Oleh :
2/B
Yohana Kamagai
20160090
kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga.
Keluarga berfungsi sebagai variabel penengah penting antara masyarakat dan individu.
Menurut Gilliss & Davis (1993), keluarga merupakan sumber daya penting dalam
pemberian pelayanan kesehatan, baik bagi individu maupun keluarga. Saat perawatan
2010).
anggota keluarga dalam keadaan sehat maupun sakit. Perawatan keluarga berbeda baik
dari pelayanan komunitas yang berpusat pada keluarga dan terapi keluarga atau
perawatan sistem keluarga. Dalam ilmu kesehatan ada beberapa tahap perkembangan
keluarga, salah satunya adalah keluarga dengan tahap perkembangan anak usia dewasa.
Tahap ini dimulai masa kanak-kanak dan remaja yang panjang, seorang individu akan
dirinya untuk berkecimpung dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
Dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, masa dewasa adalah waktu yang paling
lama dalam rentang hidup yang ditandai dengan pembagiannya menjadi 3 fase yaitu;
masa dewasa dini, masa dewasa muda, dan masa dewasa lanjut (usi lanjut) Masa dewasa
muda biasanya dimulai sejak usia 18 tahun sampai dengan kira-kira usia 40 tahun dan
biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan organ kelamin anak telah
berkembang dan mampu berproduksi. Pada masa ini, individu akan mengalami
perubahan fisik dan psikologis tertentu bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian
diri dan harapan-harapan terhadap perubahan tersebut. Masa dewasa dini dikatakan
sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini dikarenakan seseorang harus
bias mengatasinya maka akan menimbulkan masalah. Ada 3 faktor yang membuat masa
ini begitu rumit yaitu; Pertama, individu tersebut kurang siap dalam menghadapi babak
baru bagi dirinya dan tidak bisa menyesuaikan dengan babak/peran baru tersebut. Kedua,
karena kurang persiapan maka ia kaget dengan 2 peran/lebih yang harus diembannya
secara serempak. Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau siapapun
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang
berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi kulit.
Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di
Didunia pada tanggal 27 September 2011 sampai dengan 11 Januari 2012 WHO
mencatat sekitar 42.564 orang menderita Typhoid dan 214 orang meninggal. Penyakit ini
biasanya menyerang anak-anak usia pra sekolah maupun sekolah akan tetapi tidak
masyarakat kita, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan kualitas kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan seperti lingkungan
kumuh, kebersihan tempat-tempat umun yang kurang serta perilaku masyarakat yang
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada tahap ini adalah perawat memberikan
pendidikan kesehatan mengenai penyakit Demam thypoid kepeda keluarga, agar keluarga
mengetahui pentingnya kebersihan diri dan lingkungan untuk kesehatan (Friedman et al.,
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
keluarga tahap 6
2. Ny. E mengatakan keadaan Tn.A sudah sedikit membaik Subkategori : Integritas ego
7. Ny. E mengatakan suaminya punya riwayat penyakit thypoid sejak tahun 2013 dan
pernah kambuh pada februari 2021
8. Ny. E mengatakan waktu Tn. A sakit hanya di rawat di rumah selam 2 minggu lebih,
karena pasien kuatir dengan covid-19 yang semakin meningkat.
Data Objektif :
E. Rencana Tindakan
Subkategori :
Integritas ego
2. Keluarga mampu memutuskan tindakan perawatan 2. Keluarga mampu memutuskan
Diagnosa : Perilaku
- Kontrol resiko (L.14128) - Identifikasi resiko (I. 14502)
kesehatan cederung
beresiko 3. Keluarga mampu melakukan perawatan sederhana 3. Keluarga mampu merawat
F. Implementasi
demam
thypoid
G. Kriteria Keberhasilan
Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan Tingkat pengetahuan keluarga dapat meningkat dari level 3 (sedang) ke level 4
(cukup meningkat)
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN:
Sub pokok bahasan : Metode untuk meningkatkan pemahaman tentang penyakit thypoid
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang Demam thypoid selama 30
menit diharapkan keluarga mampu memahami cara pencegahan penyakit thypoid.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pendikan kesehatan, keluarga diharapkan mampu:
a. Menyebutkan pengertian demam thypoid
b. Menyebutkan tanda dan gejala demam thypoid
c. Menyebutkan cara penularan demam thypoid
B. Pokok Materi
1. Demam thypoid
C. Metode
Ceramah dan diskusi (tanya jawab).
D. Alat dan Media
1. Leaflet (brosur)
Media dan Alat
Tahapan Waktu Kegiatan Pendidikan Respons Peserta Pendidikan
Kesehatan Kesehatan Pengajaran
Pembuka 5 menit Memberi salam Menjawab salam -
Memperkenalkan diri Mendengarkan -
Menjelaskan tujuan penyuluhan Memperhatikan -
Membuat kesepakatan tentang jalannya Menyetujui -
Pendidikan kesehatan
Melakukan kontrak waktu selama Menyetujui -
pendidikan kesehtan
G. Referensi
Al-Bedah, A. M., Ali, G. I., Abushanab, T. S., & Qureshi, N. A. (2017). Tui Na (or
Tuina) Massage: A Minireview of Pertinent Literature, 1970-2017. Journal of
Complementary and Alternative Medical Research, 3(1), 1–14.
https://doi.org/10.9734/JOCAMR/2017/32941
Alfarizi, A. B., & Suarni, E. (2015). Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak
Usia 3-4 Tahun pada 21 Posyandu di Kota Palembang. Syifa’ MEDIKA, 6(1),
13–23. https://doi.org/10.32502/sm.v6i1.1375
Ariska, Y., Kustiyah, L., & Widodo, Y. (2015). Perubahan Status Gizi Balita pada
Program Edukasi dan Rehabilitasi Gizi. J. Gizi Pangan, 10(3), 157–164.
Asih, Y., & Mugiati. (2018). Pijat Tuna Efektif dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada
Anak Balita. Jurnal Keperawatan, XIV(1), 98–103.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) (6th ed.; I. Nurjannah & R. D. Tumanggor,
eds.). Indonesia: ELSEVIER Saunders.
Ceria, I., & Arintasari, F. (2019). Pengaruh Pemberian Pijat Tui Na dengan Berat Badan
Anak Balita. Prosiding Seminar Nasional: Pemanfaatan Literasi Digital Dalam
Publikasi Ilmiah, 1(2), 469–475.
Chao, H.-C., Chang, Y.-J., & Huang, W.-L. (2018). Cut-off Serum Zinc Cocentration
Affecting the Appetite, Growth and Nutrition Status of Undernourished Children
Supplemented With Zinc. Nutrition in Clinical Practice, 33(5), 701–710.
https://doi.org/10.1002/ncp.10079
Cusick, S. E., & Georgieff, M. K. (2016). The Role of Nutrition in Brain Development:
The Golden Opportunity of the “First 1000 Days.” J Pediatr, 175, 16–21.
https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2016.05.013
Diniyyah, S. R., & Nindya, T. S. (2017). Asupan Energi, Protein dan Lemak
dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita Usia 24-59 Bulan di Desa Suci,
Gesik.
Amerta Nutr, 1(4), 341–350. https://doi.org/10.2473/amnt.v1.i4.2017.341-
350
Hardianti, R., Dieny, F. F., & Wijayanti, H. S. (2018). Picky Eating dan Status Gizi
pada Anak Prasekolah. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of
Nutrition), 6(2), 123–130. https://doi.org/10.14710/jgi.6.2.123-130
Ilic, D., Djurovic, A., Brdareski, Z., Vukomanovic, A., Pejovic, V., & Grajic, M.
(2012). The Position of Chinese Massage (Tuina) in Clinical Medicine.
Vojnosanit Pregl, 69(11), 999–1004.
https://doi.org/10.2298/VSP1101040131
Jansen, P. W., Roza, S. J., Jaddoe, V. W. V., Mackencach, J. D., Raat, H., Hofman, A.,
… Tiemeier, H. (2012). Children’s Eating Behavior, Feeding Practices of
Parents and Weight Problems in Early Childhood: Results from The Population-
Based Generation R Study. International Journal of Behavioral Nutrition and
Physical Activity, 9(130), 1–11. https://doi.org/10.1186/1479- 58688-9-130
Leung, Alexander, K., Marchand, V., Sauve, R. S., Canadian Paediatric Society, &
Nutrition and Gastroenterology Committee. (2012). The “Picky Eater’’: The
Toddler or Preschooler Who Does Not Eat.” Paediatr Child Health, 17(8), 455–
457. https://doi.org/10.1093/pch/17.8455
Nyankovskyy, S., Dobryanskyy, D., Ivakhnenko, O., Latsula, M., Javorska, M.,
Shadryn, O., … Solodovnyk, G. (2014). Dietary Habits and Nutritional Status of
Children from Ukraine during The First 3 Years of Life. Pediatria Polska, 89,
395–405. https://doi.org/10.1016/j.pepo.2014.08.003
Powell, F., Farrow, C., Meyer, C., & Haycraft, E. (2017). The Importance of Mealtime
Structurefor Reducing Child Food Fussiness. Maternal & Child Nutrition,
13(e12296), 1–7. https://doi.org/10.1111/mch.12296
Subarkah, T., Nursalam, & Rachmawati, P. D. (2016). Pola Pemberian Makan Terhadap
Peningkatan Status Gizi pada Anak Usia 1-3 Tahun. Jurnal INJEC, 1(2), 146–
154.