Anda di halaman 1dari 29

dDEPARTEMEN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2022


UNIVERSITAS HASANUDDIN

KARSINOMA SERVIKS

Disusun oleh :

Muh. Firman Pratama S. S.Ked


C014192028

Residen Pembimbing :
dr. Dwicky Limbersia Aries

Supervisor :
Prof. Dr. dr. Nusratuddin Abdullah, Sp.OG(K)., MARS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Muh. Firman Pratama S. S.Ked

NIM : C014192028

Judul Kasus : Karsinoma serviks

Telah menyelesaikan laporan kasus dengan judul Karsinoma serviks yang telah
disetujui dan di bacakan dihadapan pembimbing dan supervisor dalam rangka
menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Periode 25 April – 10 Juli 2022.

Makassar, 30 Juni 2022

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

Prof. Dr. dr. Nusratuddin Abdullah, Sp.OG(K)., MARS dr. Dwicky Limbersia Aries

Mengetahui,
Koordinator Program Mahasiswa
Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

Dr. dr. Elizabet C. Jusuf, M.Kes, Sp.OG(K)


SURAT KETERANGAN PEMBACAAN LAPORAN KASUS

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : Muh. Firman Pratama S., S.ked
NIM : C014192028

Benar telah membacakan laporan kasus dengan judul “Kasinoma Serviks” pada :

Hari/Tanggal : Kamis/1 Juli 2022


Pukul : 19.00 – 21.00
Minggu dibacakan : Minggu 9
Nilai :
Dengan ini dibuat untuk digunakan sebaik-baiknya dan digunakan sebagai mana
mestinya.

Makassar, 1 Juli 2022

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

Prof. Dr. dr. Nusratuddin Abdullah, Sp.OG(K)., MARS dr. Dwicky Limbersia Aries

Mengetahui,
Koordinator Program Mahasiswa
Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

Dr. dr. Elizabet C. Jusuf, M.Kes, Sp.OG(K)


DAFTAR HADIR PEMBACAAN LAPORAN KASUS

Nama : Muh. Firman Pratama S., S.ked


NIM : C014192028
Hari/Tanggal : Kamis/1 Juli 2022

Judul Laporan Kasus : Karsinoma Serviks

Pukul : 19.00 – 21.00

No Nama NIM Minggu Tanda Tangan


1. Farhan Yaasir Husaini C014202203 Kesembilan

2. Ikhsanul Amal C014202216 Kesembilan

3. Mohammad Fathurrozi C014202214 Kesembilan


idar

Makassar, 1 Juli 2022

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

Prof. Dr. dr. Nusratuddin Abdullah, Sp.OG(K)., MARS dr. Dwicky Limbersia Aries
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................
BAB 1. LAPORAN KASUS ..................................................................................................
1.1 Identitas Pasien .........................................................................................................
1.2 Anamnesis ................................................................................................................
1.3 Pemeriksaan Fisik .....................................................................................................
1.4 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................
1.5 Resume .....................................................................................................................
1.6 Diagnosis Kerja ........................................................................................................
1.7 Tatalaksana ...............................................................................................................
1.8 Prognosis ....................................................................................................................

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................


2.1 Definisi ....................................................................................................................
2.2 Epidemiologi............................................................................................................
2.3 Faktor Risiko............................................................................................................
2.4 Etiologi.....................................................................................................................
2.5 Patofisiologi..............................................................................................................
2.6 Stadium dan Klasifikasi ............................................................................................
2.7 Diagnosis .................................................................................................................
2.8 Diagnosis Banding ...................................................................................................
2.9 Tatalaksana ..............................................................................................................

2.10 Pencegahan dan Deteksi Dini ...................................................................................


2.11 Prognosis..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. EH
Umur : 46 Tahun
Status Obstetri : P1A0
Suku : Makassar
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : DSN Puusawah Jaya
Tanggal Pemeriksaan : 18 Juni 2022

1.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama: Nyeri Perut Bawah
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang ibu P1A0 datang dengan keluhan nyeri perut bawah menjalar ke sekitar
kemaluan sejak 3 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat
pelepasan darah ada berupa gumpalan berwarna hitam. Riwayat ganti pembalut >5x.
Riwayat haid tidak teratur. Riwayat KB tidak ada. Riwayat pelepasan darah saat
berhubungan ada. Riwayat berganti-ganti pasangan tidak ada. Riwayat keputihan tidak
ada, Riwayat kemoterapi dan radioterapi tidak ada.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi : Disangkal
Diabetes mellitus : Disangkal
Asma : Disangkal
Alergi : Disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi : Disangkal
Diabetes mellitus : Disangkal
Asma : Disangkal

Alergi : Disangkal
e. Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus : tidak teratur
Lama : >7 hari
Dismenorhea : Ada
Banyak : 5 pembalut per hari
f. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali saat usia 24 Tahun

Lama menikah : 22 Tahun

g. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Hamil Jenis Anak Keadaan


Tahun Tempat
ke JK BB sekarang
Partus partus Partus

1. 2021 Rumah Normal Laki-laki 3500 Sehat

h. Riwayat KB
Kontrasepsi dipakai/lalu :-

Keluhan :-
Lamanya Pemakaian :-

1.3 Pemeriksaan Fisik


a) Status Generalis
Keadaan Umum : Lemas
Kesadaran : Composmentis
b) Tanda Vital
Tekanan darah : 140/89 mmHg
Nadi : 87 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu (axilla) : 36,5 °C
c) Status Gizi
Tinggi badan : 158 cm
Berat badan : 64 kg
Status Gizi : IMT 25.7
d) Status Internus
Kepala : Mesosefal
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Mata : Konjungtiva anemis +/+ , ikterik -/-, perdarahan -/-
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Mulut : Sianosis (-)
Tenggorokan : Tidak ada kelainan
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-)
Jantung : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru – paru : Bunyi napas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, bising usus (+) normal, massa tumor (-)
Ekstremitas : akral hangat + + edema - -
+ + - -

e) Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Abdomen : Datar, lemas simetris
TFU : Tidak teraba
Massa tumor : Tidak teraba
Nyeri tekan : ada
Cairan Bebas : Tidak ada

Inspekulo
Porsio : Berbenjol, rapuh, mudah berdarah
Fluor : Tidak ada
Fluxus : Darah (+), tidak aktif

Pemeriksaan Dalam
Vulva/vagina : Normal
Portio : Berbenjol dan mudah berdarah
Corpus Uteri : Sebesar telur ayam
Adnexa : Kesan normal
Pelepasan : Darah (+), Lendir (-)

Rectal Touche
Tonus sfingter ani : Baik
Mukosa : Licin
Massa intralumen : Tidak ada
Ampulla recti : Kosong
Adneka parametrium : Kesan normal

1.4 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium
WBC : 12.500/uL
PLT : 760.000/uL
HGB : 7,8 g/dl
HCT : 25.1%
MCH : 31,1 pg
MCV : 87,8 fl
NEUT : 9,53 %
LYMP : 16,2 %
MONO : 5.1 %
EO : 2,0 %
BASO : 0.4 %

1.5 Resume
Seorang ibu P1A0 datang dengan keluhan nyeri perut bawah menjalar ke sekitar kemaluan
sejak 3 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat pelepasan darah
ada berupa gumpalan berwarna hitam. Riwayat ganti pembalut >5x. Riwayat haid tidak
teratur. Riwayat KB tidak ada. Riwayat pelepasan darah saat berhubungan ada. Riwayat
berganti-ganti pasangan tidak ada. Riwayat keputihan tidak ada, Riwayat kemoterapi dan
radioterapi tidak ada.
Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan adanya fluksus berupa darah, perdarahan aktif.
Pada pemeriksaan dalam vagina ditemukan portio yang berbenjol mudah berdarah. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan Trombosit yaitu 760.400/mm3,
Hemoglobin 7,8 g/dL.
1.6 Diagnosis Kerja
Perdarahan pervaginam ec Karsinoma Serviks
1.7 Penatalaksanaan
Terapi :
• Drip RL 500 ml + Neurobion 28 tpm
• Asam Traneksamat 500 mg/8 jam/IV
• Transfusi 2 bag PRC
• Ketorolak 3 x 30 mg/iv
• Premedikasi Dexametason 1 amp
• Pasang cateter

Monitoring :
● Observasi KU, TTV, perdarahan
● Cek Hb post transfusi

1.8 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia et bonam
Quo ad sanationam : Dubia et bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Karsinoma serviks merupakan tumor ganas pada wanita kedua terbanyak di
dunia yang mengancam kesehatan wanita secara serius. Risiko tinggi infeksi
persisten human papillomavirus (HPV) telah diklarifikasi sebagai penyebab
Karsinoma serviks 1. Karsinoma serviks merupakan keganasan berupa tumbuhnya sel
abnormal yang berasal serviks (kanalis servikalis dan/atau porsio. Serviks merupakan
sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan
dengan vagina melal ui ostium uteri eksternum.2

2.2 Epidemiologi
Karsinoma serviks menduduki peringkat pertama untuk negara bekembang
dengan perkiraan 570ribu kasus baru pada tahun 2018 dan termasuk ke dalam
kategori sepuluh penyakit dengan populasi terbesar di negara maju. Secara global,
kanker serviks berada di peringkat 7 untuk angka kejadian tertinggi dan berada di
peringkat ke 8 untuk angka kematian.3 Menurut data WHO tahun 2018, daerah Asia
Timur merupakan kawasan dengan angka kejadian kanker serviks tertinggi,
kemudian diikuti oleh kawasan Asia Tenggara. Untuk data mortalitas, pada tahun
2018, sekitar 311 ribu wanita meninggal karena kanker serviks; lebih dari 85%
kematian ini terjadi di negara berpenghasilan menengah ke bawah Angka mortalittas
tertinggi dicapai oleh kawasan Afrika Timur.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI, saat ini jumlah kasus baru
kanker serviks adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk per tahun.. Kanker serviks
menduduki peringkat ke-2 dari 10 kanker terbanyak di Indonesia dengan insiden
sebesar 12,70%. Dan memiliki angka mortalitas dengan persentase 10,12%,
menduduki peringkat ke 3 setelah kanker payudara dan kanker paru-paru. Provinsi
Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah kasus kanker serviks tertinggi di
Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 21.313 kasus. 2
2.3 Faktor Risiko
Adapun faktor resiko terjadinya Karsinoma serviks antara lain:3
• Berhubungan seksual dengan multipartner

Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual.


Beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat hubungan seksual
dan risiko penyakit ini. Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita dengan partner
seksual yang banyak merupakan faktor risiko kuat untuk terjadinya karsinoma
serviks. Memiliki pasangan seksual 2 orang akan berisiko 2 kali terkena karsinoma
serviks, dan pasangan seksual lebih dari 6 orang akan berisiko 3 kali terkena
Karsinoma serviks.
• Awal aktivitas seksual
Wanita yang memulai hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan
risiko terkena karsinoma serviks. Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap
metaplasia selama usia dewasa maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia
18 tahun akan berisiko terkena karsinoma serviks lima kali lipat.
Penelitian lain menyebutkan bahwa risiko karsinoma serviks lebih tinggi 1,5 kali
pada individu yang melakukan senggama pertama saat usia 18 – 20 tahun
dibandingkan saat usia diatas 21 tahun.
• Menikah di usia muda
Walaupun usia menarke atau menopause tidak mempengaruhi risiko kanker
serviks, hamil dan melahirkan petama kali di bawah usia 20 tahun atau melahirkan
lebih dari 3 kali (multiparitas) dengan manajemen persalinan yang tidak tepat dapat
pula meningkatkan risiko.
• Infeksi Menular Seksual
Agen I infeksius mutagen pada umumnya berasal dari agen-agen yang ditularkan
melalui hubungan seksual seperti Human Papilloma Virus (HPV) dan Herpes
Simpleks Virus Tipe 2 ( HSV 2 )
• Merokok
Saat ini terdapat data yang mendukung bahwa rokok sebagai faktor resiko
karsinoma serviks dan terdapat hubungan antara merokok dengan kejadian kanker sel
skuamosa pada serviks. Mekanisme kerja bisa langsung (aktivitas mutasi mukus
serviks telah ditunjukkan pada perokok) atau melalui efek imunosupresif dari
merokok. Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau dapat dijumpai dalam lendir
dari mulut rahim pada wanita perokok. Bahan karsinogenik ini dapat merusak DNA
sel epitel skuamosa dan bersama infeksi HPV dapat mencetuskan transformasi
keganasan.
• Diet
Diet rendah karotenoid dan defisiensi asam folat juga dimasukkan dalam faktor
risiko karsinoma serviks.
• Etnis dan Faktor Sosial
Wanita di kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko lima kali
lebih besar daripada wanita di kelas yang paling tinggi. Hubungan ini mungkin
dikacaukan oleh hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan. Di
Amerika Serikat, ras negro, hispanik, dan wanita Asia memiliki insiden karsinoma
serviks yang lebih tinggi daripada wanita ras kulit putih. Perbedaan ini mungkin
mencerminkan pengaruh sosioekonomi.
• Pekerjaan
Diperkirakan bahwa paparan bahan tertentu dari suatu pekerjaan (debu, logam,
bahan kimia, tar, atau oli mesin) dapat menjadi faktor risiko kanker serviks.

2.4 Etiologi
Karsinoma serviks merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau
Human Papilloma Virus, mempunyai presentase yang cukup tinggi dalam
menyebabkan kanker serviks yaitu sekitar 99,7%. Lebih dari 70% kanker serviks
disebabkan oleh infeksi HPV tipe 16 dan 18.2
Sifat onkogenik dikaitkan dengan protein virus E6 dan E7 yang menyebabkan
peningkatan proliferasi sel sehingga terjadi lesi pra kanker dan dapat berkembang
menjadi kanker.2
2.5 Patofisiologi
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks
(porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar
junction (SCJ). Histologis antara epitel gepeng berlapis dari porsio dengan
epitel kuboid/silinder pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Secara
umum perkembangan menjadi kanker invasif membutuhkan beberapa tahun, namun
terdapat beberapa variasi yang luas. Perubahan molekuler yang terlibat dengan
karsinogenesis serviks sangat kompleks dan tidak sepenuhnya diapahami, dengan
demikian karsinogenesis diduga hasil dari efek interaktif antara pengaruh
lingkungan, imunitas, dan variasi sel genom somatic.4

Gambar 1. Patogenesis kanker Serviks4

Terdapat 4 langkah utama perkembangan karsinoma serviks, yaitu:5


a. Infeksi HPV onkogenik pada epitel transformasi serviks, yaitu batas antara epitel
skuamous dari ektoserviks dan epitel glandular dari kanal endoserviks.
b. Infeksi HPV persisten
c. Progresi sel epitel yang terinfeksi virus HPV secara persisten menjadi sel
prekanker
d. Perkembangan karsinoma dan invasi melalui membran basalis.
Walaupun infeksi HPV sangat sering, namun kanker serviks hanya muncul
dengan proporsi kecil pada wanita. Diestimasi sekitar 75 – 80% individu dengan
aktivitas seksual aktif menmiliki infeksi HPV sebelum usia 50 tahun.5

2.6 Stadium dan Klasifikasi


Stadium karsinoma serviks didasarkan atas pemeriksaan klinik oleh karena itu
pemeriksaan harus cermat kalau perlu dilakukan dalam narkose. Stadium klinik ini
tidak berubah bila kemudian ada penemuan baru. Kalau ada keraguan dalam
penentuan maka dipilih stadium yang lebih rendah.2
Klasifikasi Stadium
0 Karsinoma insitu
I Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi ke korpus uterus
dapat diabaikan)
Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop.
IA
Semua lesi yang terlihat secara makroskopik, meskipun invasi
hanya superfisial, dimasukkan ke dalam stadium IB
Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0
IA1
mm atau kurang pada ukuran secara horizontal
Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0mm
IA2
dengan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang
IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara
mikroskopik lesi lebih besar dari IA2
Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar
IB1
4,0 cm atau kurang
Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar
IB2
lebih dari 4,0 cm
II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding
panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina
IIA Tanpa invasi ke parametrium
Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar
IIA1
4,0 cm atau kurang
Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar
IIA2
lebih dari 4,0 cm
IIB Tumor dengan invasi ke parametrium
III Tumor meluas ke dinding panggul/ atau mencapai 1/3 bawah
vagina dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai
dinding panggul
IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan / atau
menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum
dan/atau meluas keluar panggul kecil (true pelvis)
Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal,
IVB
keterlibatan dari kelenjar getah bening supraklavikula,
mediastinal, atau para aorta, paru, hati, atau tulang)
Tabel 1. Klasifikasi Kanker Serviks berdasarkan stadium.2

Gambar 2. Ilustrasi stadium kanker serviks.2


Perkembangan kanker invasif berawal dari terjadinya lesi neoplastik pada lapisan
epitel serviks, dimulai dari Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) 1, NIS 2, NIS 3 atau
karsinoma in situ (KIS). Selanjutnya setelah menembus membrana basalis akan
berkembang menjadi karsinoma mikroinvasif dan invasif .6
Gambar 3 .Stadium CIN Hingga Karsinoma Invasif Serviks Uteri 6

2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala. Bila telah menjadi
kanker invasif, gejala yang paling umum adalah perdarahan (contact bleeding,
perdarahan saat berhubungan intim) dan keputihan. Pada stadium lanjut, gejala
dapat berkembang mejladi nyeri pinggang atau perut bagian bawah karena
desakan tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi ureter, buang air
kecil atau buang air besar yang sakit, bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala
lanjutan bisa terjadi sesuai dengan infiltrasi tumor ke organ yang terkena,
misalnya: fistula vesikovaginal, fistula rektovaginal, edema tungkai.7
Pemeriksaan panggul harus dilakukan pada semua wanita yang dicurigai
adanya kanker serviks. Visualisasi dengan spekulum dapat menemukan
gambaran normal atau gambaran lesi pada serviks. Semua lesi yang terlihat
harus dilakukan biopsi, kecuali dicurigai suatu kista nabothian. Kanker serviks
umumnya berasal dari zona transformasi serviks, lesi yang dapat muncul berupa
ulserasi superficial, tumor eksofitik pada ektoserviks, ataupun infiltrasi pada
endoserviks. Tumor endofitik dapat menyebabkan serviks bertambah besar, licin
dan adanya indurasi sehingag sering dikenal sebagai barrel shaped cervix.
Melalui pemeriksaan ini, termasuk pemeriksaan rektovaginal, dapat dilakukan
diagnosis uuran tumor dan keterlibatan vagina atau parametrium untuk
menentukan stadium kanker serviks.8

2.7.2 Pemeriksaan Penunjang


Tes Pap Smear dan Sitologi
Tes Pap pada saat ini merupakan alat skrining yang diandalkan. Tes Pap
direkomendasikan pada saat mulai melakukan aktivitas seksual atau setelah
menikah. Setelah tiga kali pemeriksaan tes Pap tiap tahun, interval pemeriksaan
dapat lebih lama (tiap 3 tahun sekali). Bagi kelompok perempuanyang berisiko
tinggi (infeksi hPV, HIV, kehidupan seksual yang berisiko) dianjurkan
pemeriksaan tes Pap setiap tahun. Pap Smear test adalah suatu tes yang aman dan
sederhana dengan pengambilan sample mengunakan kapas di serviks dan dilihat
secara mikroskopik untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel
leher rahim.
Sitologi serviks yang abnormal menunjukkan sel skuamosa yang berbeda tahap
kematangan (diskariosis) setelah dikenakan. Seperti CIN, sitologi serviks
diklasifikasikan sebagai derajat rendah (kelainan sitologi minor yang
menunjukkan diskariosis ringan atau perubahan batas) atau derajat tinggi (sedang
dan dyskaryosis parah). Test ini ditemukan pertama kali oleh Dr. George
Papanicolou, sehingga dinamakan Pap Smear Test adalah suatu metode
pemeriksaan sel-sel rahim yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan
beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel tersebut dapat
berkembang menjadi sel kanker. 9

Tes IVA
Tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan
larutan iodium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi
setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami
dysplasia sebagai salah satu metode skrining kanker serviks . Interpretasi dari tes
ini berupa terjadinya Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite, biasanya dekat
SSK apabila positif . Asam asetat menyebabkan nukleoprotein di dalam sel
membeku sementara. Oleh karena itu, area peningkatan pergantian sel, termasuk
CIN, tampak putih.10

Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan inspeksi serviks dengan menggunakan sumber
cahaya. Ini digunakan untuk baik diagnosis maupun pengobatan. Pasien akan
membuka pakaian dan menempatkan kakinya pada posisi semi-litotomi dan
spekulum ditempatkan di vagina dan serviks sebelum diperiksa dengan sumber
cahaya, di bawah pembesaran (5-20 ganda). Penerapan larutan asam asetat dan
yodium dapat menyoroti area abnormal pada serviks dibiopsi.9

Tes HPV
Mengingat HPV tidak dapat ditumbuhkan pada kultur konvensional dan uji
serologis hanya memiliki sensitivitas terbatas diagnosis infeksi HPV memerlukan
deteksi genomnya dalam sampel seluler yang dikumpulkan dari situs di bawah
penyelidikan. Teknologi molekuler untuk mendeteksi DNA HPV dapat secara
luas dibagi menjadi amplifikasi dan non-amplifikasi. Tes yang terutama
digunakan dalam penelitian klinis menggunakan metode amplifikasi, yang
selanjutnya dibagi menjadi sinyal diperkuat dan target diperkuat. Teknik
perwakilan utama dari setiap kategori adalah hybrid capture 2 (HC2; Digene
Corporation, Gainthersburg, MD,USA) dan polymerase chain reaction (PCR). 11
Biopsi Serviks
Ada beberapa tipe biopsi yang dapat digunakan unuk mendiagnosis lesi
prankanker dan kanker. Jika dengan menggunakan biopsi dapat mengangkat
seluruh jaringan yang abnormal, hal ini bisa menjadikan biopsi sebagai
tatalaksana pengobatan. Jaringan yang diangkat bisa dinilai derajat histopatologi
yaitu penilaian terhadap morfologi sel yang dicurigai sebagai bagian dari jaringan
tumor secara mikroskopik. Derajat histopatologi kanker serviks didasarkan pada
ukuran dari sel-sel tumor dimana semakin pleomorfik sel-sel tersebut maka
derajatnya semakin jelek, pembentukan keratinisasi per sel, pembentukan mutiara
tanduk, semakin banyak sel yang mengalami keratinisasi dan membentuk mutiara
tanduk semakin baik diferensiasinya, jumlah sel yang mengalami mitosis, invasi
ke pembuluh darah maupun ke pembuluh limfe, dan batas tumor, semakin jelas
batasan sel-sel ganasnya memiliki derajat diferensiasi yang lebih baik. 11

Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan radiologic berupa foto paru-paru, pielografi intravena atau CT-
scan merupakan pemeriksaan penunjang untuk melihat perluasan penyakit, serta
menyingkirkan adanya obstruksi ureter. Pemeriksaan laboratorium klinik berupa
pemeriksaan darah tepi, tes fungsi ginjal, dan tes fungsi hati diperlukan untuk
mengevaluasi fungsi organ serta menentukan jenis pengobatan yang akan
diberikan.9

2.8 Diagnosis Banding


• Cervivitis
Servisitis mengacu pada peradangan pada stroma serviks yang bisa akut atau
kronis. Servisitis biasanya muncul dengan cairan encer dan mukopurulen. Perdarahan
post coitus juga berhubungan dengan kondisi ini. Servisitis akut dapat disebabkan
oleh infeksi C. trachomatis, N. gonorrhea, T. vaginalis, G. vaginalis, dan spesies
mycoplasma. Servisitis kronis biasanya tidak memiliki sumber infeksi. Infeksi
serviks penting untuk mendiagnosis dan mengobati sedini mungkin karena infeksi ini
dapat meningkat ke saluran kelamin bagian atas dan menyebabkan komplikasi yang
signifikan termasuk penyakit radang panggul, infertilitas, nyeri panggul kronis, dan
peningkatan risiko kehamilan ektopik.12
• Endometritis
Endometritis adalah peradangan pada endometrium yang bisa akut atau kronis;
didasarkan pada evaluasi patologis. Pada endometritis akut terdapat mikroabses di
dalam kelenjar endometrium, sedangkan pada endometritis kronis terdapat sel
plasma multiple dalam stroma endometrium. Endometritis kronis sering disebabkan
oleh agen infeksi tetapi bisa juga disebabkan oleh benda asing, polip, atau fibroid di
dalam rongga rahim. kebanyakan wanita dengan endometritis kronis asimtomatik
bisa datang dengan perdarahan menstruasi yang berat atau perdarahan intermenstrual
Namun, beberapa wanita mungkin pada awalnya mengeluhkan perdarahan
postcoital12
• Cervical polyps
Polip serviks sering ditemukan secara insidental selama pemeriksaan spekulum
dan dapat menjadi sumber perdarahan postcoital sekunder akibat trauma serviks
dengan hubungan intim. Polip endoserviks dan serviks adalah pertumbuhan
neoplastik benigna yang paling umum terjadi yang terjadi pada leher rahim dengan
kejadian 4% dari pasien ginekologi. Polip biasanya terjadi pada pasien multipara
dengan rentang usia 40-an hingga 50-an. Kebanyakan penderita hanya memiliki satu
polip serviks, tetapi tidak jarang memiliki lebih dari satu. Di pemeriksaan gross,
mereka tampak halus, ungu kemerahan struktur lobular yang rapuh dan mudah
berdarah bila tersentuh. Kebanyakan polip hanya berukuran beberapa sentimeter.
Polip mungkin timbul dari bagian endoserviks serviks atau muncul di portio serviks.
Diyakini bahwa polip ini berasal dari peradangan berulang pada serviks ataupun
respons fokal terhadap stimulasi hormonal12

2.9 Tatalaksana
Tatalaksana Lesi Pra-Kanker
Tatalaksana lesi prakanker disesuaikan dengan fasilitas pelayanan kesehatan,
kemampuan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang ada. Pada tingkat
pelayanan primer, dapat dilakukan program skrining atau deteksi dini dengan tes
IVA. Skrining dengan tes IVA dapat dilakukan dengan cara single visit approach
atau see and treat program, yaitu jika ditemukan IVA positif, maka dilakukan
pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh dokter umum.6
Jika dilakukan skrining dengan papsmear, maka temuan hasil yang abnormal
direkomendasikan untuk konfirmasi diagnostik dengan pemeriksaan kolposkopi. Bila
diperlukan, maka dilanjutkan dengan tindakan Loop Excision Electrocauter
Procedure (LEEP) atau Large Loop Excision of the Transformation Zone (LLETZ)
untuk kepentingan diagnostik maupun terapeutik. Bila hasil elektrokauter tidak
mencapai bebas batas sayatan, maka bisa dilanjutkan dengan tindakan konisasi atau
histerektomi total. Jika ditemukan temuan abnormal setelah melakukan kolposkopi,
• LSIL dilakukan LEEP dan observasi 1 tahun
• HSIL dilakukan LEEP dan observasi 6 bulan6

Berbagai metode terapi lesi prakanker serviks:


Terapi NIS dengan Destruksi Lokal
Beberapa metode terapi destruksi lokal antara lain: krioterapi dengan N2O dan
CO2, elektrokauter, elektrokoagulasi, dan laser. Metode tersebut ditujukan untuk
destruksi lokal lapisan epitel serviks dengan kelainan lesi prakanker yang kemudian
pada fase penyembuhan berikutnya akan digantikan dengan epitel skuamosa yang
baru.7
• Krioterapi
Krioterapi digunakan untuk destruksi lapisan epitel serviks dengan metode
pembekuan atau freezing hingga sekurangkurangnya -20oC selama 6 menit
(teknik Freeze-thaw-freeze) dengan menggunakan gas N2O atau CO2. Kerusakan
bioselular akan terjadi dengan mekanisme: (1) sel‐ sel mengalami dehidrasi dan
mengkerut; (2) konsentrasi elektrolit dalam sel terganggu; (3) syok termal dan
denaturasi kompleks lipid protein; (4) status umum sistem mikrovaskular.7
• Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau radiofrekuensi dengan
melakukan eksisi Loop diathermy terhadap jaringan lesi prakanker pada zona
transformasi. Jaringan spesimen akan dikirimkan ke laboratorium patologi
anatomi untuk konfirmasi diagnostik secara histopatologik untuk menentukan
tindakan cukup atau perlu terapi lanjutan. 7
• Diatermi Elektrokoagulasi
Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan lebih luas dan efektif jika
dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus dilakukan dengan anestesi umum.
Tindakan ini memungkinkan untuk memusnahkan jaringan serviks sampai
kedalaman 1 cm, tetapi fisiologi serviks dapat dipengaruhi, terutama jika lesi
tersebut sangat luas. 7
• Laser
Sinar laser (light amplication by stimulation emission of radiation), suatu muatan
listrik dilepaskan dalam suatu tabung yang berisi campuran gas helium, gas
nitrogen, dan gas CO2 sehingga akan menimbulkan sinar laser yang mempunyai
panjang gelombang 10,6u. Perubahan patologis yang terdapat pada serviks dapat
dibedakan dalam dua bagian, yaitu penguapan dan nekrosis. Lapisan paling luar
dari mukosa serviks menguap karena cairan intraselular mendidih, sedangkan
jaringan yang mengalami nekrotik terletak di bawahnya. Volume jaringan yang
menguap atau sebanding dengan kekuatan dan lama penyinaran.7
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker serviks sampai stadium
IIA dan dengan hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi mempunyai
keunggulan dapat meninggalkan ovarium pada pasien usia pramenopause. Kanker
serviks dengan diameter Iebih dari 4 cm menurut beberapa peneliti lebih baik
diobati dengan kemoradiasi daripada operasi. Histerektomi radikal mempunyai
mortalitas kurang dari 1 %. Morbiditas termasuk kejadian fistel (1% sampai
2%),kehilangan darah, atonia kandung kemih yang membutuhkan kateterisasi
intermiten, antikolinergik, atau alfa antagonis.9
• Stadium I A1 tanpa invasi limfo-vaskuler: Konisasi serviks atau histerektomia
totalis simpel. Risiko metastasis ke kelenjar getah bening/residif 1%.
• Stadium I A1 dengan invasi limfo-vaskuler, stadium I A2. Modifikasi
histerektomia radikal (tipe II) dan limfadenektomia pelvik. Stadium I Al dengan
invasi limfovaskuler didapati 5% risiko metastasis keleniar getah bening.
• Stadium I A2 berkaitan dengan 4% sampai 10% risiko metastasis kelenjar getah
bening.
• Stadium I B sampai stadium II A: Histerektomia radikal (tipe III) dan
limfadenektomia pelvik dan para-aorta.
• Radiasi ajuvan diberikan pascabedah pada kasus dengan risiko tinggi (lesi besar,
invasi limfo-vaskuler atatr invasi stroma yang dalam). Radiasi pascabedah dapat
mengurangi residif sampai 50%.
Tatalaksana Kanker Serviks Invasif
Pada pasien ini, lesi erosi yang mudah berdarah mengarah pada kanker serviks
stadium 2. Pada layanan fasilitas kesehatan primer, dilakukan rujukan pada pasien
untuk dilakukan:6
Stadium IIA :
a. Tindakan operatif berupa histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
b. Neoajuvan kemoterapi
Stadium IIB :
a. Kemoradiasi
b. Radiasi
c. Neoajuvan kemoterapi
Kemoterapi (tiga seri) dilanjutkan histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis

Radioterapi9
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai stadium II B
sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tetapi tidak merupakan
kandidat untuk pembedahan. Penambahan Cisplatin selama radioterapi whole pebic
dapat memperbaiki kesintasan hidup 30% sampai 50 %.
Komplikasi radiasi yang paling sering adalah komplikasi gastrointestinal seperti
proktitis, kolitis, dan traktus urinarius seperti sistitis dan stenosis vagina.

Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi ajuvan atau
untuk terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif adalah
Cisplatin. Carboplatin juga mempunyai aktivitas yang sama dengan Cisplatin.8 Jenis
kemoterapilainnya yang mempunyai aktivitas yang dimanfaatkan dalam terapi adalah
Ifosfamid dan pac-Iitaxel.9
2.10 Pencegahan dan Deteksi Dini
2.10.1 Pencegahan Primer3
• Menunda onset aktivitas seksual
Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan secara
monogami akan mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.
• Penggunaan Kontrasepsi Barier
Dokter merekomendasikan kontrasepsi metode barier (kondom, diafragma, dan
spermisida) yang berperan untuk proteksi terhadap agen virus. Penggunaan lateks
lebih dianjurkan daripada kondom yang dibuat dari kulit kambing.
• Penggunaan Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi Human
Papiloma Virus , karena mempunyai kemampuan proteksi >90%. Tujuan dari
vaksin propilaktik dan vaksin pencegah adalah untuk mencegah perkembangan
infeksi HPV dan rangkaian dari event yang mengarah ke kanker serviks.
Kebanyakan vaksin adalah berdasarkan respons humoral dengan penghasilan
antibodi yang menghancurkan virus sebelum ia menjadi intraseluler. Masa depan
dari vaksin propilatik HPV sangat menjanjikan, namun penerimaan seluruh
populasi heterogenous dengan tahap pendidikan berbeda dan kepercayaan kultur
berbeda tetap dipersoalkan. Sebagai tambahan, prevelansi tinggi infeksi HPV
mengindikasikan bahwa akan butuh beberapa dekade untuk program imunisasi
yang sukses dalam usaha mengurangi insiden kanker serviks.

2.10.2 Pencegahan Sekunder3


• Pasien dengan risiko sedang hasil tes Pap yang negatif sebanyak tiga kali berturut
turut dengan selisih waktu antar pemeriksaan satu tahun dan atas petunjuk dokter
sangat dianjurkan. Untuk pasien (atau partner hubungan seksual yang level
aktivitasnya tidak diketahui), dianjurkan untuk melakukan tes Pap tiap tahun.
• Pasien dengan risiko tinggi. Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia <18
tahun dan wanita yang mempunyai banyak partner ( multiple partner ) seharusnya
melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari onset seksual intercourse aktif. Interval
sekarang ini dapat diturunkan menjadi setiap 6 bulan untuk pasien dengan risiko
khusus, seperti mereka yang mempunyai riwayat penyakit seksual berulang.

2.10.3 Deteksi Dini 2


Deteksi lesi pra kanker terdiri dari berbagai metode:
• Papsmear

Gambar 4. Algoritma diagnosis deteksi dini dengan tes Pap Smear.2


• Inspeksi Visual Asam Asetat
Gambar 5. Algoritma diagnosis deteksi dini dengan tes IVA/Visual Asam Asetat2

• Inspeksi Visual Lugoliodin


• Test DNA HPV

2.11 Prognosis
Efektivitas vaksinasi HPV diperkirakan hingga 90%. Skrining yang tidak
konsisten merupakan faktor risiko independen untuk diagnosis kanker serviks.
Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk kanker serviks bisa mendekati 92%,
namun berkurang dengan adanya faktor lain seperti keterlibatan kelenjar getah
bening, usia, ukuran serta invasi tumor. Umumnya, angka kelangsungan hidup untuk
stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira-kira 50%, dan
untuk stadium IV kurang dari 30%.8
DAFTAR PUSTAKA

1. Zhang S, Xu H, Zhang L, Qiao Y. Cervical cancer: Epidemiology, risk factors and


screening. Chin J Cancer Res. 2020;32(6):720-728. doi:10.21147/j.issn.1000-
9604.2020.06.05Tarney CM, Han J. Postcoital Bleeding: A Review on Etiology,
Diagnosis, and Management [Internet]. Vol. 2014, Obstetrics and Gynecology
International. Hindawi; 2014 [cited 2020 Aug 8]. p. e192087.
2. Komite Nasional Penanggulangan Kanker. Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI .2016
3. Rasjidi I. Epidemiologi Kanker Serviks. Indonesian Journal of Cancer. 2009. 3 (3) :
103-108p

4. Cunningham, F. Gary. William Gynecologi 3th edition. McGraw Hill: New York. 2018.

5. Carlos del Rio MD. New Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines Issued
by the CDC. NEJM J Watch [Internet]. 2015 Jun 18 [cited 2020 Aug 9];2015.
6. Kementerian Kesehatan RI. (2018), Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks.
Jakarta. Komite Penanggulangan Kanker Nasional
7. Kementerian Kesehatan RI. (2013), Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks.
Jakarta. Komite Penanggulangan Kanker Nasional
8. Fowler JR, Jack BW. Cancer, Cervical [Internet]. StatPearls [Internet]. StatPearls
Publishing; 2020 [cited 2020 Sept 27]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431093/
9. Prawirohardjo,S., 2011. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
10. BICKERSTAFF, H., & KENNY, L. C. (2017). Gynaecology by ten teachers.
11. Koliopoulos G dkk. (2018). Cytology versus HPV testing for cervical cancer screening
in the general population (Review). Cochrane Library by John Wiley & Sons, Ltd.
12. Jonathan S. Berek, et al. Berek & Novak’s Gynecology 15th edition. Wolter Kluwer
Health: Lippincott Williams & Wilkins. 2012

Anda mungkin juga menyukai