093

B. IDENTITAS KLIEN

NAMA KLIEN : Nn. T

USIA : 18 th

JENIS KELAMIN : Perempuan

TANGGAL MASUK : 17/11/2021

NO REGISTER : 030021

DIAGNOSTIK MEDIK : Suspek Appendisitis Akut

C. KELUHAN UTAMA/ALASAN MASUK

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 November 2021

pukul 09.00 WIB didapatkan

Klien datang ke Puskesmas Sumber Makmur di antar oleh

keluarganya dengan keluhan nyeri pada bagian perut kanan bawah,

klien mengatakan nyeri sejak tadi malam, nyeri yang dirasakan seperti

tertusuk-tusuk, nyeri yang dirasakan tidak menyebar, skala nyeri 7,

nyeri muncul secara tiba-tiba dan nyeri terasa berkurang apabila untuk

istirahat.

D. PENGKAJIAN PRIMER

AIRWAY

Sumbatan :
Tidak terdapat sumbatan jalan nafas dan tidak ada tanda cidera servikal

BREATHING

Sesak, dengan :

Klien tidak mengalami sesak nafas

Frekuensi : 20 x/menit

Irama : teratur

Kedalaman : Dalam

Batuk : tidak ada

Bunyi nafas tambahan : tidak ada

CIRCULATION

Kesadaran : Composmentis

Sirkulasi perifer : normal, tidak ada nyeri pada telapak kaki saat

berjalan

Nadi : 90 x/menit

Irama : Teratur

Denyut : Kuat

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Ekstremitas : Hangat

Warna kulit : kuning langsap

Pengisian kapiler : < 3 detik

Edema : tidak ada


DISABILITY

Pemeriksaan neurologis singkat

Kesadaran klien composmentis

- Alert/perhatian :-

- Voice respons terhadap suara : -

- Pain respon terhadap nyeri :-

- Unresponsive/tidak berespon : -

- Reaksi pupil : merespon terhadap cahaya

E. PENGKAJIAN SEKUNDER

Riwayat kesehatan sekarang

Pada tanggal 17 November 2021 Pukul 09.00 Wib. Klien diantar

keluarganya ke ruang tindakan Puskesmas Sumber Makmur dengan

keluhan nyeri perut sejak tadi malam, Klien juga mengatakan badan

terasa demam.

Riwayat kesehatan lalu

Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah sakit sakitan, klien

tidak pernah dirawat di rumah sakit, tidak pernah megalami

kecelakaan, tidak minum minuman keras dan tidak merokok.

Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan.


Anamnesa singkat (AMPLE)

- Allergies : tidak ada

- Medikasi : ada

- Nyeri : ada

- Terakhir kali makan : pukul 07.00 wib

- Event of injury/penyebab injury : tidak ada

Pemeriksaan head to toe

- Kepala

Wajah simetris

Rambut : warna hitam, lebat tidak ada kerontokan. Kulit kepala

bersih tidak ada lesi

Sensori : ada

- Mata

Mata tampak simetris, kelopak mata tidak ada lesi, konjungtiva

ananemis, sclera anikterik, pupil bereaksi terhadap cahaya, klien

tidak menggunakan alat bantu melihat, tes singkat visus : klien

dapat melihat angka pada jam dinding dengan jarak 4 meter.

- Telinga
Letak simetris, bentuk normal tidak ada kelainan bentuk daun

telinga, terdapat sedikit serumen, kemampuan pendengaran baik,

tes singkat dengan arloji/ bisikan bisa mendengar dengan baik

- Hidung : deviasi septum nasal normal, jalan nafas lewat hidung

paten

- Mulut : tidak bibir sumbing, mukosa mulut lembab, tidak ada

pembesaran tonsil, gusi tidak ada pembengkakan maupun lesi,

lidah normal dan bersih, bau mulut tidak tercium bau keton

LEHER

- simetris, tidak ada cedera servical

- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

- Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

- Letak Trakea tidak ada kelainan

- JVP tidak ada pembesaran

DADA

I : simetris, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, ictus cordis

tampak

P : taktil fremitus teraba getaran, tidak ada masa, ictus cordis teraba

P : suara perkusi paru normal

A: suara paru vesikuler, suara jantung s1 s2


Abdomen : IAPP

- Elastic : iya

- Kembung : tidak

- Lembek : tidak

- Asites : tidak

- Auskultasi : bising usus 15 x/ menit

- Palpasi : teraba keras/ distensi. posisi hepar normal, limpa normal,

ginjal normal, kandung kemih normal, nyeri tekan kuadran kanan

bawah. Terdapat nyeri pada bagian abdomen kuadran kanan bawah

ketika lutut di tekuk keatas.

- Perkusi abdomen : timpani, redup

Ekstremitas /musculoskeletal

- Rentang gerak :

5 5
5 5

- Kekuata notot :5
- Deformitas : tidak ada

- Kontraktur : tidak ada

- Edema : tidak ada

- Nyeri : tidak ada

- Krepitus : tidak ada

Kulit / integumen :

Turgor : Baik

Mukosa : Lembab

Akral teraaba panas suhu 38,3oC, Tidak ada lesi, tidak ada bintik-bintik

merah

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan radiologi :-

Pemeriksaan EKG :-

Pemeriksaan lab : GDS 120 mg/dl

Pemeriksaan penunjang lainnya : -

G. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

a. Medis

- IVFD RL 20 tetes/memit

- Ranitidin 2 x 50 mg/ iv

- Omeprazole 1 x 40 mg/ iv

- Antasida 3 x 500 mg/ oral


- Paracetamol 500 mg/ oral

b. Keperawatan

- Membantu adl klien

- Memberikan edukasi

- Memberikan posisi nyaman

- Mngajarkan teknik relaksasi

II. ANALISA DATA

NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI


1 Data subjektif : Nyeri Agen pencedera

- Klien mengatakan fisiologi

nyeri pada bagian

perut kanan bawah

- Klien mengatakan

nyeri terasa seperti

ditusuk tusuk

- Klien mengatakan

nyeri tidak

menyebar

- Klien mengatakan

skala nyeri 7
- Klien mengatakan

nyeri berkurang bila

istirahat

Data objektif

- Pasien tampak

gelisah

- Pasien tampak

mengerang

menahan nyeri

- Pasien tampak

memegangi

perutnya

- Skala nyeri 7
2 Data subjektif Hipertermia Proses inflamasi

- Klien mengatakan

badan terasa

demam

Data objektif

- Akral teraba

panas

- Suhu 38,3o C
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA SESUAI PRIORITAS


1 17/11/2021 Nyeri b.d agen pencedera fisiologi

09.30 WIB

2 17/11/2021 Hipertermia b.d proses inflamasi

09.30 WIB

III. RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN
NO DX RENCANA INTERVENSI
(SMART)
1 I Setelah silakukan 1. Identifikasi lokasi ,

asuhan keperawatan karakteristik, durasi,

selama 1 x 1 jam frekuensi, kulaitas nyeri, skala

diharapkan masalah nyeri, intensitas nyeri

nyeri pada klien 2. Jelaskan strategi meredakan

dapat berkurang nyeri

dengan kriteria hasil 3. Anjurkan teknik non

: farmakologis untuk

- Klien mengurangi rasa nyeri .

menyatakan 4. Kolaborasi pemberian

nyeri berkurang analgetik jika perlu

- Klien lebih

tenang atau
rileks

- Skala nyeri

berkurang atau

hilang

- Rentang skla

nyeri 3-0
2 II Setelah silakukan 1. Monitor suhu tubuh.

asuhan keperawatan 2. Berikan cairan oral

selama 1 x 1 jam 3. Anjurkan tirah baring

diharapkan masalah 4. Kolaborasi pemberian cairan

hipertermia pada dan elektrolit intravena, jika

klien dapat teratasi perlu

dengan kriteria hasil

- Akral hangat

- Rentang suhu

tubuh 36-37o C

IV. IMPLEMENTASI

N
TGL/JAM IMPLEMENTASI TTD/NAMA
O
1 17/11/2021  mengdentifikasi lokasi ,

09.30 WIB karakteristik, durasi,

frekuensi, kulaitas nyeri, skala

nyeri, intensitas nyeri

R (respon) :

- klien mengatakan nyeri perut

bagian kanan bawah

H (hasil) :

- Skala nyeri 7

 Menjelaskan strategi meredakan

nyeri

R (respon) :

- Klien mengatakan mengerti

dengan penjelasan yang

diberikan

H (hasil) :

- Klien tampak kooperatif

 Menganjurkan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

R (respon) :
- Klien mengatakan masih nyeri

H (hasil) :

- Klien melakukan teknik

relaksasi napas dalam

- Klien mengubah posisi menjadi

tidur miring menekuk kaki

KOLABORASI

 Memberikan

analgetik jika perlu

Paracetamol tab 500 mg

R (respon) :

- Klien mengatakan nyeri mulai

berkurang

H (hasil) :

- Klien tampak rileks

- Skala nyeri 4

- Klien direncanakan rujuk ke

RSUD Mesuji

2 07/11/2021  Memonitor suhu

09.40 WIB seseri tubuh

R (respon) :

- Klien mengatakan demam


H (hasil) :

- Suhu 38,3oC

- Akral panas

 Memberikan cairan oral

R (respon) :

- Klien mengatakan ingin minum

yang dingin

H (hasil) :

- Klien minum sebanyak setengeh

botol air mineral

 Menganjurkan tirah baring

R (respon) :

- Klien mengatakan masih demam

H (hasil) :

- Klien tidak bbanyak aktivitas

- Klien melakukan anjuran

perawat

Kolaborasi

 Memberikan Paracetamol 1000 mg/

oral
R (respon) :

- Klien mengatakan obat sudah

diminum

H (hasil) :

- Obat sudah klien minum

 Kolaborasi memberikan cairan

dan elektrolit intravena, jika

perlu

R (respon) :

- Klien mengatakan demam sudah

mulai reda

H (hasil) :

- Suhu tubuh 36,8oC

- Klien mendapatkan therapy

IVFD RL guyur 250 ml

selanjutnya 20 tetes/ menit

- Klien direncanakan rujuk ke

RSUD Mesuji

Anda mungkin juga menyukai