KARSINOMA SERVIKS
Disusun oleh :
Residen Pembimbing :
dr. Dwicky Limbersia Aries
Supervisor :
Prof. Dr. dr. Nusratuddin Abdullah, Sp.OG(K)., MARS
NIM : C014192028
Telah menyelesaikan laporan kasus dengan judul Karsinoma serviks yang telah
disetujui dan di bacakan dihadapan pembimbing dan supervisor dalam rangka
menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Periode 25 April – 10 Juli 2022.
Prof. Dr. dr. Nusratuddin Abdullah, Sp.OG(K)., MARS dr. Dwicky Limbersia Aries
Mengetahui,
Koordinator Program Mahasiswa
Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Benar telah membacakan laporan kasus dengan judul “Kasinoma Serviks” pada :
Prof. Dr. dr. Nusratuddin Abdullah, Sp.OG(K)., MARS dr. Dwicky Limbersia Aries
Mengetahui,
Koordinator Program Mahasiswa
Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Prof. Dr. dr. Nusratuddin Abdullah, Sp.OG(K)., MARS dr. Dwicky Limbersia Aries
DAFTAR ISI
Nama : Ny. EH
Umur : 46 Tahun
Status Obstetri : P1A0
Suku : Makassar
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : DSN Puusawah Jaya
Tanggal Pemeriksaan : 18 Juni 2022
1.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama: Nyeri Perut Bawah
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang ibu P1A0 datang dengan keluhan nyeri perut bawah menjalar ke sekitar
kemaluan sejak 3 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat
pelepasan darah ada berupa gumpalan berwarna hitam. Riwayat ganti pembalut >5x.
Riwayat haid tidak teratur. Riwayat KB tidak ada. Riwayat pelepasan darah saat
berhubungan ada. Riwayat berganti-ganti pasangan tidak ada. Riwayat keputihan tidak
ada, Riwayat kemoterapi dan radioterapi tidak ada.
Alergi : Disangkal
e. Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus : tidak teratur
Lama : >7 hari
Dismenorhea : Ada
Banyak : 5 pembalut per hari
f. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali saat usia 24 Tahun
h. Riwayat KB
Kontrasepsi dipakai/lalu :-
Keluhan :-
Lamanya Pemakaian :-
e) Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Abdomen : Datar, lemas simetris
TFU : Tidak teraba
Massa tumor : Tidak teraba
Nyeri tekan : ada
Cairan Bebas : Tidak ada
Inspekulo
Porsio : Berbenjol, rapuh, mudah berdarah
Fluor : Tidak ada
Fluxus : Darah (+), tidak aktif
Pemeriksaan Dalam
Vulva/vagina : Normal
Portio : Berbenjol dan mudah berdarah
Corpus Uteri : Sebesar telur ayam
Adnexa : Kesan normal
Pelepasan : Darah (+), Lendir (-)
Rectal Touche
Tonus sfingter ani : Baik
Mukosa : Licin
Massa intralumen : Tidak ada
Ampulla recti : Kosong
Adneka parametrium : Kesan normal
1.5 Resume
Seorang ibu P1A0 datang dengan keluhan nyeri perut bawah menjalar ke sekitar kemaluan
sejak 3 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat pelepasan darah
ada berupa gumpalan berwarna hitam. Riwayat ganti pembalut >5x. Riwayat haid tidak
teratur. Riwayat KB tidak ada. Riwayat pelepasan darah saat berhubungan ada. Riwayat
berganti-ganti pasangan tidak ada. Riwayat keputihan tidak ada, Riwayat kemoterapi dan
radioterapi tidak ada.
Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan adanya fluksus berupa darah, perdarahan aktif.
Pada pemeriksaan dalam vagina ditemukan portio yang berbenjol mudah berdarah. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan Trombosit yaitu 760.400/mm3,
Hemoglobin 7,8 g/dL.
1.6 Diagnosis Kerja
Perdarahan pervaginam ec Karsinoma Serviks
1.7 Penatalaksanaan
Terapi :
• Drip RL 500 ml + Neurobion 28 tpm
• Asam Traneksamat 500 mg/8 jam/IV
• Transfusi 2 bag PRC
• Ketorolak 3 x 30 mg/iv
• Premedikasi Dexametason 1 amp
• Pasang cateter
Monitoring :
● Observasi KU, TTV, perdarahan
● Cek Hb post transfusi
1.8 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia et bonam
Quo ad sanationam : Dubia et bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Karsinoma serviks merupakan tumor ganas pada wanita kedua terbanyak di
dunia yang mengancam kesehatan wanita secara serius. Risiko tinggi infeksi
persisten human papillomavirus (HPV) telah diklarifikasi sebagai penyebab
Karsinoma serviks 1. Karsinoma serviks merupakan keganasan berupa tumbuhnya sel
abnormal yang berasal serviks (kanalis servikalis dan/atau porsio. Serviks merupakan
sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan
dengan vagina melal ui ostium uteri eksternum.2
2.2 Epidemiologi
Karsinoma serviks menduduki peringkat pertama untuk negara bekembang
dengan perkiraan 570ribu kasus baru pada tahun 2018 dan termasuk ke dalam
kategori sepuluh penyakit dengan populasi terbesar di negara maju. Secara global,
kanker serviks berada di peringkat 7 untuk angka kejadian tertinggi dan berada di
peringkat ke 8 untuk angka kematian.3 Menurut data WHO tahun 2018, daerah Asia
Timur merupakan kawasan dengan angka kejadian kanker serviks tertinggi,
kemudian diikuti oleh kawasan Asia Tenggara. Untuk data mortalitas, pada tahun
2018, sekitar 311 ribu wanita meninggal karena kanker serviks; lebih dari 85%
kematian ini terjadi di negara berpenghasilan menengah ke bawah Angka mortalittas
tertinggi dicapai oleh kawasan Afrika Timur.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI, saat ini jumlah kasus baru
kanker serviks adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk per tahun.. Kanker serviks
menduduki peringkat ke-2 dari 10 kanker terbanyak di Indonesia dengan insiden
sebesar 12,70%. Dan memiliki angka mortalitas dengan persentase 10,12%,
menduduki peringkat ke 3 setelah kanker payudara dan kanker paru-paru. Provinsi
Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah kasus kanker serviks tertinggi di
Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 21.313 kasus. 2
2.3 Faktor Risiko
Adapun faktor resiko terjadinya Karsinoma serviks antara lain:3
• Berhubungan seksual dengan multipartner
2.4 Etiologi
Karsinoma serviks merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau
Human Papilloma Virus, mempunyai presentase yang cukup tinggi dalam
menyebabkan kanker serviks yaitu sekitar 99,7%. Lebih dari 70% kanker serviks
disebabkan oleh infeksi HPV tipe 16 dan 18.2
Sifat onkogenik dikaitkan dengan protein virus E6 dan E7 yang menyebabkan
peningkatan proliferasi sel sehingga terjadi lesi pra kanker dan dapat berkembang
menjadi kanker.2
2.5 Patofisiologi
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks
(porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar
junction (SCJ). Histologis antara epitel gepeng berlapis dari porsio dengan
epitel kuboid/silinder pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Secara
umum perkembangan menjadi kanker invasif membutuhkan beberapa tahun, namun
terdapat beberapa variasi yang luas. Perubahan molekuler yang terlibat dengan
karsinogenesis serviks sangat kompleks dan tidak sepenuhnya diapahami, dengan
demikian karsinogenesis diduga hasil dari efek interaktif antara pengaruh
lingkungan, imunitas, dan variasi sel genom somatic.4
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala. Bila telah menjadi
kanker invasif, gejala yang paling umum adalah perdarahan (contact bleeding,
perdarahan saat berhubungan intim) dan keputihan. Pada stadium lanjut, gejala
dapat berkembang mejladi nyeri pinggang atau perut bagian bawah karena
desakan tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi ureter, buang air
kecil atau buang air besar yang sakit, bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala
lanjutan bisa terjadi sesuai dengan infiltrasi tumor ke organ yang terkena,
misalnya: fistula vesikovaginal, fistula rektovaginal, edema tungkai.7
Pemeriksaan panggul harus dilakukan pada semua wanita yang dicurigai
adanya kanker serviks. Visualisasi dengan spekulum dapat menemukan
gambaran normal atau gambaran lesi pada serviks. Semua lesi yang terlihat
harus dilakukan biopsi, kecuali dicurigai suatu kista nabothian. Kanker serviks
umumnya berasal dari zona transformasi serviks, lesi yang dapat muncul berupa
ulserasi superficial, tumor eksofitik pada ektoserviks, ataupun infiltrasi pada
endoserviks. Tumor endofitik dapat menyebabkan serviks bertambah besar, licin
dan adanya indurasi sehingag sering dikenal sebagai barrel shaped cervix.
Melalui pemeriksaan ini, termasuk pemeriksaan rektovaginal, dapat dilakukan
diagnosis uuran tumor dan keterlibatan vagina atau parametrium untuk
menentukan stadium kanker serviks.8
Tes IVA
Tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan
larutan iodium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi
setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami
dysplasia sebagai salah satu metode skrining kanker serviks . Interpretasi dari tes
ini berupa terjadinya Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite, biasanya dekat
SSK apabila positif . Asam asetat menyebabkan nukleoprotein di dalam sel
membeku sementara. Oleh karena itu, area peningkatan pergantian sel, termasuk
CIN, tampak putih.10
Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan inspeksi serviks dengan menggunakan sumber
cahaya. Ini digunakan untuk baik diagnosis maupun pengobatan. Pasien akan
membuka pakaian dan menempatkan kakinya pada posisi semi-litotomi dan
spekulum ditempatkan di vagina dan serviks sebelum diperiksa dengan sumber
cahaya, di bawah pembesaran (5-20 ganda). Penerapan larutan asam asetat dan
yodium dapat menyoroti area abnormal pada serviks dibiopsi.9
Tes HPV
Mengingat HPV tidak dapat ditumbuhkan pada kultur konvensional dan uji
serologis hanya memiliki sensitivitas terbatas diagnosis infeksi HPV memerlukan
deteksi genomnya dalam sampel seluler yang dikumpulkan dari situs di bawah
penyelidikan. Teknologi molekuler untuk mendeteksi DNA HPV dapat secara
luas dibagi menjadi amplifikasi dan non-amplifikasi. Tes yang terutama
digunakan dalam penelitian klinis menggunakan metode amplifikasi, yang
selanjutnya dibagi menjadi sinyal diperkuat dan target diperkuat. Teknik
perwakilan utama dari setiap kategori adalah hybrid capture 2 (HC2; Digene
Corporation, Gainthersburg, MD,USA) dan polymerase chain reaction (PCR). 11
Biopsi Serviks
Ada beberapa tipe biopsi yang dapat digunakan unuk mendiagnosis lesi
prankanker dan kanker. Jika dengan menggunakan biopsi dapat mengangkat
seluruh jaringan yang abnormal, hal ini bisa menjadikan biopsi sebagai
tatalaksana pengobatan. Jaringan yang diangkat bisa dinilai derajat histopatologi
yaitu penilaian terhadap morfologi sel yang dicurigai sebagai bagian dari jaringan
tumor secara mikroskopik. Derajat histopatologi kanker serviks didasarkan pada
ukuran dari sel-sel tumor dimana semakin pleomorfik sel-sel tersebut maka
derajatnya semakin jelek, pembentukan keratinisasi per sel, pembentukan mutiara
tanduk, semakin banyak sel yang mengalami keratinisasi dan membentuk mutiara
tanduk semakin baik diferensiasinya, jumlah sel yang mengalami mitosis, invasi
ke pembuluh darah maupun ke pembuluh limfe, dan batas tumor, semakin jelas
batasan sel-sel ganasnya memiliki derajat diferensiasi yang lebih baik. 11
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan radiologic berupa foto paru-paru, pielografi intravena atau CT-
scan merupakan pemeriksaan penunjang untuk melihat perluasan penyakit, serta
menyingkirkan adanya obstruksi ureter. Pemeriksaan laboratorium klinik berupa
pemeriksaan darah tepi, tes fungsi ginjal, dan tes fungsi hati diperlukan untuk
mengevaluasi fungsi organ serta menentukan jenis pengobatan yang akan
diberikan.9
2.9 Tatalaksana
Tatalaksana Lesi Pra-Kanker
Tatalaksana lesi prakanker disesuaikan dengan fasilitas pelayanan kesehatan,
kemampuan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang ada. Pada tingkat
pelayanan primer, dapat dilakukan program skrining atau deteksi dini dengan tes
IVA. Skrining dengan tes IVA dapat dilakukan dengan cara single visit approach
atau see and treat program, yaitu jika ditemukan IVA positif, maka dilakukan
pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh dokter umum.6
Jika dilakukan skrining dengan papsmear, maka temuan hasil yang abnormal
direkomendasikan untuk konfirmasi diagnostik dengan pemeriksaan kolposkopi. Bila
diperlukan, maka dilanjutkan dengan tindakan Loop Excision Electrocauter
Procedure (LEEP) atau Large Loop Excision of the Transformation Zone (LLETZ)
untuk kepentingan diagnostik maupun terapeutik. Bila hasil elektrokauter tidak
mencapai bebas batas sayatan, maka bisa dilanjutkan dengan tindakan konisasi atau
histerektomi total. Jika ditemukan temuan abnormal setelah melakukan kolposkopi,
• LSIL dilakukan LEEP dan observasi 1 tahun
• HSIL dilakukan LEEP dan observasi 6 bulan6
Radioterapi9
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai stadium II B
sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tetapi tidak merupakan
kandidat untuk pembedahan. Penambahan Cisplatin selama radioterapi whole pebic
dapat memperbaiki kesintasan hidup 30% sampai 50 %.
Komplikasi radiasi yang paling sering adalah komplikasi gastrointestinal seperti
proktitis, kolitis, dan traktus urinarius seperti sistitis dan stenosis vagina.
Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi ajuvan atau
untuk terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif adalah
Cisplatin. Carboplatin juga mempunyai aktivitas yang sama dengan Cisplatin.8 Jenis
kemoterapilainnya yang mempunyai aktivitas yang dimanfaatkan dalam terapi adalah
Ifosfamid dan pac-Iitaxel.9
2.10 Pencegahan dan Deteksi Dini
2.10.1 Pencegahan Primer3
• Menunda onset aktivitas seksual
Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan secara
monogami akan mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.
• Penggunaan Kontrasepsi Barier
Dokter merekomendasikan kontrasepsi metode barier (kondom, diafragma, dan
spermisida) yang berperan untuk proteksi terhadap agen virus. Penggunaan lateks
lebih dianjurkan daripada kondom yang dibuat dari kulit kambing.
• Penggunaan Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi Human
Papiloma Virus , karena mempunyai kemampuan proteksi >90%. Tujuan dari
vaksin propilaktik dan vaksin pencegah adalah untuk mencegah perkembangan
infeksi HPV dan rangkaian dari event yang mengarah ke kanker serviks.
Kebanyakan vaksin adalah berdasarkan respons humoral dengan penghasilan
antibodi yang menghancurkan virus sebelum ia menjadi intraseluler. Masa depan
dari vaksin propilatik HPV sangat menjanjikan, namun penerimaan seluruh
populasi heterogenous dengan tahap pendidikan berbeda dan kepercayaan kultur
berbeda tetap dipersoalkan. Sebagai tambahan, prevelansi tinggi infeksi HPV
mengindikasikan bahwa akan butuh beberapa dekade untuk program imunisasi
yang sukses dalam usaha mengurangi insiden kanker serviks.
2.11 Prognosis
Efektivitas vaksinasi HPV diperkirakan hingga 90%. Skrining yang tidak
konsisten merupakan faktor risiko independen untuk diagnosis kanker serviks.
Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk kanker serviks bisa mendekati 92%,
namun berkurang dengan adanya faktor lain seperti keterlibatan kelenjar getah
bening, usia, ukuran serta invasi tumor. Umumnya, angka kelangsungan hidup untuk
stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira-kira 50%, dan
untuk stadium IV kurang dari 30%.8
DAFTAR PUSTAKA
4. Cunningham, F. Gary. William Gynecologi 3th edition. McGraw Hill: New York. 2018.
5. Carlos del Rio MD. New Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines Issued
by the CDC. NEJM J Watch [Internet]. 2015 Jun 18 [cited 2020 Aug 9];2015.
6. Kementerian Kesehatan RI. (2018), Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks.
Jakarta. Komite Penanggulangan Kanker Nasional
7. Kementerian Kesehatan RI. (2013), Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks.
Jakarta. Komite Penanggulangan Kanker Nasional
8. Fowler JR, Jack BW. Cancer, Cervical [Internet]. StatPearls [Internet]. StatPearls
Publishing; 2020 [cited 2020 Sept 27]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431093/
9. Prawirohardjo,S., 2011. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
10. BICKERSTAFF, H., & KENNY, L. C. (2017). Gynaecology by ten teachers.
11. Koliopoulos G dkk. (2018). Cytology versus HPV testing for cervical cancer screening
in the general population (Review). Cochrane Library by John Wiley & Sons, Ltd.
12. Jonathan S. Berek, et al. Berek & Novak’s Gynecology 15th edition. Wolter Kluwer
Health: Lippincott Williams & Wilkins. 2012