Anda di halaman 1dari 13

PRE PLANNING

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TAHAP 6 (KELUARGA DENGAN ANAK


DEWASA) PADA KELUARGA TN. A DI DUSUN TEMPEL

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Keluarga


Pembimbing Akademik :

Suwarsi, S. Kep,. Ns,. M.Kep

Oleh :
2/B
Yohana Kamagai
20160090

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAARTA
2021
A. Latar Belakang
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang di satukan oleh kebersamaan dan

kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga.

Keluarga berfungsi sebagai variabel penengah penting antara masyarakat dan individu.

Menurut Gilliss & Davis (1993), keluarga merupakan sumber daya penting dalam

pemberian pelayanan kesehatan, baik bagi individu maupun keluarga. Saat perawatan

difokuskan pada keluarga, efektifitas perawatan terbukti meningkat (Friedman et al.,

2010).

Keperawatan keluarga merupakan pemberian asuhan kepada keluarga dan

anggota keluarga dalam keadaan sehat maupun sakit. Perawatan keluarga berbeda baik

dari pelayanan komunitas yang berpusat pada keluarga dan terapi keluarga atau

perawatan sistem keluarga. Dalam ilmu kesehatan ada beberapa tahap perkembangan

keluarga, salah satunya adalah keluarga dengan tahap perkembangan anak usia dewasa.

Tahap ini dimulai masa kanak-kanak dan remaja yang panjang, seorang individu akan

mengalami masa dimana ia telah menyelesaikan pertumbuhannya dan mengharuskan

dirinya untuk berkecimpung dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.

Dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, masa dewasa adalah waktu yang paling

lama dalam rentang hidup yang ditandai dengan pembagiannya menjadi 3 fase yaitu;

masa dewasa dini, masa dewasa muda, dan masa dewasa lanjut (usi lanjut) Masa dewasa

muda biasanya dimulai sejak usia 18 tahun sampai dengan kira-kira usia 40 tahun dan

biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan organ kelamin anak telah

berkembang dan mampu berproduksi. Pada masa ini, individu akan mengalami
perubahan fisik dan psikologis tertentu bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian

diri dan harapan-harapan terhadap perubahan tersebut. Masa dewasa dini dikatakan

sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini dikarenakan seseorang harus

mengadakan penyesuaian dengan peran barunya (perkawinan VS pekerjaan). Jika ia tidak

bias mengatasinya maka akan menimbulkan masalah. Ada 3 faktor yang membuat masa

ini begitu rumit yaitu; Pertama, individu tersebut kurang siap dalam menghadapi babak

baru bagi dirinya dan tidak bisa menyesuaikan dengan babak/peran baru tersebut. Kedua,

karena kurang persiapan maka ia kaget dengan 2 peran/lebih yang harus diembannya

secara serempak. Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau siapapun

dalam menyelesaikan masalah (Friedman et al., 2010).

Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi C.

Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang

berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi kulit.

Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di

jumpai di Asia termasuk di Indonesia. ( Widodo Djoko, 2009 )

Didunia pada tanggal 27 September 2011 sampai dengan 11 Januari 2012 WHO

mencatat sekitar 42.564 orang menderita Typhoid dan 214 orang meninggal. Penyakit ini

biasanya menyerang anak-anak usia pra sekolah maupun sekolah akan tetapi tidak

menutup kemugkinan juga menyerang orang dewasa.

Demam Typhoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan

masyarakat kita, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat

kaitannya dengan kualitas kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan seperti lingkungan
kumuh, kebersihan tempat-tempat umun yang kurang serta perilaku masyarakat yang

tidak mendukung untuk hidup sehat.

Asuhan keperawatan yang dilakukan pada tahap ini adalah perawat memberikan

pendidikan kesehatan mengenai penyakit Demam thypoid kepeda keluarga, agar keluarga

mengetahui pentingnya kebersihan diri dan lingkungan untuk kesehatan (Friedman et al.,

2010) (Friedman et al., 2010)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada keluarga dengan

perkembangan keluarga tahap 6

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami konsep keluarga

b. Mahasiswa mampu memahami tahap tumbuh kembang keluarga

c. Mahasiswa mampu memahami Tugas Perkembangan Keluarga

d. Mahasiswa mampu memahami teori asuhan keperawatan pada perkembangan

keluarga tahap 6

e. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada perkembangan keluarga

tahap 6 meliputi pengkajian hingga evaluasi

f. Mahasiswa mampu memahami intervensi yang diberikan pada keluarga kelolaan

C. Rumusan Masalah Keperawatan

Berdasrakan latar belakang dapat dirumuskan masalah keperawatan bagaimana

asuhan keperawatan keluarga pada tahap perkembangan keluarga tahap 6


D. Analisa Data

N Data Fokus Diagnosa


O
1. Data Subyektif : Kode : D. 0099

1. Keluarga mampu mengenal masalah Kategori : Psikologis

2. Ny. E mengatakan keadaan Tn.A sudah sedikit membaik Subkategori : Integritas ego

3. Ny. E mengatakan bahwa sdra. A kondisinya sehat Diagnosa : Perilaku kesehatan


cederung beresiko
4. Keluarga mampu memutuskan
Definisi : Hambatan
5. Ny. E mengatakan sering memasakan masakan yang berkuah, sayur , bubur, telur, kemampuan dalam mengubah
daging ayam dan menyediakan buah-buahan dengan Tn.A gaya hidup/perilaku untuk
memperbaiki status kesehatan
6. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas

7. Ny. E mengatakan suaminya punya riwayat penyakit thypoid sejak tahun 2013 dan
pernah kambuh pada februari 2021

8. Ny. E mengatakan waktu Tn. A sakit hanya di rawat di rumah selam 2 minggu lebih,
karena pasien kuatir dengan covid-19 yang semakin meningkat.

Data Objektif :

1. Ny. E tampak paham dengan kondisi suaminya saat ini


2. Tn. A tampak menunjukkan penolakan untuk di rawat di RS
3. TTV Tn. A :
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Pernapasan : 18x/mnt
Nadi : 80x/mnt
Suhu : 36,2°C
TB : 90 kg
BB : 180 cm

E. Rencana Tindakan

Diagnosa (SDKI) SLKI SIKI

Kode : D. 0099 1. Keluarga mampu mengenal 1. Keluarga mampu mengenal masalah

Kategori : Psikologis - Tingkat pengetahuan (L.12111) - Edukasi kesehatan (I.12383)

Subkategori :
Integritas ego
2. Keluarga mampu memutuskan tindakan perawatan 2. Keluarga mampu memutuskan
Diagnosa : Perilaku
- Kontrol resiko (L.14128) - Identifikasi resiko (I. 14502)
kesehatan cederung
beresiko 3. Keluarga mampu melakukan perawatan sederhana 3. Keluarga mampu merawat

Hal : 216 - Manajemen kesehatan keluarga (L.12105) - Promosi kebersihan (11358)

4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan 4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan

- Manajemen kesehatan (L.12104) - Manajemen kenyamanan lingkungan


(I.08237)
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan 5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan pelayanan kesehatan

- Skrining kesehatan (L.14581) - Bimbingan sistem kesehatn (I.12360)

F. Implementasi

NO Kegiatan Tujuan Sumber Daya


Penanggung Waktu Tempat Media
Jawab
1. Pemberian Untuk mencegah Yohana Kmagai Jumat, 18 Dusun Tempel Leaflet
pendidikan penyakit thypoid Juni 2021
keluarga harus mampu
kesehatan
melakukan hidup bersih
tentang dan sehat, untuk diri dan
penyakit lingkungan

demam
thypoid

G. Kriteria Keberhasilan
Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan Tingkat pengetahuan keluarga dapat meningkat dari level 3 (sedang) ke level 4
(cukup meningkat)
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN:

METODE UNTUK MENINGKATKAN BERAT BADAN PADA BALITA

Pokok bahasan : Demam thypoid

Sub pokok bahasan : Metode untuk meningkatkan pemahaman tentang penyakit thypoid

Sasaran : Tn.A dan keluarga

Hari/tanggal : Jumat, 18 Juni 2021

Waktu pertemuan : 30 menit

Tempat : Rumah keluarga Tn. A

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang Demam thypoid selama 30
menit diharapkan keluarga mampu memahami cara pencegahan penyakit thypoid.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pendikan kesehatan, keluarga diharapkan mampu:
a. Menyebutkan pengertian demam thypoid
b. Menyebutkan tanda dan gejala demam thypoid
c. Menyebutkan cara penularan demam thypoid
B. Pokok Materi
1. Demam thypoid
C. Metode
Ceramah dan diskusi (tanya jawab).
D. Alat dan Media
1. Leaflet (brosur)
Media dan Alat
Tahapan Waktu Kegiatan Pendidikan Respons Peserta Pendidikan
Kesehatan Kesehatan Pengajaran
Pembuka 5 menit Memberi salam Menjawab salam -
Memperkenalkan diri Mendengarkan -
Menjelaskan tujuan penyuluhan Memperhatikan -
Membuat kesepakatan tentang jalannya Menyetujui -
Pendidikan kesehatan
Melakukan kontrak waktu selama Menyetujui -
pendidikan kesehtan

Penyajian 20 menit Menjelaskan pengertian demam thypoid Memperhatikan Leaflet

Menjelaskan tentang penyebab demam Memperhatikan Leaflet


thypoid
Menjelaskan tentang tanda dan gejala Memperhatikan Leaflet
demam thypoid
Memberikancara penularan demam thypoid, Memberikan pertanyaan -
cara pencegahan cara pengobatan
Penutup 5 menit Melakukan evaluasi dengan cara Menjawab -
memberikan angket berupa pernyataan
Singkat pada keluarga yang mengikuti
pendidikan kesehatan
Membacakan kesimpulan terkait materi Mendengarkan -
Penyuluhan
Membagikan leaflet kepada peserta Menerima leaflet -
Penyuluhan
E. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
F. Evaluasi Teknik
Evaluasi
Teknik evaluasi yang akan dilakukan berupa evaluasi lisan dengan pernyataan terbuka
sebagai evaluasi hasil penyuluhan.

G. Referensi
Al-Bedah, A. M., Ali, G. I., Abushanab, T. S., & Qureshi, N. A. (2017). Tui Na (or
Tuina) Massage: A Minireview of Pertinent Literature, 1970-2017. Journal of
Complementary and Alternative Medical Research, 3(1), 1–14.
https://doi.org/10.9734/JOCAMR/2017/32941

Alfarizi, A. B., & Suarni, E. (2015). Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak
Usia 3-4 Tahun pada 21 Posyandu di Kota Palembang. Syifa’ MEDIKA, 6(1),
13–23. https://doi.org/10.32502/sm.v6i1.1375
Ariska, Y., Kustiyah, L., & Widodo, Y. (2015). Perubahan Status Gizi Balita pada
Program Edukasi dan Rehabilitasi Gizi. J. Gizi Pangan, 10(3), 157–164.
Asih, Y., & Mugiati. (2018). Pijat Tuna Efektif dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada
Anak Balita. Jurnal Keperawatan, XIV(1), 98–103.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) (6th ed.; I. Nurjannah & R. D. Tumanggor,
eds.). Indonesia: ELSEVIER Saunders.

Ceria, I., & Arintasari, F. (2019). Pengaruh Pemberian Pijat Tui Na dengan Berat Badan
Anak Balita. Prosiding Seminar Nasional: Pemanfaatan Literasi Digital Dalam
Publikasi Ilmiah, 1(2), 469–475.

Chao, H.-C., Chang, Y.-J., & Huang, W.-L. (2018). Cut-off Serum Zinc Cocentration
Affecting the Appetite, Growth and Nutrition Status of Undernourished Children
Supplemented With Zinc. Nutrition in Clinical Practice, 33(5), 701–710.
https://doi.org/10.1002/ncp.10079
Cusick, S. E., & Georgieff, M. K. (2016). The Role of Nutrition in Brain Development:
The Golden Opportunity of the “First 1000 Days.” J Pediatr, 175, 16–21.
https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2016.05.013
Diniyyah, S. R., & Nindya, T. S. (2017). Asupan Energi, Protein dan Lemak
dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita Usia 24-59 Bulan di Desa Suci,
Gesik.
Amerta Nutr, 1(4), 341–350. https://doi.org/10.2473/amnt.v1.i4.2017.341-
350
Hardianti, R., Dieny, F. F., & Wijayanti, H. S. (2018). Picky Eating dan Status Gizi
pada Anak Prasekolah. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of
Nutrition), 6(2), 123–130. https://doi.org/10.14710/jgi.6.2.123-130

Ilic, D., Djurovic, A., Brdareski, Z., Vukomanovic, A., Pejovic, V., & Grajic, M.
(2012). The Position of Chinese Massage (Tuina) in Clinical Medicine.
Vojnosanit Pregl, 69(11), 999–1004.
https://doi.org/10.2298/VSP1101040131
Jansen, P. W., Roza, S. J., Jaddoe, V. W. V., Mackencach, J. D., Raat, H., Hofman, A.,
… Tiemeier, H. (2012). Children’s Eating Behavior, Feeding Practices of
Parents and Weight Problems in Early Childhood: Results from The Population-
Based Generation R Study. International Journal of Behavioral Nutrition and
Physical Activity, 9(130), 1–11. https://doi.org/10.1186/1479- 58688-9-130
Leung, Alexander, K., Marchand, V., Sauve, R. S., Canadian Paediatric Society, &
Nutrition and Gastroenterology Committee. (2012). The “Picky Eater’’: The
Toddler or Preschooler Who Does Not Eat.” Paediatr Child Health, 17(8), 455–
457. https://doi.org/10.1093/pch/17.8455
Nyankovskyy, S., Dobryanskyy, D., Ivakhnenko, O., Latsula, M., Javorska, M.,
Shadryn, O., … Solodovnyk, G. (2014). Dietary Habits and Nutritional Status of
Children from Ukraine during The First 3 Years of Life. Pediatria Polska, 89,
395–405. https://doi.org/10.1016/j.pepo.2014.08.003
Powell, F., Farrow, C., Meyer, C., & Haycraft, E. (2017). The Importance of Mealtime
Structurefor Reducing Child Food Fussiness. Maternal & Child Nutrition,
13(e12296), 1–7. https://doi.org/10.1111/mch.12296
Subarkah, T., Nursalam, & Rachmawati, P. D. (2016). Pola Pemberian Makan Terhadap
Peningkatan Status Gizi pada Anak Usia 1-3 Tahun. Jurnal INJEC, 1(2), 146–
154.

Anda mungkin juga menyukai