Anda di halaman 1dari 6

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KESEHATAN JIWA DEWASA


MENENGAH

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika
seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta
dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi
perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (UU No.18 tahun
2014).
Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association (APA) adalah sindrom
atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada
individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri,
menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu bagian atau beberapa
fungsi penting) atau disertai peningkatan resiko secara bermagna untuk mati, sakit,
ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan (Prabowo, 2014).
Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO, 2012) menyebutkan bahwa sekitar
450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa. Sepertiga
diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan oleh 2 peneliti di
Harvard University dan University College London, mengatakan penyakit kejiwaan
pada tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis kecacatan di seluruh dunia. Angka
tersebut meningkat dari tahun sebelumnya (VOA Indonesia, 2016).
Masalah Kesehatan jiwa di Indonesia adalah masalah kesehatan yang perlu
mendapatkan perhatian sunguh-sunguh dan masalah yang sangat penting dari seluruh
jajaran lintas sektor pemerintah serta perhatian dari seluruh masyarakat. Orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ) sering mendapatkan diskriminasi serta stigmanisasi oleh
masyarakat disekitarnya, mereka beranggapan bahwa mereka berbeda pada masyarakat
umumnya sehingga sering mendapatkan perlakuan yang berbeda seperti diberhentikan
dari pekerjaan, diceraikan oleh pasangan, ditelantarkan oleh keluarganya, dikeluarkan
dari sekolah bahkan ada yang sampai dipasung serta dirampas harta bendanya
(Kemenkes RI, 2014). Stigma pada orang dengan gangguan jiwa tidak hanya
1
menimbulkan konsekuensi negatif pada penderitanya bahkan pada keluarganya yang
meliputi seperti sikap-sikap penyangkalan, penolakan, diisolasi serta disisihkan (Efendi,
2010).
Masyarakat perlu memiliki pengetahuan, persepsi dan sikap dalam meningkatkan
kepedulian serta respon yang baik masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa
yang ada di lingkungan sekitarnya. Pengetahuan adalah penginderaan hasil manusia dari
hasil seseorang tahu terhadap objek melalui indra yang dimilikinya berupa mata,
hidung, telinga dan sebagainya. Penginderaan dengan sendirinya menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas persepsi terhadap pengetahuan
melalui indra telinga (pendengaran), mata atau indra penglihatan. Pengetahuan
seseorang dengan objek mempunyai intensitas tingkah laku yang berbeda-beda. Persepsi
adalah proses penginderaan dimana proses diterima stimulus dengan individu melalui
alat indera atau bisa juga disebut proses sensoris, stimulus itu kemudian diteruskan serta
proses selanjutnya adalah proses persepsi. Sebab proses persepsi tidak lepas dari proses
penginderaan. Sikap merupakan kecenderungan individu dalam melakukan respon
tertutup pada stimulus atau objek yang ada di lingkungan sekitarnya (Notoatmodjo,
2010).
Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian Kesehatan
tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga, disingkat PIS-PK. Pada
program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah satu cara puskesmas
meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan meningkatkan akses yankes di wilayahnya
(mendatangi keluarga). Tujuan pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk
meningkatkan akses keluarga pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan
bermutu. PIS-PK dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah
keluarga,mengutamakan upaya promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan
berbasis masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan
siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan penyakit
menular dan tidak menular yang salah satunya adalah penyakit hipertensi (Sarkomo,
2016).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik
90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi didalam tubuh
(Irianto, 2014).
2
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang berusia 18
tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang dengan
penderita hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang hipertensi. Oleh karena itu sering
ditemukan penderita hipertensi pada tahap lanjut dengan komplikasi seperti serangan
jantung, stroke (WHO, 2014).
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1
juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa
hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan
prosentase sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung. Pelayanan kesehatan pada
penyakit hipertensi di tingkat keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga meliputi
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai
evaluasi keperawatan yang bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa
efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada semua tatanan
puskesmas (Irianto, 2014).

B. TUJUAN
1. Tujuan umum :
Setelah dilakukan penyuluhan tentang hipertensi keluarga Tn. S mengetahui
deskripsi pasien dengan masalah utama hipertensi berdasarkan hasil dari pengkajian.
2. Tujuan khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan jiwa dewasa muda keluarga Tn. S
diharapkan mampu:
a. Memaparkan informasi terkini dengan hasil pengkajian di area masyarakat terkait
hipertensi.
b. Meningkatkan Critical Thinking tentang pasien dengan hipertensi.

C. POKOK BAHASAN/MATERI :
1. Pengertian kesehatan jiwa dewasa menengah.
2. Tugas pada tahapan perkembangan dewasa menengah.
3. Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa menengah.
4. Tanda dan gejala.
5. Tindakan keperawatan

3
D. SASARAN
Keluarga Tn. S

E. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


Ruang tamu di rumah Tn. S, Pukul 10.00 WIB

F. MEDIA
Leaflet

G. METODE
Ceramah, tanya jawab, demonstrasi

H. JABARAN KEGIATAN
KEGIATAN WAKTU
TAHAP KEGIATAN KELUARGA
FASILITATOR (menit)
Pembukaan a. Memberi salam, a. Memperhatikan dan
memperkenalkan diri menjawab salam. 10 menit
dengan baik.
b. Menanyakan persepsi b. Menjawab sesuai
keluarga. pengetahuan keluarga.
Kegiatan inti a. Memberikan a. Memperhatikan.
penjelasan tentang
kesehatan jiwa
dewasa menengah. 25 menit
b. Memberikan b. Memberikan
kesempatan keluarga menanyakan yang
untuk bertanya. belum dimengerti
keluarga.
c. Menjawab c. Memperhatikan
pertanyaan dengan
tepat dan mudah di
mengerti.
Penutup a. Memberi kesimpulan a. Memperhatikan.
mengenai dewasa
menengah. b. Merespons pertanyaan
b. Evaluasi dengan yang di berikan
4
memberikan pemateri. 15 menit
pertanyaan kepada
keluarga. c. Memperhatikan dan
c. Menutup pertemuan menjawab salam.
dan memberikan
salam penutup.

I. SETTING

Penyaji

A B C D
A = Ayah pasien
B = Pasien
C = Ibu pasien
D = Adik pasien

J. PEMBAGIAN TUGAS
1. Dwi Anggraini : pemateri
2. Rara Ichzawynia : pemateri
3. Widia : pemateri

K. EVALUASI
1. PROSES
Keluarga mengikuti kegiatan dengan antusias, yang ditandai dengan:
a. % menyimak tanpa teralihkan perhatiannya.
b. % mengajuka pertanyaan.
2. HASIL
% keluarga dapat menjelaskan kembali dengan benar tentang :
a. Pengertian kesehatan jiwa dewasa menengah.
b. Tugas pada tahapan perkembangan dewasa menengah.
c. Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa menengah.
d. Tanda dan gejala.
e. Tindakan keperawatan
L. LAMPIRAN
1. Materi Kesehatan Jiwa Dewasa Menengah.
5
2. Leaflet : pengertian, tugas perkembangan, kesiapan peningkatan perkembangan, tanda
& gejala, dan tindakan keperawatan.

M. DAFTAR PUSTAKA
1. UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
2. Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
3. Notoatmodjo, S (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
4. Kementrian Kesehatan RI. (2014). Stop stigma Dan Diskriminasi Terhadap Orang
Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). 
5. Efendi, Ferry & Makhfud. (2010). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
6. WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise
blood pressure or contain the according to national circumstances.
7. Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan
Klinis. Bandung: Alfa Beta.

Anda mungkin juga menyukai