Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli hingga November 2023
dengan responden penelitian yaitu mahasiswa kedokteran Angkatan 2020
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pemilihan responden pada penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling, dengan total jumlah responden
sebanyak 141 mahasiswa yang telahh memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

1. Data Deskriptif
a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Distribusi frekuensi responden sebanyak 141 mahasiswa berdasarkan usia akan
disajikan pada tabel dibawah, sebagai berikut:

Tabel 4.1 Usia Responden Penelitian


Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
20 tahun 32 22,7
21 tahun 78 55,3
22 tahun 29 20,6
23 tahun 1 0,7
24 tahun 1 0,7
Total 141 100

Be

Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa mahasiswa


berusia 20 tahun adalah sebanyak 32 orang (22,7%), usia 21 tahun
sebanyak 78 orang (55,3%), usia 22 tahun sebanyak 29 orang (20,6%),
usia 23 tahun sebanyak 1 orang (0,7%), dan usia 24 tahun sebanyak 1
orang (0,7%).

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Distribusi frekuensi responden sebanyak 141 mahasiswa berdasarkan
jenis kelamin akan disajikan pada tabel dibawah, sebagai berikut:

Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden Penelitian


Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 55 39%
Perempuan 86 61%
Total 141 100

Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa mahasiswa


berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 55 orang (39%) dan yang
berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 86 orang (61%).
c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Estimasi Sudut Ekstensi
Maksimal
Distribusi frekuensi responden sebanyak 141 mahasiswa berdasarkan
sudut sudut perkiraan yang dapat dibentuk responden ketika mengangkat
kaki sambil berbaring hingga terasa nyeri akan disajikan pada tabel
dibawah, sebagai berikut:

Tabel 4.3 Estimasi Sudut Ekstensi Maksimal Responden Penelitian


Sudut Frekuensi (n) Persentase (%)
15° 3 2,1
30° 31 21,9
45° 49 34,8
60° 47 33,3
75° 11 7,8
Total 141 100

Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa sudut


perkiraan yang dapat dibentuk responden ketika mengangkat kaki sambil
berbaring hingga terasa nyeri sebesar 15° adalah sebanyak 3 orang
(2,13%), sebesar 30° yaitu sebanyak 31 orang (21,9%), 45° sebanyak 49
orang (34,8%), 60° sebanyak 47 orang (33,3%), dan 75° sebanyak 11
orang (7,8%).

d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Posisi duduk


Distribusi frekuensi responden sebanyak 141 mahasiswa berdasarkan
posisi duduk akan disajikan pada tabel dibawah, sebagai berikut:

Tabel 4.4 Posisi Duduk


Posisi Duduk Frekuensi Persentase
Bungkuk ke belakang atau kifosis dengan kaki 22 15,6
di atas lantai (A)
Tegak keseluruhan punggung dengan kaki di 43 30,5
atas lantai (C)
Tegak tetapi hanya lumbar yang menyentuh 18 12,8
kepala kursi, dengan kaki di atas lantai (D)
Bungkuk ke belakang atau kifosis dengan kaki 1 0,7
menopang di kursi lain (E)
Bungkuk ke belakang atau kifosis dan kaki 21 14,9
bersilang (F)
Tegak keseluruhan punggung dengan kaki 24 17,2
bersilang (G)
Tegak tetapi hanya lumbar yang menyentuh 12 8,5
kepala kursi dengan kaki menopang di kursi
lain (H)
Total 141 100

Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa mahasiswa


dengan posisi duduk A adalah sebanyak 22 orang (15,6%), posisi duduk
C sebanyak 43 orang (30,5%), posisi duduk D sebanyak 18 orang
(12,8%), posisi duduk E sebanyak 1 orang (0,7%), posisi duduk F
sebanyak 21 orang (14,9%), posisi duduk G sebanyak 24 orang (17,2%),
dan posisi duduk H sebanyak 12 orang (8,5%).

e. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi Duduk


Distribusi frekuensi responden sebanyak 141 mahasiswa berdasarkan
durasi duduk akan disajikan pada tabel dibawah, sebagai berikut:

Tabel 4.5 Durasi Duduk Responden Penelitian


Durasi Duduk Frekuensi (n) Persentase (%)
3 jam 24 17,0
4 jam 82 58,2
5 jam 23 16,3
6 jam 12 8,5
Total 141 100

Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa mahasiswa


dengan durasi duduk 3 jam adalah sebanyak 24 orang (17%), durasi
duduk 4 jam sebanyak 82 orang (58,2%), durasi duduk 5 jam sebanyak 23
orang (16,3%), dan durasi duduk 6 jam sebanyak 12 orang (8,5%).

f. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat Keparahan LBP


Distribusi frekuensi responden sebanyak 141 mahasiswa berdasarkan
kejadian dan severitas nyeri punggung bawah akan disajikan pada tabel
dibawah, sebagai berikut:

Tabel 4.6 Severitas Nyeri Punggung Bawah Pada Responden Penelitian


Derajat Keparahan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak nyeri 23 16,3
Derajat ringan 46 32,6
Derajat sedang 55 39
Derajat berat 15 10,7
Total 141 100

Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa mahasiswa


yang tidak mengalami nyeri punggung bawah adalah sebanyak 23 orang
(16,3%). Sementara itu sebagian besar lainnya mengalami nyeri punggung
bawah, dengan derajat ringan sebanyak 46 orang (32,6%), derajat sedang
sebanyak 55 orang (39%), dan derajat berat sebanyak 15 orang (10,7%).

2. Data Analitik
a. Hubungan antara Posisi Duduk dengan Nyeri Punggung Bawah
Hasil analisis hubungan antara posisi duduk saat online class
dengan nyerii punggung bawah menggunakan uji statistik chi-
square disajikan pada tabel dibawah, sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hubungan Posisi Duduk Dengan Nyeri Punggung Bawah
Skor LBP
Posisi Tidak Ringan Sedang Berat p r
Duduk ada
A 2 9 8 3
C 19 6 17 1
D 2 3 12 1
E 0 1 0 0
0,000 0,154
F 0 8 9 4
G 0 12 7 5
H 0 7 3 2
Total 23 46 56 16

Tabel diatas menunjukkan bahwa mahasiswa kedokteran


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan posisi duduk A
selama online class yaitu bungkuk ke belakang atau kifosis dengan
kaki di atas lantai sebanyak 2 orang (1,42%) tidak memiliki nyeri
punggung bawah, sebanyak 9 orang (6,4%) memiliki nyeri
punggung bawah derajat ringan, sebanyak 8 orang (5,7%)
memiliki nyeri punggung bawah derajat sedang, dan sebanyak 3
orang (2,1%) memiliki nyeri punggung bawah derajat berat.

Mahasiswa dengan posisi duduk C selama online class yaitu


tegak keseluruhan punggung dengan kaki di atas lantai sebanyak
19 orang (13,5%) tidak memiliki nyeri punggung bawah, sebanyak
6 orang (4,3%) memiliki derajat ringan, sebanyak 17 orang (12%)
memiliki derajat sedang, dan sebanyak 1 orang (0,7%) memiliki
derajat berat.

Mahasiswa dengan posisi duduk D selama online class yaitu


tegak tetapi hanya lumbar yang menyentuh kepala kursi, dengan
kaki di atas lantai sebanyak 2 orang (1,42%) tidak memiliki nyeri
punggung bawah, sebanyak 3 orang (2,1%) memiliki derajat
ringan, sebanyak 12 orang (8,5%) memiliki derajat sedang, dan
sebanyak 1 orang (0,7%) memiliki derajat berat.

Mahasiswa dengan posisi duduk E yaitu bungkuk ke belakang


atau kifosis dengan kaki menopang di kursi lain sebanyak 1 orang
(0,7%) memiliki nyeripunggung bawah derajat ringan.

Mahasiswa dengan posisi duduk F yaitu bungkuk ke belakang


atau kifosis dan kaki bersilang sebanyak 8 orang (5,6%) memiliki
nyeri punggung bawah derajat ringan, sebanyak 9 orang (6,3%)
memiliki derajat sedang, dan sebanyak 4 orang (2,8%) memiliki
derajat berat.

Mahasiswa dengan posisi duduk G yaitu tegak keseluruhan


punggung dengan kaki bersilang sebanyak 12 orang (8,4%)
memiliki nyeri punggung bawah derajat rirngan, sebanyak 7 orang
(4,9%) memiliki derajat sedang, dan sebanyak 5 orang (3,5%)
memiliki derajat berat.

Mahasiswa dengan posisi duduk H yaitu tegak tetapi hanya


lumbar yang menyentuh kepala kursi dengan kaki menopang di
kursi lain sebanyak 7 orang (4,9%) memiliki nyeri punggung
bawah derajat ringan, sebanyak 3 orang (2,1%) memiliki derajat
sedang, dan sebanyak 2 orang (1,4%) memiliki derajat berat.
Nilai korelasi antara posisi duduk selama online class dengan
kejadian nyeri punggung bawah didapatkan nilai signifikansi
0,000 yang berarti bahwa p < 0,05, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara posisi duduk saat
online class dengan kejadian nyeri punggung bawah pada
mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Angkatan 2020. Koefisien korelasi sampel atau derajat hubungan
pada hubungan antara posisi duduk dengan kejadian nyeri
punggung bawah didapatkan nilai 0,154. Saat nilai tersebut
mendekati 0, berarti hubungan dua variabel tersebut menjadi
semakin lemah. Sebaliknya jika nilai mendekati 1 atau -1, maka
terdapat hubungan antara dua variabel yang semakin kuat. Pada
analisis bivariat ini terdapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,154
yang berarti posisi duduk selama online class memiliki hubungan
yang lemah terhadap kejadian nyeri punggung bawah.

b. Hubungan antara Durasi Duduk dengan Nyeri Punggung Bawah


Hasil analisis hubungan antara durasi duduk saat online class
dengan nyeri punggung bawah menggunakan uji statistik chi-
square disajikan pada tabel dibawah, sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hubungan Durasi Duduk Dengan LBP


Skor LBP
Durasi Tida Ringan Sedang Berat p r
Duduk k ada
3 jam 1 13 8 2 0,029 0.196
4 jam 15 27 27 13
5 jam 4 5 14 0
6 jam 3 1 7 1
Total 23 46 56 16
Tabel diatas menunjukkan bahwa mahasiswa kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan durasi duduk
selama 3 jam saat online class sebanyak 1 orang tidak memiliki
nyeri punggung bawah, sebanyak 13 orang memiliki nyeri
punggung bawah derajat ringan, sebanyak 8 orang memiliki
derajat sedang, dan sebanyak 2 orang memiliki derajat berat.

Mahasiswa dengan durasi duduk 4 jam sebanyak 15 orang


tidak memiliki nyeri punggung bawah, sebanyak 27 orang masing-
masing memiliki nyeri punggung bawah derajat ringan dan
sedang, dan sebanyak 13 orang memiliki derajat berat.

Mahasiswa dengan durasi duduk 5 jam sebanyak 4 orang tidak


memiliki nyeri punggung bawah, sebanyak 5 orang memiliki nyeri
punggung bawah derajat ringan, dan sebanyak 14 orang memiliki
derajat berat.

Mahasiswa dengan durasi duduk 6 jam sebanyak 3 orang tidak


memiliki nyeri punggung bawah, sebanyak 1 orang memiliki nyeri
punggung bawah derajat ringan, sebanyak 7 orang memiliki
derajat sedang, dan sebanyak 1 orang memiliki derajat berat.

Nilai korelasi antara durasi duduk selama online class dengan


kejadian nyeri punggung bawah didapatkan nilai signifikansi
0,029 yang berarti bahwa p < 0,05, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara durasi duduk saat
online class dengan kejadian nyeri punggung bawah pada
mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Angkatan 2020. Koefisien korelasi sampel atau derajat hubungan
pada hubungan antara durasi duduk dengan kejadian nyeri
punggung bawah didapatkan nilai 0,196. Saat nilai tersebut
mendekati 0, berarti hubungan dua variabel tersebut menjadi
semakin lemah. Sebaliknya jika nilai mendekati 1 atau -1, maka
terdapat hubungan antara dua variabel yang semakin kuat. Pada
analisis bivariat ini terdapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,196
yang berarti durasi duduk selama online class memiliki hubungan
yang lemah terhadap kejadian nyeri punggung bawah.

B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari usia, jenis
kelamin, sudut duduk selama online class, posisi duduk, durasi duduk selama
online class, dan kejadian nyeri punggung. Terdapat 141 responden pada
penelitian ini yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada
penelitian ini didapatkan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 55
orang (39%) dan yang berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 86 orang
(61%). Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tomioka,
Shima and Saeki, 2021) dimana didapatkan bahwa prevalensi nyeri punggung
bawah lebih tinggi pada wanita (14,2%) dibandingkan dengan laki-laki
(11,7%). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Calais-
Ferreira et al., 2023) dimana disebutkan bahwa prevalensi nyeri punggung
bawah meningkat sebanyak 50% pada jenis kelamin wanita.
Penelitian ini terdiri dari rentang usia 20 – 24 tahun. usia terendah
pada penelitian ini yaitu 20 tahun sebanyak 32 orang (22,7%) dan usia
tertinggi pada penelitian ini yaitu 24 tahun sebanyak 1 orang (0,7%). Sebagian
besar responden pada penelitian ini berusia 21 tahun yaitu sebanyak 78 orang
(55,3%), diikuti oleh usia 22 tahun sebanyak 29 orang (20,6%), dan usia 23
tahun sebanyak 1 orang (0,7%). Hal ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan (Ganesan et al., 2017) mengenai prevalensi dan faktor risiko nyeri
punggung bawah pada 1335 orang yang termasuk dalam golomgan usia
dewasa muda, dimana didapatkan bahwa 90,6% responden berusia antara 20
hingga 29 tahun.
Ditinjau dari sudut perkiraan yang dapat dibentuk responden ketika
mengangkat kaki sambil berbaring hingga terasa nyeri, sebagian besar
responden dapat membentuk sudut hingga 45° yaitu sebanyak 49 orang
(34,8%), diikuti oleh 60° sebanyak 47 orang (33,3%), dan sebesar 30° yaitu
sebanyak 31 orang (21,9%). Sebanyak 11 orang (7,8%) dapat membentuk
sudut hingga 75° sebelum terasa nyeri, sementara 3 orang (2,13%) hanya
dapat membentuk sudut sekitar 15° sebelum terasa nyeri. Temuan ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Enoki et al., 2021) dimana disebutkan
bahwa pada kategori usia muda, sudut ekstensi maksimal yang normal adalah
129.8° hingga 132.7°. Variasi ini dapat disebabkan oleh banyak fantor seperti
frekuensi dan intensitas aktivitas fisik sehari-harinya, fleksibilitas individu,
dan posisi responden saat melakukan pemeriksaan.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden
memiliki posisi duduk tegak keseluruhan punggung dengan kaki di atas lantai
selama online class yaitu sebanyak 43 orang (30,5%), diikuti oleh posisi tegak
keseluruhan punggung dengan kaki bersilang yaitu sebanyak 24 orang
(17,2%), dan posisi bungkuk ke belakang atau kifosis dengan kaki di atas
lantai yaitu sebanyak 22 orang (15,6%). Posisi duduk dengan responden
paling sedikit pada penelitian ini adalah posisi tegak tetapi hanya lumbar yang
menyentuh kepala kursi dengan kaki menopang di kursi lain yaitu sebanyak
12 orang (8,5%) dan posisi bungkuk ke belakang atau kifosis dengan kaki
menopang di kursi lain yaitu sebanyak 1 orang (0,7%). Postur tegak
keseluruhan punggung dengan kaki di atas lantai dipilih sebagai posisi duduk
optimal karena posisi ini menunjukkan kelengkungan fisiologis tulang
belakang yang sempurna, menstabilkan otot, dan menjadi distribusi pusat
gravitasi. Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Muhammad Ilham Tahid, RB.Soeherman Herdiningrat dan Mia Kusmiati
(2023) mengenai hubungan posisi duduk saat pembelajaran dalam jaringan
dengan kejadian nyeri punggung bawah, dimana ditemukan bahwa sebagian
besar responden yaitu sebanyak 68% memiliki posisi duduk yang tidak
ergonomis. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh (Wilandika, Firdaus and
Rahmat, 2023) juga menemukan bahwa sebagian besar responden yaitu
sebanyak 41,7% duduk dengan posisi bungkuk kedepan selama pembelajaran
jarak jauh dan sebanyak 49,1% duduk dengan posisi bungkuk ke belakang.
Pada penelitian tersebut, hanya sebanyak 9,4% responden yang memiliki
posisi duduk tegak.
Ditinjau dari durasi duduk responden selama online class, sebanyak 82
orang (58,2%) memiliki durasi duduk selama 4 jam, diikuti oleh durasi duduk
3 jam sebanyak 24 orang (17%), 5 jam sebanyak 23 orang (16,3%), dan 6 jam
sebanyak 12 orang (8,5%). Temuan ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Wilandika, Firdaus and Rahmat, 2023) mengenai hubungan
antara posisi duduk dan kejadian nyeri punggung bawah selama masa
pandemi COVID-19 dimana sebanyak 94,2% responden memiliki durasi
duduk sekitar 4 jam per harinya. Prevalensi mahasiswa kedokteran angkatan
2020 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang mengalami kejadian nyeri
punggung bawah pada penelitian ini adalah 83,7% sementara yang tidak
mengalami kejadian nyeri punggung bawah adalah 16,3%.

2. Hubungan antara Posisi Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah

Hasil analisis hubungan antara posisi duduk dengan kejadian nyeri


punggung bawah diperoleh nilai signifikansi 0,000. Nilai ini menandakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara posisi duduk selama online
class dengan kejadian nyeri punggung bawah. Hasil pada penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Multazam and Irawan, 2022) dimana
ditemukan hubungan yang signifikan antara posisi duduk dengan kejadian
kelainan musculoskeletal. Sikap duduk yang dianjurkan selama menggunakan
gawai terutama saat pembelajaran jarak jauh adalah dengan posisi
pergelangan tangan sejajar lengan bawah, kepala tidak menunduk, pandangan
sejajar dengan monitor, punggung tertopang, bahu rileks, dan kaki terletak
pada bantalan atau kaki tidak menggantung. Apabila menggunakan device
gawai dalam posisi yang tidak baik seperti kepala menunduk, pandangan tidak
sejajar dengan layar monitor, bahu kaku, kaki menggantung, posisi tulang
belakang yang tidak tegap serta dibiarkan secara terus menerus akan
menyebabkan ketegangan pada otot-otot. Ketengangan pada otot akibat
kelebihan aktivivtas yang dilakukan otot dalam jangka waktu lama
selanjutnya menyebabkan kelemahan otot, dan menghasilkan nyeri punggung
bawah.

Penelitian lainnya oleh (Bontrup et al., 2019) menunjukkan bahwa


posisi duduk yang lebih statis dan ergonomis dapat menurunkan kejadian
nyeri punggung bawah. Sama halnya, penelitian yang dilakukan oleh (Ikun,
Nurina and Kareri, 2023) juga menemukan hubungan yang signifikan antara
posisi duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah. Selain menyebabkan
ketegangan berlebih pada otot, posisi duduk yang tidak ergonomis juga dapat
menyebabkan distribusi beban yang tidak merata pada tulang belakang. Hal
ini dapat berdampak pada penekanan saraf disekitarnya, sehingga
menimbulkan nyeri.

Posisi duduk secara keseluruhan dapat mempengaruhi aktivitas otot


thoraks dan abdomen. Berbagai postur saat duduk juga dapat memicu aktivitas
pada otot bagian tubuh lainnya. Pada penelitian ini, didapatkan bahwa
sebagian besar responden memiliki posisi duduk yang tidak ergonomis yaitu
dengan bungkuk ke depan, bungkuk ke belakang, atau tegak namun posisi
kaki atau lumbar yang hanya sebagian menyentuh lantai, bersilang, atau
menopang di kursi lain. Posisi duduk bungkuk kedepan dapat menurunkan
aktivitas dari otot oblik internal dan transversus abdominis dibandingkan
dengan posisi tegak. Hal ini menyebabkan peningkatan beban dan tekanan
pada tulang belakang. Menurut (Muhammad Ilham Tahid, RB.Soeherman
Herdiningrat and Mia Kusmiati, 2023), posisi duduk yang tidak ergonomi
sangat sering menyebabkan keluhan biomekanik pada bagian punggung
bawah. Contohnya sikap duduk dengan posisi tubuh membungkuk lebih dari
30° dapat menimbulkan kondisi lordosis sehingga dapat menyebabkan
peregangan dari ligamentum longitudinalis posterior yang memungkinkan
terjadinya peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis, kemudian
meningkatkan tegangan pada bagian annulus fibrosus regio posterior dan
penekanan nukleus pulposus sehingga dapat memicu terjadinya keluhan nyeri
punggung bawah

Studi lainnya juga menyebutkan bahwa posisi bungkuk menyebabkan


kelelahan otot berlebih khususnya pada otot thoraks. Selain itu, posisi
bungkuk ke depan maupun ke belakang menyebabkan aktivasi otot thoracic
erector spinae, lumbar erector spinae, lumbar multifidus, external oblique,
internal oblique, bagian atas gluteus maximus, dan iliopsoas. Aktivasi otot-
otot ini menyebabkan pergeseran beban pada tulang belakang, yang disebut
juga dengan fenomena “flexion relaxation”, sehingga regio lumbopelvis
menjadi bergantung pada struktur pasif untuk menyokong beban yang
ditanggungnya untuk menjaga posisi tubuh melawan gravitasi. (Fujitani et al.,
2021)

Faktor ergonomi yang buruk (poor body mechanic) dimana posisi


membungkuk pada kepala yang terus menerus dalam kondisi statis dan juga
overload work juga dapat menyebabkan trigger point dan taut band pada otot
sehingga akan menimbulkan nyeri pada otot. Ketika terjadi biomekanik yang
tidak normal, kordinasi gerakan tubuh terganggu mengakibatkan otot-otot
antagonis tegang, sementara otot-otot agonis mengalami kelemahan serta
keterbatasan sendi atau penurunan aktivitas fascia. Terjadinya perubahan local
secara progresif menyebabkan kondisi hiperaktif pada struktur saraf di regio
paraspinal atau didalam otot, yang biasa disebut referred pain. Kerusakan
jaringan selanjutnya dapat menyebabkan pelepasan unsur kimia yaitu
bradykinin, senyawa yang bertanggung jawab atas terasanya nyeri setelah
terjadi kerusakan jaringan. Intensitas nyeri yang dirasakan sangat
berhubungan dengan peningkatan konsentrasi ion potasioum secara local atau
peningkatan enzim proteolytic yang secara langsung menyerang ujung-ujung
saraf sensorik sehingga timbul nyeri pada otot. (Multazam and Irawan, 2022)

Posisi duduk yang tidak ergonomis juga menyebabkan instabilitas


lumbar dan penurunan fungsi adaptif tulang belakang dalam menopang beban
kompresif, sehingga menyebabkan nyeri. (Kim et al., 2016) Postur duduk
yang dinamis dapat memberikan efek biologis dan fisiologis yang
menguntungkan, karena variasi postur dapat mengurangi beban tulang
belakang dan penyusutan tulang belakang, mencegah kelelahan otot melalui
aktivasi unit motorik bergantian, dan menghambat kerusakan pada aspek
posterior annulus pulposus melalui kekuatan dinamis yang rendah. Selain itu,
karena kompresi terus menerus pada diskus intervertebralis dapat
mengakibatkan berkurangnya nutrisi diskus, posisi duduk yang statis dan
ergonomis sangat direkomendasikan. Dengan cara ini, keseimbangan
metabolik yang cukup dari berbagai struktur muskuloskeletal dapat dijaga,
termasuk pengurangan efek iskemik akibat duduk statis dalam waktu lama.
(Bontrup et al., 2019)

3. Hubungan Antara Durasi Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah


Hasil analisis hubungan antara durasi duduk dengan kejadian nyeri
punggung bawah diperoleh nilai signifikansi 0,029. Nilai ini menandakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara durasi duduk selama online
class dengan kejadian nyeri punggung bawah. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Multazam and Irawan, 2022) dimana
ditemukan hubungan yang signifikan antara durasi duduk dengan kejadian
musculoskeletal disorders dengan nilai p sebesar 0,000. Posisi duduk yang
tidak ergonomis dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan
penekanan pada pembuluh darah sehingga suplai nutrisi dan oksigen yang
dibutuhkan otot akan mengalami penurunan yang nantinya akan
mengakibatkan terganggunya fisik dan psikis karena keluhan myogenic low
back pain (Rinaldi, Utomo and Nauli, 2015). Keluhan myogenic low back
pain biasanya berupa otot-otot punggung bawah yang mengalami spasme atau
ketegangan yang disebabkan oleh penggunaan otot yang berlebihan (overuse).
Myogenic low back pain dapat terjadi akibat faktor statis dan kinetis yang
disebabkan oleh posisi saat bekerja yang dapat memicu pergeseran posisi
center of gravity (COG) dari posisi normalnya yaitu 2,5 cm di depan segmen
sakrum 2. Hal ini dapat menimbulkan peregangan pada ligamen dan
berkontraksinya otot-otot punggung bawah secara terus-menerus sehingga
dapat terjadi spasme pada otot-otot punggung bawah dan nyeri dirasakan
sebagai akibatnya. (Zatadin, 2018)
Penelitian lainnya oleh (Yuwono dan Wahyuni, 2021) juga
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara durasi duduk dengan
kejadian nyeri punggung bawah dengan nilai p < 0,05 dan rasio prevalensi
sebesar 3,5. Sama halnya, penelitian oleh (Gupta et al., 2015) menemukan
bahwa pekerja kantoran yang duduk selama 4 hingga 6 jam per harinya
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kejadian nyeri punggung
bawah. Hal ini disebutkan terjadi akibat hubungan antara peningkatan tekanan
intradiskus, penurunan kekuatan otot punggung bawah, dan kekakuan pada
tulang belakang. Pada penelitian oleh (Goncharenko, Komleva and
Chekhonatsky, 2020), ditemukan bahwa pekerja yang duduk lebih dari 3 jam
per hari juga memiliki risiko lebih tinggi terhadap kejadian nyeri punggung
bawah. Hal ini disebutkan dapat di akibatkan oleh beberapa faktor seperti
faktor risiko individual yaitu usia dan kondisi fisiologis otot, tulang, dan
riwayat trauma musculoskeletal, dan faktor risiko pekerjaan seperti durasi
duduk yang lama, beban kerja, dan stress psikososial selama pekerjaan.
Penelitian oleh (Wilandika, Firdaus and Rahmat, 2023) menemukan
bahwa mahasiswa yang duduk lebih dari 4 jam per hari selama 5 hari per
minggu selama periode online class memiliki peningkatan risiko nyeri
punggung bawah. Duduk dalam waktu lama dengan statis ergonomis yang
ringan, dapat menyebabkan ketegangan pada tulang belakang, terutama pada
daerah pinggang. Aktivitas yang berulang-ulang dan berlebihan kemudian
dilakukan secara terus menerus dan dengan posisi duduk yang monoton dan
kurang ergonomis dalam waktu lama dapat menyebabkan perubahan garis
lengkung atau lekukan tulang belakang seseorang sehingga timbul keluhan
nyeri pada bagian tertentu.
Durasi duduk yang lama dalam posisi statis merupakan salah satu
faktor yang dapat menjadi pemicu munculnya permasalahan otot dan rangka
yang disebabkan oleh aktifitas duduk dengan durasi yang lama. Siswa dengan
durasi duduk yang lama memicu terjadinya kelelahan jaringan, sehingga dapat
menimbulkan spasme otot. Munculnya kondisi tersebut diakibatkan karena
efek fisiologis dari otot untuk mempertahankan atau mencegah kerusakan
yang lebih parah dari suatu jaringan. Spasme otot ini merupakan respon dari
tubuh untuk mengirim informasi ke otak untuk mengakhiri aktifitas yang
dilakukan dan segera untuk beristirahat agar tubuh dapat terjaga dalam
kondisi yang baik. Spasme otot selanjutnya memicu terjadinya peningkatan
mediator inflamasi seperti histamine, bradikinin, serotonin, dan prostaglandin
yang akan meningkatkan kesensitifitasan nosiseptor otot sehingga otot akan
menjadi sensitif, lalu timbul rasa nyeri dan terjadi spasme otot. Posisi kerja
yang statis dalam waktu lama juga akan mempengaruhi posisi center of
gravity (COG) yang dapat mengakibatkan penurunan kemampuan kerja otot,
keseimbangan kerja otot, dan kerusakan jaringan otot. Selain itu, durasi duduk
yang lama akan mengakibatkan degenerasi tulang belakang yang akan
menyebabkan nyeri punggung bawah. (Multazam and Irawan, 2022)

C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah sampelnya yang kurang
besar dan hanya terbatas pada rentang usia mahasiswa kedokteran angkatan
2020. Selain itu pengumpulan data dilakukan secara online dengan google
form sehingga dapat menimbulkan bias pada pertanyaan yang memerlukan
observasi atau pemeriksaan fisik secara langsung, seperti pengukuran sudut
maksimal ekstensi panggul sebelum responden merasa nyeri.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara posisi duduk saat online
class dengan kejadian nyeri punggung bawah (p = 0,000)
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara posisi duduk saat online
class dengan kejadian nyeri punggung bawah (p = 0,029)
3. Prevalensi nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran
Angkatan 2020 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah
sebesar 83,68%, dengan mahasiswa yang menderita nyeri
punggung bawah derajat ringan sebesar 32,6%, derajat sedang
sebesar 39%, dan derajat berat sebesar 10,7%.
B. Saran
Saran yang dapat diberikat terkait dengan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya:
a. Penelitian ini perlu dilakukan kembali pada lokasi dan
jumlah sampel yang lebih besar sehingga dapat
merepresentasikan kondisi dan populasi sebenarnya.
b. Penelitian selanjutnya perlu meliputi faktor-faktor lainnya
yang dapat menyebabkan kejadian nyeri punggung bawah
2. Bagi subjek penelitian:
a. Mahasiswa kedokteran perlu memberikan waktu istirahat
selama perkuliahan online dengan berdiri setiap beberapa
saat dan dengan merubah posisi duduk menjadi lebih
dinamis dan ergonomis untuk mengurangi terjadinya nyeri
punggung bawah
DAFTAR PUSTAKA

Bontrup, C. et al. (2019) ‘Low back pain and its relationship with sitting behaviour
among sedentary office workers.’, Applied ergonomics. England, 81, p. 102894. doi:
10.1016/j.apergo.2019.102894.

Calais-Ferreira, L. et al. (2023) ‘Sex differences in lifetime prevalence of low back


pain A’, European Journal of Pain, 27(10). doi: 10.1002/ejp.2146.

Enoki, S. et al. (2021) ‘Internal Risk Factors for Low Back Pain in Pole Vaulters and
Decathletes: A Prospective Study’, Orthopaedic Journal of Sports Medicine. SAGE
Publications Inc, 9(2), p. 2325967120985616. doi: 10.1177/2325967120985616.

Fujitani, R. et al. (2021) ‘Effect of low back pain on the muscles controlling the
sitting posture.’, Journal of physical therapy science. Japan, 33(3), pp. 295–298. doi:
10.1589/jpts.33.295.

Ganesan, S. et al. (2017) ‘Prevalence and Risk Factors for Low Back Pain in 1,355
Young Adults: A Cross-Sectional Study.’, Asian spine journal. Korea (South), 11(4),
pp. 610–617. doi: 10.4184/asj.2017.11.4.610.

Goncharenko, I. M., Komleva, N. E. and Chekhonatsky, A. A. (2020) ‘Lower back


pain at workplace: Prevalence and risk factors’, Russian Open Medical Journal, 9(2).
doi: 10.15275/rusomj.2020.0207.

Gupta, N. et al. (2015) ‘Is objectively measured sitting time associated with low back
pain? A cross-sectional investigation in the NOMAD study.’, PloS one. United
States, 10(3), p. e0121159. doi: 10.1371/journal.pone.0121159.

Ikun, E. S. I., Nurina, R. L. and Kareri, D. G. R. (2023) ‘Hubungan Posisi Duduk


Terhadap Kejadian Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Penjahit Di
Kelurahan Solor Kota Kupang Tahun 2017’, Cendana Medical Journal (CMJ), 11(1),
pp. 1–10. doi: 10.35508/cmj.v11i1.10708.
Kim, O. H. et al. (2016) ‘Adverse cardiovascular events after a venomous snakebite
in Korea’, Yonsei Medical Journal, 57(2), pp. 512–517. doi:
10.3349/ymj.2016.57.2.512.

Muhammad Ilham Tahid, RB.Soeherman Herdiningrat and Mia Kusmiati (2023)


‘Hubungan Posisi Duduk saat Pembelajaran dalam Jaringan dengan Kejadian Nyeri
Punggung Bawah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung’,
Bandung Conference Series: Medical Science, 3(1), pp. 650–654. doi:
10.29313/bcsms.v3i1.6437.

Multazam, A. and Irawan, D. S. (2022) ‘Hubungan Posisi dan Durasi Duduk Saat
Belajar Online di Rumah Selama Pandemi Covid-19 dengan Kejadian
Muskuloskeletal Disorder pada Siswa MAN 2 Kota Malang’, Jurnal Sport Science,
12(1), p. 62. doi: 10.17977/um057v12i1p62-70.

Rinaldi, E., Utomo, W. and Nauli, F. A. (2015) ‘Hubungan Posisi Kerja Pada Pekerja
Indsutri Batu Bata Dengan Kejadian Low Back Pain’, JOM, 2, pp. 207–218.

Tomioka, K., Shima, M. and Saeki, K. (2021) ‘Occupational status and self-reported
low back pain by gender: a nation-wide cross-sectional study among the general
population in Japan’, Environmental Health and Preventive Medicine. BioMed
Central, 26(1), pp. 1–11. doi: 10.1186/s12199-021-01031-2.

Wilandika, A., Firdaus, Z. Z. Z. and Rahmat (2023) ‘Sitting Position and Low Back
Pain (LBP) Incidents in Online Learning During the Pandemic of Covid-19: A
Correlational Study’, Journal of Nursing Science Update (JNSU), 10(2), pp. 84–91.
doi: 10.21776/ub.jik.2022.010.02.1.

Yuwono, A. and Wahyuni, O. D. (2021) ‘The Relationship Between Sitting Duration


and Low Back Pain on Office Workers in DKI Jakarta 2021’, Atlantis Press,
41(Ticmih), pp. 17–20.

Zatadin, Z. M. (2018) HUBUNGAN POSISI DUDUK DAN LAMA DUDUK


TERHADAP KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB) PADA PENJAHIT
SEKTOR INFORMAL DI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
LAMPIRAN: POSISI DUDUK DAN DISABILITY

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
POSISI DUDUK * 139 87.4% 20 12.6% 159 100.0%
DISABILITY

POSISI DUDUK * DISABILITY Crosstabulation


Count
DISABILITY
0 1 2 3 Total
POSISI DUDUK 1.00 2 9 8 3 22
3.00 19 6 17 1 43
4.00 2 3 12 1 18
5.00 0 1 0 0 1
6.00 1 7 9 4 21
7.00 0 12 7 5 24
8.00 0 7 2 1 10
Total 24 45 55 15 139

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 54.343 18 .000
Likelihood Ratio 56.378 18 .000
Linear-by-Linear Association 3.282 1 .070
N of Valid Cases 139
a. 17 cells (60.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .11.
Symmetric Measures
Asymptotic Approximate
a b
Value Standard Error Approximate T Significance
Interval by Interval Pearson's R .154 .076 1.827 .070c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .139 .081 1.646 .102c
N of Valid Cases 139
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
DURASI DUDUK * 141 100.0% 0 0.0% 141 100.0%
DISABILITY

DURASI DUDUK * DISABILITY Crosstabulation


Count
DISABILITY
mild moder none sever Total
DURASI DUDUK 3.00 13 8 1 2 24
4.00 27 27 15 13 82
5.00 5 14 4 0 23
6.00 1 7 3 1 12
Total 46 56 23 16 141

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 18.563a 9 .029
Likelihood Ratio 21.927 9 .009
N of Valid Cases 141
a. 8 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.36.

Symmetric Measures
Asymptotic Approximate
a b
Value Standard Error Approximate T Significance
Interval by Interval Pearson's R .196 .073 2.340 .021c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .195 .080 2.322 .022c
N of Valid Cases 139
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Anda mungkin juga menyukai