Oleh:
Pembimbing:
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS (PPDS)
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M DJAMIL
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui :
KPS PPDS OBGIN
FK UNAND RS. Dr. M. DJAMIL PADANG
i
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS (PPDS)
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M DJAMIL
2 Keterampilan
3 Attitude
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.................................................................................................. v
3.1.1 Definisi.................................................................................................. 16
3.1.2 Epidemiologi......................................................................................... 16
BAB 5 KESIMPULAN………………………………………………………....41
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
PENDAHULUAN
sering dijumpai selama kehamilan. Infeksi ini dapat membahayakan ibu dan janin
sehingga harus diobati secara agresif. Komponen penting dalam ante natal care
(ANC) pertama yang perlu diperhatikan salah satunya adalah edukasi, skrining,
pengobatan dan pencegahan IMS.1 Infeksi menular seksual (IMS) pada wanita
virus -1 dan -2 (HSV-1, -2 ) dan infeksi human papillomavirus (HPV). Terapi yang
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).2 Pada makalah ini kita akan
kontak langsung dengan lesi sifilis mukokutaneous seperti kankroid atu kondiloma
lata atau selama kehamilan melalui transmisi vertikal dari ibu ke janin.
dikaitkan dengan sifilis. Angka tersebut terdiri dari 143.000 kematian janin dini /
lahir mati, 62.000 kematian neonatus, 44.000 bayi prematur / berat lahir rendah dan
6,3 juta kasus baru sifilis dengan prevalensi 0,5% pada pria maupun wanita dan
0,69% terjadi pada wanita hamil. WHO menerbitkan pedoman terbaru tentang
1
pengelolaan sifilis, gonore, klamidia dan herpes genital pada tahun 2016. Selain itu,
Sifilis untuk Wanita Hamil, yang diterbitkan pada tahun 2017, dimana pemeriksaan
pertama. Rekomendasi juga diberikan tentang pengobatan dan tindak lanjut dari
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Suami
Alamat : Dharmasraya
Keluhan Utama
Dharmasraya pada tanggal 09 Juli pukul 12.30 WIB rujukan bidan praktek swasta
• Keluar air air yang banyak dari kemaluan (+) lebih dari 24 jam sebelum masuk RS
3
• Riwayat hamil tua : mual (-) muntah (-) perdarahan (-)
• ANC ke bidan teratur tiap bulan sejak usia kehamilan 3 bulan. Tidak ditemukan
• Mentruasi : usia 14 tahun , siklus teratur, lama nya 5-7 hari, banyak 2-3x kali
• Demam (-), Batuk (-),pilek (-), sesak nafas (-), riwayat kontak dengan pasien
• Riwayat memiliki pasangan lebih dari satu tidak ada, Riwayat melakukan
Tidak pernah menderita riwayat penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM,
2. Sekarang
4
Riwayat pendidikan : SMA
Pemeriksaan Fisik :
Suhu : 36,8 ° C
BB sebelum kehamilan : 45 kg
BB sekarang : 50 kg
Reflek Patologis - / -
5
Status Obstetrikus :
Abdomen
Palpasi :
L4 : Konvergen
His : 1-2x/25”/sedang
DJJ : 140-160x/i
TFU : 34 cm
Genitalia
Inspekulo
Vagina : Tumor (-) laserasi (-), fluxus (+), tampak cairan mengenang di
Fornix posterior
Portio : MP, sebesar ibu jari tangan orang dewasa, Tumor (-),laserasi(-)
6
OUE tertutup, Nitrazin test (+)
Hodge I
Os sakrum cekung
UPL : DIT dapat dilalui oleh satu tinju orang dewasa >10,5 cm
Bishop score : 0
Criteria 0 1 2 3
Dilatasi 0 1-2 3-4 5-6
Effacement 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Penurunan -3 -2 -1 +1, +2
Konsistensi Kaku medium lunak
Posisi Posterior medial anterior
7
Laboratorium
09 Juli 2020
Parameter Hasil
Hemoglobin 10,4 gr / dl
Hematokrit 29,5 %
Leukosit 20.890 /mm3
Trombosit 323.000/mm 3
GDS 124 mg/dL
PT 9,8 detik
APTT 29,7 detik
INR 0,8
HbsAg Non reaktif
VDRL Reaktif
Anti HIV Non reaktif
8
Interpretasi:
BPD : 9,25 cm
AC : 33,08 cm
FL : 6,99 cm
FHR : 161x/i
AFI : 8, 94
Kesan :
Diagnosis :
G2P1A0H1 gravid aterm 37-38 minggu + KPD lama + VDRL (+) positif
Sikap :
RL 20 tpm
Informed Consent
Konsul Perinatologi
Konsul Anestesi
Lapor OK
9
Rencana:
• SC Cito
• Dilakukan tindakan antispetik dan aseptik lapangan operasi, dipasang duk steril
• Bayi dilahirkan dengan meluksir kepala, lahir bayi perempuan, BB 3.200 gram,
• Operasi selesai
Diagnosis :
Sikap :
10
Inj Ceftriakson 2x1 gram (iv)
R/
O/ Pemeriksaan fisik :
GA Kes BP HR RR T
Abdomen
Perkusi : Timpani
Genitalia
A/ Diagnosis :
Sikap :
11
Inj Ceftriakson 2x1 gram (iv)
Parameter Hasil
Hemoglobin 10,8 gr / dl
Hematokrit 30,1 %
Trombosit 281.000/mm3
GDS 74 mg/dL
VDRL Reaktif
O/ Pemeriksaan fisik :
GA Kes BP HR RR T
Sedang CMC 120/80 88 22 36.8
Abdomen
Perkusi : Timpani
12
Genitalia
A/ Diagnosis :
Sikap :
IVFD RL 20 tpm
O/ Pemeriksaan fisik :
GA Kes BP HR RR T
Sedang CMC 120/80 88 22 36.8
Abdomen
Perkusi : Timpani
13
Genitalia
A/ Diagnosis :
Sikap :
IVFD RL 20 tpm
O/ Pemeriksaan fisik :
GA Kes BP HR RR T
Sedang CMC 120/80 88 22 36.8
Abdomen
Perkusi : Timpani
14
Genitalia
A/ Diagnosis :
Sikap :
15
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Spirocheta ini akan bereplikasi dan berdiseminasi melalui saluran limfatik dalam
3.1.2 Epidemiologi
Pada tahun 2001 hingga 2009 di Amerika Serikat terjadi peningkatan kasus
sifilis primer dan sekunder. Angka sifilis primer dan sekunder pada wanita (2012)
adalah 0,9 kasus per 100.000 orang, yang merupakan penurunan 9 persen dari tahun
2010. Angka sifilis kongenital juga menurun pada tahun 2012, hal ini
mencerminkan penurunan angka sifilis primer dan sekunder pada wanita sejak
tahun 2008. Namun demikian , sifilis tetap menjadi masalah kesehatan global yang
(2012) dikaitkan dengan sifilis. Angka tersebut terdiri dari 143.000 kematian janin
dini / lahir mati, 62.000 kematian neonatus, 44.000 bayi prematur / berat lahir
selama kehamilan di Brasil pada tahun 2015, dimana tingkat deteksi 11,2 kasus
sifilis pada ibu hamil per seribu kelahiran hidup. Angka pada tahun 2010 adalah 3,3
kasus per seribu kelahiran hidup, hal ini menunjukkan peningkatan 202% dalam
lima tahun. Data tersebut bahkan lebih mengkhawatirkan di wilayah Selatan dan
16
Tenggara negara; tingkat deteksi adalah 15,1 dan 12,6 kasus sifilis pada ibu hamil
6,3 juta kasus baru sifilis dengan prevalensi 0,5% pada pria maupun wanita dan
Sifilis kongenital paling sering dikaitkan dengan wanita hamil yang tidak
diskrining untuk sifilis, dan / atau mereka yang tidak diobati dengan baik atau
Brazil, 56,5% wanita hamil penderita sifilis menerima pengobatan yang tidak
adekuat, 27,3% tidak menerima pengobatan apa pun, 12,1% kasus diabaikan dan
hanya 4,1% menerima terapi yang sesuai. Perlu disebutkan bahwa mayoritas wanita
hamil yang tidak menerima pengobatan atau yang tidak dirawat dengan baik dapat
kematian neonatal, prematuritas, berat badan lahir rendah, atau infeksi kongenital.7
meliputi usia muda, etnis Afrika-Amerika dan Hispanik, status sosial ekonomi
rendah, pendidikan yang kurang, perawatan prenatal yang tidak adekuat, prostitusi
menyebar melalui kontak seksual dan spirocheta tersebut melakukan penetrasi pada
membran mukosa atau abrasi kulit pada mukosa vagina.8 Spirocheta bereplikasi dan
kemudian menyebar melalui saluran limfatik dalam beberapa jam hingga hari. Masa
inkubasi rata-rata 3 minggu (3 sampai 90 hari) tergantung pada host dan ukuran
17
inokulum. Tahap awal sifilis meliputi sifilis primer, sekunder, dan laten awal. Hal
ini terkait dengan banyaknya spirocheta dan tingkat transmisi 30 hingga 50 persen.
Pada penyakit stadium lanjut (laten), tingkat penularan jauh lebih rendah karena
transplasenta adalah rute yang paling umum, infeksi neonatal dapat terjadi setelah
kontak dengan spirocheta melalui lesi pada saat persalinan atau melintasi membran
plasenta.
Biasanya transmisi sifilis dari ibu ke bayi terjadi pada tahap awal konsepsi,
minggu ke sembilan kehamilan, namun bisa juga pada minggu ke enam belas dan
zat, terutama kokain; perawatan dan skrining prenatal yang tidak adekuat; dan
3.1.5 Klasifikasi
Secara umum sifilis dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sifilis
1. Sifilis akuisita, adalah sifilis yang didapat dan ditularkan melalui hubungan seks
18
b. Sifilis lanjut
2. Sifilis kongenital, adalah sifilis yang ditularkan dari ibu ke janin selama masa
kehamilan)
yaitu sifilis primer, sifilis sekunder, fase laten dan sifilis tersier. Berikut akan
Sifilis Maternal
1. Sifilis Primer
• Lesi primer atau chancre tanpa rasa sakit muncul di tempat inokulasi dan sering
kali tidak disadari. Lesi biasanya memiliki batas tegas dan menonjol serta dasar
ulserasi halus berwarna merah tanpa nanah yang signifikan yang dapat dilihat
pada Gambar 2.1. Resolusi spontan terjadi rata-rata dalam empat hingga
19
delapan minggu jika tidak diobati. Ditemukan lesi multipel, terutama terjadi
muncul.
limfadenopati umum, ruam makulopapular yang simetris dengan ciri tidak gatal
dan tambak bercak merah atau coklat kemerahan serta biasanya ditemukan di
20
palmar dan plantar (Gambar 2.2), alopecia seperti dimakan ngengat “moth-
eaten” dengan lesi kulit kepala folikuler, hepatitis ringan, sindrom nefrotik,
menular ditemukan pada alat kelamin). Kondilomata lata adalah papula dan
nodul berwarna daging yang ditemukan di daerah perineum dan perianal yang
Jika tidak diobati, sifilis sekunder akan sembuh spontan dalam satu sampai
21
3. Sifilis Fase Laten
hasil positif.
• Sifilis laten dini adalah penyakit laten yang berlangsung kurang dari satu tahun.
• Sifilis laten lanjut terjadi lebih dari satu tahun setelah infeksi.
• Selain sifilis laten dini, penyakit laten tidak menular secara seksual tetapi dapat
4. Sifilis Tersier
• Terdiri dari lesi destruktif aorta, seperti aneurisma aorta, regurgitasi, gangguan
skeletal.
• Menyusui tidak menyebabkan penularan sifilis kecuali jika terdapat lesi infeksi
pada payudara.
Sifilis Kongenital
terinfeksi sifilis akan mengalami outcome kehamilan yang bermasalah. Infeksi pada
diklasifikasikan menjadi dua yaitu sifilis kongenital dini (dari bayi hingga kurang
22
dari tahun) dan sifilis kongenital lanjut (penyakit ini persisten hingga lebih dari 2
Namun, bila terjadi sifilis pada janin, ia akan bermanifestasi secara berkelanjutan.
anemia dan trombositopenia, kemudian asites dan fetal hidrops. Lahir mati tetap
menjadi komplikasi utama. Bayi baru lahir dapat mengalami ikterik dengan lesi
2.4).3,8,10
Akibat infeksi sifilis, plasenta menjadi besar dan pucat (plasentomegali 27%
arborisasinya dan menjadi lebih tebal dan menyatu. Vili seperti ini terjadi pada lebih
dari 60 persen plasenta sifilis. Jumlah pembuluh darah sangat berkurang dan pada
kasus lanjut hampir seluruhnya menghilang akibat endarteritis dan proliferasi sel
stroma. Kemungkinan terjadi peningkatan resistensi vaskular pada arteri uterin dan
arteri umbilikalis. Tali pusat juga dapat menunjukkan bukti infeksi yaitu terdapat
funisitis nekrosis pada sepertiga bagian tali pusat dan hal ini terjadi pada 25 orang
23
Gambar 2.4. Sifilis Kongenital. A. Fetogram dari bayi lahir mati yang terinfeksi
sifilis yang menunjukkan tanda "moth eaten" pada tulang femur (panah putih). B.
Plasenta hidropik yang membesar dari neonatus yang terinfeksi sifilis.10
Kongenital sifilis dibagi menjadi dua sindrom klinis yaitu sifilis kongenital
3.1.7 Diagnosis
Preventative Services Task Force Amerika Serikat merekomendasikan
bahwa dokter harus memeriksa kemungkinan sifilis pada semua wanita hamil untuk
24
kunjungan pertama pranatal. Pada populasi dengan prevalensi sifilis yang tinggi,
pemeriksaan serologis diulangi pada trimester ketiga dan saat akan melahirkan.1,10
diagnosis langsung penyakit stadium awal yaitu dari eksudat lesi, jaringan, atau
polymerase chain reaction (PCR), atau dengan tes antibodi fluorescent langsung
untuk T pallidum (DFA-TP). Metode ini tidak banyak tersedia dan kurang sensitif
untuk spesimen darah. Oleh karena itu, dalam praktiknya, diagnosis terutama
serologis.10,13
Terdiri dari dua tipe, yaitu pemeriksaan non treponema dan treponema. Jika yang
pertama positif, maka tipe kedua juga dilakukan. Kombinasi ini berguna untuk
Research Laboratory (VDRL) atau Rapid Plasma Reagin (RPR) yang dapat dilihat
(IgM dan IgG) pasien yang terbentuk karena melawan kardiolipin yang dilepaskan
dari sel host yang rusak dan mungkin juga dari treponema. Antibodi yang sama ini
juga dapat diproduksi sebagai respons terhadap kejadian akut lainnya yang
mencakup vaksinasi baru-baru ini, demam, dan kehamilan itu sendiri atau sebagai
eritematosus sistemik, penuaan, kusta, atau kanker. Dengan demikian, hal tersebut
25
minggu, tetapi dapat memakan waktu hingga 6 minggu. Sehingga, wanita dengan
sifilis primer yang sangat dini hasil pemeriksaan serologi awalnya dapat false-
negatif. 1,6,10,13,14
Gambar 2.5 Alur Pemeriksaan Serologi Tes Treponema dan Non Treponema6,9
Pemeriksaan serologis tipe kedua adalah treponemal-specific. Pemeriksaan
ini mencari antibodi yang terbentuk dalam melawan T pallidum secara spesifik.
Antiboodi ini mendeteksi treponemal assay yang muncul beberapa minggu lebih
26
fluorescent treponemal antibody absorption tests (FTA-ABS), the T palidum passive
akan menunjukkan hasil positif/reaktif seumur hidup, walaupun terapi sifilis telah
Saat ini tersedia rapid test syphilis atau TP rapid yang merupakan
waktu singkat (10-15 menit). Jika dibandingkan dengn TPHA atau TPPA,
sensitivitas rapid test berkisarr 85-98% dan spesifisitas 93-98%. TP rapid dapat
tidak dapat memantau efektivitas pengobatan atau membedakan antara infeksi aktif
sehingga semua ibu hamil dengan hasil pemeriksaan non treponema positif atau
treponema positif harus segera diobati. Di fasilitas kesehatan dasar, jika RPR atau
TPHA tidak tersedia, dapat digunakan TP rapid untuk skrining sifilis ibu hamil.
Jika menggunakan TP rapid dan hasilnya positif, bila memungkinkan rujuk ibu
hamil ke fasilitas pelayanan dengan laboratorium untuk pemeriksaan titer RPR, bila
tidak memungkinkan maka terapi sifilis pada ibu hamil dapat langsung diberikan.
Satu dosis benzatin penisilin 2,4 juta unit saja sudah dapat mencegah penularan
27
Pemeriksaan sifilis memiliki awal masa jendela, sehingga hasil negatif pada
pemeriksaan ibu hamil perlu diulang kembali pada saat sebelum melahirkan
terutama ibu hamil di daerah prevalensi tinggi sifilis atau ibu hamil berisiko tinggi
IMS. Pasangan juga perlu dilakukan skrining infeksi sifilis jika hasil TPHA reaktif.6
spesifik treponemal. Kedua pendekatan tersebut efektif jika terdapat program untuk
skrining, follow up, dan pengobatan yang sesuai.10 Pada gambar 2.6 diperlihatkan
pemberian terapi.1
(non-reaktif) sampai empat minggu sejak pertama kali muncul lesi primer.
Pemeriksaan ini dapat diulang 1-3 bulan kemudian pada pasien yang dicurigai sifilis
TPHA/TP-PA rapid:6,9
• Jika hasil tes konfirmasi: non-reaktif, dianggap positif palsu dan tidak perlu
28
• Jika hasil tes konfirmasi: reaktif, dilanjutkan dengan pemeriksaan RPR
kuantitatif untuk menentukan titer, sehingga dapat diketahui apakah sifilis aktif
• Jika RPR reaktif, TP rapid reaktif dan terdapat riwayat terapi dalam tiga bulan
terakhir dan berapapun titernya, anamnesis tidak ada ulkus baru, pasien tidak
perlu diterapi. Pasien diobservasi dan di tes ulang tiga bulan kemudian.
1. Jika titer RPR tetap atau turun, tidak perlu diterapi lagi dan tes ulang tiga
bulan kemudian.
2. Jika RPR tidak reaktif atau reaktif rendah (serofast), pasien dinyatakan
sembuh.
• Jika RPR reaktif, TP rapid reaktif dan tidak ada riwayat terapi dalam tiga bulan
terakhir bila:
1. Titer RPR < 1: 4 (1:2 dan 1:4) diinterpretasikan dan diterapi sebagai sifilis
2. Titer > 1:8 diinterpretasikan dan diterapi sebagai sifilis aktif dan dievaluasi
tiga bulan kemudian. Evaluasi terhadap titer RPR dilakukan tiga bulan
setelah terapi.
3. Jika titer RPR turun dua tahap (misalnya dari 1:64 menjadi 1:16) atau lebih,
terapi dianggap berhasil. Ulangi evaluasi setiap tiga bulan di tahun pertama
dan setiap enam bulan di tahun kedua untuk mendeteksi infeksi baru.
4. Jika titer tidak turun dua tahap, maka dilakukan evaluasi kemungkinan
29
Gambar 2.6 Reaktivitas Pemeriksaan Serologi Sifilis
planus, pitiriasis rosea, tinea versikolor, infeksi parasit, eksantema virus, Rocky
3.1.9 Tatalaksana
3.1.9.1 Terapi Sifilis pada Ibu Hamil
30
tetap menjadi terapi pilihan untuk semua tahap sifilis selama kehamilan (Tabel 2.3).
minggu setelah dosis awal. Perawatan ini juga diberikan pada wanita dengan ko-
infeksi HIV.8,10 Bila di fasilitas kesehatan tidak terdapat Benzatin benzyl penicilin
dan yang tersedia hanya Procain benzyl penicilin dosis yang diberikan 600.000 IU
setiap hari selama minimal 30 hari berturut-turut, pasien mendapatkan dosis total
18 juta IU. Sebelum injeksi benzatin benzylpenicilin atau procain benyl penicilin
perlu dilakukan uji penisilin terlebih dulu untuk memastikan pasien tidak alergi
terhadap penisilin.6
penisilin oral bertahap atau uji kulit yang dilakukan untuk memastikan risiko
penisilin yang direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 2.4, kemudian diikuti
31
Tabel 2.4 Rekomendasi Desensitisasi Oral Alergi Penisilin untuk Pasien dengan
Uji Kulit Positif 10
a
Interval antar dosis: 15 menit. Waktu yang dibutuhkan: 3 jam dan 45 menit. Dosis
utama: 1,3 juta unit. Periode observasi: 30 menit sebelum pemberian penisilin
secara parenteral.
b
Jumlah obat spesifik yang diberikan dilarutkan dengan 30 mL air dan diberikan
secara oral.
diberikan untuk mengukur penurunan titer setelah pemberian terapi sifilis karena
beberapa maternal akan diterapi pada hari yang berbeda dari pemeriksaan
32
diagnostik awal. Setelah sifilis maternal diterapi, follow-up titer non-treponemal
dilakukan setiap bulan untuk memastikan titer tidak meningkat. Terdapat dua hal
penting dalam terapi ini. Pertama, penurunan titer akan bervariasi menurut stadium
penyakit maternal dan lama waktu terapi selama kehamilan (Gambar 2.7). Jika titer
pasien tidak menurun empat kali lipat saat melahirkan, pengawasan serologis yang
tingkat penurunan titer maternal setelah terapi sifilis yang adekuat tidak dapat
empat kali lipat atau gejala menetap atau rekuren maka pertimbangkan terjadi re-
infeksi atau kegagalan terapi maternal. Pasien harus dievaluasi untuk neurosifilis
dan diobati ulang dengan 3 dosis Bicillin. Jika neurosifilis terdiagnosis maka pasien
Gambar 2.7 Penurunan titer bervariasi tergantung stadium penyakit dan lama
waktu terapi8
Bayi dan anak usia ≥1 bulan yang didiagnosis sifilis harus ditelusuri
pemeriksaan rekam medis maternal dan bayi untuk menilai apakah mereka
menderita sifilis kongenital atau didapat. Bayi dan anak usia ≥1 bulan dengan sifilis
33
primer dan sekunder harus ditatalaksana oleh spesialis penyakit infeksi anak dan
layanan perlindungan anak).14 Rekomendasi regimen untuk bayi dan anak dapat
Tabel 2.5 Terapi Sifilis Kongenital pada Bayi dengan Sifilis Kongenital 9
34
3.1.9.3 Gagal Terapi
Gagal terapi pada janin didefinisikan sebagai sifilis kongenital meskipun terapi
angka sifilis kongenital (CS). Tingginya tingkat CS terjadi pada interval terapi dan
persalinan yang singkat, terutama jika terapi ≤ 30 hari dari persalinan. Sehingga,
kecukupan pengobatan maternal tidak hanya diukur dari jumlah dosis Benzatin
Penicillin G yang diterima sesuai dengan stadium penyakit, tetapi juga pengobatan
3.1.10 Komplikasi
Reaksi Jarisch-Herxheimer
(JH). Reaksi ini diperkirakan sebagai akibat pembunuhan cepat spirocheta dan
berlebihan serta mengarah pada respons inflamasi akut. Pada pasien tidak hamil,
hal ini terjadi pada 95% sifilis primer dan sekunder dan jarang terjadi pada sifilis
laten karena kadar treponema lebih rendah. Pada neurosifilis, reaksi JH diamati
dengan limfopenia serta perburukan lesi kulit dilaporkan dan disebut sebagai
“paradoks terapeutik” terapi sifilis. Gejala ini muncul 2-8 jam setelah terapi dimulai
35
dan mereda dalam 24 jam. Terapi suportif yang diberikan yaitu antipiretik dan
intensitas reaksi, tetapi bukti efikasinya kurang, terutama selama kehamilan. Dosis
penicillin yang lebih kecil dan bertahap tidak akan mengurangi reaksi karena JH
tercapai. 8
36
BAB 4
DISKUSI
Sebagai panduan untuk diskusi tentang sasaran akademis ilmiah yang konprehensif
minggu + KPD lama + VDRL (+) positif. Dari hasil anamnesa, pemeriksaan
fisik dan penunjang didapat usia kehamilan 37-38 minggu. Dari hasil
karena melawan kardiolipin yang dilepaskan dari sel host yang rusak dan
37
Sebagian besar kasus PROM dapat didiagnosis berdasarkan riwayat
pasien dan pemeriksaan fisik. Pada pasien ini mengeluh keluar air-air dari
kemaluan yang berbau amis dan bewarna jernih. Pada pemeriksaan inspekulo,
tampak cairan jernih keluar dari OUE dan menumpuk di fornix posterior
dan pada pemeriksaan lakmus (+). Saat dilakukan VT, didapatkan Ø 1 jari
mullti portio kaku, effacement 20-30% posterior, selaput ketuban (-), dan
teraba kepala HI .
Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa diagnosis ruptur KPD
saluran serviks dan menggenang di vagina. Tes pH dasar cairan vagina juga
bahwa hasil tes positif palsu dapat terjadi, jika dengan adanya darah atau air
Pada kasus ini, ibu menderita sifilis baru diketahui sesaat menjelang
persalinan dan ibu tidak memiliki gejala terkait sifilis. Dalam ANC trimester
38
kesehatan. Pada kasus ini pasien, pasien telah dianjurkan oleh bidan
Penatalaksanaan kasus ini sudah tepat. Pada pasien ini di pilih terminasi
secara section secarea di karenakan KPD lama dan leokosit 20.890 /mm 3
yang bersiko besar teerjadinya infeksi intra uterin. Dari hasil pemeriksaan
ketuban (-) sisa jernih, dan teraba kepala HI. Selain itu persalinan secara
Sectio cesarea menurunkan resiko penularan sifilis dari Ibu ke bayi selama
persalinan pervaginam.
eritromisin 500 mg per oral empat kali sehari selama 30 hari. Pada kasus
39
4.Bagaimana pencegahan yang dapat dilakauakan pada pasaien ini ?
di minum teratur
baru.
40
BAB 5
KESIMPULAN
Dareh, Dharmasraya pada tanggal 09 Juli pukul 12.30 WIB rujukan bidan praktek
swasta G2P1A0H0 gravid aterm 37-38 minggu + KPD lama. Dari anamnesis pasien
mengaku keluar air-air dari kemaluan sejak 24 SMRS, nyeri pingang menjalar ke
ari-ari tidak ada, keluar lendir bercampur darah tidak ada, keluar darah banyak dari
kemaluan tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa tanda-tanda persalinan belum ada.
Pada kasus ini pasien didiagnosa dengan G2P1A0H1 gravid aterm 37-38 minggu +
KPD lama + VDRL positif. Pada pasien ini persalinan yang direncanakan adalah
Sectio Caesarea (SC). Indikasi SC pada pasien ini KPD lama yang beresiko infeksi
intrauteri dan belum ada tanda – tanda persalinan. Pada pemeriksaan dalam
effacement 30% posterior, ketuban (-) sisa jernih, presentasi kepala hodge I.
mengukur antibodi imunoglobulin M dan G (IgM dan IgG) pasien yang terbentuk
karena melawan kardiolipin yang dilepaskan dari sel host yang rusak dan mungkin
juga dari treponema. Untuk pengobatan non-penisilin pada sifilis awal, WHO
41
Untuk pengobatan non-penisilin sifilis lanjut, WHO merekomendasikan eritromisin
di minum teratur
baru.
42
DAFTAR PUSTAKA
2014:1265-1285.
doi:10.1080/26410397.2019.1691897
5. Tsimis ME, Sheffield JS. Update on syphilis and pregnancy. Birth Defects
6. POGI. Sifilis. In: Buku Seri Infeksi Dalam Kehamilan: Manajemen Triple
8345.2305.3019
8. Rac MWF, Revell PA, Eppes CS. Syphilis during pregnancy: a preventable
43
threat to maternal-fetal health. Am J Obstet Gynecol. 2017;216(4):352-363.
doi:10.1016/j.ajog.2016.11.1052
Pencegahan Penularan HIV, Sifilis & Hepatitis B Dari Ibu Ke Anak. Jakarta;
2019.
10. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM.
SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, eds. William Obstetric Text Book
11. Nayeri, Unzila; Thung S. Congenital Fetal Infections. In: Decherney AH,
Obstetrics & Gynecology. 12th ed. United States: Mc Graw Hill; 2019:276-
281.
www.health.qld.gov.au/qcg%0Awww.health.qld.gov.au/qcg%0Awww.heal
15. Moline HR, Smith JF. The continuing threat of syphilis in pregnancy. Curr
44
Opin Obstet Gynecol. 2016;28(2):101-104.
doi:10.1097/GCO.0000000000000258
James; Bloom, Steven; Casey, Brian; Dashe, Jodi; Roberts, Scott; Sheffield
Hill; :441-449.
17. Todman D. A history of caesarean section: From ancient world to the modern
doi:10.1111/j.1479-828X.2007.00757.x
45